BAB II - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan
untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori
dalam penelitian, agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana
posisi pengetahuan yang telah ada, perlu adanya ulasan terhadap bahanbahan pustaka yang relevan dengan topik masalah yang diangkat untuk
memungkinkan pembaca meningkatkan cakrawalanya dari segi tujuan dan
hasil penelitian.
2.1.
Tinjauan Tentang Upaya
Dalam kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya
adalah tindakan yang dilakukan seseorang, untuk mencapai apa yang
diinginkan atau merupakan sebuah strategi.
Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap
sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya
(Soeharto 2002;
soekamto 1984:237). Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara,
juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak
meluas atau timbul.
20
Jenis- jenis upaya yaitu:
1.
Upaya preventif memiliki konotasi negatif yaitu sesuatu masalah
atau suatu hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang
dimaksud itu mengandung bahaya baik bagi lingkup personal, maupun
global.
Dalam lingkup pendidikan masalah yang dimaksud adalah berbagai
hal yang dapat menghambat perkembangan pendidikan baik itu dari siswa,
guru, kepala sekolah dan unsur – unsur yang yang terkait didalamnya.
2.
Upaya preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan
kondisi yang telah kondusif atau baik, jangan sampai terjadi keadaan yang
tidak yang baik.
3.
Upaya kuratif, adalah upaya yang bertujuan untuk membimbing
siswa kembali kepada jalur yang semula, dari yang mulanya menjadi siswa
bermasalah menjadi siswa yang bias menyelesaikan masalah dan terbebas
dari masalah. Upaya ini juga berusaha untuk membangun rasa kepercayaan
diri siswa agar bias bersosialisasi dengan lingkungannya.
4.
Upaya adaptasi adalah upaya yang berusaha untuk membantu
terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya sehingga dapat
timbul kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah. Upaya – upaya tersebut
dapat juga dilakukan dalam mengahadapi maraknya penyebaran ajaran islam
sempalan, pada siswa. Pada suatu daerah yang masyarakatnya pernah
terpengaruh ajaran islam sempalan ini misalnya, maka gabungan antara
21
kelima upaya diatas efektif sekali untuk dilakukan. Jika upaya preventif gagal
dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan, maka langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan upaya kuratif sebagai langkah awal
penyembuhan. Pembinaan kembali suatu masyarakat atau individu menjadi
individu yang memiliki rasa percaya diri dan sosialisasi yang tinggi adalah
merupakan suatu upaya yang berat.
Oleh sebab itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak antara lain,
keluaraga, masyarakat, pemerintah dan aparat yang berwajib dalam
melaksanakan upaya koretif dan preservatif selanjutnya.
2.2.
Tinjauan Tentang Pemerintah
Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata ”perintah” yang
kemudian mendapat imbuhan ”pe” menjadi kata ”pemerintah” yang berarti
badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.
Sedangkan dalam arti sempit pemerintah berarti perkumpulan orang yang
memiliki kebijakan tersendiri untuk mengelolah, memanage, serta mengatur
jalannya suatu proses atau sistem pemerintahan. Atau dapat juga berarti
sekumpulan orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab
terbatas untuk menggunakan kekuasaan.
Dalam kata dasar ”perintah” paling sedikit ada empat unsur penting
yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan yang
diperintah disebut rakyat atau masyarakat.
22
b. Pihak yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi untuk
mengatur dan mengurus rakyatnya.
c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah
yang sah.
d. Antara pihak yang memerintah dengan yang diperintah terdapat
hubungan timbal balik secara vertikal maupun horizontal.
Di beberapa negara, antara pemerintah dan pemerintahan tidak
dibedakan. Inggris menyebutnya goverment dan Prancis menyebutnya
goverment keduannya berasal dari perkataan latin gubernacalum. dalam
bahasa arab hukumat, di Amerika serikat disebut dengan Administration,
sedangkan Belanda regering sebagai penggunaan kekuasaan negara oleh
yang berwenang untuk menentukan keputusan dan kebijaksanaan. Hal ini
dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan negara, sebagai pengguna
menetapkan perintah-perintah.
Menurut Samuel Edward Finer (Syafi’ie 2004: 5) dalam bukunya yang
terkenal Comparative Government, mengatakan bahwa pemerintah harus
mempunyai kegiatan yang terus menerus (process), harus mempunyai
negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), mempunyai pejabat
pemerintah (the duty) dan mempunyai cara, metode, serta sistem
(manner,method, and system) terhadap rakyatnya.
