LAPORAN KASUS Perdarahan Subdural terkait Defisiensi Kompleks Protrombin Didapat Anastasia Bagian Anak, Rumah Sakit Umum Siloam, Karawaci, Tangerang, Indonesia ABSTRAK Defisiensi kompleks protrombin dapat disebabkan kekurangan vitamin K dan penyakit hati. Faktor risiko VKDB (Vitamin K Deficiency Bleeding) antara lain obat yang dikonsumsi ibu (antikonvulsan, antibiotik, antituberkulosis), rendahnya bakteri usus yang memproduksi vitamin K, asupan vitamin K rendah, gangguan hati, dan sindrom malabsorbsi. Untuk mencegah VKDB, 1 mg vitamin K1 profilaksis diberikan intramuskuler pada semua bayi baru lahir. Vitamin K1 dan fresh frozen plasma (FFP) dapat diindikasikan untuk terapi VKDB. Kasus bayi lelaki usia 45 hari dengan penurunan kesadaran, muntah, dan tampak pucat. Proses kelahiran dibantu oleh dukun beranak, dan setelah lahir tidak diberi vitamin K. Temuan laboratorium menunjukkan anemia dan PT dan APTT memanjang. CT scan menunjukkan perdarahan subdural ringan. Pasien dirawat secara konservatif dengan FFP dan vitamin K. Kondisi klinis membaik, tidak ada kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan 1 bulan kemudian. Kata kunci: Perdarahan subdural, protrombin, vitamin K ABSTRACT Prothrombin complex deficiency can be caused either by vitamin K deficiency or liver disease. Risk factors of VKDB (Vitamin K Deficiency Bleeding) are mother’s drug (anticonvulsant, antibiotic, antituberculostatic), low vitamin K-producing GIT bacteria, low vitamin K intake, liver disorder, and malabsorbtion syndrome. Vitamin K1 prophylaxis 1 mg is given intramuscularly to all newborn babies to prevent VKDB. Vitamin K1 and fresh frozen plasma (FFP) may be indicated for therapy. This case presented 45 day-old boy with decreased level of consciousness, pale, and vomiting. Born by traditional birth attendant, no vitamin K was given. Laboratory finding showed anemia, prolonged PT and APTT. CT scan showed mild subdural bleeding. Patient was treated conservatively with FFP and vitamin K. The condition was improved, no abnormality was found at examination 1 month later. Anastasia. Subdural Hemorrhage Associated with Acquired Prothrombin Complex Deficiency. Keywords: Prothrombin, subdural hemoorhage, vitamin K PENDAHULUAN Vitamin K merupakan salah satu vitamin larut lemak, diperlukan dalam sintesis protein tergantung vitamin K (Vitamin K – dependent protein ) atau GIa. Vitamin K diperlukan pada sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX, dan X (kompleks protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat proses pembekuan). Molekulmolekul faktor II, VII, IX, dan X disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk prekursor tidak aktif; vitamin K diperlukan untuk konversi menjadi faktor pembekuan aktif. Kekurangan vitamin K dapat menimbulkan gangguan proses koagulasi, sehingga cenderung terjadi perdarahan, dikenal dengan istilah Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).1 Epidemiologi Angka kematian akibat VKDB di Asia mencapai Alamat Korespondensi 440 1:1200 sampai 1:1400 kelahiran; lebih tinggi mencapai 1:500 kelahiran di daerah-daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K rutin pada bayi baru lahir. Di Indonesia, data VKDB nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004 didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, dan 8 kasus di RSU Dr. Soetomo Surabaya.2 Faktor Risiko Faktor risiko VKDB antara lain obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K yang diminum ibu selama kehamilan, seperti antikonvulsan (karbamasepin, fenitoin, fenobarbital), antibiotik (sefalosporin), tuberkulostatik (INH, rifampisin), dan antikoagulan (warfarin). Faktor risiko lain adalah kurang sintesis vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotik berlebihan, gangguan fungsi hati (kolestasis), kurang asupan vitamin K pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, serta malabsorpsi vitamin K akibat kelainan usus ataupun akibat diare.1,3 Kadar vitamin K pada ASI <5 mg/mL, jauh lebih rendah dibandingkan susu formula, yaitu 50 - 60 mg/mL. Usus bayi yang mendapat susu formula mengandung bakteri Bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K, sedangkan pada bayi dengan ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri Lactobacillus yang tidak dapat memproduksi vitamin K.1,4 Gambaran Klinis Diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Anamnesis untuk informasi onset perdarahan, lokasi perdarahan, pola pemberian makanan, serta riwayat obat-obatan pada ibu selama kehamilan. Pemeriksaan fisik menilai keadaan email: [email protected] CDK-241/ vol. 43 no. 6 th. 2016 LAPORAN KASUS Tabel 1. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K.1 VKDB Dini VKDB Klasik 1-7 hari (terbanyak 3-5 hari) VKDB Lambat (APCD) Umur <24 jam Penyebab dan Faktor Risiko Obat yang kehamilan Frekuensi <5% pada kelompok risiko tinggi Lokasi Perdarahan Sefalhematom, umbilikus, GIT, umbilikus, hidung, tempat suntikan, Intrakranial (30- 60%), kulit, hidung, intrakranial, intraabdominal, GIT, bekas sirkumsisi, intrakranial GIT, tempat suntikan, umbilikus, UGT, intratorakal intratorakal Pencegahan -penghentian/ penggantian obat -Vit K profilaksis (oral / i.m) penyebab asupan vit K adekuat diminum umum bayi dan lokasi perdarahan, seperti umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi. Perdarahan intrakranial merupakan 8090% manifestasi klinis VKDB, menyebabkan mortalitas (10-25%) dan kecacatan cukup tinggi (40-65%). Perdarahan intrakranial pada neonatus dicurigai bila ada riwayat prematuritas, persalinan dengan alat (vakum atau forsep), ada kejang fokal. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kesadaran menurun, jejas vakum atau forsep, fontanel anterior membonjol, perdarahan subhialoid retina, pucat, refleks ekstremitas meningkat, dan/ atau hemiparesis. Pada bayi berusia 1-3 bulan dapat ditemukan manifestasi klinis pucat, kejang fokal, kesadaran menurun, fontanel anterior membonjol, perdarahan subhialoid retina, dan/atau hemiparesis; perdarahan intrakranial perlu dicurigai disebabkan defisiensi kompleks protrombin didapat akibat kekurangan vitamin K.5 2 minggu – 6 bulan (terutama 2-8 Segala usia minggu) selama Pemberian makanan terlambat, asupan Asupan vit K inadekuat, kadar vit Obstruksi bilier penyakit hati vit K inadekuat, kadar vit K rendah pada K rendah pada ASI, tidak dapat malabsorpsi asupan kurang (nutrisi ASI, tidak dapat profilaksis vit K profilaksis vit K parenteral) 0,01-1% (tergantung pola makan bayi) 4-10 per 100.000 kelahiran (terutama di Asia Tenggara) Vit K profilaksis (i.m) asupan vit K adekuat Pada anak yang lebih besar dengan ubunubun sudah menutup, riwayat trauma kepala, penyakit darah, muntah berlebihan, kejang fokal atau umum, pucat, jejas trauma di kepala, kesadaran menurun, papil edema atau perdarahan subhialoid retina dan hemiparesis, memerlukan pemeriksaan CT scan kepala. Pada keadaan ubun-ubun besar belum menutup dapat dilakukan pemeriksaan USG kepala. Pada prematuritas dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu atau berat lahir kurang dari 1500 