penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan

advertisement
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENGENAL WARNA ANAK KELOMPOK A
DI PAUD PRADNYA PARAMITA
Made Nina Putri Agustina¹,I Ketut Pudjawan ², Luh Ayu Tirtayani³
¹,3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
² Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]¹, [email protected]²
[email protected]³
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk mengenali warna
dengan penerapan metode eksperimen pada anak-anak di kelompok A pada anak usia dini
Penarungan Pradnya Paramita. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam dua siklus. Subjek PAUD Pradnya Paramita pada tahun ajaran
2015/2016, sebesar 22 anak.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pengamatan dengan instrumen berupa lembar observasi. Data
Dikumpulkkan telah dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode
analisis statistik kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan
untuk mengetahui warna anak setelah penerapan metode eksperimental. Hal ini dapat
dilihat dari keuntungan rata-rata persentase kemampuan untuk mengetahui warna dari
siklus pertama 64,75% yang berada dalam kategori sedang dan meningkat menjadi
83,81% pada siklus kedua pada kategori tinggi sehingga nilai rata-rata persentase
kemampuan tahu anak-anak warna meningkat dari siklus I ke siklus II 18,43%. Jadi hasil
penelitian penerapan metode eksperimen di PAUD Pradnya Paramita dapat di pahami oleh
anak.
Kata-kata kunci: metode eksperimental, kemampuan untuk mengenali warna, anak usia
dini
Abstract
This study aims to improve the ability of children to recognize colors with the application of
the experimental method in children in group A in early childhood Penarungan Pradnya
Paramita. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Subject
ECD Pradnya Paramita in the academic year 2015/2016, amounting to 22 anak.Jenis this
research is classroom action research conducted in two siklus.Pengumpulan data in this
study conducted using observations with the instrument in the form of observation sheet.
Dikumpulkkan the data have been analyzed using descriptive statistical analysis and
quantitative statistical analysis methods.The results showed that an increase in the ability
to know the color of the child after the application of the experimental method. It can be
seen from the average percentage gains the ability to know the color of the first cycle of
64.75% which is in the moderate category and increased to 83.81% in the second cycle in
the high category so that the average value of the ability to know the percentage of children
color increased from cycle I to cycle II 18.43%. So research the application of experimental
methods in early childhood Pradnya Paramita can be understood by children.
Keywords: experimental methods, the ability to recognize colors, early childhood
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan yang sesuai
prosedur pendidikan itu sendiri. Dalam
dunia
pedidikan
pada
dasarnya
pengubahan sikap dan tata laku seseorang
dapat ditingkatkan melalui kualitas SDM
yang dihasilkan melalui pendidikan yang
bermutu dan bermanfaat bagi manusia.
Dalam
rangka
meningkatkan
mutu
pendidikan, telah banyak usaha yang
dilakukan
oleh
pihak-pihak
terkait,
pemerintah maupun swata. Salah satunya
yaitu pendidikan dasar yang pada saat ini
disebut sebagai Pendidikan Anak Usia
Dini(PAUD). Pendidikan Anak Usia Dini
merupakan
pendidikan
awal
dalam
pembentukan kepribadian manusia secara
utuh yaitu pembentukan karakter, budi
pekerti, cerdas, ceria, terampil,
dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan
salah satu lembaga pendidikan bagi anak
usia 0-6 tahun yang terdiri dari Tempat
Penitipan
Anak(TPA),
Kelompok
Bermain(KB),
dan
Taman
Kanakkanak(TK).
Dalam
Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2003,
pasal 1 ayat(14) dalam (Depdiknas,2003)
menyatakan bahwa, Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini
pada
dasarnya
merupakan
upaya
pemberian stimulus, bimbingan pengasuh
dan
pembelajaran
yang
dapat
mengembangkan potensi-potensi dalam diri
anak sesuai dengan aspek perkembangan
anak. Perkembangan anak berlangsung
secara berkesinambungan yang berarti
bahwa tingkat perkembangan yang dicapai
suatu tahap diharapkan meningkatkan baik
pada tahan selanjutnya.
Setiap
anak
memiliki
tingkat
perkembangan yang berbeda-beda antara
satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal tetapi demikian
tahap perkembangan anak tetap mengikuti
pola
yang
umum.
Pada
masa
perkembangan berlangsung orang tua dan
guru sangat berperan penting dalam
pemberian sitmulus pada masa peka. Masa
peka anak usia 4-6 tahun merupakan masa
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik
dan psikis yang siap merespon stimulasi
lingkungan dan mengasimilasikan ke dalam
pribadinya. Oleh karena itu dibutuhkan
kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan
kebutuhan anak agar pertumbuhan dan
perkembangan tercapai secara optimal.
Pendidikan
Anak
Usia
Dini
menstimulasi 5 aspek perkembangan
diantaranya, perkembangan nilai agama
dan
moral,
perkembangan
fisik,
perkembangan
kogntif,
perkembangan
bahasa
dan
perkembangan
sosial
emosional. Salah satu kemampuan anak
yang
dapat
dikembangakn
adalah
perkembangan konitif.
