keanekaragaman dan pola sebaran spesies

advertisement
KEANEKARAGAMAN DAN POLA SEBARAN SPESIES TUMBUHAN
ASING INVASIF DI SEMENANJUNG PRAPAT AGUNG
TAMAN NASIONAL BALI BARAT
ALDIRA NOVAL NASUTION
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan
Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Semenanjung Prapat Agung
Taman Nasional Bali Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Aldira Noval Nasution
NIM E34100094
ABSTRAK
ALDIRA NOVAL NASUTION. Keanekaragaman dan Pola Sebaran Spesies
Tumbuhan Asing Invasif di Semenanjung Prapat Agung, Taman Nasional Bali
Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan IWAN HILWAN.
Spesies tumbuhan asing invasif didefinisikan sebagai tumbuhan yang
tumbuh di luar habitat alaminya, kemudian mengancam keberadaan tumbuhan asli
yang ada di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komposisi
tumbuhan, keanekaragaman, dan pola sebaran tumbuhan asing invasif di hutan
musim dan savana Semenanjung Prapat Agung (SPA). Metode yang digunakan
adalah metode analisis vegetasi kombinasi jalur berpetak pada hutan musim dan
analisis petak ganda pada savana. Tumbuhan asing invasif di SPA yang
teridentifikasi sebanyak 15 spesies termasuk dalam 8 famili yaitu Gliricidia
sepium, Lantana camara, Vernonia cinerea, Chromolaena odorata, Abrus
precatorius, Stachytarpeta jamaicensis, Ageratum conyzoides, Passiflora foetida,
Imperata cylindrica, Amaranthus spinosus, Dactyloctenium aegyptium, Euphorbia
hirta, Cassia tora, Hedyotis corymbosa, dan Eleusine indica. Tumbuhan asing
invasif di SPA memiliki pola sebaran mengelompok.
Kata kunci: pola sebaran, Semenanjung Prapat Agung, tumbuhan asing invasif
ABSTRACT
ALDIRA NOVAL NASUTION. Diversity and Distribution Patterns of Invasive
Alien Plant Species on Semenanjung Prapat Agung, West Bali National Park.
Supervised by AGUS HIKMAT dan IWAN HILWAN.
Invasive alien plant species were defined as plants that grow outside of its
natural habitat, and threatened the existence of surrounding existing native. This
research aims to identify the plant composition, diversity, and distribution patterns
of alien invasive plants in the monsoon forests and savannas in the Semenanjung
Prapat Agung (SPA). The method used vegetation analysis with combination of
strip and line quadrat method to monsoon forest and quadrat method to savannas.
Invasive alien plants on SPA which identified 15 species belong to 8 families that
were Gliricidia sepium, Lantana camara, Vernonia cinerea, Chromolaena
odorata, Abrus precatorius, Stachytarpeta jamaicensis, Ageratum conyzoides,
Passiflora foetida, Imperata cylindrica, Amaranthus spinosus, Dactyloctenium
aegyptium, Euphorbia hirta, Cassia tora, Hedyotis corymbosa, and Eleusine
indica. Invasive alien plants on SPA has clumped distribution pattern.
Keywords: distribution patterns, invasive alien plant, Semenanjung Prapat Agung
KEANEKARAGAMAN DAN POLA SEBARAN SPESIES TUMBUHAN
ASING INVASIF DI SEMENANJUNG PRAPAT AGUNG
TAMAN NASIONAL BALI BARAT
ALDIRA NOVAL NASUTION
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2014 ini ialah
tumbuhan asing invasif, dengan judul Keanekaragaman dan Pola Sebaran Spesies
Tumbuhan Asing Invasif di Semenanjung Prapat Agung, Taman Nasional Bali
Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Hikmat,MSc F dan
Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Surahman selaku kepala SPTN wilayah II
Buleleng, TNBB, Bapak I Putu Yasa Arbawa dan seluruh staf SPTN wilayah II
Buleleng, TNBB yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga Saya sampaikan kepada ayah Khairuddin
Nasution, ibu Irma Chairita, kakak Kharina Savira Nasution, adik Anhari Nafis
Nasution serta seluruh keluarga besar atas do’a, semangat, dan kasih sayang yang
diberikan kepada penulis. Tak lupa diucapkan terimakasih kepada Rahila Junika,
Farikh Munir, Achmad Zainuri, keluarga besar Nephentes rafflesiana 47, tim
PKLP TNBB, DKSHE, HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati Flora (KPF), dan
seluruh sahabat-sahabat atas doa dan dukungannya kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Aldira Noval Nasution
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Jenis Data yang Dikumpulkan
3
Metode Pengumpulan Data
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
7
Komposisi Tumbuhan
8
Indek Nilai Penting Spesies Tumbuhan
9
Keanekaragaman dan Kemerataan Tumbuhan
10
Tumbuhan asing invasif
13
Bioekologi Spesies Asing Invasif
15
Pola Sebaran Tumbuhan Asing Invasif
23
SIMPULAN DAN SARAN
25
Simpulan
25
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
29
vii
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
INP tumbuhan di hutan musim
Spesies tumbuhan asing invasif di lokasi penelitian
INP tumbuhan asing invasif di hutan musim dan savana
Pola sebaran tumbuhan asing invasif di hutan musim dan savana
9
13
14
24
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi Penelitian
2 Petak ukur di vegetasi savana
3 Petak ukur vegetasi hutan musim
4 Komposisi spesies dan famili di lokasi penelitian
5 Tingkat keanekaragaman tumbuhan di hutan musim dan savana
6 Tingkat kemerataan tumbuhan di hutan musim dan savana
7 Lantana camara
8 Chromolaena odorata
9 Gliricidia sepium
10 Abrus precatorius
11 Ageratum conyzoides
12 Amaranthus spinosus
13 Veronia cinerea
14 Imperata cylindrica
15 Dactyloctenium aegyptium
16 Stachytarpheta jamaicensis
17 Euphorbia hirta
18 Hedyotis corymbosa
19 Passiflora foetida
20 Eleusine indica
21 Cassia tora
2
3
4
8
11
12
16
16
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Komposisi tumbuhan di hutan musim
2 Komposisi tumbuhan di savana
3 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah
4 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat pancang
5 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat tiang
6 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat pohon
7 Komposisi spesies tumbuhan di savana
8 Indeks Morisita (Id) di hutam musim
9 Indeks Morisita (Id) di hutam musim
10 Derajat keseragaman (Mu) di hutan musim
11 Derajat keseragaman (Mu) di savana
12 Derajat pengelompokan (Mc) di hutan musim
13 Derajat pengelompokan (Mc) di savana
14 Pola sebaran tumbuhan asing invasif di hutan musim
15 Pola sebaran tumbuhan asing invasif di savana
29
32
34
37
38
39
40
42
43
43
44
44
45
45
46
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Bali Barat (TNBB) adalah salah satu kawasan konservasi
di Indonesia yang memiliki luas 19002.89 ha, terdiri dari 15587.89 ha wilayah
daratan dan 3415 ha berupa perairan, serta kawasan ini merupakan habitat jalak
bali (Leucopsar rothschildi) (BTNBB 2009). TNBB memiliki 3 Seksi Pengelolaan
Taman Nasional (SPTN), salah satunya Semenanjung Prapat Agung yang
merupakan SPTN Wilayah II Buleleng. SPTN ini terbagi menjadi dua resort, yaitu
resort Prapat Agung dan Teluk Brumbun yang memiliki beberapa tipe ekosistem,
meliputi hutan musim, pantai, mangrove, dan savana.
Permasalahan yang terdapat di TNBB tidak hanya timbul dari segi sosial
ekonomi, seperti penyerobotan kawasan taman nasional oleh masyarakat,
pembalakan kayu, perburuan satwa, dan kebakaran, tetapi juga disebabkan oleh
tumbuhan asing invasif yang dapat menekan pertumbuhan spesies asli maupun
endemik di kawasan taman nasional. Salah satu contoh gangguan ekologis akibat
invasi spesies tumbuhan asing invasif yaitu Acacia nilotica yang telah menginvasi
5000 hektar kawasan Taman Nasional Baluran yang berdampak negatif pada
habitat banteng yang menjadi fokus konservasi di kawasan tersebut dan satwa
lainnya (Mutaqin 2002).
Tumbuhan asing invasif dapat didefinisikan sebagai spesies tumbuhan yang
tumbuh secara liar atau pun hasil introduksi di luar habitat alaminya, dan
keberadaannya mengganggu spesies lokal. Purwono et al. (2002) menjelaskan
spesies asing invasif adalah spesies flora ataupun fauna yang termasuk
mikroorganisme yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh pesat dikarenakan
ketiadaan musuh alami, sehingga menjadi gulma, hama, dan penyakit bagi spesies
alami. Selain itu, tumbuhan asing invasif yang dibawa oleh manusia memiliki
tujuan tertentu, salah satunya sebagai pengelolaan kawasan, kemudian
mengancam keberadaan ekosistem, habitat, spesies asli maupun endemik di suatu
kawasan, dan menyebabkan perubahan global pada lingkungan (Pejchar dan
Mooney 2009). Keberadaan tumbuhan asing invasif di TNBB mengganggu
keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Menurut Olden et al.
(2004) spesies asing invasif menyebabkan terjadinya homogenisasi biotik serta
pergantian antara spesies lokal dengan spesies introduksi dikarenakan spesies
asing invasif lebih mudah beradaptasi dan mendominasi suatu habitat baru.
Tumbuhan asing invasif di TNBB perlu dikendalikan, karena mengganggu
kekhasan ekosistem. Selain itu, tumbuhan asing invasif mengakibatkan
berkurangnya kualitas dan kuantitas habitat satwa yang dapat memengaruhi pola
prilaku satwaliar. Sehingga, diperlukan penelitian keanekaragaman dan pola
sebaran tumbuhan asing invasif di TNBB.
Tujuan
1.
Tujuan penelitian adalah
Mengidentifikasi komposisi spesies tumbuhan pada hutan musim dan
savana di Semenanjung Prapat Agung, TNBB.
2
2.
3.
Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan asing invasif pada
hutan musim dan savana di Semenanjung Prapat Agung, TNBB.
Mengidentifikasi pola sebaran spesies tumbuhan asing invasif pada hutan
musim dan savana di Semenanjung Prapat Agung, TNBB.
Manfaat
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengelola TNBB sebagai data
dasar dalam pengelolaan spesies tumbuhan asing invasif dan upaya menjaga
keaslian ekosistem TNBB.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SPTN Wilayah II Buleleng, Semenanjung Prapat
Agung TNBB, pada bulan Maret 2014. Pengambilan data dilakukan pada hutan
musim dan savana. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunitas tumbuhan di
TNBB pada vegetasi hutan musim dan savana, serta alkohol 70%. Alat yang
digunakan meliputi tallysheet, kertas label nama, tali plastik, plastik, meteran,
patok kayu, golok, kamera, alat pembuatan herbarium, GPS, dan alat tulis.
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data spesies
tumbuhan, meliputi nama ilmiah, jumlah individu, dan habitus. Data sekunder
berupa kondisi umum, meliputi letak dan luas, kondisi fisik, biotik, sosial
masyarakat di TNBB.
Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui analisis vegetasi, pembuatan spesimen
herbarium, identifikasi spesies tumbuhan, dan studi literatur. Berikut adalah
penjelasan dari tahapan-tahapan pengumpulan data.
Analisis Vegetasi Savana
Analisis vegetasi savana dilakukan dengan menggunakan metode petak
ganda sebanyak 3 petak berukuran 100 m x 100 m (Gambar 2). Petak ukur dibuat
dengan ukuran 2 m x 2 m dengan jarak antar petak 20 m sebanyak 25 petak ukur.
Peletakan petak contoh dilakukan secara systematic sampling. Analisis vegetasi
ini dilakukan pada kelompok tumbuhan bawah, dan semai. Paramater yang
diamati adalah nama spesies baik lokal maupun ilmiah, jumlah individu, dan
habitus.
Gambar 2 Petak ukur di vegetasi savana
Analisis Vegetasi Hutan
Analisis vegetasi hutan dilakukan dengan menggunakan metode jalur
berpetak ukuran 20 m x 200 m sebanyak 5 jalur. Petak ukur dibagi menjadi petak
ukur 2 m x 2 m untuk semai dan tumbuhan bawah, petak ukur 5 m x 5 m untuk
pancang dengan diameter kecil dari 10 cm, petak ukur 10 m x 10 m untuk tiang
4
dengan diameter setinggi dada lebih dari 10 cm dan kurang dari 20 cm, dan petak
ukur 20 m x 20 m untuk pohon dengan diameter setinggi dada ≥ 20 cm. Paramater
yang diamati adalah nama spesies baik lokal maupun ilmiah, jumlah individu,
diameter, dan habitus. Analisis vegetasi jalur berpetak dapat dilihat pada Gambar
3.
Gambar 3 Petak ukur vegetasi hutan musim
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan pada spesies tumbuhan yang belum
teridentifikasi di lokasi penelitian. Pengumpulan spesimen dilakukan dengan
mengambil bagian-bagian tumbuhan yang dapat dijadikan kunci identifikasi,
seperti daun, ranting, bunga, dan buah. Sementara untuk tumbuhan bawah seluruh
bagian diambil sebagai spesimen. Menurut Onrizal (2009) tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah:
a. Mengambil contoh spesimen herbarium yang terdiri dari ranting lengkap
dengan daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil. Pengambilan
contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
analisis vegetasi.
b. Contoh spesimen herbarium tersebut dipotong dengan panjang disesuaikan
dengan ukuran tumbuhan, dengan menggunakan gunting.
c. Spesimen herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan
memberikan etiket. Etiket berisi keterangan tentang nomor spesies, nama
lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.
d. Spesimen herbarium disusun di atas koran dan disemprot dengan alkohol
70%, lalu disusun didalam plastik dan di siram kembali menggunakan
alokol 70% sampai basah. Setelah itu tutup dengan rapat plastik dengan
isolasi.
e. Setelah dilakukan perlakuan di lapangan, dilakukan pengeringan. Seluruh
spesimen dari lapangan dikeluarkan dari plastik dan kertas koran. 5-10
5
spesimen diapit dalam sasak ukuran 50 x 35 cm, untuk buah-buahan besar
dipisah, dimasukkan kantong, dan diberi label. Pengovenan dilakukan
dengan suhu ± 65oC, ± selama 4 hari.
f. Spesimen herbarium yang sudah kering selanjutnya dilakukan mounting dan
labeling. Mounting adalah kegiatan menjahit dan mengelem spesimen diatas
kertas karton dengan ukuran 29 cm x 43 cm. Selanjutnya labeling yang
berisi keterangan tumbuhan untuk identifikasi.
