Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang
kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab
utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya.
Menurut Thoha (1996) kemandirian adalah kebebasan seseorang dari
pengaruh orang lain, yang diartikan kemampuan untuk menemukan sendiri
apa yang harus dilakukan, menentukan dan memilih kemungkinankemungkinan dari hasil perbuatannya dan akan memecahkan sendiri masalahmasalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan bantuan orang lain
Selanjutnya Thoha (1996) menyatakan bahwa kemandirian belajar
adalah aktifitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri
dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu
mempertanggungjawabkan tindakannya. Siswa dapat memiliki kemandirian
belajar jika memiliki ciri-ciri diantaranya mampu berpikir kritis, keatif, dan
inovatif, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, tidak merasa
rendah diri terus bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan serta
mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sendiri.
8
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kemandirian belajar adalah suatu kebebasan belajar yang seseorang
lakukan sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain.
2. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Thoha (1996) mengemukakan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai
berikut:
a. Mampu berpikir kritis
Seseorang yang mampu bersikap kritis, kreatif, dan inovatif terhadap
segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, mereka tidak segera menerima
begitu saja pengaruh dari orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala
kemungkinan yang akan timbul, tetapi mampu melahirkan suatu gagasan baru.
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain
Seseorang yang dikatakan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
adalah orang yang mampu membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi
oleh orang lain dan percaya pada diri sendiri.
c. Tidak lari dan menghindari masalah
Orang yang mandiri adalah tidak lari atau menghindari masalah di
mana secara emosional berani menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain.
d. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam
Orang yang mandiri memiliki pertimbangan dalam menilai problem
yang dihadapi secara inteligen dan mampu menyeimbangkan antara perasaan
dan pikiran.
9
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain.
Seseorang dapat dikatakan mandiri adalah apabila menjumpai masalah
dan berusaha memecahkan masalah oleh dirinya sendiri.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain
Ada perasaan aman dan percaya diri dalam mengajukan pendapat yang
berbeda dengan orang lain.
g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan
Mampu
bekerja
keras
dan
sungguh-sungguh
serta
berupaya
memperoleh hasil.
h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
Dalam melakukan segala tindakan seseorang yang mandiri akan selalu
bertanggung jawab atau siap menghadapi segala resiko atau konsekuensi dari
tindakannya
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa menurut
Thoha (1996) dapat dibedakan menjadi dua arah, yakni:
a. Faktor dari dalam
Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis
kelamin. Anak semakin tua usianya cenderung semakin mandiri. Di samping
itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang.
10
b. Faktor dari luar
Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang ialah:
1. Faktor kebudayaan
Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang
maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong
tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana.
2. Faktor keluarga terhadap anak
Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi
aktivitas pendidikan dalam keluarga. Kecenderungan cara mendidik
anak, cara memberi penilaian pada anak bahkan sampai pada acara
hidup orang tua berpengaruh terhadap kemadirian anak.
Menurut Basri (2000) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor
endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).
a. Faktor endogen (internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah
dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat,
potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
11
b. Faktor eksogen (eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang
berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif.
Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam
bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian,
termasuk pula dalam hal kemandiriannya.
B. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan merupakan suatu komponen, satu usaha, satu tugas yang
tak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari pendidikan untuk membantu peserta
didik mencapai perkembangan optimal (Loekmono, 1993). Menurut Santoso
(1986) Bimbingan kelompok adalah suatu proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta
bimbingan agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin,
lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan diri dan dapat mencapai hidup
bahagia. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan kepada individu dalam situasi kelompok untuk mencegah timbulnya
masalah dan mengembangkan potensi siswa (Romlah, 2001). Shertzer dan
Stone (dalam Romlah, 2001) mendefinisikan bimbingan kelompok adalah
kegiatan layanan dari guru pembimbing untuk membantu siswa agar dapat
12
mengambil keputusan yang tepat berkenaan dengan permasalahan tertentu,
serta mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien dengan
melalui kegiatan pemberian informasi yang berisi perkembangan pemahaman
diri dan pemahaman mengenai orang lain sehingga mereka dapat
mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri dan dapat
menyesuaikan diri. Bimbingan kelompok dalah salah satu jenis layanan
bimbingan yang dilakukan untuk membantu konseli agar mencapai
perkembangan secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan
nilai-nilai yang dianutnya yang dilaksanakan dalam situasi kelompok
(Romlah, 2001).
Sedangkan Gazda (1990) dalam Prayitno mengemukakan bahwa
bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada
sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan
yang tepat. Secara sederhana bimbingan kelompok diartikan sebagai
bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami
masalah yang sama. Pada pengertian secara mendalam bimbingan kelompok
adalah bimbingan yang diberikan kepada sejumlah individu dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.
Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk
mencapai tujuan layanan bimbingan. Agar dinamika kelompok yang
berlangsung di dalam kelompok tersebut dapat secara efektif bermanfaat bagi
para anggota kelompok, maka jumlah anggota kelompok tidak boleh terlalu
besar yaitu sekitar 10 sampai dengan 15 orang yaitu kelompok kecil (small
13
group aproach). Pada umumnya pendekatan kelompok kecil ini dipakai dalam
rangka bimbingan prevetif yaitu diberikan dalam rangka mencegah masalah
yang telah berhasil dipecahkan tidak terjadi lagi.
Layanan bimbingan kelompok merupakan strategi dari layanan
bimbingan bagi siswa untuk dapat diajak bersama-sama mengemukakan
pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting serta
mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan mengembangkan
langkah-langkah bersama untuk menangani persoalan yang dibahas didalam
kelompok. Dengan demikian selain dapat membuahkan saling hubungan baik
di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu,
pemahaman
berbagai
situasi
dan
kondisi
lingkungan,
juga
dapat
mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang
diinginkan dalam kelompok.
2. Jenis-Jenis Bimbingan Kelompok.
Menurut Amti (1992) bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan
kelompok ada dua jenis, yaitu bimbingan kelompok bebas dan bimbingan
kelompok tugas, di mana:
a. Bimbingan kelompok bebas
Kegiatan bimbingan kelompok bebas ini para anggota kelompok bebas
mengemukakan segala pikiran, perasaan dalam kelompok, selanjutnya apa
yang disampaikan pada anggota kelompok.
14
b. Bimbingan kelompok tugas
Bimbingan kelompok tugas adalah salah satu bentuk penyelenggaraan
bimbingan kelompok di mana arah dan isi kegiatan kelompok tidak ditentukan
oleh anggota kelompoknya melainkan oleh pemimpin kelompok untuk dibahas
bersama-sama dalam kelompok.
3. Tujuan Bimbingan Kelompok.
Menurut Amti (1992) tujuan bimbingan dan kelompok ada dua yaitu:
a. Tujuan umum.
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu para
siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga
bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok
melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan.
b. Tujuan khusus.
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk;
1. Melatih siswa untuk berani menemukan pendapat di hadapan temanteman.
2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka didalam kelompok.
3. Melatih siswauntuk dapat membina keakraban bersama teman-teman
dalam kelompok khususnya dan dan teman di luar kelompok pada
umumnya.
4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
15
5. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
6. Melatih siswa memperoleh ketrampilan sosial.
7. Membantu
siswa
mengenali
dan
memahami
dirinya
dalam
hubungannya dengan orang lain.
4. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok.
Menurut Amti (1992) kegiatan bimbingan kelompok berlangsung
melalui empat tahapan, yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan diri
anggota ke dalam kelompok, dengan tujuan agar anggota kelompok
memahami maksud dan tujuan bimbingan kelompok. Pada tahap ini pula
bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima
dan membantu rekan-rekan yang ada dalam kelompok.
b. Tahap Peralihan.
Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap
ke kegiatan. Dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
anggota kelompok, anggota kelompok dapat memilih kegiatan bimbingan
kelompok bebas atau tugas. Setelah jelas kegiatan apa yang akan
dilaksanakan, sehingga tidak akan muncul keraguan atau belum siapnya
anggota dalam melaksanakan kegiatan dan memanfaatkan yanga akan
diperoleh setiap anggota kelompok.
16
c. Tahap Kegiatan.
Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok,
dengan suasana yang ingin dicapai yaitu terbahasnya secara tuntas
permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana
untuk mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut
perkembangan
kemampuan
berkomunikasi,
mengajukan
pendapat,
menanggapi pendapat, terbuka, sabar, dan tenggang rasa, maupun yang
menyangkut dengan
pemecahan masalah yangt dikemukakan dalam
kelompok. Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak
jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan bimbingan
kelompok bebas atau tugas, sehingga rangkaian kegiatan di sesuaikan dengan
jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelommpok yang bersangkutan apakah
bimbingan kelompok bebas atau kelompok tugas.
d. Tahap Pengakhiran.
Tahap ini merupakan tahap penutup dalam seluruh rangkaian
pertemuan kegiatan bimbingan kelompok, dengan sasaran telah tercapainya
suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
1. penyampaian pengakhiran kegiatan
2. pengemukaan kesan-kesan
3. penyampaian tanggapan-tanggapan
4. pembahasan kegiatan lanjutan
5. penutup
17
5. Teknik Problem Solving Bimbingan Kelompok.
Problem solving merupakan suatu proses yang kreatif di mana
individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan
lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau
penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya
(Romlah, 1989).
Problem solving mengajarkan pada individu cara memecahkan
masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalahnya adalah
sebagai berikut :
a. Identifikasi dan merumuskan masalah.