Perkembangan
kognitif merupakan perubahan kemampuan
berpikir atau intelektual. ”Konsep yang
mendasari
pengertian
merupakan
kemampuan untuk menangkap sifat, arti,
atau keterangan mengenai sesuatu dan
mempunyai gambaran yang jelas dan
lengkap tentang hal tersebut” Hurlock
(2012). Dapat juga dimaknai sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah
atau untuk mencipta karya yang dihargai
dalam suatu kebudayaan. Dan menurut
Jenice J (2013,281) “ Cara lain otak
mengelompokkan benda-benda adalah
berdasarkan warna.”
Perkembangan kognitif pada Taman
Kanak-kanak tidak hanya anak mampu
mengenal bentuk geometri dan menghitung
tetapi anak juga mampu mengenal warna
secara mendasar. Seperti yang kita ketahui
perkembangan kognitif merupakan dasar
pembentukan gaya berfikir anak untuk
memperoleh suatu konsep yang nyata.
Oleh karena itu pengenalan warna terhadap
anak juga mampu membantu pembentukan
gaya berfikir anak yang nyata melalui
pembelajaran yang sesuai dengan anak
usia dini. Anak usia 4-5 tahun belum
mampu memahami warna sekunder dan
warna primer, karena kegiatan pengenalan
warna kurang bervariasi dan hanya
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
mengenal warna melalui kegiatan mewarnai
dan menggambar.
Berdasarkan hasil wawancara telah
dilakukan dengan guru kelas kelompok A di
PAUD Pradnya Pramita Penarungan,
Singaraja bahwa masalah yang sering
dihadapi guru adalah proses mengenalkan
warna pada anak. Serta guru juga
mengajak anak mengumpulkan beberapa
jenis benda dengan warna yang sama,
dengan demikian guru mampu mengetahui
tingkat kemampuan anak dalam mengenal
warna. Pengenalan warna di dalam kelas
tidak diberikan melalui metode khusus
tetapi hanya di diselipkan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya
metode yang tepat diterapkan dalam proses
pembelajaran serta media yang dapat
menujang dalam kegiatan pembelajaran.
Seperti halnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Siti Mardyah (2013) yang
berjudul
“
Upaya
Menngkatkan
Kemampuan Mengenal Warna Melalui
Metode Eksperiemn Kelompok A RA
Tamanagung 3 Muntilan menunjukan yaitu
pada siklus I kemampuan menganal warna
mencapai 60% dan terjadi peningkatan
pada siklus II yaitu 90% . Dengan demikian
perlu
adanya
metode
baru
untuk
meningkatkan kemampuaan anak dalam
mengenal warna.
Dalam penelitian digunakan metode
eksperimen
merupakan
suatu
cara
mengajar, di mana siswa melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya
serta
menuliskan
hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan
itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru. Karena dari pernyataan guru
yaitu, “ Anak kelompok A disini belum
mampu
mengenal
warna
secara
keseluruhan dik, bisa adik lihat pada saat
kegitan mewarnai. Anak-anak hanya akan
mengambil warna apa yang dia suka tanpa
tahu itu warna apa namanya”. Oleh karena
itu dengan metode ini anak dapat lebih
paham dan dapat mengenal warna secara
langsung.
Berdasarkan permasalahan tersebut
peneliti mencoba mengkaji dengan judul
“Penerapan Metode Eksperimen Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal
Warna Pada Anak Kelompok A di PAUD
Pradnya Paramita Penarungan Singaraja
Tahun Pelajaran 2015/2016”
Menurut Roestiyah (2001:80) “Metode
eksperimen adalah suatu cara mengajar,
dimana siswa melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian
hasil
pengamatan
itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru” . Menurut Djamarah (1995) “Metode
eksperimen
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dimana
siswa
melakukan
percobaan
dengan
mengalami
dan
membuktikan
sendiri
sesuatu
yang
dipelajari”. Menurut Beni S Ambarjaya
(2012:106) menyatakan pengertian metode
eksperimen sebagai berikut:
Metode eksperimen(perobaan) adalah
cara
penyajian
pelajaran
yang
menitikberatkan siswa untuk melakukan
percobaan
dengan
mengalami
dan
membuktikan
sendiri
sesuatuyang
didipelajari. Dalam kegiatan pembelajran
yang menggunakan metode eksperimen,
siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti proses, mengamati objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan tentang suatu permasalahan
yang terkait materi yang diberikan.
Jadi metode eksperimen merupakan
cara yang digunakan oleh siswa ke dalam
suatu pembelajaran untuk memperoleh
suatu informasi dari hasil percobaan
tersebut. Penggunaan teknik ini mempunyai
tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang dihadapinya
dengan mengadakan percobaan sendiri.
Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir
yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa
menemukan bukti kebenaran dari teori
sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dalam
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan metode eksperimen siswa
diberikan kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek
keadaan atau proses tertentu.
Metode eksperimen sebagai metode
mengajar yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk melatih melakukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
suatu proses secara langsung sehingga
anak didik sepenuhnya terlibat untuk
menemukan fakta dalam mengumpulkan
data,
mengendalikan
variabel
dan
memecahkan masalah yang dihadapinya
secara nyata. Agar dapat berpikir kreatif,
siswa memerlukan kebebasan berpikir
untuk mengembangkan dan menghargai
pendapat dan daya nalar. Melalui metode
eksperimen diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir
kritis dan kreatif. Berdasarkan kelemahan
metode eksperimen yang dijelaskan diatas
maka dapat ditegskan bahwa siswa dituntut
untuk teliti dan ulet dalam melaksanakan
percobaan. Bahan dan fasilitas yang
digunakan tidak selalu mudah didapat dsan
mahal, selain itu hasil yang didapat kadang
tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan.
