1 Artikel Potensi Senyawa Derivat Kalkon Bersubstituen Fluoro

advertisement
Artikel
Potensi Senyawa Derivat Kalkon Bersubstituen Fluoro
Sebagai Agen Ko-kemoterapi Doxorubicin Pada Sel Kanker Leher Rahim
Retno Arianingrum, Indyah Sulistyo Arty, dan Sri Atun
Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
1.
Abstrak
Dalam upaya meningkatkan efektivitas dan mengurangi resistensi, serta efek samping
agen kemoterapi, dewasa ini perkembangan terapi kanker mengarah pada kombinasi agen
kemoterapi dengan agen kemopreventif. Kalkon merupakan senyawa golongan flavanoid yang
telah diteliti berkhasiat menurunkan proliferasi banyak sel kanker. Tujuan jangka panjang dari
penelitian ini adalah mengembangkan potensi senyawa derivat kalkon sebagai agen kokemoterapi Doxorubicin pada sel kanker leher rahim HeLa. Target khusus yang ingin dicapai
adalah : menginvestigasi aktivitas sitotoksik senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro,
Doxorubicin, dan kombinasi keduanya dan pemacuan apoptosis.
Uji sitotoksik secara invitro terhadap sel HeLa dilakukan dengan metode MTT [3-(4,5dimethylthiazol-2-yl)-2.5-dipheniltetrazolium bromide] assay. Perubahan morfologi sel juga
diamati menggunakan mikroskop fase kontras. Pengamatan apoptosis dengan flowcytometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro, yaitu
1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on bersifat sitotoksik pada sel
HeLa dengan IC50 sebesar 34 M, sedangkan nilai dengan IC50 doxorubicin diperoleh sebesar 1
M. Kombinasi senyawa tersebut dengan Doxorubicin di bawah nilai IC50 pada umumnya
memberikan efek sinergi kuat dengan viabilitas sel terendah pada konsentrasi kombinasi senyawa
1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on sebesar 17 M dan doxorubicin
sebesar 0,5 M. Mekanisme aksi senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro tunggal dan
kombinasinya dengan doksorubisin adalah melalui pemacuan apoptosis.
Kata kunci : kalkon, fluoro, Doxorubicin, HeLa, dan resistensi.
2.
Pendahuluan
Kanker leher rahim merupakan salah satu kanker penyebab kematian kedua di dunia
pada wanita setelah kanker payudara. Berdasarkan sepuluh kanker primer pada wanita di
Indonesia, kanker leher rahim menempati posisi pertama (28,66%) (Tjindarbumi dan
Mangunkusumo, 2002). Banyaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker leher rahim
membuat angka kejadiannya sangat tinggi terutama di Negara berkembang seperti Indonesia.
Oleh karena itu, pengembangan dan penemuan pengobatan kanker leher rahim perlu terus
diupayakan.
Salah satu permasalahan yang sering timbul dalam pengobatan kanker adalah
resistensi obat kemoterapi (drug-resistence) (Wong et al., 2006). Salah satu agen kemoterapi
kanker yang telah menimbulkan resistensi adalah Doxorubicin. Senyawa golongan antrasiklin
ini diberikan pada berbagai jenis kanker. Selain menimbulkan resistensi, Doxorubicin dapat
menyebabkan kardiotoksisitas pada penggunaan jangka panjang (Ferreira et al., 2008). Salah satu
1
alternatif untuk mengatasi resistensi adalah kombinasi agen kemoterapi dengan agen
kemopreventif sehingga dapat meningkatkan keberhasilan terapi.
Kalkon (1,3-difenilpropen-1-on) merupakan senyawa yang banyak di teliti sebagai
therapeutic, khususnya sebagai obat antitumor. Hasil penelusuran literatur menyebutkan bahwa
sebagian besar target utama dari senyawa-senyawa kalkon adalah mempengaruhi daur sel (cell
cycle) (Boumendjel, A., Ronox X., and Boutonnat, J., 2009).
Indyah, dkk. (2000), berhasil mensintesis beberapa senyawa derivat kalkon, yaitu mono
para-hidroksi kalkon, diantaranya senyawa yang mengandung substituen fuoro, yaitu 1-(4”fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on.
