1 DANA PUNYA SEBAGAI KEWAJIBAN UMAT HINDU YANG

advertisement
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
DANA PUNYA
SEBAGAI KEWAJIBAN UMAT HINDU YANG UTAMA
UNTUK MENCAPAI JAGADHITA
Ni Putu Sudewi Budhawati
___________________________________________________________________
ABSTRACT
The instructoin of charity have come from Sruti and smrti, said to be of good
quality when based on sattvika nature and does not in conflict with the basic
framework tri Hinduism. But today arises an assumption that charity is having an
invested motives, to achieve certain goals and are not sincere, full of desire. This
phenomenon arises due to the lack of understanding people have about the
teachings of Charity, limited to only religious activities, but also a humanitarian
issue of religious responsibility. Needed a way to motivate Hindus to help those
who can not afford the social welfare. Funds had to be an attempt to maintain the
balance of life which otherwise creates social problems such as crim, beggars,
homeless and other social problems. Charity guides man towards perfection
mentally and physically, the aim and goal of Hinduism, the Moksartham Jagadhita
ya ca iti dharma, so it needs to be disseminated to the public.
Keywords : Finds, The main Obligationsof Hindus, Jagadhita
____________________________
PENDAHULUAN
Salah satu ajaran pokok agama Hindu yang harus dihayati dan diamalkan
untuk tegaknya dharma agama Hindu adalah ajaran berdana. Ajaran berdana ini
mempunyai peranan yang penting sebagai suatu yajña. Dengan yajña hukum
agama Hindu dapat ditegakkan secara baik, seperti ditegaskan dalam kitab Atharva
veda (dalam Adiputra, dkk, 2004 : 98) sebagai berikut:
Satyam brhad rtam ugram,
diksa lapo brahma yajñah prthivim dharayanti,
sa no bhtilasya bhny ayya patynyttruni lokam.
Terjemahan:
Kebenaran (satya) hukum yang agung yang kokoh dan suci (rta), tapa, brata
dan yajña, inilah yang menegakkan bumi. Semoga bumi ini, ibu kami
sepanjang masa, memberikan tempat yang lega bagi kami.
Mantram di atas menunjukkan bahwa yajña merupakan salah satu
penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini. Tuhan telah menciptakan manusia
dengan yajña, dengan yajña manusia mengembang dan kesucian diri adalah dasar
1
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
yang utama dalam pelaksanaan yajña, seperti ditegaskan dalam
Sarasamuccaya, sebagai berikut :
kitab
Na dānādduskarataram trisu lokesu vidyate,
arse hi mahatī trsna sa ca krcchrena labhyate.
(Sarasamuccaya, 172)
Terjemahan:
Sebab di dunia tiga ini tidak ada yang lebih sulit dilakukan daripada berdana
punya (bersedekah), (umumnya) sangat besar terlekatnya hati kepada harta
benda, karena dari usaha bersakit-sakitan harta benda itu diperoleh (Kajeng,
dkk, 2005:137).
Dhanāni jivitam caica parārthe prājñā utsrajet,
sannimittam varam tyāgo vinace niyate sati.
(Sarasamuccaya, 175)
Terjemahan:
Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya, tidak sayang merelakan
kekayaannya, nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum tahulah
beliau akan maut pasti datang dan tidak adanya sesuatu yang kekal, oleh
karena itu adalah lebih baik berkorban (rela mati) demi untuk kesejahteraan
umum (Kajeng, dkk, 2005:138).
Sloka di atas menegaskan bahwa ajaran berdana bertujuan untuk
menumbuhkan sikap mental pribadi manusia sebagai salah satu wujud pelaksanaan
ajaran wairagya, yaitu ketidakterikatan diri seseorang terhadap benda-benda
materi, benda-benda lahiriah yang bertujuan memuaskan nafsu indria seseorang.
Ditambah lagi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
menyebabkan terjadinya pembauran dalam pergaulan sehingga menimbulkan
terjadinya pergeseran nilai sosial. Disamping itu juga pengertian umat tentang dana
punya masih terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan saja,
padahal masalah-masalah kemanusiaan juga merupakan tanggung jawab umat
beragama, sehingga memotivasi umat Hindu untuk berdana punya terutama bagi
yang mampu, kemudian secara terkoordinir diarahkan untuk membantu mereka
yang tidak mampu adalah suatu hal yang sangat mulia yang mewujudkan
kesejahteraan sosial.
