lingkungan sosial, teman sebaya, spiritualitas dan

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
LINGKUNGAN SOSIAL, TEMAN SEBAYA, SPIRITUALITAS DAN
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ANAK JALANAN
Sri Karyati
Jurusan D3 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Kudus
[email protected]
Abstrak
Kegiatan seks bebas menempatkan remaja pada peningkatan risiko berbagai masalah
kesehatan reproduksi. Setiap tahun, sekitar 15 juta remaja 15-19 tahun melahirkan anak, 4 juta
remaja melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi penyakit menular seksual (PMS).
Secara global, 40% dari semua kasus HIV / AIDS terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun, dan
setiap hari dilaporkan ada sekitar 7.000 remaja terinfeksi HIV di Indonesia. Sementara
setengah dari semua kasus AIDS adalah orang-orang muda berusia 15-29 tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial, hubungan rekan, kehidupan
spiritual dengan perilaku seksual pranikah remaja anak jalanan di Kudus. Penelitian ini
merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis dengan
menggunakan uji statistik chi square dan Kendal Tau. Hasil penelitian menemukan bahwa ada
hubungan antara lingkungan sosial, interaksi dengan teman sebaya dan kehidupan spiritual
dengan perilaku seksual pranikah dengan nilai-p masing-masing 0.000, 0.002, dan 0.002.
Kata kunci: sosial, teman sebaya, perilaku seksual pranikah, spiritualitas, remaja anak
jalanan
dari keluarga disharmonis. Sehingga anak
akan mudah sekali terpengaruh oleh kondisi
lingkungan di luar rumah, terutama
lingkungan yang bersifat negatif lingkungan
sangat berpengaruh pada kondisi perilaku
anak jalanan (Andari, 2006, Arma, 2007;
Rumini, 2006).
Beberapa anak harus menjalani hidup
sebagai
anak
jalanan.
Mereka
menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk mencari nafkah dijalanan atau tempat
umum lainnya. Mereka sangat rentan untuk
menjadi korban kejahatan. Mereka dalam
kehidupannya
menghadapi
berbagai
permasalahan,
antara
lain
masalah
kesehatan dan keselamatan jiwa, kekerasan
baik fisik maupun psikologis, dan
kriminalitas.
Selain
itu,
terdapat
permasalahan potensial lainnya seperti seks
bebas. Sebagian besar permasalahan
tersebut dialami oleh anak jalanan usia 1318 tahun (Andari, dkk, 2006).
Tidak sedikit dari mereka yang
melakukan
perbuatan
menyimpang,
termasuk penyimpangan seksual bahkan
kenakalan yang mengarah pada tindak
1.
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa peralihan
dari masa anak ke masa dewasa yang
berjalan antara umur 11 sampai 21 tahun.
Dalam masa ini anak mengalami
pertumbuhan dan
perkembangan fisik
maupun perkembangan psikis. Mereka
bukan lagi anak-anak baik dalam bentuk
badan maupun cara berfikir dan bertindak,
tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Upaya dalam mencari jati diri
mereka seringkali menimbulkan banyak
permasalahan, termasuk permasalahan
seksual.
Perilaku
seksual
mereka
mengalami pasang surut, sehingga tanpa
persiapan yang matang, remaja dapat
dengan mudahnya terjerumus dalam
penyimpangan
sosial
terutama
penyimpangan perilaku seks bebas.
(Kusmiran, 2011).