gram, dianjurkan pemeriksaan USG kepala dalam 7 hari pertama kehidupan untuk mendeteksi perdarahan intrakranial. CT scan merupakan pemeriksan penyaring terpilih pada anak dengan perdarahan intrakranial akut (kurang dari 2 minggu), sedangkan MRI lebih sensitif untuk perdarahan subakut ataupun kronik.5 Berdasarkan hasil penemuan radiologis perdarahan intrakranial dibagi menjadi: kecil (<3cm), sedang (3-6cm), dan besar (>6 cm). Pemeriksaan Penunjang Tabel 2. Gambaran laboratorium VKDB dan penyakit hati1 Morfologi Eritrosit Normal Sel target PTT Memanjang Memanjang PT Memanjang Memanjang FDP (Fibrin Normal Degradation Product) Normal/naik sedikit Trombosit Normal Normal Faktor Koagulasi II, VII, IX, X yang Menurun CDK-241/ vol. 43 no. 6 th. 2016 I, II, V, VII, IX, X Secondary PC Deficiency Terapi AAP (2003) merekomendasikan pemberian vitamin K dosis tunggal 0,5 – 1 mg pada semua bayi baru lahir.6 Departemen Kesehatan RI bersama tim Teknis Health Technology Assement (HTA) dan organisasi profesi telah melakukan kajian pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir sejak tahun 2002 dan merekomendasi semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis 1 mg vitamin K1 intramuskuler (rekomendasi A). Injeksi vitamin K berperan penting dalam dua cara. Pertama, vitamin K masuk ke aliran darah bayi dan segera meningkatkan jumlah vitamin K darah, sehingga kadar vitamin K pada bayi tidak menurun sangat rendah dalam beberapa hari pertama kehidupan. Sebagian besar vitamin K akan disimpan dalam hati dan digunakan oleh sistem pembekuan. Kedua, sisa vitamin K dilepaskan perlahan-lahan selama 2-3 bulan, menyediakan sumber tetap vitamin K sampai bayi memiliki sumber lainnya dari diet.7 Ibu hamil pengguna antikonvulsan harus mendapat profilaksis vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg i.m pada 24 jam sebelum melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg i.m dan diulang 24 jam kemudian.3,6 Bayi yang dicurigai mengalami VKDB harus segera mendapat pengobatan vitamin K1 1 – 2 mg/hari selama 1 – 3 hari.1,3 Pemberian fresh frozen plasma (FFP) 10 – 15 mL/kgBB dapat dipertimbangkan pada bayi dengan perdarahan luas, mampu meningkatkan kadar faktor koagulasi tergantung-vitamin K sampai 0,1 – 0,2 unit/mL.1,3,4 Respons pengobatan diharapkan terjadi dalam 4 – 6 jam, ditandai dengan berhentinya perdarahan dan perbaikan faal hemostasis. Pada bayi cukup bulan, jika tidak membaik dalam 24 jam harus dipikirkan penyebab lain, misalnya penyakit hati.3 Prognosis VKDB ringan umumnya baik, akan membaik dalam 24 jam setelah mendapat vitamin K1. Angka kematian VKDB dengan perdarahan berat, seperti intrakranial, intratorakal, dan intraabdominal, sangat tinggi. Pada perdarahan intrakranial angka kematian dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai 50 – 65%.1,3 Dalam satu penelitian disebutkan bahwa cara pemberian susu, profilaksis intramuskuler vitamin K1, penggunaan ekstrak herbal dan konsentrasi vitamin K (K1 dan K2MK4) 441 LAPORAN KASUS dalam ASI merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom VDKB. Rendahnya tingkat vitamin K1 dan K2MK4 dalam ASI adalah faktor kunci terjadinya VDKB pada bayi dengan ASI eksklusif. Oleh karena itu, vitamin K1 intramuskuler sebagai profilaksis harus rutin direkomendasikan untuk bayi baru lahir yang akan diberi ASI. Efektivitas profilaksis vitamin K1 oral masih harus diteliti lebih lanjut.8,9 Pemberian profilaksis vitamin K intramuskuler harus diperhatikan pada bayi dengan gangguan fungsi hati yang belum diketahui, karena tidak dapat