THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta LINGKUNGAN SOSIAL, TEMAN SEBAYA, SPIRITUALITAS DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ANAK JALANAN Sri Karyati Jurusan D3 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Kudus [email protected] Abstrak Kegiatan seks bebas menempatkan remaja pada peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun, sekitar 15 juta remaja 15-19 tahun melahirkan anak, 4 juta remaja melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi penyakit menular seksual (PMS). Secara global, 40% dari semua kasus HIV / AIDS terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun, dan setiap hari dilaporkan ada sekitar 7.000 remaja terinfeksi HIV di Indonesia. Sementara setengah dari semua kasus AIDS adalah orang-orang muda berusia 15-29 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial, hubungan rekan, kehidupan spiritual dengan perilaku seksual pranikah remaja anak jalanan di Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik chi square dan Kendal Tau. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial, interaksi dengan teman sebaya dan kehidupan spiritual dengan perilaku seksual pranikah dengan nilai-p masing-masing 0.000, 0.002, dan 0.002. Kata kunci: sosial, teman sebaya, perilaku seksual pranikah, spiritualitas, remaja anak jalanan dari keluarga disharmonis. Sehingga anak akan mudah sekali terpengaruh oleh kondisi lingkungan di luar rumah, terutama lingkungan yang bersifat negatif lingkungan sangat berpengaruh pada kondisi perilaku anak jalanan (Andari, 2006, Arma, 2007; Rumini, 2006). Beberapa anak harus menjalani hidup sebagai anak jalanan. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dijalanan atau tempat umum lainnya. Mereka sangat rentan untuk menjadi korban kejahatan. Mereka dalam kehidupannya menghadapi berbagai permasalahan, antara lain masalah kesehatan dan keselamatan jiwa, kekerasan baik fisik maupun psikologis, dan kriminalitas. Selain itu, terdapat permasalahan potensial lainnya seperti seks bebas. Sebagian besar permasalahan tersebut dialami oleh anak jalanan usia 1318 tahun (Andari, dkk, 2006). Tidak sedikit dari mereka yang melakukan perbuatan menyimpang, termasuk penyimpangan seksual bahkan kenakalan yang mengarah pada tindak 1. PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang berjalan antara umur 11 sampai 21 tahun. Dalam masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Mereka bukan lagi anak-anak baik dalam bentuk badan maupun cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Upaya dalam mencari jati diri mereka seringkali menimbulkan banyak permasalahan, termasuk permasalahan seksual. Perilaku seksual mereka mengalami pasang surut, sehingga tanpa persiapan yang matang, remaja dapat dengan mudahnya terjerumus dalam penyimpangan sosial terutama penyimpangan perilaku seks bebas. (Kusmiran, 2011). Tidak semua anak beruntung memiliki lingkungan keluarga yang ideal yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar anak. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anak disebabkan oleh: kondisi ekonomi keluarga, keluarga broken home, ataupun 1418 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 kriminal, seperti narkoba, minuman keras dan masih kejahatan lainnya (Nasution dan Fuad, 2007). Pada usia remaja, anak belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka beresiko memiliki perilaku yang tidak sehat termasuk diantaranya melakukan hubungan seks pra nikah (Kemenkes, 2014). Kegiatan seks bebas menempatkan remaja pada resiko tinggi terhadap berbagai masalah reproduksi. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan anak, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi penyakit menular seksual (IMS). Secara global, 40% dari semua kasus HIV/AIDS terjadi pada usia 15-24 tahun, dan diperkirakan setiap hari ada 7000 remaja terinfeksi HIV di Indonesia yang dilaporkan. Sedangkan separuh dari kasus AIDS adalah kaum muda yang umur 15-29 tahun (Depkes,2010) Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan perilaku seksual adalah kurangnya pegetahuan dan lingkungan yang mempengarui terjadinya perilaku seksual pranikah. Remaja dengan pemahaman benar tentang kesehatan cenderung memahami resiko seksual bebas, serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya (Ansor, 2010). Selain itu, kehidupan spiritual remaja juga berpengaruh terhadap perilaku seksual pra nikah mereka. Umumnya remaja anak jalanan lebih sering melakukan kegiatan bersama temantemannya di jalanan sebagai kelompok yang ia kenali. Disamping itu, lingkungan pergaulan yang menganut nilai-nilai kebebasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis membuat mereka beresiko terbawa arus. Mereka akan merasa khawatir dan takut bila dianggap kuno atau ketinggalan zaman jika tidak mengikuti kebiasaan kelompoknya. Berdasar pengamatan dilapangan, ternyata tidak sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum minuman keras atau bergaulan bebas karena pengaruh perilaku teman sepergaulannya.Kehidupan spiritual remaja lah yang dapat menjadi UAD, Yogyakarta benteng arus kebiasaan buruk dari kelompok mereka ( Yusuf, 2007). 