KEBIJAKAN ANGGARAN BIDANG KESEHATAN MARDIASMO WAKIL MENTERI KEUANGAN RI RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2017 JAKARTA, 28 FEBRUARI 2017 Kesehatan & pendidikan pondasi hadapi era persaingan…. "Tahun 2025 hingga 2035 kita akan mendapatkan bonus demografi, tapi kalau kualitasnya tidak kita perbaiki, skill-nya tidak kita upgrade, itu akan jadi beban negara," Presiden Jokowi pada penyerahan PKH, KIS, dan PMT di Ambon, Maluku, Rabu (8/2) siang. (Foto: Humas/Agung/Setkab) “Harus disiapkan betul anak-anak kita agar nanti pintar-pintar, pandai-pandai, sehatsehat, dan bisa memenangkan persaingan antara negara kita dengan negara (lain),” http://setkab.go.id/serahkan-347-kis-di-ambon-presiden-laporkan-kalau-tidak-dilayani-semestinya/ http://www.antaranews.com/berita/611360/presiden-jokowi-kesehatan--pendidikan-pondasi-hadapi-era-persaingan KEMENTERIAN KEUANGAN 2 Pondasi yang memberikan nilai tambah bagi Indonesia, sebagai bangsa maju dan kompetitif, disiapkan oleh Kementerian yang memiliki dan memegang teguh nilai-nilai luhur birokrasi yang ekselen…. Pro Rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. Inklusif Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput. Responsif Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula. Efektif Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat efisien. Bersih Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel. KEMENTERIAN KEUANGAN 3 …masih dibutuhkan kerja keras, mengoptimalkan sumber daya pembangunan meskipun supply layanan kesehatan meningkat, namun berada di bawah negara tetangga 3.000 120.000 2.500 100.000 2.000 80.000 1.500 60.000 1.000 40.000 500 20.000 Singapura Malaysia RI 0 0 2012 2013 2014 Jumlah RS 2015 Sumber: sirs.buk.depkes.go.id Jumlah RS dan jumlah dokter terus meningkat, khususnya pada 2013 mengalami peningkatan tinggi, kemudian meningkat dengan perlambatan. Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura serta negara maju, penyediaan layanan kesehatan masih sangat kurang, dinilai dari rasio dokter/penduduk dan rasio jumlah tempat tidur/penduduk 4 Pembangunan ekonomi Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, namun terdapat tantangan yang harus diselesaikan MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR TANTANGAN EKONOMI DALAM NEGERI KEMENTERIAN KEUANGAN Mengentaskan Meningkat Mengura kan Kemiskinan ngi produktivit Ketimpan as dan gan Kapasitas daya saing Tingkat Pasar Infrastructure, Inovasi yang rendah Produktivitas Rendah produksi yang terbatas Technology, and Skill Gap Daya Saing Rendah Keuangan Dangkal Kemiskinan & Ketimpangan 5 Salah Satu Faktor Kunci Keberhasilan Menjaga Kinerja Perekonomian Adalah Efektivitas APBN Sebagai Instrumen Penting Dalam Pengelolaan Ekonomi 2.500 18,1 2.000 1.500 1.491,2 18,2 1.650,4 16,9 1.777,3 30 15,7 16,5 15,2 20 2.082,9 2.080,5 10 1.806,4 0 Transfer ke Daerah dan Dana Desa Belanja Pem Pusat -10 1.000 -20 500 -30 0 % thd PDB -40 2012 Mendukung Daya Beli Gaji/Pensiun (Rp343,4 T) Subsidi Masyarakat /transfer keluarga miskin (Rp204,6 T) 2013 2014 2015 Investasi membangun produktivitas dan daya saing belanja infrastruktur (Rp387,7 T) belanja pendidikan (20% APBN) belanja kesehatan (5% APBN) belanja riset/litbang (Rp15,3 T) 2016 2017 Membangun institusi belanja legislatif (DPR, DPD, MPR) (Rp6,1 T) Yudikatif (MA, MK, Pengadilan seluruh Indonesia) (Rp8,4 T) Eksekutif (Pusat, Pemda) Menjaga stabilitas dan keamanan Belanja Kemhan/TNI (Rp108 T) Belanja POLRI (Rp84 T) 6 KEMENTERIAN KEUANGAN Sejak tahun 2015 : perbaikan kualitas belanja, Mengarah ke belanja yang lebih produktif Awal Reformasi Komitmen Reformasi Alokasi Anggaran (trillion rupiah) 450,0 416,1Pendidikan 387,3 Infrastruktur 375,5 400,0 350,3 350,0 Δ 2017 : 2014 10, 8% 117,7 % 300,0 250,0 177,9 200,0 150,0 100,0 104,0 Kesehatan 77,3 Subsidi Energi 67,5 50,0 54,1% 77,9 % 0,0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber: MoF KEMENTERIAN KEUANGAN 7 Pelaksanaan APBNP 2016 aman dengan defisit 2,46% PDB, sehingga kredibilitasnya terjaga di tengah tantangan global Memberikan keyakinan pada pasar dan pelaku ekonomi bahwa APBN dapat dikelola dengan baik dan sustainable dalam jangka menengah 2016 DESKRIPSI (trililun rupiah) A. PENDAPATAN NEGARA I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. PENERIMAAN HIBAH B. BELANJA NEGARA I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1. Belanja K/L 2. Belanja non K/L II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 