Dana punya merupakan suatu usaha untuk menjaga keseimbangan
kehidupan, karena pada kenyataannya kegiatan berdana punya merupakan
penyaluran sesuatu dari yang berlebihan kepada yang kekurangan. Keseimbangan
dunia sangat diperlukan, apabila kehidupan di dunia ini penuh dengan
ketidakseimbangan (ketimpangan), maka akan muncul berbagai masalah sosial
seperti tindak kejahatan, pengemis, gelandangan, dan masalah sosial lainnya.
Dengan memahami nilai positif yang terkandung dalam ajaran dana punya,
maka kita telah melaksanakan ajaran Tat Tvam Asi, karena bagaimanapun juga
manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan
2
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
orang lain. Ajaran dana punya merupakan ajaran yang membimbing manusia
menuju pada kesempurnaan lahir bathin yang merupakan tujuan hidup umat Hindu,
yaitu Moksartham jagat hita ya ca iti dharma, oleh karena itu ajaran berdana perlu
disosialisasikan dalam masyarakat, karena merupakan ajaran yang wajib hukumnya
menurut Hindu.
MODEL ALUR PIKIR
Sumber Ajaran Agama Hindu
(Sruti, Smrti dan Susastra Hindu)
Sradha
Yajña
Sattvika
Rajasika
Tamasika
Sattvika Dana
Aplikasi, adaptasi dan implementasi kegiatan
berdana punya dalam kehidupan sehari-hari
KONSEP DANA PUNYA
Dana Punya dalam kamus Bahasa Sansekerta-Indonesia
(dalam
Bantas,dkk,1996: 219) terdapat dua jenis kata dana, pertama dalam kelompok kata
benda neuter, yang berarti pemberian, hadiah, persembahan dalam suatu korban,
kedua sebagai kata benda masculine, kata dana berarti pembagian, bagian
khususnya berupa makanan pada waktu pesta berkenaan dengan suatu upacara
korban. Sedangkan dalam bentuk adjective, kata punya berarti selamat, baik,
bahagia, indah, suci, dalam bentuk neuter kata punya berarti kebaikan, jasa,
pekerjaan yang baik, jasa keagamaan. Sedangkan Menurut Supatra (2004:1)
menjelaskan bahwa dana punya berarti pemberian atau sumbangan yang didasari
atas hati yang suci. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dana punya adalah
pemberian yang baik dan suci.
TUJUAN DANA PUNYA
Melaksanakan dana punya memiliki dua tujuan, yaitu tujuan yang bersifat
nyata, duniawi dan tujuan yang bersifat spiritual. Tujuan yang bersifat nyata adalah
3
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
menghimpun dana untuk membiayai segala kegiatan dharma, sedangkan tujuan
spiritualnya adalah menumbuhkan sikap mental pribadi dari setiap umat dalam
mewujudkan pelaksanaan wairagya, yaitu melepaskan diri dari keterikatan
seseorang terhadap benda-benda duniawi, benda-benda lahiriah yang semata-mata
hanya memberikan kepuasan nafsu indria yang bersifat sementara saja. Disamping
itu pelaksanaan dana punya juga berarti membimbing umat manusia menuju
kepada kesempurnaan lahir dan bathin.
SUMBER HUKUM DAN PAHALA DANA PUNYA
Ajaran dana punya bersumber pada ketentuan ajaran agama yang dikenal
dengan hukum-hukum atau dharma agama. Ketentuan mengenai dharmathanya
(hukumnya dan tujuannya Veda Smrti). Apabila kita memperhatikan rumusan ayat
atau pasal-pasal yang terdapat di dalam kitab Veda Smrti tersebut, dana punya
bersifat obligator (memaksa) dan anjuran (sugesti), karena bagi yang dapat
melakukan dana punya pahalanya adalah sorga dan kebajikan-kebajikan lainnya
yang di dalam agama Hindu dianggap sebagai tujuan dari hidup beragama. Adapun
sumber-sumber ajaran dana punya dan apa saja yang dapat didermakan serta
pahalanya adalah sebagai berikut:
1. Dalam Kitab Bhagavadgita
Bhagavadgita sebagai Veda kelima atau Pancamoveda menguraikan secara
singkat mengenai dana punya. Sloka Bhagavadgita XVIII.5 menyebutkan sebagai
berikut :
Yajña dāna tapah karma
na tyājyam kāryam eva tat,
yajño dānam tapas chai’va
pāvanāni manishinam.
