8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan betutu yang tertangkap, sampel air di waduk, larutan MnSO4, larutan KOH-KI, H2SO4 pekat, amilum, Methyl Orange, indikator PP, Na2S2O3 0,025 N, Na2Co3, H2SO4 0,2 N, akuades, dan larutan formalin 10%. 1.1.2. Alat Alat-alat yang digunakan adalah termometer, jaring dengan panjang 30 meter, lebar 2 meter, tinggi 4 meter dengan mesh size 2,5 inch, jala tebar dengan diameter 3 dan 5 meter dan mesh size 1,5, 2, 2,5 inch, botol Winkler 250 mL, timbangan digital dengan ketelitian 0,1 g, timbangan digital analitik dengan ketelitian 0,1 mg, kertas indikator pH universal, depth sounder, gelas ukur 100 mL, labu Erlenmeyer 250 mL, spuit ukuran 1 mL, pipet tetes, gunting, kertas milimeter block, mistar ukur, ember plastik, alat bedah, kalkulator, kertas label, alat tulis, dan kamera digital. 1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk P.B. Soedirman, Banjarnegara. Pengamatan dan pengukuran data dilakukan di Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Pengambilan sampel dilakukan dua kali pada bulan Juni dan Juli 2013. 9 2. Metode Penelitian 2.1.Teknik Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Pengambilan sampel ikan dan air dilakukan dengan teknik purposive sampling method. Pengambilan sampel ikan dan air dilakukan pada 9 stasiun berdasarkan inlet dan outlet di Waduk P. B. Soedirman. Gambar 1. Peta pengambilan sampel (Sumber: Google Map) Keterangan peta: Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V : : : : : Desa Karang Jambe Desa Wanakarsa Desa Kandang Wangi Desa Karang Kemiri Desa Blambangan Titik VI Titik VII Titik VIII Titik IX : : : : Desa Bawang Desa Siboja Desa Tapen Desa Wanadadi 2.2.Variabel yang Diamati Variabel yang diamati adalah populasi ikan betutu dengan parameter utama adalah kelimpahan, kelimpahan relatif, rasio kelamin, distribusi ukuran ikan, dan kondisi perairan (fisik dan kimia) di Waduk P. B. Soedirman, Banjarnegara. Parameter pendukungnya adalah pertumbuhan ikan yang dilihat dari hubungan panjang dan berat. pola 10 2.3. Cara Kerja 2.3.1. Pengambilan dan Pengawetan Sampel Ikan Alat tangkap yang dipakai meliputi jaring dan jala. Ikan ditangkap menggunakan jaring yang dipasang selama 14 jam mulai sore hari pukul 15.00 dan diambil pada pagi hari pukul 05.00. Tiga ukuran jala ditebar dengan 10 kali tebar di setiap stasiunnya. Setelah ikan tertangkap, dihitung, dicatat jumlah ikan yang didapat, serta diawetkan beberapa ikan dengan formalin agar ikan tidak rusak, mencegah proses pembusukan, dan untuk keperluan identifikasi. Perhitungan kelimpahan populasi menggunakan metode catch per unit of effort (jumlah tangkapan per satuan upaya) (Krebs, 1985). 2.3.2. Penghitungan Rasio Kelamin (Campbell, 2003) Ikan yang didapat dipisahkan kemudian dihitung jumlah ikan betina dan jantan. Setelah dihitung ditentukan persentase perbandingan antara ikan betina dan jantan (Campbell, 2003). 2.3.3. Pengukuran dan Penghitungan Hubungan Panjang dan Berat Berat tubuh ikan diukur dengan menggunakan timbangan digital, sedangkan panjang total ikan diukur menggunakan kertas milimeter blok, dihitung hubungan panjang dan beratnya, serta dibuat tabel sebaran ukuran ikan. Untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dianalisis menggunakan rumus Effendi (1997). 11 2.3.4. Pengukuran Fisika - Kimia Air 2.3.4.1. Suhu (Fardiaz, 1992) Pengukuran suhu air dengan menggunakan termometer celcius yaitu dengan cara termometer dicelupkan ke dalam perairan secara vertikal dengan kedalaman kurang dari 10 cm dari permukaan air dan dibiarkan selama 10 menit. 2.3.4.2. Derajat Keasaman (pH) (Barus, 2002) Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH universal. Kertas pH universal dicelupkan ke dalam perairan sampai terjadi perubahan warna, setelah itu dicocokan dengan warna standar di pH indikator. 