1. Transfer ke Daerah 2. Dana Desa C. KESEIMBANGAN PRIMER D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) % Surplus/ (Defisit) Terhadap PDB E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II) I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN Outlook (Penghematan) APBNP 2017 Realisasi Sementara % thd Outlook (Penghematan) APBN 1.786,2 1.582,9 1.551,8 98,0 1.750,3 1.784,2 1.539,2 245,1 1.580,9 1.320,2 260,7 1.546,0 1.283,6 262,4 97,8 97,2 100,6 1.748,9 1.498,9 250,0 2,0 2,0 5,8 295,2 1,4 2.082,9 1.898,6 1.859,5 97,9 2.080,5 1.306,7 767,8 538,9 1.195,3 672,0 523,3 1.148,6 677,6 471,0 96,1 100,8 90,0 1.315,5 763,6 552,0 776,3 729,3 703,3 659,1 710,9 664,2 101,1 100,8 764,9 704,9 47,0 44,2 46,7 105,7 60,0 (105,5) (296,7) (2,35) 296,7 (126,4) (315,7) (2,50) 315,7 (124,9) (307,7) (2,46) 330,3 98,8 97,5 104,6 (109,0) (330,2) (2,41) 330,2 299,3 (2,5) 0,0 319,1 (3,4) (0,0) 344,9 (14,6) 22,7 108,1 - 357,0 (26,9) 8 Indonesia bisa menjaga Keseimbangan Ekonomi & Pembangunan : dengan Defisit Anggaran yang rendah, pertumbuhan ekonomi salah satu yang tertinggi 6,7 5,3 2,1 0,6 1,0 2,7 2,1 -0,7 -3,3 -0,2 Thai Indonesia Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016 & CEIC, diolah KEMENTERIAN KEUANGAN -1,1 -3,0 Italy Aus Malaysia S. Africa Brazil UK -7,5 India Japan -7,7 -3,4 2,9 2. Average deficit in the last 5 years (%) 0 -5,9 US -6,2 -4,9 -3,9 4,4 Turkey 2,0 5. 5 9 20 KEMENTERIAN KEUANGAN 39 44 27 31 36 49 51 52 56 76 66 68 133 107 89 1.338,98 997,03 2016 32.224,33 62.019,94 85.635,43 249 4.945,33 4.265,75 933,74 1.665,06 2.917,28 2.467,74 2.500,53 2006 6.017,02 7.200,12 1.157,41 Rasio utang thd PDB(%) Sumber: World Economic Outlook – IMF, Oktober 2016, diolah Argentina Brazil India Japan Malaysia Mexico Philippines Russia South Africa Thailand Turkey United Kingdom United States Vietnam Indonesia Chile Indonesia Turkey Philippines Australia Thailand Colombia South Africa Poland Malaysia India Germany Brazil United Kingdom United States Italy Japan Pengelolaan Utang yang terjaga untuk mendukung Pembangunan : Tingkat utang publik Indonesia salah satu yang relatif rendah Utang per kapita (US$) 10 Tantangan Pengelolaan APBN adalah menyusun perkiraan pendapatan yang akurat, dan kredibel, serta belanja yng efektif dan efisien Penerimaan Proyeksi & Estimasi Komitmen Membuat estimasi penerimaan yang akurat dan kredibel Peningkatan kapasitas mengumpulkan penerimaan negara Rasio penerimaan perpajakan masih rendah Reformasi perpajakan Sangat dibutuhkan KEMENTERIAN KEUANGAN Belanja Membuat keputusan belanja yang strategis Efektif dan memperbaiki fondasi Indonesia Mengurangi kemiskinan, kesenjangan, dan menciptakan kesejahteraan yang merata Memerangi inefisensi dan korupsi Reformasi belanja menuju efisiensi dan efektifitas 11 Tantangan belanja negara Meningkatkan kualitas, efektivitas dan efisiensi EFISIENSI DAYA SERAP KORUPSI Mandatory Spending dan belanja wajib relatif besar. Serta belanja bersifat operasional masih tinggi Belanja K/L masih berkisar 90%-95% dan masih menumpuk pada triwulan III dan IV Masih terjadi korupsi dan tindakan yang merugikan keuangan negara PERENCANAAN Harus dilakukan sejak awal (Januari tahun sebelumnya) dan dalam dimensi medium term expenditure framework (MTEF) Tingkat Penyerapan Belanja K/L 597,3 572,8 2014 795,5 732,1 Belanja Operasional 767,8 677,6 272,3 261,4 319,2 175,9 194,6 2015 2016 2013 2014 2015 2016 2017 APBNP KEMENTERIAN KEUANGAN 12 Kebijakan Penganggaran Bidang Kesehatan 1 3 KEMENTERIAN KEUANGAN Anggaran untuk kesehatan dalam APBN tidak hanya dari belanja K/L (Kementerian Kesehatan) Anggaran Kesehatan dalam APBN dialokasikan melalui: 1. Belanja K/L a. Yang memiliki tusi terkait kesehatan Kemenkes, BKKBN, Badan POM b. Yang memiliki kegiatan pengelolaan rumah sakit Polri dan Kemenhan 2. Belanja non K/L a. Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah (Iuran BPJS untuk PNS) b. Cadangan anggaran kesehatan 3. Transfer ke daerah a. DAK Fisik (Kesehatan dan Keluarga Berencana) b. DAK Non Fisik (Bantuan Operasional Kesehatan/BOK dan Bantuan Operasional KB) c. Dana Otsus yang diperkirakan untuk anggaran kesehatan 4. Pembiayaan anggaran a. Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan KEMENTERIAN KEUANGAN 14 Anggaran Kesehatan terus meningkat, seiring dengan peningkatan volume belanja negara (naik rata-rata 18,7% per tahun) Anggaran Kesehatan, 2009-2017 Rp Triliun % 6,0 160,0 5,0 140,0 3,8 100,0 80,0 5,0 5,0 120,0 2,7 2,8 3,0 4,0 3,3 2,7 2,8 3,0 60,0 2,0 40,0 1,0 20,0 - 2009 2010 2011 2012 APBNP 2013 2014 Real 2015 2016 % thd BN 2017 1. Anggaran kesehatan dialokasikan melalui : belanja KL, transfer ke daerah, dan pembiayaan; 2. Sejak tahun 2016, anggaran kesehatan dialokasikan 5% dari APBN; 3. Peningkatan anggaran kesehatan sejak tahun 2016 utamanya dialokasikan untuk peningkatan dan perluasan layanan kesehatan, baik dari sisi demand (BPJS Kesehatan) dan supply. KEMENTERIAN KEUANGAN Komponen Anggaran Kesehatan 1. Melalui Belanja Pemerintah Pusat 2015 2016 2017 Real APBNP APBN 54,6 76,1 75,2 50,2 70,1 65,4 45,9 62,7 58,3 ii. Badan POM 1,0 1,5 1,8 iii. BKKBN 2,2 3,6 3,4 4,4 6,0 9,8 4,4 5,5 5,7 2. Melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa 7,4 21,2 25,2 A. DAK Kesehatan dan KB B. Perkiraan Otsus Papua untuk Kesehatan 6,3 1,1 16,5 1,2 24,0 1,2 5,0 6,8 3,6 67,0 104,1 104,0 1.796,6 2.082,9 2.080,5 3,7 5,0 5,0 A. Melalui K/L a.l. i. Kementerian Kesehatan B. Melalui BA BUN a.l. - Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah 3. Melalui Pembiayaan 4. Anggaran Kesehatan (1 + 2 + 3) 5. Total Belanja Negara RASIO ANGGARAN KESEHATAN (%) 15 Kemenkes Mendapatkan Pagu Alokasi TERBESAR KE-5 dalam 2 tahun terakhir (2016 – 2017) Rp T 108,0 108,7 KEMENHAN 70,0 101,5 97,1 KEMEN PUPR KEMENAG 60,2 56,2 KEMENKES 58,3 62,7 KEMENKEU 40,8 38,1 KEMENDIKBUD 39,8 43,6 30,0 20,0 - 163,2 171,0 K/L Lainnya 0 40 80 18,9 10,0 22,1 27,6 KEMENTAN 58,3 40,0 39,7 40,6 KEMENRISTEKDIKTI APBNP Real 50,0 APBN 2017 : Rp763,6 T 46,0 42,9 KEMENHUB 62,7 60,0 84,0 79,3 POLRI Perkembangan Anggaran Kemenkes 2009-2017 120 160 200 Pagu Kemenkes mengalami kenaikkan 3 kali lipat dalam periode 2009-2017 Penyerapan Belanja rata-rata sekitar 94% 16 Capaian 2016, Target 2017, serta Evaluasi Pembangunan Bidang Kesehatan 1 7 KEMENTERIAN KEUANGAN Realisasi Anggaran Kesehatan Pada Tahun 2016 Berada Pada Kisaran 88% Dari Pagu, Utamanya Disebabkan Kebijakan Penghematan Tahap II Pelaksanaan APBNP 2016 (Triliun Rupiah) Anggaran Kesehatan 120 Realisasi: 2015 89,6% 2016 88,6% 104,1 2016 Uraian Target Real 92,4 91,1 4.001.210 4.006.979 n.a 80,7 30,5 26,1 n.a 201 1 KIS/PBI ( juta jiwa) 2 Imunisasi Dasar Lengkap Anak Usia 0-11 bulan (bayi) 3 Persentase Kab./Kota (%) Imunisasi Lengkap 4 Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun) 20 5 RS terakreditasi (RSUD) 0 6 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas 92,5 81,5 7 Jumlah Kab. Eliminasi Malaria 245 247 92,3 100 80 74,8 67,0 60 40 APBNPRealisasi 2015 belanja K/L APBNPRealisasi 2016 non K/L 18 KEMENTERIAN KEUANGAN Dalam Tahun 2017, Anggaran Kesehatan Tetap Dijaga 5% Dengan Fokus Memperkuat Upaya Promotif Dan Preventif, Serta Meningkatkan Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan KEMENTERIAN KEUANGAN 19 Evaluasi PBI JKN: Coverage PBI Telah Menunjukkan Peningkatan Penduduk Miskin Yan Terlindungi, Tapi Masih Lebih Rendah Dibanding Negara Lain Thailand Philippines China Vietnam Mexico Indonesia 2001 2005 2002 2003 2003 2014 65.4 juta (98%) 73.7juta (78%)* 1.304juta (95%) 65.3juta (72%)* 111.7juta (92%) 156.79juta (61%) Pembiayaan program • Pemerintah pusat • Sin taxes (informal) • Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta (formal) • Sin taxes (th 2013) • Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta • Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta • Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta • Pemerintah pusat • Pemerintah daerah • Iuran peserta Badan Penyelenggara Beberapa penyelengg ara di tingkat nasional Satu penyelenggara tingkat nasional Satu penyelenggara di masingmasing daerah Satu penyelenggara di tingkat nasional Satu penyelenggara di masingmasing daerah Satu penyelenggara tingkat nasional Tahun dimulai Cakupan (thn 2015) * tahun 2014 Sumber: World Bank, WHO, jointlearningnetwork KEMENTERIAN KEUANGAN 20 Evaluasi PBI JKN: Sebagai Salah Satu Program Bantuan Sosial Terbesar, Ketepatan Sasaran Penerima PBI-JKN Sudah Membaik Namun Masih Perlu Dilakukan Perbaikan Tahun 2015 masih terdapat 53% dari 20% masyarakat termiskin yang belum terjangkau PBI, sehingga perlu penyempurnaan basis data Jumlah Penerima JKN-PBI tahun 2015 – Manfaat yang diterima berdasarkan desil Kesalahan Penentuan Sasaran Berkurang 20% 0 18% 14,0% 13,3% 12,3% 11,0% 10,1% 8,6% 14% Incidence 12% 10% 8% Poin Persen 16% 15,7% 6,9% 5,4% 6% 4% -5 -10 2,8% 2% 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Expenditure