Berdasarkan
uji
aktivitas
penghambatan lipid peroksidasi non enzimatis, dan aktivitas penghambatan siklooksigenase,
senyawa ini menunjukkan sangat poten sebagai antioksidan. Penelitian lebih lanjut dalam
kaitannyanya dengan efek sitotoksik menunjukkan bahwa senyawa dengan substituen fluoro ini
bersifat sitotoksik pada sel HeLa, sel Raji dan sel T47D, dan efek sitotoksis tertinggi pada sel
HeLa (Indyah, 2009 dan Retno A, dkk., 2010). Sejauh ini penelitian tersebut belum
menginvestigasi lebih jauh mengenai mekanisme aksi dan target molekuler dari senyawa tersebut
untuk cancer chemoprevention pada cancer cel lines HeLa.
Penelitian-penelitian tersebut menjadi dasar awal pengembangan senyawa derivat
kalkon bersubstituen fluoro ini sebagai agen ko-kemoterapi untuk meningkatkan potensi agen
kemoterapi Doxorubicin, sehingga diperoleh pengobatan kanker leher rahim yang efektif. Oleh
karena itu, pada penelitian ini akan dieksplorasi apakah senyawa ini secara tunggal dan
kombinasinya dengan Doxorubicin dapat memberikan efek sitotoksik dan memacu apoptosis
3.
Metode Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Sintesis dan analisis spektroskopi UV dan IR akan dilakukan di laboratorium Kimia
Organik dan Biokimia, Jurdik Kimia FMIPA UNY. Uji aktivitas sebagai sitotoksik,
flowcytometri, dan imunositokimia di lakukan di laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.
b.
Rancangan Penelitian
1)
Sintesis senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro dengan mereaksikan bromo asetofenon
dengan 4-hidroksi-3-metoksi-benzaldehid, melalui reaksi kondensasi aldol silang dalam
suasana asam.
Uji sitotoksisitas senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro, Doxorubicin dan kombinasi
keduanya pada sel HeLa.
Pengamatan insidensi apoptosis perlakuan senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro,
Doxorubicin, dan kombinasi keduanya pada sel HeLa.
2)
3)
c.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)2-propen-1-on hasil sintesis. Objek penelitiannya adalah potensinya sebagai agem ko-kemoterapi
Doxoribicin pada sel HeLa, meliputi : (1) uji sitotoksik, dan (2) uji aktivitas pemacuan apoptosis.
d.
Prosedur Kerja
1) Sintesis dan Pemurnian Senyawa
2
Turunan 4-hidroksi-3-metoksi-benzaldehid (26,6 mmol) dan dengan p-fluoroasetofenon
(30 mmol) dilarutkan dalam etanol yang dijenuhkan dengan HCl. Tetes demi tetes HCl
dimasukkan dalam campuran reaksi bersamaan dengan itu gas N2 juga dialirkan ke dalam
campuran reaksi. Pengadukan dilakukan selama 6 jam dan setiap jam di cek dengan KLT.
Pengadukan dihentikan ketika noktah produk reaksi nampak dominan. Kemudian campuran
reaksi dituangkan ke dalam air es dan di aduk sampai terbentuk kristal. Setelah dibiarkan selama
3 jam campuran reaksi disaring dan kristalnya direkristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai.
Identifikasi dan elusidasi struktur dilakukan dengan membandingkan data kromatografi lapis
tipis (KLT) pada berbagai eluen dengan senyawa yang telah ditemukan sebelumnya, dan
menggunakan analisis data spektrum UV-VIS dan IR.
2) Uji Sitotoksisitas
Sel dengan konsentrasi 1 x 104 sel/sumuran didistribusikan ke dalam plate 96 sumuran
dan diinkubasi selama 24 jam untuk beradaptasi dan menempel di sumuran. Keesokannya media
diambil kemudian ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung DMSO 0,2% (kontrol)
atau sampel, inkubasi selama 24 atau 48 jam. Pada akhir inkubasi, media kultur yang
mengandung sampel dibuang, dicuci dengan 100 ul PBS. Kemudian ke dalam masing-masing
sumuran ditambahkan 100 ul media kultur yang mengandung MTT 5 mg/ml, inkubasi lagi
selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kristal
formazan berwarna ungu. Setelah 4 jam, media yang mengandung MTT dibuang, kemudian
ditambahkan larutan SDS untuk melarutkan kristal formazan. Digoyang di atas shaker selama 10
menit kemudian dibaca dengan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Data
absorbansi perlakuan tunggal dikonversi ke dalam persen sel. Potensi aplikasi dalam terapi
kombinasi dianalisis dengan membandingkan viabilitas sel perlakuan tunggal dengan kombinasi.