Pembelajaran
dengan
metode
eksperimen menurut Palendeng (2003:82)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut.
Percobaan awal, Pembelajaran diawali
dengan
melakukan
percobaan
yang
didemonstrasikan
guru
atau
dengan
mengamati fenomena alam. Demonstrasi
ini menampilkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan materi fisika yang akan
dipelajari.
Pengamatan
merupakan
kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan.
Siswa
diharapkan
untuk
mengamati
dan
mencatat
peristiwa
tersebut. Hipoteis awal, siswa dapat
merumuskan
hipotesis
sementara
berdasarkan
hasil
pengamatannya.
Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan
kebenaran dari dugaan awal yang telah
dirumuskan dan dilakukan melalui kerja
kelompok. Siswa diharapkan merumuskan
hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.
Aplikasi
konsep
,
setelah
siswa
merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya.
Kegiatan ini merupakan pemantapan
konsep yang telah dipelajari. Evaluasi,
merupakan kegiatan akhir setelah selesai
satu
konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode
eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep. Pemahaman konsep
dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, ,
maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain , siswa memiliki
kemampuan
untuk
menjelaskan,
menyebutkan, memberikan contoh, dan
menerapkan konsep terkait dengan pokok
bahasan.
Anak TK adalah anak pra sekolah yang
berusia antara 2-6 tahun. Seperti pendapat
Santrock (2007: 20) bahwa anak usia pra
sekolah adalah anak yang berusia 2 sampai
5 atau 6 tahun. Perkembangan kognitif
merupakan dasar bagi kemampuan anak
untuk berpikir. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ahmad Susanto (2011: 48)
bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir,
yaitu
kemampuan
individu
untuk
menghubungkan,
menilai,
dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan
dengan tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang
menandai
seseorang
dengan
berbagai minat terutama sekali ditujukan
kepada ide-ide belajar.
Piaget mengemukakan empat tahapan
perkembangan
kognitif
anak
(Santrock,2007:49) Piaget berpendapat
bahwa semua anak mempunyai pola
perkembangan kognitif yang sama. Empat
tahapan perkembangan kognitif anak
tersebut. a. Tahap Sensorimotor (0–2
Tahun) Bayi membangun pemahaman
tentang dunia dengan menkoordinasikan
pengalaman sensoris dengan tindakan fisik.
Bayi lebih banyak menggunakan refleks
dan indera untuk berinteraksi dengan
lingkungan
sekitar.
Bayi
mulai
menggunakan pikiran simbolis pada akhir
tahap ini. b. Tahap Praoperasional (2–7
Tahun) Anak mulai menunjukkan pemikiran
simbolis melalui kata–kata dan gambar.
Anak dapat melakukan permainan simbolis,
seperti bermain peran. Selain itu, anak
dapat melakukan imitasi langsung maupun
tertunda. Pemikiran anak masih intuitif,
irreversible (satu arah), dan belum logis.
Egosentris anak masih sangat tinggi,
sehingga belum mampu melihat perspektif
orang lain. Ciri khas masa ini adalah anak
belum mampu melakukan konversi.
c.
Tahap Operasional Konkrit (7–11 tahun)
Anak dapat melakukan memecahkan
persoalan sederhana yang bersifat konkrit.
Anak dapat melakukan penalaran logis
selama ada contoh yang nyata atau konkrit.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Pada tahap ini, pemikiran anak sudah
bersifat reversible (berpikir balik). Anak
dapat melakukan konversi dan klasifikasi.
d. Tahap Operasional Formal (11 Tahun
Keatas) Anak dapat melakukan penalaran
dengan cara yang lebih abstrak, idealis,
dan logis. Pikiran anak tidak lagi terbatas
pada hal – hal yang ada dihadapan anak.
Anak menjadi lebih sistematis dalam
memecahkan
masalah
dan
dapat
mengembangkan hipotesis.
Sesuai dengan tahapan perkembangan
kognitif yang dikemukakan oleh Jean
Piaget, anak prasekolah berada pada
tahapan praoperasional. Anak prasekolah
sangat egosentris dan berpikir secara
intuitif. Anak juga belum dapat melakukan
konversi. Oleh sebab itu, pembelajaran
untuk anak prasekolah harus disesuaikan
dengan ciri–ciri perkembangan pada
tahapan praoperasional.
Kemampuan
diartikan
sebagai
kesanggupan atau kecakapan. Menurut
Robbins
(dalam
Suratno
2005:
1)
kemampuan adalah kapasitas individu
melaksanakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan. Berdasarkan pendapat tersebut,
kemampuan mengenal warna adalah
kesanggupan anak dalam mengetahui
warna dengan cara menunjuk, menyebut,
dan
mengelompokkan
warna
yang
dimaksutkan guru melalui kegiatan-kegiatan
pengenalan warna. Mengenal warna
merupakan salah satu indikator sains
termasuk ke dalam bidang pengembangan
kognitif. Mengenalkan warna kepada anak
dapat membentuk struktur kognitif, dalam
proses
pembelajaran
anak
akan
memperoleh informasi yang lebih banyak
sehingga
pengetahuan
dan
pemahamannya akan lebih kaya dan lebih
dalam. Dalam hal ini anak mengetahui
warna
secara
konsep
berdasarkan
pengalaman belajarnya.
