ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF PT SETIAWAN SEDJATI Oleh: BENNY SYAWALI H24077010 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF PT SETIAWAN SEDJATI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh BENNY SYAWALI H24077010 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Judul Skirpsi : Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT Setiawan Sedjati Nama : Benny Syawali NIM : H24077010 Menyetujui, Dosen Pembimbing Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si. NIP. 19730712 199702 2 001 Mengetahui: Ketua Departemen Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. NIP. 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus: RINGKASAN SKRIPSI PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT Setiawan Sedjati Oleh: Benny Syawali Pembimbing: Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si. Hubungan komunikasi dalam lingkungan kerja atau perusahaan, konflik antar individu akan sering terjadi. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi yang kurang baik dan akan mengakibatkan timbulnya lingkungan kerja yang kurang produktif. Untuk menimalisir konflik yang terjadi dapat diwujudkan melalui penerapan pola komunikasi organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja produktif. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati, mengetahui persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati. Penelitian ini dilakukan di kantor PT Setiawan Sedjati yang berada di Jalan MT Haryono Kavling 10 Pancoran Jakarta-Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, data perusahaan, penelusuran pustaka dan publikasi internet. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Probability Sampling jenis Proportionate Stratified Random Sampling. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk data kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik analisis Rank Spearman dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Berdasarkan analisis persepsi karyawan PT Setiawan Sedjati mengenai Lingkungan kerja yang ada di PT Setiawan Sedjati ini sudah sangat baik. Lingkungan kerja sudah produktif, hal ini dapat dilihat dari bagaimana perusahaan sudah memberikan kenyamanan dan ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja. hubungan yang positif, kuat dan sangat nyata dengan lingkungan kerja produktif dari mulai yang terkuat secara berturut-turut memiliki hubungan yang signifikan adalah Horizontal Communication, Diagonal Communication, Downward Communication, Upward Communication dan komunikasi informal berupa selentingan atau desas desus. Hal ini 63 mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Horizontal Communication, Diagonal Communication, Downward Communication dan Upward Communication dengan lingkungan kerja produktif. Sedangkan untuk pola komunikasi organisasi yang memiliki hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif yaitu komunikasi informal berupa selentingan atau desas-desus. ABSTRAK Benny Syawali. H24077010. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT Setiawan Sedjati. Dibawah bimbingan Erlin Trisyulianti. Hubungan komunikasi dalam lingkungan kerja atau perusahaan, konflik antar individu akan sering terjadi. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi yang kurang baik dan akan mengakibatkan timbulnya lingkungan kerja yang kurang produktif. Oleh karena itu perlu adanya pola komunikasi yang efektif. PT Setiawan Sedjati merupakan perusahaan distributor mesin foto copy digital yang ada di Indonesia. Lingkungan kerja yang terjadi pada PT Setiawan Sedjati sering sekali adanya konflik baik antar karyawan maupun pimpinan, yang mengakibatkan timbulnya ketidakharmonisan dalam lingkungan kerja, dan akan berdampak kepada kegiatan operasional perusahaan pada PT Setiawan Sedjati. Untuk menimalisir konflik yang terjadi dapat diwujudkan melalui penerapan pola komunikasi organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja produktif. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati, mengetahui persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, data perusahaan, penelusuran pustaka dan publikasi internet. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Probability Sampling jenis Proportionate Stratified Random Sampling. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk data kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik analisis Rank Spearman dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Berdasarkan analisis persepsi karyawan PT Setiawan Sedjati mengenai Lingkungan kerja yang ada di PT Setiawan Sedjati ini sudah sangat baik. Lingkungan kerja sudah produktif, hal ini dapat dilihat dari bagaimana perusahaan sudah memberikan kenyamanan dan ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja. hubungan yang positif, kuat dan sangat nyata dengan lingkungan kerja produktif dari mulai yang terkuat secara berturut-turut memiliki hubungan yang signifikan adalah Horizontal Communication, Diagonal Communication, Downward Communication, Upward Communication dan komunikasi informal berupa selentingan atau desas desus. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Horizontal Communication, Diagonal Communication, Downward Communication dan Upward Communication dengan lingkungan kerja produktif. Sedangkan untuk pola komunikasi organisasi yang memiliki hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif yaitu komunikasi informal berupa selentingan atau desasdesus. ABSTRACT Benny Syawali. H24077010. Analysis of Organizational Communication Patterns Relationships with Productive Work Environment PT Setiawan Sedjati. Under the guidance of Erlin Trisyulianti. Communication in the workplace or enterprise, conflicts between individuals will often occur. Conflict is usually what is due to poor communication and will result in a less productive work environment. Hence the need for effective communication patterns. PT Setiawan Sedjati an enterprise digital copier distributor in Indonesia. Work environment that occurs in PT Setiawan Sedjati often conflict both between employees and management, which result in disharmony in the workplace, and will affect the company's operations at PT Setiawan Sedjati. To minimize the conflict can be realized through the application of organizational communication patterns in creating a productive work environment. This study aims to determine employee perceptions of organizational communication patterns in PT Setiawan Sedjati, employee perceptions of the work environment productive at PT Setiawan Sedjati and analyze the relationship between organizational communication patterns with productive work environment at PT Setiawan Sedjati. The data used in this study is primary data and secondary data. Primary data obtained through interviews and questionnaires. Secondary data obtained from the study of literature, corporate data, literature search and internet publications. The sample selection was done by using Probability Proportionate Stratified Random Sampling Sampling types. Processing the data in this study used a descriptive approach to qualitative data, while the quantitative data using Spearman Rank analysis techniques using SPSS 17.0 for Windows. Based on the analysis of employee perceptions PT Setiawan Sedjati the working environment in the PT Setiawan Sedjati has been very good. Already productive work environment, it can be seen from how the company has been providing comfort and tranquility that can improve performance both in work. positive relationships, strong and very real with productive work environment of the strongest starts in a row to have a significant relationship is Communication Horizontal, Diagonal Communication, Communication Downward, Upward Communication and informal communication in the form of rumor or hearsay. This indicates that there is a strong relationship between Horizontal Communication, Communication Diagonal, Downward Communication and Upward Communication with productive work environment. As for the communication patterns of organizations that have a positive relationship, with real rather weak and productive work environment that is informal communication in the form of rumor or hearsay. RIWAYAT HIDUP Benny syawali dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juli 1984. Merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Nurdin Syamsudin dan Tuti Rustiaty. Pada tahun 2003 lulus di SMU YAPEMRI Depok. Pada tahun 2006 lulus di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekonomi Pertanian Program Studi Manajemen Bisnis dan Koperasi. Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas rahmat dan karuniaNya akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Hubungan Pola Komunikasi dengan Lingkungan Kerja Produktif (Studi Kasus: PT Setiawan Sedjati) yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada: 1. Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing memberikan saran-saran, perbaikan, dukungan moral, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. WH Limbong MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ayahanda Nurdin Syamsudin, ibunda Tuty Rustiaty, serta Bapak Edi Karim dan Ibu Komala dan keluarga besar, atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat, dan dukungannya. 5. Siti Zulaeha dan Jihan Alicia Makaila Niza istri dan putrikuyang telah memberikan semangat, do’a, kasih sayang, perhatian dan dukungannya. 6. Bapak Roza Indra, Bapak Ishak Gunawan, seluruh karyawan di PT Setiawan Sedjati yang telah banyak memberikan bantuan dan saran atas terselesaikannya skripsi ini. 7. Seluruh Staf Kependidikan Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemenn yang telah membantu dalam memberikan informasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, September 2013 Benny Syawali DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI..................................................................................................... ... vi DAFTAR TABEL ................................................................................. .............viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ............ ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 1 2 3 3 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi ...................................................................... 2.1.1 Fungsi-fungsi Komunikasi ....................................................... 2.1.2 Peran Komunikasi .................................................................... 2.1.3 Proses Komunikasi ................................................................... 2.1.4 Prinsip-prinsip Komunikasi ..................................................... 2.2. Pola Komunikasi ................................................................................ 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ................................ 2.4. Hambatan Komunikasi ....................................................................... 2.5. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi .......................................... 2.6. Lingkungan Kerja Produktif .............................................................. 2.7. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 5 6 6 7 9 10 17 18 20 20 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian ........................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 3.5. Menetukan Populasi dan Sampel ....................................................... 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 3.6.1 Analisis Deskriptif .................................................................... 3.6.2 Analasis Rank Spearman .......................................................... 26 28 28 30 33 35 35 36 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................ 4.1.1 Sejarah Perkembangan PT Setiawan Sedjati ............................ 4.1.2 Visi dan Misi PT Setiawan Sedjati ........................................... 4.1.3 Struktur Organisasi ................................................................... 4.2. Karakteristik Responden .................................................................... 4.3. Persepsi Karyawan PT Setiawan Sedjati tentang Pola Komunikasi Organisasi ........................................................................................... 4.3.1 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communication).................................. vi 39 39 40 40 41 45 46 4.3.2 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communication) .......................................... 4.3.3 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Diagonal ......... 4.3.4 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Horizontal ...... 4.3.5 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Informal ......... 4.4. Analisis Persepsi Karyawan tentang Lingkungan Kerja Produktif .... 4.5. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif .............................................................. 4.6. Implikasi Manajerial .......................................................................... 47 49 51 53 55 56 60 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................... 62 Saran .......................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64 LAMPIRAN......................................................................................................... 66 vii DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Nilai skor rataan ............................................................................................. 2. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach’s .............................................. 3. Proportionate Stratified Random Sampling Karyawan PT Setiawan Sedjati ............................................................................................................ 4. Pola komunikasi organisasi downward communication menurut persepsi responden ....................................................................................................... 5. Pola komunikasi organisasi upward communication menurut persepsi karyawan ........................................................................................................ 6. Pola komunikasi organisasi diagonal menurut persepsi karyawan ................ 7. Pola komunikasi organisasi horizontal menurut persepsi karyawan ............. 8. Pola komunikasi organisasi informal menurut persepsi karyawan ................ 9. Lingkungan kerja produktif menurut persepsi karyawan .............................. 10. Hubungan pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja produktif......................................................................................................... 11. Hubungan pola komunikasi organisasi informal dengan lingkungan kerja yang produktif ............................................................................................... viii 29 32 33 46 48 49 51 53 56 57 60 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Proses komunikasi .......................................................................................... 2. Pola komunikasi dari atas ke bawah ............................................................... 3. Pola komunikasi dai bawah ke atas ................................................................ 