PENGARUH ASET MANAJEMEN PROYEK DAN HASIL KINERJA

advertisement
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
PENGARUH ASET MANAJEMEN PROYEK DAN HASIL KINERJA MANAJEMEN
PROYEK DENGAN PENDEKATAN VRIO FRAMEWORK
(STUDI KASUS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA)
Febriana Wurjaningrum
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik aset manajemen proyek dan hasil kinerja manajemen
proyek sebagai langkah awal untuk selanjutnya melakukan eksplorasi hubungan antara aset-aset yang berharga
(valuable), langka (rare), tidak dapat ditiru (inimitable), dan mendapatkan dukungan penuh dari organisasi dan
pencapaian keunggulan kompetitif. Penelitian ini menarik perhatian manajerial untuk memproyeksikan aset
manajemen sebagai sumber keunggulan kompetitif, menerapkan sumber daya berdasarkan pandangan
perusahaan bahwa aset adalah sumber keunggulan kompetitif jika mereka menambahkan nilai ekonomi, jarang
terjadi, sulit untuk meniru dan mendapatkan dukungan organisasi.
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksplorasi analisis faktor dengan VRIO
Framework yang didasarkan pada pendekatan resource-based view (RBV). Analisis ini digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik aset manajemen proyek dan hasil kinerja manajemen proyek dengan cara
menganalisis data dari tanggapan terhadap survei yang dilakukan pada beberapa manajer proyek konstruksi
yang tersebar di wilayah Surabaya dan sekitarnya sebagai responden penelitian ini. Sedangkan unit analisa
penelitian ini adalah beberapa proyek konstruksi yang tersebar di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Hasil pengolahan data dengan software PLS menyatakan bahwa variabel aset-aset yang berharga (valuable)
memiliki koefisien beta sebesar -0,1155 dengan nilai T-statistic sebesar 0,7714 yang berarti dukungan organisasi
memperlemah (tidak mampu memoderasi) hubungan antara aset-aset yang berharga (valuable) dengan hasil
kinerja organisasi walaupun hugungan itu dikatakan signifikan. Variabel aset-aset yang langka (rare) memiliki
koefisien beta sebesar 0,0354 dengan nilai T-statistic sebesar 0,2714 yang berarti dukungan organisasi
memperkuat (mampu memoderasi) hubungan antara aset-aset yang langka (rare) dengan hasil kinerja organisasi
walaupun tidak signifikan. Variabel aset-aset yang tidak mudah ditiru (inimitable) memiliki koefisien beta sebesar
0,2395 dengan nilai T-statistic sebesar 1,0763 yang berarti dukungan organisasi memperkuat (mampu
memoderasi) hubungan antara aset-aset yang tidak mudah ditiru (inimitable) dengan hasil kinerja organisasi
secara signifikan
Keywords : Competitive advantage, Project management, Resource management, Assets, Performance
outcomes, Project management assets, Project management resources, Resource based view
ABSTRACT
This study aimed to examine the characteristics of the assets of the project management and performance
results of project management as a first step to further explore the relationship between assets precious
(valuable), rare, can not be imitated (inimitable), and get the full support of the organization and achieving
competitive advantage. This research is interesting managerial attention to project management asset as a
source of competitive advantage, applying the resource based on the company's view that the assets are a
source of competitive advantage if they add economic value, rare, difficult to imitate and support organization.
The results of data processing by software PLS stating that variables are valuable assets (valuable) has a beta
coefficient of -0.1155 with T-statistic values of 0.7714, which means to weaken the organizational support (not
able to moderate) the relationship between assets precious (valuable) with the results of the performance of the
organization although it is said to be a significant relationship. The variable assets are scarce (rare) has a beta
coefficient of 0.0354 with the value of the T-statistic of 0.2714, which means strengthening the organizational
support (able to moderate) the relationship between assets rare (rare) with the results of the performance of the
organization, although not significant. The variable assets that are not easily imitated (inimitable) has a beta
- 135 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
coefficient of 0.2395 with the value of the T-statistic of 1.0763, which means strengthening the organizational
support (able to moderate) the relationship between assets that are not easily imitated (inimitable) with results
organizational performance significantly.
Keywords : Competitive advantage, Project Management, Resource Management, Assets, Performance
outcomes, assets Project management, Project management resources, resource-based view
PENDAHULUAN
Sejak berkembangnya kajian mengenai proyek,
industri konstruksi selalu menjadi topik utama.
Industri konstruksi adalah salah satu kontributor
penting pada sebagian besar ekonomi. Pentingnya
industri konstruksi pada ekonomi dapat diukur dari
kontribusinya terhadap Gross Domestic Product
(GDP); kontribusinya terhadap tingkat investasi dan
jumlah tenaga kerja. Pada umumnya di semua negara,
tingkat kontribusi industri konstruksi terhadap GDP
mulai dari 3% sampai 10%. Jumlah tersebut
cenderung lebih kecil pada negara berkembang dan
cenderung lebih besar pada negara maju (BMI, 2009).
Meskipun prospek industri konstruksi di Indonesia
menjadi semakin menarik dan menjanjikan, banyak
perusahaan konstruksi lokal Indonesia yang masih
menghadapi masalah serius semenjak krisis 97/98.
Sebagai hasilnya, banyak perusahaan konstuksi Indonesia yang masih dijangkiti virus lemahnya profitabilitas dan kurangnya daya saing (Pamulu, 2010).
Saat ini pemerintah sedang giat-giatnya mengadopsi
metode pembiayaan public private partnership (PPP)
dimana akan membuka jalan baru bagi pendanaan
asing untuk masuk kepada proyek-proyek infrastruktur besar. Lalu akan ada MEA seperti yang telah
dijelaskan. Hal tersebut membuat persaingan investasi langsung dari luar semakin meningkat. Hal ini
mengkhawatirkan mengingat kondisi perusahaanperusahaan konstruksi lokal yang masih memiliki
masalah profitabilitas dan daya saing.
Penelitian Gita Mathur, Kam Jugdev dan Tak Shing
Fung (2013) dengan judul Project Management
Assets and Project Management Outcomes (exploratory factor analysis) menganalisis data dari para
responden sebuah survey online oleh para anggota
North American Project Management Institute.
Pembahasan mengenai resource based view (RBV)
akan terkait dengan pemahaman tentang sumber
daya, kemampuan internal perusahaan dan hubungannya dengan pengambilan keputusan strategis, serta
menjelaskan bagaimana sumber daya perusahaan
mempengaruhi hasil dan proses yang kompetitif
secara eksternal. Selain itu, RBV merupakan salah
satu faktor persaingan perusahaan dan peranan dari
sumber daya internal pada perusahaan dalam menentukan hasil yang kompetitif, serta suatu teori yang
berakar dalam perekonomian, berorientasi pada isi
dan formulasi strategi.
Berdasarkan pada perspektif resource based view
(RBV) perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan adalah kumpulan sumber daya dan proses
manajemen proyek adalah bagian dari sumber daya
dari suatu perusahaan, serta beberapa sumber daya
manajemen proyek bersifat strategis. Hal ini menunjukkan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Sumber daya dianggap strategis apabila memiliki
beberapa karakteristik yang kompetitif sebagai
berikut : apakah sumber daya tersebut memberikan
nilai ekonomi atau berharga (valuable), apakah
sumber daya tersebut memberikan nilai kelangkaan
atau keunikan (rare), apakah sumber daya tersebut
sulit untuk ditiru (inimitable), dan apakah sumber
daya tersebut didukung sepenuhnya oleh organisasi.