Identifikasi Spesies Tumbuhan dan Tumbuhan Asing Invasif
Identifikasi spesies tumbuhan (spesimen herbarium) dilakukan untuk
mengetahui nama ilmiah dari spesies tersebut. Identifikasi spesimen herbarium
dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Herbarium Bogorinense LIPI. Sementara
itu, identifikasi spesies tumbuhan asing invasif dilakukan dengan menggunakan
buku panduan lapang tentang tumbuhan asing invasif Webber (2003), Invasive
Species Specialist Group (2005), dan SEAMEO BIOTROP (2008).
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi
umum TNBB yang meliputi letak dan luas, kondisi fisik dan biotik, serta iklim,
yang diperoleh dari literatur yang ada di perpustakaan atau kantor pengelola
TNBB.
Analisis Data
Komposisi Tumbuhan
Komposisi tumbuhan di TNBB dapat diketahui dengan menggunakan
parameter Indeks Nilai Penting (INP). Menurut Soerianegara dan Indrawan (2002)
formula matematika yang dapat digunakan dalam perhitungan analisis vegetasi,
termasuk tumbuhan bawah adalah sebagai berikut:
Kerapatan K
Kerapatan Relatif (KR)
Frekuensi F
Frekuensi Relatif FR
Dominansi D
Dominansi relatif (DR)
Jumlah individu setiap spesies
(ind/ha)
luas seluruh petak
Kerapatan suatu spesies
=
x 100%
Kerapatan seluruh spesies
Jumlah petak dij umpai spesies
=
Jumlah seluruh petak
Frekuensi suatu spesies
=
x 100%
Frekuensi seluruh spesies
Jumlah luas bidang dasar
2
=
(m /ha)
Luas petak contoh
Dominansi suatu spesies
=
x 100%
Dominansi seluruh spesies
=
INP untuk tumbuhan bawah, semai, dan pancang = KR + FR.
INP untuk tiang dan pohon = KR + FR + DR.
6
Tingkat Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
Keanekaragaman spesies tumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan
Indeks Keanekaragaman Shannon (H’). Menurut Magurran (2004) penghitungan
indeks ini dengan rumus:
s
'
pi ln pi =
H=
𝑖=1
Keterangan :
H’
ni
N
S
s
𝑖=1
ni
ni
ln
N
N
= Indeks keanekaragaman Shannon
= Jumlah individu spesies
= Jumlah individu seluruh spesies
= Jumlah spesies
Tingkat Kemerataan Spesies Tumbuhan
Tingkat kemerataan ditunjukkan oleh indeks kemerataan spesies (Evenness).
Indeks kemerataan ini menunjukkan penyebaran individu di dalam spesies.
menurut Ludwig dan Reynolds (1988) indeks ini dapat dihitung dengan rumus:
E=H' / ln S
Keterangan :
H’
S
E
= Indeks keanekaragaman Shannon
= Jumlah spesies
= Indeks kemerataan spesies (Evenness)
Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Penyebaran spesies dalam suatu komunitas tumbuhan dapat diketahui
dengan rumus penyebaran Morisita. Rumus ini digunakan untuk mengetahui pola
penyebaran spesies tumbuhan yang meliputi penyebaran merata (uniform),
mengelompok (clumped), dan acak (random). Adapun rumus Morishita menurut
Morisita (1959) adalah sebagai berikut:
xi 2 - xi
Iδ= n
(∑xi )2 - ∑xi
Keterangan:
Iδ
= Derajat penyebaran Morisita
n
= Jumlah petak ukur
∑ xi 2 = Jumlah kuadrat dari total individu suatu spesies pada suatu komunitas
x𝑖 = Jumlah total individu suatu spesies pada suatu komunitas.
Selanjutnya dilakukan uji Chi-square, dengan rumus:
a.
Derajat Keseragaman
X2 0.975 - n+ ∑xi
Mu=
∑xi -1
Keterangan:
X20.975 = Nilai chi-squre dari tabel dengan db (n-1), selang kepercayaan 97.5%
xi
= Jumlah individu dari suatu spesies pada petak ukur ke –i
n
= Jumlah petak ukur
7
b.
Derajat Pengelompokan
X2 0.025 - n+∑ xi
Mc=
∑xi -1
Keterangan:
X20.025 = Nilai chi-squre dari tabel dengan db (n-1), selang kepercayaan 2.5%
xi
= Jumlah individu dari suatu spesies pada petak ukur ke –i
n
= Jumlah petak ukur Standar derajat Morisita
Standar derajat Morisita (Ip) dihitung dengan empat rumus sebagai berikut:
1. Bila Iδ≥Mc> 1.0, maka dihitung:
Iδ - Mc
Ip = 0.5 + 0.5(
)
n - Mc
2. Bila Mc>Iδ ≥ 1.0, maka dihitung:
Iδ - 1
Ip = 0.5 (
)
Mc - 1
3. Bila 1.0> Iδ>Mu, maka dihitung:
Ip = -0.5 (
Iδ - 1
)
Mu - 1
4. Bila 1.0> Mu>Iδ, maka dihitung:
Iδ - 1
)
Mu - 1
Perhitungan nilai Ip akan menunjukkan pola penyebaran spesies tumbuhan
yang dominan dalam suatu komunitas. Nilai dan pola penyebaran spesies tersebut
adalah sebagai berikut:
Ip = 0, Spesies tumbuhan memiliki penyebaran acak (random)
Ip > 0, Spesies tumbuhan memiliki penyebaran mengelompok (clumped)
Ip < 0, Spesies tumbuhan memiliki penyebaran merata (uniform).
Ip = -0.5 + 0.5 (
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Semenanjung Prapat Agung (SPA) merupakan SPTN Wilayah II Buleleng
TNBB yang terbagi menjadi dua resort, yaitu resort Prapat Agung dan Teluk
Brumbun dengan luas wilayah 7514.8 ha, serta memiliki tipe iklim C, D, dan E
(BTNBB 2009). Kawasan SPA berbatasan langsung dengan Desa Sumber
Kelampok dan HPT Dinas Kehutanan, Provinsi Bali. SPA memiliki beberapa tipe
ekosistem, salah satunya ekosistem hutan musim dan savana.
Hutan musim merupakan hutan yang berada pada iklim musim dengan
kondisi tanah rendah rata atau berbukit, kering, dan memiliki bermacam–macam
jenis tanah (Soerianegara dan Indrawan 2002). Hutan musim dicirikan dengan
pepohonan yang memiliki tajuk agak terbuka, sederhana, dan menggugurkan daun
8
saat kemarau (Indriyanto 2006). Spesies flora yang terdapat di SPA meliputi laban
(Vitex pubescens), kayu pahit (Strychnos lucida), putian (Symplocos javanica),
walikukun (Schoutenia ovata), pilang (Acacia leuchoploea), asam jawa
(Tamarindus indica), sonokeling (Dalbergia latifolia), dan sawo kecik (Manilkara
kauki) (BTNBB 2009). Berdasarkan spesies flora tersebut, hutan musim yang
terdapat di SPA tergolong hutan musim bawah. Soerianegara dan Indrawan (2002)
menjelaskan, terdapat beberapa ciri hutan musim bawah, diantaranya memiliki
ketinggian 2–1000 mdpl dengan spesies yang lazim ditemukan adalah Acacia
leuchoploea, Dalbergia latifolia, dan Tamarindus indica.
Savana di SPA memiliki karakteristik berupa hamparan padang rumput
yang tumbuh di daerah kapur (karst). Spesies rumput yang terdapat di savana
TNBB bergenera Panicum, Pennisetum, Andropogon, Imperata, Themeda, dan
lainnya (BTNBB 2009). Selain itu, savana di SPA juga ditumbuhi oleh pepohonan
dengan jarak antar pohon yang berjauhan. Spesies pohon yang terdapat di savana
umumnya Acacia leucophloea, Zyzypus rotundifolia, Phyllantus emblica, dan
Azadirachta indica (BTNBB 2009).
Komposisi Tumbuhan
Jumlah
Komposisi tumbuhan pada hutan musim didapatkan sebanyak 75 spesies
dengan 37 famili, sedangkan di savana terdapat 52 spesies dengan 26 famili
(Gambar 4). Komposisi tumbuhan merupakan keragaman spesies tumbuhan yang
menyusun suatu komunitas atau ekosistem, serta dapat menggambarkan keadaan
tumbuhan di hutan (Soerianegara dan Indrawan 2002).
80
70
60
50
40
30
20
10
0
75
52
37
Spesies
26
Hutan Musim
Famili
Savana
Tipe Vegetasi
Gambar 4 Komposisi spesies dan famili di lokasi penelitian
Hutan musim di SPA terdiri dari 70 spesies tumbuhan bawah dan semai, 13
spesies pancang, 15 spesies tiang, dan 17 spesies pohon. Spesies yang
teridentifikasi sebagian besar berasal dari famili Euphorbiaceae dan Fabaceae
sebanyak 8 spesies, adapun spesies yang tergolong famili Fabaceae meliputi bun
ketepeng (Phanera fulva), bunapi (Caesalpinia bonduc), gamal (Gliricidia
sepium), pilang (Acacia leuchoploea), saga manis (Abrus precatorius), tekik
(Albizzia lebbeckioides), trengguli (Cassia fistula), dan kembang kuning (Cassia
9
surattensis). Sedangkan spesies yang memiliki famili Euphorbiaceae meliputi
buni (Antidesma bunius), hamer (Glochidion sp.), kapasan (Croton argyratus),
katuk hutan (Sauporus androgynus), kemeloko (Phylanthus emblica), malaman
(Cleisthantus myrianthus), meniran (Phyllanthus niruri), dan suli (Bridelia
monoica).
Savana merupakan padang rumput dan semak yang terpencar diantara
rerumputan atau daerah peralihan antara hutan dan padang rumput (Djufri 2002).
Sehingga, spesies yang teridentifikasi sebagian besar memiliki famili Poaceae
sebanyak 9 spesies, adapun spesies tumbuhan tersebut meliputi alang-alang
(Imperata cylindrica), gelagah kecil (Saccharum spontaneum), kili (Eragrostis
tenella), merakan (Themeda arguens), rumput a (Dactyloctenium aegyptium),
rumput alas (Eleusine indica), rumput b (Chrysopogon aciculatus), rumput santen
(Oplismenus burmannii), dan pring-pringan (Oplismenus compositus). Savana
yang terdapat di SPA juga ditumbuhi oleh spesies pohon, meliputi intaran
(Azadirachta indica), kayu pait (Strychnos lucida), walikukun (Schoutenia ovata),
kemeloko (Phyllantus emblica), dan tekik (Albizzia lebbeckioides). Pepohonan
yang terdapat di savana dipengaruhi oleh suhu, iklim, dan keadaan tempat
tumbuh, selain itu pepohonan tersebar pada jarak yang beragam, tumbuh kerdil,
dan tahan terhadap kekeringan (Ewusie 1990).
Indek Nilai Penting Spesies Tumbuhan
Indeks nilai penting (INP) adalah salah satu parameter yang digunakan
untuk mengetahui dominansi suatu spesies dalam komunitas. Spesies tumbuhan
yang dominan ataupun berkuasa dalam suatu komunitas adalah spesies yang
memiliki nilai INP yang tinggi (Indriyanto 2006). INP spesies tumbuhan yang
terdapat di hutan musim SPA yang memiliki dominansi tertinggi pada tingkat
pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon sebagai berikut (Tabel 1).
Tabel 1 INP tumbuhan di hutan musim
Tingkat Pertumbuhan
Semai dan Tumbuhan
Bawah
Pancang
Tiang
Pohon
Spesies
Oplismenus burmannii
Chromolaena odorata
Wedelia biflora
Lantana camara
Strychnos lucida
Symplocos javanica
Schoutenia ovata
Gliricidia sepium
Famili
Poaceae
Asteraceae
Asteraceae
Verbenaceae
Loganiaceae
Symploceae
Tiliaceae
Fabaceae
Schoutenia ovata
Grewia koordersiana
Gliricidia sepium
Grewia koordersiana
Thespesia populnea
Schoutenia ovata
Gliricidia sepium
Tiliaceae
Tilaceae
Fabaceae
Tilaceae
Malvaceae
Tiliaceae
Fabaceae
INP (%)
33.61
31.93
14.05
9.95
58.29
32.93
28.94
21.35
102.87
78.26
25.97
121.69
47.27
29.42
17.61
10
Hasil analisis vegetasi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah didapatkan
4 spesies tumbuhan memiliki dominansi terbesar yaitu rumput santen (Oplismenus
burmannii), seruni (Wedelia biflora), kerasi (Lantana camara), dan kirinyuh
(Chromolaena odorata). Hutan musim cenderung didominasi oleh tumbuhan
bawah terutama yang bersifat terna, karena struktur vertikal hutan musim tidak
memiliki lapisan tajuk yang banyak dan bersifat terbuka (Ewusie 1990). Tingkat
pancang terdapat 4 spesies yang memiliki dominansi tertinggi yaitu gamal
(Gliricidia sepium), walikukun (Schoutenia ovata), putian (Symplocos javanica),
dan kayu pait (Strychnos lucida). Tingkat tiang dominansi tertinggi yaitu gamal
(Gliricidia sepium), walikukun (Schoutenia ovata), dan talok (Grewia
koordersiana). Tingkat pohon dengan dominansi tertinggi yaitu talok (Grewia
koordersiana), gamal (Gliricidia sepium), dan waru laut (Thespesia populnea).
Analisis vegetasi di savana SPA ditemukan spesies yang mendominansi
yaitu merakan (Themeda arguens) dengan INP 90.99%, pring-pringan
(Oplismenus compositus) sebesar 13.18%, dan teki (Cyperus brevifolius) sebesar
11.46%. Ewusie (1990) menjelaskan savana di daerah tropika sebagian besar
didominasi spesies rumput dari famili Poaceae atau pun Cyperaceae. Spesies
merakan (Themeda arguens) merupakan spesies rumput asli yang tumbuh pada
savana di SPA. Tingginya INP yang dimiliki oleh suatu komunitas menandakan
bahwa tumbuhan tersebut memiliki peran yang penting dalam vegetasi, serta
berperan cukup tinggi dalam menjaga keberlangsungan ekosistem (Romadhon
2008).
Keanekaragaman dan Kemerataan Tumbuhan
Tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan di hutan musim dan savana
cenderung lebih rendah dibandingkan hutan hujan tropis. Hutan musim dan
savana di SPA memiliki suhu yang tinggi dan curah hujan yang rendah, sehingga
spesies yang dapat tumbuh juga terbatas. BTNBB (2009) menjelaskan TNBB
memiliki temperatur udara rata-rata sebesar 330C dengan curah hujan 972-1550
mm/tahun. Hutan musim dan savana memiliki curah hujan yang rendah dan
berselang-seling dengan masa kering yang jelas, berlangsung selama empat
sampai enam bulan (Ewusie 1990). Keanekaragaman spesies merupakan
karakteristik yang unik dalam tingkat organisasi biologi yang diekspresikan
melalui struktur komunitas. Komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman
spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu
masing-masing relatif merata (Astirin 2000). Selain itu, hutan musim dan savana
rentan terhadap kebakaran yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman yang terdapat di hutan musim dan savana didapatkan
tingkat keanekaragaman tumbuhan tergolong rendah sampai dengan sedang
(Gambar 5). Magurran (1998) diacu dalam Hilwan et al. (2013) menjelaskan nilai
indeks keanekaragaman spesies diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, jika
nilai H’< 2 maka keanekaragaman rendah, jika 2 ≤ H’ ≤ 3 maka keanekaragaman
tergolong sedang, dan nilai H’ > 3 maka keanekaragaman tergolong tinggi.
