hubungan pola makan, premenstrual syndrom

advertisement
HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SYNDROM
DAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN ACNE
VULGARIS PADA REMAJA PUTRI DI
SMA NEGERI 2 SIGLI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
ZIKRA UL HUSNA
NPM. 10010161
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK
HUBUNGAN POLA MAKAN, PREMENSTRUAL SINDROM DAN
PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN ACNE VULGARIS PADA
REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SIGLI
Zikra Ul Husna1,Hamdani2
xii + 43 halaman: 8 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran
Latar belakang : Pada masa remaja, akne vulgaris menjadi salah satu problem.
Pada usia remaja (12-24 tahun) sering ditemukan menderita akne sebesar 85%,
usia 25-34 tahun sebesar 8%, dan usia 35-44 tahun sebesar 3%. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja
hormon, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis,
pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pola makan, premenstrual
sindrom dan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris pada remaja putri di
SMA Negeri 2 Sigli
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross
sectional, dilakukan di sejak tanggal 15 sampai dengan 20 Juli 2013. Pengambilan
sampel menggunakan tehknik achidental sampling sebanyak 78 responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 21
pertanyaan.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian yang diperoleh dari 78 responden adalah tidak
ada hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris, didapatkan nilai
Probabilitas (p) 0,997, adanya hubungan yang signifikan premenstrual syndrom
dengan acne vulgaris, didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,038 dan tidak adanya
hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne vulgaris,
didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,245.
Kesimpulan : Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya
acne vulgaris pada remaja bermacam-macam yang berhubungan dengan faktor
genetik, lingkungan dan hormonal. Diharapkan kepada para dewasa muda untuk
lebih menjaga kebersihan wajah, juga berhati-hati dalam memilih dan menggunakan
jenis kosmetik yang sesuai dengan kondisi kulitnya sebagai upaya pencegahan
timbulnya akne vulgaris.
Kata kunci
Sumber
1
2
: Acne vulgaris, Pola makan, Prementrual Syndrom,
Penggunaan Kosmetik
: 16 buku (2004-2012) +11 internet
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah
Dosen pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim
Penguji Diploma III Kebidanan STIKES U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
Agustus 2013
Pembimbing
(HAMDANI, SKM, M.Kes)
MENGETAHUI:
KETUA PRODI DIPLOMA KEBIDANAN
STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
(NUZULUL RAHMI, SST)
LEMBARAN PENGESAHAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, September 2013
Tanda tangan
Ketua
:
1. Hamdani, SKM, M.Kes
(__________________)
Penguji I
:
2. Rahmayani, SKM, M.Kes
(__________________)
Penguji II
:
3. Nurlaila Ramadhan, SST
(__________________)
MENGETAHUI
KETUA STIKES U’BUDIYAH
BANDA ACEH
( Marniati, M.Kes)
MENGETAHUI
KETUA PRODI DIPLOMA III
KEBIDANAN
(Nuzulul Rahmi, SST)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam
kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis llmiah yang berjudul "Hubungan Pola Makan, Premenstrual
Syndrom Dan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja
Putri Di SMA Negeri 2 Sigli”.
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan. Dalam penelitian
Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima arahan, masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu. pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat
1. Bapak Dedi Zefrijal. S.T, selaku Ketua Yayasan STIKes U'budiyah Banda
Aceh.
2. Ibu Marniati, M.Kes, Selaku Ketua STIKes U'budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST, Selaku Ketua Prodi Jurusan Kebidanan U'budiyah
Banda Aceh.
4. Bapak H. Muslem. S.Sos. Selaku Pengelola Ubudiyah Sigli.
5. Hamdani, SKM, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat selesai dengan baik.
6. Seluruh Dosen pengajar kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U'budiyah
yang telah membekali peneliti dari awal bangku kuliah sampai selesai
pendidikan ini.
7. Kepada Ayahanda serta Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dorongan baik materi maupun moril sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat diselesaikan.
8. Teman-teman sejawat dan seangkatan di jurusan kebidanan STIKes Ubudiyah
Banda Aceh yang telah banyak membantu dalam penelitian Karya Tulis
Ilmiah ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari seluruh pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih
baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan kejanggalan, untuk itu kritik dan saran bersifat
membangun sangat peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini, atas
kritik dan saran peneliti mengucapkan terima kasih.
Banda Aceh,
Agustus 2013
Peneliti
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL LUAR
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................
PENGESAHAN PENGUJI ..............................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
MOTTO
......................................................................................................
DAFTAR ISI….. ..............................................................................................
DAFTAR TABEL….. ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR….. ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN….. ............................................................................ .
BAB
I
BAB II
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xi
xii
PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................
B. Rumusan Masalah dan Permasalahan ........................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
1.Tujuan Umum ........................................................................
2. Tujuan Khusus ......................................................................
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
1
1
5
TIJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................
A. Remaja .....................................................................................
1. Pengertian ............................................................................
7
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja .............................
............................................................................................8
3. Fase Perkembangan Remaja .................................................
B. Acne Vulgaris (Jerawat) .............................................................
1. Pengertian .............................................................................
2. Penyebab ..............................................................................
10
3. Penatalaksanaan ....................................................................
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Acne Vulgaris ....
1. Pola Makan ..........................................................................
2. Pre Menstrual Sindrom (PMS) .............................................
3. Penggunaan Kosmetik .........................................................
7
7
BAB III KERANGKA PENELITIAN ........................................................
5
5
6
8
9
9
13
13
13
15
19
21
A. Kerangka Konsep .....................................................................
B. Definisi Operasional .................................................................
C. Hipotesa Penelitian ...................................................................
21
22
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
A. Jenis Penelitian .........................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
C. Populasi dan Sampel .................................................................
1. Populasi ................................................................................
2. Sampel ..................................................................................
D. Cara pengumpulan Data ............................................................
1. Data Primer ...........................................................................
2. Data Skunder ........................................................................
E. Instrumen Penelitian ..................................................................
F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................
1. Pengolahan Data ...................................................................
2. Analisa Data .........................................................................
24
24
24
24
24
24
27
27
27
27
27
27
28
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
30
A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ..................................
30
B. Hasil Penelitian .........................................................................
30
C. Pembahasan ..............................................................................
36
BAB VI
PENUTUP ......................................................................................
43
A. Kesimpulan...............................................................................
43
B. Saran ........................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kerangka Konsep .......................................................................
21
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1. Definisi Operasional ...................................................................
22
Tabel 4.1. Proporsi Jumlah Sampel Pada SMA Negeri 2 Sigli .....................
26
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di
SMA Negeri 2 Sigli ...................................................................
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Remaja Putri Di SMA
Negeri 2 Sigli..............................................................................
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Premenstrual Sindrom Pada Remaja
Putri Di SMA Negeri 2 Sigli .......................................................
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penggunaan Kosmetik Pada Remaja
Putri Di SMA Negeri 2 Sigli .......................................................
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Pola Makan Dengan Acne
Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2 Sigli ....................
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Premenstrual Sindrom
Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2
Sigli ............................................................................................
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Penggunaan Kosmetik
Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2
Sigli ............................................................................................
