Kebijakan Anggaran Bidang Kesehatan

advertisement
KEBIJAKAN ANGGARAN
BIDANG KESEHATAN
MARDIASMO
WAKIL MENTERI KEUANGAN RI
RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2017
JAKARTA, 28 FEBRUARI 2017
Kesehatan & pendidikan pondasi hadapi era persaingan….
"Tahun 2025 hingga 2035 kita akan mendapatkan bonus demografi, tapi kalau kualitasnya
tidak kita perbaiki, skill-nya tidak kita upgrade, itu akan jadi beban negara,"
Presiden Jokowi pada penyerahan PKH, KIS, dan PMT di Ambon, Maluku, Rabu (8/2) siang.
(Foto: Humas/Agung/Setkab)
“Harus disiapkan betul anak-anak kita agar nanti pintar-pintar, pandai-pandai, sehatsehat, dan bisa memenangkan persaingan antara negara kita dengan negara (lain),”
http://setkab.go.id/serahkan-347-kis-di-ambon-presiden-laporkan-kalau-tidak-dilayani-semestinya/
http://www.antaranews.com/berita/611360/presiden-jokowi-kesehatan--pendidikan-pondasi-hadapi-era-persaingan
KEMENTERIAN KEUANGAN
2
Pondasi yang memberikan nilai tambah bagi Indonesia,
sebagai bangsa maju dan kompetitif,
disiapkan oleh Kementerian yang memiliki dan memegang
teguh nilai-nilai luhur birokrasi yang ekselen….
Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan
kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.
Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan
kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam
mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis.
Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan
bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
transparan, dan akuntabel.
KEMENTERIAN KEUANGAN
3
…masih dibutuhkan kerja keras,
mengoptimalkan sumber daya pembangunan
meskipun supply layanan kesehatan meningkat, namun berada di bawah negara tetangga
3.000
120.000
2.500
100.000
2.000
80.000
1.500
60.000
1.000
40.000
500
20.000
Singapura
Malaysia
RI
0
0
2012
2013
2014
Jumlah RS
2015
Sumber:
sirs.buk.depkes.go.id
Jumlah RS dan jumlah dokter terus
meningkat, khususnya pada 2013
mengalami peningkatan tinggi,
kemudian meningkat dengan
perlambatan.
Dibandingkan dengan negara tetangga
Malaysia dan Singapura serta negara
maju, penyediaan layanan kesehatan
masih sangat kurang, dinilai dari rasio
dokter/penduduk dan rasio jumlah
tempat tidur/penduduk
4
Pembangunan ekonomi Indonesia untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat, namun terdapat tantangan
yang harus diselesaikan
MASYARAKAT
YANG ADIL
DAN
MAKMUR
TANTANGAN
EKONOMI
DALAM
NEGERI
KEMENTERIAN KEUANGAN
Mengentaskan Meningkat
Mengura
kan
Kemiskinan
ngi
produktivit
Ketimpan
as dan
gan
Kapasitas
daya saing
Tingkat
Pasar
Infrastructure,
Inovasi
yang
rendah
Produktivitas
Rendah
produksi
yang
terbatas
Technology,
and Skill Gap
Daya Saing
Rendah
Keuangan
Dangkal
Kemiskinan &
Ketimpangan
5
Salah Satu Faktor Kunci Keberhasilan Menjaga Kinerja
Perekonomian Adalah Efektivitas APBN Sebagai Instrumen
Penting Dalam Pengelolaan Ekonomi
2.500
18,1
2.000
1.500
1.491,2
18,2
1.650,4
16,9
1.777,3
30
15,7
16,5
15,2
20
2.082,9
2.080,5
10
1.806,4
0
Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
Belanja Pem Pusat
-10
1.000
-20
500
-30
0
% thd PDB
-40
2012
Mendukung
Daya Beli
 Gaji/Pensiun
(Rp343,4 T)
Subsidi
Masyarakat
/transfer keluarga
miskin (Rp204,6 T)
2013
2014
2015
Investasi
membangun
produktivitas dan
daya saing
 belanja infrastruktur (Rp387,7
T)
 belanja pendidikan (20%
APBN)
 belanja kesehatan (5% APBN)
 belanja riset/litbang
(Rp15,3 T)
2016
2017
Membangun
institusi
 belanja legislatif (DPR,
DPD, MPR) (Rp6,1 T)
 Yudikatif (MA, MK,
Pengadilan seluruh
Indonesia) (Rp8,4 T)
 Eksekutif (Pusat, Pemda)
Menjaga
stabilitas dan
keamanan
 Belanja Kemhan/TNI
(Rp108 T)
 Belanja POLRI
(Rp84 T)
6
KEMENTERIAN KEUANGAN
Sejak tahun 2015 : perbaikan kualitas belanja,
Mengarah ke belanja yang lebih produktif
Awal
Reformasi
Komitmen
Reformasi
Alokasi Anggaran (trillion rupiah)
450,0
416,1Pendidikan
387,3
Infrastruktur
375,5
400,0
350,3
350,0
Δ 2017 : 2014
10,
8%
117,7
%
300,0
250,0
177,9
200,0
150,0
100,0
104,0 Kesehatan
77,3 Subsidi
Energi
67,5
50,0
54,1%
77,9
%
0,0
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: MoF
KEMENTERIAN KEUANGAN
7
Pelaksanaan APBNP 2016 aman dengan defisit 2,46% PDB,
sehingga kredibilitasnya terjaga di tengah tantangan
global
Memberikan keyakinan pada pasar dan pelaku ekonomi bahwa APBN dapat dikelola
dengan baik dan sustainable dalam jangka menengah
2016
DESKRIPSI
(trililun rupiah)
A. PENDAPATAN NEGARA
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
II. PENERIMAAN HIBAH
B. BELANJA NEGARA
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
1. Belanja K/L
2. Belanja non K/L
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B)
% Surplus/ (Defisit) Terhadap PDB
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
Outlook
(Penghematan)
APBNP
2017
Realisasi
Sementara
% thd Outlook
(Penghematan)
APBN
1.786,2
1.582,9
1.551,8
98,0
1.750,3
1.784,2
1.539,2
245,1
1.580,9
1.320,2
260,7
1.546,0
1.283,6
262,4
97,8
97,2
100,6
1.748,9
1.498,9
250,0
2,0
2,0
5,8
295,2
1,4
2.082,9
1.898,6
1.859,5
97,9
2.080,5
1.306,7
767,8
538,9
1.195,3
672,0
523,3
1.148,6
677,6
471,0
96,1
100,8
90,0
1.315,5
763,6
552,0
776,3
729,3
703,3
659,1
710,9
664,2
101,1
100,8
764,9
704,9
47,0
44,2
46,7
105,7
60,0
(105,5)
(296,7)
(2,35)
296,7
(126,4)
(315,7)
(2,50)
315,7
(124,9)
(307,7)
(2,46)
330,3
98,8
97,5
104,6
(109,0)
(330,2)
(2,41)
330,2
299,3
(2,5)
0,0
319,1
(3,4)
(0,0)
344,9
(14,6)
22,7
108,1
-
357,0
(26,9)
8
Indonesia bisa menjaga Keseimbangan Ekonomi & Pembangunan :
dengan Defisit Anggaran yang rendah, pertumbuhan ekonomi salah satu
yang tertinggi
6,7
5,3
2,1
0,6
1,0
2,7
2,1
-0,7
-3,3
-0,2
Thai
Indonesia
Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016 & CEIC, diolah
KEMENTERIAN KEUANGAN
-1,1
-3,0
Italy
Aus
Malaysia
S. Africa
Brazil
UK
-7,5
India
Japan
-7,7
-3,4
2,9
2.