4. Pola komunikasi horizontal............................................................................. 5. Pola komunikasi diagonal ............................................................................... 6 Kerangka pemikiran penelitian ....................................................................... 7. Karakteristik jenis kelamin ............................................................................. 8. Karakteristik unit kerja ................................................................................... 9. Karakteristik posisi ......................................................................................... 10. Karakteristik tingkat pendidikan ..................................................................... 11. Karakteristik usia ............................................................................................ 12. Karakteristik masa kerja ................................................................................. ix 7 12 14 15 16 26 42 42 43 44 44 45 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuesioner penelitian ....................................................................................... 2. Hasil uji validitas pernyataan kuesioner dengan bantuan Software Microsoft Excel 2007 ...................................................................................... 3. Uji reliabilitas pernyataan kuesioner dengan bantuan Software SPSS 15.0 for windows ................................................................................... 4. Nilai uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 15.0 for Windows .................................................................................................... 5. Struktur organisasi PT Setiawan Sedjati ......................................................... x 67 71 72 73 75 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam hubungan komunikasi di suatu lingkungan kerja atau perusahaan, konflik antar individu akan sering terjadi. Konflik yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah komunikasi yang kurang baik sehingga cara mengatasi konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami manajemen inti dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul. Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan banyak disebabkan karena masalah komunikasi. Hal ini harus di antisipasi dengan baik dengan sistem yang terstruktur. Dikhawatirkan adanya bias komunikasi antara atasan dan bawahan, dimungkinkan akan terjadi aksi yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demonstrasi. Untuk mensiasati masalah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: 1. Membentuk suatu sistem informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker. 2. Membuat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan. 3. Memberikan pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi. Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi karena masalah pribadi, misalnya ketersinggungan perbedaan persepsi, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus menghilangkan masalah senioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan 2 timbul, kerena dengan suasana yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit untuk muncul. PT Setiawan Sedjati merupakan salah satu distributor mesin penggandaan yang ada di Indonesia. Pada PT Setiawan Sedjati terjadi konflik baik antar karyawan maupun pimpinan, yang mengakibatkan timbulnya ketidakharmonisan dalam lingkungan kerja, dan akan berdampak kepada kegiatan operasional perusahaan pada PT Setiawan Sedjati. Konflik yang terjadi disebabkan komunikasi yang kurang baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif. Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan yang akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan terjadi karena adanya masalah komunikasi yang harus di antisipasi dengan baik. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi, dimungkinkan akan terjadi aksi yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demonstrasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat menentukan dalam sebuah organisasi, karena dalam penyampaian suatu pesan dibutuhkan komunikasi yang efektif dengan tujuan agar terjadi interaksi antara komunikator dengan komunikan. Pola komunikasi oganisasi memiliki peranan yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja produktif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa apabila pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif dan efisien, maka dapat menciptakan lingkungan kerja produktif. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan kerja yang produktif di PT Setiawan Sedjati dirasa perlu dilakukan penelitian yang berusaha untuk menjelaskan hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif, serta bagaimana persepsi karyawan di PT Setiawan Sedjati tentang pola komunikasi dan lingkungan kerja produktif. 3 Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan adalah: 1. Bagaimana pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati ? 2. Bagaimana lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati? 3. Bagaimana hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif di PT Setiawan Sedjati? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati. 2. Menganalisis persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati. 3. Menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif PT Setiawan Sedjati. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Perusahaan sebagai bahan pertimbangan serta memberikan informasi tambahan bagi PT Setiawan Sedjati dalam menciptakan lingkungan kerja produktif melalui pola komunikasi organisasi dan dapat menambah pengetahuan, serta dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pola komunikasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berdasarkan persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi dan persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif PT Setiawan Sedjati. Pola komunikasi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada komunikasi formal yang terdiri dari upward communication, downward communication, diagonal communication dan horizontal communication, serta komunikasi informal terdiri dari selentingan dan penyebaran desas- 4 desus. Dimana pola komunikasi organisasi tersebut diterapkan mulai dari level manajer sampai level karyawan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu elemen manajemen yang penting dalam suatu organisasi, karena komunikasi menyebarkan fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan. Istilah komunikasi diambil dari bahasa latin communis, yang berarti umum (common). Berdasarkan asal kata tersebut Gibson et al (1997) mendefinisikan komunikasi sebagai pengiriman (transmisi) pemahaman umum melalui penggunaan isyarat (simbol). Penambahan unsur pengertian/ pemahaman dalam definisi komunikasi dikemukakan oleh Stoner dan Freeman (1994) yang berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses dimana seorang individu berusaha untuk memperoleh pengertian yang sama melalui pengiriman pesan simbolik. Komunikasi Komunikasi tujuan juga merupakan membantu hal yang mengikat anggota-anggota kesatuan organisasi. organisasi mencapai individu dan juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisasi, mengkoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan (Romli, 2011). Definisi yang dapat mencakup semua aspek komunikasi menurut Zuhdi (2011) adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang baik verbal maupun non verbal dengan menggunakan media dan bertujuan melakukan perubahan perilaku. Pengertian komunikasi juga dipaparkan Wood (2000) dalam Soedarsono (2009) adalah proses yang sistematis dimana individu saling berinteraksi dengan dan melalui simbol-simbol yang membentuk dan menginterpretasikan pengalaman. Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubahubah menurut Goldhaber (1986) dalam Romli (2011). 6 2.1.1 Fungsi-fungsi Komunikasi Menurut Sanjaja (2007), ada empat fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu: 1. Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (infomation processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Dalam organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempengaruhi bawahannya daripada memberi perintah. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. 2.1.2 Peran Komunikasi Menurut Mintzberg dalam Stoner (1996) mendefinisikan mengenai peran komunikasi dalam tiga peran manajerial, yaitu: 1. Dalam peran antar pribadi, manajer bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari unit organisasinya, berinteraksi dengan karyawan, pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi. 7 2. Dalam peran informal, manajer mencari informasi dari rekan sejawat, karyawan dan kontrak pribadi yang lain mengenai segala sesuatu yang mungkin mempengaruhi pekerjaan dan tanggung jawabnya. 3. Dalam peran pengambilan keputusan, manajer mengimplementasi-kan proyek baru, menangani gangguan dan mengalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen. Berdasarkan peran komunikasi menurut Mitzberg dalam Stoner (1996) dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki arti penting, terutama dalam peran antar pribadi, informal dan pengambilan keputusan. Dimana, komunikasi digunakan sebagai alat dalam penyampaian maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu hal penting yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain. 2.1.3 Proses Komunikasi Proses komunikasi terbagi dua tahap yaitu komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang tersebut berupa bahasa isyarat, gambar, warna dan sebagainya. Lambang yang paling banyak digunakan adalah bahasa proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikasi tidak berlangsung dengan sendirinya tetapi memiliki proses. Menurut Bovee dan John Thil dalam Purwanto (2003) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, seperti terlihat pada Gambar 1. Tahap 1 Pengirim mempunyai gagasan SALURAN Tahap 2 Pengirim mengubah ide menjadi pesan Tahap 3 Pengirim mengirim pesan Tahap 4 Penerima mengirim ide pesan Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan MEDIA Tahap 6 Penerima mengirim pesan Gambar 1. Proses Komunikasi (Purwanto, 2003) 8 Adapun penjelasan proses komunikasi menurut Bovee dan John Thil dalam Purwanto (2003), adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan. Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi, baik yang dapat dilihat, didengar, dicium maupun diraba. 2. Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan. Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan. 3. Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan. Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. 4. Tahap keempat: Penerima Menerima Pesan. Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Pesan yang diterima adakalanya sempurna, namun tidak jarang hanya sebagian kecil saja. 5. Tahap kelima: Penerima Menafsirkan Pesan. Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Penafsiran suatu pesan secara benar bila penerima pesan memahami pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan. 6. Tahap keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik 9 Ke Pengirim. Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Feedback dapat berfungsi sebagai koreksi bagi pengirim. Pelaksanaan proses komunikasi tidak selamanya semudah yang diharapkan, dimana terdapat gangguan (noise) dalam proses komunikasi yang akhirnya akan mempengaruhi jalannya proses penyampaian pesan. Gangguan merupakan faktor apapun yang menggangu, membingungkan atau mencampuri informasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi atau metode pengiriman, seperti udara untuk pembicaraan lisan dan kertas untuk surat. Gangguan dapat terjadi internal seperti ketika penerima tidak memperhatikan, atau eksternal dimana pesan terganggu oleh suara lain dari lingkungan. Gangguan dapat terjadi pada tahap mana pun dari proses komunikasi. Gangguan dapat sangat mengganggu dalam tahap penyandian dan pengertian (Stoner, 1996). Proses komunikasi dikatakan positif bila pesan diterima oleh penerima atau komunikan, sedangkan proses negatif bila pesan yang disampaikan ditolak oleh komunikan (Robbins, 2003). 2.1.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Menurut Nawangsari (1997) prinsip-prinsip komunikasi adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Hilang dalam Perjalanan (Principle of line loss) Prinsip ini mengatakan bahwa efektifitas suatu komunikasi condong berubah menurut jaraknya. Artinya makin banyak orang campur tangan dan semakin jauh jarak komunikator maka makin besar kemungkinannya bahwa maksud dan pesan komunikan ini diputar balikkan, ditunda atau dihilangkan. 2. Prinsip Himbauan Emosional (Principle of emotional appeal) Himbauan emosi lebih cepat dikomunikan daripada himbauan pada akal pikiran. Maksudnya gagasan atau ide akan lebih cepat didengar dan dimengerti kalau dihubungkan dengan kepentingan komunikan. 3. Prinsip Aplikasi (Principle of application) Makin banyak suatu cara komunikasi dipraktekkan, maka makin banyak dimengerti. Manusia bersifat lupa, sehingga pesan atau informasi harus diulang-ulang. Dalam komunikasi terjadi proses penyesuaian diri manusia 10 dengan situasinya, sebagaimana juga usaha untuk menguasai keadaan karena itulah manusia berkomunikasi. 2.2. Pola Komunikasi Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, namun perlu diketahui bahwa pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain dapat bervariasi atau berbeda-beda. Bagi perusahaan yang berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan, maka penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada para karyawannya tersebut. Namun, lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit (Purwanto, 2003) Menurut Stoner (1996), pola komunikasi terbagi atas tiga yaitu komunikasi vertikal, komunikasi lateral dan komunikasi informal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan komunikasi dari bawah ke atas dalam rantai komando organisasi. Maksud utama komunikasi dari atas ke bawah adalah untuk memberitahukan, mengarahkan, memerintah dan menilai bawahan serta untuk memberi anggota organisasi informasi mengenai tujuan dan kebijakan organisasi. Sedangkan, fungsi utama komunikasi dari bawah ke atas adalah untuk memberikan informasi kepada tingkat-tingkat yang lebih tinggi mengenai apa yang terjadi pada tingkat yang lebih rendah. Jenis komunikasi ini meliputi laporan kemajuan, saran, penjelasan, permohonan bantuan atau keputusan. Komunikasi lateral biasanya mengikuti pola arus kerja dalam sebuah organisasi yang terjadi para anggota kelompok antara satu kelompok dengan kelompok lain, antara para anggota bagian yang berbeda-beda dan antara lini dan staf. Tujuan utama komunikasi lateral adalah menyediakan sebuah saluran langsung untuk koordinasi dan pemecahan masalah organisasi. Jenis komunikasi informal, yaitu seperti desas-desus ataupun selentingan. Selentingan mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan kerja. Meskipun selentingan sulit dikendalikan secara tepat, namun dapat beroperasi jauh lebih cepat daripada saluran komunikasi formal. 11 Secara umum pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua saluran menurut Purwanto (2003), antara lain: (1) saluran komunikasi formal dan (2) saluran komunikasi informal. 