31
31
32
32
33
34
35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembaran Kuesioner
Lampiran 2. Master Tabel
Lampiran 3. Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan
Lampiran 6. Balasan Surat Izin Pengambilan Data Awal/Studi Pendahuluan
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Balasan Surat Izin Penelitian
Lampiran 9. Daftar Mengikuti Sidang KTI
Lampiran 10. Lembar Konsul KTI
Lampiran 11. Biodata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Anak remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu
disuatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia
dewasa dan bertindak sebagai individu (Supartini, 2004).
Menurut Depkes, RI (2008), masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10
sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa
remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–9 tahun), Pada masa
remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial. Tetapi
umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan
kejiwaan (psikososial).
Akne vulgaris atau yang lebih dikenal dengan jerawat adalah penyakit
kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada tempat predileksinya
yang biasanya pada kelenjar sebasea berukuran besar seperti wajah, dada, dan
punggung bagian atas. Angka kejadiannya akne vulgaris berkisar 85 % dan
terbanyak pada usia muda. Meskipun begitu, akne tetap menjadi masalah
kesehatan yang umum, psikologis bagi masyarakat, terutama mereka yang peduli
akan penampilan (Suryadi, 2008).
Menurut Riyanto (2011) sumbatan pada saluran pengeluaran kelenjar
minyak disebabkan oleh beberapa hal, seperti meningkatnya produksi minyak
(sebum) Pada pasien berjerawat, ukuran kelenjar minyaknya cenderung lebih
besar sehingga produksi minyak lebih banyak. Pengaruh hormon androgen juga
sangat berperan. Karena itu, jerawat kerap muncul pada masa pubertas. Pada anak
perempuan, jerawat sering mendahului menstruasi pertama.
Namun menurut Sallika (2010) jerawat tidak hanya dialami oleh remaja
pada masa pubertas tetapi juga bisa terjadi pada usia jauh setelah masa pubertas
oleh karena pengaruh hormon, kelenjar minyak dan kelenjar pada kulit yang tetap
bekerja.
Di dunia ini diperkirakan terdapat lebih dari 60 juta orang menderita
akne. Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka akne
vulgaris sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Pada
masa remaja, akne vulgaris menjadi salah satu problem. Pada usia remaja (12-24
tahun) sering ditemukan menderita akne sebesar 85%, usia 25-34 tahun sebesar
8%, dan usia 35-44 tahun sebesar 3%. Anak-anak dan bayi juga dapat menderita
akne (Witasari, 2010).
Dari survey di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat
sedangkan di Indonesia berdasarkan catatan kelompok studi dermatologi
kosmetika Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat 60% penderita jerawat pada
tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Dari kasus di tahun 2007 kebanyakan
penderitanya adalah remaja dan dewasa yang berusia antara 11-30 tahun sehingga
beberapa tahun belakangan ini para ahli dermatologi di Indonesia mempelajari
patogenesis terjadinya penyakit tersebut (Andy, 2009).
Menurut Victor (2010) banyak faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja hormon, faktor makanan,
keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis, pengaruh musim, infeksi
bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan kosmetika, dan bahan kimia
lainnya.
Menurut Suryadi (2008) kaitan antara akne vulgaris dan makanan masih
diperdebatkan. Berbagai jenis makanan yang dinyatakan sebagai makanan yang
dapat menyebabkan akne vulgaris terutama daging, makanan pengganti daging,
sereal, produk susu dan pengganti susu dan yang tertinggi adalah daging dan
pengganti daging 9,6%.
Sementara Admin (2012) menyebutkan bahwa PMS berkaitan dengan
perubahan hormon tubuh. Hal ini juga tidak biasa bagi perempuan untuk
memiliki jerawat selama waktu-waktu tertentu dari siklus mereka, hal ini
disebabkan hormon.
Demikian juga dengan Kabau (2012) yang menjelaskan bahwa
pemakaian jenis kosmetik tertentu secara terus-menerus dan dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari
komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu.
Perempuan memiliki dermatosis (penyakit kulit) yang berhubungan
dengan jenis kosmetik yang digunakan dan 14% diantaranya memiliki lesi aktif
akibat kosmetik. Lebih banyak ditemukan pada daerah dagu dan pipi,
dibandingkan dengan daerah dahi. Awalnya berupa benjolan keputihan dan kecil,
yang akan lebih terlihat saat kulit ditarik atau diregangkan. Namun, adakalanya
muncul sebagai lesi kemerahan. Akne kosmetik lebih jarang menimbulkan bekas
luka, tapi bisa bertahan selama bertahun-tahun sebagai akibat dari penggunaan
kosmetik secara terus-menerus (Kabau, 2012).
Ada pertambahan jumlah penelitian yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara pola makan dan jerawat. Namun, para dermatolog sepakat, fakta
ini masih membutuhkan lebih banyak penelitian. Kebanyakan remaja usia 17-18
tahun memiliki jerawat, dan hal ini bisa berlangsung hingga usia 20-an dan 30-an.
Pada kasus-kasus lain, jerawat lebih disebabkan faktor genetik. Namun, secara
umum jerawat ditimbulkan oleh lingkungan dan dipicu oleh makanan (Suryadi,
2008).
Menurut data BPS Provinsi Aceh yang menyebutkan bahwa di Provinsi
Aceh jumlah penduduk usia sekolah tercatat 1.088.662 atau sekitar 25 persen dari
keseluruhan penduduk, yakni usia SD 7-12 tahun (542.588), SLTP 13-15 tahun
(275.294) dan SLTA 16-18 tahun (270.780 orang). Jerawat memang tak dapat
dipisahkan dari kehidupan remaja. Diperkirakan tiga dari empat remaja memiliki
sejumlah jerawat. Adapun faktor risiko yang lainnya meliputi kontak langsung
dengan produk untuk rambut atau kosmetik yang mengandung minyak, riwayat
keluarga berjerawat dimana jika orang tua berjerawat maka anak mungkin akan
berjerawat juga serta berbeda dengan pemikiran kebanyakan orang, makanan
hanya memiliki sedikit pengaruh pada jerawat. Menggosok kulit terlalu keras atau
membersihkan kulit dengan sabun atau bahan kimia yang berpotensi mengiritasi
kulit dapat membuat jerawat bertambah parah.
Berdasarkan studi pendahuluan penulis mendapatkan data siswa SMU
N 2 Kota Sigli tahun 2013 berjumlah 632 siswa/siswi yang terdiri dari 282 siswa
dan siswi 350 orang. Dari hasil pendataan awal yang dilakukan dilapangan
diketahui bahwa ada sekitar 34 orang remaja yang mengalami acne vulgaris. Hasil
wawancara pada empat remaja, sebagian ada yang merasa kurang percaya diri
dengan jerawat dialami, sebagian lain juga merasa cuek dan memiliki rasa percaya
diri yang tinggi, ada yang mengaku pernah melakukan pengaturan pola makan
agar tidak berjerawat, dan ada pula yang menghentikan penggunaan kosmetik
yang bermacam-macam untuk mengurangi timbulnya jerawat.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Premenstrual Sindrom dan
Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di SMA
Negeri 2 Sigli”.