Average deficit in the last 5 years (%) 0
-5,9
US
-6,2
-4,9
-3,9
4,4
Turkey
2,0
5.
5
9
20
KEMENTERIAN KEUANGAN
39 44
27 31 36
49 51 52 56
76
66 68
133
107
89
1.338,98
997,03
2016
32.224,33
62.019,94
85.635,43
249
4.945,33
4.265,75
933,74
1.665,06
2.917,28
2.467,74
2.500,53
2006
6.017,02
7.200,12
1.157,41
Rasio utang thd PDB(%)
Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016, diolah
Argentina
Brazil
India
Japan
Malaysia
Mexico
Philippines
Russia
South Africa
Thailand
Turkey
United Kingdom
United States
Vietnam
Indonesia
Chile
Indonesia
Turkey
Philippines
Australia
Thailand
Colombia
South Africa
Poland
Malaysia
India
Germany
Brazil
United Kingdom
United States
Italy
Japan
Pengelolaan Utang yang terjaga untuk mendukung Pembangunan :
Tingkat utang publik Indonesia salah satu yang relatif rendah
Utang per kapita (US$)
10
Tantangan Pengelolaan APBN adalah menyusun perkiraan pendapatan
yang akurat, dan kredibel, serta belanja yng efektif dan efisien
Penerimaan
Proyeksi &
Estimasi
Komitmen
Membuat estimasi
penerimaan yang akurat
dan kredibel
Peningkatan kapasitas
mengumpulkan
penerimaan negara
Rasio
penerimaan
perpajakan
masih rendah
Reformasi perpajakan
Sangat dibutuhkan
KEMENTERIAN KEUANGAN
Belanja
Membuat keputusan belanja
yang strategis
Efektif dan memperbaiki
fondasi Indonesia
Mengurangi kemiskinan,
kesenjangan, dan menciptakan
kesejahteraan yang merata
Memerangi inefisensi
dan korupsi
Reformasi belanja
menuju efisiensi dan
efektifitas
11
Tantangan belanja negara
Meningkatkan kualitas, efektivitas dan efisiensi
EFISIENSI
DAYA SERAP
KORUPSI
Mandatory
Spending dan
belanja wajib
relatif besar. Serta
belanja bersifat
operasional masih
tinggi
Belanja K/L masih
berkisar 90%-95%
dan masih
menumpuk pada
triwulan III dan IV
Masih terjadi
korupsi dan
tindakan yang
merugikan
keuangan negara
PERENCANAAN
Harus dilakukan
sejak awal (Januari
tahun sebelumnya)
dan dalam dimensi
medium term
expenditure
framework (MTEF)
Tingkat Penyerapan Belanja K/L
597,3
572,8
2014
795,5
732,1
Belanja Operasional
767,8
677,6
272,3 261,4
319,2
175,9 194,6
2015
2016
2013
2014
2015
2016
2017
APBNP
KEMENTERIAN KEUANGAN
12
Kebijakan Penganggaran Bidang
Kesehatan
1
3
KEMENTERIAN KEUANGAN
Anggaran untuk kesehatan dalam APBN tidak hanya
dari belanja K/L (Kementerian Kesehatan)
Anggaran Kesehatan dalam APBN dialokasikan melalui:
1. Belanja K/L
a. Yang memiliki tusi terkait kesehatan  Kemenkes, BKKBN, Badan POM
b. Yang memiliki kegiatan pengelolaan rumah sakit  Polri dan Kemenhan
2. Belanja non K/L
a. Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah (Iuran BPJS untuk PNS)
b. Cadangan anggaran kesehatan
3. Transfer ke daerah
a. DAK Fisik (Kesehatan dan Keluarga Berencana)
b. DAK Non Fisik (Bantuan Operasional Kesehatan/BOK dan Bantuan Operasional KB)
c. Dana Otsus yang diperkirakan untuk anggaran kesehatan
4. Pembiayaan anggaran
a. Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
14
Anggaran Kesehatan terus meningkat, seiring dengan peningkatan volume
belanja negara (naik rata-rata 18,7% per tahun)
Anggaran Kesehatan, 2009-2017
Rp Triliun
%
6,0
160,0
5,0
140,0
3,8
100,0
80,0
5,0
5,0
120,0
2,7
2,8
3,0
4,0
3,3
2,7
2,8
3,0
60,0
2,0
40,0
1,0
20,0
-
2009
2010
2011 2012
APBNP
2013 2014
Real
2015 2016
% thd BN
2017
1. Anggaran kesehatan dialokasikan melalui :
belanja KL, transfer ke daerah, dan
pembiayaan;
2. Sejak tahun 2016, anggaran kesehatan
dialokasikan 5% dari APBN;
3. Peningkatan anggaran kesehatan sejak tahun
2016 utamanya dialokasikan untuk
peningkatan dan perluasan layanan kesehatan,
baik dari sisi demand (BPJS Kesehatan) dan
