Kontrol Negara terhadap Masyarakat: Kasus Ormas • Dr. Endang Rudia<n, M.Si. • Dosen Pasca Sarjana • Universitas Muhammadiyah Jakarta Latar belakang Ormas versi UU17 UU No.17/2013 tentang organisasi kemasyarakatan bisa mengatur keberadaan ormas, baik dari s isi yuridis maupun administra<f ada 140 ribu ormas di I ndonesia yang terdaOar dan memiliki surat keterangan terdaOar (SKT) dari pemerintah setempat atau Dirjen Dalam Negeri Sementara yang <dak terdaOar bisa 3 kali lipatnya. Kelemahan dan kelebihan UU17 • kelemahan, diantaranya menyangkut sanksi, larangan, ataupun pembubaran terhadap ormas jika melanggar aturan. • Karena parameternya sangat luas dan pemisahan pelanggaran oleh Ormas juga belum ada. Dan lembaga pemerintah mana yang bisa membubarkannya, semua masih rancu, • Se<ap ormas wajib hukumnya bersifat nirlaba atau non profit. Selain itu juga wajib membuat rekening lembaga di bank negara. Uji Materil UU Ormas perspek<f Muhammadiyah • pertama, pengkerdilan makna kebebasan berserikat melalui pembentukan UU Ormas. • Kedua, pembatasan kemerdekaan berserikat yang berlebih-­‐lebihan. • Ke<ga, pengaturan yang <dak memberikan kepas<an hukum. Dan keempat, turut campur pemerintah dalam penjabaran kemerdekaan berserikat. Muhammadiyah -­‐MK • Menurut Muhammadiyah, pemerintah menjadi berwenang ikut campur terlalu berlebihan, karena ikut mengatur kewenangan otonomi masyarakat dalam mengatur organisasinya. • MK, Negara <dak dapat mencampuri dan <dak dapat memaksakan suatu ormas mewajibkan anggotanya memiliki hak dan kewajiban yang sama, karena akan membelenggu kebebebasan masyarakat dalam mengatur urusan organisasinya yang menjadi wilayah otonomi masyarakat Organisasi Masyarakat Dari waktu ke Waktu • Raymond Firth (1966) organisasi sosial berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam hubungan-­‐hubungan sosial aktual, sedangkan struktur sosial mengacu pada hubungan-­‐hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-­‐batas pada aksiaksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris. • Dan Fortes (1949) berpendapat bahwa konsep struktur sosial diterapkan pada se<ap totalitas yang terbit, seper< misalnya, lembaga-­‐lembaga, kelompok, situasi, proses dan posisi sosial. • Sedangkan cara-­‐cara tentang bagaimana mekanisme hubungan-­‐ hubungan itu dalam mengatur hidup segenap individu persekutuan hidup dan sifat-­‐sifat persekutuan hidup di atas adalah merupakan fungsi sosial mereka; konsep struktur dan fungsi itu sangat pen<ng, karena itu suatu ak<vitas akan jelas apabila dibuk<kan memiliki fungsi guna memelihara struktur sosial. (konsep struktural-­‐ fungsional) Karakteris<k Ormas (sebagai Turunan Organisasi Sosial) • Se<ap organisasi memiliki spesifikasi dan keunikan sendiri yang <dak bisa direduksi hanya untuk suatu gabungan organisasi yang lebih luas. Contoh: agama, budaya, ekonomi dan kepen<ngan khusus • Keunikan merupakan pengikat solidaritas yang ada dalam suatu organisasi • Se<ap anggota memiliki Peran dan fungsi untuk mempertahankan keunikan organisasi • Keunikan tersebut membutuhkan otonomi Organisasi masyarakat pertama di Indonesia era kolonialisme • Yang paling pertama: Serikat Dagang Islam 1905, Jami’atul Khoir 1905 dan Muhammadiyah 1912 Organisasi pada tahun 1908-­‐1942 (Masa Pergerakan Nasional) • Masa pembentukan (1908 -­‐ 1920) berdiri organisasi