Terjemahan:
Mengadakan upacara, sedekah dan tapabrata jangan diabaikan melainkan
harus dilakukan, Sebab upacara, sedekah serta tapabrata adalah pensuci bagi
orang arif bijaksana (Pendit, 2002:424).
Uraian di atas menegaskan bahwa kegiatan dana atau pemberian sedekah
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, disejajarkan dengan kegiatan yajña
dan tapa, seperti dinyatakan bahwa kegiatan tersebut dapat membuat orang
bijaksana dan dengan kebijaksanaan orang akan mendapatkan kesucian. Dengan
demikian dana punya merupakan kegiatan yang amat tinggi nilainya dalam
menjalankan ajaran dharma. Disamping itu dana, yajña dan tapa harus dilakukan
secara berkesinambungan sebagai suatu kewajiban manusia yang berjalan di atas
garis ajaran dharma. Lebih lanjut dalam Bhagavadgita (dalam Supatra, 2004:20),
dijelaskan bahwa ada tiga macam sifat dana, yaitu: a) Satvika Dana, adalah dana
punya yang diberikan kepada seseorang tanpa mengharapkan balasan jasa, dengan
4
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
perasaan bahwa dana merupakan kewajiban. Dana itu diberikan pada waktu yang
tepat, tempat yang sesuai, dan diberikan kepada orang yang patut menerima, b)
Rajasika Dana, adalah pemberian yang dilakukan dengan harapan untuk
mendapatkan imbalan atau balasan jasa dikemudian hari sesuai dengan yang
diinginkan. Berdana pada golongan ini didasari atas motif tertentu dan
dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu serta bersifat tidak ikhlas, penuh
dengan keinginan dan c) Tamasika Dana, adalah dana atau pemberian yang
dilakukan pada tempat dan waktu yang salah, atau diberikan kepada orang-orang
yang tidak patut, tanpa upacara atau etika tertentu dan bersifat bodoh.
Pelaksanaan dana punya dalam Bhagavadgita menekankan pada suasana
hati atau perasaan dari para pemberi dana punya itu, dana punya diberikan dalam
suasana pemujaan akan kebesaran Tuhan sebagai maha pengasih dan merupakan
suatu kewajiban, sehingga dalam memberikannya hendaknya dilandasi oleh suatu
kesadaran moral atau kepercayaan yang tinggi, sebagai jalan untuk mencapai
kesucian dalam rangka pembebasan abadi.
2.
Dalam Kitab Manawa Dharmasastra
Dalam kitab Manawa Dharmasastra dapat kita jumpai pada:
Caktito ‘pacamanebhyo data wyam grha medhina,
samwaibhagacca bhutebhyah kartawyo ‘nuparodhatah.
( MD IV.32)
Terjemahan:
Seorang kepala keluarga harus memberi makanan sesuai dengan
kemampuannya kepada mereka yang tidak menanak untuk dirinya sendiri
(yaitu pelajar dan pertapa) dan kepada semua makhluk, seseorang itu
hendaknya membagi-bagikan makanan tanpa mengganggu kepentingannya
sendiri (Pudja dan Sudharta, 2003:221).
Craddhayestam ca purtam ca nityam kuryada tandritah,
craddhakrite hyaksaye te bhawatah swagatairdhanaih.
(MD IV.226)
Terjemahan:
Ia hendaknya tanpa mengenal jerih payah, selalu menghaturkan upacaraupacara kurban serta melakukan pekerjaan-pekerjaan amal yang dilaksanakan
penuh kepercayaan kepada Tuhan, sebab persembahan dan pekerjaan amal
dilakukan dengan uang yang didapat secara halal mendapatkan pahala yang
tak henti-hentinya (Pudja dan Sudharta, 2003:272).