supply.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Komponen Anggaran Kesehatan
1. Melalui Belanja Pemerintah Pusat
2015
2016
2017
Real
APBNP
APBN
54,6
76,1
75,2
50,2
70,1
65,4
45,9
62,7
58,3
ii. Badan POM
1,0
1,5
1,8
iii. BKKBN
2,2
3,6
3,4
4,4
6,0
9,8
4,4
5,5
5,7
2. Melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa
7,4
21,2
25,2
A. DAK Kesehatan dan KB
B. Perkiraan Otsus Papua untuk Kesehatan
6,3
1,1
16,5
1,2
24,0
1,2
5,0
6,8
3,6
67,0
104,1
104,0
1.796,6
2.082,9
2.080,5
3,7
5,0
5,0
A. Melalui K/L
a.l. i. Kementerian Kesehatan
B. Melalui BA BUN
a.l. - Jaminan Pelayanan Kesehatan
oleh Pemerintah
3. Melalui Pembiayaan
4. Anggaran Kesehatan (1 + 2 + 3)
5. Total Belanja Negara
RASIO ANGGARAN KESEHATAN (%)
15
Kemenkes Mendapatkan Pagu Alokasi TERBESAR KE-5 dalam 2
tahun terakhir (2016 – 2017)
Rp T
108,0
108,7
KEMENHAN
70,0
101,5
97,1
KEMEN PUPR
KEMENAG
60,2
56,2
KEMENKES
58,3
62,7
KEMENKEU
40,8
38,1
KEMENDIKBUD
39,8
43,6
30,0
20,0
-
163,2
171,0
K/L Lainnya
0
40
80
18,9
10,0
22,1
27,6
KEMENTAN
58,3
40,0
39,7
40,6
KEMENRISTEKDIKTI
APBNP
Real
50,0
APBN 2017 :
Rp763,6 T
46,0
42,9
KEMENHUB
62,7
60,0
84,0
79,3
POLRI
Perkembangan Anggaran Kemenkes
2009-2017
120
160
200
 Pagu Kemenkes mengalami kenaikkan 3 kali
lipat dalam periode 2009-2017
 Penyerapan Belanja rata-rata sekitar 94%
16
Capaian 2016, Target 2017, serta Evaluasi
Pembangunan Bidang Kesehatan
1
7
KEMENTERIAN KEUANGAN
Realisasi Anggaran Kesehatan Pada Tahun 2016 Berada Pada Kisaran
88% Dari Pagu, Utamanya Disebabkan Kebijakan Penghematan Tahap
II Pelaksanaan APBNP 2016
(Triliun Rupiah)
Anggaran Kesehatan
120
Realisasi:
2015 89,6%
2016 88,6%
104,1
2016
Uraian
Target
Real
92,4
91,1
4.001.210
4.006.979
n.a
80,7
30,5
26,1
n.a
201
1
KIS/PBI ( juta jiwa)
2
Imunisasi Dasar Lengkap Anak
Usia 0-11 bulan (bayi)
3
Persentase Kab./Kota (%)
Imunisasi Lengkap
4
Prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) pada anak
baduta (bawah dua tahun)
20
5
RS terakreditasi (RSUD)
0
6
Persentase ketersediaan obat
dan vaksin di Puskesmas
92,5
81,5
7
Jumlah Kab. Eliminasi Malaria
245
247
92,3
100
80
74,8
67,0
60
40
APBNPRealisasi
2015
belanja K/L
APBNPRealisasi
2016
non K/L
18
KEMENTERIAN KEUANGAN
Dalam Tahun 2017, Anggaran Kesehatan Tetap Dijaga 5% Dengan Fokus
Memperkuat Upaya Promotif Dan Preventif, Serta Meningkatkan Akses Dan
Mutu Pelayanan Kesehatan
KEMENTERIAN KEUANGAN
19
Evaluasi PBI JKN: Coverage PBI Telah Menunjukkan Peningkatan Penduduk Miskin
Yan Terlindungi, Tapi Masih Lebih Rendah Dibanding Negara Lain
Thailand
Philippines
China
Vietnam
Mexico
Indonesia
2001
2005
2002
2003
2003
2014
65.4 juta
(98%)
73.7juta
(78%)*
1.304juta
(95%)
65.3juta
(72%)*
111.7juta
(92%)
156.79juta
(61%)
Pembiayaan
program
• Pemerintah
pusat
• Sin taxes
(informal)
• Pemerintah
pusat
• Pemerintah
daerah
• Iuran
peserta
(formal)
• Sin taxes (th
2013)
• Pemerintah
pusat
• Pemerintah
daerah
• Iuran peserta
• Pemerintah
pusat
• Pemerintah
daerah
• Iuran peserta
• Pemerintah
pusat
• Pemerintah
daerah
• Iuran
peserta
• Pemerintah
pusat
• Pemerintah
daerah
• Iuran peserta
Badan
Penyelenggara
Beberapa
penyelengg
ara di
tingkat
nasional
Satu
penyelenggara tingkat
nasional
Satu
penyelenggara di
masingmasing
daerah
Satu
penyelenggara di
tingkat
nasional
Satu
penyelenggara di
masingmasing
daerah
Satu
penyelenggara
tingkat nasional
Tahun dimulai
Cakupan
(thn 2015)
* tahun
2014
Sumber: World Bank, WHO, jointlearningnetwork
KEMENTERIAN KEUANGAN
20
Evaluasi PBI JKN: Sebagai Salah Satu Program Bantuan Sosial Terbesar,
Ketepatan Sasaran Penerima PBI-JKN Sudah Membaik Namun Masih Perlu
Dilakukan Perbaikan