decile (Target 40% termiskin) -15 Exclusion Error Inclusion Error Sumber: Susenas 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN 21 KesiapanLayananPuskesmas, Serta Gap Antara Daerah Perkotaan Dan Perdesaan PerluMendapatkan Perhatian 2007 Training Adult Scale Adult Scale BP apparatus BP apparatus Measurement tape Measurement tape Stethoscope Stethoscope Blood glucose test Blood glucose test Urine test Urine test Medicine (eg. metformin) Medicine (eg. metformin) 0 20 40 Rural Training 2014 60 80 100 Urban 0 20 Percentage (%) Source: IFLS 2007 & 2014 40% Puskesmas tidak bisa mendeteksi kencing manis potensi biaya tinggi apabila tidak terdeteksi dini 40 60 80 100 Percentage (%) Source: IFLS 2014 Masih terdapat kesenjangan layanan puskesmas di daerah perkotaan dan terpencil Kajian Worldbank, 2016 22 Kebijakan Promotif dan Preventif KEMENTERIAN KEUANGAN 23 Anggaran Kesehatan Pemerintah, Didominasi Oleh Intervensi Yang Bersifat Kuratif Mengurangi Resource Untuk Upaya Preventif Komposisi anggaran fungsi kesehatan 2013 dan 2015 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 35 49,8 9 8 36 Other (administrationrelated) Komposisi funsi kesehatan menurut jenis belanja 100% 57 Social Assistance Capital 40% 8 Goods and services 20% 23 80% 60% Other health 6 5 32 10 6 2013 2015 Research and Development 0% 12 2014 Source: World Bank COFIS database using MoF data Dari komposisi anggaran kesehatan berdasarkan sub fungsi dan jenis belanja menunjukkan intervensi kuratif masih dominan, yang mencakup : bantuan sosial (PBI, mendanai tindakan kesehatan di RS/Puskesmas); obat-obatan dan peralatan medis. Intervensi yang bersifat preventif seperti kesehatan ibu hamil, nutrisi, dan distribusi vaksin masih relatif kecil (tahun 2015) perlu dianalisis untuk tahun yang lebih update Kajian Worldbank, PER 2016 24 KEMENTERIAN KEUANGAN Alokasi Anggaran dan Realisasi Promotif, Preventif dan Kuratif Kementerian Kesehatan 2014-2017 Alokasi Anggaran (Triliun Rupiah) 30,000 23,401 25,613 20,445 25,558 20,000 10,000 2,048 2,446 2,717 2,697 3,018 4,581 2,331 3,140 2014 2015 2016 2017 - promotif Upaya Kesehatan 2014 Alokasi preventif kuratif 2015 Realisasi Alokasi 2016 Realisasi Alokasi 2017 Realisasi Alokasi Promotif 2,048 1,721 2,717 2,334 3,018 2,639 2,331 Preventif 2,446 2,455 2,697 2,246 4,581 3,477 3,140 23,401 23,369 20,445 19,951 25,613 24,893 25,558 Kuratif KEMENTERIAN KEUANGAN 25 Pendekatan Upaya Kesehatan REHABILIT ATIF KURATIF 4 3 PREVENTI F 2 PROMOTI F 1 Dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan Promotif KEMENTERIAN KEUANGAN Preventif 26 Penganggaran Bidang Kesehatan pada Transfer ke Daerah 2 7 KEMENTERIAN KEUANGAN DAK Fisik: Konsep, Tujuan, dan Distribusi • Pengertian: 1. dialokasikan untuk daerah tertentu 2. mendanai kegiatan khusus urusan daerah 3. sesuai dengan prioritas nasional. • Tujuan: 1. membantu penyediaan infrastruktur 2. mendorong pencapaian prioritas nasional 3. mengatasi ketimpangan layanan publik antar daerah PERMASALAHAN 1. Pengalokasian, bersifat topdown, berakibat: mismatch alokasi dengan kebutuhan daerah Ketidaksinkronan perencanaan pusat-daerah komitmen daerah kurang. 2. Penyaluran : Berdasarkan pagu alokasi per daerah Belum berdasarkan kinerja penyerapan 3.Pelaporan, hanya laporan realisasi dana 4. Pelaksanaan: Wajib dana pendamping 10% Juknis terlambat KEMENTERIAN KEUANGAN Formulasi DAK 2015 & sebelumnya 28 Perbandingan DAK 2016 vs DAK 2017 DAK 2016 Belum mendorong penerapan MTEF Menu kegiatan yang merupakan satuan terkecil Usulan Daerah tidak dapat dihitung biaya satuannya Tidak terlihat skala prioritas bagi daerah dalam pengusulannya Penilaian Usulan Daerah dilakukan oleh 2 instansi pusat K/L menilai kelayakan kegiatan dan target output Kemenkeu menilai kinerja penyerapan DAK tahun-tahun sebelumnya Belum adanya proses sinkronisasi dan harmonisasi pada level provinsi terhadap usulan kegiatan yang akan didanai DAK Penyaluran dan pelaporan realisasi penggunaan DAK dilakukan per bidang Daerah tidak diwajibkan menyampaikan soft copy usulan DAK Daerah tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping KEMENTERIAN KEUANGAN DAK 2017 Mendorong penerapan MTEF Menu kegiatan yang merupakan satuan terkecil Usulan Daerah dirancang agar dapat dihitung biaya satuannya Urutan kegiatan yang diusulkan oleh daerah menunjukkan skala prioritas kegiatan bagi daerah Penilaian Usulan Daerah dilakukan oleh 3 instansi pusat K/L menilai