23
Bintoro Tjokroamidjojo dalam bukunya pengantar ilmu Administrasi
Pembangunan (1985: 17 dalam Syafi’ie 2004: 6-7) menyebutkan pula
peranan dan fungsi pemerintah sebagai berikut.
Perencanaan
serta fungsi pemerintah
terhadap
perkembangan
masyarakat tergantung pada beberapa hal :
”Yang pertama adalah filsafat hidup kemasyarakatan dan politik
masyarakat. Ada negara yang memberikan kebebasan yang cukup
besar
kepada
anggota
masyarakatnya
untuk
menumbuhkembangkan
masyarakat,
sehingga
pemerintah
diharapkan tidak terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan
masyarakat. Pada masa lampau dalam bentuk yang eksterm, hal
ini didukung oleh filsafat kemasyarakatan Laissez Faire. Namun,
ada pula negara yang filsafat hidupnya menghendaki negara dan
pemerintah memimpin serta mengurusi segala sesuatu dalam
kehidupan masyarakatnya, seperti filsafat politik tradisionalis. Hal
ini berkaitan dengan suatu pandangan bahwa pemerintah sebagai
pemengang mandat untuk mengusahakan kepentingan dan
keadilan dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini perlu
dinyatakan dan tetap memperhatikan kepentingan golongan
ekonomi lemah”.
Pada negara yang sedang berkembang, peran pemerintah sangat
penting dan menonjol. Karena pemerintah yang berperan menggali,
menggerakkan, dan mengkombinasikan berbagai faktor, seperti tenaga
terlatih, biaya, perlatan, partisipasi, dan kewenangan yang sah. Pemerintah
memegang peranan sentral dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat
dalam pengaturan administrasi negara, pemerintah mengurus masyarakat
yang belum lahir (dengan keluarga berencana) sampai kepada masyarakat
yang sudah meninggal dunia (dengan dinas pemakaman).
24
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian
hubungan
antar
pemerintah
dan
masyarakat
dalam
pelaksanaan
pembangunan bangsa dari segala aspek. Urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah, yang diselenggarakan berdasarkan
kriteria di atas dan telah menjadi salah satu fungsi sebuah pemerintahan.
Salah satu fungsi pemerintah daerah meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah
yang bersangkutan.
Franklin D. Rosevelt, Rasyid dalam Muhadam (2006) mengemukakan
bahwa untuk mengetahui suatu masyarakat, maka lihatlah pemerintahannya.
Artinya fungsi-fungsi pemerintah yang dijalankan pada saat tertentu akan
menggambarkan kualitas pemerintah itu sendiri. Jika pemerintah dapat
menjalankan fungsinya denga baik tugas pokok selanjutnya adalah
bagaimana pelayanan dapat membuahkan keadilan, serta pembinaan yang
membuahkan kemandirian.
Pandangan lain, pemerintah adalah ”segenap alat perlengkapan
negara atau lembaga - lembaga kenegaraan yang berfungsi sebagai alat
untuk mencapai tujuan negara” (Muhadam; 2006, Ndraha, 1997: 1). Apapun
yang dilakukan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan tugas negara
sehingga pemerintah seringkali disebut sebagai representasi negara.
25
Pemerintah merupakan satu-satunya lembaga yang pada tingkat tertentu
mampu menjaga dan menjamin sistem ketertiban dan penyediaan sarana
dan prasarana sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat bagi kepentingan
aktivitas sosialnya.
Menurut E.S. Savas (1982: 58 dan 1987: 62 dalam Budiarto dkk, 2005:
113),
pelayanan
penyediaan
pemerintah
pelayanan
oleh
(government
agen
yang
service)
menunjuk
mempergunakan
pada
pegawai-
pegawainya sendiri; dalam hal ini pemerintah bertindak sebagai penyedia
pelayanan (service arrenger) sekaligus penghasil pelayanan (service
provider).
selanjutnya
tugas
pokok
pemerintah
adalah
bagaimana
memberikan pelayanan dapat membuahkan keadilan, pembinaan yang
membuahkan
kemandirian,
serta
pembangunan
yang
menciptakan
kemakmuran.