Tahun 2015 masih terdapat 53% dari 20% masyarakat termiskin yang belum terjangkau
PBI, sehingga perlu penyempurnaan basis data
Jumlah Penerima JKN-PBI tahun 2015 –
Manfaat yang diterima berdasarkan desil
Kesalahan Penentuan Sasaran Berkurang
20%
0
18%
14,0%
13,3%
12,3%
11,0%
10,1%
8,6%
14%
Incidence
12%
10%
8%
Poin Persen
16%
15,7%
6,9%
5,4%
6%
4%
-5
-10
2,8%
2%
0%
1
2
3
4
5 6 7 8 9 10
Expenditure decile
(Target 40% termiskin)
-15
Exclusion
Error
Inclusion
Error
Sumber: Susenas 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN
21
KesiapanLayananPuskesmas, Serta Gap Antara Daerah Perkotaan Dan Perdesaan
PerluMendapatkan Perhatian
2007
Training
Adult Scale
Adult Scale
BP apparatus
BP apparatus
Measurement tape
Measurement tape
Stethoscope
Stethoscope
Blood glucose test
Blood glucose test
Urine test
Urine test
Medicine (eg. metformin)
Medicine (eg. metformin)
0
20
40
Rural
Training
2014
60
80
100
Urban
0
20
Percentage (%)
Source: IFLS 2007 & 2014
40% Puskesmas tidak bisa mendeteksi kencing
manis  potensi biaya tinggi apabila tidak
terdeteksi dini
40
60
80
100
Percentage (%)
Source: IFLS 2014
Masih terdapat kesenjangan layanan puskesmas di
daerah perkotaan dan terpencil
Kajian Worldbank, 2016
22
Kebijakan Promotif dan Preventif
KEMENTERIAN KEUANGAN
23
Anggaran Kesehatan Pemerintah, Didominasi Oleh Intervensi Yang
Bersifat Kuratif  Mengurangi Resource Untuk Upaya Preventif
Komposisi anggaran fungsi kesehatan 2013
dan 2015
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
35
49,8
9
8
36
Other
(administrationrelated)
Komposisi funsi kesehatan menurut jenis
belanja
100%
57
Social
Assistance
Capital
40%
8
Goods and
services
20%
23
80%
60%
Other health
6
5
32
10
6
2013
2015
Research and
Development
0%
12
2014
Source: World Bank COFIS database using MoF data
Dari komposisi anggaran kesehatan berdasarkan sub fungsi dan jenis belanja menunjukkan intervensi kuratif masih
dominan, yang mencakup : bantuan sosial (PBI, mendanai tindakan kesehatan di RS/Puskesmas); obat-obatan dan
peralatan medis. Intervensi yang bersifat preventif seperti kesehatan ibu hamil, nutrisi, dan distribusi vaksin masih
relatif kecil (tahun 2015)  perlu dianalisis untuk tahun yang lebih update
Kajian Worldbank, PER 2016
24
KEMENTERIAN KEUANGAN
Alokasi Anggaran dan Realisasi Promotif, Preventif dan Kuratif
Kementerian Kesehatan 2014-2017
Alokasi Anggaran
(Triliun Rupiah)
30,000
23,401
25,613
20,445
25,558
20,000
10,000
2,048 2,446
2,717 2,697
3,018 4,581
2,331 3,140
2014
2015
2016
2017
-
promotif
Upaya
Kesehatan
2014
Alokasi
preventif
kuratif
2015
Realisasi
Alokasi
2016
Realisasi
Alokasi
2017
Realisasi
Alokasi
Promotif
2,048
1,721
2,717
2,334
3,018
2,639
2,331
Preventif
2,446
2,455
2,697
2,246
4,581
3,477
3,140
23,401
23,369
20,445
19,951
25,613
24,893
25,558
Kuratif
KEMENTERIAN KEUANGAN
25
Pendekatan Upaya Kesehatan
REHABILIT
ATIF
KURATIF
4
3
PREVENTI
F
2
PROMOTI
F
1
Dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan
Promotif
KEMENTERIAN KEUANGAN
Preventif
26
Penganggaran Bidang Kesehatan
pada Transfer ke Daerah
2
7
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAK Fisik: Konsep, Tujuan, dan Distribusi
• Pengertian:
1. dialokasikan untuk daerah tertentu
2. mendanai kegiatan khusus urusan daerah
3. sesuai dengan prioritas nasional.
• Tujuan:
1. membantu penyediaan infrastruktur
2. mendorong pencapaian prioritas nasional
3. mengatasi ketimpangan layanan publik antar
daerah
PERMASALAHAN
1. Pengalokasian, bersifat topdown, berakibat:
 mismatch alokasi dengan kebutuhan daerah
 Ketidaksinkronan perencanaan pusat-daerah
 komitmen daerah kurang.