Dhanadharmam niseweta nityamaistikapaurtikam,
paritustena bhawena patramasadya caktitah.
(MD IV. 227)
5
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
Terjemahan:
Hendaknya ia selalu melaksanakan tugas-tugas dengan tulus-ikhlas dan
murah hati sesuai dengan kemampuannya dan dengan hati yang gembira.
Apakah dengan cara mempersembahkan upacara-upacara kurban, ataupun
dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan amal, kalau ia menemui pihak yang
patut berharga untuk menerima pemberiannya (Pudja dan Sudharta,
2003:272).
Kutipan di atas menegaskan bahwa kegiatan persembahan (yajña) dan
amal (dana punya) harus dilakukan secara terus-menerus dan tiada henti-hentinya
tanpa mengenal lelah dan didasari dengan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, secara tulus ikhlas, penuh rasa senang, cinta kasih dan sesuai dengan
kemampuan. Dana punya bukan hanya berwujud materi saja, namun juga yang
berwujud non materi seperti pekerjaan, amal, sumbangan tenaga dan pikiran.
Istilah penerima yang layak, dimaksudkan kepada orang yang baik dan patut
diberikan dana punya itu. Jadi tidak semua orang dapat diberikan dan tidak semua
pengemis dapat diberikan sedekah, karena bila hal tersebut dilakukan, disamping
mendidik tidak baik, kepada pendermanya pun diancam masuk neraka. Disamping
itu Veda menetapkan juga orang-orang yang tidak layak diberi dana seperti
ditegaskan dalam Manawa Dharma Sastra IV.190 dan 192, sebagai berikut:
Atapastwanadhiyanah prati graha rucirdwijah,
ambhasyacmaplawenewa saha tenaiwa majjati.
Terjemahan:
Seorang Brahmana yang tidak melakukan tapa bratha dan juga tidak
mempelajari Veda namun gembira jika menerima pemberian-pemberian,
tenggelam kedalam neraka bersama dengan pemberian-pemberiannya itu
sebagai halnya seorang yang menyebrangi sungai dengan sebuah sampan
terbuat dari batu yang akhirnya tenggelam ke dasar sungai (Pudja dan
Sudharta, 2003:262).
Na waryapi prayatchettu baidala wratike dwije,
na baka wratike wipre naweda widi dharmawit.
Terjemahan:
Seorang yang tahu akan hukum pemberian haruslah jangan memberikan
sesuatu walau air sekalipun pada seorang Brahmana yang berperilaku sebagai
seekor kucing (berpura-pura), tidak pula pada seorang yang tidak mengenal
Veda (Pudja dan Sudharta, 2003:262).
Yatkimcidapi datawyam ye citenanasuyaya,
utpatsyate hi tat patram yattarayati sarwatah.
(MD IV.228)
6
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
Terjemahan:
Apabila ia dimintai, hendaknya ia selalu memberikan sesuatu, walaupun kecil
jumlahnya, tanpa perasaan mendongkol, karena penerima yang patut akan
mungkin ditemui yang menyelamatkannya dari segala dosa (Pudja dan
Sudharta, 2003:272-273).
Pemberian ajaran Veda atau ajaran dharma dianggap sebagai pemberian
yang paling utama, karena dengan pemberian ajaran dharma, manusia dapat
berbuat sesuai dengan ajaran dharma. Jiwa-jiwa manusia dituntun untuk
mendapatkan pencerahan, dengan pencerahan manusia terlepas dari kegelapan
(avidya). Sloka di atas menggambarkan bahwa apa saja dapat didermakan atau
dipunyakan kepada orang yang memerlukan asalkan dilandasi dengan hati yang
tulus-ikhlas, dan tidak pamrih. Dalam berdana punya sepatutnya terdapat suatu
hubungan yang positif atau sejalan antara pemberi dana punya dengan penerima
dana punya. Terjadi hubungan yang saling menghargai, hormat-menghormati dan
sama-sama didasari dengan ketulusan hati antara si pemberi dengan si penerima
dana punya, seperti ditegaskan dalam Manawadharmasastra sebagai berikut :
Yena yena tu bhawena yadyaddanam prayacchati,
tattattenaiw bhawena prapnoti pratipujitah.
