PErDagangan Dan PASAR Gaharu

advertisement
12/11/2015
Hariyatno Dwiprabowo
AgustinusTampubolon
ITTO –CITES (Phase II-CFBTIR)– PUSLITBANG
HUTAN
Bogor, 8 Desember 2015



Gaharu (Agarwood incense) telah dikenal sejak dahulu
kala oleh empat peradaban kuno yakni India, Mesir
kuno, Babylonia dan Tiongkok.
Berbagai agama seperti Hindu, Budha, Islam dan
Kristen menggunakan Gaharu untuk berbagai upacara
keagamaan.
Dewasa ini penggunaan produk Gaharu semakin luas
selain untuk upacara keagamaan juga untuk pewangi
pakaian, campuran obat-obatan, minuman teh,
aromatherapy, ramuan spa, kosmetik, komponen
campuran minyak wangi (fragrans).
1
12/11/2015






Jenis pohon penghasil Gaharu yakni Aquilaria spp,
Gyrinops spp dimasukkan dalam Appendix II pada
Convention on International Trade in Endangered
Species (CITES) mengingat ancaman kepunahannya.
(CITES, 2015)
Hal ini berarti mewajibkan bagi seluruh anggota Cites
dalam mengekspor atau yang mengekspor kembali
(re-export) untuk menerbitkan dokumen (permit)
CITES untuk pengiriman ekspor.
Struktur pasar Gaharu dalam dan luar negeri
diketahui bersifat kurang transparan,
tersembunyi dan kompetitif.
Menurut Komar et al. (2014) meskipun gaharu
budidaya memiliki potensi produksi yang
besar namun pengetahuan tentang
perdagangan dan pasar dalam hal akses dan
informasi bagi petani atau pelaku usaha
gaharu skala kecil masih sangat terbatas.
2
12/11/2015



Beberapa penelitian tentang Gaharu telah
dilakukan yang membahas tentang aspek
sosial ekonomi dan perdagangan Gaharu a.l.
Soehartono & Mardiastuti (2002),
Perdanahardja (2008), Septianingrum (2014),
Maryani (2011), Komar et al. (2014), Turjaman
(2014), dan Santoso (2015).
Disamping itu terdapat beberapa
artikel/publikasi asing tentang Gaharu .
Tata Niaga (saluran pemasaran)
Pencari/
Pemungut
Gaharu
Pedagang
Kecil/
Pengumpul
Pedagang
Besar
Eksportir
Gambar 1. Saluran tataniaga gaharu alam di Indonesia



Pedagang pengumpul berdomisili di kabupaten,
Pedagang besar/eksportir berdomisili di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Pekanbaru, Pontianak, Medan
dan Samarinda
Dalam perkembangannya bermunculan pedagang eceran
dan destiler memanfaatkan peluang pasar
3
12/11/2015
Sumber : Ditjen PHPA (2014), data diolah

Ada 18 negara tujuan ekspor

UEA (123 ton)
Jepang
Kuwait
Qatar
Arab Saudi (512,02 ton) - Re
Singapura (334,06 ton) - Re
Taiwan (499,35 ton)
- Re
Bahrain
Hongkong
- Re
Korea

Keterangan :









Cina (91,72 ton)
Yaman
Makau
Malaysia
- Re
Vietnam
India
Jerman
Laos
Oman
Thailand
Re = re-ekspor
4
12/11/2015



Sebagian besar ekspor Gaharu Indonesia dire-ekspor oleh negara
importir ke negara lain, d.p.l. Ekspor Indonesia masih melalui
negara ketiga. Padahal Indonesia memiliki pangsa 70% dari
volume perdagangan Gaharu (Siran & Turjaman, 2010)
Sebagai contoh eskpor Indonesia ke UEA selama
thn 2004 -2006 kumulatif (Antonopoulou et al., 2010) :
5,7 t
UEA
309 t
309 t
Singapura
Indonesia