Tidak semua anak beruntung memiliki
lingkungan keluarga yang ideal yang dapat
menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar
anak. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
anak disebabkan oleh: kondisi ekonomi
keluarga, keluarga broken home, ataupun
1418
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
kriminal, seperti narkoba, minuman keras
dan masih kejahatan lainnya (Nasution dan
Fuad, 2007). Pada usia remaja, anak belum
memiliki keterampilan hidup (life skills)
yang memadai, sehingga mereka beresiko
memiliki perilaku yang tidak sehat
termasuk diantaranya melakukan hubungan
seks pra nikah (Kemenkes, 2014). Kegiatan
seks bebas menempatkan remaja pada
resiko tinggi terhadap berbagai masalah
reproduksi. Setiap tahun sekitar 15 juta
remaja berusia 15-19 tahun melahirkan
anak, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir
100 juta terinfeksi
penyakit menular
seksual (IMS). Secara global, 40% dari
semua kasus HIV/AIDS terjadi pada usia
15-24 tahun, dan diperkirakan setiap hari
ada 7000 remaja terinfeksi HIV di
Indonesia yang dilaporkan. Sedangkan
separuh dari kasus AIDS adalah kaum
muda
yang
umur
15-29
tahun
(Depkes,2010)
Salah satu faktor penting yang
berhubungan dengan perilaku seksual
adalah
kurangnya
pegetahuan
dan
lingkungan yang mempengarui terjadinya
perilaku seksual pranikah. Remaja dengan
pemahaman benar tentang kesehatan
cenderung memahami resiko seksual bebas,
serta alternatif cara yang dapat digunakan
untuk menyalurkan dorongan seksualnya
(Ansor, 2010). Selain itu, kehidupan
spiritual remaja juga berpengaruh terhadap
perilaku seksual pra nikah mereka.
Umumnya remaja anak jalanan lebih sering
melakukan kegiatan bersama temantemannya di jalanan sebagai kelompok
yang ia kenali. Disamping itu, lingkungan
pergaulan yang menganut nilai-nilai
kebebasan dalam berinteraksi dengan lawan
jenis membuat mereka beresiko terbawa
arus. Mereka akan merasa khawatir dan
takut bila dianggap kuno atau ketinggalan
zaman jika tidak mengikuti kebiasaan
kelompoknya.
Berdasar
pengamatan
dilapangan, ternyata tidak sedikit anak yang
menjadi perokok berat, peminum minuman
keras atau bergaulan bebas karena pengaruh
perilaku teman sepergaulannya.Kehidupan
spiritual remaja lah yang dapat menjadi
UAD, Yogyakarta
benteng arus kebiasaan buruk dari
kelompok mereka ( Yusuf, 2007).
2. KAJIAN LITERATUR
Perilaku seksual adalah orientasi
seksual individu, yang merupakan interaksi
antara tingkah laku seksual dan tingkah
laku gender. Tingkah laku seksual didasari
dorongan seksual untuk mendapatkan
kepuasan seksual atau orgasme. Tingkah
laku gender merupakan tingkah feminim
atau maskulin diluar tingkah laku seksual
(Mahfiana, 2009). Perilaku seksual ini
didorong oleh hasrat seksual baik dengan
lawan jenis maupun dengan sesama jenis
(Sarwono, 2011).
Seks
pranikah adalah hubungan
seksual yang dilakukan remaja tanpa
adanya ikatan pernikahan. Sedangkan
perilaku seksual pranikah merupakan
perilaku seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi
menurut hukum maupun menurut agama
dan kepercayaan masing-masing (Wahid,
2011).
Menurut
Perkumpulan
Keluarga
Berencana Indonesia (2013), macammacam perilaku seksual diantaranya
berfantasi, berpegangan tangan, cium kenin,
cium
basah,
meraba,
berpelukan,
masturbasi, seks oral, petting kering atau
petting masih menggunakan pakaian,
petting basah atau petting dengan telanjang,
seks anal, dan seks vaginal. Berfantasi,
berpegangan tangan, dan cium kenin
merupakan perilaku yang masih wajar
dilakukan remaja tanpa memberikan
dampak langsung yang membahayakan
terhadap remaja. Cium basah, meraba, dan
berpelukan merupakan perilaku lanjutan
yang dapat membuat remaja terangsang
secara seksual dan ketagihan. Tindakan ini
juga dapat berakibat pasangan merasa
dilecehkan. Petting basah dan seks vaginal
dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak
diharapkan dan banyak masalah reproduksi
pada remaja. Masturbasi, seks oral, petting
kering, dan seks anal meskipun tidak dapat
menimbulkan kehamilan tetapi dapat
menimbulkan penularan penyakit IMS,
ketagihan dan perasaan bersalah. Kegiatan
ini biasanya dapat berlanjut ke intercouse
1419
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
karena
adanya
dorongan
untuk
mendapatkan kepuasan yang lebih.