Individu yang bersangkutan hendaknya menyadari bahwa dirinya
mempunyai masalah, dan mempunyai kebutuhan untuk memecahkannya.
Setelah masalah diketahui kemudian dirumuskan. Makin tepat masalah
dirumuskan makin mudah untuk dicari proses pemecahannya. Rumusan
masalah harus memuat kesulitan yang dihadapi sekarang, dan perubahan atau
pemecahan yang diinginkan. Dalam kelompok, rumusan masalah dapat
dimulai
dengan
meminta
masing–masing
anggota
kelompok
untuk
mengemukakan pikirannya bebas lebih dahulu (brainstorming). Dari berbagai
macam pendapat kemudian dibuat rumusan masalah.
b. Menentukan sebab-sebab masalah
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sebab-sebab masalah.
Untuk ini perlu dikumpulkan data dan informasi yang relevan. Data yang
18
terkumpul kemudian dipilah, mana yang berupa pendorong dan penghambat
pemecahan masalah.
c. Mencari alternatif pemecahan masalah.
Setelah sumber dan sebab masalah sudah ditemukan serta data yang
dapat mendorong pemecahan masalah telah terkumpul, langkah selanjutnya
adalah pemecahan masalah. Masing-masing anggota diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat. Buat dua atau tiga alternatif pemecahan masalah.
d. Menguji masing-masing alternatif
Masing-masing alternatif diuji keuntungan dan kelemahannya. Hal
yang perlu diperhatikan dalam menguji alternatif pemecahan masalah adalah
sumber apa yang tersedia baik, yang berupa biaya, orang yang ahli maupun
waktu.
e. Memilih alternatif pemecahan yang tepat dan melaksanakannya
Tahap pertama dalam langkah ini adalah mengambil keputusan dari
alternatif-alternatif yang diplih kelompok. Pemilihan alternatif dibuat dengan
cara menguji keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan masingmasing alternatif. Alternatif yang tepat adalah alternatif yang paling sedikit
mempunyai kelemahan. Pilihan itu kemudian dilaksanakan.
f. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
Setelah alternatif dilaksanakan, diadakan penilaian terhadap hasilnya.
Penilaian dilakukan dengan melihat ada tidaknya kesenjangan antara masalah
yang dirumuskan dengan pelaksanaan pemecahannya.
19
Latihan problem solving dengan memakai langkah-langkah sistematis
akan mengajarkan individu untuk mengalami proses berpikir analitis sintetis,
yaitu mengumpulkan data yang relevan, menghubung-hubungkan data dan
menarik kesimpulan. Selain itu individu belajar mencari informasi dari
sumber-sumber lain yang dapat membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan metode problem solving
adalah sebagai berikut :
a. Masalahnya belum dipahami dengan benar.
b. Individu yang bersangkutan tidak dapat menarik hubungan antara situasi
yang satu dengan yang lain, antara data yang satu dengan data yang lain,
dan tidak dapat menghubungkan antara pengalaman dan apa yang sudah
dipelajari dengan masalah yang dihadapi.
c. Tidak mengikuti langkah pemecahan masalah tahap demi tahap, tetapi
lebih mengikuti intuisi dan emosi.
d. Kurang percaya diri, tidak mempertimbangkan keputusan secara
mendalam, dan mempunyai prasangka pribadi.
6. Keuntungan-keuntungan bimbingan kelompok
a. Bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien.
b. Bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seorang
atau beberapa orang individu terhadap anggota lain.
c. Dalam kegiatan kelompok dapat terjadi pertukaran pengalaman di antara
para anggoatnya.
20
d. Bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari penyuluhan individual
e. Bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik penyuluhan
individual.
f. Bimbingan
kelompok
dapat
digunakan
sebagai
substitusi
yaitu
dilaksanakan karena tidak dapat diberikan dengan teknik lain.
g. Bimbingan kelompok merupakan kesempatan untuk menyegarkan watak
para anggotanya.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian Aristiani (2005) mengenai “Keefektifan Bimbingan
kelompok dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar siswa kelas X SMA N
15 Semarang tahun ajaran 2005/2006” mengemukakan bahwa bimbingan
kelompok efektif untuk meningkatkan kemandirian siswa yang ditunjukkan
dengan nilai hitung Z = 4,296 > nilai tabel Z = 1,96.
Purwanto (2007) meneliti tentang “ Keefektifan layanan bimbingan
kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa X SMA N 1
Tuntang” menunjukkan bahwa ada perbedaan kemandirian belajar siswa
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terlihat dari thitung = 5,656
dengan p = 0,020 < 0,050.
21
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
”Layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving secara
signifikan dapat meningkatkan Kemandirian Belajar pada siswa kelas XI IPA
SMA Muhamadiyah Plus Salatiga tahun pelajaran 2011/2012”.
22
Download