2. Penyaluran :
 Berdasarkan pagu alokasi per daerah
 Belum berdasarkan kinerja penyerapan
3.Pelaporan, hanya laporan realisasi dana
4. Pelaksanaan:
 Wajib dana pendamping 10%
 Juknis terlambat
KEMENTERIAN KEUANGAN
Formulasi DAK 2015 & sebelumnya
28
Perbandingan DAK 2016 vs DAK 2017
DAK 2016
 Belum mendorong penerapan MTEF
 Menu kegiatan yang merupakan satuan terkecil
Usulan Daerah tidak dapat dihitung biaya
satuannya
 Tidak terlihat skala prioritas bagi daerah dalam
pengusulannya
 Penilaian Usulan Daerah dilakukan oleh 2 instansi
pusat
 K/L menilai kelayakan kegiatan dan target
output
 Kemenkeu menilai kinerja penyerapan DAK
tahun-tahun sebelumnya
 Belum adanya proses sinkronisasi dan
harmonisasi pada level provinsi terhadap usulan
kegiatan yang akan didanai DAK
 Penyaluran dan pelaporan realisasi penggunaan
DAK dilakukan per bidang
 Daerah tidak diwajibkan menyampaikan soft copy
usulan DAK
 Daerah tidak diwajibkan menyediakan Dana
Pendamping
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAK 2017
 Mendorong penerapan MTEF
 Menu kegiatan yang merupakan satuan terkecil Usulan
Daerah dirancang agar dapat dihitung biaya satuannya
 Urutan kegiatan yang diusulkan oleh daerah
menunjukkan skala prioritas kegiatan bagi daerah
 Penilaian Usulan Daerah dilakukan oleh 3 instansi
pusat
 K/L menilai kelayakan usulan kegiatan, target
output kegiatan, dan kewajaran biaya satuan
 Bappenas menilai skala prioritas usulan kegiatan
 Kemenkeu menilai kinerja penyerapan DAK tahuntahun sebelumnya dan kewajaran biaya satuan
 Adanya proses sinkronisasi dan harmonisasi pada level
provinsi terhadap usulan kegiatan, lokasi pelaksanaan
kegiatan, dan link antar kegiatan
 Penyaluran dan Pelaporan Realisasi Penggunaan DAK
dilakukan per Bidang
 Daerah wajib mengirimkan usulan dalam bentuk hard
copy dan soft copy (ms. Excel) sehingga memudahkan
pengolahan data
 Daerah tidak diwajibkan menyediakan Dana
Pendamping
29
DAK Fisik: Mekanisme Pengalokasian Proposal Based
Maret
April-Mei
•Penetapan
Bidang/Subbidang
Oktober
•Penetapan
Alokasi DAK per
Daerah
Sept-Okt
•Pembahasan
RUU APBN
bersama DPR
Juli-Agustus
Sinkronisasi dan
Harmonisasi
rencana
kegiatan DAK di
Provinsi
Juni
•Penyusunan dan
Penyampaian
Usulan DAK
•Penilaian dan Pembahasan
hasil penilaian oleh K/L,
Bappenas, dan Kemenkeu
Agustus
Agustus
•Pertimbangan
DPD atas arah
kebijakan DAK
Juli-Agustus
•Penghitungan
alokasi
sementara DAK
•Penentuan pagu
per jenis/Bidang/
subbidang
PENILAIAN DAN HASIL PENILAIAN USULAN DAK DI PUSAT
K/L Teknis
Penilaian mengacu pada:
a. data teknis Usulan DAK;
b. perbandingan data teknis usulan
daerah dengan data teknis K/L;
c. tingkat pencapaian SPM;
d. target output dan outcome:
• jangka menengah;
• per tahun secara nasional.
KEMENTERIAN KEUANGAN
Bappenas
Menilai usulan skala prioritas per
bidang/subbidang mengacu pada:
a. Data teknis Usulan DAK;
b. lokasi prioritas;
c. Sinkronisasi kegiatan sesuai RKPD
dan RPJMD dengan prioritas
nasional dalam RKP dan RPJMN.
Kemenkeu
Menilai satuan biaya:
a.Standar Biaya Masukan;
b.Standar Biaya Keluaran usulan
K/L;
c.Indeks kemahalan konstruksi.
d.kinerja penyerapan DAK dan
tingkat capaian output fisik
tahun sebelumnya.
30
Jenis Dan Kebijakan DAK Fisik Tahun 2017
1. DAK REGULER
Untuk membantu pemenuhan
SPM dalam pelayanan publik
dan mendukung kegiatan
perekonomian daerah
1) Pendidikan;
2) Kesehatan;
3) Perumahan dan Permukiman;
4) Pertanian;
5) Kelautan dan Perikanan;
6) Sentra Industri Kecil; dan
7) Pariwisata
2. DAK PENUGASAN
• Untuk pencapaian sasaran
prioritas nasional dalam RKP
• Menu dan lokus terbatas
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Pendidikan SMK;
Kesehatan (Rumah Sakit dan Rujukan);
Air Minum;
Sanitasi;
Jalan;
Pasar;
Irigasi; dan
Energi Skala Kecil
3. DAK AFFIRMASI
Untuk mempercepat
penyediaan infrastruktur dan
sarana/prasarana di daerah
tertinggal, perbatasan,
kepulauan, dan transmigrasi
1) Perumahan dan
Permukiman;
2) Transportasi (Transportasi
Desa, Dermaga Kecil, dan
Tambatan Perahu)
3) Kesehatan (Puskesmas)
KEBIJAKAN DAK FISIK:
1. Mempertajam fokus bidang/sub bidang dan kegiatan DAK Fisik.
2. Mengalokasikan DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional dengan
memperhatikan perubahan kewenangan dari kabupaten/kota ke provinsi.
3. Memberikan afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi.
4. Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antar bidang/subbidang DAK, antar daerah, antara DAK
dengan nonDAK.
5. Mempercepat penetapan Juknis/Juklak DAK dengan Perpres dan berlaku 3 tahun.
6. Melakukan penyaluran DAK Fisik berbasis kinerja pelaksanaan.
KEMENTERIAN KEUANGAN
31
Perbaikan Pelaksanaan DAK Fisik
 Percepatan penyampaian informasi alokasi DAK kepada
daerah untuk digunakan sebagai dasar penyusunan APBD;
 Percepatan penetapan Juknis DAK;
 Penetapan target output kegiatan per bidang oleh
Kementerian/Lembaga teknis sebagai dasar pembahasan
rincian kegiatan dengan masing-masing daerah.
 Penyaluran
DAK
dilaksanakan
berdasarkan
penyerapan dana dan capaian hasil kegiatan (output).
kinerja
 Perbaikan sistem pelaporan realisasi penyerapan dan dan
capaian hasil kegiatan (output) :
 berbasis aplikasi web,
 Terintegrasi (1 laporan, namun dapat digunakan untuk
semua K/L),
 sederhana, dan
 dapat
digunakan
utk
dasar
penyaluran,
monev,
pengendalian, dan pengalokasian DAK TA berikutnya.
 Penguatan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan DAK
fisik.
32
KEMENTERIAN KEUANGAN
Perbaikan Petunjuk Teknis DAK Fisik
Melalui Perpres Juknis DAK Fisik
TUJUAN:
 Memberikan informasi yang cepat
kepada pemerintah daerah mengenai
ruang lingkup menu kegiatan dan
sasaran/target DAK Fisik per bidang
untuk dasar menyusun penyusunan
APBD;
 Mempercepat penetapan Juknis tepat
waktu sebelum TA dimulai;
 Memberikan panduan bagi pemerintah
dalam melaksanakan/mengelola
kegiatan DAK Fisik.