Adanya karakteristik kompetitif yang kemudian
disebut dengan model atau atribut VRIO Analysis
(Barney,1991,2007), menyebabkan perusahaan dapat
mencapai keunggulan kompetitifnya. Suatu sumber
daya mampu memberikan kontribusi untuk paritas
kompetitif dengan memberikan nilai yang berharga
dan mendapatkan dukungan organisasi. Jika sumber
daya adalah mempunyai nilai yang berharga dan
langka serta mendapatkan dukungan organisasi, akan
memberikan kontribusi untuk keunggulan kompetitif
sementara. Agar supaya sumberdaya itu memberikan
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan maka
sumber daya tersebut harus memiliki nilai yang
berharga (valuable), langka (rare), ditiru (inimitable)
dan mendapatkan dukungan organisasi.
Proses manajemen proyek saat ini mendapatkan
perhatian lebih banyak dari para pemerhati ilmu
manajemen setelah proses ini mempu menjadi sarana
untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan.
Belum banyak literatur akademis yang membahas
atau mempelajari aspek operasional dari manajemen
proyek dan peran proses sebagai kemampuan strategisnya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
- 136 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
adalah untuk memberikan kontribusi pada pengembangan pekerjaan empiris yang memberikan peningkatan pemahaman manajemen proyek sebagai sumber
keunggulan kompetitif bagi para sarjana dan praktisi
yang tertarik dalam manajemen proyek. Penelitian
sebelumnya telah berusaha untuk menyoroti keunggulan kompetitif yang dapat diperoleh dari aset manajemen proyek, secara empiris menghubungkan aset
manajemen proyek untuk pencapaian karakteristik,
berharga, langka, ditiru dan dukungan organisasional
(Jugdev dan Mathur, 2006; Jugdev et al., 2007;
Mathur et al, 2007). Penelitian tersebut belum secara
empiris membahas hubungan antara karakteristik aset
manajemen proyek terhadap kinerja proyek atau
perusahaan. Pada penelitian ini, dengan menggunakan
instrumen survei baru yang juga mengacu pada
pendekatan model VRIO untuk menguji faktor-faktor
yang terdiri dari karakteristik kompetitif aset manajemen proyek. Selain itu juga meneliti faktor-faktor
yang terdiri dari hasil kinerja manajemen proyek,
dalam upaya untuk mengeksplorasi hubungan antara
aset-aset yang berharga, langka, tidak mudah ditiru,
dan memiliki dukungan organisasi dan pencapaian
keunggulan kompetitif. Penelitian ini berusaha
mengeksplorasi faktor-faktor yang diekstrak dari
beberapa karakteristik aset manajemen proyek dan
hasil kinerja manajemen proyek di Surabaya, terutama
pada proyek konstruksi. Ini adalah langkah menuju
mengeksplorasi hubungan antara manajemen proyek
dan pencapaian keunggulan kompetitif. Pengembangan studi eksploratori dengan path analysis berdasarkan pada data dan faktor-faktor yang diekstrak
sehingga akan dihasilkan beberapa proposisi.
Berdasarkan proposisi tersebut, maka akan disusun
hipotesis yang kemudian diuji dalam penelitian
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif hypothetical eksplanatori. Dari hasil penelitian kuantitatif
ini diharapkan akan diperoleh model teori yang kuat
untuk menjelaskan hubungan aset manajemen proyek
dengan hasil kinerja manajemen proyek pada penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
(starting point) mengawali dimulainya proyek. Usaha
proyek memulai dengan lambat, mulai meningkat,
dan kemudian turun saat pengiriman proyek kepada
pelanggan.
Manajemen Proyek
Gray dan Larson (2006) mendefinisikan proyek
sebagai usaha yang kompleks, tidak rutin, yang
dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan
spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Menurut Gray dan Larson yang
membedakan proyek dengan berbagai usaha lainnya
yang dilakukan organisasi dapat dilihat dari karakteristiknya. Karakteristik utama tersebut adalah
mempunyai sasaran, rentang waktu tertentu, melibatkan beberapa departemen dan profesional, unik dan
tidak rutin, waktu, biaya dan persyaratan kinerja yang
spesifik.
Siklus hidup proyek adalah salah satu cara lain untuk
mengamati karakter unik dari pekerjaan proyek.
Siklus hidup proyek menunjukkan bahwasanya
proyek mempunyai rentang waktu dan siklus hidup
yang terbatas dan bahwa ada perubahan-perubahan
yang dapat diprediksi, khususnya yang berkenaan
dengan usaha dan fokus pada umur hidup proyek. Hal
ini penting untuk diketahui karena hal ini mempengaruhi pola perencanaan dan pengorganisasian yang
unik pada pekerjaan proyek. Menurut Gray dan
Larson (2006) Siklus hidup proyek umumnya
melewati empat tahap berurutan, yakni penentuan
(defining), perencanaan (planning), eksekusi
(executing), dan pengiriman (delivering). Titik awal
Apabila kita mendasarkan kepada (Project Management Institute) The Guide to PMBOK, manajemen
proyek dipandang sebagai penerapan dari pengetahuan, kemampuan, alat bantu serta teknik ke aktifitas
proyek agar dapat memenuhi atau melampaui apa
yang dibutuhkan dan diharapkan oleh pihak terkait
(stakeholder) dari proyek. Memenuhi atau bahkan
melampui terhadap apa yang dibutuhkan dan diharapkan dari stakeholders, dengan cara menyeimbangkan
seluruh kebutuhan yang terkait dengan:
· Ketepatan lingkup, waktu, biaya dan kualitas.
· Stakeholder atau pihak yang terlibat atau terkena
dampak dari proyek, dengan kebutuhan dan
harapan yang berbeda-beda.
· Tujuan yang terdeskripsi (kebutuhan) dan yang
tidak terdeskripsi secara tertulis (harapan).
Konsep Resource Based View (RBV) dan
Kerangka VRIO
Barney dan Clark (2007) menggarisbawahi bahwa
kerangka RBV muncul setidaknya dari empat kerja
teoritis: (1) Studi tradisional mengenai kompetensikompetensi pembeda; (2) Ricardo's Rent Analysis; (3)
Penrose; (4) penelitian mengenai implikasi ketidakpercayaan (antitrust) terhadap ekonomi. Berdasarkan
- 137 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Newbert (2007), Penelitian Barney (1991) pada sumberdaya perusahaan dan keunggulan kompetitifnya
dipandang sebagai kerangka teoritis yang paling
komprehensif tentang RBV. Barney mengartikulasikan bahwa sumberdaya perusahaan menjadi determinan penting terhadap keunggulan kompetitif perusahaan dengan dua asumsi kritis: heterogenitas dan
immobilitas. Pertama, semua sumberdaya-sumber
daya perusahaan diasumsikan terdistribusikan secara
heterogen diantara semua perusahaan (Barney, 1991).
Hal tersebut menghadirkan perbedaan persebaran
sumberdaya diantara perusahaan-perusahaan. Kedua,
sumberdaya diasumsikan bergerak secara tidak sempurna. Kondisi seperti ini memungkinkan perbedaan
akan terus ada dari waktu ke waktu. Barney berpendapat hanya sumber daya yang bernilai (valuable) dan
langka (rare) secara simultan yang akan menghadirkan keunggulan kompetitif.
luas digunakan dalam penelitian-penelitian empiris
pada aset-aset strategis seperti: cognitive abilities of
entrepreneurs (Alvarez and Busenitz, 2001), human
resource skills (Barney, 1998), managerial skills and
abilities (Castanias and Helfat, 2001), electronic
commerce strategy capabilities (Montealegre, 2002),
the effectiveness of the customerservice process in the
insurance industry (Ray et al., 2004), governance
decisions forsourcing technological know-how
(Schilling and Steensma, 2002), dan technology
commercialization (Zahra and Nielsen, 2002). Pada
RBV, kerangka VRIO mengkarakteristikkan
sumberdaya-sumberdaya strategis sebagai segala
sesuatu yang bernilai (valuable), langka (rare), sulit
ditiru (inimitable), serta memiliki dukungan organisasi (manajemen, proses, sistem) (Barney, 1991).