Data absorbansi perlakuan tunggal dikonversi ke dalam persen sel hidup dan digunakan untuk
menghitung IC50. Potensi aplikasi dalam terapi kombinasi dianalisis dengan menggunakan
metode indeks kombinasi (combinatorial index method/CI) berdasarkan Chou (Reynolds and
Maurer, 2005).
3) Uji Pengamatan Apoptosis dengan Flowcytometer
a)
Alat yang digunakan : Flowcytometer, perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan
steril, jas lab.), plate 6 well, Air Flow Hood (LAF), inkubator CO , tissue culture flask/dish,
2
pen marker, mikropipet, tip, rak ampul/tempat eppendorf, tissue, alat-alat gelas, flakon,
kamera digital, autoklaf, sentrifus
b) Bahan yang digunakan : Tripsin, media kultur, Phosphat Buffer Saline (PBS) dan
Annexin- V-Fluos Staining Kit Roche.
c) Prosedur Penelitian
Sel (kepadatan 5 X 105 sel/sumuran) ditanam dalam plate 6 well sampai 50-60 %
konfluen. Setelah itu diinkubasi dengan senyawa uji selama 24 jam. Medium diambil dan
dimasukkan dalam tabung sentrifus. Sel di cuci dengan tripsin 0,25% untuk melepas sel dari
plate dan dilakukan inkubasi selama 3 menit dalam inkubator CO2. Kemudian ditambahkan
media kultur 1 mL. Sel beserta media kultur tersebut dipindahkan juga dalam tabung sentrifus.
Selanjutnya sel yang masih tersisa dalam plate dicuci dengan PBS 2X masing-masing sebanyak 1
mL dan PBS ditambahkan dalam tabung sentrifus. Kemudian disentrifus pada 600 g selama 5
menit. Media dibuang dan sel dicuci dengan PBS 1 mL dan disentrifus pada 200 g selama 5
menit. Larutan PBS dibuang dan sel diresuspensi dengan 100 L Annexin-V-Fluos-labelling
3
solution yang terdiri dari (2 L Annexin-V-Fluos, 100 L buffer, dan 2 L propidium iodide )
untuk 1 kali reaksi. Inkubasi selama 10 menit pada ruang gelap dan dianalis dengan
flowcytometer.
4.
Hasil Penelitian
a. Sintesis 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on
Identifikasi senyawa hasil sintesis yang dilakukan menggunakan KLT dengan eluen
kloroforom : heksana = 2 : 1, dan heksana: metilen klorida = 1:2 menunjukkan hasil satu noda
yang berarti bahwa senyawa hasil isolasi tersebut telah murni. Saat dibandingkan dengan
senyawa marker, senyawa hasil sintesis memiliki harga Rf (Retardation factor) yang sama
dengan senyawa marker, yang berarti bahwa senyawa hasil sintesis tersebut adalah senyawa 1(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on.
Berdasarkan data FT-IR (Tabel 1) diketahui bahwa senyawa hasil sintesis memiliki
gugus fungsional yang sama dengan senyawa marker. Hal ini lebih memperkuat bukti bahwa
senyawa hasil sintesis yang diperoleh adalah senyawa
1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen-1-on.
Tabel 3. Hasil Analisis FTIR
Senyawa
1-(4”fluorofenil)3-(4’hidroksi-3’metoksifenil)2-propen-1on
Bilangan gelombang (cm-1)
Marker
1637,67
3439,30
1597,16
3000-2800 &
1444,77
1238,38
Hasil Sintesis
1636,55
3495,52
1585,89
3000-2800 &
1444,46
1340,73
Keterangan Gugus Fungsional
C=O, (gugus karbonil)
OH str aromatik
C=C str aromatik
alkil
metil
b. Uji Sitotoksik dengan MTT assay
1) Uji sitotoksik senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on
pada sel HeLa
IC50 = 34 M
Gambar 3. Hubungan Konsentrasi Senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2propen-1-on dengan % Viabilitas Sel HeLa.
4
2) Uji sitotoksik doxorubicin pada sel HeLa
IC50 = 1 M
Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Doxorubicin dengan % Viabilitas Sel HeLa.