Pemerintah memiliki dua fungsi dasar, yaitu fungsi primer (fungsi
pelayanan) dan fungsi sekunder (fungsi pembinaan). Fungsi primer yaitu
fungsi pemerintah sebagai provider jasa-jasa publik yang tidak dapat
diprivatisasikan. Sementara itu, fungsi sekunder yaitu sebagai provider
kebutuhan dan tuntutan yang diperintah akan barang dan jasa yang mereka
tidak mampu penuhi sendiri karena masih lemah dan tak berdaya (powerless)
termasuk penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana.
Fungsi primer secara terus menerus berjalan dan berhubungan positif
dengan keberadaan yang diperintah (masyarakat). Artinya semakin berdaya
26
masyarakat, maka semakin meningkat pula fungsi primer pemerintah.
Sebaliknya,
fungsi
sekunder
berhubungan
negatif
dengan
tingkat
keberdayaan yang diperintah (masyarakat). Artinya semakin berdaya atau
berkualitasnya sumber daya manusia (masyarakat daerah), maka semakin
berkurang fungsi sekunder pemerintah dari rowing (pengaturan) ke steering
(pengendali) dalam menata kehidupan masyarakat. Fungsi sekunder secara
perlahan-lahan dapat diserahkan kepada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Pemerintah berkewajiban untuk secara terus menerus
berupaya memberdayakan masyarakat agar meningkatkan keberdayaannya
sehingga pada gilirannya memiliki kemampuan untuk melayani dirinya sendiri
atau memenuhi kebutuhannnya secara mandiri terlepas dari campur tangan
pemerintah.
2.3.
Tinjauan Tentang Pembinaan
2.3.1. Pengertian Pembinaan
Secara konseptual, pembinaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide
utama pembinaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dan dihubungkan dengan kemampuan
individu untuk membuat individu melakukan apa yang diinginkan, terlepas
dari keinginan dan minat mereka. Pembinaan menunjuk pada kemampuan
orang atau kelompok masyarakat, khususnya kelompok rentan dan lemah
sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :
27
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kesakitan.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang
dan jasa yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Menurut Wiranto (1999),
pembinaan merupakan upaya untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya bagi penduduk kategori miskin untuk melakukan kegiatan
sosial ekonomi yang produktif, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah
yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Dengan demikian,
pembinaan Olahraga pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan akses
bagi individu, keluarga dan kelompok masyarakat terhadap sumber daya
untuk melakukan proses produksi dan kesempatan berusaha. Untuk dapat
mencapai hal tersebut diperlukan berbagai upaya untuk memotivasi dalam
bentuk antara lain bantuan modal dan pengembangan sumber daya manusia.
Salah
satu
pendekatan
yang
kini
sering
digunakan
dalam
meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat dan martabat
keluarga miskin adalah pembinaan masyarakat. Konsep ini menjadi sangat
penting terutama karena memberikan perspektif positif terhadap orang
28
miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang serba kekurangan
(misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis)
dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang
memiliki beragam kemampuan yang dapat di mobilisasi untuk perbaikan
hidupnya.
Konsep
pembinaan
memberi
kerangka
acuan
mengenai
kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup arah
sosial, ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.
Menurut Dadang S. Suharmawijaya :
”inovasi program pembinaan ekonomi merupakan upaya mengatasi
persoalan ekonomi masyarakat komunitas tertentu. Hanya, pada
perjalanannya, yang memiliki problem ekonomi merupakan
kelompok masyarakat miskin. Kenyataan itulah yang menjadikan
sebagian program kabupaten/ kota menyatukan antara pembinaan
ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.”
Dengan demikian, pembinaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pembinaan kelompok di dalam lingkungan kehidupan
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah dalam
berbagai aspek kesejahteraan dalam kehidupan. Sebagai tujuan, maka
pembinaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai dalam
perubahan sosial : yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi , maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
29
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
2.3.2. Tahap Tahap Pembinaan.
Menurut Sumodiningrat, Pembinaan tidak selamanya, melainkan
dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari
pendapat tersebut berarti pembinaan melalui suatu masa proses belajar,
hingga mencapai status mandiri. Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa
proses belajar dalam rangka pembinaan akan berlangsung secara bertahap.
Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi :
1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
2. Tahap Transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan, keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3. Tahap Peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan
sehingga
terbentuklah
inisiatif
dan
kemampuan
inovatif
untuk
mengantarkan pada kemadirian.
Menurut
Keiffer
(1981),
pembinaan
yang
dilakukan
kemudian
mencakup tiga hal pokok yakni kerakyatan, kemampuan sosial politik, dam
berkompetensi partisipatif (Suharto,1997:215). Parson et.al (1994:106) juga
30
mengajukan tiga dimensi dalam pelaksanaan pembinaan tersebut yang
merujuk pada :
1. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar.