Rothaermel's (2013) menyusun sebuah bagan yang
menjelaskan hubungan antara kerangka VRIO
dengan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage).
Asumsi heterogenitas dan immobilitas bagaimanapun
bukanlah kondisi yang memadai untuk suatu keunggulan kompetitif. Barney (1991) menganjurkan bahwa
sumberdaya perusahaan harus memiliki sifat-sifat
berikut: (1) Sumber daya harus bernilai (2) sumber
daya harus langka (3) sumber daya harus sulit ditiru
(4) sumber daya harus tak-tergantikan dalam rangka
sebagai sumber keunggulan kompetitif. VRIO terdiri
dari bernilai (Valuable), (Rare), (Inimitable) serta
dukungan organisasi (Organizational support).
Kerangka VRIO mengekspresikan empat parameter
kunci untuk analisis berdasar sumberdaya:
1. Pertanyaan dari Nilai (Valuable) : Apakah sumber
daya memungkinkan perusahaan untuk mengeksploitasi kesempatan lingkungan, dan atau menetralisir ancaman lingkungan ?
2. Pertanyaan dari Kelangkaan (Rare) : Apakah
sumber daya saat ini dikuasai hanya sejumlah kecil
perusahaan yang bersaing ? (Adalah sumber daya
yang digunakan untuk membuat produk / jasa atau
produk/jasa sendiri langka ?)
3. Pertanyaan dari Inimitability: apakah perusahaan
tanpa sumber daya menghadapi kerugian biaya
dalam memperoleh atau mengembangkan itu
(apakah ada perusahaan yang sulit meniru ?)
4. Pertanyaan Dukungan Organisasi: Apakah
kebijakan dan prosedur lain suatu perusahaan
diselenggarakan untuk mendukung eksploitasi
sumber daya yang berharga, langka, dan susah
ditiru ?
Jenis sumber daya yang harus dievaluasi (misalnya,
apa jenis sumber daya menyebabkan keunggulan
kompetitif) :
1) sumber daya yang nyata,
2) sumber daya tidak berwujud,
3) kemampuan organisasi.
Adapun kerangka VRIO muncul dari perspektif ini
sebagai sebuah cara yang bermanfaat untuk menentukan karakter dari aset-aset strategis (Barney, 1991,
2002). RBV dan kerangka VRIO Barney telah secara
Menurut kerangka VRIO, jawaban yang mendukung
untuk setiap pertanyaan tersebut bersifat relatif terhadap perusahaan yang dianalisis akan menunjukkan
bahwa perusahaan dapat mempertahankan
VRIO Framework
Is the Resource or Capability...
Valuable ? Yes
Rare ?
Yes
Costly to
Imitate ?
Yes
Organized Yes
to Capture
Value ?
No
No
No
No
Competitive
Disadvantage
Competitive
Parity
Temporaty
Competitive
advantage
Temporaty
Competitive
advantage
Sustained
Competitive
Advantage
Adopted from Rothaenmel’s (2013) Srategic Management, p.91
Sumber: Rothaermel's (2013)
Gambar 1. Kerangka atau model VRIO
Bagan tersebut menjelaskan bahwa suatu aset/sumber
daya apabila tidak bernilai itu akan berujung pada
suatu kerugian kompetitif, jika hanya bersifat
berharga dan jarang/langka hanya akan berujung pada
paritas kompetitif, jika suatu sumberdaya itu bernilai,
langka, dan sulit ditiru memungkinkan bagi perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif namun
sifatnya hanya sementara (temporary), adapun untuk
mencapai suatu keunggulan kompetitif yang berkesinambungan suatu sumberdaya juga harus memiliki
dukungan organisasi selain sifatnya berharga, langka,
dan sulit ditiru.
- 138 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
keunggulan kompetitif. Tabel berikut ini merupakan
contoh bagaimana menerapkan kerangka VRIO dan
hasil kemungkinan bagi perusahaan dalam keadaan
yang berbeda-beda.
Tabel 1. Penerapan Kerangka atau Model VRIO
Applying the VRIO Framework
If a firm's resources are:
Not valuable
Valuable, but not rare
Valuable and rare
The firm can expect:
Competitive
Disadvantage
Competitive parity
(equality)
Competitive advantage
(At least temporarily)
Sumber : Barney dan Hesterly (1991,2007)
Beberapa penelitian telah menerapkan RBV dan
kerangka VRIO untuk mengeksplorasi bagaimana
manajemen proyek berkontribusi pada keuntungan
kompetitif perusahaan. Dalam studi lapangan
kualitatif didasarkan pada proyek industri film
Amerika - Inggris, DeFillipi dan Arthur menemukan
bahwa meskipun proyek melibatkan personil yang
ringan tangan dan sewaan (human capital), akan tetapi
hasilnya adalah mampu mengumpulkan kompetensi
inti dan menciptakan keunggulan kompetitif melalui
sumber daya yang bisa ditiru (DeFillippi dan
Arthur,1998). Kerangka atau model VRIO juga telah
diterapkan pada studi kasus proyek di industri musik
Jerman untuk menganalisis pemicu keunggulan kompetitif (Enders et al.,2009). Dalam program penelitian
mereka, Jugdev, Mathur dan Fung mengambil
literatur RBV dan mengembangkan instrumen
berdasarkan kerangka VRIO untuk survei praktisi
manajemen proyek untuk mengeksplorasi hubungan
antara aset manajemen proyek berwujud dan tidak
berwujud dan pencapaian karakteristik kompetitif dari
proses manajemen proyek (Jugdev dan Mathur,2006;
Jugdev et al.,2007; Mathur et al.,2007). Hasil penelitiannya adalah bahwa aset manajemen proyek nyata
sangat berharga adalah aset manajemen proyek tidak
berwujud yang dihasilkan dalam proses menjadi
langka, berkontribusi untuk keuntungan kompetitif.
Dengan perusahaan-perusahaan semakin berfokus
pada manajemen proyek sebagai sumber keunggulan
kompetitif untuk membantu meningkatkan sumber
daya mereka (Cleland dan Irlandia,2002; Pinto,2001),
maka dapat dipercaya bahwa pemahaman peningkatan manajemen proyek sebagai sumber keunggulan
kompetitif dapat dikembangkan pada penelitian lebih
lanjut.
Untuk melakukan analisis berbasis sumber daya
bisnis, Barney (1991) mengusulkan terstruktur
pendekatan berdasarkan pada analisis apakah sumber
daya yang berharga, langka dan inimitable dan
apakah organisasi adalah mengambil keuntungan
dari sumber daya .
• Berharga (Valuable)
Sebuah sumber daya berharga jika dapat digunakan, misalnya untuk meningkatkan pangsa pasar,
mencapai keunggulan biaya atau menetapkan harga
premium (fitur ini dari sumber daya yang tidak
saling eksklusif dan karenanya sumber daya mungkin memiliki beberapa atribut). Barney menunjukkan bahwa pertanyaan ini harus dijawab terlebih
dahulu karena sumber daya yang tidak berharga
atau tidak relevan tidak dapat menjadi sumber
keunggulan kompetitif .
• Langka (Rare)
Jika sumber daya berharga tidak tersedia untuk
semua pesaing itu adalah " langka " dan oleh karena
itu, potensi sumber keunggulan kompetitif.