11
3,00
Indeks Keanekaragaman
2.56
2,50
2.08
2,00
Semai dan T.
Bawah
1.85 1.91
Pancang
1,50
1,00
Tiang
0.76
0,50
Pohon
0,00
Hutan Musim
Savana
Tipe Vegetasi
Gambar 5 Tingkat keanekaragaman tumbuhan di hutan musim dan savana
Hutan musim memiliki keanekaragaman yang bervariasi. Pada tingkat
pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah memiliki indeks keanekaragaman 2.56.
Tingkat pancang memiliki indeks keanekaragaman sebesar 2.08. Sehingga pada
tingkat pertumbuhan semai, tumbuhan bawah, dan pancang memiliki tingkat
keanekaragaman yang tergolong sedang. Sedangkan keanekaragaman spesies
tumbuhan pada tingkat tiang (1.85) dan pohon (1.91) tergolong rendah, karena
indeks keanekaragaman spesies tumbuhan (H’) tersebut memiliki nilai kecil dari 2
(H’ < 2). Hasil nilai indeks keanekaragaman yang terdapat di SPA memiliki
tingkat yang rendah dibandingkan tingkat keanekaragaman tumbuhan yang
terdapat di hutan musim Taman Nasional Baluran. Ma’firotul (2013) menjelaskan
indeks keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di hutan musim Taman Nasional
Baluran memiliki nilai indeks sebesar 2.945.
Keanekaragaman di savana SPA (Gambar 5) memiliki tingkat
keanekaragaman tergolong rendah (H’ = 0.76) dibandingkan tingkat
keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di Savana Bekol, Taman Nasional
Baluran. Tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan yang terdapat di Savana
Bekol pada berbagai tipe tutupan vegetasi memiliki tingkat keanekaragaman yang
bervariasi (H’ = 1.15-2.75) (Djufri 2004). Selain itu, tempat tumbuh
mempengaruhi tingkat keanekaragaman spesies yang terdapat di savana SPA,
karena sebagian besar spesies tumbuhan di savana tumbuh pada kawasan batu
kapur (karst). Whitten et al. (1987) menjelaskan tumbuhan yang dapat tumbuh di
kawasan batu kapur sangat terbatas, dikarenakan kawasan karst memiliki
permukaan tanah yang tipis, miskin hara, serta kondisi mineral yang didominasi
karbonat, sehingga tumbuhan yang dapat beradaptasi pada kawasan tersebut juga
sangat spesifik.
Keanekaragaman spesies di hutan musim dan savana yang tergolong rendah
dan sedang menggambarkan produktivitas dari setiap komunitas tergolong rendah
sampai dengan cukup. Fitriana (2006) menjelaskan komunitas ataupun ekosistem
yang memiliki keanekaragaman dan produktifitas yang rendah, terdapat tekanan
ekologis yang berat, mengakibatkan ekosistem menjadi tidak stabil, sedangkan
pada komunitas atau pun ekosistem yang memiliki keanekaragaman sedang
12
dengan produktivitas yang cukup, terdapat kondisi ekosistem atau pun komunitas
yang cukup seimbang dengan tekanan ekologis yang sedang. McNaughton dan
Wolf (1998) menyatakan bahwa tekanan yang ekstrim dan berbagai gangguan
mengakibatkan diversitas suatu ekosistem menjadi rendah. Rendahnya
keanekaragaman di hutan musim dan savana mengakibatkan kawasan tersebut
rentan gangguan, salah satunya tumbuhan asing invasif. Elton (1958) diacu dalam
Tjirosoedirdjo (2013) menghipotesiskan hubungan negatif antara keanekaragaman
dengan kemudahan suatu komunitas diinvasi, yaitu suatu komunitas dengan
banyak spesies akan lebih tahan terhadap invasi tumbuhan asing, sedangkan
komunitas yang memiliki jumlah spesies yang lebih sedikit akan sangat mudah
diinvasi.
Kemerataan menggambarkan penyebaran tumbuhan dalam plot pengamatan.
Krebs (1972) menjelaskan nilai indeks kemerataan yang mendekati satu
menunjukkan suatu komunitas tumbuhan semakin merata, sedangkan nilai yang
mendekati nol menandakan semakin tidak merata.
Indeks Kemerataan
0,90
0.81
0,80
0,70
Semai dan
T. Bawah
Pancang
0.68 0.67
0.60
0,60
0,50
Tiang
0,40
0,30
Pohon
0.19
0,20
0,10
0,00
Hutan Musim
Savana
Tipe Vegetasi
Gambar 6 Tingkat kemerataan tumbuhan di hutan musim dan savana
Tingkat kemerataan di hutan musim (Gambar 6) memiliki tingkat
kemerataan tumbuhan yang merata, karena memiliki nilai indeks lebih dekat
dengan 1 (E > 0.5) pada semua tingkat pertumbuhan. Tingkat kemerataan
tumbuhan yang merata menandakan jumlah individu masing-masing spesies
relatif sama pada petak pengamatan (Awwaluddin 2011).
Tingkat kemerataan di savana didapatkan tingkat kemerataan tumbuhan
tergolong tidak merata (E = 0.19). Awwaluddin (2011) menjelaskan indeks
kemerataan yang rendah atau mendekati nol, menandakan jumlah individu yang
dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. Tingginya dominasi merakan
(Themeda arguens) di savana SPA mengakibatkan rendahnya tingkat kemerataan
tumbuhan, hal tersebut di karenakan redahnya spesies yang dapat tumbuh di
kawasan batu kapur (Karst) dan rendahnya spesies dalam beradaptasi sehingga
penyebaranya di savana menjadi terbatas. Rendahnya kemerataan suatu komunitas
mengindikasikan terdapat spesies-spesies yang terlalu mendominasi di komunitas
tersebut (Krebs 1972).
13
Tumbuhan asing invasif
Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Hasil identifikasi spesies tumbuhan asing invasif ditemukan 15 spesies (8
Famili) yang teridentifikasi di petak penelitian (Tabel 2). Spesies berhabitus herba
ditemukan sebanyak 11 spesies, 2 spesies berhabitus liana, serta satu spesies
berhabitus semak dan pohon.
Tabel 2 Spesies tumbuhan asing invasif di lokasi penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Spesies
1) 2) 3)
Lantana camara
Chromolaena odorata1) 2) 3)
Abrus precatorius1)3)
Vernonia cinerea2)
Gliricidia sepium2)
Ageratum conyzoides1) 2)
Stachytarpheta jamaicensis2)
Passiflora foetida1)2)
Amaranthus spinosus2)
Dactyloctenium aegyptium2)
Imperata cylindrica1) 3)
Euphorbia hirta2)
Cassia tora2)3)
Hedyotis corymbosa2)
Eleusine indica2)
Famili
Verbenaceae
Asteraceae
Fabaceae
Asteraceae
Fabaceae
Asteraceae
Verbenaceae
Passifloraceae
Amaranthaceae
Poaceae
Poaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Rubiaceae
Poaceae
Lokasi
Hutan musim; savana
Hutan musim; savana
Hutan musim
Hutan musim; savana
Hutan musim
Hutan musim
Hutan musim
Hutan musim
Savana
Savana
Savana
Savana
Savana
Savana
Savana
Keterangan : 1)ISSG (2005); 2)BIOTROP (2008); 3)Webber (2003)
Tumbuhan pada Tabel 2 bersifat invasif karena tumbuhan tersebut cepat
tumbuh, mudah beradaptasi pada ekosistem yang kering, cepat membangun
naungan, dan menghambat pertumbuhan spesies asli yang ada disekitarnya.
Tjitrosoedirdjo (2013) menjelaskan kriteria tumbuhan yang dikatakan invasif
diantaranya cepat membangun naungan yang lebat, bersifat “different phenology”
tumbuh lebih dahulu dan hijau lebih lama, dan biasanya spesies tersebut tidak
memiliki musuh alami yang dapat mengendalikan pertumbuhan populasinya.
Dominansi Spesies Tumbuhan Asing Invasif
Tumbuhan asing invasif memiliki potensi untuk mendominasi atau
menguasai komunitas di tempat tumbuhan tersebut tumbuh. Spesies tumbuhan
invasif yang terdapat di hutan musim dan savana sebagian besar ditemukan pada
tingkat tumbuhan bawah. Spesies tumbuhan asing invasif di hutan musim
sebanyak 8 spesies (4 famili), sedangkan pada savana ditemukan sebanyak 10
spesies (7 famili). Menurut Sutisna (1981) diacu dalam Rosalia (2008) spesies
tumbuhan dikatakan berperan atau berpengaruh dalam suatu ekosistem, apabila
memiliki INP untuk tingkat semai, tumbuhan bawah, dan pancang ≥ 10% atau
tingkat pertumbuhan tiang dan pohon INP ≥ 15%.
Hasil inventarisasi (Tabel 3) menunjukkan terdapat spesies asing invasif
yang mememiliki INP ≥ 10% diantaranya kirinyuh (Chromolaena odorata) dan
gamal (Gliricidia sepium) yang memiliki pengaruh dan berperan dalam menginvasi
komunitas di hutan musim, sedangkan spesies lain tidak memiliki pengaruh yang
14
signifikan dalam mengganggu komunitas tumbuhan di hutan musim maupun
savana. Pengaruh yang tidak signifikan, bukan berarti tidak terdapat persaingan
antar tumbuhanan asli dengan tumbuhan asing invasif, melainkan belum terlihat
jelas dampak gangguan yang ditimbulkan berupa kehilangan keanekaragaman
hayati yang terdapat di sekitarnya. Sembodo (2010) menjelaskan tingkat INP
gulma yang rendah menandakan persaingan antar tumbuhan asli degan gulma
belum terjadi, sehingga penurunan ataupun kehilangan keanekaragaman hayati
yang terdapat di sekelilingnya tidak terlihat dengan jelas.
Tabel 3 INP tumbuhan asing invasif di hutan musim dan savana
Spesies Invasif
Lantana camara
Chromolaena odorata
Abrus precatorius
Vernonia cinerea
Gliricidia sepium
Ageratum conyzoides
Stachytarpheta jamaicensis
Passiflora foetida
Amaranthus spinosus
Dactyloctenium aegyptium
Imperata cylindrica
Euphorbia hirta
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Eleusine indica
Habitus / T.
Pertumbuhan
Semak
Herba
Liana
Herba
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Herba
Herba
Liana
Herba
Herba
Herba
Herba
Herba
Herba
Herba
Hutan Musim
INP (%) Peringkat
4
9.95
2
31.92
0.57
45
3.59
15
39
0.79
4
21.36
25.97
3
17.61
4
1.37
27
0.27
58
0.27
59
-
Savana
INP (%) Peringkat
7
5.98
6
6.02
-
-
9.85
4
-
-
-
-
-
-
-
-
1.13
1.84
0.65
3.26
0.49
2.33
0.16
23
19
30
12
33
16
47
Pengaruh tumbuhan asing invasif terlihat jelas keberadaanya pada hutan
musim, salah satunya invasi Gliricidia sepium dan Chromolaena odorata.
Kemudahan tumbuhan asing invasif dalam menginvasi suatu komunitas
dipengaruhi oleh tiga karakter habitat yang menunjang invasi meliputi gangguan
(disturbance), kelimpahan spesies yang rendah, dan ketersediaan sumberdaya
(Tjitrosoedirdjo 2013).
Peran gangguan (disturbance) di hutan musim SPA terlihat jelas pada
beberapa areal yang dibuka sebagai akses untuk peribadatan dan IPPA (Izin
Pengusahan Pariwisata Alam). Tjitrosoedirdjo (2013) menjelaskan gangguan
(disturbance) merupakan bagian alamiah dari ekosistem, aktivitas manusia
merubah karakteristik gangguan dan intensitasnya, sehingga merubah sistem yang
bekerja pada komunitas. Hal tersebut yang membuat tumbuhan asing invasif
menjadi kondusif untuk tumbuh dan menyebar di hutan musim. Pos Kelor
merupakan kawasan yang terinvasi berat oleh gamal (Gliricidia sepium) terlihat
keadaan kawasan tersebut sudah menyerupai hutan tanaman. Grice (2006)
keberadaan tumbuhan asing invasif akan mempengaruhi struktur, fungsi, dan
15
integritas komunitas asli baik tumbuhan maupun satwa, serta berdampak terhadap
distribusi dan kemelimpahan suatu spesies dalam komunitas. Gliricidia sepium
yang tumbuh di Pos Kelor merupakan hasil introduksi secara tidak sengaja oleh
masyarakat nelayan.
Tumbuhan asing invasif di savana berhabitus herba, rumput, dan semak.
Hasil menunjukkan sebagian besar spesies tumbuhan asing invasif pada savana
memiliki INP rendah dan tidak berperan dalam komunitas tempat tumbuhnya.
Keberadaan spesies tumbuhan asing invasif dapat terlihat jelas di savana pada
blok Menara. Hal tersebut disebabkan terdapat gangguan berupa aktivitas yang
cukup tinggi sebelum bangunan menara rusak. Menurut Tjitrosoedirdjo (2013)
gangguan (disturbance) diperlukan untuk memelihara suatu komunitas, salah
satunya api yang merupakan komponen alamiah dari ekosistem savana, serta
dapat digunakan untuk mengendalikan invasi semak belukar.
Hakim et al. (2005) menjelaskan keberadaan spesies Cassia tora,
Euphatorium inulifolium, dan Lantana camara terlihat menggantikan tumbuhan
asli serta tumbuhan inti yang terdapat di padang pengembalaan Sadengan Taman
Nasional Alas Purwo (TNAP), sehingga tumbuhan ini mengubah komunitas
habitat diantaranya menurunkan daya serap air dan menghambat penetrasi cahaya
matahari untuk spesies-spesies rumput asli yang terdapat di lokasi tersebut.
Spesies tumbuhan asing invasif tersebut juga ditemukan di savana SPA. Spesies
Lantana camara, Chromolaena odorata, dan Vernonia cinerea memiliki potensi
lebih dalam menginvasi savana, sehingga diperlukan pengelolaan yang intensif,
sebelum tumbuhan tersebut menyebar secara luas.
Bioekologi Spesies Asing Invasif
1.