MANFAAT:
 Memberikan kepastian bagi Pemda
dalam melaksanakan DAK Fisik;
 Mempercepat pelaksanaan DAK Fisik di
daerah dengan penetapan juknis yang
tepat waktu;
 Memperkuat landasan hukum
pelaksanaan DAK Fisik.
KEMENTERIAN KEUANGAN
PENETAPAN DAN MASA BERLAKU:
 Perpres ditetapkan paling lambat
1 bulan sejak Perpres Rincian
APBN 2017 ditetapkan;
 Perpres berlaku 3 tahun untuk
memberikan panduan yang
bersifat jangka menengah bagi
Pemda;
 Perubahan atas ketentuan
Perpres dengan Peraturan
Menteri.
MATERI JUKNIS, antara lain:
 Ketentuan umum pelaksanaan DAK;
 Tatacara pelaksanaan DAK masingmasing bidang;
 Tatacara pelaksanaan sisa DAK;
 Penetapan target/sasaran output
kegiatan perbidang/subbidang;
 Tatacara pelaporan teknis/capaian
output kegiatan.
33
Sebaran Alokasi dan Target Output DAK Fisik 2017
Kalimantan
Rp6,83T
Sulawesi
Rp9,99T
Sanitasi
Maluku &
Papua
Rp8,21T
Maluku
Sumatera
Rp15,99T
Bali
Nusa Tenggara
Jawa
Rp11,86T
• Baru : 5.000
Ha
• Rehab
:755.200 Ha
• 10.000 unit
embung
KEMENTERIAN KEUANGAN
Air Minum
Bali & Nusa Tenggara
Rp5,45T
Irigasi dan
Pertanian
Jala
n
Pendidikan
• Rehab Ruang
Belajar: 27.140
unit
• Ruang Kelas
Baru: 3.590
unit
 169.500 SR
 1.026 unit IPAL
USK
 348.000 unit
tangki septik
individu
 TPS 3R
sebanyak 700
unit.
Kondisi
Mantap:
Provinsi:
71,75%
Kab/Kota:
60,76%
Kesehata
n
• Rumah Sakit
: 453 unit
• Puskesmas :
5.059 unit
• 448 SPAM bagi 716.352
rumah tangga.
• Akses air minum layak
bagi 688.436 rumah
tangga
Perumaha
n
49.000 rumah
untuk
Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah (MBR)
34
DAK Fisik: Postur DAK Fisik dalam APBN 2017
(dalam trilliun Rupiah)
JENIS & BIDANG DAK
Dana Alokasi Khusus Fisik
A. DAK Reguler
1. Pendidikan
2. Kesehatan dan KB
3. Perumahan, Air Minum dan Sanitasi
0,7
6. Kelautan dan Perikanan
1,1
7. Prasarana Pemda
0,3
8. Lingkungan Hidup & Kehutanan
1,4
1,3
11. Penyelesaian Kurang Salur
0,6
DAK AFIRMASI (Air Minum, Sanitasi, Irigasi dan
Kesehatan)
B.
DAK Reguler
APBN
2017
58,3
20,4
1.
Pendidikan
2.
Kesehatan dan KB
3.
Perumahan dan Permukiman
0,6
4.
Pertanian
1,6
5.
Kelautan dan Perikanan
0,9
6.
Sentra IKM
0,5
7.
Pariwisata
DAK Penugasan
6,1
10,0
0,5
34,5
1.
Pendidikan SMK
1,9
2.
Kesehatan (RS Rujukan dan Pratama)
4,8
3.
Air Minum
1,2
4.
Sanitasi
5.
Jalan
19,7
6.
Pasar
1,0
7.
Irigasi
4,0
8.
Energi Skala Kecil (Listrik)
0,5
0,8
Sarana Prasarana Perdagangan (Sarana
10.
Perdagangan, IKM dan Pariwisata)
Sarpras Penunjang (Jalan, Irigasi, Air Minum,
Kesehatan dan Pasar)
A.
15,4
0,5
Transportasi (Infrastruktur Jalan,
Perhubungan, dan Transportasi Desa)
Dana Alokasi Khusus Fisik
2,7
5. Energi Skala Kecil
13. Tambahan DAK
B. DAK IPD
KEMENTERIAN KEUANGAN
62,3
4,1
12.
C.
89,8
4. Kedaulatan Pangan
9.
JENIS & BIDANG DAK
APBN P 2016
45,1
10.3
24,8
2,6
C.
DAK AFIRMASI
1,2
3,5
1.
Perumahan dan Permukiman
0,4
2.
Transportasi (Jalan dan TransDes)
0,8
3.
Kesehatan (Puskesmas)
2,2
35
Rancangan DAK Fisik 2018
Jenis DAK
APBN 2017
RAPBN
2018
Pengertian
Selisih
DAK Reguler
20.396,3
30.858,1
10.461,8
DAK
Penugasan
34.466,8
36.541,4
2.074,6
3.479,2
7.996,2
4.517,0
58.342,3
75.395,7
17.053,4
DAK Afirmasi
Total DAK Fisik
DAK bertujuan
untuk membantu
mendanai kegiatan
khusus yang
merupakan urusan
daerah dan sesuai
dengan prioritas
nasional.
Kebijakan Umum
• Penyempurnaan Jenis & Bidang DAK Fisik sesuai prinsip money follow
program, berbasis proposal, serta sinkronisasi DAK dg belanja K/L
• Penguatan peran Propinsi dalam sinkronisasi usulan DAK Fisik daerah
• Pelaksanaan penyaluran DAK Fisik melalui KPPN, dengan meningkatkan
kualitas pelaporan output DAK Fisik (berbasis spatial)  digunakan sebagai
bahan informasi dalam pengambilan kebijakan
• peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan
pemantauan penggunaan
KEMENTERIAN KEUANGAN
36
Kebijakan DAK Fisik TA 2018
DAK
REGULER
DAK
FISIK
DAK
AFIRMASI
DAK
PENUGASAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
 Untuk mendukung kebutuhan daerah dalam
jangka menengah dalam rangka pemenuhan
SPM;
 Berbasis kebutuhan per Bidang (Sector
Based) untuk DAK Reguler;
 Berbasis kebutuhan Kewilayahan (Area
Based) untuk DAK Afirmasi (daerah
perbatasan, kepulauan, dan tertinggal);
 Usulan Daerah sesuai dengan kebutuhan
daerah, dan disampaikan secara terpadu
melalui aplikasi e-proposal.