Kelangkaan ini penting karena jika pesaing
memiliki sumber daya yang sama, tidak ada
keuntungan yang melekat pada mereka sumber.
Tentu saja bisnis yang berbeda dapat mengkonfigurasi sumber daya yang sama secara berbeda
untuk mencapai keunggulan kompetitif, tapi ini
bukan fokus dari pandangan berbasis sumber daya
perusahaan .
• Tidak mudah ditiru (inimitable)
Jika sumber daya tidak mudah ditiru atau
inimitable, maka sumber daya merupakan potensi
sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Untuk menjadi menguntungkan sumber daya harus
sulit atau mahal bagi pesaing untuk meniru atau
memperoleh, seperti pengenalan merek/persepsi.
Jika sumber daya mudah menirunya hanya menawarkan keuntungan sementara, sumber keunggulan kompetitifnya tidak berkelanjutan atau bersifat
sementara.
• Organisasi / Dukungan Organisasi
Sebuah bisnis harus mampu mengambil keuntungan dari sumber daya yang pelepasannya. Jika
sumber daya yang tersedia, langka dan sulit ditiru,
bisnis harus dapat memanfaatkan itu, kalau tidak
menggunakan sedikit. Ini mungkin membutuhkan
reorganisasi bisnis.
Konsep Project Management Assets
Aset-aset strategis (seperti:hak karya intelektual,
reputasi, merk, budaya, dan pengetahuan tacit) berkontribusi terhadap keunggulan kompetitif perusahaan. Sumberdaya ini melibatkan juga pengetahuan
explicit dan tacit (Eisenhardt and Santos, 2000;
Kaplan et al., 2001; Kogut,2000; Nonaka, 1994) yang
- 139 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
melekat pada keahlian-keahlian unik, pengetahuan
dan sumberdaya perusahaan (Rumelt et al., 1994;
Foss, 1997). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa manajemen proyek adalah serangkaian proses
yang diterapkan pada sebuah proyek untuk
menciptakan proyek, barang dan jasa. Manajemen
proyek melibatkan praktik-praktik berdasarkan asetaset tangible dan intangible. Aset tangible bersifat
konkrit dan terkodifikasi, sedangkan intangible tidak
konkrit dan sulit diidentifikasi. Karena aset-aset
strategis juga cendrerung berbasis pengetahuan
(knowledge-based), beberapa membedakan antara
pengetahuan codified dan pengetahuan tacit dengan
memberi label pada mereka “know-what” dan “knowhow” (Nonaka, 1994). Pengetahuan tacit tersebar
melalui perubahan social dan melekat pada kultur
perusahaan (Kam dan Gita, 2006). Sumber daya
Intangible dapat meliputi semua keahlian, aset
manusia, aset informasi dan organisasi serta aset
hubungan dan reputasi. Semua ini mewakili “apa yang
dimiliki” oleh perusahaan.Kelas lainnya dari sumberdaya intangible adalah kapabilitas atau kompetensi
dimana hal-hal tersebut mewakili “apa yang dilakukan” oleh perusahaan (Hill et al., 2007). Prahalad and
Hamel (1990) mendefinisikan kompetensi sebagai
pembelajaran kolektif yang memberikan perusahaan
kemampuan untuk menyebarkan sumberdayasumberdaya yang dimiliki secara produktif.
Sebuah investasi pada aset-aset manajemen proyek
yang bersifat tangible secara umum akan meningkatkan dimensi valuable dan organizational support
(Barney, 2002). Tetapi dikarenakan aset-aset tersebut
tidak langka (rare) (kecuali perusahaan memiliki hak
cipta/hak paten), perusahaan pesaing dapat meniru
aset-aset tersebut sehingga investasi tidak meningkatkan posisi kompetitif perusahaan (Kam dan Gita,
2006). Bagaimanapun juga, aset-aset intangible dapat
menjadi bernilai, langka, dan sulit untuk ditiru dengan
dukungan organisasi (Barney, 2002). Seringkali
perusahaan tidak memahami hal ini.
Konsep Management Project Performance
Outputs
Konsep Management Project Performance Outputs
pada penelitian Gita Mathur dkk (2013) direpresentasikan dalam dua level yaitu project-level performance dan firm-level performance.
a) Project-level Performance
Pada level ini, performa keluaran dari manajemen
proyek dinilai dengan lima item yang terdiri dari
scope requirement, project schedules, customer
expectations, quality of deliverables dan project
costs. Performa keluaran dari manajemen proyek
akan semakin baik apabila proyek memenuhi
persyaratan dari sekupnya atau standar, proyek
yang dilaksanakan dikerjakan sesuai jadwalnya,
proyek dapat memenuhi ekspektasi konsumen,
proyek dapat menciptakan kualitas penyampaian
yang baik serta proyek dapat meminimalkan
biaya yang terjadi selama pengerjaan proyek.
Hal-hal tersebut menjadi indikator atau hal yang
mempengaruhi project management performance
outputs.
b) Firm-level Performance
Pada level ini, performa keluaran dari manajemen
proyek dinilai dengan enam item yang terdiri dari
achievement of sales target, customer loyalty,
profitability levels, market share, continuous innovation, dan customer satisfaction. Dimana itemitem ini berada pada level yang berbeda dengan
item-item yang menjadi indikator project management performance outputs pada level project. Pada
level ini, performa keluaran akan lebih baik
apabila proyek dapat memenuhi target penjualannya, proyek mendapatkan kesetiaan dari pelanggannya, proyek dapat menaikan level keuntungan
perusahaan, proyek dapat memperbesar market
share perusahaan, proyek dpaat menghasilkan
inovasi berkelanjutan pada perusahaan serta
proyek dapat menambah kepuasan pada pelanggan. Item-item tersebut yang akan membentuk
firm-level performance yang kemudian bersama
dengan item-item dari project-level performance
membentuk performance outcomes dari manajemen proyek secara keseluruhan.
Konsep Project Management Performance Outcomes
pada penelitian Gita dkk (2013) menuntun pada suatu
keunggulan kompetitif. Competitive Advantage
(keunggulan kompetitif) merupakan salah satu istilah
umum dalam dunia bisnis. Competitive advantage
adalah suatu keharusan bagi organisasi apapun untuk
menjadi “lebih-baik” dibandingkan kompetitornya.
“Lebih-baik” dapat di berbagai sisi. Lebih-baik pada
kualitas fungsional dari produk maupun jasanya, lebih
baik pada keatraktifan produknya, pada tingkat kepercayaan, pada kecepatan, pada efisiensi, pada cara
suatu produk dipasarkan, pada harga yang ditawarkan
untuk konsumen, atau pada sisi-sisi lainnya.
Competitive advantage bagi suatu organisasi dapat
juga diartikan sebagai Competitive disadvantage bagi
organisasi lainnya karena Competitive advantage
selalu berujung pada hal-hal yang tidak dapat digapai
oleh kompetitor (Maurice B, 1994).
Menurut Hao Ma (1999), Competitive Advantage
dapat dijelaskan sebagai asimetri atau perbedaan pada
- 140 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
atribut/faktor suatu organisasi/perusahaan yang membuat suatu perusahaan/organisasi tersebut melayani
pelanggannya dengan lebih baik daripada yang lainnya dan karenanya menciptakan nilai pelanggan yang
lebih baik dan mencapai performa yang superior.