(MD IV.234)
Terjemahan:
Karena dengan maksud apapun seseorang itu menghadiahkan pemberian
dengan maksud yang sama-sama pula ia akan menerima nantinya dalam
kelahiran berikutnya dengan penghormatan yang menyertai hadiah itu (Pudja
dan Sudharta, 2003:274).
Yo ‘rcitam pratigrihnati dadatyarcitamewa ca,
tawubhau gacchatah swargam narakam tu wiparyaye.
(MD IV.235)
Terjemahan:
Ia yang dengan hormat menerima pemberian dan ia yang tulus
memberikannya, keduanya mencapai sorga, jika kebalikannya maka
keduanya akan jatuh ke neraka (Pudja dan Sudharta, 2003:274).
3.
Dalam Kitab Sarasamuccaya
Dalam Kitab Sarasamuccaya 169 ditegaskan sebagai berikut:
Na mātā na pita kiñcit kasyacit pratipadyate,
dāna pathyodano jantuh awakarmaplhalamacnute.
Terjemahan:
Pemberian sedekah itu, bukan si bapa, bukan si ibu yang akan menikmati
akan buah hasilnya, melainkan hanya orang yang berbuat kebajikan
bersedekah itulah, ia saja yang akan menikmati buah hasil kebajikan, amal
sedekahnya itu (Kajeng, dkk, 2005:135).
Amatsaryam budhāh prāhurdānam dharama ca samyamam,
avasthitena nityam hi tyāge tyāsādyate ‘subham.
(Sarasamuccaya,170)
7
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
Terjemahan:
Yang disebut dana (sedekah) kata Sang Pandita, ialah sifat tidak dengki (iri
hati), dan yang taat berbuat kebajikan (dharma) sebab jika tetap terusmenerus begitu, senantiasa akan diperolehnya keselamatan, sama pahalanya
dengan amal saleh yang berlimpah (Kajeng, dkk, 2005:135).
Dānenā bhogī bhavati medhāvi vrddhasevayā,
ahiñsayā ca dīrghāyuriti prāhurmanīsinah.
(Sarasamuccaya,171)
Terjemahan:
Maka hasil pemberian sedekah yang berlimpah-limpah, adalah diperolehnya
pelbagai kenikmatan di dunia lain kelak akan pahala pengabdian kepada
orang tua-tua, adalah diperolehnya hikmah kebijaksanaan, yaitu tetap
waspada dan sadar, adapun akibat ahimsa yaitu tidak melakukan perbuatan
membunuh adalah usia panjang, demikian kata Sang Pandita (orang arif
bijaksana) (Kajeng, dkk, 2005:136).
Na dānādduskarataram trisu lokesu vidyate,
arse hi mahati trsna sa ca krcchrena labhyate.
(Sarasamuccaya,172)
Terjemahan:
Sebab di dunia tiga ini tidak ada yang lebih sulit dilakukan daripada berdana
punya (bersedekah), (umumnya) sangat besar terlekatnya hati kepada harta
benda, karena dari usaha bersakit-sakitlah harta benda itu diperoleh (Kajeng,
dkk, 2005:137).
Duskaram bata kurvanti mahator ‘thāmstyajati ye,
vayametān parityaktumasato‘pi na sakkumah.
(Sarasamuccaya,173)
Terjemahan:
Sungguh heran hamba akan orang yang dapat melepaskan segala barangbarang kepunyaannya dan berhasil melakukan sesuatu yang sukar untuk
dilaksanakan, sebabnya demikian (hamba heran), karena tidak ada sesuatu
pada hamba, sudah pasti hamba tidak dapat melepaskan (memberikan) yang
tidak ada pada hamba. Itulah sebabnya hamba tak henti-hentinya
berkeinginan, mengharap-harapkan sesuatunya untuk dapat kemudian
disedekahkan. (Kajeng, dkk, 2005:136).
Tidak merasa iri hati atau dengki terhadap orang lain dikatakan
mempunyai sifat dana. Kutipan di atas menyatakan bahwa keterikatan akan harta
kekayaan sangat kuat dan harta itu juga sulit didapat, oleh karena itu perbuatan
berdana punya dianggap sulit untuk dilaksanakan sehingga dianggap
mengherankan ada orang yang sanggup melaksanakan sesuatu yang sukar
dilaksanakan.