kelayakan usulan kegiatan, target output kegiatan, dan kewajaran biaya satuan Bappenas menilai skala prioritas usulan kegiatan Kemenkeu menilai kinerja penyerapan DAK tahuntahun sebelumnya dan kewajaran biaya satuan Adanya proses sinkronisasi dan harmonisasi pada level provinsi terhadap usulan kegiatan, lokasi pelaksanaan kegiatan, dan link antar kegiatan Penyaluran dan Pelaporan Realisasi Penggunaan DAK dilakukan per Bidang Daerah wajib mengirimkan usulan dalam bentuk hard copy dan soft copy (ms. Excel) sehingga memudahkan pengolahan data Daerah tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping 29 DAK Fisik: Mekanisme Pengalokasian Proposal Based Maret April-Mei •Penetapan Bidang/Subbidang Oktober •Penetapan Alokasi DAK per Daerah Sept-Okt •Pembahasan RUU APBN bersama DPR Juli-Agustus Sinkronisasi dan Harmonisasi rencana kegiatan DAK di Provinsi Juni •Penyusunan dan Penyampaian Usulan DAK •Penilaian dan Pembahasan hasil penilaian oleh K/L, Bappenas, dan Kemenkeu Agustus Agustus •Pertimbangan DPD atas arah kebijakan DAK Juli-Agustus •Penghitungan alokasi sementara DAK •Penentuan pagu per jenis/Bidang/ subbidang PENILAIAN DAN HASIL PENILAIAN USULAN DAK DI PUSAT K/L Teknis Penilaian mengacu pada: a. data teknis Usulan DAK; b. perbandingan data teknis usulan daerah dengan data teknis K/L; c. tingkat pencapaian SPM; d. target output dan outcome: • jangka menengah; • per tahun secara nasional. KEMENTERIAN KEUANGAN Bappenas Menilai usulan skala prioritas per bidang/subbidang mengacu pada: a. Data teknis Usulan DAK; b. lokasi prioritas; c. Sinkronisasi kegiatan sesuai RKPD dan RPJMD dengan prioritas nasional dalam RKP dan RPJMN. Kemenkeu Menilai satuan biaya: a.Standar Biaya Masukan; b.Standar Biaya Keluaran usulan K/L; c.Indeks kemahalan konstruksi. d.kinerja penyerapan DAK dan tingkat capaian output fisik tahun sebelumnya. 30 Jenis Dan Kebijakan DAK Fisik Tahun 2017 1. DAK REGULER Untuk membantu pemenuhan SPM dalam pelayanan publik dan mendukung kegiatan perekonomian daerah 1) Pendidikan; 2) Kesehatan; 3) Perumahan dan Permukiman; 4) Pertanian; 5) Kelautan dan Perikanan; 6) Sentra Industri Kecil; dan 7) Pariwisata 2. DAK PENUGASAN • Untuk pencapaian sasaran prioritas nasional dalam RKP • Menu dan lokus terbatas 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Pendidikan SMK; Kesehatan (Rumah Sakit dan Rujukan); Air Minum; Sanitasi; Jalan; Pasar; Irigasi; dan Energi Skala Kecil 3. DAK AFFIRMASI Untuk mempercepat penyediaan infrastruktur dan sarana/prasarana di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi 1) Perumahan dan Permukiman; 2) Transportasi (Transportasi Desa, Dermaga Kecil, dan Tambatan Perahu) 3) Kesehatan (Puskesmas) KEBIJAKAN DAK FISIK: 1. Mempertajam fokus bidang/sub bidang dan kegiatan DAK Fisik. 2. Mengalokasikan DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional dengan memperhatikan perubahan kewenangan dari kabupaten/kota ke provinsi. 3. Memberikan afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi. 4. Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antar bidang/subbidang DAK, antar daerah, antara DAK dengan nonDAK. 5. Mempercepat penetapan Juknis/Juklak DAK dengan Perpres dan berlaku 3 tahun. 6. Melakukan penyaluran DAK Fisik berbasis kinerja pelaksanaan. KEMENTERIAN KEUANGAN 31 Perbaikan Pelaksanaan DAK Fisik Percepatan penyampaian informasi alokasi DAK kepada daerah untuk digunakan sebagai dasar penyusunan APBD; Percepatan penetapan Juknis DAK; Penetapan target output kegiatan per bidang oleh Kementerian/Lembaga teknis sebagai dasar pembahasan rincian kegiatan dengan masing-masing daerah. Penyaluran DAK dilaksanakan berdasarkan penyerapan dana dan capaian hasil kegiatan (output). kinerja Perbaikan sistem pelaporan realisasi penyerapan dan dan capaian hasil kegiatan (output) : berbasis aplikasi web, Terintegrasi (1 laporan, namun dapat digunakan untuk semua K/L), sederhana, dan dapat digunakan utk dasar penyaluran, monev, pengendalian, dan pengalokasian DAK TA berikutnya. Penguatan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan DAK fisik. 