Sebuah perusahaan dapat memperoleh competitive
advantage dari kepemilikan aset-aset atau faktorfaktor bernilai tertentu, contoh posisi pasar (Porter,
1980), sumberdaya-sumberdaya unik (Barney, 1991),
atau reputasi (Hall, 1992); dengan kesempatan atau
hak untuk memperoleh akses superior terhadap bahan
baku maupun pasar (Lieberman dan Montgomery,
1988). AdapunCompetitif adventage dari suatu perusahaan seringkali muncul dari satu atau lebih dari tiga
sumber berikut: ownership-based; proficiency-based;
and access-based.
a) Ownership-based, sumber keunggulan ini merujuk pada segala macam aset dan faktor yang
berada di bawah kepemilikan perusahaan yang
daripadanya perusahaan mendapatkan keuntu-
ngan vis-à-vis dalam melayani pelanggan lebih
baik diban-dingkan pesaingnya.
b) Access-based, sumber keunggulan ini merujuk
kepada kesempatan bagi sebuah perusahaan untuk
menikmati keunggulan kompetitif dibandingkan
rivalnya karena memiliki akses superior terhadap
pasar faktor seperti sumberdaya bahan baku
(Barney, 1991) maupun pasar produk seperti
pelanggan (Porter, 1980) dimana rival hanya
memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali
terhadap aset tersebut.
c) Proficiency-based, sumber keunggulan ini
merujuk kepada pengetahuan (Winter, 1987;
Nonaka, 1991), kompetensi (Prahalad dan Hamel,
1990) dan kapabilitas (Stalk et al., 1992; Teece et
al., 1997) dari perusahaan yang memungkinkan
perusahaan tersebut melakukan proses bisnisnya
secara lebih efektif dan efisien dibandingkan
pesaingnya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam riset ini
adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
terstruktur dan mengkuantitatifkan data untuk
mengukur suatu variabel sehingga dapat lebih mudah
dipahami secara statistik. Penentuan variabel-variabel
tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Gita Mathur, Kam Jugdev dan Tak Shing Fung
pada tahun 2013. Adapun variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Karakteristik aset manajemen proyek sebagai
variabel independen, yang terdiri dari :
1. Valuable ( V )
Sebuah sumber daya berharga jika dapat
digunakan, misalnya untuk meningkatkan
pangsa pasar, mencapai keunggulan biaya atau
menetapkan harga premium (fitur ini dari
sumber daya yang tidak saling eksklusif dan
karenanya sumber daya mungkin memiliki
beberapa atribut). Barney menunjukkan bahwa
pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu
karena sumber daya yang tidak berharga atau
tidak relevan tidak dapat menjadi sumber
keunggulan kompetitif. Indikator yang diteliti
untuk variabel yang dinilai adalah apakah
sumber daya itu berharga atau tidak berharga
adalah pekerjaan proyek yang direncanakan,
metodologi manajemen proyek, kantor manajemen proyek, pola manajemen proyek, database
dan materi manajemen proyek yang dicetak.
2. Rare ( R )
Jika sumber daya berharga tidak tersedia untuk
semua pesaing itu adalah " langka " dan oleh
karena itu, potensi sumber keunggulan kompetitif. Kelangkaan ini penting karena jika pesaing
memiliki sumber daya yang sama, tidak ada
keuntungan yang melekat pada mereka sumber.
Tentu saja bisnis yang berbeda dapat mengkonfigurasi sumber daya yang sama secara berbeda
untuk mencapai keunggulan kompetitif, tapi ini
bukan fokus dari pandangan berbasis sumber
daya perusahaan. Indikator yang diteliti untuk
variabel yang dinilai dari apakah sumber daya
itu terbatas atau tidak terbatas adalah pekerjaan
proyek yang direncanakan, metodologi manajemen proyek, kantor manajemen proyek, pola
manajemen proyek, database, dan materi
manajemen proyek yang dicetak.
3. Inimitable ( I )
Jika sumber daya tidak mudah ditiru atau
inimitable, maka sumber daya merupakan
potensi sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan. Untuk menjadi menguntungkan
sumber daya harus sulit atau mahal bagi pesaing
untuk meniru atau memperoleh, seperti pengenalan merek/persepsi. Jika sumber daya mudah
menirunya hanya menawarkan keuntungan
sementara sumber keunggulan kompetitifnya
tidak berkelanjutan atau bersifat sementara.
Indikator yang diteliti untuk variabel yang
- 141 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
dinilai adalah apakah sumber daya itu bisa ditiru
atau tidak bisa ditiru adalah pekerjaan proyek
yang direncanakan, metodologi manajemen
proyek, kantor manajemen proyek, pola manajemen proyek, database, dan materi manajemen
proyek yang dicetak.
Diharapkan bahwa ciri-ciri dari proses manajemen
proyek (V, R dan I) akan mempengaruhi hasil
kinerja manajemen proyek sehingga berkontribusi
untuk keuntungan kompetitif. Jika aset yang
berharga dan memiliki dukungan organisasi
itumemberikan kontribusi untuk paritas kompetitif.
Jika keduanya berharga, langka dan dukungan
organisasi,maka hal itu memberikan kontribusi
untuk keunggulan kompetitif sementara.
Aset harus berharga, langka, ditiru dan memiliki
dukungan organisasi untuk memberikan kompetitif
yang berkelanjutan keuntungan (Barney,2007) .
b. Hasil kinerja manajemen proyek adalah variabel
dependen
Hasil kinerja proyek adalah seberapa jauh kinerja
yang dihasilkan dalam pengelolaan proyek. Indikator untuk mengukur hasil kinerka manajemen
proyek antara lain pencapaian persyaratan ruang
lingkup proyek, jadwal proyek, harapan pelanggan,
kualitas deliverables, biaya proyek melalui proyek
proses manajemen, pencapaian target penjualan,
loyalitas pelanggan, tingkat profitabilitas, pangsa
pasar, inovasi yang berkelanjutan, dan kepuasan
pelanggan melalui sumber daya dan kemampuan
manajemen proyek.
c. Dukungan organisasi ( O ) sebagai variabel
moderating
Dukungan organisasi diperlukan untuk memoderasi hasil kinerja manajemen proyek untuk mencapai keunggulan kompetitif. Indikator yang diteliti
untuk variabel ini terdiri dari pentingnya kualitas
praktek manajemen proyek untuk misi perusahaan,
layanan dan produk, kemampuan untuk berkomunikasi ke atas dalam hirarki proyek, terbuka pada
proyek, lingkungan perusahaan yang mempromosikan berbagi pengetahuan/informasi, lingkungan
perusahaan yang mendorong belajar, orang-orang
yang saling mempercayai, orang yang bekerja
sama dengan baik, dan dukungan manajemen atas
walaupun kondisi kritis fase proyek.
Model konseptual mengacu pada studi literatur untuk
menghubungkan penelitian ini dengan penelitian
empiris sebelumnya yang melaporkan faktor-faktor
yang merupakan aset strategis manajemen proyek dan
menghubungkannya dengan pencapaian karakteristik
kerangka atau model VRIO dari proses manajemen
proyek (Jugdev dan Mathur,2006; Jugdev et al.,2007;
Mathur et al.,2007). Model konseptual penelitian ini
mengacu pada penelitian empiris yang dilakukan oleh
Gita Mathur et al. (2013), yang mengusulkan hubungan antara karakteristik VRIO aset manajemen
proyek dan hasil kinerja manajemen proyek dan
dimana dukungan organisasi (O) adalah variabel
moderator antara variabel independen yang berharga
(V), langka (R) dan inimitable ( I) dan variabel dependen yaitu hasil kinerja manajemen proyek. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melaporkan temuantemuan dari analisis faktor data yang menghubungkan
variabel dalam model konseptual bahwa karakteristik
aset manajemen proyek yang berharga, langka dan tak
mudah ditiru, akan memprediksi hasil kinerja manajemen proyek dengan dimoderatori dukungan organisasi untuk praktek manajemen proyek.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah perpanjangan dan perluasan instrumen sebelum digunakan
dalam proyek penelitian manajemen berdasarkan
kerangka VRIO (Jugdev dan Mathur,2006; Jugdev et
al.,2007; Mathur et al.,2007). Survei didasarkan pada
Skala Likert ordinal, sesuai untuk persepsi
berorientasi pertanyaan , dengan jangkar yang "sangat
setuju" dan "sangat tidak setuju“. Model analisis
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.