Arthavānarthamarthibhyo na dadātyatra ko gunah,
ekaiva gatirarthasya dānamanyā vipattayah.
(Sarasamuccaya,174)
8
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
Terjemahan:
Akan tetapi, jika menggembar-gemborkan orang yang kaya memberi sedekah
kepada orang yang patut dikasihani, sebenarnya tiada gunanya itu, sebab
hanya satu saja gunanya kekayaan, yaitu untuk disedekahkan, jika lain dari
pada itu kegunaannya, disebut menimbulkan duka kemiskinan (Kajeng, dkk,
2005:138).
Dhanāni jīvitam caica parārthe prājña utsrajet,
sannimittam varam tyāgo wināce niyate sati.
(Sarasamuccaya,175)
Terjemahan:
Maka tindakan orang yang tinggi penetahuannya, tidak sayang merelakan
kekayaannya, nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum (karena)
tahulah beliau akan maut pasti datang dan tidak adanya sesuatu yang kekal
karena itu adalah lebih baik berkorban (rela mati) demi untuk kesejahteraan
umum (Kajeng, dkk, 2005:138).
Agnihotr phalā vedā dattabhuktaphalam dhanam,
ratiputraphalā nārī sīlavrttaphalam srutam.
(Sarasamuccaya,177)
Terjemahan:
Inilah yang hendak hamba beritahukan, guna kitab Veda untuk dipelajari,
Siwa Agni (manefestasi Tuhan) patut dipuja agar tahu mantra serta bagianbagian dari kurban kebaktian, widhiwidhana (upacara dalam kehidupan) dan
lain-lainnya, adapun gunanya harta kekayaan disediakan adalah untuk
dinikmati dan disedekahkan, akan guna wanita untuk dijadikan istri dan
untuk melanjutkan keturunan, baik wanita maupun pria, guna Sastra suci
untuk diketahui dan diamalkan dalam sila dan acara, sila adalah pekerti
pembawaan diri, acara artinya tingkah laku sesuai dengan ajaran agama
(Kajeng, dkk, 2005:140).
Eka svādu na bhunjīta ekah svārthān na singtayet,
eko na gaschedadhvānam naikah suptesu jāgryāt.
(Sarasamuccaya, 226)
Terjemahan:
Dan tidak boleh sendiri saja menikmati sesuatu yang menyenangkan, seperti
mengecap makanan yang lezat dan menyegarkan, dan tidak boleh sendiri saja
memutuskan sesuatu yang dikerjakan, hendaklah soalnya dirundingkan
dengan orang lain, dan janganlan pergi sendiri saja, lagi pula tidak baik
bangun sendiri selagi semua kawan-kawan masih tidur.
Saripati dari sloka di atas menandaskan bahwa janganlah terlalu
mementingkan diri sendiri saja, sebaiknya rasa kebersamaan itu perlu dipupuk dan
dibina. Untuk itu jelas diperlukan pengorbanan, walaupun tidak selalu berupa harta
benda, pengorbanan pikiran, waktu, keikhlasan diri setiap orang, walaupun tidak
berwujud harta benda juga merupakan dana punya. Pemberian sedekah itu, bukan
orang lain yang menikmati hasilnya, melainkan orang yang berbuat kebajikan atau
9
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember 2013
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
sedekah itu sendirilah yang menikmati buah hasilnya. Kekayaan gunanya untuk
disedekahkan, jika lain daripada itu akan menimbulkan duka kemiskinan. Orang
yang tinggi pengetahuannya rela kekayaan atau hartanya hancur demi
kesejahteraan umum, bahkan nyawanyapun diserahkan (rela mati) demi
kepentingan orang banyak, karena beliau tahu di dunia ini tidak ada sesuatu yang
kekal. Oleh sebab itu yang patut diperbuat, janganlah kikir, bersedekahlah,
kerjakanlah amal, karena kekayaan itu tidak akan habis-habisnya, jika karma phala
yang mengadakannya itu tidak putus, inilah gunanya kitab suci Veda untuk
dipelajari, manefestasi Sang Hyang Widhi (Tuhan) patut dipuja agar tahu mantra
serta bagian-bagian dari kurban kebaktian, widhi widhana (upacara dalam
kehidupan) dan lain-lain.