32 KEMENTERIAN KEUANGAN Perbaikan Petunjuk Teknis DAK Fisik Melalui Perpres Juknis DAK Fisik TUJUAN: Memberikan informasi yang cepat kepada pemerintah daerah mengenai ruang lingkup menu kegiatan dan sasaran/target DAK Fisik per bidang untuk dasar menyusun penyusunan APBD; Mempercepat penetapan Juknis tepat waktu sebelum TA dimulai; Memberikan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan/mengelola kegiatan DAK Fisik. MANFAAT: Memberikan kepastian bagi Pemda dalam melaksanakan DAK Fisik; Mempercepat pelaksanaan DAK Fisik di daerah dengan penetapan juknis yang tepat waktu; Memperkuat landasan hukum pelaksanaan DAK Fisik. KEMENTERIAN KEUANGAN PENETAPAN DAN MASA BERLAKU: Perpres ditetapkan paling lambat 1 bulan sejak Perpres Rincian APBN 2017 ditetapkan; Perpres berlaku 3 tahun untuk memberikan panduan yang bersifat jangka menengah bagi Pemda; Perubahan atas ketentuan Perpres dengan Peraturan Menteri. MATERI JUKNIS, antara lain: Ketentuan umum pelaksanaan DAK; Tatacara pelaksanaan DAK masingmasing bidang; Tatacara pelaksanaan sisa DAK; Penetapan target/sasaran output kegiatan perbidang/subbidang; Tatacara pelaporan teknis/capaian output kegiatan. 33 Sebaran Alokasi dan Target Output DAK Fisik 2017 Kalimantan Rp6,83T Sulawesi Rp9,99T Sanitasi Maluku & Papua Rp8,21T Maluku Sumatera Rp15,99T Bali Nusa Tenggara Jawa Rp11,86T • Baru : 5.000 Ha • Rehab :755.200 Ha • 10.000 unit embung KEMENTERIAN KEUANGAN Air Minum Bali & Nusa Tenggara Rp5,45T Irigasi dan Pertanian Jala n Pendidikan • Rehab Ruang Belajar: 27.140 unit • Ruang Kelas Baru: 3.590 unit 169.500 SR 1.026 unit IPAL USK 348.000 unit tangki septik individu TPS 3R sebanyak 700 unit. Kondisi Mantap: Provinsi: 71,75% Kab/Kota: 60,76% Kesehata n • Rumah Sakit : 453 unit • Puskesmas : 5.059 unit • 448 SPAM bagi 716.352 rumah tangga. • Akses air minum layak bagi 688.436 rumah tangga Perumaha n 49.000 rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) 34 DAK Fisik: Postur DAK Fisik dalam APBN 2017 (dalam trilliun Rupiah) JENIS & BIDANG DAK Dana Alokasi Khusus Fisik A. DAK Reguler 1. Pendidikan 2. Kesehatan dan KB 3. Perumahan, Air Minum dan Sanitasi 0,7 6. Kelautan dan Perikanan 1,1 7. Prasarana Pemda 0,3 8. Lingkungan Hidup & Kehutanan 1,4 1,3 11. Penyelesaian Kurang Salur 0,6 DAK AFIRMASI (Air Minum, Sanitasi, Irigasi dan Kesehatan) B. DAK Reguler APBN 2017 58,3 20,4 1. Pendidikan 2. Kesehatan dan KB 3. Perumahan dan Permukiman 0,6 4. Pertanian 1,6 5. Kelautan dan Perikanan 0,9 6. Sentra IKM 0,5 7. Pariwisata DAK Penugasan 6,1 10,0 0,5 34,5 1. Pendidikan SMK 1,9 2. Kesehatan (RS Rujukan dan Pratama) 4,8 3. Air Minum 1,2 4. Sanitasi 5. Jalan 19,7 6. Pasar 1,0 7. Irigasi 4,0 8. Energi Skala Kecil (Listrik) 0,5 0,8 Sarana Prasarana Perdagangan (Sarana 10. Perdagangan, IKM dan Pariwisata) Sarpras Penunjang (Jalan, Irigasi, Air Minum, Kesehatan dan Pasar) A. 15,4 0,5 Transportasi (Infrastruktur Jalan, Perhubungan, dan Transportasi Desa) Dana Alokasi Khusus Fisik 2,7 5. Energi Skala Kecil 13. Tambahan DAK B. DAK IPD KEMENTERIAN KEUANGAN 62,3 4,1 12. C. 89,8 4. Kedaulatan Pangan 9. JENIS & BIDANG DAK APBN P 2016 45,1 10.3 24,8 2,6 C. DAK AFIRMASI 1,2 3,5 1. Perumahan dan Permukiman 0,4 2. Transportasi (Jalan dan TransDes) 0,8 3. Kesehatan (Puskesmas) 2,2 35 Rancangan DAK Fisik 2018 Jenis DAK APBN 2017 RAPBN 2018 Pengertian Selisih DAK Reguler 20.396,3 30.858,1 10.461,8 DAK Penugasan 34.466,8 36.541,4 2.074,6 3.479,2 7.996,2 4.517,0 58.342,3 75.395,7 17.053,4 DAK Afirmasi Total DAK Fisik DAK bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kebijakan Umum • Penyempurnaan Jenis & Bidang DAK Fisik sesuai prinsip money follow program, berbasis proposal, serta sinkronisasi DAK dg belanja K/L • Penguatan peran Propinsi dalam sinkronisasi usulan DAK Fisik daerah • Pelaksanaan penyaluran DAK Fisik melalui KPPN, dengan meningkatkan kualitas pelaporan output DAK Fisik (berbasis spatial) digunakan sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan • peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan pemantauan penggunaan KEMENTERIAN KEUANGAN 36 Kebijakan DAK Fisik TA 2018 DAK REGULER DAK FISIK DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN KEMENTERIAN KEUANGAN Untuk mendukung kebutuhan daerah dalam jangka menengah dalam rangka pemenuhan SPM; Berbasis kebutuhan per Bidang (Sector Based) untuk DAK Reguler; Berbasis kebutuhan Kewilayahan (Area Based) untuk DAK Afirmasi (daerah perbatasan, kepulauan, dan tertinggal); Usulan Daerah sesuai dengan kebutuhan daerah, dan disampaikan secara terpadu melalui aplikasi e-proposal. Untuk mendukung pencapaian prioritas Nasional di daerah; Berbasis program pembangunan tertentu (Program based); Usulan Daerah sesuai dengan Prioritas Nasional, dan disampaikan secara terpadu melalui e-Proposal. 