6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat mengenai tinjauan pustaka yang mendukung dalam perancangan sistem pengontrolan pH air secara otomatis untuk pengembangbiakan udang. 2.1 Sensor dan Tranduser Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala- gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Contoh: kamera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya. Transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). Contoh: generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya. 7 2.1.1 Peryaratan Umum Sensor dan Transduser Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan di sensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini : a. Linearitas Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 2.1(a). memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 2.1(b). adalah 1 Temperatur (masukan) Temperatur (masukan) tanggapan non-linier. 0 Tegangan (keluaran) (a) Tangapan linier 100 1 0 100 Tegangan (keluaran) (b) Tangapan non linier Gambar 2.1. Keluaran dari transduser panas 8 b. Sensitivitas Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan pada gambar 2.1(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah. c. Tanggapan Waktu Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 2.2(a). Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan Hertz (Hz). [1 Hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kiloHertz berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat, termometer pun akan mengikuti perubahan tersebut. Tetapi apabila 9 perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 2.2(b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban 50 Rata-rata Temperatur dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata. 40 30 Waktu 1 siklus (a) Perubahan lambat 50 40 30 (b) Perubahan cepat Gambar 2.2 Temperatur berubah secara kontinyu Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya “satu miliVolt pada 500 Hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (dB)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi referensi. 2.1.2 Jenis Sensor dan Transduser Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan menginformasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan. 10 2.1.3 Klasifikasi Sensor Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu: a. sensor thermal (panas) b. sensor mekanis c. sensor optik (cahaya) d. sensor biokimia Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperatur/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb. Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb. Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb. Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb. Sensor biokimia adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan kimia. Salah satu contohnya adalah sensor pH (pH electrode). 11 2.1.4 Klasifikasi Transduser a. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri) Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan. b. External power transduser (transduser daya dari luar) External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb. Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat kelistrikannya. Tabel 2.1 Kelompok transduser Parameter listrik dan kelas transduser Potensiometer Strain gage Transformator selisih (LVDT) Gage arus pusar Prinsip kerja dan sifat alat Transduser Pasif Perubahan nilai tahanan karena posisi kontak bergeser Perubahan nilai tahanan akibat perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar Tegangan selisih dua kumparan primer akibat pergeseran inti trafo Perubahan induktansi kumparan akibat perubahan jarak plat Pemakaian alat Tekanan, pergeseran/posisi Gaya, torsi, posisi Tekanan, gaya, pergeseran Pergeseran, ketebalan 12 Sel fotoemisif Photomultiplier Termokopel Generator kumparan putar (tachogenerator) Piezoelektrik Sel foto tegangan Termometer tahanan (RTD) Hygrometer tahanan Termistor (NTC) Mikropon kapasitor Pengukuran reluktansi Transduser Aktif Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang masuk ke katoda sensitif cahaya Pembangkitan ggl pada titik sambung dua logam yang berbeda akibat dipanasi Perputaran sebuah kumparan di dalam medan magnit yang membangkitkan tegangan Pembangkitan ggl bahan kristal piezo akibat gaya dari luar Terbangkitnya tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi dari luar Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan temperatur Tahanan sebuah strip konduktif berubah terhadap kandungan uap air Penurunan nilai tahanan logam akibat kenaikan temperatur Tekanan suara mengubah nilai kapasitansi dua buah plat Reluktansi rangkaian magnetik diubah dengan mengubah posisi inti besi sebuah kumparan Cahaya dan radiasi Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya Temperatur, aliran panas, radiasi Kecepatan, getaran Suara, getaran, percepatan, tekanan Cahaya matahari Temperatur, panas Kelembaban relatif Temperatur Suara, musik,derau Tekanan, pergeseran, getaran, posisi 2.2 ADC ICL 7106 Maxim ICL7106 merupakan suatu komponen aktif yang berfungsi sebagai Analog to Digital Converters (ADC). ICL 7106 ini mempunyai input impedansi yang sangat tinggi dan tidak membutuhkan rangkaian driver display eksternal. Komponen-komponennya onboard termasuk polaritas dan digit driver, segment decoders, tegangan referensi dan rangkaian clock-nya. ICL7106 mempunyai 13 kemampuan langsung sebagai driver liquid crystal display (LCD), begitu juga dapat sebagai driver Light Emmiting Diode (LED). Gambar 2.3 Konfigurasi pin ICL 7106 2.3 Transistor MOSFET Mirip seperti JFET, transistor MOSFET (Metal oxide FET) memiliki drain, source dan gate. Namun perbedaannya gate terisolasi oleh suatu bahan oksida. Gate sendiri terbuat dari bahan metal seperti aluminium. Oleh karena itulah transistor ini dinamakan metal-oxide. Karena gate yang terisolasi, jenis transistor ini disebut juga IGFET yaitu insulated-gate FET. Ada dua jenis MOSFET, yang pertama jenis depletion-mode dan yang kedua jenis enhancement-mode. Jenis MOSFET yang kedua adalah komponen utama dari gerbang logika dalam bentuk IC (integrated circuit), mikrokontroler (micro controller) dan mikroprosesor (micro processor) yang tidak lain adalah komponen utama dari komputer modern saat ini. 14 1. MOSFET Depletion-mode Gambar berikut menunjukkan struktur dari transistor jenis ini. Pada sebuah kanal semikonduktor tipe n terdapat semikonduktor tipe p dengan menyisakan sedikit celah. Dengan demikian diharapkan elektron akan mengalir dari source menuju drain melalui celah sempit ini. Gate terbuat dari metal (seperti aluminium) dan terisolasi oleh bahan oksida tipis SiO2 yang tidak lain adalah kaca. Gambar 2.4. Struktur MOSFET depletion-mode Semikonduktor tipe p di sini disebut subtrat p dan biasanya dihubung singkat dengan source. Ingat seperti pada transistor JFET lapisan deplesi mulai membuka jika VGS = 0. Dengan menghubung singkat subtrat p dengan source diharapkan ketebalan lapisan deplesi yang terbentuk antara subtrat dengan kanal adalah maksimum. Sehingga ketebalan lapisan deplesi selanjutnya hanya akan ditentukan oleh tegangan gate terhadap source. Pada gambar, lapisan deplesi yang dimaksud ditunjukkan pada daerah yang berwarna kuning. 