Harta kekayaan tidak ada gunanya jika tidak untuk disedekahkan dan tidak
sekedar dinikmati saja, begitupun kesaktian tidak berguna jika bukan alat untuk
mengalahkan musuh, demikian pula sastra tidak berguna jika tidak untuk menjadi
suluh pada pelaksanaan dharma dan budi kearifan tiada gunanya jika tidak untuk
menaklukkan hawa nafsu agar tidak dikuasai oleh rajah dan tamah. Orang yang
keadaan harta kekayaannya pasang surut akan tetapi tidak dipergunakan untuk
sedekah, ia itu tidak lain dari orang mati, hanyalah karena bernafas, itulah bedanya
dari mayat. Keutamaan dana punya yang diberikan atau dilakukan menurut supatra
(2004 :28), ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: a) Drewya, yaitu materi
atau harta benda yang patut disumbangkan atau didanapunyakan, yakni harta
benda yang masih dalam keadaan baik, b) Kala, yaitu waktu yang baik untuk
melakukan dana punya adalah pada waktu matahari berada di belahan utara, yang
disebut uttarayana (purnama kadasa) saat ini umat Hindu diwajibkan
melaksanakan dana punya secara serentak, daksinayana, yaitu pada saat matahari
berada pada belahan bumi selatan dan sadacitimukha, yaitu pada saat terjadinya
gerhana bulan atau matahari, c) Agama, yaitu ajaran dharma sastra, yakni
memberikan pendidikan atau ajaran yang mendalam mengenai ajaran dharma, d)
Ksetra, yaitu orang yang patut diberikan satau dana punya adalah orang yang baik,
tidak cacat moral, e) Data, yaitu orang yang melakukan dana punya dan f) Manah,
yaitu pikiran atau niat baik atau kepintaran dari orang yang melakukan dana punya,
keikhlasan, keyakinan dan tingkat cinta kasih si pemberi dana punya.
Jenis harta kekayaan yang dapat disedekahkan itu tentunya disesuaikan
dengan kemampuan dan harta benda yang dimilikinya, yang penting dapat
melakukan pemberian atau bersedekah kepada yang memerlukan atau orang suci.
Adapun harta yang disedekahkan atau dipunyakan itu jenisnya berbeda-beda,
seperti: tanah, ajaran sastra, ajaran agama, ilmu pengetahuan, benda-benda duniawi
atau material, harta benda kekayaan, bahkan ada yang dikenal dengan atidana,
yakni persembahan anak gadis yang cantik dan ayu, bahkan ada yang dikenal
dengan mahatidana, yakni persembahan jiwa raga. Kesemua jenis pemberian di
10
2013
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
atas menurut ajaran agama Hindu akan mendatangkan hasil atau pahala yang besar
dan memperoleh tempat yang mulia di alam sorga.
Himpunan keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek
Agama Hindu (dalam Tim Penyusun,1999:84) menyebutkan bahwa yang
berkewajiban melaksanakan dana punya, yaitu : para penguasa negara atau
pemerintah, para pemuka agama dan pemuka masyarakat, penyelenggara yajña
(sang yajamana), saudagar, usahawan, orang-orang yang mampu, sewaktu-waktu
diwajibkan bagi setiap umat yang berpenghasilan tetap, bagi umat yang
berpenghasilan tinggi. Disebutkan pula bahwa orang yang berhak menerima dana
punya adalah para guru rohani, nabe, dangacarya (sulinggih), orang miskin yang
terlantar, orang cacat, orang yang terkena musibah, tempat suci atau parahyangan,
lembaga-lembaga sosial, rumah sakit, pasraman atau pendidikan.
Memberikan sesuatu kepada orang lain selalu dianjurkan untuk
dilaksanakan, karena akan mendatangkan pahala. Tetapi tidak semua pemberian itu
akan memperoleh pahala, tergantung pada apa yang diberikan, darimana pemberian
itu didapat, bagaimana sikap saat memberikan dan kapan pemberian itu dilakukan.