37 Rancangan Jenis Dan Bidang DAK Fisik TA 2018 DAK REGULER Sector Based: Bidang-bidang yang diusulkan Daerah adalah bidang-bidang pelayanan dasar sesuai kebutuhan daerah yang bersifat wajib dan kebutuhannya perlu ditangani dalam jangka menengah/panjang, antara lain: 1. Pendidikan; 2. Kesehatan dan KB; 3. Perumahan dan Permukiman; 4. Jalan; 5. Sanitasi 6. Air Minum KEMENTERIAN KEUANGAN DAK AFIRMASI Area /Spatial based: Target penerima DAK Afirmasi adalah Lokasi Prioritas (Lokpri), yaitu kecamatan tertentu pada Kab/Kota yang termasuk kategori daerah perbatasan, kepulauan, tertinggal Usulan Lokpri dan Bidang: 1. Lokpri Perbatasan: Bidang-bidang Pelayanan dasar, Pasar, Perhubungan (Transportasi Darat), IKM; 2. Lokpri Kepulauan: Bidang-bidang Pelayanan dasar, Perhubungan (Dermaga Rakyat), Kelautan dan Perikanan; 3. Lokpri Tertinggal: Bidang-bidang Pelayanan dasar, IKM, ESDM. DAK PENUGASAN Program-based: Usulan Daerah adalah dalam rangka mendukung Pelaksanaan Program Prioritas Nasional yang menjadi kewenangan Daerah, antara lain: 1. Program Kedaulatan Pangan: Bidang Irigasi, Pertanian; 2. Program Penanggulangan Kemiskinan: Bidang Pendidikan, Kesehatan, IKM. 38 Bidang/Subbidang DAK Fisik Bidang Kesehatan TA 2018 DAK REGULER • • • • DAK PENUGASAN • • • • • • DAK AFIRMASI KEMENTERIAN KEUANGAN Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Subbidang Pelayanan Kefarmasian Perbekalan Kesehatan Peningkatan Kelas RS Rujukan Nasional Peningkatan Kelas Rujukan Provinsi Peningkatan Kelas Rujukan Regional Kelas C Peningkatan Kelas Rujukan Regional Kelas D Peningkatan Fasyankes Rujukan Pariwisata Rehabilitasi Bapelkes (24 Bapelkes) • Puskesmas Tertinggal • Peningkatan Fasyankes Dasar Pariwisata • RS Pratama 39 Pokok-Pokok Kebijakan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) • • • Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas Peningkatan standar manajemen dan pengelolaan puskesmas dan rumah sakit Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir. Sasaran KEMENTERIAN KEUANGAN Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) Mendukung tercapainya sasaran prioritas pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana: menurunkan (LPP) laju pertumbuhan penduduk angka kelahiran total (TFR) meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR) menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) menurunnya Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun) menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun). 9.740 Puskesmas 5,3 juta ibu hamil 4.856 balai penyuluhan KB 104 Rumah Sakit 20.740 Faskes KB 508 kampung KB 40 Bantuan Operasional Kesehatan: 2016 - 2017 Evaluasi BOK TA 2016 BOK TA 2017 • Alokasi BOK TA 2017 sebesar Rp6,6 T, atau naik 170,7% dari realisasi TA 2016. • Cakupan: 6.617,2 3.344,2 2.444,4 APBNP • • Realisasi APBN 2016 2017 Realisasi BOK TA 2016 sebesar Rp2,4 T atau 73,1% dari pagu APBNP 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh keterlambatan daerah penyampaian laporan realisasi yang merupakan syarat penyaluran triwulan berikutnya. • Biaya operasional Puskesmas dan kegiatan Promotif dan Preventif Rp4,8 T • Akreditasi Rumah Sakit Rp48,5 M • Akreditasi Puskesmas Rp0,5 T • Jampersal 1,3T Pengembangan sistem aplikasi pelaporan secara online (on-progress) KEMENTERIAN KEUANGAN 41 Bantuan Operasional Keluarga Berencana Tahun 2016-2017 Evaluasi BOKB TA 2016 292,8 215,7 186,2 APBNP • • KEMENTERIAN KEUANGAN Realisasi APBN 2016 2017 Realisasi BOKB TA 2016 sebesarRp186,2 miliar atau 86,3% dari pagu APBNP 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh keterlambatan daerah dalam menyampaikan laporan realisasi yang merupakan syarat penyaluran semester berikutnya. BOKB TA 2017 • Alokasi BOKB TA 2017 sebesar Rp`. 292,8 miliar, atau naik 57,3% dari realisasi TA 2016. • Cakupan: • Biaya operasional penyuluhan Rp218,5 miliar • Distribusi alat dan obat kontrasepsi Rp22,5 miliar • Penggerakan program kampung KB Rp51,8 miliar Pengembangan sistem aplikasi pelaporan secara online (onprogress) 42 Arah Kebijakan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Pemutakhiran data sasaran penerima dan unit cost Peningkatan kualitas DAK Nonfisik melalui penerapan performance based dan pemantauan penggunaan Peningkatan kebijakan afirmasi terhadap daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (perbatasan) KEMENTERIAN KEUANGAN 43 Alokasi DBH Cukai Hasil Tembakau TA 2016-2017 Menurut Provinsi (dalam ribuan rupiah) No. Nama Provinsi