2.3.4.3. Oksigen Terlarut (O2 Terlarut) (APHA, 1985) Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 mL, lalu ke dalamnya ditambahkan 1 mL larutan MnSO4 dan 1 mL larutan KOH-KI dengan bantuan pipet seukuran. Botol sampel ditutup dengan hati-hati agar udara tidak masuk ke dalam botol dan dihomogenkan minimal sebanyak 15 kali dan sesudahnya didiamkan ± 2 menit sampai terjadi endapan berwarna coklat. Selanjutnya ke dalamnya dimasukkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 1 mL dengan bantuan pipet mohr. Botol ditutup kembali dengan hati-hati, dan dikocok sampai endapan larut dan berwarna coklat kekuningan. Larutan diambil sebanyak 100 mL dengan gelas ukur dan dimasukan ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan indikator 12 amilum 10 tetes, kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai warna biru tepat hilang. Volume titrasi yang dipergunakan dicatat. Rumus perhitungan oksigen terlarut adalah: Kadar O2 terlarut = 1000 p q 8 mg/L 100 Keterangan p = jumlah mL Na2S2O3 yang tercapai q = normalitas larutan Na2S2O3 8 = bobot setara O2 2.3.4.4. Karbondioksida Bebas (APHA, 1985) Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 mL, kemudian diambil 100 mL lalu dipindahkan ke labu erlenmeyer. Setelah itu ke dalamnya ditambahkan 10 tetes indikator phenolpthalein (pp). Kemudian dititrasi dengan larutan Na2CO3 0,01 N sampai larutan berwarna merah jambu muda dan titrasi dilkakukan duplo. Rumus perhitungan karbondioksida adalah: Kadar CO2 bebas = 1000 p q 22 mg/L 100 Keterangan: p = jumlah mL Na2CO3 yang terpakai q = normalitas larutan Na2CO3 22 = bobot setaraCO2 13 2.3.4.5. Kecerahan (APHA, 1985) Kecerahan diukur dengan menggunakan secchi disk yang diturunkan ke dalam badan perairan sampai pada kedalaman tertentu hingga secchi disk tepat hilang dari pandangan, diukur pula batas tepat tampak dari secchi disk pada badan perairan tersebut. Kecerahan diperoleh dari selisih antara data tepat hilang dengan data tepat tampak dibagi dua. tepat hilang(a) + tepat terlihat (b) 2 2.3.4.6. Kedalaman Kedalaman diukur menggunakan depth sounder yang dinyalakan dan dihadapkan pada permukaan perairain di 9 stasiun berbeda kemudian nilai yang muncul dicatat dan dihitung hasilnya. 2.3.4.7. Kecepatan Arus Kecepatan arus diukur menggunakan botol plastik berukuran 600mL yang telah diikat dengan tali rafia dengan panjang 10 meter dan diisi air 1/3 dari volume botol, botol tersebut dihanyutkan diatas permukaan perairan lalu dicatat waktu tempuh botol mengalir sepanjang tali rafia tersebut. Rumus menghitung kecepatan arus: V = S/T Keterangan: V = Kecepatan arus (m/s) S = Jarak (m) T = waktu (s) 14 3. Metode Analisis Data parameter populasi berupa kelimpahan, kelimpahan relatif, rasio kelamin, serta hubungan panjang berat dianalisis menggunakan rumus: 3.1. Kelimpahan (Krebs, 1985) D= N S Keterangan: D = Kelimpahan N = Jumlah ikan yang ditangkap S = Ruang Untuk kelimpahan relatif digunakan rumus (Krebs, 1985): KR = ni 100 0 0 N Keterangan: ni = Jumlah individu ke-i N = Jumlah total individu 3.2. Rasio Kelamin (Campbell, 2003) R= F 100% M Keterangan: R = Sex ratio F = Jumlah ikan betina M = Jumlah ikan jantan 3.3. Hubungan panjang berat (Effendi, 1997) Untung menghitung nilai b (untuk mengetahui hubungan panjang berat) LogW = a.b.L (a dan b konstan) Log w = log a + b log L Dari persamaan tersebut dapat ditentukan nilai a, sedangkan W dan L sudah diketahui. Untuk mencari log a : log = ∑ log × ∑( ) − ∑ log × ∑(log × ∑(log ) − (∑ log ) × log ) 15 Untuk mencari nilai b menggunakan rumus : b= ∑ ∑ × Setelah itu buat tabel yang tersusun dari nilai-nilai L, log L, W, log W, log L x log W, (log L)2. Keterangan : L : panjang ikan W : berat ikan Masing-masing nilai b dapat diartikan sebagai berikut : b < 3 = pertambahan panjang ikan tersebut lebih cepat dari pertambahan beratnya. b = 3 = petambahan panjang sama dengan pertambahan beratnya. b > 3 = pertambahan panjang ikan tidak secepat pertambahan beratnya. Pertambahan panjang yang seimbang (b = 3) disebut pertambahan isometrik dan pertumbuhan yang tidak seimbang (b < / > 3) disebut pertumbuhan alometrik. 3.4. Analisis korelasi Rank Spearman (SPSS versi 17 for Windows) digunakan untuk mengetahui korelasi antara kondisi perairan (fisik dan kimia) terhadap kelimpahan ikan di Waduk P. B. Soedirman.