Warna dapat diartikan sebagai adalah
sebuah spektrum tertentu yang terdapat di
dalam cahaya yang sempurna / putih.
Dalam dunia disain, Warna bisa berarti
pantulan tertentu dari cahaya yang
dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di
permukaan benda. Misalnya pencampuran
pigmen magenta dan cyan dengan proporsi
tepat dan disinari cahaya putih sempurna
akan menghasilkan sensasi mirip warna
merah. Ali Nugraha (2008: 34) mengatakan
bahwa “warna adalah kesan yang diperoleh
mata dari cahaya yang dipantulkan oleh
benda–benda
yang
dikenai
cahaya
tersebut”. Selanjutnya, Endang Widjajanti
Laksono (1998: 42) mengemukakan bahwa
“warna merupakan bagian dari cahaya yang
diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga
unsur yang penting dari pengertian warna,
yaitu benda, mata dan unsur cahaya.”
Secara umum, warna didefinisikan sebagai
unsur cahaya yang dipantulkan oleh
sebuah
benda
dan
selanjutnya
diintrepetasikan oleh mata berdasarkan
cahaya yang mengenai benda tersebut.
dan disebut spektrum.
Teori Brewster membagi warna–warna
yang ada di alam menjadi empat kelompok
warna, yaitu warna primer, sekunder,
tersier, dan netral.
Kelompok warna
mengacu pada lingkaran warna teori
Brewster dipaparkan sebagai beriku
1. Warna primer adalah warna dasar yang
tidak berasal dari campuran dari warna–
warna lain. Menurut teori warna pigmen dari
Brewster, warna primer dalah warna–warna
dasar (Ali Nugraha, 2008: 37). Warna–
warna lain terbentuk dari kombinasi warna–
warna primer
2. Warna sekunder merupakan hasil
campuran dua warna primer dengan
proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma
Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa
campuran
warna–warna
primer
menghasilkan warna–warna sekunder.
3. Warna tersier merupakan campuran satu
warna primer dengan satu warna sekunder.
Contoh, warna jingga kekuningan didapat
dari pencampuran warna primer kuning dan
warna sekunder jingga. Istilah warna tersier
awalnya merujuk pada warna–warna netral
yang dibuat dengan mencampur tiga warna
primer dalam sebuah ruang warna
4. Warna netral adalah hasil campuran
ketiga warna dasar dalam proporsi
1:1:1.Campuran menghasilkan warna putih
atau kelabu dalam sistem warna cahaya
aditif, sedangkan dalam sistem warna
subtraktif pada pigmen atau cat akan
menghasilkan coklat, kelabu, atau hitam.
Warna netral sering muncul sebagai
penyeimbang warna–warna kontras di
alam.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat
dilihat bahwa proses pembelajaran yang
baik dan patut menerapkan metode-metode
pembelajaran yang sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh pesrta didik dan
disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik serta dalam penyampaian harus
menggunakan metode dan media yang
menarik bagi anak. Penerapan metode
eksperimen sangatlah tepat digunakan
dalam proses pengenalan warna, karena
seperti
yang
diketahui
bahawa
pembelajaran anak usia dini harus dengan
media yang nyata agar anak dengan
sendirinya mampu memperoleh materi
dengan baik. Dengan metode ini juga dapat
menarik minat anak untuk belajar dan
menjawab rasa ingin tahu tinggi yang
dimilikinnya. Hal ini disebabkan anak TK
masih berada pada fase pra oprasional
dimna mereka harus diberikan secara
langsung untuk mencari dan mereka tidak
mampu berfikir secara abstrak. Atas dasar
kerangka berfikir diatas bahwa penerapan
metode eksperimen dapat dilakukan
dengan baik, maka kemampuan mengenal
warna pada anak dapat meningkat dengan
baik dan sesuai dengan tujuan penelitian.
METODE
Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas(PTK) yang dirancang
sesuai dengan masalah yant terdapat di
kelas. Penelitian ini termasuk penelitia
deskriptif
karena
menggambarkan
penerapan suatu pembelajaran untuk
meningkatkan
perkembangan
anak.
Dengan PTK penelitian dapat dilaksanakan
untuk
memperbaiki
kualitas
proses
pembelajaran denganhasil yang diperoleh
dan dapat melakukan refleksi serta
perbaikan di setiap siklusnya. Perbaikan
tersebut dilakukan di PAUD Pradnya
Paramita Penarungan anak kelompok A
tahun pelajaran 2015/2016
untuk
meningkatkan
kemampuan
mengenal
warna.
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri
atas dua siklus sehingga sering disebut
penelitian siklus spiral. Adapun tahapan
dari penelitian tindakan kelas dapat dilihat
pada gambar dibawah ini. Ada berbagai
macam desain model PTK yaitu Kurt Lewin,
kemmis dan Mc Taggart, dan Elliot. Pada
penelitian ini peneliti menerapkan desain
model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart,
karena desain PTK model ini diangggap
lebih mudah dala prosedur tahapannya.
Berikut adalah PTK menurut Kemmis dan
Mc Taggart.
Gambar
1.