15 Semakin negatif tegangan gate terhadap source, akan semakin kecil arus drain yang bisa lewat atau bahkan menjadi 0 pada tegangan negatif tertentu. Karena lapisan deplesi telah menutup kanal. Selanjutnya jika tegangan gate dinaikkan sama dengan tegangan source, arus akan mengalir. Karena lapisan deplesi mulai membuka. Sampai di sini prinsip kerja transistor MOSFET depletion-mode tidak berbeda dengan transistor JFET. Karena gate yang terisolasi, tegangan kerja VGS boleh positif. Jika VGS semakin positif, arus elektron yang mengalir dapat semakin besar. Di sini letak perbedaannya dengan JFET, transistor MOSFET depletion-mode bisa bekerja sampai tegangan gate positif. Adapun pabrikasi MOSFET depletion-mode adalah sebagai berikut. Gambar 2.5. Penampang D-MOSFET (depletion-mode) Struktur ini adalah penampang MOSFET depletion-mode yang dibuat di atas sebuah lempengan semikonduktor tipe p. Implant semikonduktor tipe n dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat celah kanal tipe n. Kanal ini menghubungkan drain dengan source dan tepat berada di bawah gate. Gate terbuat dari metal aluminium yang diisolasi dengan lapisan SiO2 (kaca). Dalam beberapa buku, transistor MOSFET depletion-mode disebut juga dengan nama DMOSFET. Analisa kurva drain dilakukan dengan mencoba beberapa tegangan 16 gate VGS konstan, lalu dibuat grafik hubungan antara arus drain ID terhadap tegangan VDS. Gambar 2.6. Kurva drain transistor MOSFET depletion-mode Dari kurva ini terlihat jelas bahwa transistor MOSFET depletion-mode dapat bekerja (ON) mulai dari tegangan VGS negatif sampai positif. Terdapat dua daerah kerja, yang pertama adalah daerah ohmic dimana resistansi drain-source adalah fungsi dari : RDS(on) = VDS/IDS Jika tegangan VGS tetap dan VDS terus dinaikkan, transistor selanjutnya akan berada pada daerah saturasi. Jika keadaan ini tercapai, arus IDS adalah konstan. Tentu saja ada tegangan VGS(max), yang diperbolehkan. Karena jika lebih dari tegangan ini akan dapat merusak isolasi gate yang tipis alias merusak transistor itu sendiri. 17 2. MOSFET Enhancement-mode Jenis transistor MOSFET yang kedua adalah MOSFET enhancementmode. Transistor ini adalah evolusi jenius berikutnya setelah penemuan MOSFET depletion-mode. Gate terbuat dari metal aluminium dan terisolasi oleh lapisan SiO2 sama seperti transistor MOSFET depletion-mode. Perbedaan struktur yang mendasar adalah, subtrat pada transistor MOSFET enhancement-mode sekarang dibuat sampai menyentuh gate, seperti terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 2.7. Struktur MOSFET enhancement-mode Gambar di atas ini adalah transistor MOSFET enhancement mode kanal n. Jika tegangan gate VGS dibuat negatif, tentu saja arus elektron tidak dapat mengalir. Juga ketika VGS=0 ternyata arus belum juga bisa mengalir, karena tidak ada lapisan deplesi maupun celah yang bisa dialiri elektron. Satu-satunya jalan adalah dengan memberi tegangan VGS positif. Karena subtrat terhubung dengan source, maka jika tegangan gate positif berarti tegangan gate terhadap subtrat juga positif. 18 Tegangan positif ini akan menyebabkan elektron tertarik ke arah subtrat p. Elektron-elektron akan bergabung dengan hole yang ada pada subtrat p. Karena potensial gate lebih positif, maka elektron terlebih dahulu tertarik dan menumpuk di sisi subtrat yang berbatasan dengan gate. Elektron akan terus menumpuk dan tidak dapat mengalir menuju gate karena terisolasi oleh bahan insulator SiO2 (kaca). Jika tegangan gate cukup positif, maka tumpukan elektron akan menyebabkan terbentuknya semacam lapisan n yang negatif dan seketika itulah arus drain dan source dapat mengalir. Lapisan yang terbentuk ini disebut dengan istilah inversion layer. Kira-kira terjemahannya adalah lapisan dengan tipe yang berbalikan. Di sini karena subtratnya tipe p, maka lapisan inversion yang terbentuk adalah bermuatan negatif atau tipe n. Tegangan minimun ini disebut tegangan threshold VGS(th). Tegangan VGS(th) oleh pabrik pembuat tertera di dalam datasheet. Letak perbedaan utama prinsip kerja transitor MOSFET enhancementmode dibandingkan dengan JFET. Jika pada tegangan VGS = 0 , transistor JFET sudah bekerja atau ON, maka transistor MOSFET enhancement-mode masih OFF. Dikatakan bahwa JFET adalah komponen normally ON dan MOSFET adalah komponen normally OFF. Transistor MOSFET enhacement mode dalam beberapa literatur disebut juga dengan nama E-MOSFET. Adapun pabrikasi MOSFET enhancement-mode adalah sebagai berikut.. 