B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan Pola Makan,
Premenstrual Sindrom dan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris
Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2 Sigli?”.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan, premenstrual sindrom dan
penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris pada remaja putri di SMA Negeri
2 Sigli
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui hubungan pola makan dengan acne vulgaris pada
remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli
b. Untuk Mengetahui hubungan premenstrual sindrom dengan acne vulgaris
pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli
c. Untuk Mengetahui hubungan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris
pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan masukan yang bagi
Psikologi Perkembangan, Psikologi Kepribadian dan Psikologi Sosial yang
terkait dengan kepercayaan diri pada remaja putri yang mengalami acne
vulgaris.
2. Bagi Remaja Putri
Memberikan informasi dan sekaligus pemahaman bagi remaja putri untuk
dapat meningkatkan perilaku kebersihan diri agar mengurangi kejadian akne
vulgaris, dan lebih peduli dengan kesehatan dengan penerapkan pola hidup
yang sehat, sehingga membantunya agar dapat memiliki body image yang
positif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses
penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan faktor-faktor penyebab
terjadinya jerawat pada remaja putri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. REMAJA
1. Pengertian
Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yaitu
adalescere yang berarti bertumbuh. Sepanjang fase perkembangan ini
sejumlah masalah fisik, sosial dan psikologis bergabung untuk
menciptakan
karakteristik,
prilaku
dan
kebutuhan
yang
unik.
Perkembangan fisik, prilaku dan masalah-masalah tertentu muncul pada
berbagai usia selama masa remaja. Selain perubahan biologis setiap
perkembangan remaja juga dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat,
kelompok sebaya, agama dan kondisi sosial ekonomi (Bobak, 2005).
Remaja atau “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah matang.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,
tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batas usia remaja menurut
WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10
sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai
19 tahun ( Widyastuti, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Anak remaja berada dalam suatu fase
peralihan, yaitu disuatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan
disisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu
(Supartini, 2004).
Menurut Victor (2010) banyak faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja hormon, faktor
makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis,
pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang
waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: ( Widyastuti, 2009).
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja
Menurut Whaley dan Wong mengemukakan Pertumbuhan sebagai
suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitik
beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi
dan
pembelajaran.
Pertumbuhan
berhubungan
dengan
perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada ukuran
dan jumlah sel yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan
berat seluruh tubuh. Perkembangan berhubungan dengan perubahan
secara kualitas diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk
berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan
pembelajaran (Supartini, 2004).
3. Fase Perkembangan Remaja
Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu dari
masa anak-anak sampai dewasa. Individu memiliki tugas masing-masing
pada setiap tahap perkembangannya (Widyastuti, 2009).
Arisman (2007) mengatakan bahwa masa remaja merupakan jalan
panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang
berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Masa ini
merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik,
psikis, sosial, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan
fisik, memicu berbagai kebingungan.
B. Acne Vulgaris (Jerawat
1. Pengertian
Jerawat juga lazim disebut akne, merupakan kelainan kulit yang
bersumber pada kelenjar minyak (unit pilosebasea). Jerawat tidak hanya
terjadi pada wajah, tetapi juga di lokasi dengan kepadatan kelenjar minyak
yang tinggi, seperti dada, punggung, dan bahu. Meskipun tidak berbahaya,
jerawat sering menimbulkan dampak psikologis yang cukup mengganggu,
antara lain rasa malu, rendah diri, atau kekhawatiran akan dicemooh teman
sebaya. Dampak psikologis tidak hanya muncul saat fase aktif, tetapi dapat
terus berlanjut bila terdapat bekas jerawat, terutama lubang-lubang (skar)
(Rendra, 2010).
Menurut Nasrul (2011) akne vulgaris merupakan suatu gangguan
dari unit pilosebasea yang umum dijumpai, dapat sembuh sendiri dan
terutama ditemukan pada remaja. Akne vulgaris ditandai dengan adanya
papul folikular non inflamasi (komedo) dan adanya papul inflamasi, pustul
dan nodul pada bentuk yang berat. Akne vulgaris mengenai daerah kulit
dengan populasi kelenjar sebasea yang paling padat; antara lain pada
daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.
2. Penyebab
Jones (2006) menjelaskan jerawat disebabkan oleh kelenjar
sebaseus dalam kulit yang sangat peka terhadap hormon androgen.
Androgen (hormon laki-laki) dikeluarkan oleh indung telur dan kelenjar
adrenal. Androgen menyebabkan pertumbuhan secara berlebihan sel-sel
yang membangun pembuluh yang menghubungkan kelenjar sebaseus ke
permukaan kulit, hal ini menghambat pembuluh sehingga terbentuk
benjolan atau bisul.
Menurut Sallika (2010) jerawat tidak hanya dialami oleh remaja
pada masa pubertas tetapi juga bisa terjadi pada usia jauh setelah masa
pubertas oleh karena pengaruh hormon, kelenjar minyak dan kelenjar pada
kulit yang tetap bekerja.
Faktor resiko dan penyebab akne sangat banyak yaitu multifaktorial
antara lain (Nasrul, 2011):
a. Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne.
b. Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan
aktivitas kelenjar glandula sebasea. Apabila kedua orang tua
mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan
menderita akne.
c. Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada
wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan
adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita.
d. Jenis kelamin. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dan Akne vulgaris.
e. Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat
mengurangi kejadian akne vulgaris pada remaja.
f. Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat
menyebabkan eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita
memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada
dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru.
g. Hormon endokrin:
1) Androgen. Konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria
tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan
wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat pada penderita
akne.
2) Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh
terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar
gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon
gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
3) Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai
efek terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum
tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang
progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.
h. Diet. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak,
tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum
atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak
yang kita makan.
i. Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne
bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik
pada musim panas. Bertambah hebatnya akne pada musim panas tidak
disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada
keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.
j. Bakteria. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah
corynebacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum
ovale.
k. Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak
dasar (faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar
matahari (sunscreen), dan krem malam secara terus menerus dalam
waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang
terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular
pada pipi dan dagu.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang
terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan
mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor, baik
faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun
faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat
dihindari oleh penderita (Nasrul, 2011).
C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Acne Vulgaris
1. Pola Makan
Arisman (2007) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah cara
seseorang dalam memilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Harper dkk
menambahkan kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan
dengan makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan,
distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara
memilih makanan.
Makanan sampah atau junk food kini semakin banyak digemari
remaja baik hanya sebagai kudapan maupun ”makan besar”. Makanan ini
mudah diperoleh disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan, disebut
sampah karena kandungan lemak jenih, kolesterol dan natrium tinggi.
Proporsi lemak lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam
makanan itu (Arisman, 2007).
Ada pertambahan jumlah penelitian yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara pola makan dan jerawat. Namun, para dermatolog
sepakat, fakta ini masih membutuhkan lebih banyak penelitian.