Model/ desain penelitian
tindakan
kelas
menurut
Kemmis dan Mc Taggert
(Arikunto
dalam
Deka,
2013:21)
Dalam penelitian ini rencana tindakan
apa
yang
akan
dilakukan
untuk
memperbaiki,
meningkatkan
atau
perubahan perilaku dan sikap sebagai
solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan
dengan menyusun perencanaan tindakan
berdasarkan identifikasi masalah pada
obeservasi
awal
sebelum
penelitian
dilaksanakan.
Rencana
tindakan
ini
mencakup semua langkah tindakan secara
rinci pada tahap ini segala keperluan
pelaksanaan
peneliti
tindakan
kelas
dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana
pembelajaran,
metode
dan
strategi
pembelajaran, pendekatan yang akan
digunakan, subjek penelitian serta teknik
dan instrumen observasi disesuaikan
dengan
rencanaPermasalahan
pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh
melalui refleksi awal di kelas berupa
penerapan metode eksperimen dengan
sederhana. Kegiatan tersebut diharapkan
mampu
meningkatkan
perkembangan
kognitif anak dalam kemampuan mengnal
warna adapun perencanaan yang dapat
dilaksanakan yaitu, . (1) menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
tingkat pencapaian perkembangan, capaian
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
perkembangan, dan indikator yang telah
ditetapkan, (2) menentukan metode, media
yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, (3) menyiapkan instrument
penelitian.
Apa yang dilakukan oleh guru atau
peneliti
sebagai
upaya
perbaikan,
peningkatan
atau
perubahan
yang
diinginkan.
Pelaksanaan
tindakan
disesuaikan dengan rencana yang telah
dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan
merupakan proses kegiatan pembelajaran
kelas sebagai realisasi dari teori dan
strategi belajar mengajar yang telah
disiapkan serta mengacu pada kurikulum
yang berlaku, dan hasil yang diperoleh
diharapkan dapat meningkatkan kerjasama
peneliti dengan subjek penelitian sehingga
dapat memberikan refleksi dan evaluasi
terhadap apa yang terjadi di kelas.
Pada pelaksanaan kegiatan, pertama
peneliti menrapkan metode eksperimen
dengan kegiatan yang sederhana dan
mudah di pahami oleh anak, kegiatan
tersebut seperti proses pencampuran
warna kemudian anak di ajak untuk
mengenlompokkan benda menurut warna
untuk mengetahui kemampuan anak dalam
mengnal warna.
Mengamati atas hasil atau dampak
dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi
merupakan kegiatan pengamatan langsung
terhadap pelaksanaan tindakan yang
dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok
observasi adalah untuk mengetahui adatidaknya perubahan yang terjadi dengan
adanya pelaksanaan tindakan yang sedang
berlangsung. Kegiatan yang dilakukan pada
rancangan evaluasi ini adalah memberikan
penilaian
terhadap
kegiatan
yang
dilaksanakan oleh anak dari kegitan awal
sampai akhir anak mampu mengnal warna.
Peneliti
mengkaji,
melihat
dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari berbagai kriteria.
Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti
bersama-sama guru dapat melakukan revisi
perbaikan terhadap rencana awal. Melalui
refleksi, guru akan dapat menetapkan apa
yang telah dicapai, serta apa yang belum
dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi
dalam pembelajaran berikutnya. Oleh
karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji,
dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi
proses pembelajaran antara guru dan
siswa, metode, alat peraga maupun
evaluasi.
Jika hasil tahap refleksi telah mencapai
indikator keberhasilan, maka penelitian
dapat dihentikan. Sebaliknya, jika hasilnya
belum mencapai indikator keberhasilan
maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus
berikutnya dengan acuan tahap releksi
sebelumnya.
Sehingga,
pada
siklus
berikutnya terjadi perbaikan dan hasilnya
lebih berkembang serta pelaksanaan pada
siklus berikutnya menjadi lebih optimal
Penelitian dilaksanakan pada anak
kelompok A semester II tahun ajaran
2015/2016.
Penentuan
waktunya
disesuaikan dengan kalender pendidikan di
PAUD Pradnya Paramita Penarugan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
PAUD Pradnya Paramita Penarugan dalam
kegiatan penerapan metode eksperimen
dalam kemampuan mengenal warna.
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok
A PAUD Pradnya Paramita Penarugan
semester II Tahun ajaran 2015/2016
dengan jumlah 22 anak.
Variabel merupakan suatu konsep yang
sangat penting di dalam penelitian.
Sugiyono
(dalam
Agung,
2014:40)
menyatakan bahwa “Variabel adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga memperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan
beberapa
pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
variabel adalah Gejala yang berfariasi
dalam bentuk apa saja, dimana segala
sesuatu ini yang akan menjadi objek
pengamatan dan titik fokus penelitian.
Metode eksperimen merupakan cara
yang digunakan oleh siswa ke dalam suatu
pembelajaran dalam proses percobaan
untuk membuktikan suatu kebenaran
Dengan adanya proses belajar mengajar,
maka metode eksperimen
merupakan
suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan pesan atau materi pelajaran
dengan melibatkan anak untuk berinteraksi
yang disesuaikan dengan kondisi anak
didik.
Warna dapat diartikan sebagai adalah
sebuah spektrum tertentu yang terdapat di
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
dalam cahaya yang sempurna / putih.