memberikan proteksi penuh. Terapi operasi diperlukan pada kasus perdarahan intrakranial sedang hingga berat, vitamin K dan FFP hanya menghentikan perluasan perdarahan intrakranial, tetapi bukan terapi utama perdarahan intrakranial luas. Pada penelitian 11 kasus perdarahan intrakranial sedang-berat, 9 kasus menjalani operasi dan semuanya mempunyai prognosis baik, 2 pasien tidak menjalani operasi dan meninggal. Dua kasus perdarahan intrakranial kecil dirawat konservatif dengan vitamin K dan FFP.11 KASUS Bayi lelaki berusia 45 hari datang ke UGD RSU dengan keluhan muntah-muntah, lemas serta tidak dapat menyusu sejak kemarin. Pasien tampak pucat dan merintih. Tidak ada keluhan kejang dan demam. BAB dan BAK normal. Riwayat persalinan normal cukup bulan ditolong oleh dukun beranak. Bayi mendapat ASI hingga saat ini. Saat pemeriksaan fisik didapatkan bayi somnolen dengan berat badan 3,7 kg. Tandatanda vital dalam batas normal. Didapatkan ubun-ubun besar menonjol, konjungtiva anemis dan kuku jari pucat. Pupil anisokor tetapi refleks cahaya masih positif. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pemeriksaan paru, jantung, abdomen dalam batas normal. Tidak ada kesan hemiparesis. Pemeriksaan laboratorium mendapatkan Hb 4,64 dengan pemanjangan PT 1,8 kali dan APTT 3 kali kontrol. CT-scan kepala mendapatkan perdarahan subdural subakut pada konveksitas fronto-parietal dan pada fissura interhemisfer dengan ketebalan +/- 1,27 cm, menekan serebri kanan menyebabkan midline shift ke kiri dan edema serebri. 442 Gambar. CT scan kepala: Perdarahan subdural subakut fronto-parietal dan pada fisura interhemisfer dengan ketebalan +/- 1,27 cm menekan serebri kanan menyebabkan midline shift ke kiri dan edema serebri. Ditegakkan diagnosis VDKB lambat atau APCD (Acquired Prothrombin Complex Deficiency) dengan perdarahan subdural. Segera diberikan injeksi vitamin K 1 x 0,5 mg untuk 3 hari, transfusi FFP (fresh frozen plasma) 2 x 60 mL (selang 24 jam), PRC (packed red cell) 2 x 30 mL, dan cryoprecipitate 2 x 60 mL. FFP terlebih dahulu diberikan dilanjutkan PRC dan cryoprecipitate dengan selang 4 jam. Pemantauan ketat terhadap kesadaran, balance cairan, dan produksi urin. Setelah perawatan hari ke-3 pasien menunjukkan perbaikan, tampak aktif dan menyusu dengan baik. Perbaikan laboratorium, PT dan APTT <1,5x. Direncanakan operasi burrhole untuk evakuasi perdarahan subdural tetapi keluarga menolak. Pada hari ke-6 pasien pulang dengan keadaan baik. Setelah 1 bulan pasien kontrol dan menunjukkan perbaikan. Tidak ada kejang, tidak ada kelemahan motorik, dan menyusu dengan baik. DISKUSI Faktor risiko terbesar kasus ini adalah pertolongan persalinan oleh dukun beranak, sehingga saat bayi baru lahir tidak diberi injeksi vitamin K 1 mg. Semua bayi terlahir dengan kadar vitamin K rendah dalam darah, karena vitamin K tidak melewati plasenta dengan baik. Kemudian bayi juga menyusu dengan ASI yang juga memiliki kadar vitamin K rendah. Pada bayi ini, gejala klinis pertama kali tampak lemas dan pucat serta tidak menyusu dengan baik disertai muntahmuntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ubun-ubun besar menonjol dengan pupil anisokor mencurigakan adanya peningkatan tekanan intrakranial, dalam hal ini perdarahan intrakranial. Hasil laboratorium juga menunjukkan adanya anemia yang merupakan tanda perdarahan, dalam kasus ini perdarahan intrakranial yang merupakan manifestasi tersering perdarahan pada VDKB lambat. Pemanjangan PT dan APTT merupakan suatu tanda kelainan faktor pembekuan yang dapat ditemukan pada VDKB. Pada kasus ini tidak ada riwayat trauma, menyingkirkan kemungkinan perdarahan akibat trauma. Tidak ada demam sebelumnya dengan hasil laboratorium leukosit dengan differential count normal, menyingkirkan penyebab infeksi. SGOT dan SGPT normal menyingkirkan adanya gangguan fungsi hati. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang mengarah pada diagnosis VDKB awitan lambat/ APCD dengan komplikasi perdarahan intrakranial. Pada CT scan didapatkan perdarahan subdural dengan midline shift. Ditentukan terapi operasi untuk evakuasi perdarahan subdural sehingga mengurangi tekanan intrakranial. Vitamin CDK-241/ vol. 43 no. 6 th. 2016 LAPORAN KASUS K, transfusi FFP, PRC, dan cryoprecipitate diberikan sebagai terapi faktor-faktor koagulasi serta membuat kondisi optimal untuk operasi. Selama perawatan konservatif, kesadaran bayi membaik dan mulai bisa menyusu. Keluarga tidak menyetujui tindakan operasi. Secara klinis perdarahan tidak meluas dan tekanan intrakranial turun dengan terapi konservatif setelah 3 hari perawatan. Terapi operatif dilakukan pada perdarahan intrakranial sedang hingga berat. SIMPULAN Diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan. Anamnesis untuk mencari informasi onset perdarahan, lokasi perdarahan, pola pemberian makanan, serta riwayat obat-obatan pada ibu selama kehamilan. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menilai keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan. Pemeriksaan laboratorium mendapatkan pemanjangan PT, APTT, dan faktor-faktor koagulasi menurun. Pemeriksaan USG kepala dan CT scan dibutuhkan untuk mencari perdarahan intrakranial yang merupakan komplikasi tersering VDKB. Terapi konservatif vitamin K dan FFP diberikan pada perdarahan intrakranial kecil. Kasus sedang dan berat memerlukan operasi untuk evakuasi perdarahan. DAFTAR PUSTAKA : 1. Isarangkura P, Chuansumrit A. Vitamin K deficiency in infant. E-Jnl ResearchGate [Internet]. 1999. Available from: http://www.ishapd.org/1999/43.pdf. 2. Windiastuti E. Epidemiology of vitamin K deficiency. KONIKA XIV. Bandung; 2005. 3. Respati H, Reniarti L, Susanah S. Gangguan pembekuan darah didapat: Defisiensi vitamin K. In: Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, editors. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2005. p. 182-96. 4. Chalmers EA, Gibson BE. Acquired disorders of hemostasis during childhood. In: Lilleyman J, Hann I, Blanchette V, editors. Pediatric hematology. 2nd ed. London: Churchill Livingstone; 2000:629-49. 4 5. Irawan M. Pendekatan klinis berbagai kasus neurologi anak yang membutuhkan pemeriksaan pencitraan. Sari Pediatri; 2003: 5 (2). p. 85 – 90, 6. American Academy of Pediatrics, Committee on Fetus and Newborn. Controversies concerning vitamin K and the newborn. Pediatrics 2003;112:191-2. 7. Centeal for Disease Control and Prevention. Vitamin K deficiency bleeding [Internet]. 2014 [cited 2015 Oct 20]. Available from: ww.cdc.gov/ncbddd/vitamink/faqs. html 8. Boonchian P, Sutthichai J. Risk factors of acquired prothrombin complex deficiency syndrome: A case-control study. J Med Assoc Thai. 2008; 91 (Suppl 3): 1-8 9. Shearer MJ. Vitamin K deficiency bleeding in early infancy. Blood Rev. 2009;23(2):49-59 10. Van Winckel M1, De Bruyne R, Van De Velde S, Van Biervliet S. Vitamin K, an update for the paediatrician. Eur J Pediatr. 2009;168(2):127-34. 11. Lola P, Eka N, Evodia, Tiya M. Good outcomes in operative management of a serial case report. Paediatr Indones. 2011;51(5):298-302. CDK-241/ vol. 43 no. 6 th. 2016 443