2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah tersebut
untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur yang masih
menekan.
Lebih
lanjut
Sedarmayanti
menjelaskan,
kata
pembinaan
(empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh.
Proses pembinaan mengandung dua kecenderungan yaitu :
1. Kecenderungan Primer, proses pembinaan yang menekankan pada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan
atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih
berdaya (survival of the fittes) proses ini dapat dilengkapi dengan
upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi.
2. Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong,
atau
memotivasi
31
agar
individu
mempunyai
kemampuan/keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
Dari dua kecenderungan diatas memang selain mempengaruhi
dimana agar kecenderungan primer dapat terwujud maka harus lebih sering
melalui kecenderungan sekunder.
Selanjutnya Tikson dalam Sani (2000) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa kegiatan yang dapat dijadikan tolak ukur dalam proses pembinaan
masyarakat yaitu :
1. Pengorganisasian masyarakat
Bidang ini berkenaan dengan peningkatan partisipasi
masyarakat
yang
dapat
dilakukan
secara
efektif
melalui
pengorganisasian. Masyarakat dapat diorganisasikan ke dalam
beberapa bentuk, seperti organisasi kewilayahan yang luas,
organisasi sektoral dan jaringannya atau aliansi dan koalisi.
Organisasi-organisasi
ini
merupakan
alat
masyarakat
untuk
menyatakan kehendak mereka dan untuk mempengaruhi proses
perubahan yang diinginkan.
2. Penguatan kelembagaan
Kegiatan
ini
pada
dasarnya
merupakan
penguatan
kemampuan organisasi yang telah ada dengan meningkatkan
unsur : pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang ada
termasuk didalamnya proses perguliran, manajemen, kemandirian
32
kelompok, norma, dan nilai yang dianut organisasi agar kegiatan
kolektif menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam penerapannya
penguatan kelembagaan banyak dilakukan melalui pelatihan,
keterampilan dan studi banding. Keterampilan dalam hal ini
mencakup latihan kepemimpinan, penerapan organisasi dan
manajemen keuangan, studi banding dilakukan untuk melihat
kelompok di tempat lain yang telah berhasil meningkatkan
produktivitas kerja organisasi.
3 Manajemen sumber daya
Kegiatan
ini
untuk
menjamin
bahwa
kesejahteraan
masyarakat dapat ditingkatkan apabila mereka mampu mengelola
sumber daya dengan baik, termasuk didalamnya adalah kegiatankegiatan pengembangan organisasi sosial yang dapat melakukan
fungsi
pelayanan
sosial,
seperti
perumahan,
pendidikan,
kesehatan, rekreasi, transportasi, dan kegiatan lain yang dianggap
perlu. Di samping itu organisasi ekonomi diperlukan untuk
memformulasikan berbagai kegiatan ekonomi yang ada menjadi
lebih beragam dan luas sehingga dapat memperluas lapangan
kerja. Kegiatan konservasi dan rehabilitas lingkungan demi
terciptanya pembangunan ekologi dan ekosistem juga menjadi
perhatian.
33
Sejalan dengan hal tersebut, Ohama (2001) secara operasional
menjelaskan dua unsur pembangunan yang sangat fundamental dalam
kaitannya dengan pembinaan masyarakat lokal yaitu :
1. Sumber daya, dalam hal ini pemanfaatan/pengelolaan sumber daya
fisik, sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan tekhnologi.
2. Organisasi sebagai pelaku. Norma, nilai yang membatasi/mengatur
anggota dalam pencapaian tujuan
2.3.3. Strategi dan Prinsip Pembinaan
Parson et.al (1994:112-113) menyatakan bahwa proses pembinaan
umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang
menyatakan bahwa proses pembinaan terjadi dalam relasi satu lawan satu
antara pekerja sosial dan klien (masyarakat) dalam setting pertolongan
perseorangan. Dalam konteks pekejaan sosial pembinaan dapat dilakukan
melalui :
1. Asas Mikro, pembinaan melalui bimbingan tujuannya membimbing
atau melatih masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan.
Model yang sering disebut pendekatan yang berpusat pada tugas
(task centered approach).
2. Asas
Mezzo,
pembinaan
dilakukan
pada
sekelompok
klien
(masyarakat), metode ini dilakukan dengan menggunakan kelompok,
media intervensi, tujuan meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam menghadapi permasalahan.