Kebanyakan remaja usia 17-18 tahun memiliki jerawat, dan hal ini bisa
berlangsung hingga usia 20-an dan 30-an. Pada kasus-kasus lain, jerawat
lebih disebabkan faktor genetik. Namun, secara umum jerawat ditimbulkan
oleh lingkungan dan dipicu oleh makanan. Jerawat sebenarnya timbul
ketika pori-pori Anda tersumbat akibat kelenjar minyak (sebum) di dalam
pori
meradang.
Peradangan
ini
terjadi ketika
kelenjar
minyak
memproduksi minyak berlebih, terganggu oleh sel-sel kulit mati, atau poripori terisi, yang mendorong tumbuhnya bakteri. Dulu para dermatolog
meyakini tidak ada hubungan antara pola makan dan jerawat. Akan tetapi,
bukti-bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa beberapa makanan dan
minuman tertentu mungkin telah menyebabkan atau memicu jerawat pada
beberapa orang (Admin, 2012).
Menurut Suryadi (2008) kaitan antara akne vulgaris dan makanan
masih diperdebatkan. Saat ini belum ada bukti bahwa coklat, susu,
seafood, atau makanan lain dapat langsung menyebabkan akne. Makanan
tersebut dapat mempengaruhi metabolisme tubuh sehingga mengaktifkan
kelenjar pilosebasea untuk menghasilkan sebum dan bila terjadi
penyumbatan pada folikelnya maka dapat menjadi awal dari akne, namun
metabolisme tubuh setiap individu berbeda-beda sehingga reaksi yang
terjadi pada kelenjar pilosebasea tidak sama pada setiap individu. Dari
penelitian juga didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 3862
orang mengisi bahwa tidak ada efek makanan dan 1342 respoden
berpendapat ada efek makanan pada timbulnya akne vulgaris terutama
dikalangan penderita akne vulgaris dan pendapat ini berbeda secara
bermakna dengan OR =3,12, atau dengan kata lain kelompok penderita
akne vulgaris lebih merasakan pengaruh makanan dibandingkan non akne
vulgaris. Berbagai jenis makanan yang dinyatakan sebagai makanan yang
dapat menyebabkan akne vulgaris terutama daging, makanan pengganti
daging, sereal, produk susu dan pengganti susu dan yang tertinggi adalah
daging dan pengganti daging 9,6%.
2. Pre Menstrual Sindrom (PMS)
Premenstrual syndrome adalah sekelompok gejala yang terjadi
dalam fase luteal dari siklus haid. Nama lain PMS adalah Premenstrual
Tension yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi
yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sindrom premenstruasi
adalah kumpulan gejala yang timbul saat menjelang haid yang
menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang
(Fatikah, 2010).
Menurut Lusa (2010) premenstrual syndrome (PMS) adalah
kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan
keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita sebelum atau
setiap siklus menstruasi
Sedangkan Mansjoer (2005) menjelaskan bahwa Premenstrual
Tension atau ketegangan pra haid adalah keluhan-keluhan yang biasanya
mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan
menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung
terus sampai haid berhenti.
PMS berkaitan dengan perubahan hormon tubuh. Seperti kadar
hormon naik dan turun selama siklus menstruasi wanita, mereka dapat
mempengaruhi cara dia merasa, baik secara emosional dan fisik. Beberapa
gadis, selain merasakan emosi lebih intens daripada yang biasanya mereka
lakukan, perhatikan perubahan fisik bersama dengan periode mereka sebagian merasa kembung atau bengkak karena retensi air, yang lain
melihat payudara bengkak dan sakit, dan terkadang sakit kepala. Hal ini
juga tidak biasa bagi perempuan untuk memiliki jerawat selama waktuwaktu tertentu dari siklus mereka, lagi, hal ini disebabkan hormon (Admin,
2012).
Peningkatan
aktivitas
androgen
pada
pubertas
memicu
pertumbuhan kelenjar sebaseus dan merangsang produksi sebum (minyak).
Sebum terdiri dari gliserida, lilin ester, squalene, dan kolesterol. Gliserida
dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserolo oleh lipase, yang
diproduksi oleh Propionibacterium acnes. Asam lemak bebas bisa
mengiritasi
dinding
folikel
dan
menyebabkan
peningkatan cell
turnover dan inflamasi. Propionibacterium acnes merupakan organisme
anaerob setempat yang berkembang di lingkungan yang diciptakan dari
campuran sebum dan sel folikel. Propionibacterium acnes akan dianggap
antigenic sehingga meningkatkan pembentukan antibody yang akan
menimbulkan respon inflamasi. Aktivasi komplemen yang dimediasi
komplek imun bias menyebabkan kebocoran vascular, degranulasi sel
mast, dan kemotaksis leukosit. Pelepasan enzim hidrolisi oleh aktivasi
komplemen bias meruska dinding folikel dan menyebabkan inflamasi yang
lebih parah. P. acnes juga bias merangsang respon imun yang dimediasi
sel (Ridwan, 2012).
Sumbatan pada saluran pengeluaran kelenjar minyak disebabkan
oleh beberapa hal, seperti meningkatnya produksi minyak (sebum) Pada
pasien berjerawat, ukuran kelenjar minyaknya cenderung lebih besar
sehingga produksi minyak lebih banyak. Pengaruh hormon androgen juga
sangat berperan. Karena itu, jerawat kerap muncul pada masa pubertas.
Pada anak perempuan, jerawat sering mendahului menstruasi pertama
(Riyanto, 2011).
Gejala PMS biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari
sebelum menstruasi, meskipun beberapa perempuan terkadang mengalami
gejala-gejala tersebut sampai siklus menstruasi berakhir. Meskipun tidak
ada tes untuk membuktikan keberadaan PMS, namun bagi perempuan
yang pernah mengalaminya bahkan dan menderita karenanya tahu bahwa
PMS itu nyata. Gejala-gejala PMS ini diperkirakan disebabkan oleh
fluktuasi kadar hormon menjelang menstruasi. Berikut adalah 7 gejala
PMS yang sering muncul (Riyanto, 2011):
a. Mudah tersinggung, perasaan mudah tersinggung, sering ingin marah,
luapan emosi yang tiba-tiba, dan suasana hati yang sering berubah
adalah gejala emosional yang paling umum dari PMS.
b. Sedih, suasana hati yang tertekan, perasaan sedih, putus asa, dan
menangis adalah gejala emosional dari PMS yang mungkin disebabkan
oleh pelepasan endorfin akibat berolahraga atau mengonsumsi makanan
tertentu.
c. Gelisah, perasaan gugup, gelisah, dan stres atas kondisi-kondisi yang
tidak biasanya menyebabkan khawatir atau panik adalah gejala
kecemasan yang disebabkan oleh PMS.
d. Nyeri, sakit kepala, ketegangan otot (pegal-pegal), nyeri dan kram perut
adalah gejala fisik PMS yang mungkin berlangsung selama beberapa
hari sebelum bahkan setelah dimulainya periode menstruasi.
e. Kembung, kembung di perut dan retensi cairan di perut, pinggul, dan
paha adalah gejala PMS yang disebabkan oleh fluktuasi hormon.
f. Payudara nyeri dan bengkak, nyeri dan pembengkakan pada payudara
adalah gejala PMS yang terkadang keliru dikira sebagai tanda awal
kehamilan.
g. Jerawat, PMS dapat menyebabkan munculnya jerawat di wajah, dada,
dan punggung sebagai akibat dari fluktuasi hormon yang merangsang
kelenjar minyak.