3) Uji sitotoksik kombinasi senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2propen-1-on dan doxorubicin pada sel HeLa
Tabel 4. Persen viabilitas sel perlakuan kombinasi senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi3’-metoksifenil)-2-propen-1-on dan doxorubicin pada berbagai variasi konsentrasi.
Viabilitas sel (%) pada variasi knsentrasi :
1-(4”-fluoro-fenil)-3-(4’hidroksi-3’-metoksi-fenil)-2propen-1-on (mikromolar)
0
4,25
8,5
12,75
17
Tabel 5.
Doxorubicin (mikromolar)
0
100
83,97
78,66
66,46
63,27
0,125
49,98
48,23
46,11
39,42
39,16
0,25
49,41
44,82
43,30
38,93
30,92
0,375
46,64
44,63
41,28
35,17
29,81
0,5
43,33
38,97
37,64
35,55
26,40
Hasil perhitungan nilai CI pada perlakuan kombinasi senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on dan doxorubicin pada berbagai variasi
konsentrasi.
Nilai IC50 pada perlakuan kombinasi:
1-(4”-fluoro-fenil)-3-(4’hidroksi-3’-metoksi-fenil)-2propen-1-on (mikromolar)
Doxorubicin (mikromolar)
0,125
0,25
0,375
0,5
4,25
0,203
0,222
0,279
0,211
8,5
0,284
0,294
0,301
0,265
12,75
0,278
0,304
0,270
0,299
17
0,354
0,256
0,255
0,224
5
Senyawa-senyawa kalkon dapat memiliki substitusi yang berbeda pada posisi orto dan
para. Selain itu kalkon memiliki ikatan rangkap terkonjugasi dan sistem electron- 
terdelokalisasi yang lengkap pada kedua cincin benzene. Molekul dengan sistem ini umumnya
memiliki potensial redoks yang rendah dan mempunyai probabilitas tinggi untuk melakukan
transfer elektron (Yadav, et.al., 2012). Senyawa
1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen-1-on mempunyai gugus hidroksil dan fluoro pada posisi para dan
metoksi pada posisi meta.
Hasil uji sitotoksik senyawa tunggal 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2propen-1-on pada sel HeLa menunjukkan senyawa ini bersifat toksik. Berdasarkan hasil
pengamatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara perubahan konsentrasi
senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on dengan tingkat
kematian sel HeLa. Semakin tinggi konsentrasi senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen-1-on, semakin rendah viabilitas sel HeLa atau semakin banyak jumlah sel
HeLa yang mengalami kematian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IC50 dari
senyawa ini terhadap sel HeLa sebesar 34 M yang termasuk kategori aktif. Adanya gugus OH
dan gugus fluoro yang terdapat pada senyawa ini diperkirakan memberikan kontribusi pada sifat
toksisitas senyawa terhadap sel HeLa. Pada beberapa hasil penelitian tentang aktivitas senyawa
derivat kalkon, adanya substitusi gugus metoksi pada cincin A dan substitusi fluoro, kloro,
bromo dan cincin B mampu meningkatkan penghambatan aktivitas NF-B, suatu faktor
transkripsi yang berperan dalam pengembangan dan progresi kanker (Folmer, et.al., 2006, dan
Kim, et. al., 2007). Selain itu adanya gugus karbonil tak jenuh -unsaturated
carbonylyang terdapat pada kalkon juga memberikan kontribusi pada aktivitas sitotoksik pada
sel HeLa. Menurut Srinivasan, et al, 2009 adanya ikatan tak jenuh yang bersifat sangat
elektrofilik dapat menimbulkan radikal thiyl yang mengarah ke pengurangan alkena melalui
adisi Michaelis kovalen dari nukleofil, seperti SH dari cystin dari DNA, yang mengikat NF-B.
Perlakuan senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on
juga menunjukkan perubahan morfologi sel yang signifikan seiring meningkatnya konsentrasi.
Perubahan morfologi sel tersebut menyebabkan menurunnya viabilitas sel HeLa.