19 Gambar 2.8. Penampang E-MOSFET (enhancement-mode) Gambar diatas adalah bagaimana transistor MOSFET enhancement-mode dibuat. Sama seperti MOSFET depletion-mode, tetapi perbedaannya disini tidak ada kanal yang menghubungkan drain dengan source. Kanal n akan terbentuk (enhanced) dengan memberi tegangan VGS diatas tegangan threshold tertentu. Inilah struktur transistor yang paling banyak diterapkan dalam IC digital. Sama seperti kurva D-MOSFET, kurva drain transistor E-MOSFET adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Namun di sini VGS semua bernilai positif. Garis kurva paling bawah adalah garis kurva dimana transistor mulai ON. Tegangan VGS pada garis kurva ini disebut tegangan threshold VGS(th). Gambar 2.9. Kurva drain E-MOSFET 20 Karena transistor MOSFET umumnya digunakan sebagai saklar (switch), parameter yang penting pada transistor E-MOSFET adalah resistansi drainsource. Biasanya yang tercantum pada datasheet adalah resistansi pada saat transistor ON. Resistansi ini dinamakan RDS(on). Besar resistansi bervariasi mulai dari 0.3 Ohm sampai puluhan Ohm. Untuk aplikasi power switching, semakin kecil resistansi RDS(on) maka semakin baik transistor tersebut. Karena akan memperkecil rugi-rugi disipasi daya dalam bentuk panas. Juga penting diketahui parameter arus drain maksimum ID(max) dan disipasi daya maksimum PD(max). Simbol transistor MOSFET dapat dilihat pada gambar di bawah. Garis putus-putus pada simbol transistor MOSFET menunjukkan struktur transistor yang terdiri drain, source dan subtrat serta gate yang terisolasi. Arah panah pada subtrat menunjukkan tipe lapisan yang terbentuk pada subtrat ketika transistor ON sekaligus menunjukkan tipe kanal transistor tersebut. Gambar 2.10. Simbol MOSFET, (a) kanal-n (b) kanal-p 2.4 Mikrokontroler Mikrokontroler atau yang dikenal dengan single chip IC, mengkombinasikan CPU dengan memori dan I/O (Input/Output). Dengan demikian suatu mikrokontroler tidak membutuhkan tambahan RAM, ROM, dan 21 I/O (Input/Output). Mikrokontroler AT89S52 merupakan mikrokontroler 8 bit dengan 4 Kbyte flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) yang konfigurasi dan kontruksi dan instruksinya kompatibel dengan standar 80C51 dan 80C52. IC AT89S52 memiliki 256 x 8-bit RAM internal, 32 jalur I/O (Input/Output) Programmable, dua buah Timer/Counter 16 bit, tujuh sumber Interupsi, dan kanal Programmable serial. Selain itu AT89S52 memiliki mode Low-power Idle dan Power-down dan tiga tingkat pengunci program memori. Berikut di bawah ini gambar konfigurasi pada IC Mikrokontroller AT89S52. Gambar 2.11. Konfigurasi pin mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroller AT89S52 memiliki keistimewaan sebagai berikut. a. Sebuah CPU 8-bit b. Oscilator internal dan pewaktu c. RAM Internal 256 x 8-bit d. Empat buah programmable port I/O (Input/Output), masing-masing terdiri atas 8 buah jalur I/O (Input/Output). 22 e. Dua buah timer/counter 16-bit f. Lima buah jalur interupsi (2 buah interupsi eksternal dan 3 buah interupsi internal) g. Mempunyai sebuah port serial h. Kemampuan melaksanakan operasi perkalian, pembagian, penjumlahan, dan boolean i. Kecepatan pelaksanaan intruksi dari 0 MHz sampai 33 MHz Berikut di bawah ini gambar konfigurasi dan tabel deskripsi pin-pin pada IC Mikrokontroler AT89S52. Tabel 2.2 Deskripsi pin-pin IC mikrokontroler AT89S52 No. pin 20 40 32 ... 39 Nama pin GND VCC P0.7 ... P0.0 1 ... 8 P1.0 ... P1.7 21 ... 