Menurut Fitriah (2008) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
pada remaja, yaitu religiusitas/norma
agama, pola asuh orang tua, lingkungan
pergaulan, perubahan-perubahan hormonal
yang meningkatkan hasrat seksual remaja,
penyebaran informasi berbagai media,
penyebaran informasi berbagai media
perbedaan jenis kelamin,rendahnya pengetahuan yang dimiliki remaja mengenai
seksualitas, dan rendahnya status ekonomi.
Perilaku seksual pranikah dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif
pada remaja berupa Dampak psikologi
diantaranya
perasaan
marah,takut,cemas,depresi,rendah
diri,
berdosa dan bersalah, Dampak fisiologis
kehamilan tidak diinginkan dan aborsi,
Dampak sosial seperti dikucilkan, putus
sekolah pada remaja perempuan yang
hamil, dan perubahan peran menjadi ibu.
Belum lagi tekanan dari masyarakat yang
mencela dan menolak keadaan tersebut.
Dampak fisik berupa penyakit menular
seksual di kalangan remaja yang dapat
menyebabkan kemandulan, penyakit kronis
serta meningkatkan resiko terkena PMS dan
HIV/AIDS.
Religiusitas atau spiritualitas diartikan
sebagai keshalihan atau besarnya kepatuhan
pengabdian terhadap agama. Spiritualitas
merupakan salah satu aspek kejiwaan yang
menarik untuk dikaji karena antara
kehidupan keagamaan dan kehidupan
remaja merupakan istilah yang tanpak
bersifat konvensional Istilah spiritualitas
sering ditafsirkan dengan kemapanan,
ketenangan, dan kedamaian, sementara
kehidupan remaja lebih sering dikaitkan
dengan kegoncangan, pemberontakan, serta
rasa penuh gejolak.
Spiritualitas merupakan hal yang
mendasari seseorang dalam bertindak dan
memfilter pergaulan dalam lingkungannya.
Pergaulan secara positif dapat menjadi
lahan untuk mendapatkan hal-hal baru,
melakukan mawas diri, memberikan
pengaruh secara diam-diam terutama pada
UAD, Yogyakarta
pergaulan dengan teman sebaya (Hadi,
2008).
3.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif korelational untuk mengkaji
hubungan
antar
variabel
dengan
menggunakan rancangan penelitian cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah
remaja anak jalanan di Desa Demaan
Kabupaten Kudus yang berjumlah 125
orang. Sampel sebanyak 96 responden
yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
Analisis penelitian ini terdiri dari
analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat digunakan untuk mengetahui
karakteristik responden, distribusi frekuensi
teman
sebaya,
lingkungan
sosial,
spiritualitas dan perilaku seksual pra nikah.
Analisis
bivariat
digunakan
untuk
mengetahui hubungan teman sebaya,
lingkungan, dan spiritualitas dengan
perilaku seksual pra nikah. Analisis statistic
mengunakan uji statistic Chi Square.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi berdasar
Karakteristik Responden
No
1
2
3
4
5
Variabel
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Teman Sebaya
Baik
Tidak Baik
Lingkungan Sosial
Baik
Tidak Baik
Spiritualitas
Baik
Sedang
Kurang
Perilaku seksual
Baik
Tidak baik
Total
N
%
54
42
56,25
43,75
56
40
58,33
41,67
55
41
57,29
42,71
20
57
19
20,83
59,38
19,79
57
39
96
59,38
36,62
100
Masa remaja merupakan periode
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat baik secara fisik, psikologis
maupun intelektual.Sifat khas remaja
mempunyai rasa keingintahuan yang besar,
1420
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
menyukai pertimbangan yang matang.