 Untuk mendukung pencapaian prioritas
Nasional di daerah;
 Berbasis program pembangunan tertentu
(Program based);
 Usulan Daerah sesuai dengan Prioritas
Nasional, dan disampaikan secara terpadu
melalui e-Proposal.
37
Rancangan Jenis Dan Bidang
DAK Fisik TA 2018
DAK REGULER
 Sector Based:
Bidang-bidang yang
diusulkan Daerah
adalah bidang-bidang
pelayanan dasar
sesuai kebutuhan
daerah yang bersifat
wajib dan
kebutuhannya perlu
ditangani dalam jangka
menengah/panjang,
antara lain:
1. Pendidikan;
2. Kesehatan dan KB;
3. Perumahan dan
Permukiman;
4. Jalan;
5. Sanitasi
6. Air Minum
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAK AFIRMASI
 Area /Spatial based:
Target penerima DAK Afirmasi
adalah Lokasi Prioritas (Lokpri),
yaitu kecamatan tertentu pada
Kab/Kota yang termasuk kategori
daerah perbatasan, kepulauan,
tertinggal
 Usulan Lokpri dan Bidang:
1. Lokpri Perbatasan:
Bidang-bidang Pelayanan
dasar, Pasar, Perhubungan
(Transportasi Darat), IKM;
2. Lokpri Kepulauan:
Bidang-bidang Pelayanan
dasar, Perhubungan
(Dermaga Rakyat), Kelautan
dan Perikanan;
3. Lokpri Tertinggal:
Bidang-bidang Pelayanan
dasar, IKM, ESDM.
DAK PENUGASAN
 Program-based:
Usulan Daerah adalah
dalam rangka
mendukung
Pelaksanaan Program
Prioritas Nasional yang
menjadi kewenangan
Daerah, antara lain:
1. Program
Kedaulatan
Pangan: Bidang
Irigasi, Pertanian;
2. Program
Penanggulangan
Kemiskinan:
Bidang Pendidikan,
Kesehatan, IKM.
38
Bidang/Subbidang DAK Fisik
Bidang Kesehatan TA 2018
DAK REGULER
•
•
•
•
DAK PENUGASAN
•
•
•
•
•
•
DAK AFIRMASI
KEMENTERIAN KEUANGAN
Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar
Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan
Subbidang Pelayanan Kefarmasian
Perbekalan Kesehatan
Peningkatan Kelas RS Rujukan Nasional
Peningkatan Kelas Rujukan Provinsi
Peningkatan Kelas Rujukan Regional Kelas C
Peningkatan Kelas Rujukan Regional Kelas D
Peningkatan Fasyankes Rujukan Pariwisata
Rehabilitasi Bapelkes (24 Bapelkes)
• Puskesmas Tertinggal
• Peningkatan Fasyankes Dasar Pariwisata
• RS Pratama
39
Pokok-Pokok Kebijakan DAK Nonfisik
Bidang Kesehatan
Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK)
•
•
•
Meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan untuk upaya
kesehatan promotif dan preventif di
wilayah kerja puskesmas
Peningkatan standar manajemen
dan pengelolaan puskesmas dan
rumah sakit
Meningkatkan akses pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, bersalin
dan nifas serta bayi baru lahir.
Sasaran
KEMENTERIAN KEUANGAN
Bantuan Operasional Keluarga Berencana
(BOKB)
Mendukung
tercapainya
sasaran
prioritas
pembangunan Kependudukan dan Keluarga
Berencana:
 menurunkan
(LPP)
laju
pertumbuhan
penduduk
 angka kelahiran total (TFR)
 meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR)
 menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak
terpenuhi (unmet need)
 menurunnya Angka kelahiran pada remaja
usia 15-19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun)
 menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan
dari WUS (15-49 tahun).
9.740 Puskesmas
5,3 juta ibu hamil
4.856 balai penyuluhan
KB
104 Rumah Sakit
20.740 Faskes KB
508 kampung KB
40
Bantuan Operasional Kesehatan: 2016 - 2017
Evaluasi BOK TA 2016
BOK TA 2017
•
Alokasi BOK TA 2017
sebesar Rp6,6 T, atau naik
170,7% dari realisasi TA
2016.
•
Cakupan:
6.617,2
3.344,2
2.444,4
APBNP
•
•
Realisasi
APBN
2016
2017
Realisasi BOK TA 2016 sebesar Rp2,4 T
atau 73,1% dari pagu APBNP 2016.
Hal ini terutama disebabkan oleh
keterlambatan daerah penyampaian
laporan realisasi yang merupakan syarat
penyaluran triwulan berikutnya.
• Biaya operasional
Puskesmas dan kegiatan
Promotif dan Preventif 
Rp4,8 T
• Akreditasi Rumah Sakit 
Rp48,5 M
• Akreditasi Puskesmas 
Rp0,5 T
• Jampersal  1,3T
Pengembangan sistem
aplikasi pelaporan secara
online (on-progress)
KEMENTERIAN KEUANGAN
41
Bantuan Operasional Keluarga Berencana
Tahun 2016-2017
Evaluasi BOKB TA 2016
292,8
215,7
186,2
APBNP
•
•
KEMENTERIAN KEUANGAN
Realisasi
APBN
2016
2017
Realisasi BOKB TA 2016
sebesarRp186,2 miliar atau 86,3% dari
pagu APBNP 2016.
Hal ini terutama disebabkan oleh
keterlambatan daerah dalam
menyampaikan laporan realisasi yang
merupakan syarat penyaluran
semester berikutnya.