Lantana camara
Lantana camara memiliki nama daerah kerasi yang tumbuh di pinggir jalan
dan kawasan terbuka pada hutan musim. Sedangkan di savana Lantana camara
tumbuh di bawah tajuk pohon. L. camara merupakan tumbuhan yang berasal dari
Amerika Selatan dan Meksiko. Tumbuhan ini dikatakan sebagai tumbuhan invasif
karena dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang miskin hara dan mudah
beregenerasi seperti kondisi semula setelah terjadi kerusakan. Lantana camara
(Gambar 7) termasuk spesies intoleran, koloni spesies ini menjadi semak tebal
dapat menghilangkan vegetasi asli dan merubah hutan alam menjadi padang
semak (Webber 2003). Selain itu, Agricultural Research Council (1997)
menjelaskan bahwa pada tumbuhan Lantana camara terdapat zat alelopati.
Zat-zat alelopati dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan
anakan, atau mematikan spesies tumbuhan lainnya tanpa mempengaruhi
pertumbuhan semai spesies tumbuhan invasif itu sendiri (Yuliana et al. 2012). Zat
alelopati inilah yang menjadi salah satu pendukung penyebaran tumbuhan asing
invasif meluas. Selain itu, pada Lantana camara tidak memiliki musuh alami dan
penyebarannya cepat dikarenakan buah atau pun bijinya disukai oleh burung
cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan terkadang jalak bali (Leucopsar rotschildi).
Selain itu, Lantana camara tidak memiliki musuh alami dikarenakan daunya
berbulu, batangnya berduri, dan aromanya tidak disukai satwa (Hakim et al.
2005). Pengendalian yang dilakukan oleh pihak TNBB yaitu pemangkasan.
16
Menurut Agricultural Research Council (1997) Pengendalian Lantana camara
sebaiknya dilakukan secara terintegrasi antara pengendalian biologi, kimia, dan
mekanis.
Gambar 7 Lantana camara
2.
Chromolaena odorata
Chromolaena odorata memiliki nama daerah kirinyuh merupakan tumbuhan
asli Meksiko, India Barat, dan Amerika Selatan yang tumbuh pada berbagai jenis
tipe tanah terutama tanah yang kering (Galinato et al. 1999). Tumbuhan ini
digolongkan sebagai tumbuhan invasif menurut Prawiradiputra (2006) diantaranya
(1) apabila kirinyuh telah berkembang dengan cepat dan meluas dapat mengurangi
kapasitas tampung hutan sebagai habitat satwaliar dalam mencari makan. Selain
itu, juga menurunkan produktivitas tumbuhan, (2) bersifat racun, (3)
menimbulkan persaingan dengan tumbuhan lain, dan (4) menimbulkan bahaya
kebakaran, terutama pada musim kemarau. Selain itu Webber (2003) menjelaskan
tumbuhan ini mudah beregenarasi dari sisa akar yang telah rusak. Chromolaena
odorata (Gambar 8) di TNBB dikendalikan dengan cara dibabat menggunakan
pemangkas rumput. Prawiradiputra (2006) menjelaskan bahwa pada umumnya
kirinyuh dikendalikan dengan cara pemangkasan, kemudian hasil pangkasan
dibenamkan ke dalam tanah atau dibakar, hal ini dilakukan karena dianggap
sebagai cara yang paling mudah dikerjakan, tetapi cara ini sebenarnya tidak
efektif karena dalam waktu yang singkat, biasanya dua bulan di awal musim
hujan, tumbuhan ini sudah tumbuh kembali. Purwono et al. (2002) menjelaskan
Chromolaena odorata di Taman Nasional Wasur dilakukan pengendalian dengan
cara pembakaran dan pembiakan lalat puru (Procesidocharex conexa) yang
merupakan musuh alami spesies ini. Pengendalian di TNBB menggunakan P.
conexa perlu dilakukan analisis dampak terhadap spesies tersebut, agar tidak
merusak spesies tumbuhan asli maupun endemik di TNBB.
Gambar 8 Chromolaena odorata
17
3.
Gliricidia sepium
Gliricidia sepium memiliki nama daerah gamal yang merupakan tumbuhan
cepat tumbuh yang berasal dari Amerika Tengah (Elevitch dan Francis 2006).
Tumbuhan ini dikatakan invasif dikarenakan dapat tumbuh dengan cepat dan
berkembangbiak secara generatif dan vegetatif. Gliricidia sepium (Gambar 9)
dapat hidup di musim kering, toleran terhadap sinar matahari maupun di bawah
naungan, bertajuk rapat, serta memiliki perakaran banyak dan rapat (Elevitch dan
Francis 2006). Sehingga mendominasi perakaran di sekitarnya dan mempersulit
tumbuhan lain untuk hidup, seperti pada Pos Kelor. Tumbuhan invasif memiliki
sifat membutuhkan intensitas radiasi matahari (strong light demanding) dan
penyerapan unsur hara yang tinggi, hal ini menyebabkan tumbuhan invasif
memiliki penyebaran akar lebih cepat dan laju pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan spesies tumbuhan endemik (Utomo et al. 2007).
Pengendalian yang telah dilakukan TNBB adalah dengan cara memotong batang
dan mengoleskan cairan herbisida. Pengendalian tumbuhan gamal sebaiknya
dilakukan pencabutan sampai akar, pembersihan kawasan dari bagian-bagian
tumbuhan tersebut setelah pencabutan, dan lakukan penanaman tumbuhan asli
maupun endemik dikawasan tersebut. Elevitch dan Francis (2006) kegiatan
pengendalian tumbuhan ini dapat dilakukan dengan cara pencabutan sampai ke
akar dan pembersihan bagian tumbuhan di sekitar tanah.
Gambar 9 Gliricidia sepium
4.
Abrus precatorius
Abrus precatorius merupakan tumbuhan menjalar berkayu yang tumbuh di
hutan musim SPA dengan nama daerah saga manis. Tumbuhan ini berasal dari
Australia memiliki akar yang kuat dan memiliki sifat memanjat tumbuhan yang
ada disekelingnya, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi,
selain itu tumbuhan ini tumbuh pada daerah terganggu dan cepat menyebar setelah
terjadi kebakaran (Webber 2003). Abrus precatorius (Gambar 10) jika telah
menyebar sulit untuk dikendalikan. Pengendalian yang dapat dilakukan meliputi
mencabut dan memotong tumbuhan tersebut. pemotongan bagian tubuh Abrus
precatorius dilakukan sebelum buah masak untuk mencegah penyebaran benih
(Webber 2003).
18
Gambar 10 Abrus precatorius
5.
Ageratum conyzoides
Ageratum conyzoides memiliki nama daerah wedusan yang merupakan
tumbuhan asing berasal dari benua Amerika yang tumbuh dengan cepat, tahan
terhadap sinar matahari, dan mudah menyebar melalui angin dan air (Biotrop
2008). Tumbuhan ini termasuk invasif karena mudah menguasai suatu kawasan
dan dapat mengganggu pertumbuhan spesies tumbuhan bawah dan semai yang
terdapat di hutan musim SPA. Hal tersebut dikarenakan A. conyzoides (Gambar
11) memiliki zat alelopati. Sastroutomo (1990) menjelaskan tumbuhan yang
memiliki zat alelopati akan menghambat pembelahan akar, aktivitas fotosintesis,
serta berpengaruh terhadap respirasi tumbuhan yang ada disekelilingnya.
Sehingga spesies tumbuhan bawah ataupun semai yang berada disekitar tumbuhan
tersebut akan terganggu, bahkan hilang dikarenakan tidak sanggup bersaing.
Singh et al. (2005) keberadaan A. conyzoides di Shivalik telah menurunkan
jumlah spesies, kepadatan, dan biomasa vegetasi asli. Sehingga keadaan tersebut
mempengaruhi komposisi struktur vegetasi suatu komunitas tumbuhan.
Pengendalian spesies ini dapat dilakukan secara mekanik dengan cara dicabut,
selain itu spesies ini juga dapat dimanfaatkan sebagai obat luka.
Gambar 11 Ageratum conyzoides
6.
Amaranthus spinosus
Amaranthus spinosus memiliki nama daerah bayam duri yang merupakan
spesies asing invasif yang terdapat di perbatasan savana dan tepi hutan.
Amaranthus spinosus (Gambar 12) berasal dari Amerika yang merupakan gulma
semusim yang memiliki ciri-ciri utama pertumbuhan yang cepat dan
19
menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak (Sembodo 2010). Tumbuhan ini
tumbuh baik pada tempat terganggu, taman, dan di pinggir jalan, serta lebih
menyukai jenis tanah yang kaya hara dan lembab (Galinato et al. 1999)
Pengendalian tumbuhan ini dapat dilakukan dengan cara dicabut, karena
keberadaannya di savana tidak terlalu banyak.
Gambar 12 Amaranthus spinosus
7.
Vernonia cinerea
Vernonia cinerea memiliki nama daerah nyawon yang merupakan tumbuhan
yang tumbuh di hutan musim dan savana SPA. V. cinerea (Gambar 13)
merupakan tumbuhan asli Asia (India) yang tumbuh dengan subur pada areal
padang rumput, areal terbuka, dan areal pertanian dengan intensitas cahaya
matahari yang tinggi (Galinato et al. 1999). Tumbuhan ini mudah beradaptasi
pada berbagai vegetasi dan jenis tanah, salah satunya tanah yang mengandung
asam sulfat (Biotrop 2008). Vernonia cinerea tidak memiliki musuh alami,
dikarenakan spesies herbivora tidak menyukai tumbuhan ini. Pengendalian
tumbuhan ini sulit dilakukan karena tumbuh berdekatan dengan merakan
(Themeda arguens), sehingga pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pembakaran terkontrol. Selain itu V. cinerea dapat dikendalikan secara kimia
menggunakan 2,4-D dengan 0.5-0.8 kg/ha atau MCPA dengan 0.4 kg/ha (Galianto
et al. 1999).
Gambar 13 Veronia cinerea
8.
Imperata cylindrica
Imperata cylindrica (alang-alang) merupakan spesies rerumputan
pengganggu yang tumbuh di savana dan berasal dari timur-selatan Mediterania.
Spesies ini tumbuh di dekat perbatasan hutan dan savana dan beberapa tumbuh di
20
tepi tebing. Imperata cylindrica (Gambar 14) merupakan spesies cepat tumbuh
dan mudah menguasai suatu kawasan, selain itu spesies ini juga menjadi
pengganti yang cepat dibandingkan spesies rumput asli di savana setelah terjadi
kebakaran dan berpotensi menggantikan spesies asli yang terdapat di kawasan
(Brewer 2008). Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan cara
pengolahan tanah, tetapi keadaan tersebut sulit dilakukan karena tumbuhan pada
savana di lokasi penelitian tumbuh di batu kapur dengan kondisi tanah yang tipis.
Gambar 14 Imperata cylindrica
9.
Dactyloctenium aegyptium
Dactyloctenium aegyptium merupakan spesies rumput yang tumbuh di
savana. Selain itu, spesies ini merupakan spesies asli Afrika (Biotrop 2008).
Dactyloctenium aegyptium (Gambar 15) tumbuh pada daerah kering dan areal
terbuka, selain itu spesies ini bersifat invasif karena cepat menyebar dan tumbuh
secara vegetatif (Biotrop 2008). Kemampuan spesies ini menyerap intensitas sinar
matahari yang tinggi, mengakibatkan tingginya persaingan dalam mendapatkan
sinar matahari dan menghambat pertumbuhan spesies-spesies asli seperti merakan
(Themeda arguens).
Gambar 15 Dactyloctenium aegyptium
10.
Stachytarpheta jamaicensis
Pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) tumbuh di hutan musim. Spesies
ini merupakan spesies asing yang sangat mudah menempati daerah-daerah terbuka
dan terganggu. Stachytarpheta jamaicensis (Gambar 16) merupakan tumbuhan
asli Amerika selatan, tumbuh pada areal perbatasan antar vegetasi dan di pinggir
jalan (Galianto et al. 1999). Yuliana et al. (2012) menjelaskan S. jamaicensis
21
dalam penyebarannya tumbuhan ini cukup sulit diawasi, karena biji yang
dihasilkan mampu bertahan terhadap kebakaran dan sangat mudah tumbuh
kembali setelah tergenang air pada musim penghujan. Pengendalian tumbuhan ini
dengan cara dicabut dan di pangkas. Galianto et al. (1999) menjelaskan di
Australia pengendalian S. Jamaicensis dilakukan dengan cara kimia dengan
menggunakan MCPA (0.4 kg/ha) dan pengendalian biologi menggunakan keong
atau pun Marisa sp. yang dapat menggugurkan daun tumbuhan tersebut.
Gambar 16 Stachytarpheta jamaicensis
11.
Euphorbia hirta
Patikan kebo (Euphorbia hirta) merupakan spesies herba yang berasal dari
Amerika Selatan. E. hirta (Gambar 17) tumbuh pada padang rumput, areal
terbuka, dan tumbuh diantara bebatuan, selain itu spesies ini membutuhkan sinar
matahari yang tinggi serta memiliki penyebaran yang cepat (Biotrop 2008).
Pengendalian tumbuhan ini dapat dilakukan dengan cara dicabut, karena
keberadaanya tumbuh di antara batu dan tidak banyak.
Gambar 17 Euphorbia hirta
12.
Hedyotis corymbosa
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) tumbuh pada vegetasi savana.
Hedyotis corymbosa (Gambar 18) merupakan spesies asli Cina yang dapat tumbuh
pada areal terganggu ataupun pada tanah berbatu, serta spesies ini membutuhkan
intensitas sinar matahari yang tinggi dalam pertumbuhannya (Biotrop 2008).
Sehingga tumbuhan ini dapat menghambat pertumbuhan dan sinar matahari bagi
spesies-spesies rumput asli yang terdapat di sekelilingnya.
22
Gambar 18 Hedyotis corymbosa
13.
Passiflora foetida
Passiflora foetida (santiet) merupakan herba menjalar yang terdapat di
hutan musim. P. foetida merupakan herba pemanjat yang dapat menginvasi areal
terbuka dan bervegetasi, selain itu spesies asli Amerika Selatan tersebut tumbuh
cepat dan dapat hidup pada tanah yang tercemar asam sulfat (Biotrop 2008). P.
foetida (Gambar 19) tidak disukai oleh satwa karena tekstur daunnya berbulu.
Waterhouse (1994) menjelaskan P. foetida mengandung bahan kimia berupa
alkaloid dan flavanoid yang kurang disukai oleh satwa. Keberadaan musuh alami
tumbuhan ini di alam dapat mengakibatkan populasinya meningkat dengan cepat
di kawasan taman nasional, tetapi di Philipina spesies ini digunakan sebagai
penutup tanah perkebunan kelapa untuk mengurangi invasi alang-alang (I.
cylindrica) dan mencegah erosi (Waterhouse 1994).
Gambar 19 Passiflora foetida
14.