28 P2.0 ... P2.7 Alternatif D7 ... D0 & A7 ... A0 A8 ... A15 Keterangan Ground Power Supply Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/ data ataupun menerima kode byte pada saat Flash Programming. Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagi input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsi sebagai low order multiplex address/ data port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat Flas Programming diperlukan external pull up terutama pada saat verifikasi program. Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa atau menerima low order address bytes selama pada saat flash programming Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai ouput port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL. Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit (Movx @ DPTR) Pada saat mengakses memori secara 8 bit, (Mov @Rn) port ini akan mengeluarkan isi dari P2 23 10…17 Port 3 10 11 12 13 14 15 16 17 9 P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 RST RXD TXD INT0 INT1 T0 T1 WR RD 30 ALE PROG 29 PSEN 31 EA 19 18 XTAL1 XTAL2 VP Special Function Register Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1 Sebagai ouput, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL Sebagai I/O biasa Port 3 mempunyai sifat yang sama dengan Port 1 maupun Port 2. Sedangkan sebagai fungsi spesial port-port ini mempunyai keterangan sebagai berikut : Port Serial Input Port Serial Output Port External Interrupt 0 Port External Interrupt 1 Port External Timer 0 Input Port External Timer 1 Input External Data Memory Write Strobe External Data Memory Write Strobe Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle Pin ini dapat berfungsi sebagai Address Latch Enable (ALE) yang me-latch low byte address pada saat mengakses memori eksternal. Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulse input untuk operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16 frekuensi oscillator kecuali pada saat mengakses memori eksternal sinyal clock pada pin ini dapat pula didisable dengan men-set bit 0 dari Special Function Register di alamat 8EH ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori eksternal (MOVX & MOVC) Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori internal. Pada saat Flash Programming pin akan mendapat tegangan 12 volt (VP) Input Oscilator Output Oscilator 24 Struktur memori pada AT89S52 terdiri atas: 7FF FF SPECIAL FUNCTION REGISTER RAM ADDRESS REGISTER RAM INTERNAL PROGRAM ADDRESS REGISTER FLASH PEROM 00 000 Gambar 2.12. Alamat RAM Internal dan Flash PEROM 1. RAM internal, memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk menyimpan variabel atau data yang bersifat sementara. 2. Special Function Registers (SFR), memori yang berisi register-register yang mempunyai fungsi-fungsi khusus yang disediakan oleh mikrokontroler, seperti timer, serial dan lain-lain. 3. Flash PEROM, memori yang digunakan untuk menyimpan instruksi-instruksi MCS51/52. AT89S52 mempunyai struktur memori yang terpisah antara RAM internal dan Flash PEROM. RAM internal dialamati oleh RAM Address Register sedangkan Flash PEROM yang menyimpan instruksi-instruksi MCS51/52 yang dialamati oleh Program Address Register. 25 Gambar 2.13. Lokasi-lokasi memori pada AT89S52 RAM internal terdiri atas: a. Register Banks AT89S52 mempunyai 8 buah register yang terdiri dari R0 hingga R7. Registerregister tersebut selalu terletak pada alamat 00H hingga 07H pada setiap kali di-reset. Posisi R0 hingga R7 dapat dipindah ke Bank 1 (08H hingga 0FH), Bank 2 (10H hingga 17H), dan Bank 3 (18H hingga 1FH) dengan mengatur bit RS0 dan RS1. 