Bila dibandingkan dengan doxorubicin, senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen-1-on memiliki aktivitas lebih rendah. Doxorubicin merupakan agen
kemoterapi yang banyak digunakan dalam terapi berbagai kanker epitel. Doxorubicin dapat
berinterkelasi dengan DNA sehingga fungsi DNA sebagai template dan pertukaran sister
chromatid terganggu pada pita DNA terputus. Obat ini juga dapat bereaksi dengan sitokrom
P450 reduktase dengan adanya NADPH membentuk zat perantara yang akan bereaksi dengan
oksigen menghasilkan radikal bebas yang dapat mengancurkan sel. Pada penelitian ini diperoleh
nilai IC50 dari doxorubicin sebesar1 M.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on dengan doxorubicin mampu meningkatkan aktivitas
sitotoksik pada sel HeLa dibandingkan dengan perlakuan tunggal. Kombinasi keduanya
menghasilkan efek yang saling menguatkan. Semakin tingi konsentrasi senyawa 1-(4”fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on, semakin kuat peningkatan efek
sitotoksik doxorubicin oleh senyawa ini pada sel HeLa.
Berdasarkan perhitungan nilai CI, terlihat bahwa pada kombinasi senyawa 1-(4”fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on dengan konsentrasi sebesar 4,25; 8,5;
12,75; dan 17 M, dan konsentrasi doxorubicin sebesar 0,125; 0,25; 0,375; dan 0,5 M,
memberikan interprestasi sinergi kuat, karena memiliki nilai CI antara 0,1-0,3. Namun pada
kombinasi senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on dengan
konsentrasi sebesar 17 M dan konsentrasi doxorubicin sebesar 0,125 M memiliki nilai CI di
atas 0,3, sehingga masuk kategori sinergi. Dari hasil ini membuktikan bahwa senyawa 1-(4”6
fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on berpotensi untuk digunakan sebagai
agen ko-kemoterapi doxorubicin.
4) Uji Pengamatan Apoptosis dengan Flowcytometer
Tabel 6. Pengaruh perlakuan senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2propen-1-on, doxorubicin dan kombinasi keduanya terhadap kematian sel HeLa
menggunakan Annexin dengan pembacaan Flowcytometer.
Perlakuan
Prosentase (%) Sel HeLa
Sel Hidup
Early Apoptosis
Late Apoptosis
Nekrosis
Tanpa Perlakuan
97,39
0,6
1,49
0,52
1-(4”-fluorofenil)-3-(4’87,82
1,71
7,03
3,44
hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen1-on 17 M
59,76
0,92
10,52
28,80
Doxorubicin 0,5 M
Kombinasi 1-(4”49,73
0,83
11,24
38,20
fluorofenil)-3-(4’hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen1-on 17 M &
Doxorubicin 0,5 M
Hasil pengamatan apoptosis menggunakan flowcytometer
menunjukkan bahwa
perlakuan senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2-propen-1-on pada
konsentrasi 17 M dengan waktu inkubasi 24 jam menyebabkan 8,74% sel HeLa mengalami
apoptosis. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan sel tanpa perlakuan (2,09%). Demikian
juga perlakuan dengan doxorubicin pada konsentrasi 0,5 M menyebabkan 11,44% sel
mengalami apoptosis, sedangkan kombinasi keduanya menyebabkan 12,07% sel mengalami
apoptosis. Data ini menunjukkan bahwa
senyawa 1-(4”-fluorofenil)-3-(4’-hidroksi-3’metoksifenil)-2-propen-1-on mampu memacu terjadinya apoptosis pada sel HeLa, dan kombinasi
senyawa ini dengan doxorubicin meningkatkan kemampuan doxorubicin dalam memacu
terjadinya apoptosis. Adanya sel yang mengalami apoptosis ini menyebabkan viabilitas sel HeLa
menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hsu et al., (2006) yang menunjukkan
bahwa struktur inti dari kalkon mampu menghambat proliferasi sel pada sel kanker payudara
dengan menghambat progresi daur sel dan menginduksi apoptosis melalui jalur mitokondria dan
death receptor. Pada penelitian ini adanya substitusi gugus hidroksil, metoksi dan fluoro pada
senyawa kalkon ternyata juga mampu menghambat proliferasi sel dan memacu apoptosis.
Selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut mekanisme terjadinya apoptosis atau program bunuh diri sel,
antara lain dengan melalui perubahan ekspresi protein pengatur apoptosis seperti Bcl-2, p53 dan
Bax yang akan dilakukan pada tahun kedua.