Eleusine indica
Eleusine indica merupakan spesies rumput yang tumbuh baik pada areal
terbuka, kering, terganggu, dan tahan terhadap tanah asam yang mengandung
asam sulfat (Biotrop 2008). E. indica (Gambar 20) berasal dari Australia, spesies
ini dikatakan invasif karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,
membutuhkan cahaya matahari yang tinggi, tingkat reproduksi tinggi, memiliki
propagul yang dapat bertahan hidup lebih dari satu tahun, memiliki tingkat
penyebaranyang tinggi, toleran terhadap pengembalaan, dan kebakaran (CABI
2014). Tumbuhan ini dapat dikendalikan secara biologi, mekanis, dan kimia. E.
indica memiliki beberapa musuh alami dalam mengendalikan pertumbuhannya
23
diantaranya Sitobion leelamaniae (herbivora), Heterodera delvii (Parasit), dan
Melanopsichium eleusinis (patogen) (CABI 2014).
Gambar 20 Eleusine indica
15.
Cassia tora
Cassia tora tumbuh diantara rumput merakan (Themeda arguens) di savana.
Cassia tora (Gambar 21) merupakan gulma pertanian asli Afrika yang signifikan
serta menyerang komunitas tumbuhan alami, tumbuh di semak padat, bersaing
untuk mendapatkan cahaya, air, nutrisi, dan menggusur vegetasi asli (Webber
2003). Tumbuhan ini juga tidak memiliki musuh alami dikarenakan daun ataupun
bagian tumbuhannya tidak disukai oleh rusa (Rusa timorensis). Hakim et al.
(2005) menjelaskan C. tora mengandung bahan kimia berupa metabolisme
sekunder dan flavanoid yang tidak disukai oleh herbivora. Pengendalian
tumbuhan ini dapat dilakukan dengan cara mekanis. Hakim et al. (2005)
menjelaskan pengendalian Cassia tora dapat dilakukan dengan cara pembakaran
terkontrol dan dilakukan penanaman spesies tumbuhan asli untuk mengurangi
invasi tumbuhan tersebut.
Gambar 21 Cassia tora
Pola Sebaran Tumbuhan Asing Invasif
Penyebaran merupakan parameter kualitatif yang menggambarkan
keberadaan spesies organisme baik tumbuhan atau pun satwa pada ruang
horizontal (Indriyanto 2006). Pola sebaran tumbuhan asing invasif yang terdapat
24
di hutan musim dan savana adalah mengelompok. Hal tersebut dibuktikan dari
hasil perhitungan indeks Morisita di hutan musim dan savana (Tabel 8) memiliki
standar derajat Morisita (Ip) lebih dari 0 (nol).
Tabel 4 Pola sebaran tumbuhan asing invasif di hutan musim dan savana
Nama Ilmiah
Gliricidia sepium
Lantana camara L.
Vernonia cinerea (L.) Less.
Chromolaena odorata
Abrus precatorius L.
Stachytarpheta jamaicensis
Ageratum conyzoides L.
Passiflora foetida
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Amaranthus spinosus
Dactyloctenium aegyptium
Euphorbia hirta L.
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Eleusine indica
Ip
H. musim
1
0.60
0.79
0.69
0.72
1
1
1
-
Savana
0.68
0.68
0.83
0.83
0.75
1
0.75
1
0.88
1
Pola sebaran
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
Menurut Sugiyarto et al. (2006) pola distribusi mengelompok menandakan
adanya interaksi positif antara individu tanaman atau sistem regenerasinya
cenderung dilakukan secara vegetatif atau terbatasnya kemampuan penyebaran
biji tumbuhan tersebut. Pola distribusi mengelompok terjadi sebagai akibat adanya
sifat yang sama dari habitat maupun faktor abiotik dalam mendukung tumbuhan
invasif untuk tumbuh. Sehingga, bagi beberapa tumbuhan asing invasif akan
memiliki tingkat pertahanan hidup yang tinggi pada tempat tumbuhnya. Pola
distribusi yang terjadi secara mengelompok menunjukkan angka kematian yang
lebih rendah jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan, bila dibandingkan
dengan individu yang menyebar secara acak atau merata (Kurniawati 2008).
Zat alelopati yang dimiliki beberapa spesies tumbuhan asing invasif menjadi
salah satu hal yang menyebabkan tumbuhan asing invasif menyebar secara
mengelompok. Adanya zat alelopati mengakibatkan spesies yang dapat bertahan
adalah spesies tumbuhan asing invasif itu sendiri, karena zat alelopati tidak
berpengaruh anatar sesama spesies. Sastroutomo (1990) menjelaskan pada
beberapa spesies gulma dijumpai adanya zona-zona penghambatan yang
mengelilingi pertumbuhannya, sehingga spesies-spesies lain tidak dapat masuk
dan hidup bersama.
Gangguan terhadap ekosistem juga mempengaruhi penyebaran spesies
tumbuhan secara mengelompok. Hutan musim dan savana di SPA merupakan
ekosistem yang rentan kebakaran, komposisi penyusun hutan setelah terbakar,
tidak pernah serupa dengan komposisi hutan sebelum terbakar, sehingga
ekosistem tersebut dapat berubah menjadi masyarakat tumbuhan dengan satu
spesies dominan. Purbowaseso (2004) menjelaskan hutan yang terbakar menjadi
terbuka, sehingga merangsang pertumbuhan gulma dan berbagai jenis eksotik
yang akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi antar jenis. Spesies
25
pionir yang mudah mendominasi setelah terjadinya kebakaran dan tumbuh
mendominasi pada suatu kawasan adalah Imperata cylindrica, Chromolaena
odorata, dan Stachytarpheta jamaicensis (Brewer 2008; Prawiradiputra 2006;
Yuliana et al. 2012)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
3.
Komposisi spesies tumbuhan di Semenanjung Prapat Agung TNBB pada
hutan musim di temukan sebanyak 75 spesies (37 famili) dan 52 spesies (26
famili) pada vegetasi savana.
Komposisi tumbuhan di hutan musim dan savana teridentifikasi 15 spesies
(8 famili) yang tergolong tumbuhan asing invasif, 8 spesies (4 famili)
ditemukan di hutan musim, 10 spesies (7 famili) ditemukan di savana.
Chromolaena odorata, Lantana camara, dan Gliricidia sepium merupakan
spesies tumbuhan asing invasif yang memiliki tingkat dominansi yang dapat
mempengaruhi komunitas tumbuhan di hutan musim.
Keberadaan tumbuhan asing invasif di hutan musim maupun savana
memiliki pola sebaran mengelompok (clumped) dengan nilai standar derajat
Morisita (Ip) > 0. Sebaran mengelompok memudahkan pengelola dalam
mengendalikan spesies asing invasif tersebut, tetapi sebaran mengelompok
mengakibatkan tumbuhan asing invasif menjadi resisten terhadap kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya dan memudahkannya dalam menginvasi
spesies tumbuhan yang berada disekitarnya.
Saran
1.
2.
Perlu adanya petak ukur permanen dan pemantauan berkala, sebagai upaya
pengumpulan data tumbuhan asli maupun asing invasif secara berkala di
kawasan SPA.
Pengendalian terhadap tumbuhan asing invasif yang dilakukan
membutuhkan kajian ekologi tumbuhan yang lebih mendalam mengenai
analisis dampak yang ditimbukan oleh tumbuhan asing invasif tersebut
lingkungan di kawasan SPA, sehingga pengendalian dapat efisien dan
efektif. Hal tersebut dikarenakan tidak setiap tumbuhan asing invasif itu
merugikan, salah satunya penyeimbang hara tanah dan penutup permukaan
tanah sehingga mengurangi bahaya longsor.
DAFTAR PUSTAKA
[ARC] Agricultural Research Council. 1997. Control of Lantana Camara.
Pietermaritzburg (tZA): Plant Protection Research Institute.
26
[BIOTROP] South East Asian Regional Centre for Tropical Biology. 2008.
Invasive Alien Species. [Internet]. [diunduh 2013 Desember 15]. Tersedia
pada: http://www.biotrop.org/database.php?act=dbias.
[BTNBB] Balai Taman Nasional Bali Barat. 2009. Taman Nasional Bali Barat.
[Internet]. [diunduh 2014 Januari 16]. http:\\www.tnbalibarat.com.
[CABI] Scientific Expertise to Solve Problems in Agriculture and The
Environment. 2014. Eleusine indica.[Internet]. [diunduh 2014 Mei 23].
Tersedia pada: http://www.cabi.org/isc/datasheet/20675
[ISSG] Invasive Species Specialist Group. 2005. Global Invasive Species
Database. [Internet]. [diunduh 2014 April 20]. Tersedia pada:
http://www.issg.org/database/species/list.asp
Astirin OP. 2000. Permasalahan pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Biodiversitas. 1(1):36-40.
Awwaluddin A, Sucipto H, Trisnadi WC. 2011. Struktur dan status komunitas
mangrove di ekosistem muara kali lamong jawa timur. Makalah. Komunitas
Tumbuhan Mangrove.Universitas Airlangga.
Brewer S. 2008. Declines in plant species richness and endemic plant species in
longleaf pine savannas invaded by Imperata cylindrica. Biol Invasions
10:1257-1264. doi: 10.1007/s10530-007-9200-3.
Djufri. 2002. Penentuan pola distribusi, asosiasi dan interaksi spesies tumbuhan
khususnya padang rumput di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.
Biodiversitas 3 (1): 181-188.
Djufri. 2004. Komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan
akasia di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Banda Aceh (ID): Unsyiah
Darussalam Banda Aceh.
Elevitch CR, Francis JK. 2006. Species profiles for pacific island agroforestry:
Gliricidia sepium. [Internet]. [diunduh 2014 April 25]. Tersedia pada:
http://www.traditionaltree.org/extension.html.
Ewusie JY. 1990. Pengantar: Ekologi Tropika. Tanuwidjaja U, penerjemah;
Purbo-hadiwidjoyo SW, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari:
Elements of Tropical Ecology.
Fitriana YR. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di
Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali.
Jurnal Biodiversitas. Volume 7:67-72. ISSN: 1412-033X.
Galianto IM, Moody K, Piggin CM. 1999. Upland Rice Weeds of South and
Southeast Asia. Los Banos (PH): International Rice Research Institute
(IRRC).
Grice AC. 2006. The impacts of invasive plant species on the biodiversity of
Australian
rangelands.
The
Rangeland
Journal.
28:27-35.
doi:10.1071/RJ060141036-9872/06/010027.
Hakim L, Leksono AS, Purwaningtyas D, Nakagoshi N. 2005. Invasive plant
species and the competitiveness of wildlife tourist destination : a case of
Sadengan Feeding Area at Alas Purwo National Park, Indonesia. J Int Dev
Coorp. 12(1): 35-45.
Hilwan I, Mulyana D, Pananjung WD. 2013. Keanekaraaman spesies tumbuhan
bawah pada tegakan sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) Dan
trembesi (Samanea saman Merr.) di lahan pasca tambang batubara PT
27
Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur
Tropika. 4(1):6-10.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York (US): Harper & Row.
Kurniawati E. 2008. Perbedaan komposisi komunitas gulma pada area perkebunan
teh rakyat dengan kanopi tertutup di daerah pagilaran batang. [skripsi].
Semarang (ID): IKIP PGRI.
Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and
Computing. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Ma’firotul F.2013. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Perdu di Hutan Musim
Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran [skripsi]. Malang (ID):
Universitas Negeri Malang.
Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Malden(US): Blackwell.
McNaughton SJ, Wolf LL. 1990. Ekologi Umum, Edisi kedua. Pringgoseputro S,
Srigandono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Terjemahan dari: General Ecology, Second edition.
Morisita M. 1959. Measuring of the dispersion of individuals and analysis of the
distributional patterns. Biology. Vol. 2(4):215-233.
Mutaqin IZ. 2002. Upaya penanggulangan tanaman eskotik Acacia nilotica di
kawasan taman nasional baluran. Jakarta (ID): Kantor Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia dan The Nature Consevancy.
Olden JD, Poff NL, Douglas ME, Faucsh KD. 2004. Ecological and evolutionary
consequences biotic homogenezation. Tren in Ecol an Evol. 19(1): 18-24.
Onrizal. 2009. Bahan ajar pembuatan herbarium dan pengenalan jenis pohon.
Medan (ID): Departemen Kehutanan USU.
Pejchar L, Mooney HA. 2009. Invasives species, ecosystem service and human
well-being. Trends in Ecology and Evolution. 24 (9): 497-504.
Prawiradiputra B. 2007. Kirinyuh (Choromolaena odorata (L) R.M. King and H.
Robinson) gulma padang rumput yang merugikan. WARTAZOA. 17 (1): 4652.
Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID): PT Rineka
Cipta.
Purwono B, Wardhana BS, Wijanarko K, Setyowati E, Kurniawati DS. 2002.
Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Spesies Asing Invasif. Jakarta
(ID): Kantor Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan The
Nature Consevancy.
Rosalia N. 2008. Penyebaran dan karakteristik tempat tumbuh pohon tembesu
(Fragaea Fragrans Roxb.) (Studi kasus di kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat). [tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaanya.Yogyakarta (ID): Graha ilmu.
Singh HP, Batish DR, Kohli RK, Arora V, Kaur S. 2005. Impact of the invasive
weed Ageratum conyzoides in the Shivalik Ranges of the north-western
Himalayas, India. Chandigarh. Department of Botany. Panjab University.
28
Soerianegara I, Indrawan A. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sugiyarto, Setyawan AD, Pitoyo A. 2006. Estimasi kemelimpahan dan distribusi
Plantago major L. di Gunung Lawu. Biodiversitas.7(2):143-146.
Tjirosoedirdjo S. 2013. Ekologi Invasi. Pelatihan analisis resiko, deteksi dini, dan
langkah cepat penanggulangan tumbuhan asing invasif di ekosistem hutan;
2013 November 27-30; Bogor, Indonesia . Bogor (ID): Seameo Biotrop.
Utomo B, Kusmana C, Tjitrosoedirdjo S, Aidi M N. 2007. Kajian Kompetisi
Tumbuhan Eksotik Yang Bersifat Invasif Terhadap Pohon Hutan
Pegunungan Asli Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jurnal
Manajemen Hutan Tropika. XIII(1) : 1-12.
Waterhouse DF. 1994. Biologycal Control of Weeds: Southeast Asian Prospects.
Canberra (AU): ACIAR (Australian Center of International Agricultural
Research).
Webber E. 2003. Invasive Plant Species of the World: A Refererence Guide to
Environmental Weeds. Cambridge (UK): CABI Publishing.
Whitten AJ, Mustafa M, Henderson GS. 1987. Ekologi Sulawesi. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
Yuliana S, Lekitoo K, Tambing J. 2012. Kajian Invasi Tumbuhan pada Lahan
Basah Taman Nasional Wasur, Merauke (Study of plant invasion on
wetlands of Wasur National Park, Merauke). Merauke (ID): Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Lampiran 1 Komposisi tumbuhan di hutan musim
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Nama Lokal
Anggur hutan
Buah besar
Bun ketepeng
Bunapi
Bundingin
Buni
Bunut
Bustam
Cemplak
Cocor bebek
Delimuan
Galing galing
Gamal
Gambas hutan
Gamongan
Hamer
Intaran
Jati jati
Jerukan
Kacangan
Kalak
Nama Ilmiah
Vitis sp.