hubungan seksual per vagina maupun
Apabila keputusan yang diambil dalam
perilaku yang lain yang dapat memberikan
menghadapi konflik tidak tepat, mereka
kepuasan seksual. Perilaku seksual ini jika
akan jatuh ke dalam perilaku beresiko dan
dilakuan pada masa sebelum menikah dapat
mungkin harus menanggung akibat jangka
menimbulkan dampak yang buruk bagi
pendek dan jangka panjang dalam berbagai
remaja baik secara fisik, psikis maupun
masalah kesehatan fisik dan psikososial.
hubungan sosial mereka.
Sifat dan perilaku beresiko pada remaja
Remaja laki-laki dianggap memiliki
tersebut
memerlukan
ketersediaan
kecenderungan untuk lebih bersikap
pelayanan kesehatan peduli remaja yang
melawan norma termasuk dalam kehidupan
dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
seksual pranikah mereka. Hal ini lebih
remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan
dikarenakan adanya sikap permisif dari
reproduksi (Kemenkes, 2014).
masyarakat terhadap laki-laki dibanding
Hubungan seksual adalah perilaku
pada perempuan.
yang dilakukan sepasang individu karena
adanya dorongan seksual baik dalam bentuk
b. Analisa Bivariat
1) Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Seksual
Tabel 2. Cross Tabulasi Lingkungan Sosial Dengan Perilaku Seksual Remaja Anak Jalanan
Lingkungan
Sosial
Baik
Tidak Baik
F
51
6
57
Perilaku Seksual
Baik
Tidak Baik
%
F
%
92,7
4
7,3
14,6
35
85,4
39
Jumlah
p
F
55
41
96
%
100
100
100
0,000
model yang positif untuk perkembangan
anak. Orang tua mempuyai peran penting
dalam proses sosialisasi anak. Anak belajar
tentang nilai-nilai dan sikap yang terdapat
dan dianut masyarakat pertamakali dari
orang tua mereka. Anak yang tidak
mempuyai hubungan harmonis dengan
orang tuanya dimasa kecil mereka sangat
beresiko akan menjadi orang yang paling
sering melanggar norma masyarakat.
Lingkungan hidup manusia terdiri atas
dua bagian yaitu lingkungan hidup internal
(berupa keadaan dinamis dan seimbang
yang disebut homeostatis) dan lingkungan
hidup eksternal diluar tubuh manusia
(Chandra, 2008). Lingkungan sosial dapat
berupa kultur, adat, kebiasaan, kepercayaan,
agama, sikap, pekerjaan, kehidupan
kemasyarakatan serta organisasi sosial dan
politik.
Manusia
dipengaruhi
oleh
lingkungan sosial melalui berbagai media,
seperti radio, TV, Pers, Seni. Bila manusia
tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sosial, akan terjadi konflik
tujuan dan menimbulkan psikosomatik,
seperti stress, insomnia, depresi dan lainya.
Lingkungan adalah tempat paling utama
Responden dengan lingkungan sosial
baik sebagian besar memiliki berperilaku
seksual yang baik (92,7%), sedangkan
responden yang merasa lingkungannya
tidak baik sebagian besar memiliki
berperilaku seksual tidak baik (85,4%).
Hasil analisis statistik uji Chi Square
diperoleh p value = 0,000 yang berarti
terdapat hubungan bermakna antara
lingkungan social dengan perilaku seksual
remaja anak jalanan.
Lingkungan sangat mempengaruhi
gaya hidup seseorang. Gaya hidup
merupakan pola hidup seseorang yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan
diri
seseorang
dalam
berinteraksi
dengan
lingkunganya.