Jika kesemuanya sudah tepat dan benar, maka akan berpahalalah pemberian atau
dana punya itu, seperti apabila ada orang lapar, maka berilah makanan, bila haus
berilah air dan bila sakit berilah obat-obatan. Dengan demikian marilah kita
perbaharui lagi sikap kita dalam melaksanakan ajaran berdana punya agar berguna,
seperti disebutkan dalam kitab Atharva veda III.24.5 (dalam Somvir, 2001 : 51),
sebagai berikut : “Bekerjalah kamu dengan seratus tangan dan berdana punyalah
dengan seribu tanganmu.” Dan Dana Punya merupakan kewajiban umat Hindu
yang utama harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang jagadhita, seperti
ditandaskan dalam kitab Sarasamuccaya 168, sebagai berikut :
Nyang rincining mitra ngaranya, nyang adagang wanija, banyaga,
yeki mitraning wwang manglampuran, apasah apadohan, kunang
mitra sang grhastha, strinira ika yapwan wwang alara, walyan,
mamimami mitranika, kunang ikang wwang meh matya,
dhanapunya mitranika.
Terjemahan:
Inilah perincian yang disebut persahabatan orang yang berdagang, saudagar,
juragan, Inilah sahabatnya orang yang suka mengembara, bercerai, berjauhan.
Sahabat orang yang berumah tangga adalah istrinya, orang sakit dokter atau
dukun (orang pembuat obat-obatan) merupakan kawannya itu, akan tetapi
orang yang hampir mati adalah dana punya (amal sedekah) sahabatnya
(Kajeng, dkk, 2005:134).
PENUTUP
Memperhatikan sloka-sloka yang terdapat dalam kitab suci Veda tersebut,
telah ditegaskan dengan jelas bahwa dana punya adalah salah satu amal ibadah
11
2013
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember
Ni Putu Sudewi Budhawati, Dana Punya Sebagai Kewajiban Umat Hindu Yang Utama
agama yang hukumnya adalah wajib dan setidak-tidaknya dianjurkan untuk
dilakukan oleh seseorang yang memiliki sradha atau keyakinan terhadap agama
yang dianutnya. Apapun bentuk dana yang akan didermakan tidaklah mutlak
jenisnya, yang terpenting adalah ketulusan hati orang yang berdana dan yang
menerima dana tersebut adalah orang yang berhak atau layak untuk diberikan,
didasarkan atas motivasi pendayagunaan dan kemanfaatan dari dana itu untuk
kepentingan umum. Agar kegiatan dana punya ini dapat berjalan dengan lancar,
maka disarankan: Kepada para pemuka agama dan lembaga-lembaga Hindu yang
ada agar melaksanakan kegiatan penerangan atau penyuluhan dan memotivasi umat
untuk berdana punya. Perlu diadakannya kegiatan berdana punya yang serentak
dan menyeluruh bagi umat Hindu pada saat-saat yang baik untuk melaksanakan
dana punya tersebut seperti pada hari purnama kadasa.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, Rudia, I Gede, dkk, 2004. Dasar-Dasar Agama Hindu. Jakarta: Lestari
Karya Megah.
Bantas, I Ketut, 1996. Materi Pokok Sarasamuccaya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Universitas Terbuka.
Kajeng, I Nyoman, dkk, 2005. Sārasamuccaya. Surabaya: Paramita.
Pendit,S, Nyoman, 2002. Bhagavad-Gita. Jakarta: CV. Felita Nursatama Lestari.
Pudja, Gde dan Sudharta, Rai, Cokorda, 2003. Manawa Dharmasastra (Manu
Dharmasastra). Jakarta: Pustaka Mitra Jaya.
Somvir, 2001. Mutiara Veda Untuk Kehidupan Sehari-hari. Surabaya: Paramita.
Supatra, Kanduk, I Nyoman, 2005. Dana Punia Jalan Menuju Tuhan.Denpasar:
Pustaka Bali Post.
Tim Penyusun, 1999. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap
Aspek-Aspek Agama Hindu I-IV. Denpasar: Pemerintah Daerah Tingkat I
Bali.
12
2013
Shopia Dharma, Volume I Edisi 1 Nomor 1 Juli – Desember
Download