34
3. Asas Makro, pendekatan sistem besar (large system strategy)
perumusan
kebijakan,
pengorganisasian
perencanaan
masyarakat,
sosial,
manajemen
konflik.
aksi
sosial,
Metode
ini
memandang kilen sebagai orang memiliki kompetensi.
Menurut beberapa penulis seperti, Solomon (1976), Rappaport (19811984), Pinderhughes (1983), Swift (1984), Swift and Lenn (1987),
Week,Rapp,Sulivan
dan
kisthardt
(1989),
terdapat
beberapa
prinsip
pembinaan menurut perspektif sosial (Suharto, 1997:216-217), Yaitu :
1. Pembinaan adalah sebuah proses kolaboratif
2. Proses pembinaan menempatkan masyarakat sebagai aktor subjek
yang berkompeten
3. kompetisi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup.
4. solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus
5. jaringan-jaringan sosial informal sebagai sumber dukungan
6. masyarakat harus berpartisipasi dalam pembinaan
7. keberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber secara
efektif dan efisien.
8. proses pembinaan bersifat dinamis, sinergis, evolutif.
Dari pandangan mengenai pembangunan masyarakat memperjelas
bahwa sasaran dari pembangunan masyarakat adalah usaha-usaha yang
dilakukan untuk mencapai hidup yang lebih baik. Ada beberapa pendekatan
35
yang dapat dilakukan untuk mencapai pembangunan masyarakat (Salman,
2005) antara lain;
a. Pendekatan self help (menolong diri sendiri), masyarakat dapat
meningkatkan dan memperbaiki kondisi sosialnya. Anggapan dalam
pendekatan ini bahwa masyarakat dapat, akan, dan seharusnya
berkolaborasi dalam memecahkan masalahnya.
b. Pendekatan technical assistance (bantuan teknis), bahwa struktur
dapat mempengaruhi perilaku, anggapan dalam pendekatan ini yakni
dengan memberikan bantuan teknis seperti teknologi, informasi, atau
cara berfikir sehingga dapat saling bekerja sama dengan masyarakat.
c. Pendekatan conflict (konflik), yakni masyarakat dipolarisasikan dalam
bentuk kelompok-kelompok untuk kemudian mengembangkan dirinya
dalam mendapatkan sumber daya dalam rangka memperbaiki kondisi
ekonominya.
2.3.4. Tujuan Pembinaan
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pembinaan secara operasional,
maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang menunjukkan
seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program
pembinaan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada
aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan (misalnya; masyarakat kurang
mampu) yang perlu dioptimalkan. Schuler, Hasmaeni dan Riley (Suharto,
2004) mengembangkan delapan indikator, yang mereka sebut sebagai
36
empowerment index atau indeks pembinaan. Keberhasilan pembinaan
masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut
kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan
kemampuan kultural politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat
dimensi kekuasaan, yaitu ; kekuasaan di dalam (power with in), kekuasaan
untuk (power to), kekuasaan atas (power over) dan kekuasaan dengan
(power within).
Menurut Sumodiningrat (2002, dalam Sulistyaningsih, 2004: 82)
Pembinaan tidak selamanya, melainkan dilepas untuk mandiri, meski dari
jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti
pembinaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status
mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara
terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Menurut Wiranto (1999),
pembinaan merupakan upaya untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya bagi penduduk kategori miskin untuk melakukan kegiatan
sosial ekonomi yang produktif, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah
yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Dengan demikian,
pembinaan masyarakat pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan
akses bagi individu, keluarga dan kelompok masyarakat terhadap sumber
daya untuk melakukan proses produksi dan kesempatan berusaha. Untuk
37
dapat mencapai hal tersebut diperlukan berbagai upaya untuk memotivasi
dalam bentuk antara lain bantuan modal dan pengembangan sumber daya
manusia.
Untuk mengelola sumber daya tersebut, menurut Tikson (2001),
model pembangunan (community development/CD) merupakan alternatif
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya masyarakat
pedesaan. Di mana sasaran utama CD adalah menolong masyarakat untuk
meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di daerah dengan
potensi dan sumber daya yang dimilikinya. Hasil akhir dari CD ini adalah
terciptanya masyarakat yang mandiri atau masyarakat yang mampu
menciptakan prakarsa sendiri (self propelling) dan pertumbuhan ekonomi
yang berwawasan lingkungan (sustainable economic growth) dengan
menggunakan sumber daya yang ada.