Phanera fulva (Korth). Benth
Caesalpinia bonduc (L.) Roxb.
Porana volubilis Burm. F.
Antidesma bunius Wall.
Ficus tinctoria G. Forst.
Diospyros maritima Blume.
Abutilon indicum (L.) Sweet.
Kalanchoe pinnata Pers.
Gardenia tubifera Wall.
Vitis trifolia L.
Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth
Hydrocotyle sibthorpioides Lam.
Globba marantina L.
Glochidion sp.
Azadirachta indica A. Juss.
Callicarpa pedunculata R.Br
Xanthophyllum excelsum Blume ex Miq.
Spilanthes iabadicensis A H Moore.
Cyathocalyx sumatranus Scheff.
Famili
Vitaceae
Fabaceae
Fabaceae
Convulaceae
Euphorbiaceae
Moraceae
Ebenacea
Malvaceae
Crassulaceae
Rubiaeae
Vitaceae
Fabaceae
Araliaceae
Zingibeaceae
Euphorbiaceae
Meliaceae
Verbenaceae
Polygalaceae
Asteraceae
Anonaceae
Habitus
Herba merambat
Herba
Liana
Liana
Liana
Pohon
Pohon
Herba
Herba
Herba
Herba
Herba merambat
Pohon
Herba merambat
Rumput
Herba
Pohon
Perdu
Pohon
Herba
Liana
29
30
Lampiran 1 Komposisi tumbuhan di hutan musim (lanjutan)
No
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Nama Lokal
Kalancoe
Kapalan
Kapasan
Katu hutan
Kayu joh
Kayu makasar
Kayu pahit
Kemaitan
Kemangi hutan
Kembang kuning
Kembang sungsang
Kemeloko
Kemuning alas
Kenikir
Kerasi
Kesingen
Ket ket bukal
Ketapang
Kirinyuh
Kiteja
Klencung
Klumprit
Laban
Lampes
Nama Ilmiah
Kalanchoe sp.
Hoya latifolia G.Don
Croton argyratus Blume.
Sauropus androgynus Merr.
Harrizonia ferverata
Micromelum minitum Wight & Arn.
Strychnos lucida Wall.
Lunasia amara Blanco.
Ocimum basilicum L.
Cassia surattensis Burm. F.
Gloriosa superba L.
Phyllanthus emblica L.
Murraya paniculata (L.) Jack
Borreria laevicaulis Ridl.
Lantana camara L.
Carmona retusa (Vahl) Masam
Rubus lineatus Reinw. Ex Blume.
Terminalia catappa L.
Chromolaena odorata (L.) R.M.King &H.Rob.
Cinnamomum iners (Reinw. ex Nees &T.Nees) Blume.
Capparis sp.
Terminalia microcarpa Decne.
Vitex pubescens Vahl.
Ocimum sp.
Famili
Crassulaceae
Ascelepiadaceae
Euphorbiaceae
Euphorbiaceae
Rutaceae
Rutaceae
Loganiaceae
Rutaceae
Lamiaceae
Fabaceae
Liliaceae
Euphorbiaceae
Rutaceae
Rubiaceae
Verbenaceae
Boraginaceae
Rocaceae
Combretaceae
Asteraceae
Lauraceae
Capparidaceae
Combretaceae
Verbenaceae
Lamiaceae
Habitus
Herba
Pohon
Pohon
Herba
Perdu
Perdu
Pohon
Perdu
Herba
Perdu
Perdu
Pohon
Perdu
Pohon
Semak
Herba
Liana
Pohon
Herba
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Herba
Lampiran 1 Komposisi tumbuhan di hutan musim (lanjutan)
No
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Nama Lokal
Landep
Malaman
Meniran
Merakan
Nyawon
Panggal buaya
Pecut kuda
Pilang
Pring - pringan
Pulai
Putian
Rembiga
Rukem
Rumput santen
Saga manis
Santiat
Seruni
Serut
Suli
Suplir
Talok
Tekik
Todalia
Trenggayungan
Nama Ilmiah
Barleria prionitis L.
Cleisthantus myrianthus Kurzt
Phyllanthus niruri Roxb. Ex Wall.
Themeda arguens (L.) Hack.
Vernonia cinerea Less.
Zanthoxylum rhetza (Roxburg).DC.
Stachytarpheta jamaicensis (L.) J. Vahl.
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Oplismenus composites P. Beauv.
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
Symplocos javanica Kurz.
Calotropis gigantean ( L. ) W.T.Aiton
Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi
Oplismenus burmannii (Retz.) P. Beauv.
Abrus precatorius L.
Passiflora foetida L.
Wedelia biflora (L.) DC.
Streblus asper Lour.
Bridelia monoica (Lour.) Merr.
Adiantum capillus-veneris L.
Grewia koordersiana Burret.
Albizzia lebbeckioides DC. Benth.
Todalia sp.
Grewia microcos L.
Famili
Acanthaceae
Euphorbiaceae
Euphorbiaceae
Poaceae
Asteraceae
Rutaceae
Verbenaceae
Fabaceae
Poaceae
Apocynaceae
Symploceae
Asclepiadaceae
Flacourticeae
Poaceae
Fabaceae
Passifloraceae
Asteraceae
Moraceae
Euphorbiaceae
Adianthaceae
Tilaceae
Fabaceae
Rutaceae
Tilaceae
Habitus
Herba
Pohon
Perdu
Rumput
Herba
Pohon
Herba
Pohon
Rumput
Pohon
Pohon
Herba
Perdu
Rumput
Herba merambat
Herba merambat
Herba
Pohon
Pohon
Herba
Pohon
Pohon
Liana
Pohon
31
32
Lampiran 1 Komposisi tumbuhan di hutan musim (lanjutan)
No
70
71
72
73
74
75
Nama Lokal
Trengguli
Trenggulun
Umbi awung
Walikukun
Waru laut
Wedusan
Nama Ilmiah
Cassia fistula L.
Protium javanicum Burm.f.
Schoutenia ovate Korth.
Thespesia populnea (L.) Correa
Ageratum conyzoides L.
Famili
Fabaceae
Burceraceae
Tiliaceae
Malvaceae
Asteraceae
Habitus
Pohon
Pohon
Liana
Pohon
Pohon
Herba
Lampiran 2 Komposisi tumbuhan di savana
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Lokal
alang alang
anggur hutan
anting - anting
bayaman
buah besar
ereg - ereg
gamongan
gelagah kecil
hamer
hibiscus
intaran
kacangan
kalak
kayu pait
Nama Ilmiah
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Vitis sp.
Acalypha australis L.
Amaranthus spinosus L.
Famili
Poaceae
vitaceae
Euphorbiaceae
Amarantaceae
Crotalaria mucronata Desv.
Globba marantina L.
Saccharum spontaneum L.
Glocidia sp.
Hibiscus sp.
Azadirachta indica A. Juss.
Spilanthes iabadicensis A H Moore.
Cyathocalyx sumatranus Scheff.
Strychnos lucida Wall.
Fabaceae
Zingiberaceae
Poaceae
Euphorbiaceae
Malvaceae
Meliaceae
Asteraceae
Anonaceae
Loganiaceae
Habitus
Semak
Herba merambat
Herba
Herba
Herba
Semak
Semak
Rumput
Herba
Perdu
Semai
Herba
Liana
Semai
Lampiran 2 Komposisi tumbuhan di savana (lanjutan)
No
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Nama Lokal
kembang kuning
kemeloko
kenikir
kerasi
kili
kirinyuh
krokot
lampes
landep
malaman
mangkokan
meniran
merakan
nyawon
panggal buaya
patikan kebo
pilang
pring - pringan
pulet
rumput a
rumput alas
rumput b
rumput c
rumput d
Nama Ilmiah
Cassia surattensis Burm. F.
Phyllanthus emblica L.
Borreria laevicaulis Ridl.
Lantana camara L.
eragrostis tenella Roem. & Schult.
Chromolaena odorata (L.) R.M.King &H.Rob.
Portulaca oleracea L.
Ocimum sp.
Barleria prionitis L.
Cleisthantus myrianthus Kurzt
Nothopanax scutellarium Merr.
Phyllanthus niruri L.
Themeda arguens (L.) Hack.
Vernonia cinerea Less.
Zanthoxylum rhetza(Roxburg).DC.
Euphorbia hirta L.
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Oplismenus composites P. Beauv.
Desmodium sp.
Dactyloctenium aegyptium ( L. ) K.Richt.
Eleusine indica ( L. ) Gaertn.
Chrysopogon aciculatus ( Retz. ) Trin.
Dopatrium junceum Benth.
Cyperus kyllingia Endl.
Famili
Fabaceae
Euphorbiaceae
Rubiaceae
Verbenaceae
Poaceae
Asteraceae
Portulacaceae
Lamiaceae
Acanthaceae
Euphorbiaceae
Araliaceae
Euphorbiaceae
Poaceae
Asteraceae
Rutaceae
Euphorbiaceae
fabaceae
Poaceae
Fabaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Scrophulariaceae
Cyperaceae
Habitus
Perdu
Semai
Semai
Semak
Rumput
Herba
Herba
Herba
Herba
Semai
Herba
Perdu
Rumput
Herba
Semai
Herba
Herba
Rumput
Herba
Rumput
Rumput
Rumput
Herba
Rumput
33
34
Lampiran 2 Komposisi tumbuhan di savana (lanjutan)
No
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Nama Lokal
rumput e
rumput mutiara
rumput santen
rumput X
sawi tanah
semanggi
seruni
singen
suli
talok
teki
tekik
trenggayungan
walikukun
Nama Ilmiah
Cassia tora L.
Hedyotis corymbosa ( L.) Lam.
Oplismenus burmannii (Retz.) P. Beauv.
Hedyotis diffusa Willd.
Nasturtium montanum Wall. ex Hook.f. & Thomson
Oxalis sp.
Wedelia biflora (L.) DC.
Carmona retusa ( Vahl. ) Masam.
Bridelia monoica (Lour.) Merr.
Grewia koordersiana Burret.
Cyperus brevifolius Hask.
Albizzia lebbeckioides DC. Benth.
Grewia microcos L
Schoutenia ovata Korth.
Famili
Fabaceae
Rubiaceae
Poaceae
Rubiaceae
Brassicaceae
Oxalidaceae
Asteraceae
Boraginaceae
Euphorbiaceae
Tilaceae
Cyperaceae
fabaceae
Tilaceae
Tiliaceae
Habitus
Semak
Herba
Rumput
Herba
Herba
Herba
Herba
Herba
Semai
Semai
Rumput
Semai
Semai
Semai
Lampiran 3 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah
No
1
2
3
4
5
6
Nama ilmiah
Vitis sp.
Buah besar
Phanera fulva
Caesalpinia bonduc
Porana volubilis
Diospyros maritime
Jumlah K(Ind/ha)
7
350
3
150
1
50
3
150
81
4050
4
200
KR(%)
0.20
0.09
0.03
0.09
2.36
0.12
F
FR(%) INP(%)
0.10
1.08
1.28
0.02
0.22
0.30
0.02
0.22
0.24
0.06
0.65
0.73
0.34
3.66
6.02
0.04
0.43
0.55
pi
0.002038
0.000874
0.000291
0.000874
0.023588
0.001165
ln pi
-6.19
-7.04
-8.14
-7.04
-3.75
-6.75
pi ln pi
-0.01263
-0.00615
-0.00237
-0.00615
-0.08838
-0.00787
H
E
Lampiran 3 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah (lanjutan)
No
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama ilmiah
Abutilon indicum
Kalanchoe pinnata
Gardenia tubifera
Vitis trifolia
Gliricidia sepium
Hydrocotyle sibthorpioides
Globba marantina
Glochidion sp.
Azadirachta indika
Callicarpa pedunculata
Xanthophyllum excelsum
Spilanthes iabadicensis
Cyathocalyx sumatranus
Kalanchoe sp.
Hoya latifolia
Croton argyratus
Sauropus androgynus
Harrizonia ferverata
Micromelum minitum
Strychnos lucida
Lunasia amara
Ocimum cannum
Cassia surattensis
Gloriosa superba
Jumlah K(Ind/ha)
13
650
40
2000
11
550
11
550
5
250
1
50
20
1000
7
350
22
1100
9
450
56
2800
17
850
41
2050
1
50
2
100
9
450
72
3600
2
100
9
450
9
450
4
200
11
550
4
200
2
100
KR(%)
0.38
1.16
0.32
0.32
0.15
0.03
0.58
0.20
0.64
0.26
1.63
0.49
1.19
0.03
0.06
0.26
2.09
0.06
0.26
0.26
0.12
0.32
0.12
0.06
F
FR(%) INP(%)
0.08
0.86
1.24
0.14
1.51
2.67
0.06
0.65
0.97
0.02
0.22
0.54
0.06
0.65
0.79
0.02
0.22
0.24
0.04
0.43
1.01
0.08
0.86
1.07
0.18
1.94
2.58
0.08
0.86
1.12
0.28
3.02
4.65
0.2
2.15
2.65
0.44
4.74
5.93
0.02
0.22
0.24
0.06
0.65
0.70
0.10
1.08
1.34
0.24
2.59
4.68
0.04
0.43
0.49
0.10
1.08
1.34
0.14
1.51
1.77
0.06
0.65
0.76
0.02
0.22
0.54
0.04
0.43
0.55
0.04
0.43
0.49
pi
0.003786
0.011648
0.003203
0.003203
0.001456
0.000291
0.005824
0.002038
0.006407
0.002621
0.016308
0.00495
0.011939
0.000291
0.000582
0.002621
0.020967
0.000582
0.002621
0.002621
0.001165
0.003203
0.001165
0.000582
ln pi
-5.58
-4.45
-5.74
-5.74
-6.53
-8.14
-5.15
-6.19
-5.05
-5.94
-4.12
-5.31
-4.43
-8.14
-7.45
-5.94
-3.86
-7.45
-5.94
-5.94
-6.75
-5.74
-6.75
-7.45
pi ln pi
-0.02111
-0.05186
-0.0184
-0.0184
-0.00951
-0.00237
-0.02997
-0.01263
-0.03236
-0.01558
-0.06712
-0.02628
-0.05287
-0.00237
-0.00434
-0.01558
-0.08103
-0.00434
-0.01558
-0.01558
-0.00787
-0.0184
-0.00787
-0.00434
H
E
35
36
Lampiran 3 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah (lanjutan)
No
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Nama ilmiah
Phylanthus emblica
Murraya paniculata
Borreria laevicaulis
Lantana camara
Carmona retusa
Rubus lineatus
Cinnamomum inera
Chromolaena odorata
Terminalia microcarpa
Vitex pubescens
Ocimum sp.