3. Penggunaan Kosmetik
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10689 tahun 2011
tentang kosmetika, dinyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, Bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi
dan membran mukosa Mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah Penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi
atau Memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kabau (2012) menjelaskan bahwa pemakaian jenis kosmetik
tertentu secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo
tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Jenis
kosmetika yang dapat menimbulkan akne tak tergantung pada harga,
merek, dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat lebih
komedogenik tanpa mengandung suatu bahan istimewa, tetapi karena
kosmetika tersebut memang mengandung campuran bahan yang bersifat
komedogenik atau bahan dengan konsentrasi yang lebih besar.
Perempuan memiliki dermatosis (penyakit kulit) yang berhubungan
dengan jenis kosmetik yang digunakan dan 14% diantaranya memiliki lesi
aktif akibat kosmetik. Terjadinya akne akibat penggunaan kosmetik
banyak terjadi di AS, maupun di Negara-negara maju lainnya, dan sering
dikenal dengan istilah “Acne Cosmetics”. Lebih banyak ditemukan pada
daerah dagu dan pipi, dibandingkan dengan daerah dahi. Awalnya berupa
benjolan keputihan dan kecil, yang akan lebih terlihat saat kulit ditarik atau
diregangkan. Namun, adakalanya muncul sebagai lesi kemerahan. Akne
kosmetik lebih jarang menimbulkan bekas luka, tapi bisa bertahan selama
bertahun-tahun sebagai akibat dari penggunaan kosmetik secara terusmenerus (Kabau, 2012).
Hasil penelitian Suryadi (2008) menunjukkan angka kejadian
tertinggi akne vulgaris pada kelompok yang menggunakan kosmetika
mencapai 3388 kasus, sedangkan responden yang tidak menggunakan
kosmetik angka kejadian akne hanya 359 kasus secara statistik bermakna.
Bahan-bahan
kimia
yang
ada
dalam
kosmetik
dapat
langsung
menyebabkan akne vulgaris. Biasanya kosmetik ini menyebabkan akne
dalam bentuk ringan terutama komedo tertutup dengan beberapa lesi
papulopustul di daerah pipi dan dagu. Kebiasaan berganti-ganti kosmetik
mempengaruhi kejadian akne vulgaris dan secara statistik bermakna. Dari
5204 responden yang terbanyak menimbulkan akne vulgaris adalah
kosmetik pembersih, dekoratif dan perawatan, selebihnya mempunyai
persentase yang sangat rendah. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
bahwa jenis kosmetik perawatan seperti pelembab, krem penahan sinar
matahari, dan krem malam dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Menurut Victor (2010) banyak faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya jerawat antara lain yaitu faktor genetik, kerja hormon, faktor
makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu sendiri, faktor psikis, pengaruh
musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), penggunaan kosmetika,
dan bahan kimia lainnya sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka
konsep seperti pada gambar berikut ini:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pola Makan
Premenstrual
sindrom
Acne Vulgaris Pada
Remaja Putri
Penggunaan
Kosmetika
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2.1. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Variabel Dependen
1 Acne
Kelainan kulit yang
Vulgaris
bersumber pada
kelenjar minyak yang
dapat terjadi pada
wajah, dada, punggung
dan bahu.
Variabel Independen
1 Pola Makan Perilaku remaja putri
yang berhubungan
dengan kebiasaan
makan dalam
kehidupan seharisehari.
2 Premenstru Sekumpulan gejala fisik
alSindrom dan emosional yang
muncul kembali di
setiap periode
menstruasi.
3 Penggunaa
n Kosmetik
Macam-macam produk
kosmetik yang sering
digunakan seperti bedak
dasar
(foundation),
pelembab (moisturiser),
toner/ cleansing, krim
penahan sinar matahari
Cara ukur
Alat
ukur
Hasil
ukur
Skala
ukur
Melakukan observasi
Kuesioner a. Berat Ordinal
tentang acne vulgaris
b. Sedang
dengan kriteria:
c. Tidak
a. Berat jika remaja
Ada
mengalami banyak
jerawat
b. Sedang jika remaja
mengalami
tidak
terlalu
banyak
jerawat
c. Tidak ada jika
remaja
tidak
berjerawat
Membagikan kuesioner Kuesioner a. Baik Ordinal
dengan kriteria:
b. Tidak
a. Baik, jika jawaban
Baik
benar ≥ 50%
b.
Tidak Baik, jika
jawaban benar < 50%.
Menyebarkan kuesioner Kuesioner a. Ya
Nominal
tentang premenstrual
b. Tidak
sindrom dengan
kriteria:
a. Ya, jika remaja
mengatakan timbul
pada
saat
mau
mendapatkan
mentruasi
b. Tidak, jika remaja
mengatakan
tidak
timbul pada saat
mau mendapatkan
mentruasi
Melakukan observasi
Kuesioner a. berersik Nominal
tentang penggunaan
o
kosmetik dengan
b. Tidak
kriteria:
beresik
a. Tidak beresiko, jika
o
remaja
menggunakan salah
(sunscreen), dan krim
malam/ krim pagi, dll.
satu kometik yg
berlisensi
b. beresikojika remaja
tidak
pernah
menggunakan
kometik
yg
berlisensi
C. Hipotesa Penelitian
1. Ada Hubungan pola makan dengan acne vulgaris pada remaja putri di
SMA Negeri 2 Sigli.
2. Ada Hubungan premenstrual sindrom dengan acne vulgaris pada remaja
putri di SMA Negeri 2 Sigli.
3. Ada Hubungan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris pada remaja
putri di SMA Negeri 2 Sigli.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik dengan
pendekatan cros sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat, dimana pengumpulan data variable Dependen
dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan. (Notoadmojo,
2005)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri di SMA Negeri 2
Sigli Kabupaten Pidie berjumlah 350 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dan perhitungan besar
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Notoadmodjo,
2005) sebagai berikut :
N
n = -------------1 + N (d2 )
Keterangan :
N = Besarnya Populasi
n = Besarnya Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ ketetapan yang dikehendaki
Maka
350
n = --------------------1 + 350 (0,12 )
350
n = ------------4.50
= 77,7  78 sampel
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah sampel
minimal sebanyak 78 siswa. Selanjutnya sampel ini diambil menggunakan
tehnik proporsi sampel/quota sampling. Jumlah siswa yang menjadi sampel
pada setiap kelas masing-masing dihitung dengan rumus proposional
sampling berikut ini (Arikunto, 2006):
∑ siswa tiap kelas
x Sampel minimal
∑ populasi
Berdasarkan rumus proporsional tersebut maka jumlah sampel
pada setiap kelas dapat ditentukan sebagai berikut:
Tabel 2. Proporsi jumlah sampel pada SMA Negeri 2 Sigli
No
Kelas
1
I.1
22
2
I2
15
3
I
3
16
4
I4
17
5
I5
16
6
I
6
15
7
I
7
16
8
I8
16
9
Populasi Siswa Putri
1
II IPA
16
10
2
II IPA
15
11
II IPA3
15
12
II IPA4
18
13
5
II IPA
23
14
II IPS1
8
15
II IPS2
8
16
1
III IPA
17
17
2
III IPA
19
18
III IPA3
16
19
4
17
III IPA
20
5
III IPA
20
21
III IPS1
16
22
III IPS2
9
Total
Sumber: data primer 2013
350
Jumlah Sampel
5
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
5
1
1
4
4
4
4
4
4
2
78 orang
D.
Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
semua semua remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli Kabupaten Pidie.
2. Data Sekunder
Didapat dari bagian bagian Tata usaha semua SMA Negeri 2 Sigli
Kabupaten
Pidie
serta
referensi
buku-buku
perpustakaan
yang
berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang berisi 21 pertanyaan yaitu tentang 10 pertanyaan tentang pola
makan, 1 pertanyaan tentang prementrual sindrom yang meliputi item dari
gejala fisik dan emosional, 10 pertanyaan tentang penggunaan kosmetika
dimana responden dapat mejawab yang sesuai dengan keadaannya.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Budiarto (2002) data yang telah didapatkan akan diolah
dengan tahap-tahap berikut:
a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali
atau melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk.
Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada
responden.
b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data
yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban.
c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah
diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai
responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan
variabel yang diteliti.
d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden
yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya
dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi
2. Analisa Data.
a. Analisa Univariat
Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya
menggunakan perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana
berdasarkan hasil penyebaran data menurut frekuensi antar kategori.
Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian ditentukan
persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai
berikut.
P=
f
X 100%
n
Keterangan :
P = Persentase
n = Sampel
F = Frekuensi Teramati
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel
bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa
yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan
analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2)
pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat
diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik,
dengan menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui
perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai
P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel
terikat dengan variabel bebas.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2 Sigli beralamat di Jalan
Lingkar Keunire. SMA Negeri 2 ini berdiri diatas tanah seluas 27.958 m2
dengan total bangunan seluas 5318,98 m2. Sekolah ini terdiri dari 21 ruang
kelas, mobil laboratorium belajar 3 ruang, ruang ketrampilan 3 ruang, 7 unit
kamar mandi, areal paving blok, tempat parkir,garasi dan halaman sekolah
seluas 9.870,94 m2. Dengan jumlah siswa sebanyak 458 pelajar yang terdiri
dari 220 laki-laki dan 238 perempuan. Sekolah Menengah Umum (SMU)
Negeri 1 Sigli memiliki batas wilayah antara lain:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan perumahan penduduk
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan stadiun Kuta Asan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan desa Jalan raya lingkar keniure
4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Jalan raya lapangan
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai tanggal 15
Juli sampai dengan 20 Juli 2013 terhadap 78 responden tentang hubungan
pola makan, premenstrual sindrom dan penggunaan kosmetik dengan acne
vulgaris pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Akne Vulgaris
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Di
SMA Negeri 2 Sigli
No
Katagori
Frekuensi
Persentase
1
Berat
30
38,5%
2
Sedang
25
32,1%
3
Tidak ada
23
29,4%
Total
78
100
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwadari 78 responden, sebagian
besar remaja putri mengalami akne vulgaris berat yaitu 30 orang (38,5%).
b. Pola makan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pola Makan, Pada Remaja Putri
Di SMA Negeri 2 Sigli
No
Katagori
Frekuensi
Persentase
1
Baik
47
59,4%
2
Kurang
31
40,6%
Total
78
100
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 78 responden, mayoritas
pola makan remaja putri dalam katagori baik yaitu 47 orang (59,4%).
c. Premenstrual Syndroma
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Premenstrual Sindrom Pada Remaja Putri
Di SMA Negeri 2 sigli
No
Katagori
Frekuensi
Persentase
1
Ya
36
46,2%
2
Tidak
42
53,8%
Total
78
100
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 78 responden
mayoritas tidak mengalami premenstrual syndroma yaitu sebanyak 42 orang
(53,8%).
d. Penggunaan Kosmetik
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Penggunaan Kosmetik Pada Remaja Putri
di SMA Negeri 2 Sigli
No
Katagori
Frekuensi
Persentase
1
Ya
32
41,0%
2
Tidak
46
59,0%
Total
78
100
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 78 responden, mayoritas
remaja tidak menggunakan kosmetik yang berlesensi BPOM yaitu 46 orang
(59,0%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan pola makan Dengan Acne Vulgaris
Tabel 5.5
Hubungan Pola Makan Dengan Acne Vulgaris Pada
Remaja Putri di SMA Negeri 2 Sigli
Acne vulgaris
N Pola makan
Berat
Sedang
Total
o
f
%
f
%
f
%
f
%
Tidak ada
1
Baik
18
38,3
15
31,9
14
29,8
47
100
2
Kurang
12
38,7 10
32,3
9
29,0
31
100
Jlh
30
25
78
100
23
p
0,997
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 47 orang yang
memiliki pola makan baik, yang mengalami acne vulgaris berat yaitu 18
orang (38,3%) dan dari 31 orang remaja yang pola makan kurang
mengalami obesitas mengalami pola makan yang posacne vulgaris berat
yaitu 12 orang (38,7%).
Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat
kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,99
Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya
hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris.
b. Hubungan premenstrual syndrom Dengan Acne Vulgaris
Tabel 5.6
Hubungan Prementrual syndrom Dengan Acne Vulgaris
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Sigli
Acne vulgaris
N Prementrual
Syndroma
o
Berat
Sedang
f
%
f
%
f
%
f
%
1
Ya
9
25,0
12
33,3
15
4,7
36
100
2
Tidak
21
50,0 13
31,0
8
19,0
42
100
30
25
78
100
Jlh
Total
Tidak ada
23
p
0,038
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 36 remaja
yang mengalami premenstrual syndrome, yang tidak mengalami acne
vulgaris yaitu 15 orang (41,7%) dari 42 orang dan remaja yang tidak
mengalami premenstrual syndrome, yang mengalami mengalami acne
vulgaris berat yaitu 21 orang (50,0%).
Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat
kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,038
Sehingga dapat diambil kesimpulan Ha diterima atau adanya hubungan yang
signifikan premenstrual syndrom dengan acne vulgaris.
c. Hubungan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris
Tabel 5.7
Hubungan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 2 Sigli
Acne vulgaris
N Penggunaan
Kosmetik
o
Berat
Sedang
f
%
f
%
f
1
Ya
9
28,1
13
40,6
10
31,2 32
100
2
Tidak
21
45,7 12
26,1
13
28,3
46
100
30
25
78
100
Jlh
Total
Tidak ada
%
23
f
p
%
0,245
Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang
remaja yang menggunakan kosmetik yang berlesensi BPOM, yang
mengalami acne vulgaris sedang yaitu 13 orang (40,6%) dan dari 46 remaja
remaja yang tidak menggunakan kosmetik berlesensi BPOM mengalami
acne vulgaris berat yaitu 21 orang (45,7%).
Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat
kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,245
Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya
hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne vulgaris.