I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII Provinsi Aceh Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Barat Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Lampung Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Tengah Provinsi DI Yogyakarta Provinsi Jawa Timur Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Bali Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Kalimantan Tengah JUMLAH KEMENTERIAN KEUANGAN 2016 APBNP 2016 17,395,331 17,629,509 22,941,233 23,250,070 13,360,571 13,540,432 10,169,454 10,306,356 8,808,602 8,927,185 12,906,963 13,080,718 318,596,988 322,885,977 633,688,108 642,218,890 19,977,448 20,246,387 1,439,397,008 1,458,774,334 7,485,170 7,585,937 16,552,621 16,775,334 12,439,751 12,607,216 241,405,196 244,655,020 15,249,112 15,454,397 5,981,594 6,062,118 0 0 2,796,355,150 2,834,000,000 APBN 2017 19,924,882 17,138,184 14,516,938 8,605,331 8,789,354 12,295,208 346,068,576 690,580,727 20,120,379 1,554,921,740 6,129,306 18,243,760 12,207,084 235,797,702 17,175,097 7,817,062 7,228,669 2,997,560,000 44 Latar Belakang Perubahan Kebijakan Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (1) Kendala penyerapan dana DBH CHT di daerah, antara lain: 1. Penggunaannya di-earmarked kepada 5 kegiatan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal sesuai UU ttg Cukai; 2. Terdapat kekhawatiran daerah (berdasarkan kasus yang terjadi), ketidaksesuaian dengan 5 kegiatan/sub kegiatan yang telah ditetapkan dalam UU dan PMK menjadi objek pemeriksaan aparat hukum; 3. Proses lelang yang diulang/gagal • Penggunaan DBH CHT perlu dioptimalkan lebih baik lagi sehingga bisa menekan SiLPA DBH CHT yang terjadi yakni rata-rata 20% dari penyaluran setiap tahunnya semenjak tahun 2008. • Penggunaan DBH CHT dalam UU No. 18 Tahun 2016 tentang APBN TA 2017: Penerimaan DBH CHT, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan dengan ketentuan: a) Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal; dan b) Paling banyak 50% (lima puluh persen) untuk mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah. KEMENTERIAN KEUANGAN 45 Latar Belakang Perubahan Kebijakan Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (2) • Konsumsi Rokok Tahun 1970 sebanyak 30 milyar batang/th dan tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 302 milyar batang/th. Dengan penduduk sebanyak 240 juta jiwa, kalau dibagi maka setiap mulut penduduk Indonesia per tahun (termasuk bayi) di “penuhi” dengan 1.250 batang atau 3,4 batang per hari. • Indonesia menempati peringkat ke tiga dunia utk jumlah perokok (60 juta penduduk perokok). Prevelensi perokok di kalangan remaja dan masyarakat miskin terus meningkat • Rokok bersifat adiksi (menimbulkan ketagihan) dan bahaya bagi kesehatan (mengandung 4.000 zat kimia, 69 diantaranya karsinogenik/pencetus kanker), masyarakat perlu dilindungi dari bahaya asap rokok. • Berdasarkan data BPS, masyarakat miskin membelanjakan pendapatannya sekitar 20% untuk rokok, mengalahkan belanja untuk beras dan kebutuhan primer rumah tangga lainnya. • Kematian akibat penyakit yg terkait dengan merokok di Indonesia sejak tahun 2010 sampai sekarang sebanyak 190.260 orang (12,7% dari total kematian) atau 520 orang/hari. • Pembuka Jalan (Gate-Way) dan kecenderungan menuju pemakaian narkoba, minuman keras dan akan berakhir dengan HIV/AIDS Silent disaster. Perlu penanganan dampak negatif rokok melalui penyediaan/pemeliharaan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terkena penyakit akibat dampak konsumsi rokok ditambah dengan penyakit lainnya sebagai upaya perluasan ruang lingkup kegiatan DBH CHT. 46 KEMENTERIAN KEUANGAN Penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau di Bidang Kesehatan PMK Nomor 28/PMK.07/2016 Dalam mengatasi eksternalitas negatif dari produk tembakau, DBH CHT salah satunya digunakan untuk kegiatan penyediaan/pemeliharaan sarana pelayanan kesehatan, berupa alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan baik kuratif maupun rehabilitatif yang berada di puskesmas dan jaringannya, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lain milik pemerintah daerah, antara lain: 1. bangunan/gedung/ruang; 2. alat kesehatan; 3. obat-obatan, bahan habis pakai, bahan kimia dan reagen; 4. sarana transportasi rujukan; dan 5. mobile unit untuk pelayanan kuratif dan rehabilitatif penderita penyakit akibat dampak konsumsi rokok dan penyakit lainnya. 47 KEMENTERIAN KEUANGAN TERIMA KASIH KEMENTERIAN KEUANGAN 48