Characteristics of Project Competitive Advantage from
Management Assets
Project Management Process
Valuable
H1
Rare
H2
H3
Project Management
Performance Outcomes
Inimitable
Organizational Support
Gambar 2. Model Konseptual
Hipotesis yang diajukan adalah :
H1 : Diduga terdapat hubungan antara aset-aset
yang berharga (valuable) dengan hasil kinerja
organisasi bila dimoderasi dengan dukungan
organisasi
H2 : Diduga terdapat hubungan antara aset-aset
yang langka (rare) dengan hasil kinerja
organisasi bila dimoderasi dengan dukungan
organisasi
H3 : Diduga terdapat hubungan antara aset-aset
yang tidak mudah ditiru (inimitable), dengan
- 142 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
hasil kinerja organisasi bila dimoderasi dengan
dukungan organisasi
Teknik yang analisis data yang digunakan adalah Path
Analysis yang akan mempermudah untuk melihat
hubungan kausalitas yang akan diuji. Pada diagram
hubungan antar konstruk dinyatakan melalui anak
PEMBAHASAN
Pasar konstruksi nasional tahun 2014 diperkirakan
mencapai Rp 407 triliun. Pemerintah mencatat pertumbuhan konstruksi di Indonesia dari tahun ke tahun
melebihi pertumbuhan ekonomi. Data Kementerian
PU menunjukkan perkembangan pasar konstruksi
nasional sejak 2012 terus mengalami peningkatan
cukup signifikan. Pada 2012 diperhitungkan mencapai sekitar Rp 284 triliun kemudian pada tahun lalu
meningkat hingga sekitar Rp 369 triliun. Saat ini
kontraktor Indonesia berjumlah 117.042 dan konsultan berjumlah 4.414. Namun sebagaimana terjadi
sebelumnya, hingga kini badan usaha dengan kualifikasi besar masih sedikit jumlahnya dibandingkan
dengan yang kualifikasi kecil maupun sedang.
Kementerian PU mencatat kesiapan tenaga kerja
konstruksi di mana tenaga ahli baru berjumlah 10%,
tenaga terampil 30%, dan kelompok buruh kasar 60%.
(www.m.bisnis.com). Di Surabaya menurut laporan
Informasi Data Pokok Kota Surabaya pada tahun 2012,
kota Surabaya memiliki perusahaan Jasa konstruksi/
konsultan/pelaksana sebanyak 447 buah dengan total
pekerja hampir menyentuh angka 900 orang.
Responden dari penelitian ini adalah para manajer
proyek atau orang-orang yang telah berpengalaman
dalam menangani suatu proyek di bidang konstruksi
yang berada di kota Surabaya. Adapun responden
yang berhasil diperoleh sejumlah 38 manajer proyek
atau yang sesuai kriteria. Responden tergabung pada
perusahaan-perusahaan konstruksi di Surabaya diantaranya PT Perumnas Regional VI, PT Adhi Karya
divisi Konstruksi IV, PT Jatim Mustika Sarana Steel,
CV Maxima, CV Anugraha, PT Kencana Mukti
Propertindo dll. Kuisioner diberikan secara langsung
untuk kemudian diisi dan ditarik saat itu juga setelah
selesai mengisi kuisioner.
Kuisioner yang disebar kepada responden berisi 49
pernyataan untuk diberikan penilaian oleh responden
terkait tingkat persetujuannya terhadap pernyataanpernyataan yang terdapat pada kuisioner. Adapun
uraian dari pernyataan-pernyataan tersebut adalah 9
pernyataan untuk valuable, 9 pernyataan untuk rare,
9 pernyataan untuk inimitable, 11 pernyataan untuk
organizational support dan 11 pernyataan untuk
panah. Anak panah lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk
dengan konstruk yang lainnya.
project managementperformance outputs. Deskripsi
jawaban responden penelitian terhadap indikatorindikator yang ada di dalam variabel beserta nilai
kumpulan data atau mean, modus dan sebaran data
atau standar deviasinya. Statistik deskriptif dapat
menggambarkan nilai modus atau jawaban yang
paling banyak dipilih responden.
Berdasarkan nilai outer loading variabel independen
yang terdiri dari variabel aset-aset yang berharga
(valuable), aset-aset yang langka (rare) dan aset-aset
yang tidak mudah ditiru (inimitable) dengan hasil
kinerja organisasi bila dimoderasi dengan dukungan
organisasi maka diketahui bahwa semua indikator
memiliki nilai outer loading lebih dari 0,5, sehingga
indikator–indikator tersebut telah memenuhi validitas
konvergen (convergent validity) artinya baik untuk
mengukur variabel aset-aset yang berharga
(valuable), aset-aset yang langka (rare) dan aset-aset
yang tidak mudah ditiru (inimitable) terhadap hasil
kinerja organisasi bila dimoderasi dengan dukungan
organisasi.
Model memiliki discriminant validity yang baik, jika
akar AVE untuk setiap konstruk dalam model lebih
tinggi dari korelasi antara konstruk tersebut dengan
konstruk lainnya. Diketahui bahwa akar AVE pada
setiap variabel memiliki nilai yang lebih besar dari
pada nilai korelasi antar konstruk lainnya. Variabel
aset-aset yang tidak mudah ditiru (inimitable)
memiliki nilai akar AVE 0,7706 lebih besar dari pada
nilai korelasi konstruk variabel aset-aset yang berharga (valuable), aset-aset yang langka (rare), hasil
kinerja organisasi dan dukungan organisasi. Nilai akar
AVE dari aset-aset yang langka (rare) memiliki nilai
lebih besar dari pada nilai korelasi konstruk variabel
aset-aset yang berharga (valuable), hasil kinerja
organisasi dan dukungan organisasi. Nilai akar AVE
dari variabel dukungan organisasi lebih besar dari
nilai korelasi konstruk variabel aset-aset yang berharga (valuable) dan hasil kinerja organisasi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model variabel
dalam penelitian ini memiliki discriminant validity
yang baik.
Nilai composite reliability dapat dikatakan baik bila
nilainya lebih dari atau sama dengan 0,70. Nilai
- 143 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
composite reliability untuk tiap-tiap variabel dalam
penelitian ini mempunyai nilai lebih dari 0,70. Oleh
karena itu, nilai composite reliability untuk penelitian
ini dapat dikatakan baik. Untuk keseluruhan nilai
outer model pada penelitian ini semuanya masuk
dalam kriteria baik.
Berdasarkan tabel Path Coefficient (Mean, STDEV,
T statistic), maka dapat diinterpretasikan bahwa :
1. Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara aset-aset yang berharga
(valuable) dengan hasil kinerja organisasi bila
dimoderasi dengan dukungan organisasi. Jika
melihat perhitungan dengan menggunakan software SmartPLS 2.0 maka dapat terlihat bahwa
path variabel aset-aset yang berharga (valuable)
memiliki koefisien beta sebesar -0,1155 dengan
nilai T-statistic sebesar 0,7714 yang berarti dukungan organisasi memperlemah (tidak mampu
memoderasi) hubungan antara aset-aset yang
berharga (valuable) dengan hasil kinerja organisasi walaupun hugungan itu dikatakan signifikan.
