I. PENDAHULUAN Jamur merupakan organisme heterotrof yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan bermutu gizi tinggi dan obat-obatan (Daba dan Ezeronye, 2003). Salah satu dari jenis jamur tersebut adalah Pleurotus ostreatus(Jacq. Ex.Fr) Kummer. P. ostreatus merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk dikonsumsi karena kandungan proteinnya mencapai 24,66%. P. ostreatus memiliki kandungan asam amino yang lengkap, mineral (Ca, P, Fe, Na, K), asam folat, tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin, dan vitamin C (Patil et al., 2010). Menurut Chang dan Miles (2004), kandungan nutrisi P. ostreatus meliputi karbohidrat sebanyak 46,6-81,8%, serat 7,4-27,6%, dan lemak 20,7%. P. ostreatus termasuk jamur pangan potensial yang mempunyai nilai gizi tinggi dan bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Proses pembudidayaan P. ostreatus juga relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan. Selain itu, P. ostreatus memiliki kandungan senyawa bioaktif yang bermanfaat sebagai bahan obat, antikanker, antiviral, dan antimikroba (Hedritomo, 2008). Zat antimikroba adalah senyawa metabolit sekunderyang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelczar and Chan, 1988). Produk senyawa metabolit sekunder P. ostreatus dapat dihasilkan pada kultur dengan medium padat maupun medium cair. Medium P. ostreatus harus mengandung lignin, karbohidrat (selulosa dan glukosa), nitrogen, mineral, dan vitamin. Menurut Oie (1996),pengayaan nutrisi medium yang mengandung nitrogen, mineral dan vitaminakan menghasilkan produksi tubuh buah yang tinggi. Pengayaan nutrisi medium padat dapat diperoleh dari tepung jagung. Tepung jagung merupakan butiranbutiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan dan dapat dijadikan salah satu bahan pengayaan nutrisi sebagai sumber nitrogen (Djarijah, 2001). Pengayaan medium juga berpengaruh dalam produksi senyawa bioakif pada medium cair. Produksi medium cair dan sintesis metabolit sekunder dipengaruhi oleh nutrisi dalam medium kultur. Nutrisi dalam medium kultur berperan dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan sel, sintesis metabolit primer maupun sekunder, dan konversi bahan-bahan nutrisi menjadi energi (Jatnika, 2000). Pengembangan bioteknologi fermentasi dapat diterapkan untuk memproduksi senyawa bioaktif P. ostreatus. Teknik yang sudah dikembangkan untuk memproduksi senyawa bioaktif adalah teknik fermentasi pada medium cair (submerged liquid cultures). Sistem fermentasi ini mempermudah untuk melakukan modifikasi nutrisi pada mediumnya dan mempersingkat waktu produksi (Nwanze et al., 2005; Boonlum, et al., 2012). 1 MenurutTurner (1971) distribusi metabolit sekunder dalam medium kultur dipengaruhi oleh tingkat kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam pelarut dan daya tembus terhadap membran sel. Perbedaan tingkat kelarutan dan daya tembus senyawa-senyawa bioaktif pada tubuh buah dan filtrat P. ostreatus terhadap membran sel, menandakan adanya perbedaan kandungan senyawa bioaktif tersebut, sehingga senyawa ekstraseluler dari filtrat medium kultur maupun senyawa intraseluler dari tubuh buah menghasilkan aktivitas penghambatan yang berbeda terhadap bakteri patogen uji. Bakteri patogen dapat memberikan kerugian terhadap kesehatan manusia karena mampu menghasilkan toksin penyebab penyakit (Fardiaz, 1992). Kehadiran senyawa antimikroba yang dihasilkan P. ostreatus mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen karena adanya mekanisme antibiosis. Bakteri patogen yang digunakan dalam penelitian adalah Salmonella typhi dan Bacillus cereus.S. typhi merupakan bakteri patogen penyebab penyakit tipus, termasuk bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora, bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif dengan suhu optimum 35-370C dan pH optimum berkisar 6,57,5 (Mahmoud, 2012).B. cereus merupakan salah satu bakteri patogen yang termasuk ke dalam bakteri Gram positif berbentuk batang, membentuk spora, dan bersifat anaerobik fakultatif (Fardiaz, 1992). Bakteri ini menimbulkan kontaminasi pada makanan apabila terjadi proses pendinginan yang lama dan menghasilkan toksin yang menyebabkan muntah atau diare. Jenis Gram bakteri B. cereus dan S. typhi diduga memberikan aktivitas penghambatan yang berbeda dari ekstrak tubuh buah dan filtrat P. ostreatus. Lindequist et al.,(2005), Poucheret et al.,(2006), Gregori et al.,(2007), danKai (2007) menyatakan bahwa P. ostreatus dapat digunakan sebagai jamur obat(medicinal mushroom). Manfaat P. ostreatus sebagai bahan obat mendorong para peneliti mempelajari potensi antimikroba jamur tersebut. Akyuz et al., (2010) dan Rahman et al., (2009) melaporkan aktivitas antimikrobaP. ostreatus terhadap organisme patogen. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak methyl alkohol tubuh buah P. ostreatus mempunyai aktivitas sebagai antimikroba terhadap bakteri, yeast, dan dermatophyta dengan diameter zona hambat 7,5-15,5 mm. Menurut penelitian Iwalokun (2007), P. ostreatus mengandung senyawa yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dan mempunyai aktivitas terhadap beberapa bakteri gram positif dan gram negatif. Penelitian ini meneliti secara ilmiah fitokimia, antioksidan dan potensi antimikroba dari dua ekstrak P. ostreatus. Umumnya, kedua ekstrak tersebut efektif terhadap 89,8 % isolat yang diuji, dengan diameter zona hambat Bacillus subtilis 7,6-7,8 mm, Escherichia coli 7,6-8,2 mm dan Saccharomyces cerevisiae 10,5-10,8 mm yang dilakukan dengan metode difusi cakram, sedangkan untuk mengetahui konsentrasi minimum penghambatan ekstrak pada isolat uji dapat dilakukan dengan tahapan Minimum Inhibitor Concentration (MIC). MIC 2 didefinisikan sebagai konsentrasi terendah dari sampel uji yang menghasilkan penghambatan pertumbuhan pada bakteri uji. Menurut penelitian Iwalokun (2007) MIC dari ekstrak P. ostreatus ditentukan dengan metode dilusi. Berdasarkan uraian diajukan beberapa permasalahan: 1) Apakah penggunaan jenis medium yang berbeda berpengaruh terhadap aktivitas antimikrobapada bakteri S. typhi dan B. cereus. 2) Ekstrak dari medium manakah yang paling efektif untuk menghasilkan senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi dan B. cereus. 3) Konsentrasi berapakah penghambatan minimum ekstrak kultur P. ostreatus terhadap pertumbuhan bakteri S. typhi dan B. cereus. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penggunaan jenis medium yang berbeda terhadap aktivitas antimikroba bakteri S. typhi dan B. cereus. 2. Mengetahui ekstrak medium yang paling efektif untuk menghasilkan senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi dan B. cereus. 3. Mengetahui konsentrasi penghambatan minimun ekstrak kultur P.ostreatusterhadap pertumbuhan bakteri S. typhi dan B. cereus. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan jenis medium yang berbeda berpengaruh terhadap aktivitas antimikroba bakteri S. typhi dan B. cereus. 2. Ekstrak dari medium yang paling efektif untuk menghasilkan senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi dan B. cereusadalah dari ekstrak tubuh buah dengan medium penambahan tepung jagung. 3. Konsentrasi penghambatan minimum ekstrak tubuh buah dan filtrat kultur P. ostreatus terhadap pertumbuhan bakteriS. typhi dan B. cereus adalah kurang dari 1000µg/ml. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan ekstrak tubuh buah dan filtrat kultur P. ostreatus sebagai antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen 3