1. Saluran Komunikasi Formal Struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan terlihat berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, maka pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. Menurut Montana dan Greene dalam Purwanto (2003), ada beberapa keterbatasan komunikasi formal diantaranya: a. Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communications) Secara sederhana, transformasi informasi dari pimpinan dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah (top-down atau downward communications). Aliran komunikasi dari atasan ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan untuk mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah (Purwanto, 2003). Berdasarkan Gambar 2, komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan kelompok. Disamping itu, komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk tulisan, seperti memo, manual pelatihan, kotak informasi, surat kabar, majalah, papan pengumuman, buku petunjuk karyawan, maupun bulletin. Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi dari atas kebawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu: 1) Memberikan pengarahan atau intruksi kerja tertentu. 2) Memberikan informasi, mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. 3) Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional. 4) Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan. 12 5) Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai. Manajer Umum Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Manajer Produksi Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Karyawan Gambar 2. Pola Komunikasi dari atas ke bawah (Purwanto, 2003) Menurut Dennis dalam Mulyana (2000), komunikasi ke bawah ialah diprakarsai oleh manajemen organisasi tingkat atas dan kemudian ke bawah melewati ”rantai perintah”. Ada beberapa saluran komunikasi ke bawah, yaitu: 1) Memo interorganisasi 2) Rapat 3) Tatap muka dengan bawahan 4) Faks 5) Surat eletronik Adapun Dahle dalam Mulyana (2000) mengemukakan bahwa urutan saluran menurut tingkat keefektifannya yaitu: 1) Kombinasi lisan dan tulisan 2) Lisan 3) Tulisan 4) Papan pengumuman 5) Selentingan Dengan kata lain, untuk menyampaikan informasi kepada para pegawai dengan tepat, kombinasi saluran tulisan dan lisan memberi hasil terbaik. Mengirimkan pesan yang sama melalui lebih dari satu saluran terasa berlebihan. Hal ini dapat membantu, tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga dalam memastikan bahwa pesan tersebut akan diingat (Mulyana, 2000). 13 b. Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communications) Struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom- up atau upward communications) berarti alur informasi berasal dari bawahan menuju ke atasan. Informasi mula-mula berasal dari para karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer produksi dan akhirnya ke manajer umum. Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara tepat. Partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya kepada bawahannya. Jika tidak, informasi sebagus apa pun dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya. Berikut ini adalah sebuah bagan organisasi yang menggambarkan alur komunikasi dari bawah ke atas. Komunikasi dari bawah ke atas dapat dilihat pada Gambar 3 (Purwanto, 2003). Komunikasi ke atas adalah proses penyampaian gagasan, perasaan dan pandangan pegawai tingkat bawah kepada atasannya dalam organisasi. Dalam komunikasi ke atas, ada empat fungsi penting (Scholz dalam Mulyana, 2000), yaitu: a) Melengkapi manajemen dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. b) Membantu mengurangi tekanan dan frustasi pegawai akibat suasana kerja. c) Meningkatkan kesadaran partisipasi pegawai dalam perusahaan. d) Sebagai bonus, komunikasi ke atas menyarankan penggunaan komunikasi ke bawah yang lebih memuaskan pada masa depan Walaupun jelas penting, komunikasi ke atas tidak selalu dianjurkan oleh manajemen. Mungkin salah satu alasannya adalah karena suara yang didengar atasan dari bawahannya tidak selalu menyenangkan atau menyanjung atasan. Menurut Mulyana (2000), faktor-faktor penting dalam perusahaan, antara lain: 1) Reseptivitas ke atas atau kesediaan menerima pesan dari bawahan yang tinggi. Reseptivitas ke atas terutama diasosiasikan dengan kebijakasanaan pintu terbuka dalam bisnis. 14 2) Inisiatif dari pihak pegawai tampaknya salah satu cara terbaik untuk membuka pintu komunikasi dalam organisasi. 3) Memberikan informasi pribadi/meminta nasihat. Menurut Gemmil dalam Mulyana (2000), ada tiga hambatan psikologis utama yang mempengaruhi komunikasi ke atas: 1) Jika bawahan percaya bahwa penyingkapan perasaan, opini, atau kesukaran akan mengakibatkan atasan menutup atau menghindarkan pencapaian tujuan pribadinya, bawahan akan menyembunyikan atau membelokannya. 2) Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan perasaan, opini dan kesulitan oleh bawahan, semakin besar keinginan bawahan mengungkapkannya. 3) Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini dan kesukaran kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula kemungkinan keterbukaan dari pihak bawahan. Selain mengemukakan itu, Gordon bahwa dan Infante pegawai dalam sangat Mulyana menghargai (2000), kebebasan mengemukakan pendapatnya kepada atasan. Manajer Umum Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Manajer Produksi Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Karyawan Gambar 3. Pola Komunikasi dari bawah ke atas (Purwanto, 2003) c. Komunikasi Horizontal (Sideways Communications) Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasif, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Komunikasi horizontal bersifat 15 koordinatif diantara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di antara beberapa departemen. Komunikasi horizontal dapat dilihat pada Gambar 4 (Purwanto, 2003). Komunikasi horizontal yang efektif dalam organisasi yaitu pertukaran diantara perwakilan dan personil pada tingkat yang sama dalam diagram organisasi (Mulyana, 2000). Komunikasi horizontal dalam organisasi sering tidak sehat karena loyalitas karyawan kepada departemen tertentu. Menurut Goldhaber dalam Mulyana (2000), meringkas literatur mengenai komunikasi horizontal dalam suatu organisasi: a) Koordinasi tugas b) Penyelesaian masalah c) Berbagi informasi d) Penyelesaian konflik Manajer Umum Manajer Pemasaran Manajer Produksi Bagian Penjualan Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Karyawan Gambar 4. Pola Komunikasi Horizontal (Purwanto, 2003) d. Komunikasi Diagonal Bentuk komunikasi yang satu ini memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan bagian promosi, antara manajer produksi dengan bagian akuntansi dan seterusnya. Komunikasi diagonal dapat dilihat pada Gambar 5 (Purwanto, 2003). Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah: 1) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional. 16 2) Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Disamping memiliki kebaikan atau keuntungan, komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan komunikasi diagonal adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar sulit untuk dikendalikan secara efektif. Manajer Umum Manajer Produksi Bagian Penjualan Manajer Pemasaran Bagian Promosi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Karyawan Gambar 5. Pola Komunikasi Diagonal (Purwanto, 2003) 2. Saluran Komunikasi Informal Bagan organisasi formal akan dapat menggambarkan bagaimana informasi yang ada ditransformasikan dari satu bagian ke bagian yang lainnya sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun dalam praktik, nampaknya garisgaris dan kotak-kotak yang tergambar dalam struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi untuk saling bertukar informasi antara yang satu dengan yang lainnya. Jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Meskipun hal-hal yang diperbincangkan bersifat umum, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya (Purwanto, 2003). Saluran informasi informal dalam organisasi sering disebut desasdesus atau rumor dan selentingan atau grapevine. Desas-desus mengurangi ketegangan emosional dan biasanya timbul di lingkungan yang ambigu (Mulyana, 2000). Ada beberapa faktor dalam komunikasi informal, yaitu: 17 a. Desas-desus Desas-desus merupakan sebuah fungsi ambiguitas situasi yang diperkuat oleh pentingnya sebuah isu. Penyebaran desas-desus diperlambat oleh kesadaran kritis seseorang bahwa desas-desus tampaknya tidak sah. b. Selentingan Selentingan merupakan suatu penyebaran isu melalui metode berkomunikasi tercepat dalam suatu organisasi. Menurut Mintzberg dalam Tambunan (2005), pola komunikasi diartikan sebagai struktur organisasi, dimana struktur organisasi dibagi menjadi dua, yaitu (1) struktur organisasi formal dan (2) struktur organisasi informal. Struktur organisasi formal ialah sebagai alat mekanik untuk mengurangi variabilitas perilaku anggota organisasi yang cenderung informal. Sedangkan, struktur organisasi informal ialah sama sekali tidak Menurut Mangkunegara (2002) ada dua tinjauan faktor yang terdokumentasi. 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi mempengaruhi komunikasi, yaitu faktor yang berasal dari pihak komunikator (sender) dan dari pihak komunikan (receiver). Adapun faktor-faktor yang berasal dari sender maupun receiver, anatara lain: 1. Keterampilan sender dan receiver. Sender sebagai pengirim informasi, ide, berita dan pesan perlu menguasai caracara penyampaian pikiran secara tertulis maupun lisan. Sedangkan, receiver harus memiliki keterampilan dalam mendengar dan membaca pesan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti. 2. Sikap sender dan receiver. Sender yang bersikap ragu-ragu dan angkuh terhadap receiver dapat mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak dan membuat receiver menjadi tidak percaya terhadap informasi atau pesan yang disampaikan. Sama halnya juga dengan receiver, jika receiver bersikap meremehkan dan berprasangka buruk terhadap sender, maka komunikasi menjadi tidak efektif dan pesan menjadi tidak berarti bagi receiver. 18 3. Pengetahuan sender dan receiver. Sender yang mempunyai pengetahuan luas dan menguasai materi yang disampaikan akan dapat meninformasikannya kepada receiver sejelas mungkin, sehingga receiver lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh sender. Kemudian receiver yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah dalam menginterpretasikan ide atau pesan yang diterimanya dari sender. 4. Media yang digunakan oleh sender dan receiver. Sender perlu menggunakan media komunikasi yang sesuai dan menarik perhatian receiver. Sedangkan, receiver yang menggunakan media komunikasi berupa alat indera yang ada pada receiver sangat menentukan apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat indera receiver terganggu, maka pesan yang diberikan oleh sender menjadi kurang jelas bagi receiver. 2.4. Hambatan Komunikasi Komunikasi tidak dapat efektif secara sempurna karena ada hambatanhambatannya, yaitu hambatan sistematis, teknis, biologis, fisiologis dan kecakapan. Komunikasi akan efektif apabila disampaikan dengan komunikasi dua arah atau two way trafic (Hasibuan, 2007). Sedangkan, menurut Robbins (2003) beberapa hambatan dalam komunikasi efektif, diantaranya penyaringan (filtering), persepsi selektif, kelebihan informasi, defensif dan bahasa. Pendapat lainnya berasal dari Davis dalam Mangkunegara (2002) yang menyebutkan bahwa ada tiga rintangan atau hambatan dalam berkomunikasi, antara lain: 1. Rintangan pribadi Rintangan pribadi yang dimaksud adanya hambatan pribadi yang disebabkan karena emosi, alat indera yang terganggu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada norma atau nilai budaya tertentu. 2. Rintangan fisik Rintangan fisik yang dimaksud adalah terlalu jauh jarak tempat berkomunikasi antara sender dan receiver. Dalam hal ini, diperlukan media komunikasi seperti telepon, alat pengeras suara dan alat komunikasi lainnya. 19 3. Rintangan bahasa Rintangan bahasa yang dimaksud adalah kesalahan dalam menginterpretasikan istilah kata. Adapun hambatan komunikasi menurut Sule dan Saefulloh (2006) dibagi menjadi dua, yaitu (1) hambatan individual dan (2) hambatan organisasi. 1. Hambatan Individual Kesalahpahaman dalam memahami pesan, kredibilitas individu, keterbatasan dalam berkomunikasi, kemampuan mendengarkan yang rendah dan penilaian awal terhadap subjek tertentu. 2. Hambatan Organisasi Perbedaan tingkat manajemen, persepsi yang berbeda antar bagian, kelebihan beban kerja dan hambatan-hambatan lain. Hambatan komunikasi itu berbeda-beda, namun masalah terbesar adalah pada mata rantai terakhir dimana suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa dan pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan. Hambatan komunikasi yang pertama yaitu perbedaan latar belakang, bila pengalaman hidup penerima pesan secara mendasar berbeda dengan pengirim pesan, maka komunikasi menjadi semakin sulit. Perbedaan usia, pendidikan, jenis kelamin, status sosial, kondisi ekonomi, latar belakang budaya dan agama dapat menjadikan pemahaman masing-masing menjadi sulit atau paling tidak terganggu proses komunikasinya. Masalah dalam memahami pesan-pesan sebenarnya terletak pada bahasa, yang menggunakan kata-kata sebagai simbol untuk menggambarkan suatu kenyataan. Serta hambatan terakhir yaitu pada perbedaan reaksi emosional, suatu hal yang cukup menarik bahwa seorang mungkin beraksi secara berbeda terhadap kata yang sama pada keadaan yang berbeda. Suatu pesan yang jelas dan dapat diterima di suatu kondisi, namun dalam situasi yang berbeda suatu kata dapat membingungkan. Hal ini tergantung pada hubungan emosional atau penerima dan pengirim pesan. 20 2.5. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi Menurut Sule dan Saefulloh (2006), adapun upaya dalam mengatasi hambatan komunikasi terbagi atas dua bagian, yaitu: 1. Upaya Bersifat Individual Peningkatan kemampuan mendengarkan, dorongan untuk berkomunikasi dua arah, peningkatan kesadaran dan kemampuan dalam memahami pesan dan informasi, pemeliharaan kredibilitas individu dan peningkatan pemahaman terhadap orang lain. 2. Upaya Bersifat Organisasional Tindak lanjut dari setiap komunikasi yang dilakukan, pengaturan pola komunikasi yang semestinya dilakukan dalam organisasi, serta peningkatan kesadaran dan penggunaan berbagai media dalam berkomunikasi. Mengatasi hambatan komunikasi perlu diperhatikan dalam membuat suatu pesan secara lebih berhati-hati, yaitu memperhatikan maksud dan tujuan berkomunikasi dan audiens yang dituju. Katakan apa yang dikehendaki oleh audiens, gunakan bahasa yang jelas, sederhana, mudah dipahami, tidak berteletele dan jangan lupa tekankan, serta telaah ulang poin-poin yang penting. Selain itu, mengatasi hambatan komunikasi dengan minimalkan gangguan dalam proses komunikasi, melalui pemilihan saluran komunikasi yang hati-hati, komunikator dapat membuat audiensnya lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan dengan cara lisan (oral) akan efektif bila lokasi atau penyampaian pesan memiliki kondisi yang teratur, rapi, serta nyaman dan sebagainya. Terakhir dengan mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, agar pemberian umpan balik tersebut memberikan suatu manfaat yang cukup berarti, cara dan penyampaiannya harus direncanakan dengan baik (Umar, 2005). Dengan komunikasi yang baik akan dapat diselesaikan problem-problem yang terjadi dalam perusahaan. Konflik yang terjadi dapat diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat. Jadi, manajemen terbuka akan mendukung terciptanya komunikasi efektif dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif. 2.6. Lingkungan Kerja Produktif Lingkungan kerja adalah tempat di mana pegawai melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan 21 memungkinkan pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosional pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja di mana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Produktivitas akan tinggi dan otomatis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi adalah salah satu faktor pendorong untuk bekerja lebih baik, dimana karyawan dapat bergairah untuk mengerjakan tugas yang diberikan pimpinan. Hal ini dapat dilihat melalui pembinaan suatu suasana yang menyenangkan, misalnya bagaimana hubungan antar karyawan didalam organisasi (Sunarto, 2003). Menurut Sinungan (2003), kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehingga bisa memperbaiki cara kerja atau minimal mempertahankan cara kerja produktif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja produktif menurut Sinungan (2003), yaitu: 1. Kemauan yang tinggi. 2. Kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja. 3. Lingkungan kerja yang nyaman. 4. Penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. 5. Jaminan sosial yang memadai. 6. Kondisi kerja yang manusiawi. 7. Hubungan kerja yang harmonis. Hubungan kerja yang harmonis merupakan salah satu faktor untuk membuat orang bisa menjadi kerja produktif. Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling dan melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan pimpinan. Lingkungan kerja dalam perusahaan, dapat berupa struktur tugas menunjuk pada bagaimana pembagian tugas dan wewenang itu dilaksanakan (Sinungan, 2003). Ketersediaan sarana kerja juga mempengaruhi produktivitas lingkungan kerja karyawan. Dengan adanya sarana-sarana yang memungkinkan, seperti ruangan yang rapi, bersih dan nyaman untuk bekerja, maka karyawan akan 22 merasa nyaman dan menumbuhkan suasana hati yang baik untuk menyelesaikan pekerjaannya. Berikut adalah beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang produktif. 1. Mulailah dengan membangun komunikasi yang baik antar anggota tim. Tak bisa dipungkiri, komunikasi merupakan jembatan untuk para karyawan dalam membangun sebuah kerjasama yang kokoh. Bila komunikasi antar karyawan berjalan lancar, maka keharmonisan tim akan terus terjaga dan hubungan pertemanan mereka semakin kuat, sehingga mereka tidak akan sungkan untuk saling berbagi dan bahu membahu menyelesaikan semua permasalahan kerja yang ada. 2. Memberi kebebasan pada karyawan Anda untuk menciptakan ruang kerja yang senyaman mungkin bagi mereka. Hampir setiap hari para karyawan mengerjakan tugas kerja yang sama dan di ruangan yang sama pula, hal ini tentunya akan menimbulkan kejenuhan pada karyawan apabila mereka tidak nyaman dengan lingkungan kerja mereka. Karena itulah, berikan kesempatan pada karyawan Anda untuk berkreasi menciptakan dekorasi dan tata ruang senyaman mungkin, agar mereka betah berlama-lama mengerjakan tugasnya di ruang kerja mereka. 3. Adanya support yang positif dari pihak manajemen. 4. Selain hubungan antar anggota team dan kondisi ruang kerja yang nyaman, dibutuhkan pula dukungan penuh dari pihak manajemen perusahaan. Hal ini terkait dengan kesejahteraan para karyawan dan peraturan kerja yang harus dipatuhi para karyawan. Peraturan perusahaan yang saling menguntungkan dan kesejahteraan karyawan yang terjamin menjadi salah satu motivasi yang cukup besar untuk meningkatkan kinerja para karyawan. 5. Miliki mimpi besar yang sama. Ketika semua anggota tim memiliki mimpi dan tujuan yang sama, maka setiap langkah yang mereka jalankan akan saling mendukung hingga pada akhirnya tujuan besar mereka bisa tercapai. Disinilah penananam visi dan misi perusahaan perlu Anda tekankan pada setiap anggota team, sehingga mereka tidak segan untuk memberikan performa terbaiknya agar impian yang telah dicita-citakan bisa terwujud dengan segera. Terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan, tentunya akan membentuk budaya kerja yang cukup produktif sehingga setiap anggota 23 team selalu termotivasi untuk memberikan performa terbaiknya untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya sesuai dengan peran mereka. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan semangat baru bagi rekan-rekan semua yang sedang menjalankan usaha.. Lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi (Sihombing, 2004). Indikator lingkungan kerja seperti fasilitas kerja, gaji dan tunjangan, hubungan kerja. Motivasi kerja pegawai akan terdorong dari lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung maka akan timbul keinginan pegawai untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Keinginan ini kemudian akan menimbulkan persepsi pegawai dan kreativitas pegawai yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi pegawai juga dipengaruhi oleh faktor insentif yang diberikan oleh instansi. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kinerja karyawan. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja oragnisasi. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang tidak baik akan dapat menurunkan motivasi serta semangat kerja dan akhirnya dapat menurunkan kinerja karyawan. Kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan dapat tercipta dengan adanya penyusunan organisasi secara baik dan benar sebagaimana yang dikatakan oleh Sarwoto ( 1991 ) bahwa suasana kerja yang baik dihasilkan terutama dalam organisasi yang tersusun secara baik, sedangkan suasana kerja yang kurang baik banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun dengan baik pula. Dari pendapat tersebut dapat diterangkan bahwa terciptanya suasana kerja sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi yang ada dalam organisasi tersebut. 2.7. Penelitian Terdahulu Bayuarga (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efektivitas Komunikasi Organisasi dan Hubungannya dengan Kinerja Karyawan pada Cipta 24 Grafika Karawang, menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang terjadi di Cipta Grafika lebih cenderung ke arah pola komunikai ke bawah dan komunikasi horisontal. Sebagian besar karyawan merasa bahwa hubungan komunikasi antar karyawan sudah berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pola komunikasi horisontal yang merupakan komunikasi yang terjadi antar rekan sekerja sering terjadi di Cipta Grafika. Analisis deskriptif yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi menunjukkan bahwa kepemilikan informasi, spesialisasi pekerjaan, desas-desus, lingkungan kerja, sarana komunikasi, kredibilitas, gaya kepemimpinan, reaksi emosional, jabatan serta pemahaman dan umpan balik, memiliki pengaruh terhadap pola komunikasi yang terjadi di Cipta Grafika. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya, faktor gaya kepemimpinan memiliki hubungan yang paling kuat dengan kinerja karyawan. Sedangkan hubungan yang paling lemah terjadi antara kinerja karyawan dengan faktor sarana komunikasi. Korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi perusahaan dengan kinerja karyawan adalah kuat dan nyata (α = 0,05), sehingga hipotesis Ho ditolak dan hipotesis H1 diterima. Adesya (2007) melakukan penelitian mengenai Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan bagian Spinning di PT Unitex Tbk Bogor. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis iklim komunikasi organisasi, tingkat kepuasan kerja dan hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja karyawan bagian Spinning PT Unitex Tbk Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode non probability sampling dan responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Analisis data menggunakan ananlisis deskriptif dan analisis hubungan. Untuk analisis hubungan menggunakan korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 12.0 for Windows. Secara umum iklim komunikasi organisasi bagian Spinning termasuk baik. Jika dilihat dari besar kecilnya rataan skor yang diperoleh berdasarkan peringkat “baik” (dari tinggi ke rendah) urutannya adalah kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komuikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Hasil analisis deskripsi terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dikatakan 25 puas dengan urutan kepuasan tertinggi pada pekerjaan itu sendiri, hubungan dengan rekan sekerja, hubungan atasan dan bawahan, kondisi kerja, kompensasi dan promosi kerja. Terdapat hubungan yang sangat nyata, positif dan kuat antara iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja. Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa semakin baik iklim organisasi akan semakin tinggi kepuasan kerja karyawannya. III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Visi, Misi dan Tujuan PT SETIAWAN SEDJATI Divisi Pemasaran Teknik Keuangan IT Pola Komunikasi Organisasi Saluran Komunikasi Formal 1. Downward Communications. 2. Upward Communications. 3. Sideways Communications. 4. Diagonal Communications. Saluran Komunikasi Informal 1. Desas-desus 2. Selentingan (Grapevine) Personalia BOC Logistik Lingkungan Kerja Produktif 1. Kemauan yang tinggi. 2. Kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja. 3. Lingkungan kerja yang nyaman. 4. Penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. 5. Jaminan sosial yang memadai. 6. Kondisi kerja yang manusiawi. 7. Hubungan kerja yang harmonis. Rank Spearman Hubungan Antara Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif Implikasi Manajerial Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Setiap perusahaan memiliki visi dan misi sendiri. Visi dari PT Setiawan Sedjati ini adalah Global Color Bussness Solution, dimana PT Setiawan Sedjati berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan distributor alat penggandaan di Indonesia.Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Setiawan Sedjati menyusun misi dan berbagai macam strategi untuk 27 mencapainya. Strategi tersebut diimplementasikan pada tujuan-tujuan perusahaan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. Dalam rangka mencapai tujuannya itu manajemen berupaya untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga semua tujuan perusahaan dapat tercapai. Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan secara keseluruhan di masa depan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya tersebut secara optimal, sehingga dalam masing-masing divisi dibutuhkan pegawai yang terdiri dari manajer dan karyawan. Salah satu bentuk pengelolaan terhadap sumber daya manusia yang dimiliki adalah dengan berupaya menciptakan suatu lingkungan kerja yang produktif. Dimana, untuk menciptakan lingkungan kerja produktif, terlebih dahulu dapat diidentifikasi melalui pola komunikasi organisasi pada PT Setiawan Sedjati. Secara umum pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua saluran yaitu formal maupun informal. Saluran komunikasi formal terdiri atas: komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward communication), komunikasi horizontal (sideways communication), dan komunikasi diagonal. Sedangkan, saluran komunikasi informal merupakan suatu jaringan komunikasi dimana orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Lingkungan keja produktif merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja lebih baik, dimana karyawan dapat bergairah untuk mengerjakan tugas yang diberikan pimpinan, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan. Pola komunikasi organisasi yang baik, memiliki hubungan dengan lingkungan kerja produktif di perusahaan. Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling dan melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola komunikasi yang diciptakan pimpinan. Lingkungan kerja dalam 28 perusahaan, dapat berupa struktur tugas menunjuk pada bagaimana pembagian tugas dan wewenang itu dilaksanakan. Hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif akan diinterprestasikan menggunakan korelasi Rank Spearman dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Dengan menggunakan alat tersebut, dapat terlihat apakah ada hubungan yang kuat antara pola komunikasi dengan lingkungan kerja produktif, serta seberapa besar hubungan antara pola dengan lingkungan 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor PT Setiawan Sedjati yang berada di Jalan MT Haryono Kavling 10 Pancoran Jakarta-Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2013. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Setiawan Sedjati merupakan perusahaan yang bergerak dibidang layanan distribusi mesin penggandaan/percetakan. 3.3. Jenis dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu, data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Sumber data yang diperoleh dari perusahaan yang menjadi objek penelitian dengan mewancarai secara langsung kepada karyawan 2. Data Sekunder Data sekunder di peroleh dari studi literatur, baik dari tulisan, data perusahaan, referensi yang relevan maupun sumber lain yang menunjang penelitian. Penelitian ini membahas dua variabel yaitu, variabel X dan variabel Y. Dalam hal ini, lingkungan kerja produktif ditetapkan sebagai variabel (Y), sedangkan variabel (X) adalah pola-pola komunikasi menurut Purwanto (2003), antara lain: (1) Komunikasi Formal, yaitu downward communications, upward communications, sideways communications dan diagonal communications, serta (2) Komunikasi Informal. Setiap poin 29 jawaban ditentukan skornya menggunakan skala Likert. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan lima skala yang diberi bobot tertentu sesuai dengan tingkat skalanya. Selanjutnya bobot ini akan dihitung untuk memperoleh skor nilai jawaban-jawaban responden. Rincian bobot dan skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Bobot nilai = 5 Sangat setuju/Sangat puas Bobot nilai = 4 Setuju/Puas Bobot nilai = 3 Ragu-ragu/Biasa saja Bobot nilai = 2 Tidak setuju/Tidak puas Bobot nilai = 1 Sangat tidak setuju/Sangat tidak puas Bobot nilai pada setiap jawaban responden akan dihitung untuk mendapatkan nilai rataan. Nilai rataan tersebut menunjukkan tingkat kesetujuan karyawan seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Skor Rataan Skor Rataan 1,00 – 1,80 1,81 – 2,60 Penilaian Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Inteprestasi Hasil Sangat Tidak Puas Tidak Baik 2,61 – 3,40 Ragu-ragu Netral 3,41 – 4,20 Setuju Baik 4,21 – 5,00 Sangat Setuju Sangat Baik Kesimpulan tersebut diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu rentang skala untuk kriteria sangat tidak setuju sampai sangat setuju, besarnya rentang skala diperoleh dengan rumus (Simamora, 2002) berikut: RS m - n .................................................1 b Dimana: RS = Rentang skala. m = Angka tertinggi dalam pengukuran. n = Angka terendah dalam pengukuran. b = Banyaknya kelas (kategori jawaban). 30 3.4. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan narasumber menggunakan alat yang umum disebut panduan wawancara. Alat yang umum digunakan untuk mengumpulkan data primer disebut kuesioner, kuesioner berisi sekumpulan pertanyaan yang diajukan pada responden untuk diisi dan dijawab. Alat kuesioner yang akan diisi tersebut bersifat tertutup. Pengisian kuesioner ini dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan terkait dengan penelitian yang berhubungan dengan pola komunikasi dengan ligkungan kerja produktif. Kuesioner sebelum digunakan untuk penelitian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu. a. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu uji yang bertujuan untuk meneliti apakah instrumen dapat mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004). Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner, adalah sebagai berikut (Umar, 2005): 1) Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Konsep yang akan diukur hendaknya dijabarkan terlebih dahulu sehingga operasionalnya dapat dilakukan, dengan cara sebagai berikut: a) Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. Tetapi bila definisi yang dikemukakan belum operasional, maka definisi tersbut harus dijabarkan lebih lanjut agar lebih operasional. b) Jika di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut dan mendiskusikannya dengan para ahli. Pendapat para ahli ini kemudian disimpulkan ke dalam rumusan yang operasional. 31 c) Menanyakan langsung definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Bedasarkan jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. 2) Melakukan uji coba alat pengukur pada sejumlah responden. Disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang, karena distribusi skor atau nilai akan lebih mendekati kurva normal. 3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 4) Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut: T hitung N XY X Y N X 2 X N Y 2 Y 2 2 …………(2) Dimana: rhitung = Nilai koefisien korelasi. N = Jumlah responden. X = Skor masing-masing pernyataan. Y = Skor total. 5) Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid atau signifikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah r (N-2; α). Hasil perhitungan dari Product Moment ternyata r hitung > r tabel yaitu lebih besar 0,361. maka butir instrument tersebut dianggap valid dan signifikan, sebaliknya jika r hitung hitung < r tabel maka dianggap tidak valid, sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for windows, diperoleh pengolahan sebanyak 32 butir pertanyaan yang terbukti valid, karena nilai r hitung lebih besar dari 0,361 (lampiran 2). 32 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2005). Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan utnuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat tercapai. Umumnya instrumen yang valid sudah pasti reliabel, tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid, oleh karena itu diperlukan pengujian reliabilitas instrumen. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach (Umar, 2005). Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1 yuang dapat diinterpretasikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach Kalsifikasi Nilai Alpha 0,00 – 0.20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 – 1,00 Tingkat Reliabilitas Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup reliabel Reliabel Sangat Reliabel Sumber: George dan Mallery (2003) Uji reliabilitas menggunakan rumus Chronbach Alpha sebagai berikut: 2 k b r11 .......................(3) 1 t2 k - 1 Dimana: r 11 = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach k = Jumlah Item Pernyataan 2 b b2 = Jumlah Variasi Item = Varians Total Rumus untuk menghitung varians adalah sebagai berikut: x x n 2 2 2 n ...............................4 33 Dimana 2 = Varians n = Jumlah responden x = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor item pernyataan) Kesimpulan diperoleh dengan cara membandingkan nilai hitung alpha dan nilai r tabel dari hasil perhitungan. Hasil uji reliabilitas untuk Pola komunikasi Organisasi adalah 0.863 dan hasil uji reliabilitas untuk lingkungan kerja produktif adalah 0.826 dengan menggunakan alat bantu software SPSS 17.0 for windows, ini berarti instrument dinyatakan reliabel karena nilai hitung Cronbach Alpha lebih dari 0.60 (nilai hitung Cronbach Alpha > nilai r tabel). Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan alat bantu software SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.5. Menetukan Populasi dan Sampel Tabel 3. Proportionate Stratified Random Sampling Karyawan PT Setiawan Sedjati Jumlah No. Divisi Populasi Karyawan Sampel 1. Marketing 57 57 x64 20,6 177 21 2. Logistik 18 18 x64 6,5 177 7 3. Keuangan 24 24 x64 8,7 177 9 4. BOC 6 5. IT 6 6. Teknisi 37 7. Bagian Umum 29 Total 177 6 x64 2,2 177 6 x64 2,2 177 37 x64 13,4 177 29 x64 10,5 177 2 2 13 10 64 Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah 64 responden. Sedangkan untuk penentuan jumlah 34 sampel dari populasi yang akan diteliti ditentukan dengan rumus Slovin. Rumusnya adalah sebagai berikut: n N .................................5 1 ne 2 Dimana: n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi e = Persentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir. Menggunakan persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir (e) sebesar 10% dan total populasi sebanyak 177 karyawan, maka jumlah karyawan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 64 responden. n 177 . 63,90 64Re sponden 1 177(0.1) 2 Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Probability Sampling jenis Proportionate Stratified Random Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan dengan memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata secara proporsional. Rumus Proportionate Stratified Random Sampling adalah: Ni x n Ni = ...............................................(6) N Dimana: Ni = Ukuran tiap strata sampel Ni = Ukuran tiap strata populasi n = Ukuran (total) sampel N = Ukuran (total) populasi 35 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata digunakan untuk memperoleh kesimpulan yang didapat dengan menggunakan rentang skala yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan masing-masing kriteria. Analisis ini untuk mengetahui karakteristik karyawan pada penelitian melalui perhitungan persentase jawaban yang telah ditabulasi. Analisis deskriptif menggunakan tabulasi silang. Analisis ini juga mengidentifikasi karakteristik karyawan yang berpengaruh terhadap variabel penelitian, yaitu pola komunikasi dan lingkungan kerja produktif. Langkah-langkah pengolahan dan analisis datanya sebagai berikut: a) Memberi skor pada setiap jawaban responden sesuai dengan bobot yang telah ditentukan dalam Skala Likert. b) Membuat tabulasi dari skor-skor nilai yang telah diperoleh dari jawaban responden. c) Masing-masing kategori ditentukan berdasarkan rumus rentang kriteria (Umar, 2005) yaitu Rentang Skala: RS = (m-1)/m; dimana m adalah jumlah alternatif jawaban tiap item. Sehingga didapatkan rentang skala: (5-1)/5 = 0,8. Untuk melihat skala penilaian dapat dilihat pada Tabel 2. d) Responden-responden yang memiliki skor nilai yang sama untuk setiap item pernyataan dikelompokkan berdasarkan kategori jawaban (1 sampai 5 bagi pernyataan yang bersifat positif dan 5 sampai 1 bagi pernyataan yang bersifat negatif), lalu dihitung jumlah dan persentasenya. Kesimpulan diambil berdasarkan persentase terbesar dari setiap persentase jawaban responden yang telah dihitung. e) Jumlah responden per item pernyataan dikelompokkan dan dijumlahkan menjadi per indikator sesuai kategori jawaban. Persentase jumlah responden dihitung untuk memperoleh kesimpulan 36 pada tiap indikator berdasarkan persentase terbesar. Perhitungan pada metode ini menggunakan Microsoft Excel 2007. 3.6.2 Analisis Rank Spearman Hubungan pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja dapat diketahui dengan menggunakan analisis Rank Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excell 2007 dan SPSS 17.0 for windows. Analisis di PT Setiawan Sedjati tersebut digunakan untuk mengetahui atau tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Untuk itu dapat dilakukan uji korelasi Rank Spearman dengan rumus: rs 1 - 6 di 2 n n 2 -1 ......................................................7 Dimana: rS = Koefisien Rank Spearman di = Selisih rank X dan rank Y n = Jumlah sampel Keterangan: rS = 1 hubungan variabel X dan variabel Y sempurna + (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan +) rS = -1 hubungan variabel X dan variabel Y sempurna - (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan -) rS = 0 hubungan variabel X dan variabel Y lemah sekali atau tidak ada hubungan sama sekali Nilai koefisien korelasi yang dapat sebelum dilaksanakan pengambilan keputusan, dengan diuji terlebih dahulu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah antara variabel dalam populasi terdapat korelasi yang berarti atau tidak, dengan rumus sebagai berikut: t hitung r n-2 1- r 2 ........................................................8 Pengujian koefisien korelasi, dibandingkan nilai-nilai thitung dengan nilai ttabel dengan α = 0,05. Hasil perbandingan tersebut 37 digunakan dalam pengujian hipotesis nol untuk memutuskan pendapat ditolak atau diterima. Untuk itu, maka pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0 tidak ada hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif. H1 : ρ ≠ 0 ada hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif. Menguji hubungan hipotesis nol (Ho) kriterianya adalah: Tolak Ho : jika thitung > ttabel atau P-value (Sig.) < α Tolak H1 : jika thitung < ttabel atau P-value (Sig.) < α Koefisien korelasi Rank Spearman (rS) menunjukkan kuat tidaknya variabel X dan variabel Y. Batasan Champion dari Umar (2005) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) 0,00-0,25 : No assosiation, menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y. 2) 0,26-0,50 : Moderately low assosiation, menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel X dan variabel Y. 3) 0,51-0,75 : Moderately high assosiation, menunjukkan hubungan yang agak kuat antara variabel X dengan variabel Y. 4) 0,76-1,00 : high assosiation, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y. Hasil interpretasi dari koefisien korelasi di atas dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi sangat rendah, yaitu yang terdapat pada kategori no assosiation, artinya jika tidak terjadi hubungan sama sekali antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif di PT Setiawan Sedjati tersebut, sehingga hasilnya tidak objektif, dan moderately low assosiation yaitu kondisi yang dapat menunjukkan hubungan yang lemah antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif. Sedangkan untuk klasifikasi kuat yaitu terdapat pada kategori high assosiation, yang berarti dapat menunjukkan hubungan yang sangat kuat dan positif antara pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang 38 produktif di PT Setiawan Sedjati tersebut sehingga hasil penilaiannya akan objektif. 1V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Setiawan Sedjati PT Setiawan Sedjati yang merupakan perseroan terbatas, didirikan pada tahun 1963, dengan lokasi di Jl. MT Haryono Kav. 10 Jakarta Selatan 12810 dan gudang di Jalan Raya Tipar Cakung no. 45 Jakarta Utara yang merupakan salah satu anak perusahaan dari MUGI grup dahulu NV.MUGI. Dalam hal ini PT Setiawan Sedjati tidak berdiri sendiri, perusahaan ini merupakan distributor peralatan kantor dan percetakan. Bekerja sama dengan beberapa perusahaan di luar negeri, seperti Hongkong, Singapura, Jepang dan China. Dan memiliki lebih dari 20 cabang dan Station di berbagai daerah diseluruh Indonesia dimulai dari Banda Aceh sampai Merauke. Sejak berdiri tahun 1963 PT Setiawan Sedjati konsisten memasarkan mesin pengganda dokumen keseluruh Indonesia diantaranya ke segmen: Kantor Pemerintahan, Perusahaan swasta termasuk Industri, Perbankan, Dunia Pendidikan, Lembaga Keagamaan, Copy Center, Percetakan dan lain-lain.. Berdasarkan pengalaman serta reputasi tersebut RISO Kagaku Corporation Japan sejak tahun 1989 mempercayakan PT Setiawan Sedjati untuk memasarkan Digital Printer Risograph sebagai pelopor teknologi baru dalam mesin penggandaan dokumen. Jaringan penjualan, suku cadang dan layanan purna jual PT Setiawan Sedjati tersebar diseluruh Indonesia mulai dari : Medan, Banda Aceh, Lhokseumawe, Pematang Siantar, Padang, Pekanbaru, Palembang, Jambi, Bandar Lampung, Pangkal Pinang, Jakarta 1, Jakarta 2, Jakarta 3, Banten, Bogor, Bekasi, Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Karawang, Semarang, Tegal, Pekalongan, Yogjakarta, Solo, Purwokerto, Magelang, Surabaya, Malang, Jember, Pontianak, Balikpapan, Banjarmasin, Samarinda, Denpasar, Mataram, Kupang, 40 Makassar 1, Makassar 2, Manado, Palu, Kendari, Sorong, Ambon, Jayapura, Merauke. Sertifikasi dari lembaga sertifikasi dunia mengenai Qualitas System manajemen telah diakui oleh lembaga dunia berupa : (1) Design, Development, Manufacturing, Renting, Sales and Maintenance Services of Digital Duplicators (DIN EN ISO 9001:2000, JIS Q 9001:2000), (2) Manufacturing, Sales and After-sales Service of Digital Stencils, (DIN EN ISO 9001: 2000), (3) Manufacturing of Automatic Stencil Duplicator, (DIN EN ISO 9001: 2000). 4.1.2 Visi dan Misi PT Setiawan Sedjati Visi dari PT Setiawan Sedjati adalah Menjadi Perusahaan yang memberikan pelayanan yang terbaik, jaminan mutu produk, pelaksanaan pelayanan yang tepat waktu serta penyediaan produkproduk yang berkualitas, sejalan dengan Visi yang telah dibuat maka PT Setiawan Sedjati memiliki Misi yaitu Berusaha meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan Customer dan mendistribusikan produk yang berkualitas dan harga yang bersaing. Sejalan dengan Visi, Misi dan tujuan tersebut, PT Setiawan Sedjati memiliki strategi yaitu maka dengan mengoptimalisasikan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang unggul, menawarkan produk-produk yang inovatif, untuk mendapatkan nilai tambah dan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis. 4.1.3 Struktur Organisasi PT Setiawan Sedjati dipimpin oleh seorang Direktur dan mempunyai bawahan seorang GM (General Manager), dibawahnya terdapat Asisten Manajer dan staf. Struktur organisasi PT Setiawan Sedjati secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. PT Setiawan Sedjati mempunyai 7 Manajer, yaitu: 1. Manajer Pemasaran, yang membawahi: a. Asisten Manajer Pemasaran 41 b. Staf Pemasaran 2. Manajer Teknik, yang membawahi: a. Asisten Manajer Teknik b. Staf Teknik 3. Manajer Keuangan, yang membawahi: a. Asisten Manajer Keuangan b. Kasir 4. Manajer IT, yang membawahi: a. Asisten Manajer IT b. Staf IT 5. Manajer Personalia, yang membawahi Staf Personalia 6. Manajer BOC, yang membawahi Staf BOC 7. Manajer Logistik, yang membawahi Staf Logistik 4.2. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Karyawan yang menjadi responden pada PT Setiawan Sedjati secara keseluruhan terdiri dari 80 persen laki-laki atau 51 orang dan 20 persen perempuan atau 13 orang. Perbedaan jumlah persentase antara karyawan laki-laki dan perempuan pada dasarnya terjadi karena adanya spesifikasi pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan merupakan karakteristik atau syarat-syarat kerja yang harus dipenuhi, sehingga dapat melaksanakan suatu pekerjaan atau jabatan. Adapun tujuan dari spesifikasi pekerjaan adalah untuk menentukan jenis keterampilan, tingkat pengetahuan, atau kemampuan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan tertentu harus dilaksanakan secara sistematis. Berdasarkan pengklasifikasian dan spesifikasi pekerjaan jenis pekerjaan yang dilakukan, maka perusahaan lebih banyak membutuhkan karyawan berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan yang paling banyak menyerap karyawan yaitu pada bagian pemasaran dan teknisi. Pada bagian ini 42 memiliki tugas untuk menjual dan merawat mesin foto copy digital tersebut. Selain itu, bagian tersebut memiliki tugas untuk langsung terjun lapangan untuk meninjau keadaan mesin secara langsung. Jadi berdasarkan spesifikasi pekerjaan maka jenis pekerjaan tersebut lebih cocok dilakukan oleh karyawan berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Karakteristik jenis kelamin responden terlihat pada Gambar 7. 20% Laki -laki Perempuan 80% Gambar 7. Karakteristik Jenis Kelamin Responden 2. Unit Kerja Unit kerja yang dijadikan sampel pada PT Setiawan Sedjati terdiri dari 7 unit kerja. Adapun penyebaran karyawan yang menjadi responden berdasarkan unit kerja adalah sebagai berikut; Marketing sebanyak 33 persen, Logistic sebanyak 11 persen, Finance sebanyak 14 persen, BOC 3 persen, IT 3 persen, Technical 20 persen dan terakhir bagian Umum sebanyak 16 persen. Karakteristik unit kerja responden terlihat pada Gambar 8. 16% 33% Marketing Logistik Keuangan 20% BOC IT Teknik 3% 11% 3% Bag. Umum 14% Gambar 8. Karakteristik Unit Kerja Responden Karakteristik unit kerja responden terbesar berada pada unit kerja Marketing yaitu sebesar 33 persen dan Technical sebesar 20 persen. Hal ini 43 terjadi karena pada unit kerja tersebut memiliki tingkat beban pekerjaan yang berbeda dengan unit kerja lainnya. Dimana pada unit kerja tersebut memiliki tugas dalam hal penjualan dan perawatan mesin sehingga dibutuhkan banyak karyawan dalam melakukan pekerjaan tersebut. 3. Posisi Jabatan PT Setiawan Sedjati membagi posisi jabatan menjadi 5 posisi jabatan, yaitu posisi di tingkat manajer, asisten manajer, Chief, Supervisor dan terakhir staff. Berdasarkan karaktersitik posisi jabatan responden, dari masing-masing posisi terdapat manajer terdiri dari 9 persen, asisten manajer terdiri dari 3 persen, Chief sebanyak 9 persen, Supervisor sebanyak 13 persen, dan Staff sebanyak 66 persen. Jumlah karyawan pada tiap posisi tergantung dari kebutuhan perusahaan. Berdasarkan karaktersitik posisi jabatan responden sebagian besar karyawan berada pada posisi Staff, hal ini terjadi karena pada saat ini PT Setiawan Sedjati membutuhkan lebih banyak karyawan yang berada pada posisi Staff dalam melaksanakan tugas operasional perusahaan. Karakteristik posisi jabatan dapat terlihat pada Gambar 9. 9% 3% Manager 9% Assistant Chief 13% 66% Supervisor Staff Gambar 9. Karakteristik Posisi Jabatan Responden 4. Tingkat Pendidikan Responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 lebih banyak dari pada responden yang memiliki tingkat pendidikan S2. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan responden, karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA sebesar 33 persen, untuk tingkat pendidikan D3 sebesar 16 persen, pada tingkat pendidikan S1 sebesar 48 persen dan S2 sebesar 3 persen, dimana 44 pada PT Setiawan Sedjati tidak ada satu pun tingkat pendidikan yang berasal dari S3. Berdasarkan tingkat pendidikan karyawan pada PT Setiawan Sedjati sebagian besar berada pada kelompok S1. Dimana, para karyawan yang berada pada kelompok S1 merupakan salah satu klasifikasi utama untuk menjadi karyawan PT Setiawan Sedjati. Karakteristik tingkat pendidikan responden dapat terlihat pada Gambar 10. 3% 33% SLTA Diploma S1 S2 48% 16% Gambar 10. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden 5. Tingkat Usia Tingkat usia responden sebagian besar berusia antara 30-39 tahun, yaitu sebesar 41 persen, 19-29 tahun sebesar 22 persen, 40-49 tahun sebesar 16 persen, 50-59 tahun sebesar 17 persen dan >60 tahun sebesar 5 persen. Karakteristik tingkat usia responden dapat terlihat pada Gambar 11. 5% 17% 22% 19-29 30-39 40-49 50-59 >60 16% 40% Gambar 11. Karakteristik Usia Responden Karakteristik usia responden dapat diketahui bahwa sebagian besar karyawan PT Setiawan Sedjati masih berada pada batas usia produktif masa bekerja yaitu 19-59 tahun. Usia karyawan masih dapat menyerap pengetahuan baru yang mendukung pekerjaannya. Memiliki karyawan 45 yang masih produktif, maka perusahaan tidak perlu melakukan rekrutmen karyawan yang baru. 6. Masa Kerja Secara umum karyawan yang menjadi responden merupakan karyawan dengan masa kerja 1 -5 tahun, sementara yang memiliki persentase terkecil adalah karyawan dengan masa kerja >30 tahunn. Sebanyak 35 responden memiliki masa kerja 1-5 tahun, 25 persen memiliki masa kerja 6-10 tahun, 17 persen memiliki masa kerja 20-29 tahun, 14 persen memiliki masa kerja 11-19 tahun dan 9 persen memiliki masa kerja >30 tahun, Karakteristik masa kerja responden dapat terlihat pada Gambar 12. 9% 35% 17% 1-5 6-10 11-19 20-29 >30 14% 25% Gambar 12. Karakteristik Masa Kerja Responden 4.3. Persepsi Karywan PT Setiawan Sedjati tentang Pola Komunikasi Organisasi Analisis persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi yang ada pada PT Setiawan Sedjati dilakukan dengan skala pengukuran yaitu rataan skor. Berdasarkan 25 pernyataan dalam kuesioner yang diisi oleh responden terdiri dari 2 bagian. Pada bagian pertama tentang pola komunikasi formal, yang terdiri dari pola komunikasi dari atas ke bawah atau downward communication, pola komunikasi dari bawah ke atas atau upward communication, pola komunikasi horizontal atau sideways communication, serta pola komunikasi diagonal. Sedangkan untuk bagian ke dua, yaitu hanya pola komunikasi informal saja. Masing-masing terdiri dari 5 pernyataan. yang dapat dilihat pada Lampiran 1. 46 4.3.1 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah (Downward Communication) merupakan komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Alur informasi mengalir dari atas ke bawah atau dari pimpinan kepada pegawai (bawahan). Komunikasi ke bawah biasanya berupa instruksi baik lisan maupun tulisan, ide dan gagasan, pujian, serta pengarahan kepada bawahan. Pola komunikasi organisasi downward communication terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pola Komunikasi Organisasi Downward Communication menurut Persepsi Karyawan No Pernyataan Rataan Skor Komunikasi Formal : Downward Communication 1 Intruksi pekerjaan secara lisan kepada bawahan 4,44 2 Ide dan gagasan kepada bawahan secara lisan. 4,27 3 Memberikan pujian secara lisan kepada bawahan 4,08 4 Intruksi pekerjaan seccara tulisan kepada bawahan 4,16 5 Memberikan pengarahan kepada bawahan 4,34 Total Rataan Skor 4,26 Berdasarkan persepsi karyawan, diperoleh kesimpulan dari masing-masing pernyataan mengenai pola komunikasi downward communication, yaitu: 1. Memberi instruksi secara lisan kepada bawahan Nilai rataan pada pernyataan memberikan intruksi secara lisan sebesar 4,44. Hal ini menunjukan bahwa atasan lebih sering menggunakan komunikasi lisan dalam hal pemberian intruksi kepada bawahan dan dirasakan lebih efektif karena intruksi yang disampaikan lebih jelas diterima oleh bawahan. 2. Ide gagasan secara lisan Nilai rataan pada pernyataan mengajukan ide dan gagasan kepada bawahan secara lisan sebesar 4,27 Hal ini mengindikasikan bahwa atasan sering mengajukan ide dan gagasan secara lisan kepada bawahannya. Pemberian gagasan pada PT Setiawan Sedjati dari 47 atasan kepada bawahan dilakukan secara lisan sesuai dengan situasi kerja. Ide gagasan bersifat lisan dapat dilakukan dalam rapat kerja. Ide gagasan tersebut akan diklarifikasi lagi dengan tujuan untuk melihat kesamaan ide gagasan dengan keadaan perusahaan sekarang atau tidak. 3. Pujian secara lisan Nilai rataan pada pernyataan pujian secara lisan sebesar 4,08. Hal ini mengindikasikan bahwa pujian pun sering dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara lisan dengan tujuan memberikan semangat kepada karyawan agar selalu lebih baik lagi dalam mejalankan pekerjaannya. 4. Memberi instruksi secara tulisan kepada bawahan Nilai rataan pada pernyataan memberikan intruksi secara tulisan kepada bawahan sebesar 4,16. Hal ini menunjukan bahwa atasan menggunakan komunikasi secara tulisan dalam hal pemberian intruksi kepada bawahan dan dirasakan efektif karena intruksi yang disampaikan lebih jelas diterima oleh bawahan. Intruksi dalam bentuk tulisan pada PT Setiawan Sedjati yang disampaikan dari atasan kepada bawahan dapat berupa nota dinas dan disposisi. 5. Pengarahan kepada bawahan Nilai rataan pada pernyataan memberi pengarahan kepada bawahan sebesar 4,34. Hal ini menunjukan bahwa pengarahan kepada bawahan sering dilakukan secara langsung, biasanya dilakukan pada saat meeting atau diskusi antara atasan dan bawahan. 4.3.2 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Dari Bawah Ke Atas (Upward Communication) Persepsi karyawan berdasarkan pola komunikasi dari bawah ke atas atau upward communication pada PT Setiawan Sedjati dengan rataan skor diketahui melalui 5 pernyataan tentang pola komunikasi dari atas ke bawah. Pernyataan dari downward communication berupa laporan pekerjaan baik lisan maupun tulisan, penyampaian ide dan gagasan, pujian serta mengemukakan masalah pekerjaan. 48 Pola komunikasi organisasi upward communication terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pola Komunikasi Organisasi Upward Communication menurut Persepsi Karyawan No 1 2 3 4 5 Rataan Skor Pernyataan Komunikasi Formal : Upward Communication Laporan pekerjaan kepada atasan secara lisan. Ide dan gagasan kepada atasan secara lisan. Pujian secara lisan kepada atasan. Mengemukakan masalah mengenai teknis penyelesaian pekerjaan kepada atasan. Laporan pekerjaan kepada atasan secara tulisan Total Rataan Skor Berdasarkan persepsi karyawan, 4,61 4,06 3,80 4,05 4,56 4,22 diperoleh kesimpulan dari masing-masing pernyataan mengenai pola komunikasi upward communication, yaitu: 1. Memberikan laporan secara lisan kepada atasan Nilai rataan skor pada pernyataan memberikan laporan secara lisan kepada atasan sebesar 4,61. Hal ini menunjukan bahwa memberikan laporan secara lisan kepada atasan lebih efektif karena laporan yang disampaikan secara lisan dapat jelas diterima oleh atasan. 2. Ide gagasan secara lisan Nilai rataan skor pada pernyataan memberikan ide gagasan secara lisan kepada atasan sebesar 4,06. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan PT Setiawan Sedjati telah sangat baik dan merasa bebas dalam mengajukan ide dan gagasan secara lisan kepada atasannya. Pemberian gagasan pada PT Setiawan Sedjati dari bawahan kepada atasan dapat dilakukan secara lisan sesuai dengan situasi kerja. Ide gagasan bersifat lisan dapat dilakukan dalam kondisi rapat atau cofee morning. 3. Pujian secara lisan Nilai rataan pada pernyataan pujian secara lisan kepada atasan sebesar 3,80. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak hanya atasan yang memberikan pujian namun bawahan pun sering memberikan 49 pujian secara lisan dengan tujuan saling memberikan semangat dan terciptanya hubungan yang harmonis. 4. Mengemukakan masalah mengenai teknis penyelesaian masalah pekerjaan kepada atasan Nilai rataan pada pernyataan Mengemukakan masalah mengenai teknis penyelesaian masalah pekerjaan kepada atasan sebesar 4,05 Hal ini mengindikasikan bahwa bawahan sering menggunakan komunikasi dalam hal mengemukakan masalah mengenai teknis masalah pekerjaan kepada atasan, biasanya dilakukan pada saat coffe morning atau meeting sesuai dengan level unit kerja masingmasing. 5. Memberikan laporan secara tulisan kepada atasan Nilai rataan skor pada pernyataan memberikan laporan secara tulisan kepada atasan sebesar 4,56. Hal ini mengindikasikan bahwa pernyataan ini efektif karena laporan yang disampaikan secara tulisan dapat jelas diterima oleh atasan. 4.3.3 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara silang yang merupakan hasil hubungan antara departemen lini dan staf. Pola komunikasi organisai diagonal terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pola Komunikasi Organisasi Diagonal menurut Persepsi Karyawan No 1 2 3 4 5 Pernyataan Komunikasi Formal : Diagonal Communication Manajer unit dan karyawan unit lain sering memberikan kritikan dan masukan Adanya ketergantungan diantara bagian yang satu dengan yang lain Komunikasi diagonal memberikan informasi menjadi lebih cepat Komunikasi diagonal dapat menyelesaikan masalah dalam organisasi Komunikasi diagonal dapat menjalin silaturahmi dari unit kerja yang berbeda. Total Rataan Skor Rataan Skor 4,13 4,64 4,06 4,16 4,55 4,31 50 Berdasarkan persepsi karyawan, diperoleh kesimpulan dari masing-masing pernyataan mengenai pola komunikasi diagonal communication, yaitu: 1. Memberikan kritikan dan masukan Nilai rataan skor pada pernyataan memberikan kritikan dan masukan sebesar 4,13. Hal ini mengindikasikan bahwa baik manajer unit dengan manajer lainnya ataupun karyawan dengan karyawan lain sering memberikan kritik dan masukan yang membangun perusahaan. Kritik dan masukan antar manajer satu unit dengan karywan unit lain dapat berupa meeting. 2. Ketergantungan diantara bagian Nilai rataan skor pada pernyataan adanya saling ketergantungan diantara bagian yang ada dalam perusahaan sebesar 4,64 Hal ini mengindikasikan bahwa adanya ketergantungan antara suatu unit dengan unit lainnya pada PT Setiawan Sedjati, karena dengan adanya ketergantungan memungkinkan pekerjaan ataupun masalahmasalah yang ada di perusahaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik, Ketergantungan diantara unit bagian, saling mendukung untuk mewujudkan tujuan perusahaan, dimana bentuk ketergantungan tersebut dibatasi dengan adanya wewenang masing-masing unit kerja. Adanya interaksi antar unit kerja dalam melakukan tugasnya. 3. Memberikan informasi tercepat Nilai rataan skor pada pernyataan memberikan informasi menjadi lebih cepat sebesar 4,06. Hal ini dapat dilihat bahwa karyawan pada PT Setiawan Sedjati sudah memberikan informasi yang sangat baik, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Pemberian informasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, sehingga informasi yang disampaikan antar unit dapat diterima secara cepat. 4. Menyelesaikan masalah dalam organisasi Nilai rataan skor pada pernyataan membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi sebesar 4,16 Penyelesaikan masalah atau konflik, 51 pada PT Setiawan Sedjati sering dilakukan antara manajer dengan karyawan unit lain. Untuk menyelesaikan masalah dapat dilakukan dengan cara coffe morning atau meeting . 5. Komunikasi diagonal dapat menjalin silaturahmi dari unit kerja yang berbeda. Nilai rataan skor pada pernyataan dapat menjalin silaturahmi dari unit kerja yang berbeda sebesar 4,55. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya komunikasi diagonal, pada umumnya sebagian karyawan dapat saling mengenal lebih dekat satu sama lain sehingga terjalin silaturahmi yang kuat antar karyawan maupun pimpinan. 