Lingkungan dan gaya hidup inilah yang
memberikan dampak luar biasa terhadap
perilaku remaja (Agustino, 2014).
Keluarga merupakan lingkungan sosial
pertama yang sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak remaja. Keluarga
yang harmonis idealnya dapat memenuhi
kebutuhan remaja serta memberikan role
1421
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
yang akan mendewasakan seseorang.
Ketika seorang anak tinggal dan bergaul
dengan lingkungan yang salah, maka
hancurlah masa depanya. Sebaliknya
lingkungan yang agamis, penuh kasih
sayang akan menimbulkan pribadi yang
kuat dan cemerlang menatap masa depan.
Peran lingkungan sosial dalam mencetak
pribadi seseorang.
Sekitar 50% responden yang tinggal
terpisah dari orang tua untuk melanjutkan
belajar atau bekerja memiliki perilaku
seksual pra nikah yang tidak baik. Ini
memperkuat
pandangan
pentingnya
pengawasan orang tua untuk menjaga
UAD, Yogyakarta
perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual
remaja dipengaruhi lingkungan yang sangat
dominan (Sudhana, 2008).
Pernyataan ini sejalan sengan hasil
penelitian
Darmasih
(2009)
yang
menyetakan perilaku seksual pranikah
remaja SMA di Surakarta sebagian besar
perilaku seks pranikah remaja kategori baik
sebanyak
43,9%,
kategorik
sedang
sebanyak 40,4%, dan kategorik buruk
sebanyak 15,8%. Bentuk perilaku seksual
yang pernah mereka lakukan berupa
melakukan ciuman bibir 81,6%, maturbasi
sebanyak 20,2%.
2) Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual
Tabel 3 Cross Tabulasi Pengaruh Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Anak
Jalanan
Teman
sebaya
Baik
Tidak Baik
F
52
5
57
Perilaku Seksual
Baik
Tidak Baik
%
F
%
92,9 4
7,1
12,5 35
87,5
39
Jumlah
p
F
56
40
96
Remaja dengan pergaulan teman
sebaya baik sebagian besar memiliki
berperilaku seksual yang baik (92,9%) dan
remaja dengan pergaulan teman sebaya
tidak baik sebagian besar memiliki perilaku
seksual yang tidak baik (87,5%). Hasil
analisa statistik dengan uji Chi Square
diperoleh p value = 0,000 yang berarti ada
hubungan bermakna antara pergaulan teman
sebaya dengan perilaku seksual remaja anak
jalanan.
Kelompok teman sebaya merupakan
interaksi awal bagi anak-anak dan remaja.
Mereka mulai belajar bergaul dan
berinteraksi dengan orang lain diluar
keluarganya, agar mereka bersosialisasi
dan mendapat pengakuan serta penerimaan
dari kelompok sebayanya. Penerimaan dari
kelompok sebayanya akan meningkatkan
esistensi mereka sehingga menciptakan rasa
bangga dan rasa aman.
Kelompok sebaya membantu remaja dalam
menemukan dan memahami identitas diri,
serta untuk meningkatkan perkembangan
sosial mereka. Kesadaran identitas pada
masa remaja mengalami perkembangan
yang sangat tidak setabil, karena mereka
%
100
100
100
0,000
sudah bukan anak-anak lagi namun belum
dapat diterima juga sebagai orang dewasa.
Mereka perlu belajar dan mempersiapkan
diri dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan masyarakat. Gejolak dalam diri
remaja ini seringkali tidak dipahami oleh
masyarakat
dan
keluarga.
Adanya
pertemanan dengan kelompok sebaya akan
membantu mereka dalam melakukan
mawas diri mereka untuk menemukan jati
diri. Selain itu, pertemanan sebaya akan
memberikan pengaruh secara diam-diam
tetapi sangat mendalam pada masa remaja.