Dengan demikian hipotesis penelitian H1 tidak
diterima atau bisa dikatakan kurang didukung
oleh data empiris.
2. Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara aset-aset yang langka (rare)
dengan hasil kinerja organisasi bila dimoderasi
dengan dukungan organisasi. Jika melihat perhi-
Inner model merupakan model yang menspesifikasi
hubungan antar variabel laten atau bisa juga dikatakan inner model menggambarkan hubungan antar
variabel laten berdasarkan substantive theory
(Ghazali, 2011 : 22). Dari tabel R-Square dapat dilihat
bahwa variabel hasil kinerja organisasi memiliki nilai
sebesar 0,7282. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
hasil kinerja organisasi dipengaruhi oleh variabel
aset-aset yang berharga (valuable), aset-aset yang
langka (rare) dan aset-aset yang tidak mudah ditiru
(inimitable) bila dimoderasi dengan dukungan organisasi sebesar 72,82%, sisanya mungkin dipengaruhi
oleh faktor lain diluar penelitian.
Pengujian hipotesis dan hubungan antar variabel
dapat dilihat dari hasil inner weight pada model.
V1
V2
17.93
R1
R1
V3
13.5
51
6
V4
12.
067
V5
15
.4 14.525
84
V7
772
11.
5
.951
V8
V9
1
7.19
11
.
69
2
12
.15
Rare ^ Or....
Valuable
6
R1
R1
0.310
3
.44
19
8
9
11.6
1.015
8.64
6
12
.53
0
R1
0.771
I3
Org. sipp...
I4
7 02 651
1 4 .1 2 .
8. 24 1
I2
I6
.1 16.3 20.
14 3 33
7
6
0.27
1
24
R1
Rare
87
R1
5.241
5
28.20
0
3
5
22.
7
.73
24
12
.5
R1
PO1
PO10
PO11
PO2
PO3
PO5
PO6
PO7
PO8
PO9
Inimitabl...
Inimitable
Valuable...
0
10.
I9
O1
O10
O11
O2
O4
55
16.743
14
.3
11
O5
8.4
98
O6
24.
2
020 0.032
O7
O8
Sumber : Data diolah
Gambar 3. Hubungan Antara Beberapa Variabel Laten
- 144 -
O9
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
tungan dengan menggunakan software SmartPLS
2.0 maka dapat terlihat bahwa path variabel asetaset yang langka (rare) memiliki koefisien beta
sebesar 0,0354 dengan nilai T-statistic sebesar
0,2714 yang berarti dukungan organisasi memperkuat (mampu memoderasi) hubungan antara asetaset yang langka (rare) dengan hasil kinerja organisasi walaupun tidak signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian H2 diterima atau bisa
dikatakan didukung oleh data empiris walaupun
kurang signifikan.
3. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara aset-aset yang tidak mudah ditiru
(inimitable) dengan hasil kinerja organisasi bila
dimoderasi dengan dukungan organisasi. Jika
melihat perhitungan dengan menggunakan software SmartPLS 2.0 maka dapat terlihat bahwa
path variabel aset-aset yang tidak mudah ditiru
(inimitable) memiliki koefisien beta sebesar
0,2395 dengan nilai T-statistic sebesar 1,0763 yang
berarti dukungan organisasi memperkuat (mampu
memoderasi) hubungan antara aset-aset yang tidak
mudah ditiru (inimitable) dengan hasil kinerja
organisasi secara signifikan. Dengan demikian
hipotesis penelitian H3 diterima atau bisa dikatakan didukung oleh data empiris.
perusa-haan atau organisasi. Fenomena ini terjadi
kemungkinan banyak perusahaan konstruksi tidak
memberikan dukungan terhadap sumber dayasumber daya yang berharga dan dimung-kinkan
perusahaan tidak menyadari arti pentingnya aset-aset
yang berharga tersebut terhadap hasil kinerja organisasi. Oleh karena aset-aset tersebut sudah berharga
bagi perusahaan maka kemungkinan besar dukungan
organisasi tidak perlu dilakukan lagi untuk memberikan hasil kinerja perusahaan dan hal ini menunjukkan bahwa dukungan organisasi tidak perlu menjadi
variabel moderator hubungan antara aset-aset
berharga dengan hasil kinerja perusahaan.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa dukungan organisasi mampu memperkuat (memoderasi) hubungan
antara aset-aset yang langka (rare) dengan hasil
kinerja organisasi walaupun tidak signifikan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa melalui dukungan
organisasi mampu memperkuat hubungan positif
sumber daya yang langka terhadap hasil kinerja
organisasi, walaupun hubungan tersebut kurang
signifikan atau kurang bermakna. Keunikan atau
kelangkaan sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan akan memberikan peningkatan hasil
kinerja yang semakin baik apabila mendapatkan
dukungan dari organisasi atau perusahaan itu sendiri.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan Partial
Least Square, maka dapat disimpulkan bahwa hanya
dua hipotesis diterima atau bisa dikatakan didukung
oleh data empiris. Hipotesis pertama menyatakan
bahwa dukungan organisasi memperlemah (tidak
mampu memoderasi) hubungan antara aset-aset yang
berharga (valuable) dengan hasil kinerja organisasi
walaupun hubungan itu dikatakan signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa dukungan organisasi tidak
mampu memperkuat hubungan antara asset-aset atau
sumber daya yang berharga dengan hasil kinerja
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa dukungan
organisasi mampu memperkuat (memoderasi)
hubungan antara aset-aset yang tidak mudah ditiru
(inimitable) dengan hasil kinerja organisasi secara
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa aset-aset
yang tidak mudah ditiru ini akan memberikan dampak
lebih baik terhadap hasil kinerja organisasi terlebih
apabila diperkuat dengan dukungan dari organisasi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisisnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel aset-aset yang berharga (valuable)
memiliki koefisien beta sebesar -0,1155 dengan
nilai T-statistic sebesar 0,7714 yang berarti
dukungan organisasi memperlemah (tidak mampu
memoderasi) hubungan antara aset-aset yang
berharga (valuable) dengan hasil kinerja organisasi walaupun hugungan itu dikatakan signifikan.
Dengan demikian hipotesis penelitian tidak
diterima atau bisa dikatakan kurang didukung oleh
data empiris.
2. Variabel aset-aset yang langka (rare) memiliki
koefisien beta sebesar 0,0354 dengan nilai
T-statistic sebesar 0,2714 yang berarti dukungan
organisasi memperkuat (mampu memoderasi)
hubungan antara aset-aset yang langka (rare)
dengan hasil kinerja organisasi walaupun tidak
signifikan. Dengan demikian hipotesis penelitian
H2 diterima atau bisa dikatakan didukung oleh
data empiris walaupun kurang signifikan.
- 145 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
3. Variabel aset-aset yang tidak mudah ditiru
(inimitable) memiliki koefisien beta sebesar
0,2395 dengan nilai T-statistic sebesar 1,0763 yang
berarti dukungan organisasi memperkuat (mampu
memoderasi) hubungan antara aset-aset yang tidak
mudah ditiru (inimitable) dengan hasil kinerja
organisasi secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alvarez, S.A. and Busenitz, L.W. (2001), "The entrepreneurship of resource-basedtheory", Journal of
Management, Vol. 27 No. 6, pp. 755-75.
Amit, R. and Schoemaker, P.J.H. (1993), "Strategic assets and organizational rent", Strategic Management
Journal, Vol. 14 No. 1, pp. 33-46.
Aubry, M., Hobbs, B. and Thuillier, D. (2007), "A new framework for understanding organisational project
management through the PMO", International Journal of Project Management, Vol. 25 No. 4, pp. 328-36.