4.3.4 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasif, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Persepsi karyawan mengenai pola komunikasi horizontal pada PT Setiawan Sedjati dengan rataan skor diketahui melalui 5 pernyataan tentang pola komunikasi horizontal. Pernyataan dari komunikasi horizontal berupa koordinasi tugas, penyelesaian masalah, berbagi informasi, mendiskusikan konflik, mengatasi masalah antar karyawan atau manajer yang ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Pola Komunikasi Organisasi Horizontal menurut Persepsi Karyawan No Pernyataan 1 Komunikasi Formal : Horizontal Communiation Karyawan atau manajer mendiskusikan koordinasi tugas 2 3 4 5 Rataan Skor 4,52 Karyawan atau manajer menangani penyelesaian masalah Karyawan atau manajer satu unit bertemu dengan unit lain berbagi informasi Karyawan atau manajer mendiskusikan konflik Interaksi yang tinggi membantu masalah koordinasi antar karyawan atau manajer 4,56 Total Rataan Skor 4,49 4,41 4,64 4,33 52 Berdasarkan persepsi karyawan, diperoleh kesimpulan dari masing-masing pernyataan mengenai pola komunikasi horizontal communication, yaitu: 1. Mendiskusikan koordinasi tugas Nilai rataan skor pada pernyataan mendiskusikan koordinasi tugas sebesar 4,52 Hal ini berarti karyawan PT Setiawan Sedjati sudah sangat baik dalam mendiskusikan koordinasi tugas antar unit bagian. Koordinasi tugas ini dapat dilakukan tergantung agenda yang dibicarakan. 2. Menangani penyelesaian masalah Nilai rataan skor pada pernyataan menangani penyelesaian masalah sebesar 4,56. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan maupun manajer sangat setuju jika apabila ada masalah dalam perusahaannya, maka dengan sangat cepat untuk diselesaikannya melalui komunikasi horizontal. Penyelesaian masalah ini dilakukan dengan adanya meeting. 3. Berbagi informasi Nilai rataan skor pada pernyataan manajer atau karyawan berkumpul untuk berbagi informasi sebesar 4,41. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan PT Setiawan Sedjati untuk berbagi informasi sesama unit sering dilakukan khusnya mengenai proyek-proyek penggandaan mesin yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. 4. Mendiskusikan konflik antar unit Nilai rataan skor pada pernyataan mendiskusikan konflik antar unit yaitu sebesar 4,64. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan mendiskusikan konflik antar unit dapat meminimalkan konflik yang terjadi pada perusahaan. 5. Adanya interaksi tinggi dalam mengatasi masalah Nilai rataan skor pada pernyataan memberi penjelasan mengenai interaksi tinggi dalam mengatasi masalah sebesar 4,33 Hal ini mengindikasikan bahwa dengan interaksi yang tinggi karyawan 53 dirangsang untuk bekerja mengatasi dan membantu masalah koordinasi antar karyawan atau manajer. 4.3.5 Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Informal Informasi informal/personal ini muncul dari interaksi diantara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan. Informasi yang mengalir sepanjang jaringan kerja selentingan terlihat berubah-ubah dan tersembunyi. Persepsi karyawan mengenai pola komunikasi informal dapat terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pola Komunikasi Organisasi Informal menurut Persepsi Karyawan No 1 2 3 4 5 Rataan Skor Pernyataan Komunikasi Informal Selentingan sering digunakan sebagai sumber informasi dalam organisasi. Penyebaran desas-desus dalam organisasi dipengaruhi oleh pentingnya situasi. Selentingan merupakan metode berkomunikasi tercepat dalam suatu organisasi. Selentingan dapat memuat banyak informasi. Selentingan merupakan saluran komunikasi yang lebih disukai dalam organisasi. Total Rataan Skor 2,63 2,70 2,73 2,95 2,56 2,72 Berdasarkan persepsi karyawan, diperoleh kesimpulan dari masing-masing pernyataan mengenai pola komunikasi informal, yaitu: 1. Selentingan sebagai informasi Nilai rataan skor pada pernyataan selentingan sering digunakan sebagai sumber informasi sebesar 2,64 Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan PT Setiawan Sedjati pada umumnya kurang mempercayai selentingan yang beredar sebelum surat pernyataan yang dikeluarkan dari pihak manajemen dikeluarkan. 2. Penyebaran desas-desus Nilai rataan skor pada pernyataan penyebaran desas-desus yang dipengaruhi pentingnya situasi sebesar 2,70. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebaran desas-desus tidaklah efektif untuk dijadikan sarana komunikasi dan informasi sehari-hari bagi 54 PT. Setiawan Sedjati. Karyawan PT Setiawan Sedjati kurang mempercayai desas-desus yang beredar sebelum surat pernyataan yang dikeluarkan dari pihak manajemen dikeluarkan. 3. Selentingan metode komunikasi tercepat Nilai rataan skor pada pernyataan bahwa selentingan merupakan metode komunikasi tercepat sebesar 2,73. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi informal tidak dijadikan sebagai metode komunikasi tercepat, karena dari hasil penelitian selentingan tidak terlalu disukai sebagai sumber informasi di PT Setiawan Sedjati. 4. Selentingan memuat banyak informasi Nilai rataan skor pada pernyataan mengenai selentingan memuat banyak informasi sebesar 2,95. Hal ini mengindikasikan bahwa selentingan tidak memuat banyak informasi bagi karyawan PT Setiawan Sedjati karena meruipakan informasi yang belum terbukti kebenarannya. 5. Selentingan disukai di organisasi Nilai rataan skor pada pernyataan mengenai selentingan merupakan saluran komunikasi yang disukai di organisasi sebesar 2,56. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar karyawan yang menganggap dengan adanya komunikasi informal ini tidak begitu penting untuk dijadikan sebagai saluran komunikasi yang baik dan selentingan hanyalah informasi yang meragukan, belum pasti kebenarannya. Pihak perusahaan pun menjadi sangat ragu-ragu jika pola komunikasi ini digunakan di perusahaan, karena akan mengganggu aktivitas komunikasi yang telah berjalan dengan baik. Berdasarkan jawaban responden tersebut dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi organisasi baik formal maupun informal diterapkan oleh PT Setiawan Sedjati. Namun pola komunikasi organisasi yang cenderung digunakan oleh PT. Setiawan Sedjati ialah pola komunikasi horizontal. Hal ini terlihat total rataan dari komunikasi formal maupun informal yang memiliki total nilai terbesar, yaitu pola komunikasi horizontal sebesar 4,49. Dimana, nilai 4,49 berada pada kategori “sangat setuju“, artinya bahwa 55 pola komunikasi horizontal ini sangat sering digunakan. Alasan kenapa pola komunikasi tersebut dominan digunakan di perusahaan ialah, karena karyawan PT Setiawan Sedjati sangat setuju jika karyawan mendiskusikan konflik, membantu masalah koordinasi karayawan atau manajer dan setuju karyawan atau manajer unit lain bertemu dan saling memberikan informasi. Hal ini dikarenakan karyawan PT Setiawan Sedjati lebih bertanggung jawab atas pekerjaannya dan tercipta hubungan yang baik antar sesama pegawai PT Setiawan Sedjati. Total rataan skor dari pola komunikasi informal ialah sebesar 2,72 Hal ini terlihat jelas, bahwa untuk total rataan sebesar 2,72 berada pada kategori ragu-ragu. Pola komunikasi informal memang terkadang digunakan di perusahaan, namun tidak selamanya pola tersebut dijadikan saluran komunikasi yang disukai oleh PT Setiawan Sedjati ini. Hal ini terjadi karena selentingan merupakan saluran komunikasi yang kurang efektif untuk digunakan PT Setiawan Sedjati. Berdasarkan hasil jawaban persepsi responden, disimpulkan bahwa pada PT Setiawan Sedjati, bentuk pola komunikasi organisasi yang sering digunakan ialah pola komunikasi horizontal. Bentuk pola komunikasi yang tidak digunakan di PT Setiawan Sedjati ini ialah bentuk pola komunikasi informal, karena bentuk pola komunikasi ini tidak efektif bagi perusahaan. 4.4. Analisis Persepsi Karyawan tentang Lingkungan Kerja Produktif Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosional pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja di mana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Produktivitas akan tinggi dan otomatis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Total rataan skor Berdasarkan lingkungan kerja produktif menurut persepsi karyawan sebesar 4,24. Hal ini disimpulkan bahwa PT Setiawan Sedjati sudah memberikan lingkungan kerja yang produktif. Sehingga dengan adanya lingkungan kerja yang produktif, karyawan 56 PT Setiawan Sedjati merasa apa yang karyawan butuhkan sudah terpenuhi dengan baik. Pada akhirnya berkaitan dengan lingkungan kerja perusahaan menjadi lingkungan kerja yang produktif. Lingkungan kerja produktif menurut persepsi karyawan dapat terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Lingkungan Kerja Produktif Menurut Persepsi Karyawan No 1 2 3 4 5 6 7 Rataan Skor Pernyataan Lingkungan Kerja Produktif Kelancaran komunikasi yaitu, sejauh mana karyawan merasakan adanya komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja ataupun pimpinan Pembagian tugas sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan sesuai dengan isi kerja Perusahaan memberikan lingkungan kerja yang tenang dan nyaman Perusahaan memberikan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup Perusahaan memberikan jaminan sosial yang memadai. lingkungan kerja dan suasana kerja tergantung pada pola yang diciptakan pimpinan. Hubungan kerja merupakan faktor agar bekerja produktif. Total Rataan Skor 4,56 4,23 4,19 4,08 3,97 4,00 4,64 4,24 Total rataan skor Berdasarkan lingkungan kerja produktif menurut persepsi karyawan sebesar 4,24. Hal ini disimpulkan bahwa PT Setiawan Sedjati sudah memberikan lingkungan kerja yang produktif. Sehingga dengan adanya lingkungan kerja yang produktif, karyawan PT Setiawan Sedjati merasa apa yang karyawan butuhkan sudah terpenuhi dengan baik. Pada akhirnya berkaitan dengan lingkungan kerja perusahaan menjadi lingkungan kerja yang produktif. 4.5. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja yang Produktif Hasil penelitian mengenai persepsi karyawan, diketahui bahwa terciptanya pola komunikasi organisasi yang baik pada karyawan PT Setiawan Sedjati dan perusahaan cenderung menggunakan horizontal communication. Hal ini ditunjukkan pada total rataan skor sebesar 4,49 sehingga masuk dalam kategori “sangat setuju” pola tersebut digunakan di PT Setiawan Sedjati. Begitu juga dengan lingkungan kerja yang produktif, karyawan pada PT Setiawan Sedjati merasakan lingkungan yang nyaman dan 57 tenang yang telah diciptakan perusahaan dengan total rataan skor sebesar 4,24. Mendasari hal tersebut, maka uji korelasi Rank Spearman akan diujikan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif. Hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif dapat terlihat pada Tabel 10. Adapun hasil pengujian korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 10. Hubungan Pola Komunikasi Organisasi Formal dengan Lingkungan Kerja Produktif No. 1. 2. 3. 4. Indikator Pola Komunuikasi Organisasi Formal Downward Communication Upward Communication Diagonal Communication Horizontal Communication Nilai Signifikasi Korelasi Rank Spearman 0,000 0,535 Positif, kuat dan nyata 0,000 0,387 Positif, lagak lemah dan nyata 0,000 0,626 Positif, kuat dan nyata 0,000 0,637 Positif, kuat dan nyata Hubungan Lingkungan Kerja Produktif Berdasarkan hasil mengenai hubungan pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja produktif, bahwa semua indikator yang mempengaruhi lingkungan kerja yang produktif mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha (α) yang digunakan yaitu 0,05 sehingga keputusan Ho ditolak, artinya hipotesis H1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa pola komunikasi organisasi formal memiliki hubungan dengan lingkungan kerja produktif pada PT Setiawan Sedjati. Nilai P-value yang dihasilkan sebesar 0,000 artinya tingkat kesalahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebesar 0 persen atau tingkat kebenaran hasil penelitian ini adalah 100 persen. Downward communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 10) termasuk moderately high association yang artinya mempunyai hubungan yang postif, kuat dan nyata dengan lingkungan kerja produktif, sehingga semakin kuat hubungan pola komunikasi dari atas 58 ke bawah, maka lingkungan kerja yang tercipta semakin produktif. Hal ini dikarenakan, jika atasan sering berkomunikasi dengan bawahan, maka dengan sendirinya akan tercipta lingkungan yang nyaman, tenang dan juga dapat meningkatkan kinerja dalam bekerja. Lingkungan kerja banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan perusahaan. Hal ini dapat terlihat dengan menggunakan rumus t hitung (Rumus 8), dengan memasukkan nilai n (jumlah responden) sebanyak 64 responden dan r (nilai korelasi Rank Spearman) dari downward communication sebesar 0,535 diperoleh nilai t hitung sebesar 4,986 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96). Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara downward communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Upward communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 10) termasuk Moderately low assosiation yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif. Hubungan yang agak lemah ini akan membuat lingkungan kurang menjadi produktif walaupun hubungannya positif dan nyata, tetapi tidak begitu kuat. Agar memiliki nilai yang kuat, maka lebih ditingkatkan lagi untuk berinteraksi antar karyawan dengan atasan atau manager. Hal ini dapat terlihat dengan menggunakan rumus t hitung (Rumus 8), dengan memasukkan nilai n (jumlah responden) sebanyak 64 responden dan r (nilai korelasi Rank Spearman) dari upward communication sebesar 0,387 diperoleh nilai t hitung sebesar 3,305 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96). Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara upward communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Diagonal communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 10) termasuk moderately high association yang artinya mempunyai hubungan yang postif, kuat dan nyata dengan lingkungan kerja produktif, 59 sehingga semakin kuat hubungan pola komunikasi diagonal maka lingkungan kerja yang tercipta semakin produktif Hal ini terlihat dari nilai korelasi Rank Spearman dari diagonal communication sebesar 0,626. Hasil perhitungan t hitung (Rumus 8), dengan memasukkan n (jumlah responden) sebanyak 64 responden dan r (nilai korelasi Rank Spearman) dari diagonal communication sebesar 0,626 diperoleh nilai t hitung sebesar 6,321 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96). Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara diagonal communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Horizontal communication menurut hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 10) termasuk moderately high association yang artinya mempunyai hubungan yang postif, kuat dan nyata dengan lingkungan kerja produktif, sehingga semakin kuat hubungan pola komunikasi horizontal maka lingkungan kerja yang tercipta semakin produktif. Hal ini terlihat dari nilai korelasi Rank Spearman dari horizontal communication sebesar 0,637. Hasil perhitungan t hitung (Rumus 8), dengan memasukkan n (jumlah responden) sebanyak 64 responden dan r (nilai korelasi Rank Spearman) dari horizontal communication sebesar 0,637 diperoleh nilai t hitung sebesar 6,507 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96). Sehingga didapatkan keputusan tolak Ho, artinya hipotesis H1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara horizontal communication dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. Berdasarkan hubungan pola komunikasi organisasi informal dengan lingkungan kerja produktif, bahwa indikator pola komunikasi organisasi informal ini termasuk Moderately low assosiation, yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif. Hubungan yang agak lemah ini akan membuat lingkungan kurang menjadi produktif walaupun hubungannya positif dan nyata, tetapi tidak begitu kuat. Agar memiliki nilai yang kuat, maka lebih ditingkatkan lagi untuk berinteraksi antar karyawan dengan atasan atau manager. 