BOKB TA 2017
•
Alokasi BOKB TA 2017 sebesar
Rp`. 292,8 miliar, atau naik
57,3% dari realisasi TA 2016.
•
Cakupan:
• Biaya operasional penyuluhan
 Rp218,5 miliar
• Distribusi alat dan obat
kontrasepsi
 Rp22,5 miliar
• Penggerakan program
kampung KB
 Rp51,8 miliar
Pengembangan sistem aplikasi
pelaporan secara online (onprogress)
42
Arah Kebijakan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
Pemutakhiran data sasaran penerima dan
unit cost
Peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui
penerapan
performance
based
dan
pemantauan penggunaan
Peningkatan kebijakan afirmasi terhadap
daerah tertinggal, terdepan, dan terluar
(perbatasan)
KEMENTERIAN KEUANGAN
43
Alokasi DBH Cukai Hasil Tembakau TA 2016-2017
Menurut Provinsi
(dalam ribuan rupiah)
No.
Nama Provinsi
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
Provinsi Aceh
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Jambi
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Lampung
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi DI Yogyakarta
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Bali
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Kepulauan Riau
Provinsi Kalimantan Tengah
JUMLAH
KEMENTERIAN KEUANGAN
2016
APBNP 2016
17,395,331
17,629,509
22,941,233
23,250,070
13,360,571
13,540,432
10,169,454
10,306,356
8,808,602
8,927,185
12,906,963
13,080,718
318,596,988
322,885,977
633,688,108
642,218,890
19,977,448
20,246,387
1,439,397,008 1,458,774,334
7,485,170
7,585,937
16,552,621
16,775,334
12,439,751
12,607,216
241,405,196
244,655,020
15,249,112
15,454,397
5,981,594
6,062,118
0
0
2,796,355,150 2,834,000,000
APBN 2017
19,924,882
17,138,184
14,516,938
8,605,331
8,789,354
12,295,208
346,068,576
690,580,727
20,120,379
1,554,921,740
6,129,306
18,243,760
12,207,084
235,797,702
17,175,097
7,817,062
7,228,669
2,997,560,000
44
Latar Belakang Perubahan Kebijakan
Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (1)
Kendala penyerapan dana DBH CHT di daerah,
antara lain:
1. Penggunaannya di-earmarked kepada 5
kegiatan peningkatan kualitas bahan baku,
pembinaan industri, pembinaan lingkungan
sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai,
dan/atau pemberantasan barang kena cukai
ilegal sesuai UU ttg Cukai;
2. Terdapat kekhawatiran daerah (berdasarkan
kasus yang terjadi), ketidaksesuaian dengan 5
kegiatan/sub kegiatan yang telah ditetapkan
dalam UU dan PMK menjadi objek
pemeriksaan aparat hukum;
3. Proses lelang yang diulang/gagal
•
Penggunaan DBH CHT perlu dioptimalkan lebih baik lagi sehingga bisa menekan SiLPA DBH CHT yang
terjadi yakni rata-rata 20% dari penyaluran setiap tahunnya semenjak tahun 2008.
•
Penggunaan DBH CHT dalam UU No. 18 Tahun 2016 tentang APBN TA 2017:
Penerimaan DBH CHT, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan dengan ketentuan:
a) Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan
industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan
barang kena cukai ilegal; dan
b) Paling banyak 50% (lima puluh persen) untuk mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
daerah.
KEMENTERIAN KEUANGAN
45
Latar Belakang Perubahan Kebijakan
Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (2)
•
Konsumsi Rokok Tahun 1970 sebanyak 30 milyar batang/th dan tahun 2013 diperkirakan
meningkat menjadi 302 milyar batang/th. Dengan penduduk sebanyak 240 juta jiwa, kalau dibagi
maka setiap mulut penduduk Indonesia per tahun (termasuk bayi) di “penuhi” dengan 1.250 batang
atau 3,4 batang per hari.
•
Indonesia menempati peringkat ke tiga dunia utk jumlah perokok (60 juta penduduk perokok).
Prevelensi perokok di kalangan remaja dan masyarakat miskin terus meningkat
•
Rokok bersifat adiksi (menimbulkan ketagihan) dan bahaya bagi kesehatan (mengandung 4.000 zat
kimia, 69 diantaranya karsinogenik/pencetus kanker), masyarakat perlu dilindungi dari bahaya
asap rokok.
•
Berdasarkan data BPS, masyarakat miskin membelanjakan pendapatannya sekitar 20% untuk rokok,
mengalahkan belanja untuk beras dan kebutuhan primer rumah tangga lainnya.
•
Kematian akibat penyakit yg terkait dengan merokok di Indonesia sejak tahun 2010 sampai
sekarang sebanyak 190.260 orang (12,7% dari total kematian) atau 520 orang/hari.
•
Pembuka Jalan (Gate-Way) dan kecenderungan menuju pemakaian narkoba, minuman keras dan
akan berakhir dengan HIV/AIDS  Silent disaster.
Perlu penanganan dampak negatif rokok melalui penyediaan/pemeliharaan sarana pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang terkena penyakit akibat dampak konsumsi rokok ditambah
dengan penyakit lainnya sebagai upaya perluasan ruang lingkup kegiatan DBH CHT.
46
KEMENTERIAN KEUANGAN
Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau
di Bidang Kesehatan
PMK Nomor 28/PMK.07/2016
Dalam mengatasi eksternalitas negatif dari produk tembakau, DBH
CHT salah satunya digunakan untuk kegiatan
penyediaan/pemeliharaan sarana pelayanan kesehatan, berupa
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan baik kuratif maupun
rehabilitatif yang berada di puskesmas dan jaringannya, rumah
sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lain milik pemerintah
daerah, antara lain:
1. bangunan/gedung/ruang;
2. alat kesehatan;
3. obat-obatan, bahan habis pakai, bahan kimia dan reagen;
4. sarana transportasi rujukan; dan
5. mobile unit untuk pelayanan kuratif dan rehabilitatif penderita
penyakit akibat dampak konsumsi rokok dan penyakit lainnya.
47
KEMENTERIAN KEUANGAN
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KEUANGAN
48
Download