Barney, J.B. (1991), "Firm resources and sustained competitive advantage", Journal of Management, Vol. 17
No. 1, pp. 99-120.
Barney, J.B. (2007), Gaining and Sustaining Competitive Advantage, 3rd ed., Upper Saddle River,NJ,
Prentince-Hall.
Besner, C. and Hobbs, J.B. (2008), "Project management practice, generic or contextual: a realitycheck",
Project Management Journal, Vol. 39 No. 1, pp. 16-33.
Betts, M., & Ofori, G. 1999. Strategic Management in Construction. in M. Betts
(ED.) Strategic Management of I.T. in Construction. (pp. 3-13). Oxford: BlackwellScience.
Business Monitor International (2009). Indonesia Infrastructure Report Q4 2009.London, UK: Business
Monitor International, Ltd.
Castanias, R.P. and Helfat, C.E. (2001), "The managerial rents model: theory andempirical analysis", Journal of
Management, Vol. 27 No. 6, pp. 661-78.
Chin, W., B. Marcolin, dan P. Newsted. 1996. "A Partial Least Squares Latent Variable Modeling Approach For
Measuring Interaction Effects". Proceedings of 17th International Conference on Information System.
Claveland.
Chinowsky, P., & Meredith, J. (2000). Strategic Management in Construction. Journal of Construction Engineering
and Management, 126(1) 1-9.
Danim, Sudarwan. 1997. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku: Acuan DasarBagi Mahasiswa Program
Sarjana dan Peneliti Pemula. FirstPrinting. Jakarta:Bumi Aksara.
DeFillippi, R.J. and Arthur, M.B. (1998), "Paradox in project-based enterprise: the case of ?lmmaking",
California Management Review, Vol. 40 No. 2, pp. 125-39.
Eisenhardt, K. and Santos, F. (2000), "Knowledge-based view: a new theory ofstrategy?", in Pettigrew, A., Thomas,
H. and Whittington, R. (Eds), Handbook ofStrategy and Management, 1st ed., Sage, London, p. 544.
Fernie, S., Green, S.D., Weller, S.J. and Newcombe, R. (2003), "Knowledge sharing:context, confusion, and
controversy", International Journal of Project Management,Vol. 21 No. 3, pp. 177-187.
Foss, N.J. (Ed.) (1997), Resources, Firms, and Strategies: A Reader in the Resource-based Perspective, Oxford
University Press, Oxford.
Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modelling: Metode Alternatif dengan PLS.Edisi Kedua. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Gray, Clifford F. and Erik W, Larson. 2006. Project Management: The ManagerialProcess 3th Edition.
Singapore: MacGraw-Hill Education.
- 146 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Haenlein, Michael & Andreas Kaplan. 2004. A Beginner's Guide to Partial LeastSquares Analysis. Understanding
Statistics, 3(4), 283-297.
Hair, J dkk. 2013. A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling(PLS-SEM). Los Angeles: Sage.
Hall, R. (1993). A framework linking intangible resources and capabilities tosustainable competitive
advantage. Strategic Management Journal, 14(8), 607-618.
Hamel, G., & Prahalad, C. K. (1994). Competing for the future. Boston: HarvardBusiness School Press.
Howlett, A., & Powell, R. (2006). Infrastructure projects in China and selected markets in Asia. The 2006
International Constructions Superconference, May2006. London: ICONdirect.
Jaya, I Gede Nyoman Mindra & I Made Sumertajaya. 2008. Permodelan PersamaanStruktural Dengan Partial
Least Square. Semnas Matematika dan PendidikanMatematika.
Jogiyanto. 2011. Konsep dan Aplikasi SEM Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis.Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Jugdev, K. and Mathur, G. (2006), "Project management elements as strategic assets:preliminary findings",
Management Research News, Vol. 29 No. 10, pp. 604-17.
Jugdev, K., Mathur, G. and Fung, T. (2007), "Project management assets and their relationshipwith the project
management capability of the firm", International Journal of ProjectManagement, Vol. 25 No. 6, pp. 560-8.
Kaplan, S., Schenkel, A., von Krogh, G. and Weber, C. (2001), "Knowledge-based theories of the firm instrategic
management: a review and extension", MIT Sloan Working Paper 4216-01.
Kezner, Harold. 1989. A project Management: A System Approach to PlanningSchedulling, and Controling 3rd
Edition. USA: Van Nostrand Reinhold.
Kraaijenbrink, J., Spender, J.-C. and Groen, A.J. (2010), "The resource-based view: areview and assessment of
its critiques", Journal of Management, Vol. 36 No. 1, pp.349-72.
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Republik Indonesia. Positioning Paper KPPUTerhadap Perkembangan
Usaha Jasa Konstruksi. 2006. Jakarta. Tidak Diterbitkan.
Lesser, E.L. (Ed.) (2000), Knowledge and Social Capital: Foundations and Applications, Butterworth &
Heinemann, Boston, MA.
Mathur, Gita, Kam Jugdev and Tak Shing Fung (2013), Project management assets and project management
performance outcomes, Management Research Review, Vol. 36 No. 2, pp. 112-135
Meredith, Jack R. Mantel, Samuel J. 2010. Project Management: A ManagerialApproach 7th Edition. Asia:
Joh Wiley & Sons Pte Ltd.
Montealegre, R. (2002), "A process model of capability development: lessons fromthe electronic commerce
strategy at Bolsa de Valores de Guayaquil", OrganizationScience, Vol. 13 No. 5, pp. 514-31.
Newbert, S. L. (2007). Empirical research on the resource-based view of the firm: An assesment and suggestions
for future research. Strategic Management Journal,28(2), 121 - 146.
Nonaka, I. (1994), "A dynamic theory of organizational knowledge creation", Organization Science,
Vol. 5 No. 1, pp. 14-37.
Paiva, E.L., Roth, A.V. and Fensterseifer, J.E. (2008), "Organizational knowledge and themanufacturing strategy
process: a resource-based view analysis", Journal of Operations Management, Vol. 26 No. 1, pp. 115-32.
Pamulu, Muhammad S. 2010. Strategic Management Practices in The ConstructionIndustry: A Study of Indonesian
Entreprises. Tesis tidak diterbitkan. School ofUrban Development.
Pinto, J.K. (2001), "Project management: the future", in Knutson, J. (Ed.), Project Management for Business
Professionals: A Comprehensive Guide, 1st ed., Wiley, Hoboken, NJ, pp. 575-86.
- 147 -
Tahun XXV, No. 2 Agustus 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Project Management Institute (2008), A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide),
Project Management Institute, Newtown Square, PA.
Ratono, Joko. 2010. Analisis Partial Least Square untuk Pengembangan ModelCritical Success Factors Dalam
Implementasi Enterprose Resource Planning SAPPada Industri Kecil dan Menengah. Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor.
Schilling, M.A. and Steensma, H.K. (2002), "Disentangling the theories of ?rm boundaries: a pathmodel and
empirical test", Organization Science, Vol. 13 No. 4, pp. 387-401.
Teece, D.J. (1998), "Capturing value from kowledge assets: the new economy,markets for know-how, and
intangible assets", California Management Review,Vol. 40 No. 3, pp. 55-79.
Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chariri. 2011. Intellectual Capital dan KinerjaKeuangan Perusahaan;
Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares.
Zahra, S.A. and Nielsen, A.P. (2002), "Sources of capabilities, integration, and technologycommercialization",
Strategic Management Journal, Vol. 23 No. 5, pp. 377-98.
http://m.bisnis.com/industri/read/20140112/45/196836/pasar-konstruksi-2014-capai-rp407-triliun
(Diakses 27 September 2014)
www.detik.com (Diakses 13 November 2014)
- 148 -
Download