Dalam dunia disain, Warna bisa berarti
pantulan tertentu dari cahaya yang
dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di
permukaan benda. Misalnya pencampuran
pigmen magenta dan cyan dengan proporsi
tepat dan disinari cahaya putih sempurna
akan menghasilkan sensasi mirip warna
merah Kemampuan mengenal warna
adalah
kesanggupan
anak
dalam
mengetahui warna dengan cara menunjuk,
menyebut, dan mengelompokkan warna
yang dimaksutkan guru melalui kegiatankegiatan pengenalan warna.
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan
Mengenal Warna
N
Dimensi
o
1 Mengkreasik
an sesuatu
dengan
idenya
sendiri
2
3
4
Indikator
Mencoba
dan
menceritaka
n apa yang
terjadi jika
warna
dicampur,
Mengklasifi .Mengelom
kasikan
pokkan dan
benda
memasangk
berdasarkan an
benda
bentuk,
berdasarkan
warna dan warna yang
ukuran.
sama
Mengenal
Mmenyebut
benda
kan
dan
berdasarkan mengetahui
warna
bendabenda
berdasarkan
warna.
Mengurutka Mengurutka
n
benda n
dan
berdasarkan menunjukka
5
serasi n
benda
ukuran
berdasarkan
warna
warna(5
serasi)
Bu
tir
1,2
Tot
al
2
3,4
2
5,6
2
7,8
2
Mengenal warna merupakan salah
satu indikator sains termasuk ke dalam
bidang
pengembangan
kognitif.
Mengenalkan warna kepada anak dapat
membentuk struktur kognitif, dalam proses
pembelajaran anak akan memperoleh
informasi yang lebih banyak sehingga
pengetahuan dan pemahamannya akan
lebih kaya dan lebih dalam. Dalam hal ini
anak mengetahui warna secara konsep
berdasarkan pengalaman belajarnya
Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan
metode
observasi.
(Nurkencana, 1986) menyatakan bahwa
”Observasi adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung
dan sistematis”. Menurut Nawawi & Martini
(1991) observasi adalah ”Pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala dalam objek penelitian” (dalam
Agung, 2014:94).
Pendapat di atas, dapat dipertegas
bahwa metode observasi pada prinsipnya
merupakan cara memperoleh data yang
lebih
dominan
menggunakan
indera
penglihatan
(mata)
dalam
proses
pengukuran terhadap suatu objek atau
variabel tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini, metode
observasi digunakan untuk mengumpulkan
data perkembangan kognitif pada anak.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa metode observasi adalah suatu cara
untuk mengadakan penilaian melalui
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap setiap unsur yang
tampak dalam suatu gejala. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi.
Lembar observasi adalah alat yang
digunakan sebagai acuan pengamatan
untuk
mengetahui
sejauh
mana
peningkatan Kemampuan mengenal warna
anak.
Observasi
dilakukan
terhadap
kegiatan peneliti dan siswa dalam
menerapkan metode eksperimen. Setiap
kegiatan yang diobservasikan dikatagorikan
ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak
belum berkembang dengan tanda skor 1,
anak mulai berkembang dengan tanda skor
2, anak sudah berkembang dengan skor 3,
anak berkembang sesuai harapan dengan
tanda skor 4. Lebar observasi ini disusun
agar mempermudah
dalam melakukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
pengamatan terhadap proses pembelajaran
dengan metode eksperimen
Hasil penelitian disajikan ke dalam 1)
tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung
angka rata-rata atau mean (M), 3)
menghitung modus (Mo), 4) menghitung
median (Me), 5) menyajikan ke dalam grafik
polygonInstrumen
pengumpulan
data
yangdigunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi. Lembar observasi adalah
alat yang digunakan sebagai acuan
pengamatan untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan Kemampuan mengenal
kognitif berada pada rentang 80-89 dengan
kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan
skor rata-rata dari siklus berikutnya dan
mampu mencapai kriteria tinggi, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode eksperimen dalam mengenalkan
warna dengan efesien dan efektif. Maka
penelitian ini dapat di hentikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan refleksi hasil observasi
awal bagian pendahuluan, dilaksanakan
tindakan dengan menerapkan metode
eksperimen
untuk
meningkatkan
kemampuan mengenal warna pada anak
Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala
kelompok A di PAUD Pradnya Paramita
Lima
tentang
Tingkatan
Penarungan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Perkembangan Kognitif
Secara umum pelaksanaan yang disusun
sebagai penerapan metode ekperimen
dalam
meningkatkan
kemampuan
Kriteria
Persentase Perkembangan
Kognitif
mengenal warna.
Perkembang
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
16
Mei
2016 sampai dengan tanggal 28 Mei
an kognitif
2016 dalam dua siklus. Data yang
dikumpulkan adalah mengenai peningkatan
90 −100
Sangat Tinggi
kemampuan mengnal warna melalui
80 − 89
Tinggi
metode eksperimen. Data tersebut sudah
terkumpul
sesuai
dengan
teknik
65 − 74
Sedang
pengumpulan data yang telah dijelaskan
55 − 64
Rendah
pada bab III. Rincian mengnai data tersebut
dapat
dijelaskan
sebagai
berikut.
0 − 54
Sangat
Berdasarkan hasil refleksi awal, secara
umum
dapat
digambarkan
bahwa
Rendah
kemampuan anak dalam mengenal warna
Sumber (Agung, 2005:13)
tergolong rendah. Hal ini dpat dilihat dari
hasil observasi dan wawancara peneliti.