Mereka akan merasa lebih mudah dalam
beradaptasi karena mereka memiliki
permasalahan yang sama sehingga mereka
lebih mudah berkomunikasi dan membuka
diri.
Pengasuhan (authoritarian, permissive
dan autoritatif ) mempuyai pengaruh negatif
terhadap terhadap perilaku seksual. Peer
group dan gaya pengasuhan authoritarian
berpengaruh positif terhadap perilaku
seksual. Pola asuh memberikan pengalaman
pada anak dan membentuk rasa percaya diri
anak secara kuat. Bagaimana teknik orang
tua mengasuh dan memperlakukan anak
1422
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
akan memberikan fondasi anak dalam
menentukan sikap dan perilakunya dalam
UAD, Yogyakarta
kehidupan mereka.
3) Hubungan Kehidupan Spiritual dengan Perilaku Seksual
Tabel 4. Cross Tabulasi Spiritualitas Dengan Perilaku Seksual Remaja Anak Jalanan
Spiritualitas
Baik
Sedang
Kurang
F
20
26
11
57
Perilaku Seksual
Baik
Tidak Baik
%
F
%
100
0
0%
45,6
31
54,4
57,9
8
42,1
19,8
39
80,2
Jumlah
p
F
20
57
19
96
Remaja dengan spiritualitas baik
semuanya memiliki perilaku seksual baik
(100%),
sedangkan
remaja
dengan
spiritualitas sedang sebagian besar memiliki
perilaku seksual tidak baik (54,4%). Namun
pada remaja dengan spiritualitas kurang
masih banyak yang memiliki perilaku
seksual baik (57,9%). Analisa uji statistik
dengan kendall’s tau diperoleh p 0,002
menunjukkan adanya hubungan bermakna
antara spiritualitas dengan perilaku seksual
remaja anak jalanan.
Kehidupan
spiritual
seseorang
ditentukan oleh pendidikan keluarga,
pengalaman, dan latihan-latihan yang
dilakukan pada masa kanak-kanak.
Seseorang dengan pengalaman-pengalaman
agama sejak masa kanak-kanak dari kedua
orang tuanya, lingkungan sosial dan temanteman yang taat menjalankan perintah
agama serta mendapat pendidikan agama
saat dirumah maupun disekolah sangat
berbeda dengan anak yang tidak pernah
mendapatkan pengalaman keagamaan di
masa kecilnya. Saat dewasa, ia akan
mempunyai kecenderungan hidup dalam
aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan
ibadah, dan takut melanggar laranganlarangan agama bahkan melakukan
penyimpangan-penyimpangan
perilaku
termasuk perilaku seksual pranikah.
Kehidupan spiritual mempengaruhi
perilaku seksual remaja. Perilaku seksual
pranikah remaja anak jalanan yang tidak
baik dikarenakan terjadinya perubahan
emosional, ketidakstabilan perilaku akibat
pengaruh lingkungan dan pergaulan.
Kurangnya kontrol orang tua dalam
meminta pertanggungjawaban perilaku
anak serta lemahnya pengalaman kehidupan
%
100
100
100
100
0,002
spiritual mengakibatkan remaja bebas
berperilaku
tanpa
mengkhawatirkan
dampak panjang dari perilaku mereka. Hal
ini memperkuat resistensi terjadinya
penyimpangan perilaku seksual pada remaja
anak jalanan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Fitriah (2008) tentang hubungan
religiusitas dengan perilaku seksual remaja
didapatkan hasil bahwa remaja dengan
religiusitas baik lebih sedikit faktor resiko
perilaku seksual dari pada remaja yang
mempunyai religiusitas tidak baik dengan p
value 0,004 (p<0,05). Hal ini relevan
dengan fungsi agama sebagai fungsi
edukatif, fungsi transformative, fungsi
perdamaian, fungsi kreatif , fungsi
penyelamat,
fungsi
pemupuk
rasa
solidaritas,fungsi pengawasan sosial, dan
fungsi sublimatif.