C. Pembahasan
1. Hubungan Pola Makan Dengan Acne Vulgaris
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 47 orang yang
memiliki pola makan baik, yang mengalami acne vulgaris berat yaitu 18
orang (38,3%) dan dari 31 orang remaja yang pola makan kurang
mengalami obesitas mengalami pola makan yang posacne vulgaris berat
yaitu 12 orang (38,7%).
Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat
kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,997
Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya
hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris.
Hasil penelitian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh para
dermatolog, dimana fakta ini masih membutuhkan lebih banyak penelitian.
Kebanyakan remaja usia 17-18 tahun memiliki jerawat, dan hal ini bisa
berlangsung hingga usia 20-an dan 30-an. Pada kasus-kasus lain, jerawat
lebih disebabkan faktor genetik. Namun, secara umum jerawat ditimbulkan
oleh lingkungan. Jerawat sebenarnya timbul ketika pori-pori Anda
tersumbat akibat kelenjar minyak (sebum) di dalam pori meradang.
Peradangan ini terjadi ketika kelenjar minyak
memproduksi minyak
berlebih, terganggu oleh sel-sel kulit mati, atau pori-pori terisi, yang
mendorong tumbuhnya bakteri (Ridwan, 2012).
Menurut Suryadi (2008) kaitan antara akne vulgaris dan makanan
masih diperdebatkan. Saat ini belum ada bukti bahwa coklat, susu,
seafood, atau makanan lain dapat langsung menyebabkan akne. Makanan
tersebut dapat mempengaruhi metabolisme tubuh sehingga mengaktifkan
kelenjar pilosebasea untuk menghasilkan sebum dan bila terjadi
penyumbatan pada folikelnya maka dapat menjadi awal dari akne, namun
metabolisme tubuh setiap individu berbeda-beda sehingga reaksi yang
terjadi pada kelenjar pilosebasea tidak sama pada setiap individu.
Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Suryadi (2008) dimana
didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yaitu 3862 orang
mengisi bahwa tidak ada efek makanan dan 1342 respoden berpendapat
ada efek makanan pada timbulnya akne vulgaris terutama dikalangan
penderita akne vulgaris dan pendapat ini berbeda secara bermakna dengan
OR =3,12.
Peneliti berasumsi bahwa kebanyakan remaja usia 17-18 tahun
memiliki jerawat, dan hal ini bisa berlangsung hingga usia 20-an dan 30an. Namun, secara umum jerawat ditimbulkan oleh lingkungan dan dapat
dipicu oleh makanan. Jerawat sebenarnya timbul ketika pori-pori
tersumbat akibat kelenjar minyak (sebum) di dalam pori meradang dengan
demikian timbulnya jerawat pada remaja dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor yang perlu dikaji secara lebih mendalam bukan hanya dilihat dari
pola makan remaja saja.
2. Hubungan Premenstrual Syndrom Dengan Acne Vulgaris
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 36 remaja
yang mengalami premenstrual syndrome, yang tidak mengalami acne
vulgaris yaitu 15 orang (41,7%) dari 42 orang dan remaja yang tidak
mengalami premenstrual syndrome, yang mengalami mengalami acne
vulgaris berat yaitu 21 orang (50,0%).
Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat
kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,038
Sehingga dapat diambil kesimpulan Ha diterima atau adanya hubungan yang
signifikan premenstrual syndrom dengan acne vulgaris.
Premenstrual syndrome adalah sekelompok gejala yang terjadi dalam
fase luteal dari siklus haid. Nama lain PMS adalah Premenstrual Tension
yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait
dengan siklus menstruasi wanita. Sindrom premenstruasi adalah kumpulan
gejala yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada
pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Fatikah, 2010).
PMS berkaitan dengan perubahan hormon tubuh. Seperti kadar
hormon naik dan turun selama siklus menstruasi wanita, mereka dapat
mempengaruhi cara dia merasa, baik secara emosional dan fisik. Beberapa
gadis, selain merasakan emosi lebih intens daripada yang biasanya mereka
lakukan, perhatikan perubahan fisik bersama dengan periode mereka sebagian merasa kembung atau bengkak karena retensi air, yang lain melihat
payudara bengkak dan sakit, dan terkadang sakit kepala. Hal ini juga tidak
biasa bagi perempuan untuk memiliki jerawat selama waktu-waktu tertentu
dari siklus mereka, lagi, hal ini disebabkan hormon (Ridwan, 2012).
Sumbatan pada saluran pengeluaran kelenjar minyak disebabkan
oleh beberapa hal, seperti meningkatnya produksi minyak (sebum) Pada
pasien berjerawat, ukuran kelenjar minyaknya cenderung lebih besar
sehingga produksi minyak lebih banyak. Pengaruh hormon androgen juga
sangat berperan. Karena itu, jerawat kerap muncul pada masa pubertas. Pada
anak perempuan, jerawat sering mendahului menstruasi pertama (Riyanto,
2011).
Sejalan dengan teori diatas juga dikemukakan oleh hasil penelitian
Dr. Shalita pada tahun 2001 yang melakukan studi terhadap 400 perempuan
berusia 12-52 tahun, didapatkan sekitar 40 persennya memiliki jerawat
sebelum menstruasi dengan angka kejadian paling sering pada perempuan
berusia 33 tahun atau lebih. Dampak dari siklus ini tidak hanya ditandai
dengan jumlah luka yang ada pada kulit, tapi juga adanya peradangan. Pada
hari ke 22-28 dari diklus bulanan terjadi peningkatan peradangan jerawat
sekitar 25 persen dan lesi pada kulit meningkat lebih dari 20 persen. Kondisi
ini setelah dibandingkan dengan hari ke 1-7 dari siklus bulanan (Ridwan,
2012).
Menurut asumsi peneliti remaja yang mengalami premenstrual
biasanya mengalami beberapa gejala. salah satunya dapat menyebabkan
munculnya jerawat di wajah, dada, dan punggung sebagai akibat dari
fluktuasi hormon yang merangsang kelenjar minyak sebelum terjadinya
mentruasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara premenstrual syndrome dengan timbulnya jerawat
pada remaja. Dimana jerawat terjadi akibat perubahan hormon yang terjadi
pada tubuh sehinnga jerawat yang timbul sebelum menstruasi adalah akibat
adanya lonjakan hormon yang terjadi setiap siklus bulannya.
3.
Hubungan Penggunaan Kosmetik Dengan Acne Vulgaris
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang
remaja yang menggunakan kosmetik yang berlesensi BPOM, yang
mengalami acne vulgaris sedang yaitu 13 orang (40,6%) dan dari 46 remaja
remaja yang tidak menggunakan kosmetik berlesensi BPOM mengalami
acne vulgaris berat yaitu 21 orang (45,7%).
Selanjutnya dianalisa menggunakan chi square (X2) dengan tingkat
kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas (p) 0,245
Sehingga dapat diambil kesimpulan Ho diterima atau tidak adanya
hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne vulgaris.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10689 tahun 2011
tentang kosmetika, dinyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, Bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi
dan membran mukosa Mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah Penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi
atau Memelihara tubuh pada kondisi baik.