26 b. Bit Addressable RAM RAM pada alamat 20H hingga 2FH dapat diakses secara pengalamatan bit sehingga hanya sebuah intruksi setiap bit dapat di-set, clear, AND dan OR. c. RAM keperluan umum RAM pada alamat 30H hingga 7FH dapat diakses dengan pengalamatan langsung maupun tak langsung. Special Function Registers (SFR) yang dimiliki oleh AT89S52 sebanyak 21 SFR yang terletak pada alamat 80H hingga FFH. Beberapa dari SFR mampu dialamat dengan pengalamatan bit. Di bawah ini beberapa register pada SFR, yaitu: a. Accumulator Register ini terletak pada alamat E0H. Accumulator banyak digunakan untuk operasi aritmatika dan operasi logika. Register ini juga diperlukan pada proses pengambilan dan pengiriman data ke memori esternal. b. Port AT89S52 mempunyai 4 buah port, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3 yang terletak pada alamat 80H, 90H, A0H dan B0H. semua port ini dapat diakses dengan pengalamatan bit. c. Stack Pointer (SP) Stack pointer adalah suatu register yang menunjuk pada stack, nilai pada stack pointer akan bertambah jika data disimpan pada stack melalui perintah PUSH, CALL atau rutin interupsi dilaksanakan. 27 d. Data pointer(DPTR) Register ini merupakan register 16 bit yang terdiri atas register DPL dan DPH. e. Register Timer AT89S52 mempunyai dua buah 16 bit Timer/ Counter, yaitu Timer 0 dan Timer 1. Program yang ada pada Flash PEROM akan dijalankan jika pada sistem direset, pin EA berlogika high sehingga mikrokontroller aktif berdasarkan program pada Flash PEROM. Mikrokontroler AT89S52 memiliki osilator internal bagi sumber clock CPU. Pada penggunaan osilator internal diperlukan kristal antara pin XTAL1 dan pin XTAL2 dan 2 buah kapasitor seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Kristal yang dapat digunakan memiliki frekuensi dari 6 sampai 12 MHz, sedangkan untuk kapasitor dapat bernilai 27 sampai 33pF. 2.5 Thyristor Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah banyak digunakan secara ekstensif pada rangkaian daya. Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi. Pada 28 banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan karakteristik tertentu. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO (gate turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan TRIAC dan optotriac. 2.5.1 TRIAC TRIAC boleh juga dikatakan SCR yaitu thyristor yang uni-directional, karena ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar 2.14. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional TRIAC dapat bersifat konduktif dalam dua arah dan biasa digunakan untuk pengendali fasa AC. Kerena TRIAC merupakan komponen bidirectional, terminalnya tidak dapat ditentukan sebagai anoda/katoda. Jika terminal MT2 positif terhadap MT1. TRIAC dapat dimatikan dengan memberikan sinyal gerbang positif antara gerbang G dan MT. Jika terminal MT2 negatif terhadap MT1, maka TRIAC dapat dihidupkan dengan memberikan sinyal pulsa negatif antara gerbang dan terminal MT1. Tidak perlu untuk memiliki kedua sinyal gerbang positif dan negatif dan TRIAC dapat dihidupkan baik oleh sinyal gerbang positif maupun negatif. . Dalam prakteknya sensitivitas bervariasi antara satu kuadran dengan kuadran lain, dan TRIAC biasanya beroperasi dikuadran I atau kuadran III. 29 Gambar 2.14. Simbol dan karakteristik TRIAC 2.5.2 Optotriac Optotriac (MOC-3021) merupakan suatu komponen yang bekerja seperti TRIAC yaitu dapat mengalirkan arus bolak balik karena memiliki 2 buah SCR dan infra red emmiting diode yang berfungsi sebagai pemicu 2 SCR tersebut. Rangkaian optotriac berfungsi untuk memicu rangkaian power TRIAC. Gambar 2.15. Internal optotriac 30 2.6 Pompa Air Pompa Air berfungsi sebagai aktuator yang mengubah sinyal listrik menjadi gerakan mekanis, digunakan untuk mencampurkan larutan dan mengatur sirkulasi air. Sehingga kualitas air dalam usaha pengembangbiakan udang galah ini dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Adapun pompa yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah seperti gambar 2.16. Gambar 2.16. Pompa air