Barleria prionitis
Cleisthantus myrianthus
Phyllanthus niruri
Themeda arguens
Vernonia cinerea
Zanthoxylum rhetza
Stachytarpheta jamaicensis
Acacia leucophloea
Oplismenus compositus
Alstonia scholaris
Symplocos javanica
Calostropis gigantea
Flacourtia rukam
Jumlah K(Ind/ha)
3
150
29
1450
4
200
105
5250
1
50
1
50
5
250
867
43350
1
50
5
250
92
4600
9
450
11
550
1
50
1
50
64
3200
2
100
2
100
1
50
18
900
19
950
112
5600
49
2450
6
300
KR(%)
0.09
0.84
0.12
3.06
0.03
0.03
0.15
25.25
0.03
0.15
2.68
0.26
0.32
0.03
0.03
1.86
0.06
0.06
0.03
0.52
0.55
3.26
1.43
0.17
F
FR(%) INP(%)
0.04
0,43
0.52
0,06
0,65
1.49
0,04
0,43
0.55
0,64
6,90
9.95
0,02
0,22
0.24
0,02
0,22
0.24
0,06
0,65
0.79
0,62
6,68
31.93
0,02
0,22
0.24
0,1
1,08
1.22
0,22
2,37
5.05
0,06
0,65
0.91
0,1
1,08
1.40
0,02
0,22
0.24
0,02
0,22
0.24
0,16
1,72
3.60
0,04
0,43
0.49
0,02
0,22
0.27
0,02
0,22
0.24
0,12
1,29
1.82
0,14
1,51
2.06
0,56
6,03
9.30
0,22
2,37
3.80
0,12
1,29
1.50
pi
0.000874
0.008445
0.001165
0.030577
0.000291
0.000291
0.001456
0.252475
0.000291
0.001456
0.026791
0.002621
0.003203
0.000291
0.000291
0.018637
0.000582
0.000582
0.000291
0.005242
0.005533
0.032615
0.014269
0.001747
ln pi
-7.04
-4.77
-6.75
-3.49
-8.14
-8.14
-6.53
-1.38
-8.14
-6.53
-3.62
-5.94
-5.74
-8.14
-8.14
-3.98
-7.45
-7.45
-8.14
-5.25
-5.20
-3.42
-4.25
-6.35
pi ln pi
-0.00615
-0.04032
-0.00787
-0.10664
-0.00237
-0.00237
-0.00951
-0.34752
-0.00237
-0.00951
-0.09697
-0.01558
-0.0184
-0.00237
-0.00237
-0.07422
-0.00434
-0.00434
-0.00237
-0.02752
-0.02875
-0.11164
-0.06064
-0.01109
H
E
Lampiran 3 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah (lanjutan)
No
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Nama ilmiah
Globba marantina
Oplismenus burmannii
Abrus precatorius
Passiflora foetida
Wedelia biflora
Streblus asper
Bridelia monoica
Adianthum capillus-veneris
Grewia koordersiana
Albizzia lebbeckioides
Todalia sp.
Grewia microcos
Protium javanicum
Umbi awung
Schoutenia ovata
Ageratum conyzoides
Jumlah
Jumlah K(Ind/ha)
1
50
969
48450
5
250
2
100
342
17100
3
150
11
550
12
600
75
3750
54
2700
1
50
5
250
2
100
12
600
45
2250
10
500
3434
171700
KR(%)
0.03
28.22
0.15
0.06
9.96
0.09
0.32
0.35
2.18
1.57
0.03
0.15
0.06
0.35
1.31
0.29
100
F
FR(%) INP(%)
0.02
0.22
0.24
0.50
5.39
33.61
0.04
0.43
0.58
0.02
0.22
0.27
0.38
4.09
14.05
0.04
0.43
0.52
0.18
1.94
2.26
0.08
0.86
1.21
0.52
5.60
7.79
0.24
2.59
4.16
0.02
0.22
0.24
0.06
0.65
0.79
0.04
0.43
0.49
0.14
1.51
1.86
0.34
3.66
4.97
0.10
1.08
1.37
9.28
100
200
pi
0.000291
0.282178
0.001456
0.000582
0.099592
0.000874
0.003203
0.003494
0.02184
0.015725
0.000291
0.001456
0.000582
0.003494
0.013104
0.002912
ln pi
-8.14
-1.26
-6.53
-7.45
-2.31
-7.04
-5.74
-5.66
-3.82
-4.15
-8.14
-6.53
-7.45
-5.66
-4.33
-5.84
pi ln pi
-0.00237
-0.35702
-0.00951
-0.00434
-0.22973
-0.00615
-0.0184
-0.01977
-0.08352
-0.0653
-0.00237
-0.00951
-0.00434
-0.01977
-0.0568
-0.017
-2.56044
H
E
2.56
0.60
Lampiran 4 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat pancang
No
1
2
3
4
Nama ilmiah
Gliricidia sepium
Azadirachta indica
Hoya latifolia
Croton argyratus
Jumlah
16
2
9
5
K(Ind/ha) KR(%)
128
11.19
16
1.39
72
6.29
40
3.49
F
0.12
0.04
0.04
0.06
FR(%)
10.17
3.39
3.39
5.08
INP(%)
21.36
4.78
9.68
8.58
pi
0.1119
0.0140
0.0629
0.0350
ln pi
-2.19
-4.27
-2.77
-3.35
pi ln pi
-0.245
-0.060
-0.174
-0.117
H
E
37
38
Lampiran 4 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat pancang (lanjutan)
No
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nama ilmiah
Strychnos lucida
Capparis sp.
Vitex pubescens
Cleisthantus myrianthus
Alstonia scholaris
Symplocos javanica
Grewia microcos
Schoutenia ovata
Thespesia populnea
Jumlah
47
1
2
3
8
18
3
22
7
K(Ind/ha)
376
8
16
24
64
144
24
176
56
KR(%)
32.87
0.70
1.40
2.098
5.594
12.587
2.098
15.385
4.895
Jumlah
143
1144
100
Lampiran 5 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat tiang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama ilmiah
Gliricidia sepium
Azadirachta indica
Xanthophyllum excelsum
Croton argyratus
Strychnos lucida
Cassia surattensis
Terminalia catappa
Terminalia microcarpa
Cleisthantus myrianthus
Symplocos javanica
Flacourtia rukam
Jumlah
K
KR(%)
13
2
2
8
1
1
3
1
2
5
1
26
4
4
16
2
2
6
2
4
10
2
8.55
1.32
1.32
5.26
0.66
0.66
1.97
0.66
1.32
3.29
0.66
F
0.10
0.04
0.02
0.06
0.02
0.02
0.02
0.02
0.04
0.08
0.02
F
0.30
0.02
0.02
0.06
0.06
0.24
0.02
0.16
0.04
FR(%)
25.42
1.69
1.69
5.08
5.08
20.34
1.69
13.56
3.39
INP(%)
58.29
2.39
3.09
7.18
10.68
32.93
3.79
28.94
8.28
1.18
100
200
FR(%)
D
9.33
3.73
1.87
5.60
1.87
1.87
1.87
1.87
3.73
7.46
1.87
0.36
0.07
0.04
0.20
0.03
0.02
0.12
0.035
0.035
0.12
0.02
pi
0.3287
0.0070
0.0140
0.0210
0.0559
0.1259
0.0210
0.1538
0.0490
DR(%)
INP(%)
8.09
1.65
0.81
4.62
0.78
0.42
2.74
0.80
0.79
2.82
0.55
25.97
6.70
3.99
15.48
3.30
2.94
6.58
3.32
5.83
13.57
3.07
ln pi
-1.113
-4.963
-4.270
-3.864
-2.883
-2.072
-3.864
-1.872
-3.017
pi ln pi
-0.366
-0.035
-0.060
-0.081
-0.161
-0.261
-0.081
-0.288
-0.148
H
E
-2.0762
2.076
0.809
pi
ln pi
pi ln pi
0.0855
0.0132
0.0132
0.0526
0.0066
0.0066
0.0197
0.0066
0.0132
0.0329
0.0066
-2.46
-4.33
-4.33
-2.94
-5.02
-5.02
-3.92
-5.02
-4.33
-3.41
-5.02
-0.210
-0.057
-0.057
-0.155
-0.033
-0.033
-0.077
-0.033
-0.057
-0.112
-0.033
H
E
Lampiran 5 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat tiang (lanjutan)
No
Nama ilmiah
12
13
14
15
Bridelia monoica
Grewia koordersiana
Schoutenia ovata
Thespesia populnea
Jumlah
K
2
4
40 80
57 114
14 28
152 304
KR(%)
F
1.32 0.04
26.32 0.26
37.50 0.32
9.21 0.01
100 1.072
Jumlah
Lampiran 6 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat pohon
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama ilmiah
Antidesma bunius
Ficus indica
Gliricidia sepium
Azadirachta indika
Phylanthus emblica
Cinnamomum inera
Terminalia microcarpa
Vitex pubescens
Zanthoxylum rhetza
Acacia leuchoploea
Flacourtia rukam Zoll. & Mor.
Bridelia monoica Merr.
Grewia koordersiana
Albizzia lebbeckioides
Cassia fistula
FR(%)
3.73
24.25
29.85
1.12
100
D
0.04
1.22
1.57
0.51
4.41
DR(%) INP(%)
1.03
27.69
35.52
11.69
100
6.08
78.26
102.87
22.02
300
Jumlah K KR(%)
F
FR(%) D DR(%) INP(%)
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.02
0.49
2.50
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.04
1.03
3.04
9 4.5
6.25 0.08
5.26 0.22
6.10
17.62
5 2.5
3.47 0.08
5.26 0.09
2.54
11.27
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.03
0.85
2.86
5 2.5
3.47 0.10
6.58 0.18
4.94
14.99
7 3.5
4.86 0.06
3.95 0.14
3.80
12.61
3 1.5
2.08 0.06
3.95 0.06
1.74
7.78
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.03
0.89
2.90
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.07
1.82
3.83
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.02
0.65
2.66
2
1
1.39 0.04
2.63 0.04
1.16
5.18
65 32.5
45.14 0.48 31.58 1.63
44.98 121.70
4
2
2.78 0.08
5.26 0.13
3.68
11.72
1 0.5
0.69 0.02
1.32 0.02
0.63
2.64
pi
ln pi
pi ln pi
0.013
0.263
0.375
0.092
-4.33
-1.33
-0.98
-2.38
-0.057
-0.351
-0.368
-0.219
-1.854 1.854 0.685
pi
0.0069
0.0069
0.063
0.0347
0.0069
0.0347
0.0486
0.0208
0.0069
0.0069
0.0069
0.014
0.451
0.028
0.0069
ln pi pi ln pi
-4.97 -0.035
-4.97 -0.035
-2.77 -0.173
-3.36 -0.117
-4.97 -0.035
-3.36 -0.117
-3.02 -0.147
-3.87 -0.081
-4.97 -0.035
-4.97 -0.035
-4.97 -0.035
-4.28 -0.059
-0.79 -0.359
-3.58 -0.099
-4.97 -0.035
H
H
E
E
39
40
Lampiran 6 Komposisi spesies tumbuhan pada tingkat pohon (lanjutan)
No
Nama ilmiah
16 Schoutenia ovata
17 Thespesia populnea
Jumlah
Jumlah
13
24
144
K KR(%)
F
FR(%)
D
DR(%) INP(%)
6.5
9.03 0.2 13.16 0.26
7.24
29.42
12
16.67 0.2 13.16 0.63
17.45
47.28
72
100
1.52
100
3.634
100
300
pi
ln pi
0.0903 -2.405
0.167 -1.792
pi ln pi
-0.217
-0.299
-1.910
H
E
1.91
0.67
Lampiran 7 Komposisi spesies tumbuhan di savana
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nama ilmiah
Imperata cylindrica
Vitis sp.
Acalypha australis
Amaranthus spinosus
Buah besar
Crotalaria mucronata
Globba marantina
Saccharum spontaneum
Glocidia sp.
Hibiscus sp.
Azadirachta indica
Spilanthes iabadicensis
Cyathocalyx sumatranus
Strychnos lucida
Cassia surattensis
Phylanthus emblica
Borreria laevicaulis
Lantana camara
jumlah
20
1
10
14
5
13
32
4
1
33
140
233
15
12
10
8
5
447
K(ind/ha)
666.67
33.33
333.33
466.67
166.67
433.33
1066.67
133.33
33.33
1100
4666.67
7766.67
500
400
333.33
266.67
166.67
14900
KR(%)
0.0081976
0.0004099
0.0040988
0.0057383
0.0020494
0.0053284
0.0131162
0.0016395
0.0004099
0.0135260
0.0573832
0.0955020
0.0061482
0.0049186
0.0040988
0.0032790
0.0020494
0.1832162
F FR(%) INP(%)
pi
ln pi
pi ln pi
0.053 0.644
0.652 8.19759E-05 -9.409 -0.00077
0.013 0.161
0.161
4.0988E-06 -12.405 -5.1E-05
0.027 0.322
0.326
4.0988E-05 -10.102 -0.00041
0.093 1.127
1.133 5.73832E-05 -9.766 -0.00056
0.027 0.322
0.324
2.0494E-05 -10.795 -0.00022
0.067 0.805
0.810 5.32844E-05 -9.840 -0.00052
0.067 0.805
0.818 0.000131162 -8.939 -0.00117
0.013 0.161
0.163 1.63952E-05 -11.019 -0.00018
0.013 0.161
0.161
4.0988E-06 -12.405 -5.1E-05
0.013 0.161
0.175 0.00013526 -8.908 -0.0012
0.320 3.865
3.922 0.000573832 -7.463 -0.00428
0.360 4.348
4.443 0.00095502 -6.954 -0.00664
0.093 1.127
1.133
6.1482E-05 -9.697 -0.0006
0.067 0.805
0.810 4.91856E-05 -9.920 -0.00049
0.013 0.161
0.165
4.0988E-05 -10.102 -0.00041
0.067 0.805
0.808 3.27904E-05 -10.325 -0.00034
0.013 0.161
0.163
2.0494E-05 -10.795 -0.00022
0.480 5.797
5.980 0.001832162 -6.302 -0.01155
H
E
Lampiran 7 Komposisi spesies tumbuhan di savana (lanjutan)
No
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Nama ilmiah
eragrostis tenella
Chromolaena odorata
Portulaca oleracea
Ocimum sp.
Barleria prionitis
Cleisthantus myrianthus
Nothopanax scutellarium
Phyllanthus niruri
Themeda arguens
Vernonia cinerea
Zanthoxylum rhetza
Euphorbia hirta
Acacia leuchoploea
Oplismenus compositus
Desmodium sp.