Perdagangan Gaharu Indonesia dikendalikan/diatur secara ketat
oleh KepMen Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003 Tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan daKepMen Kehutanan No.
447/Kpts-II/2003 n Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar.
SATSDN
SATSDN
Pedagang
Pengumpul
Pemungut
SATSLN
SATSDN
Pedagang
Besar
Ijin
Pengedar
DN
Eksportir
Ijin
Pengedar
LN
CITES
permit/
kuota
Ijin
Pengedar
DN
Ijin Pemungutan
Dampak dari aturan yang ketat adalah terjadinya illegal trading
diperkirakan hanya sekitar 20% saja yang dipanen secara legal dan
mendapat permit dari CITES (APC., 2015)
5
12/11/2015


Menurut Badan Litbang Kehutanan (2014) dalam Santoso (2015)
pada saat ini terdapat sekitar 3, 2 45 juta pohon gaharu yang
ditanam di 21 provinsi di seluruh Indonesia.
Pangsa ekspor Gaharu budidaya 5% (2011) 7,8% (2012) 
10% (2013)
Peluang Pasar :

Menurut proyeksi yang dibuat perusahaan penanam Gaharu
(APC, 2015) permintaan Gaharu dunia meningkat 12% per tahun,
pada tahun 2022 permintaan dunia sekitar 30 ribu ton sedangkan
permintaan dunia saat ini sekitar 15 ribu ton.


Produksi (suplai) Gaharu alam semakin menurun, sedangkan
permintaan meningkat  Gap akan diisi oleh Gaharu budidaya
Ekspor Indonesia ke Tiongkok meningkat dengan
pesat + pasar Tiongkok besar 
peluang bagi Gaharu budidaya
Hambatan :

Kebijakan perdagangan Gaharu (KepMen Kehutanan
No. 447/Kpts-II/2003 ) sangat ketat menempatkan
petani/produsen Gaharu budidaya dalam posisi tawar
yang lemah.
 Mutu Gaharu budidaya secara umum masih rendah
(kemedangan) dibandingkan mutu Gaharu alam akibat
berbagai faktor sehingga dihargai rendah .
6
12/11/2015



Tantangan :
Persaingan Gaharu budidaya antar negara Asia akan
meningkat  perlu meningkatkan daya saing.
Munculnya produk (minyak gaharu) buatan :
Hutan alam

Kegiatan
ekstraksi
Domestikasi
/ budidaya
Produk
substitusi
sintetis/
buatan
(Hyman,1995)
7
12/11/2015
8
12/11/2015
9
12/11/2015










Kalimantan sorong (chips) : Rp 2 juta / kg
SSK (chips) Rp. 3 juta/ kg
Bintuni (chips) Rp 3 juta / kg
SS Thailand Rp 2,8 juta /kg
Merauke Sumatera Rp 2 juta /kg
Serbuk Gaharu Rp. 300.000 /kg
Gaharu hitam tenggelam (chips) USD 800 -1200 /kg
Minyak gaharu (campuran) : 12 ml Rp 300 – 400 rb;
US 100; Rp 800 rb per botol
Harga Gaharu alam dalam bentuk chips kualitas
rendah (asal dr Kalimantan) Rp 8 juta /kg.
Harga Gaharu budidaya/buatan (dengan getah2an)
dari Kalimantan Rp 3 juta/ kg,
10
12/11/2015





Gaharu budidaya akan mengisi gap akibat meningkatnya
permintaan dunia dan menurunya Gaharu alam
Tiongkok merupakan pasar yang menjanjikan bagi Gaharu
budidaya
Perlu revisi atas KepMen Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003
dengan mengatur secara khusus perdagangan Gaharu budidaya
(misal: cukup dengan SKAU saja), kemudahan ijin usaha bagi
pedagang
Perlu upaya sungguh2 untuk meningkatkan mutu Gaharu
budidaya dan daya saingnya.
Diversifikasi produk (misal dibuat minyak Gaharu, dll) dan
membuat branding gaharu budidaya supaya dikenal
11
Download