Efek sitotoksik selain disebabkan oleh pemacuan apoptosis juga disebabkan oleh
pemacuan penghambatan daur sel (cell cycle arrest). Oleh karena itu penelitian selanjutnya juga
akan melakukan pengamatan penghambata siklus sel sebagai wujud nyata dari perubahan
fisiologis atau morfologis.
5. Kesimpulan
a. Senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro bersifat sitotoksik pada sel HeLa dengan IC50
sebesar 34 mM, dan kombinasi senyawa tersebut dengan Doxorubicin memberikan efek
sinergi kuat.
b. Mekanisme aksi senyawa derivat kalkon bersubstituen fluoro tunggal dan kombinasinya
dengan doksorubisin melalui pemacuan apoptosis.
7
Daftar Pustaka
Afzal S., Asad M. K, Rumana Q. F, Ansari, Muhammad F. N, and Syed S. S. 2008. Redox
Behavior of Anticancer Chalcone on a Glassy Carbon Electrode and Evaluation of its
Interaction Parameters with DNA, Int. J. Mol. Sci. 2008, 9, 1424-1434
Bohm,T., (1998). An old paradigm for treating cancer and other disease in 21 st century, Cane
and Met rev, 12: 149-154
Boumendjel A, Ronot X, Boutonnat. 2009 . Chalcone derivatives acting as cell cycle blockers :
potensial anticancer drugs ? J Curr Drug Targets. Apr;10(4):363-71.
Boyer, M.J., and Tannock, I.F., 2005, The Basic Science of Oncology: Cellular and Molecular
Basis of Drug Treatment for Cancer, Mc Graw Hill Compay, forth edition, New York.
Departemen Kesehatan RI. (1997). Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta
Fisher, D.E., (1994). Apoptosis in cancer therapy: crossing the threshold, Cell, 78, 539-542.
Foster, J.S., Henley, D.C,. Ahamed, S., and Wimalasena, J., 2001, Estrogen and Cell Cycle
Regulation in Breast Cancer, Trend in Endocrinology and Metabolism, 12 (7), 320-327.
Gerl, R., and Vaux, D.L., 2005, Apoptosis in The Development and Treatment of Cancer,
Carcin., 26 (2), 263-270.
Gibbs, J.B., (2000), Anticancer drug targets: growth factors and growth factor signaling, J. Clin
Invest, 105, 9-13.
Goldie, JH., (2001),Drug resistance in cancer: A perspective, Cancer and Metastasis Rev, 20: 6368
Gondhowiardjo, S., 2004, Proliferasi Sel dan Keganasan, Majalah Kedokteran Indonesia, 54 (7),
289-299.
Hanahan, D., and Weinberg, R.A., 2000, The Hallmarks of Cancer, Cell, 100, 57-70
Indyah S.A., Henk T, Samhudi, Sastrohamidjojo, and Henk an der Goot., 2000., Synthesis of
benzylideneacetophenones and their inhibition of lipidperoxidation., Eur. J., Med. Chem.
35, 449-457
Indyah S., A., 2007, Cyclooxygenase inhibitory activity of benzilideneacetofenone analogue.
Recent Development in Curcumin Pharmacochemistry, Procedding of International
Symposium on Recent Progress in Curcumin Research, 11-12 September.
Indyah S.A., Synthesize and Citotoxicity Test of Several Compounds of mono para hidroxy
chalcone, 2010, Indo. J. Chem., 2010, 10 91), 110-115
Julia, S., 2001, Uji Sitotoksisitas Fraksi Protein Daun Erythrina fusca Luor (Cangkring) Pada Sel
HeLa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kampa, M., Alexaki, Vassilia-Ismini., Notas, George., Nifli, Artemissia-Phoebe., Nistikaki,
Anatassia., Hatzoglou, Anastassia., Bakogeorge, Efstathia, Koumtzoglou, Elena., Blekas,
George., Boskou, Dimitrios., Gravanis, Achille., and Castanas, E., 2004, Antiproliferatif
and Apoptotic Effect of Selective Phenolic Acids on T47D uman Breast Cancer Cells:
Potential Mechanisms of Action., Breast Cancer Res, 6: R63-R74
Keshet, E., and Bens Sasson, S.A., 1999, Anticancer drug targets: approching angiogenesis, J.
Clin. Invest., 104(11), 1497-1501.