Dactyloctenium aegyptium
Eleusine indica
Chrysopogon aciculatus
Dopatrium junceum
Cyperus kyllingia
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Oplismenus burmannii
Hedyotis diffusa
jumlah K(ind/ha)
KR(%)
F FR(%) INP(%)
pi
ln pi
pi ln pi
5107 170233.3 2.0932558 0.053 0.644
2.737 0.020932558 -3.866 -0.08093
552
18400 0.2262536 0.480 5.797
6.023 0.002262536 -6.091 -0.01378
3
100 0.0012296 0.027 0.322
0.323 1.22964E-05 -11.306 -0.00014
772
25733.3 0.3164272 0.320 3.865
4.181 0.003164272 -5.756 -0.01821
130
4333.3 0.0532844 0.147 1.771
1.825 0.000532844 -7.537 -0.00402
7
233.3 0.0028692 0.080 0.966
0.969 2.86916E-05 -10.459 -0.0003
17
566.7 0.0069680 0.053 0.644
0.651 6.96796E-05 -9.572 -0.00067
3
100 0.0012296 0.027 0.322
0.323 1.22964E-05 -11.306 -0.00014
203147 6771566.7 83.2658398 0.640 7.729 90.995 0.832658398 -0.183 -0.15249
2028
67600 0.8312361 0.747 9.018
9.849 0.008312361 -4.790 -0.03982
3
100 0.0012296 0.027 0.322
0.323 1.22964E-05 -11.306 -0.00014
88
2933.3 0.0360694 0.267 3.221
3.257 0.000360694 -7.927 -0.00286
21
700 0.0086075 0.160 1.932
1.941 8.60747E-05 -9.360 -0.00081
10552 351733.3 4.3250510 0.733 8.857 13.182 0.04325051 -3.141 -0.13584
69
2300 0.0282817 0.187 2.254
2.283 0.000282817 -8.171 -0.00231
163
5433.3 0.0668104 0.147 1.771
1.838 0.000668104 -7.311 -0.00488
2
66.7 0.0008198 0.013 0.161
0.162 8.19759E-06 -11.712 -9.6E-05
1885
62833.3 0.7726233 0.400 4.831
5.604 0.007726233 -4.863 -0.03757
224
7466.7 0.0918131 0.227 2.738
2.829 0.000918131 -6.993 -0.00642
2
66.7 0.0008198 0.027 0.322
0.323 8.19759E-06 -11.712 -9.6E-05
25
833.3 0.0102470 0.040 0.483
0.493 0.00010247 -9.186 -0.00094
179
5966.67 0.0733685 0.187 2.254
2.328 0.000733685 -7.217 -0.0053
791 26366.67 0.3242149 0.213 2.576
2.901 0.003242149 -5.732 -0.01858
558
18600 0.2287129 0.560 6.763
6.992 0.002287129 -6.080 -0.01391
H
E
41
42
Lampiran 7 Komposisi spesies tumbuhan di savana (Lanjutan)
No
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Nama ilmiah
Nasturtium montanum
Oxalis sp.
Widelia biflora
Carmona retusa
Bridelia monoica
Grewia koordersiana
Cyperus brevifolius
Albizzia lebbeckioides
Grewia microcos
Schoutenia ovata
Jumlah
jumlah
K(ind/ha)
1
33.33
4
133.33
48
1600
2
66.667
6
200.000
5
166.667
16560
552000
1
33.33
1
33.33
15
500
243974 8132466.67
KR(%)
0.0004099
0.0016395
0.0196742
0.0008198
0.0024593
0.0020494
6.7876085
0.0004099
0.0004099
0.0061482
100
F FR(%) INP(%)
pi
ln pi
pi ln pi
H
0.013 0.161
0.161
4.0988E-06 -12.405 -5.1E-05
0.027 0.322
0.324 1.63952E-05 -11.019 -0.00018
0.093 1.127
1.147 0.000196742 -8.534 -0.00168
0.027 0.322
0.323 8.19759E-06 -11.712 -9.6E-05
0.053 0.644
0.647 2.45928E-05 -10.613 -0.00026
0.027 0.322
0.324
2.0494E-05 -10.795 -0.00022
0.387 4.670 11.457 0.067876085 -2.690 -0.18259
0.013 0.161
0.161
4.0988E-06 -12.405 -5.1E-05
0.013 0.161
0.161
4.0988E-06 -12.405 -5.1E-05
0.067 0.805
0.811
6.1482E-05 -9.697 -0.0006
8.28
100
200
-0.7557 0.756
E
0.191
Lampiran 8 Indeks Morisita (Id) di hutam musim
Nama Ilmiah
Gliricidia sepium
Lantana camara
Vernonia cinerea
Chromolaena odorata
Abrus precatorius
Stachytarpheta jamaicensis
Ageratum conyzoides
Passiflora foetida
Famili
1
Plot
2 3 4
5
xi
(xi²)
(xi)²
n
Fabaceae
43 0 0 0
0 43
1849
1849 200
Verbenaceae
14 17 18 33 23 105
2427 11025 50
Compocitaceae 10 6 0 0 48 64
2440
4096 50
Asteraceae
364 68 0 45 390 867 291245 751689 50
Fabaceae
3 2 0 0
0
5
13
25 50
Verbenaceae
0 0 0 0
2
2
4
4 50
Compocitaceae
0 10 0 0
0 10
100
100 50
Passifloraceae
0 2 0 0
0
2
4
4 50
xi²-xi
1806
2322
2376
290378
8
2
90
2
(xi)² - xi A/B
1806
10920
4032
750822
20
2
90
2
1
0.21
0.59
0.39
0.40
1
1
1
Indek Morishita
n*c (Ið)
200
10.63
29.46
19.34
20
50
50
50
Lampiran 9 Indeks Morisita (Id) di hutam musim
Nama Ilmiah
Lantana camara
Chromolaena odorata
Vernonia cinerea
Imperata cylindrica
Amaranthus spinosus
Saccharum spontaneum
Dactyloctenium aegyptium
Euphorbia hirta
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Eleusine indica
Plot
xi
(xi²)
(xi)²
n xi²-xi
(xi)² - xi A/B
1
2
3
Verbenaceae
85 179 183 447
72755
199809 75 72308
199362 0.36
Asteraceae
16 100 436 552 200352 304704 75 199800 304152 0.66
Asteraceae
919 700 409 2028 1501842 4112784 75 1499814 4110756 0.36
Poaceae
16
0
4
20
272
400
75
252
380
0.66
Amaranthaceae 5
0
9
14
106
196
75
92
182
0.51
Poaceae
0
0
4
4
16
16
75
12
12
1
Poaceae
64 97
2
163
13509
26569
75 13346
26406
0.51
Euphorbiaceae
9
59 20
88
3962
7744
75
3874
7656
0.51
Fabaceae
0
25
0
25
625
625
75
600
600
1
Rubiaceae
155 0
24 179
24601
32041
75 24422
31862
0.77
Poaceae
0
2
0
2
4
4
75
2
2
1
Famili
Indek Morishita
n*c (Ið)
27.20
49.27
27.36
49.74
37.91
75
38
37.95
75
57.49
75
Lampiran 10 Derajat keseragaman (Mu) di hutan musim
Nama Ilmiah
Gliricidia sepium
Lantana camara
Vernonia cinerea .
Chromolaena odorata
Abrus precatorius
Stachytarpheta jamaicensis
Ageratum conyzoides
Passiflora foetida
Famili
Fabaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Asteraceae
Fabaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Passifloraceae
A
x² (0.975)
239.96
70.22
70.22
70.22
70.22
70.22
70.22
70.22
B
n
200
50
50
50
50
50
50
50
C
xi
43
105
64
867
5
2
10
2
D
A-B
39.96
20.22
20.22
20.22
20.22
20.22
20.22
20.22
E
1
1
1
1
1
1
1
1
F
C-E
42
104
63
866
4
1
9
1
G
D+C
83
125
84
887
25
22
30
22
Mu
G/F
1.98
1.20
1.34
1.02
6.31
22.22
3.36
22.22
43
44
Lampiran 11 Derajat keseragaman (Mu) di savana
Nama Ilmiah
Lantana camara
Chromolaena odorata
Vernonia cinerea
Imperata cylindrica
Amaranthus spinosus
Saccharum spontaneum
Dactyloctenium aegyptium
Euphorbia hirta
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Eleusine indica
A
x² (0.975)
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
100.84
Famili
Verbenaceae
Asteraceae
Asteraceae
Poaceae
Amaranthaceae
Poaceae
Poaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Rubiaceae
Poaceae
B
n
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
C
xi
447
552
2028
20
14
4
163
88
25
179
2
D
A-B
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
25.84
E
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
F
C-E
446
551
2027
19
13
3
162
87
24
178
1
G
D+C
472.84
577.84
2053.84
45.84
39.84
29.83934
188.8393
113.8393
50.83934
204.8393
27.83934
F
C-E
42
104
63
866
4
1
9
1
G
D+C
Mu
G/F
1.06
1.05
1.01
2.41
3.06
9.95
1.17
1.31
2.12
1.15
27.84
Lampiran 12 Derajat pengelompokan (Mc) di hutan musim
Nama Ilmiah
Gliricidia sepium
Lantana camara
Vernonia cinerea
Chromolaena odorata
Abrus precatorius
Stachytarpheta jamaicensis
Ageratum conyzoides
Passiflora foetida
Famili
Fabaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Asteraceae
Fabaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Passifloraceae
A
x ² (0.025)
161.82
31.55
31.55
31.55
31.55
31.55
31.55
31.55
B
n
200
50
50
50
50
50
50
50
C
xi
43
105
64
867
5
2
10
2
D
A-B
-38.17
-18.44
-18.44
-18.44
-18.44
-18.44
-18.44
-18.44
E
1
1
1
1
1
1
1
1
5
87
46
849
-13
-16
-8
-16
Mc
G/F
0.115
0.832
0.723
0.980
-3.361
-16.445
-0.938
-16.445
Lampiran 13 Derajat pengelompokan (Mc) di savana
Nama Ilmiah
Lantana camara
Chromolaena odorata
Vernonia cinerea
Imperata cylindrica
Amaranthus spinosus
Saccharum spontaneum
Dactyloctenium aegyptium
Euphorbia hirta
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Eleusine indica
Famili
Verbenaceae
Asteraceae
Asteraceae
Poaceae
Amaranthaceae
Poaceae
Poaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Rubiaceae
Poaceae
A
x² (0.025)
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
52.103
B
n
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
C
xi
447
552
2028
20
14
4
163
88
25
179
2
D
A-B
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
-22.897
F
C-E
446
551
2027
19
13
3
162
87
24
178
1
E
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
G
D+C
424.103
529.103
2005.103
-2.897
-8.897
-18.897
140.103
65.103
2.103
156.103
-20.897
Mc
G/F
0.951
0.960
0.989
-0.152
-0.684
-6.299
0.865
0.748
0.088
0.877
-20.897
Lampiran 14 Pola sebaran tumbuhan asing invasif di hutan musim
Nama Ilmiah
Famili
1
Gliricidia sepium
Lantana camara
Vernonia cinerea
Chromolaena odorata
Abrus precatorius
Stachytarpheta jamaicensis
Ageratum conyzoides
Passiflora foetida
Fabaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Asteraceae
Fabaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Passifloraceae
1
1
1
1
1
1
1
1
A
B
C
D
E
Ið
Mu
Mc
n Ið-Mc
200
1.98
0.115 200 199.89
10.63 1.20
0.832
50
9.80
29.46 1.34
0.723
50 28.74
19.34 1.02
0.980
50 18.36
20
6.31 -3.361 50 23.36
50
22.22 -16.445 50 66.45
50
3.36 -0.9383 50 50.94
50
22.22 -16.445 50 66.45
F
n-Mc
199.88
49.17
49.28
49.02
53.361
66.44
50.94
66.44
G
E/F
1
0.199
0.583
0.374
0.438
1
1
1
H
k
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
I
H*G
0.5
0.0996
0.2916
0.1872
0.2189
0.5
0.5
0.5
Ip
H+I
1
0.600
0.792
0.687
0.719
1
1
1
Pola Sebaran
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
45
46
Lampiran 15 Pola sebaran tumbuhan asing invasif di savana
Nama Ilmiah
Famili
1
Lantana camara
Chromolaena odorata
Vernonia cinerea
Imperata cylindrica
Amaranthus spinosus
Saccharum spontaneum
Dactyloctenium aegyptium
Euphorbia hirta
Cassia tora
Hedyotis corymbosa
Eleusine indica
Verbenaceae
Asteraceae
Asteraceae
Poaceae
Amarantaceae
Saccharum
Poaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Rubiaceae
Poaceae
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
A
B
Ið
Mu
27.20 1.06
49.27 1.05
27.36 1.01
49.74 2.41
37.91 3.06
75 9.95
75 1.17
37.95 1.31
75 2.12
57.49 1.15
75 27.84
C
Mc
0.951
0.960
0.989
-0.152
-0.684
0.133
0.865
0.748
0.088
0.877
-20.89
D
E
n Ið-Mc
75 26.25
75 48.31
75 26.37
75 49.89
75 38.60
75 74.87
75 74.14
75 37.20
75 74.91
75 56.61
75 95.89
F
n-Mc
74.05
74.04
74.01
75.15
75.68
74.86
74.13
74.25
74.91
74.12
95.89
G
E/F
0.35
0.65
0.36
0.66
0.51
1
1
0.50
1
0.76
1
H
k
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
I
H*G
0.18
0.33
0.18
0.33
0.25
0.50
0.50
0.25
0.50
0.38
0.50
Ip
H+I
0.68
0.83
0.68
0.83
0.75
1
1
0.75
1
0.88
1
Pola Sebaran
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
mengelompok
47
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sei Baruhur, Sumatera Utara pada tanggal 30
November 1991. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Khairuddin Nasution dan Ibu Irma Chairita. Pendidikan formal ditempuh
di TK Al - Munawarah, SD Negeri 001 Sukajadi, SMP Negeri 1 Pekanbaru, dan
SMA Negeri 8 Pekanbaru. Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM-IPB (Ujian Talenta Masuk - IPB) dan
tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama menempuh
pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) periode 2011 – 2012
dan 2012 – 2013.
Kegiatan yang pernah penulis ikuti selama menjadi mahasiswa IPB
diantaranya adalah Magang Mandiri Fakultas Kehutanan IPB di Taman Nasional
Way Kambas, Lampung (2012), Eksplorasi Flora, Fauna, dan Ekowisata
Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Tangkuban Perahu - Sukawayana, Jawa
Barat (2012), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam
Sancang dan Taman Wisata Alam Kamojang (2012), ekspedisi Studi Konservasi
Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau (2012) Praktik
Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak, dan KPH Cianjur (2013), serta Praktik Kerja Lapang
Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bali Barat (2014). Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di
Taman Nasional Bali Barat dengan judul " Keanekaragaman dan Pola Sebaran
Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Semenanjung Prapat Agung, Taman Nasional
Bali Barat" dibawah bimbingan Dr Ir Agus Hikmat, MScF dan Dr Ir Iwan Hilwan,
MS.
Download