seper< Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Par<j. • Masa non kooperasi (1920 -­‐ 1930), berdiri organisasi seper< Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI). • Masa koperasi (1930 -­‐ 1942), berdiri organisasi seper< Parindra, Par<ndo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan. Note: gerakan poli<k. gerakan pemuda, gerakan keagamaan semua merupakan organisasi masyarakat • Negara terhadap keberadaan organisasi masyarakat Negara sebagai suatu organisasi besar dari organisasi-­‐organisasi yang majemuk. Bila di masa lalu, kekuatan pengikat keanekaragaman itu adalah poli<k sentralisasi yang berpusat pada kekuasaan pemerintah yang otoritarian, maka dalam suasana desentralisasi kekuasaan atau otonomi daerah kekuatan pengikat otoritarian tersebut didekonstruksi • Desentralisasi kekuasaan sebagai keputusan poli<k nasional ternyata kemudian disadari menimbulkan efek yang kontra produk<f apabila dilihat dari perspek<f kesatuan dan integrasi nasional suatu bangsa besar yang isinya luar biasa beranekaragam suku bangsa, agama, kemampuan ekonomi, dan bahkan ras yang tersebar dalam wilayah geografi yang sangat luas. • Kontras-­‐kontras kondisi ini menjadikan semakin rumit terlebih jika isu mayoritas-­‐minoritas, dan dominan-­‐<dak dominan dimasukkan ke dalam wilayah analisa ini dan harus digan<kan oleh suatu pengikat baru yang relevan. LALU DIGANTI APA ? Negara mencari bentuk kontrol: kasus ormas • The Founding fathers: Negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya. • pemikiran Michel Foucault dkk, kekuasaan yang bersifat terstruktur yang misalnya dilakukan oleh negara, mencakup kebijakan atau <ndakan atau mekanisme peraturan dan kontrol maupun sosialisasi atau internalisasi. • menjadikan kontrol itu kembali ketat nampaknya bukan jalan keluar yang terbaik karena Indonesia (pemerintah) akan berhadapan dengan arus kekuatan global yang lebih menyukai demokrasi Akhir kolonialisme kembali ke kolonialisme • Akhir kolonialisme , dari orde lama menuju orde baru (Anderson “Old State, New Society” ) karena ia mendapatkan asal-­‐usul Orde Baru pada negara kolonial akhir. Negara lebih pen<ng dari dinamika masyarakat • Orde Baru sebagai sebuah a patrimonial cum military regime, yang di dalamnya ikatan patron-­‐klien mempersatukan negara, meskipun ia memandang adanya suatu proses bertahap ke arah pembuatan kebijakan yang rasional • Reformasi masyarakat menjadi aktor, masuk dalam stakeholder • Pasca reformasi , akankah kembali kepada era kolonialisme? Rekomendasi • Para pendiri negara-­‐bangsa ini telah menyadari keanekaragaman bangsa ini dari banyak aspek, dan sangat bijaksana mereka memilih mofo “Bhinneka Tunggal Ika” dalam lambang negara. • keanekaragaman menjadi realitas yang harus diakui dan diakomodasi negara, dan iden<tas dan asal-­‐usul warga negara diperha<kan. • Menjadi catatan, Apabila kekuasaan prioritas kekuasaan dilimpahkan kepada anekaragam kolek<f sebagai konsekuensi pengakuan negara, maka negara mungkin diramaikan oleh konflik-­‐ konflik internal berkepanjangan yang pada gilirannya akan melemahkan negara itu sendiri. • “Bhinneka Tunggal Ika” yang menunjukkan diperha<kannya keanekaragaman kebudayaan dalam masyarakat perlu dikawal implementasinya agar <dak menjadi kepen<ngan suatu kelompok saja, baik dalam bentuk kebijakan, UU, peraturan, juga dalam pelaksanaan dan pengawasannya.