60 Tabel 11. Hubungan Pola Komunikasi Organisasi Informal dengan Lingkungan Kerja yang produktif No. 1. Indikator Pola Komunikasi Organisasi Informal Selentingan dan Penyebaran desasdesus Nilai Signifikasi Korelasi Rank Spearman 0,191 0,166 Hubungan Lingkungan Kerja Produktif Positif, agak lemah dan nyata Nilai korelasi Rank Spearman dapat dilihat untuk pola komunikasi informal sebesar 0,166 yang artinya mempunyai hubungan yang positif, agak lemah dan nyata dengan lingkungan kerja produktif. Hasil perhitungan t hitung (Rumus 8), dengan memasukkan n (jumlah responden) sebanyak 64 responden dan r (nilai korelasi Rank Spearman) dari diagonal communication sebesar 0,166 diperoleh nilai t hitung sebesar 1,325 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96). Sehingga didapatkan keputusan Ho, artinya hipotesis H1 diterima yaitu terdapat hubungan nyata antara komunikasi organisasi informal dengan lingkungan kerja produktif dengan tingkat signifikansi sebesar α yang dipilih. 4.6. Implikasi Manajerial Komunikasi adalah alat dimana organisasi dapat menyesuaikan personel dan proses terhadap situasi, serta masalah yang dihadapi. Pimpinan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam perusahaan yang dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan komunikasi yang efektif dalam lingkungan kerja perusahaan, termasuk lingkungan kerja yang produktif, nyaman dan tenang. Berdasarkan hasil penelitian terhadap hubungan pola komunikasi organisasi formal maupun informal dengan lingkungan kerja yang produktif pada PT Setiawan Sedjati, dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi di PT Setiawan Sedjati berjalan secara efektif. Dimana, PT Setiawan Sedjati menggunakan pola komunikasi organisasi formal maupun informal dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif. Pola komunikasi organisasi berhubungan dengan lingkungan kerja, seperti rasa aman, nyaman dan tenang. Agar pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, hendaknya pihak manajemen juga dapat melakukan upaya yang dapat menciptakan rasa 61 aman, nyaman dan tenang pada para karyawan. Beberapa upaya yang perlu dilakukan agar pola komunikasi berjalan seimbang dan efektif adalah sebagai berikut: 1. Melakukan komunikasi efektif dengan para karyawan untuk mendorong partisipasi para karyawan dalam setiap proses pengambilan keputusan. 2. Memperluas akses dan pendayagunaan saluran komunikasi dan informasi yang mudah digunakan dan mudah dipahami oleh para karyawan. 3. Memperbanyak forum-forum interaksi dengan manajer dan karyawan, baik antar internal unit maupun antar unit kerja. 4. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, tidak menimbulkan salah tafsir atau salah persepsi, disarankan para karyawan untuk secara berkala melakukan training komunikasi yang efektif. Perbaikan atau peningkatan hubungan antar personal dan atasan dengan bawahan dapat dilakukan melalui kegiatan seperti regular meeting, atau family gathering,antar unit kerja. Walaupun hal tersebut sudah dilakukan, tetapi perlu lagi adanya reseptivitas yang tinggi. Lakukan perubahan pada proses dan metode komunikasi upward communication dan informal communicationl. Dengan tujuan agar pola komunikasi organisasi berjalan secara sempurna untuk mendapatkan hasil komunikasi yang baik menjadi sangat baik. Selain itu, harus adanya keseimbangan antara metode komunikasi dengan mutual benefit dan mutual trust. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT Setiawan Sedjati, maka dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Komunikasi yang terjadi pada PT Setiawan Sedjati menggunakan pola komunikasi organisasi formal. Pola komunikasi yang penerapannya paling efektif ialah horizontal communication, dimana para karyawan maupun manajer yang selevel dalam tingkatan organisasi bertemu untuk mendiskusikan kontribusi dan koordinasi tugas terhadap tujuan perusahaan. 2. Lingkungan kerja yang ada di PT Setiawan Sedjati ini sudah sangat baik. Lingkungan kerja sudah produktif, perusahaan sudah memberikan kenyamanan dan ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja. 3. Berdasarkan hubungan antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang produktif. Pola komunikasi informal tidak ada hubungan sama sekali dengan lingkungan kerja produktif. Hubungan yang paling kuat yaitu antara pola komunikasi dari bawah ke atas atau horizontal communication dengan lingkungan kerja yang produktif. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian, maka solusi alternatif dalam rangka mengefektifkan pola komunikasi formal maupun informal, maka perusahaan sebaiknya mengadakan kegiatan social gathering mengenai pencapaian visi dan misi perusahaan dimana karyawan bisa berinteraksi dengan karyawan lain. Kegiatan ini dapat diadakan setahun dua kali guna memberikan wawasan dan pengetahuan baru pada karyawan serta dapat meningkatkan komunikasi dan solidaritas di antara rekan kerja. 2. Perusahaan harus meningkatkan keterampilan setiap karyawannya agar dalam pelaksanaan tugasnya bisa diselesaikan dengan baik, cepat dan tepat. Perusahaan dapat memfasilitasi karyawan dalam mengadakan pelatihan perlu yaitu Latihan Pemantapan Kerja seperti pelatihan technical skill yang dapat meningkatkan keterampilan karyawan. 63 3. Selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan topik Pengaruh Pola Komunikasi Organisasi Terhadap Motivasi Karyawan. 64 DAFTAR PUSTAKA Sandjaja, S. 2007. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka, Jakarta. 77 Purwanto, D. 2003. Komunikasi Bisnis. Erlangga, Jakarta. Stoner, J.A.F., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr. 1996. Manajemen (Terjemahan PT Prenhallindo, Jakarta. Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. PT Indeks, Jakarta. Nawangsari, S. 1997. Komunikasi Bisnis. Universitas Gunadarma, Pondok Cina. Mulyana, D. 2000. Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hasibuan, M.S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta. Mangkunegara, A.A.A.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja rafindo Persada, Jakarta. Sunarto. 2003. Manajemen, Komunikasi Antar Pribadi Dan Gairah Kerja aryawan. Sinungan, M. 2003. Produktivitas. PT Bumi Aksara, Jakarta. Bayuarga (2004) Analisis Efektivitas Komunikasi Organisasi dan Hubungannya engan Kinerja Karyawan pada Cipta Grafika Karawang, Adesya, S. 2007. Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Spinning PT Unitex Tbk, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedi Pustaka tama, Jakarta. LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuesioner No: KUESIONER PENELITIAN ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF. SETIAWAN SEDJATI Terima kasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang dilakukan oleh : Peneliti NRP Departemen Perguruan Tinggi : Benny Syawali : H24077010 : Program Sarjana Alih Jenis Manajemen : Institut Pertanian Bogor dan akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Saya sangat menghargai kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini dan akan menjamin kerahasiaan Anda. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif melalui pola komunikasi organisasi. Atas kerjasama dan bantuan Anda, saya ucapkan terima kasih. A. IDENTITAS RESPONDEN Jenis Kelamin : Laki-laki Unit Kerja : Marketing : Logistik : Keuangan : BOC : IT Posisi Perempuan Teknik Bag. Umum : Manager : Asisten Manager : Chief Staff Pendidikan terakhir : SMU : Diploma : S1 S2 S3 Usia : 19 – 29 Tahun : 30 – 39 tahun : 40 – 49 Tahun Masa Kerja di Perusahaan : 1 – 5 Tahun : 6 – 10 Tahun : 11 – 19 Tahun 50 – 59 Tahun ≥ 60 Tahun 20 – 29 Tahun ≥ 30 Tahun 67 B. POLA KOMUNIKASI ORGANISASI Petunjuk Pengisian : Mohon diisi dengan memberi tanda checklist () untuk setiap pertanyaan yang sesuai dengan persepsi Anda pada kolom jawaban yang tersedia. Keterangan Jawaban : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu S = Setuju SS = Sangat Setuju I. SALURAN KOMUNIKASI FORMAL a. KOMUNIKASI DARI ATAS KE BAWAH ( DOWNWARD COMMUNICATION) No. Pernyataan STS TS R Memberi instruksi/ perintah mengenai 1 pekerjaan secara lisan kepada bawahan. Memberikan ide dan gagasan kepada 2 bawahan secara lisan. Memberikan pujian secara lisan kepada 3 bawahan. Memberikan intruksi/ perintah mengenai 4 pekerjaan secara tulisan kepada bawahan. Memberikan pengarahan kepada bawahan 5 yang mengalami kesulitan dalam bekerja. S SS S SS b. KOMUNIKASI DARI BAWAH KE ATAS (UPWARD COMMUNICATION) No. Pernyataan Memberikan laporan pekerjaan kepada 1 atasan secara lisan. Mengajukan ide dan gagasan kepada atasan 2 secara lisan. Memberikan pujian secara lisan kepada 3 atasan. Mengemukakan masalah mengenai teknis 4 penyelesaian pekerjaan kepada atasan. Memberikan laporan pekerjaan kepada 5 atasan secara tulisan STS ST R 68 c. KOMUNIKASI DIAGONAL (DIAGONAL COMMUNICATION) No. Pernyataan STS Manajer unit dan karyawan unit lain sering memberikan kritikan dan masukan yang 1 bermanfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan begitu juga sebaliknya. Terdapat saling ketergantungan diantara 2 bagian yang ada dalam perusahaan. Komunikasi diagonal memberikan 3 informasi menjadi lebih cepat. Komunikasi diagonal memungkinkan individu dari berbagai bagian ikut 4 membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Komunikasi diagonal dapat saling mengenal 5 dan dapat menjalin silaturahmi dari unit kerja yang berbeda. ST R S SS d. KOMUNIKASI HORIZONTAL (SIDEWAYS COMMUNICATION) No. Pernyataan Para karyawan atau manajer bertemu untuk 1 mendiskusikan kontribusi dan koordinasi tugas terhadap tujuan perusahaan. Para karyawan atau manajer berkumpul mendiskusikan bagaimana menangani 2 penyelesaian masalah yang ada di perusahaan Para karyawan atau manajer satu unit 3 bertemu dengan karyawan unit lain untuk berbagi informasi. Para karyawan atau manajer rapat untuk 4 mendiskusikan konflik dalam atau antar unit kerja. Interaksi tinggi dan seringnya komunikasi antar karyawan dirangsang untuk bekerja 5 mengatasi dan membantu masalah koordinasi antar karyawan atau manajer. STS ST R S SS 69 I. KOMUNIKASI INFORMAL No. Pernyataan 1 Selentingan (grapevine) sering digunakan sebagai sumber informasi dalam organisasi. 2 Penyebaran desas-desus dalam organisasi dipengaruhi oleh pentingnya situasi. 3 Selentingan merupakan metode berkomunikasi tercepat dalam suatu organisasi. 4 Selentingan dapat memuat banyak informasi. 5 Selentingan merupakan saluran komunikasi yang lebih disukai dalam organisasi. STS ST R S SS ST R S SS III. LINGKUNGAN KERJA YANG PRODUKTIF No. Pernyataan Kelancaran komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya komunikasi 1 yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja ataupun dengan pimpinan. Pembagian tugas yang didapatkan sesuai 2 dengan kompetensi yang dimiliki dan sesuai dengan isi kerja. 3 4 5 6 7 STS Perusahaan selama ini telah mampu memberikan lingkungan kerja yang tenang dan nyaman sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam bekerja. Perusahaan telah mampu memberikan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Perusahaan selama ini senantiasa memberikan jaminan sosial yang memadai. Kondisi lingkungan kerja banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan pimpinan. Hubungan kerja yang harmonis merupakan salah satu faktor untuk membuat orang bisa bekerja produktif. TERIMA KASIH ATAS BANTUAN DAN KERJASAMA ANDA 70 Lampiran 2. Hasil Uji Validitas pernyataanKuesioner dengan Bantuan Software Microsoft Excel 2007 1. Pola Komunikasi Organisasi Nomor Pertanyaan Pearson 1 0.621 2 0.499 3 0.573 4 0.642 5 0.627 6 0.438 7 0.607 8 0.687 9 0.548 10 0.435 11 0.412 12 0.387 13 0.465 14 0.461 15 0.412 16 0.586 17 0.477 18 0.539 19 0.407 20 0.545 21 0.438 22 0.378 23 0.368 24 0.432 25 0.436 Ket : Pearson > 0,361 (Valid) Pearson < 0,361 (Tidak Valid) 2. Lingkungan Kerja Produktif Nomor Pertanyaan Pearson 26 0.593 27 0.792 28 0.759 29 0.802 30 0.736 31 0.593 32 0.593 Ket : Pearson > 0,361 (Valid) Pearson < 0,361 (Tidak Valid) Keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Keterangan valid valid valid valid valid valid valid 71 Lampiran 3. Uji Reliabilitas Pernyataan Kuesioner dengan Bantuan Software SPSS 17.0 for windows Reliability [DataSet0] Scale: ALL VARIABLES 1. Pola Komunikasi Organisasi Case Processing Summary N Cases Valid % 30 100.0 0 .0 30 100.0 a Excluded Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .863 25 2. Lingkungan Kerja Produktif Case Processing Summary N Cases Valid a Excluded Total % 30 100.0 0 .0 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .826 7 72 Lampiran 4. Nilai Uji Korelasi Rank Spearman dengan Bantuan Software SPSS 15.0 for windows. Nonparametric Correlations [DataSet0] Correlations Lingkungan Kerja Produktif Downward communication Spearman's rho Downward communication Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lingkungan Kerja Produktif 1.000 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N . .535 ** .000 64 64 ** 1.000 .000 . 64 64 .535 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Lingkungan Kerja Produktif Upward communication Spearman's rho Upward communication Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lingkungan Kerja Produktif 1.000 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N . .387 ** .002 64 64 ** 1.000 .002 . 64 64 .387 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Lingkungan Kerja Produktif Diagonal communication Spearman's rho Diagonal communication Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lingkungan Kerja Produktif 1.000 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). . .626 ** .000 64 64 ** 1.000 .000 . 64 64 .626 73 Lanjutan Lampiran 4. Correlations Lingkungan Kerja Produktif Horizontal communication Spearman's rho Horizontal communication Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lingkungan Kerja Produktif 1.000 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N .637 ** . .000 64 64 ** 1.000 .000 . 64 64 .637 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Lingkungan Kerja Produktif Informal communication Spearman's rho Informal communication Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) .166 * . .191 64 64 Correlation Coefficient .166 * 1.000 Sig. (2-tailed) .191 . 64 64 N Lingkungan Kerja Produktif 1.000 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 74 Lampiran 5. Struktur Organisasi PT Setiawan Sedjati DIREKTUR GM (General Manager) Manajer Pemasaran NG Ass. Man Pemasaran Staf Pemasaran Manajer Teknik Ass. Man Teknik Staf Teknik Manajer Keuangan Ass. Man Keuangan Staf Keuangan Manajer IT Ass. Man IT Staf IT Manajer Personalia Staf Personalia Manajer BOC Staf BOC Manajer Loistik Staf Logistik