Hasil penelitian sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Suryadi (2008) bahwa ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit,
yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek
positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat
menyebabkan kelainan-kelainan kulit yang terjadi antara lain disebabkan
oleh cara pemakaian kosmetik yang salah atau berlebihan, pengolahan
kosmetik yang kurang baik, serta penggunaan bahan-bahan aktif dalam
kosmetik yang tidak tepat. Kemungkinan besar akne merupakan penyakit
genetik dimana pada penderita adanya peningkatan respon pilosebasea
terhadap kadar normal androgen dalam darah. Faktor herediter sangat
berpengaruh pada besar aktivitas kelenjar sebasea. Apabila kedua orang tua
mempunyai parut bekas akne kemungkinan besar anaknya menderita akne.
Namun selain faktor herediter masih banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi akne vulgaris.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kabau
(2012) dimana berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan sebagian besar
responden rutin menggunakan jenis kosmetik (86,0%). Jenis kosmetik
tersebut paling banyak digunakan pada waktu pagi hari ketika melakukan
aktivitas dengan frekwensi pemakaian kurang dari 3x sehari (76,0%) dan
lama penggunaan 5-6 jam (48,0%), namun mereka mengaku tidak menderita
akne. Hal ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa
pemakaian kosmetik secara terus-menerus dapat menyebabkan timbulnya
acne vulgaris.
Penulis berasumsi bahwa efek samping kosmetik pada kulit sudah
sejak lama ditemukan. Beberapa peneliti telah melakukan berbagai
penelitian mengenai hal tersebut. Dari penelitian-penelitian tersebut diatas,
hasilnya tentu jauh berbeda dari hasil penelitian ini, karena tidak didapatkan
adanya hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan kejadian akne
vulgaris. Hasil ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan
bahwa kosmetik berpengaruh terhadap terjadinya akne vulgaris. Kelemahan
penelitian ini yaitu uji analisis yang digunakan tidak terlalu kuat untuk
membuktikan adanya hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan
kejadian akne vulgaris juga belum dapat menjelaskan jenis kosmetik yang
paling berpengaruh terhadap terjadinya akne vulgaris.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan hubungan pola
makan, premenstrual sindrom dan penggunaan kosmetik dengan acne vulgaris
pada remaja putri di SMA Negeri 2 Sigli maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan yang signifikan pola makan dengan acne vulgaris
dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai Probabilitas
(p) 0,997
2. Adanya hubungan yang signifikan premenstrual syndrom dengan acne
vulgaris dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai
Probabilitas (p) 0,038.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan penggunaan Kosmetik dengan acne
vulgaris dengan tingkat kemaknaan (α) adalah ≤ 0,05 didapatkan nilai
Probabilitas (p) 0,245
B. Saran
2.
Bagi Peneliti diharapkan dapat memberikan memberikan masukan yang bagi
Psikologi Perkembangan, Psikologi Kepribadian dan Psikologi Sosial yang
terkait dengan kepercayaan diri pada remaja putri yang mengalami acne
vulgaris.
3.
Memberikan informasi dan sekaligus pemahaman bagi remaja putri untuk
dapat meningkatkan perilaku kebersihan diri agar mengurangi kejadian akne
vulgaris, dan lebih peduli dengan kesehatan dengan penerapkan pola hidup
yang sehat, sehingga membantunya agar dapat memiliki body image yang
positif.
4.
Bagi Institusi Pendidikan, dapat dijadikan bahan masukan bagi proses
penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan faktor-faktor penyebab
terjadinya jerawat pada remaja putri.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, (2012). PMS dan Jerawat, http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/
kesehatan/ remaja-putri-gemuk-rentan-jerawatan.html, Dikutip tanggal, 04
Januari 2013.
_______, (2012). http://www.smallcrab.com/kesehatan/957-junkfood-bisa-bikinanda-jerawatan-depresi-pikun-dan-rusak-sel-otak, Dikutip tanggal 28
Januari 2013
Andy, (2009). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Jerawat, Tesis, USU,
Medan.
Arisman, (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC.
Bobak, (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.
Budiarto, (2004). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
EGC, Jakarta.
Depkes RI, (2008). Kesehatan Reproduksi Remaja, Depkes RI, Jakarta.
Fatikah, (2010). Hubungan Pengetahuan Kespro RemajaPutri Terhadap Sikap
Menghadapi Premenstrual Syndrome, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Goggin et al, (1999). Kebersihan Jerawat, http://referensiparamedis. blogspot.
com/2012/12/-jerawat.html, Dikutip tanggal 8 Desember 2012
Jones, (2006). Setiap Wanita, Delapratasa Publishing, Jakarta.
Kabau, (2012). Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik Dengan Kejadian
Acne Vulgaris, UNDIP, Semarang.
Lusa, (2010). Premenstrual Syndrome, http://www.lusa.web.id/premenstrualsyndrome-pms-part-1/, Dikutip tanggal 4 Januari 2013
Mansjoer, (2005). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medika Aesculapius.
Nami, (2009) Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
Nasrul, (2011). Acne Vulgaris (Jerawat), http://referensiparamedis. blogspot.
com/2013/01/acne-vulgaris-jerawat.html, Dikutip tanggal 3 Januari 2013
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.12.11.10689 tahun 2011, Bentuk Dan Jenis Sediaan Kosmetika
Tertentu Yang Dapat Diproduksi Oleh Industri Kosmetika Yang Memiliki
Izin Produksi Golongan B, BPOM RI, Jakarta.
Pochi, Frorstrom & Lim James, 2006) Mencegah Jerawat, http://
referenciparamedis. blogspot. com/2013/01/acne-vulgaris-jerawat.html,
Dikutip tanggal 4 Januari 2013
Riyanto, (2011), Gejala Dan Penanganan Premenstrual Syndrome, http://dokteragus.blogspot.com/2011/10/gejala-dan-penanganan-premenstrual.html,
Dikutip tanggal 4 Januari 2013
Rendra, (2010), Jangan Sepelekan Jerawat, Artikel Management Of Acne,
Pondok Indah Health Care Group, Jakarta.
Ridwan, (2012). Jerawat (Acne Vulgaris), http://lingkupfarmasi212. blogspot.com
/2012/12/jerawat-acne-vulgaris.htm, Dikutip tanggal 3 Januari 2013.
Sallika, (2010). Serba Serbi Kesehatan Perempuan, Kawah Media, Jakarta.
Supartini, (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta, EGC.
Suryadi, (2008). Kejadian Dan Faktor Resiko Akne Vulgaris, Jurnal Media
Medika Indonesiana, Vol.43, No. 1, Semarang.
Suyono, (2002), Cara Menghilangkan Jerawat, http://bukuparamedis. blogspot.
com/2012/12/-jerawat.html, Dikutip tanggal 30 Desember 2012
Victor, (2010). Jerawat (Acne Vulgaris), http://www.victor-health.com/2010/11/
jerawat-acne-vulgaris.html, diakses tanggal 28 januari 2013.
Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta, Fitramaya.
Witasari, (2010). Jerawat (Acne Vulgaris) dan Remaja, http://blogdokter.
blogdetik. com/2011/12/05/ jerawat-acne-vulgaris-dan-remaja, diakses
tanggal 28 januari 2013.
Download