Berdasarkan pedoman PAP Skala lima
Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan
mengenai kemampuan mengenal warna
dari tanggal 16 mei 2016 sampai 21 mei
pada anak kelompok A PAUD Pradnya
2016. Penelitian ini dilakukan dalam dua
Paramita Singaraja, maka target yang ingin
minggu, dimana setiap minggu terdiri dari 3
dicapai dalam penelitian ini adalah anak
kali pertemuan. Dalam petemuan minggu
mampu mencapai tingkat penguasaan
pertama
dilakukan
tindakan
dalam
pembelajaran yaitu 80-89% dengan kriteria
pembelajran dan pada minggu kedua
tinggi atau aktif.
dilakukan evaluasi dan penilaian dari hasil
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini
tindakan yang terdiri dari 22 anak. Data
adalah
adanya
peningkatan
dalam
hasil penelitian dipaparkan dalam table
kemampuan berbicara pada anak kelompok
distribusi frekuensi, menghitung Modus
A Semester II di PAUD Pradnya Paramita
(Mo), Median (Me), Mean (M),grafik
Penarungan. Penelitian ini dinyatakan
polygon, dan membandingkan rata-rata
berhasil jika terjadi perubahan positif skor
mean model PAP skala lima. Pelaksanaan
rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya
penerapan metode eksperimen dalam
dan jika dikonversikan pada pedoman PAP
meningkatkan kemampuan mengnal warna
Skala lima tentang tingkat perkembangan
terdiri dari empat indikator
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Graļ¬ksiklusI
5
0
5
6
7
8
9
10 11 12
penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 25
mei 2016 sampai 30 mei 2016. Penelitian
ini dilakukan dalam dua minggu, dimana
setiap minggu terdiri dari 3 kali pertemuan.
Dalam
petemuan
minggu
pertama
dilakukan tindakan dalam pembelajran dan
pada minggu kedua dilakukan evaluasi dan
penilaian dari hasil tindakan yang terdiri dari
22 anak.
Gambar 2. Grafik Polygon siklus
Berdasarkan perhitugan dan grafik polygon
di atas terlihat Mo<Me<M (7<7.5<7.77),
sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran
data-data kemampuan mengenal warna
melalui metode eksperimen pada siklus I
merupakan kurve juling positif yang berarti
menunjukkan bahwa sebagian besar
cenderung rendah. Nilai M% = 64.75 %
(65%) ini kemudian dikonversikan ke dalam
PAP skala lima. Dengan demikian maka
dapat diketahui bahwa M% berada pada
tingkat kemampuan mengnal warna anak
pada tingkat kesetaraan 65 - 74 % yang
berarti bahwa kemampuan mngenal warna
anak pada siklus I berada pada kriteria
sedang.
Berdasarkan hasil penelitian di atas,
maka dapat di ketahui bahwa tingkat
kemampuan mengenal warna anak pada
siklus I masih berada pada kriteria sedang.
Diketahui dari 22 orang siswa kelompok A
di PAUD Pradnya Paramita, sekitar 10
orang siswa atau 50% mendapat nilai
rendah. Hal ini disebabkan karena adanya
kedalam dalam proses tindakan.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi
peneliti saat penerapan siklus I antara lain:
a.
Anak kurang berkonsentrasi dalam
menerima penjelasan dari guru,
karena situasi diluar kelas sangat
bising.
b.
Beberapa anak masih terlihat
bermain-main pada saat di ajak
melaksanakan kegiatan karena guru
terlalu lama menjelaskan
c.
Masih ada banyak anak yang
melalukan kegiatan (mencampur
warna) dengan sesuka hati sendri
tanpa mengikuti istruksi dari guru.
Siklus II juga dilakukan sama sepeti
siklus I yaitu dilaksanankan iklus I dalam
Graļ¬ksiklusII
6
4
2
0
0
11 12
13
14
15 16
17
Gambar 3. Grafik Polygon siklus II
Berdasarkan gambaran grafik di atas
menunjukkan bahwa harga statistik
:
Mo>Me>M
dimana
(14>13.50>13.31).
Berdasarkan gambar tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil data kemampuan
mengenal warna anak pada siklus II berada
pada kriteria tinggi dan menggunakan
kurva juling negatif.
Melalui perbaikan proses pembelajaran
dan pelaksanaa tindakan siklus I maka
pada pelaksanaan suklus II talah tampak
adanya peningkatan signifikan yang dapa
dilihat pada kemampuan mengenal warna
yang diperoleh anak yang sebelumnya
berada pada kriteria sedang meningkat
menjadi kriteria tinggi diketahui dari 22
orang anak siswa kelompok A di PAUD
Pradnya Paramita, 11 orang anak atau
sekitar 50% mendapat nilai tinggi , 4 orang
anak atau 15 % mendapat nilai rendah dan
7 orang atau sekitar 35% mendapat nilai
sedang.