King, R.J.B. (2000). Cancer Biology, 2nd ed. Pearson Education Limited, England
Lee, Y.S.; Lim, S.S.; Shin, K.H.; Kim, Y.S.; Ohuchi, K.; Jung, S.H.2006. Anti-angiogenic and
antitumoractivities of 2-hydroxy-4- methoxychalcone. Biol. Pharm. Bull. 29, 1028-1031.
8
Lodish, H., Berk, A., Zipursky, Lawrence, S., Matsurada, P., Baltimore, D., and Darnel, J., 2000,
th
Molecular Cell Biology, 4 Edition, W.H. Freeman and Company, New York, 10541062.
Mathivadani, P., Shanthi, P., and Sachdanandam, P., 2007, Apoptotic Effect of Semecarpus
anacardium nut Extract on T47D Cancer Cell Line., Cell. Biol. Int., 31, 1198-1206
Meiyanto, E., 1999, Kurkumin Sebagai Obat Kanker : Menelusuri Mekanisme Aksinya, Majalah
Farmasi Indonesia, 10 (4), 224-236.
Meiyanto, E., 2002, Bahan Kuliah Biologi Molekuler: Signal Transduksi-Cell Cycle-Transposon,
Proyek Que Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Petak, I., Houghton, Janet A., and Kopper, L., 2006, Molecular Targeting of Cell Death Signal
Transduction Pathways in Cancer, Current Signal Transduction Therapy, 1, 113-131.
Pines, J., 1997, Mammalian Cell Cycle, Oncogenes and Tumor Suppressors, IRL Press, Oxford
University Press, New York, 189-191.
Retno A, Indyah, S.A., dan Sri A., 2010, Uji Sitotoksisitas Senyawa Mono Para Hidroksi Kalkon
terhadap Cancer cell lines T47D, Saintek Jurnal, UNY
Sasayama, T.; Tanaka, K.; Mizukawa, K.; Kawamura, A.; Kondoh, T.; Hosoda, K.; Kohmura, E.
2007. Trans-4-lodo,4-boranyl-chalcone induces antitumor activity against malignant
glioma cell lines in vitro and in vivo. J. Neu-Onc. 85, 123-132
Shapiro, G.I. and Harper, J.W., (1999), Anticancer drug targets: cell cycle and chekpoint control,
J. Clin. Invest., 104, 1645-1653.
Teich, N. M., 1997, Oncogenes and Cancer in Franks, L.M. dan Teich, N.M., Cellular and
rd
Molecular Biology of Cancer, 3 Edition, Oxford University Press, London.
Toshio M. Li-Bo W. ,Seikou N. , Kiyofumi N., Eri Y., Hisashi M., Osamu .M., Li-Jun W., and
Masayuki Y., 2009., Medicinal Flowers. XXVII.1) New Flavanone and Chalcone
Glycosides, Arenariumosides I, II, III, and IV, and Tumor Necrosis Factor-a Inhibitors
from Everlasting, Flowers of Helichrysum arenarium, Chem. Pharm. Bull. 57(4) 361—
367 (2009)
World Health Organization. (1998). The World Health Report : live in the 21st century, A vision
for all, WHO, Geneva
Wyllie, A., Donahue, V., Fischer, B., Hill, D., Keesey, J., and Manzow, S., 2000, Cell Death
Apoptosis and Necrosis, Rosche Diagnostic Corporation
Xu, Z-X., Liang, J., Gaikwad, A., Connoly, F.P., Milss, G.B., and Guttermann, J.U., 2007, A
plant Triterpenoid, avicin D, Induces Autophagy by Activation of AMP-activated Protein
Kinase, Cell Death and Differentitaion, 14:1948-1957.
Ye, C.L.; Liu, J.W.; Wei, D.Z.; Lu, Y.H.; Qian, F.2004. In vitro anti-tumor activity of 2, 4dihydroxy-6-methoxy-3, 5-dimethylchalcone against six established human cancer cell
lines. Pharmacol. Res. 2004, 50, 505-510
Ye, C.L.; Liu, J.W.; Wei, D.Z.; Lu, Y.H.; Qian, F. 2005. In vivo antitumor activity by 2, 4dihydroxy-6-methoxy-3, 5-dimethylchalcone in a solid human carcinoma xenograft
model. Canc. Chemo.Pharm., 55, 447-452.
9
Download