5. KESIMPULAN
Sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki (56,25%), memiliki
lingkungan sosial yang baik (58,33%),
memiliki pergaulan teman sebaya yang baik
(57,29%), memiliki kehidupan spiritual
yang sedang (59,38%) dan memiliki
perilaku seksual pranikah yang baik
(59,38%).
Terdapat hubungan bermakna antara
lingkungan sosial, pergaulan teman sebaya,
dan kehidupan spiritual remaja anak jalanan
dengan perilaku seksual pranikah dengan
masing-masing nilai p 0,000, 0,000, dan
0,002.
1423
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Fitriah, N. 2008. “Hubungan Pendidikan
Agama Islam dengan Pola pergaulan
Bebas Siswa SMU Kelas XI di SMU
PGRI Mejobo Kudus Tahun Pelajaran
2007/2008”. Skripsi (tidak diterbitkan)
STAIN Kudus
6. REFERENSI
Agustino, 2014. Perkembangan remaja
menurut pendekatan ekologi
Andari, Soetji, dkk. 2006. Kekerasan dan
Upaya Perlindungan Anak Jalanan.
Yogyakarta: Badan Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan Sosial. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesejahteraan sosial
Ansor. 2010. Kesehatan
Jakarta: Sagung Seto
UAD, Yogyakarta
Hadi, 2005. Pendidikan (suatu pengantar).
Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Juni 2014
Reproduksi.
Kemenkes RI. 2014. Laporan Triwulan
Situasi Perkembangan HIV/AIDS di
Indonesia sd 30
Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan
sosisal terhadap perilaku seks remaja
dan pengetahuan kespro sebagai
alternatif penangkalnya. Info kesehatan
masyarakat : the journal of public
health. 11 (2) : 189-197
Kemenkes RI. 2014. Situasi Kesehatan
Reproduksi
Remaja.
Jakarta:
Kemenkes RI
Kesehatan Reproduksi
Jakarta: Depkes RI.
di
Indonesia.
Bandung: falah production.
Chandra B, 2008. Pengantar kesehatan
Lingkungan, Jakarta:EGC
Kusmiran, E. 2011.Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Darmasih
R,
2009.
Faktor
yang
mempengaruhi seks pra nikah pada
remaja di
Mahfiana, dkk. (2009). Remaja Dan
Kesehatan Reproduksi. Ponorogo.
STAIN Ponorogo Press.
Depkes RI United Nations Population
Found. 2010. Kebijakan dan Strategi
Nasional
Nasution, Marina D.N dan Fuad Nashori.
2007. Harga Diri Anak Jalanan.
Ilndigenous, Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi Vol. 9, No. 1, Mei 2007 : 6282
Depkes RI. (2010). Pedoman Nasional
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
Gramedia
Depkes RI. 2010. Kesehatan Remaja:
Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika
PKBI.
2013.
Pendewasaan
Usia
Perkawinan. Jakarta : Biro Pembinaan
Pendidikan
Keluarga
Berencana.
Riwidikdo.
Statistik
Penelitian.
Yogyakarta : Nuha Medika
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
Indonesia 2006. Jakarta: Depkes RI
Rumini S.2006. Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
Indonesia 2006. Jakarta: Depkes RI
Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Dhoriri, M.D dkk (2012) Sosiologi 3 Suatu
Kajian Masyarakat.Jakarta;
Sudjana, 2008. Pendidikan luar sekolah ,
Wawasan, sejarah perkembangan ,
1424
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Surakarta,
(Skrpsi)
Kesehatan: UMS
Fakultas
18 February 2017
Ilmu
Wahid, Abdul. 2011. Perlindungan
terhadap korban kekerasan seksual,
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan.
Bandung: Refika AditamaYudistira
Yusuf S .2007. Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: Rosdakarya
1425
UAD, Yogyakarta
Download