Adapun temuan-temuan yang telah
diperoleh selama tindakan pelaksanaan
siklus berlangsung siklus II adalah sebagai
berikut. Secara garis besar proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
rencana kegiatan harian yang direncanakan
oleh penelitian, sehingga kemampuan
mengenal warna yang diharapkan dapat
tercapai.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Peneliti dalam hal ini sebagai guru
yang memberikan arahan pada anak
apabila ada hal yang belom dipahami
Secara umum proses pembelajaran
dengan penerapan metode eksperimen
untuk meningkatkan kemampuan mengenal
warna anak kelompok A di PAUD Pradnya
Paramita tahun pelajaran 2015/2016
berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari
adanya peningkatan rata-rata presentase
(M%) kemampuan mengenal warna dari
siklus I ke siklus II, sehingga peneliti
memandang ini cukup sampai di siklus II
dan tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di PAUD Pradnya Paramita
pada anak kelompok A tahun pelajaran
2015/2016 selama dua siklus menunjukkan
terjadi peningkatan kemampuan mengenal
warna
setelah
penerapan
metode
eksperimen. Sebelum diberikan tindakan
presentase tingkat kemampuan mengenal
warna
PAUD
Pradnya
Paramita
Penarungan tergolong rendah. Sedangkan
penelitian dikatakan berhasil apabila anak
mengalami tingkat kemampuan mengenal
warna yang tinggi yaitu rata-rata sekitar
80% keatas.
Penyajian data di atas memberikan
gambaran bahwa penerapan metode
eksoerimen
dapat
meningkatakan
kemampuan mengenal warna pada anak
kelompok A. Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis statstik deskriptif dan analisis
kuantitatif
diperoleh
presentase
peningkatan kemampuan mengenal warna.
Setelah dilaksanakan siklus I dimana dalam
pelaksanaannya anak antusias untuk
mengerjakan apa yang ditugaskan, pada
kegiatan pertama anak di ajak untuk
mengenalkan warna dasar dan mencampur
beberapa warna.seperti yang kita ketahui
metode eksperimen merupakan cara yang
digunakan oleh anak kedalam suatu
pembelajaran untuk memperoleh suatu
informasi dari hasil percobaan tersebut.
Menurut
Roestiyah(2001:80)
“Metode
eksperimen adalah suatu cara mengajar,
dimana siswa melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal. Penggunaan teknik ini
mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya
dengan
mengadakan
percobaan sendiri.
Dengan rata-rata persen 64,75%
dikatakan belum mencapai kriteria yang
ditentukan
dan
masih
belum
ada
perubahan. Tampak adanya peningkatan
kemampuan mengenal warna dalam
penerapan metode eksperimen yang
diperoleh dari temuan-temuan sebagai
berikut. Secara garis besar proses kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan rencana
kegiatan harian yang telah direncanakan
oleh
peneliti
sehingga
kemampuan
mengenal warna dapat tercapai, peneliti
memberikan bimbingan dan tuntunan
apabila ada yang belum di mengerti oleh
anak. Berdasarkan rata-rata persen pada
siklus II sebesar 83,18% maka dalam
penelitian ini sudah dikatakan berhasil.
Peningkatan
rata-rata
persentase
kemampuan mengenal warna melalui
penerapan metode eksperimen dari siklus I
ke siklus II sebesar 18,43%.
Penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan
kemampuan
mengenal
warna anak. Berdasarkan hasil penelitian
dan uraian tersebut berarti bahwa
penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan
kemampuan
mengenal
warna pada anak kelompok A di PAUD
Pradnya Paramita Penarungan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil analisis data
sebagaimana disajikan dalam Bab IV di
depan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut. Terdapat peningkatan
kemampuan
mengenal
warna
anak
kelompok A di PAUD Pradnya Paramita
Singaraja setelah diterapkan metode
eksperimen. Ini terlihat peningkatan ratarata presentase kemampuan mengenal
warna pada siklus I sebesar 64,75% yang
berada pada kategori rendah menjadi
83,18% pada siklus II yang berada pada
kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan
kemampuan mengenal warna pada anak
sebesar 18.43%.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha
Singaraja.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Ani, Cuci dan Mas’udah. Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal
Warna
Melalui
Metode
Eksperimen
Berbahan Alam Pada Anak Usia 3-4
Tahun.
Ambarjaya,
Beni
S.2012
Psikologi
Pendidikan
dan
Pengajaran.
Yogyakarta: CAPS.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Askara
Beaty,
Dahar,
Janice
J.
2013.
Observasi
Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Fajar Interpratama
Mandiri
Nurkancana, W. 1986. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya: Puspa Swara
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas
Akhir Program Sarjana dan Diploma
Undiksha.
2013.
Universitas
Pendidikan Ganesha.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor
58
Tahun 2009, tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembina TK dan SD.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
PT Gelora Aksara Pratama
Sujiono, Yuliani Nuraini, dkk. 2004. Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka
Depdikbud. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
1995.
Program
Kegiatan Belajar Taman KanakKanak, Landasan Proogram dan
Pengembangan Kegiatan Belajar.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.
Djamarah, S. B dan Zain ,A. 1995. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan
Anak. Jakarta: Erlangga
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan
Teknik Analisis Data Kuantitatif.
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Mardhiyah, Siti. 2013. Upaya Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal
Warna
Melalui
Metode
Eksperimen
Kelompok A RA Tamanagung 3
Muntilan
Tahun
Pelajaran
2013/2014.
Mas’udah & Cuci Ani. Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal
Warna
Melalui
Metode
Eksperimen
Berbahan Alam Pada Anak Usia 3-4
Tahun”.
Wahdyani, Marmawi dkk. “Peningkatan
Pengenalan Warna Melalui Play
Dough Anak Usia 4-5 Tahun”.
Download