Sejalan dengan itu, Gany (2001) juga berpendapat bahwa konsep
pembinaan dapat dilihat sebagai upaya perwujudan interkoneksitas yang ada
pada suatu tatanan dan atau penyempurnaan terhadap elemen tatanan yang
diarahkan agar suatu tatanan dapat berkembang secara mandiri. Dengan
kata lain, pembinaan adalah upaya-upaya yang diarahkan agar suatu tatanan
dapat mencapai suatu kondisi yang memungkinkannya membangun dirinya
sendiri.
38
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dalam aktivitas
pembinaan terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
pengembangannya yaitu :
1. Pengetahuan dasar dan keterampilan intelektual (kemampuan
menganalisis hubungan sebab akibat atas setiap permasalahan
yang muncul).
2. Mendapatkan akses menuju ke sumber daya materi dan non materi
guna mengembangkan produksi maupun pengembangan diri
mereka.
3. Organisasi dan manajemen yang ada di masyarakat perlu
difungsikan
sebagai
wahana
pengelolaan
kegiatan
kolektif
pengembangan mereka.
Oleh karena itu, pembinaan adalah upaya untuk mendorong dan
memotivasi sumber daya yang dimiliki serta berupaya mengembangkan dan
memperkuat potensi tersebut yaitu penguatan individu dan organisasi dengan
membangkitkan
kesadaran
akan
potensi
yang
dimiliki.
Pembinaan
masyarakat juga ditujukan untuk mengikis fenomena kemiskinan.
2.4.
Tinjauan Tentang Olahraga
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau
usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensipotensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan
39
kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan
prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana
untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan
kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan,
Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya
Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak
dapat
ditinggalkan.
Olahraga
merupakan
alat
untuk
merangsang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur
anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan
kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan
lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti
kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti PenjasOr (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson : Children in Sport dalam
Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992).
Menurut Dr. Cameron Poe, Olahraga terdiri dari aktivitas fisik yang
dilakukan
untuk
berbagai
tujuan
untuk
pertandingan,
kesenangan,
pembangunan, keterampilan, keunggulan, dan sebagainya. Perbedaan
tujuan inilah yang membedakan sifat sesuatu olahraga itu. Misalnya,
berenang secara kompetitif di depan ribuan penonton akan dihitung sebagai
40
olahraga tetapi berenang sendirian di kolam atau laut dilihat sebagai kegiatan
rekreasi.
Ada berbagai jenis olahraga, dan kebanyakan mengorbankan waktu,
uang, dan keinginan manusia baik sebagai peserta atau pun sebagai
penonton.
Kegiatan seperti permainan papan dan permainan kartu kadangkadang diklasifikasikan sebagai "olahraga pikiran," tapi sesungguhnya
"olahraga" dengan sendirinya mengacu pada beberapa aktivitas fisik. Nonkompetitif kegiatan juga mungkin memenuhi syarat, misalnya jogging atau
bermain biasanya diklasifikasikan sebagai bentuk rekreasi, mereka juga
mungkin informal disebut "olahraga" karena kesamaan mereka untuk
permainan yang kompetitif.
Olahraga diatur oleh seperangkat aturan atau kebiasaan. Peristiwa fisik
seperti mencetak gol atau melintasi garis pertama sering menentukan hasil
dari olahraga. Namun, tingkat keterampilan dan kinerja dalam beberapa
olahraga seperti skating,menyelam, Dressage dan angka dinilai menurut
kriteria yang didefinisikan dengan baik. Hal ini berbeda dengan kegiatan
dinilai lainnya seperti kontes kecantikan dan membangun tubuh, di mana
keterampilan tidak harus ditampilkan dan kriteria yang tidak didefinisikan
dengan baik.
41
Catatan disimpan dan diperbarui untuk olahraga yang paling sering
dimainkan di tingkat tertinggi, sementara kegagalan dan prestasi secara luas
diumumkan dalam berita olahraga. Olahraga yang paling sering dimainkan
hanya untuk kesenangan atau untuk fakta sederhana bahwa orang perlu
latihan untuk tetap dalam kondisi fisik yang baik. Namun, olahraga
profesional merupakan sumber utama hiburan.
Sementara praktek mungkin berbeda, olahraga peserta diharapkan
untuk menampilkan sportivitas yang baik, dan mengamati standar perilaku
seperti menjadi menghormati lawan dan pejabat, dan memberi selamat
pemenang ketika kalah .
42
Download