2. KAJIAN LITERATUR Perilaku seksual adalah orientasi seksual individu, yang merupakan interaksi antara tingkah laku seksual dan tingkah laku gender. Tingkah laku seksual didasari dorongan seksual untuk mendapatkan kepuasan seksual atau orgasme. Tingkah laku gender merupakan tingkah feminim atau maskulin diluar tingkah laku seksual (Mahfiana, 2009). Perilaku seksual ini didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2011). Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Wahid, 2011). Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (2013), macammacam perilaku seksual diantaranya berfantasi, berpegangan tangan, cium kenin, cium basah, meraba, berpelukan, masturbasi, seks oral, petting kering atau petting masih menggunakan pakaian, petting basah atau petting dengan telanjang, seks anal, dan seks vaginal. Berfantasi, berpegangan tangan, dan cium kenin merupakan perilaku yang masih wajar dilakukan remaja tanpa memberikan dampak langsung yang membahayakan terhadap remaja. Cium basah, meraba, dan berpelukan merupakan perilaku lanjutan yang dapat membuat remaja terangsang secara seksual dan ketagihan. Tindakan ini juga dapat berakibat pasangan merasa dilecehkan. Petting basah dan seks vaginal dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diharapkan dan banyak masalah reproduksi pada remaja. Masturbasi, seks oral, petting kering, dan seks anal meskipun tidak dapat menimbulkan kehamilan tetapi dapat menimbulkan penularan penyakit IMS, ketagihan dan perasaan bersalah. Kegiatan ini biasanya dapat berlanjut ke intercouse 1419 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 karena adanya dorongan untuk mendapatkan kepuasan yang lebih. Menurut Fitriah (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja, yaitu religiusitas/norma agama, pola asuh orang tua, lingkungan pergaulan, perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi berbagai media, penyebaran informasi berbagai media perbedaan jenis kelamin,rendahnya pengetahuan yang dimiliki remaja mengenai seksualitas, dan rendahnya status ekonomi. Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja berupa Dampak psikologi diantaranya perasaan marah,takut,cemas,depresi,rendah diri, berdosa dan bersalah, Dampak fisiologis kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, Dampak sosial seperti dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Dampak fisik berupa penyakit menular seksual di kalangan remaja yang dapat menyebabkan kemandulan, penyakit kronis serta meningkatkan resiko terkena PMS dan HIV/AIDS. Religiusitas atau spiritualitas diartikan sebagai keshalihan atau besarnya kepatuhan pengabdian terhadap agama. Spiritualitas merupakan salah satu aspek kejiwaan yang menarik untuk dikaji karena antara kehidupan keagamaan dan kehidupan remaja merupakan istilah yang tanpak bersifat konvensional Istilah spiritualitas sering ditafsirkan dengan kemapanan, ketenangan, dan kedamaian, sementara kehidupan remaja lebih sering dikaitkan dengan kegoncangan, pemberontakan, serta rasa penuh gejolak. Spiritualitas merupakan hal yang mendasari seseorang dalam bertindak dan memfilter pergaulan dalam lingkungannya. Pergaulan secara positif dapat menjadi lahan untuk mendapatkan hal-hal baru, melakukan mawas diri, memberikan pengaruh secara diam-diam terutama pada UAD, Yogyakarta pergaulan dengan teman sebaya (Hadi, 2008). 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelational untuk mengkaji hubungan antar variabel dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah remaja anak jalanan di Desa Demaan Kabupaten Kudus yang berjumlah 125 orang. Sampel sebanyak 96 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui karakteristik responden, distribusi frekuensi teman sebaya, lingkungan sosial, spiritualitas dan perilaku seksual pra nikah. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan teman sebaya, lingkungan, dan spiritualitas dengan perilaku seksual pra nikah. Analisis statistic mengunakan uji statistic Chi Square. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Data Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi berdasar Karakteristik Responden No 1 2 3 4 5 Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Teman Sebaya Baik Tidak Baik Lingkungan Sosial Baik Tidak Baik Spiritualitas Baik Sedang Kurang Perilaku seksual Baik Tidak baik Total N % 54 42 56,25 43,75 56 40 58,33 41,67 55 41 57,29 42,71 20 57 19 20,83 59,38 19,79 57 39 96 59,38 36,62 100 Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, 1420 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta menyukai pertimbangan yang matang. hubungan seksual per vagina maupun Apabila keputusan yang diambil dalam perilaku yang lain yang dapat memberikan menghadapi konflik tidak tepat, mereka kepuasan seksual. Perilaku seksual ini jika akan jatuh ke dalam perilaku beresiko dan dilakuan pada masa sebelum menikah dapat mungkin harus menanggung akibat jangka menimbulkan dampak yang buruk bagi pendek dan jangka panjang dalam berbagai remaja baik secara fisik, psikis maupun masalah kesehatan fisik dan psikososial. hubungan sosial mereka. Sifat dan perilaku beresiko pada remaja Remaja laki-laki dianggap memiliki tersebut memerlukan ketersediaan kecenderungan untuk lebih bersikap pelayanan kesehatan peduli remaja yang melawan norma termasuk dalam kehidupan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan seksual pranikah mereka. Hal ini lebih remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan dikarenakan adanya sikap permisif dari reproduksi (Kemenkes, 2014). masyarakat terhadap laki-laki dibanding Hubungan seksual adalah perilaku pada perempuan. yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual baik dalam bentuk b. Analisa Bivariat 1) Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Seksual Tabel 2. Cross Tabulasi Lingkungan Sosial Dengan Perilaku Seksual Remaja Anak Jalanan Lingkungan Sosial Baik Tidak Baik F 51 6 57 Perilaku Seksual Baik Tidak Baik % F % 92,7 4 7,3 14,6 35 85,4 39 Jumlah p F 55 41 96 % 100 100 100 0,000 model yang positif untuk perkembangan anak. Orang tua mempuyai peran penting dalam proses sosialisasi anak. Anak belajar tentang nilai-nilai dan sikap yang terdapat dan dianut masyarakat pertamakali dari orang tua mereka. Anak yang tidak mempuyai hubungan harmonis dengan orang tuanya dimasa kecil mereka sangat beresiko akan menjadi orang yang paling sering melanggar norma masyarakat. Lingkungan hidup manusia terdiri atas dua bagian yaitu lingkungan hidup internal (berupa keadaan dinamis dan seimbang yang disebut homeostatis) dan lingkungan hidup eksternal diluar tubuh manusia (Chandra, 2008). Lingkungan sosial dapat berupa kultur, adat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan serta organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media, seperti radio, TV, Pers, Seni. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan terjadi konflik tujuan dan menimbulkan psikosomatik, seperti stress, insomnia, depresi dan lainya. Lingkungan adalah tempat paling utama Responden dengan lingkungan sosial baik sebagian besar memiliki berperilaku seksual yang baik (92,7%), sedangkan responden yang merasa lingkungannya tidak baik sebagian besar memiliki berperilaku seksual tidak baik (85,4%). Hasil analisis statistik uji Chi Square diperoleh p value = 0,000 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara lingkungan social dengan perilaku seksual remaja anak jalanan. Lingkungan sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Lingkungan dan gaya hidup inilah yang memberikan dampak luar biasa terhadap perilaku remaja (Agustino, 2014). Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak remaja. Keluarga yang harmonis idealnya dapat memenuhi kebutuhan remaja serta memberikan role 1421 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 yang akan mendewasakan seseorang. Ketika seorang anak tinggal dan bergaul dengan lingkungan yang salah, maka hancurlah masa depanya. Sebaliknya lingkungan yang agamis, penuh kasih sayang akan menimbulkan pribadi yang kuat dan cemerlang menatap masa depan. Peran lingkungan sosial dalam mencetak pribadi seseorang. Sekitar 50% responden yang tinggal terpisah dari orang tua untuk melanjutkan belajar atau bekerja memiliki perilaku seksual pra nikah yang tidak baik. Ini memperkuat pandangan pentingnya pengawasan orang tua untuk menjaga UAD, Yogyakarta perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual remaja dipengaruhi lingkungan yang sangat dominan (Sudhana, 2008). Pernyataan ini sejalan sengan hasil penelitian Darmasih (2009) yang menyetakan perilaku seksual pranikah remaja SMA di Surakarta sebagian besar perilaku seks pranikah remaja kategori baik sebanyak 43,9%, kategorik sedang sebanyak 40,4%, dan kategorik buruk sebanyak 15,8%. Bentuk perilaku seksual yang pernah mereka lakukan berupa melakukan ciuman bibir 81,6%, maturbasi sebanyak 20,2%. 2) Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Tabel 3 Cross Tabulasi Pengaruh Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Anak Jalanan Teman sebaya Baik Tidak Baik F 52 5 57 Perilaku Seksual Baik Tidak Baik % F % 92,9 4 7,1 12,5 35 87,5 39 Jumlah p F 56 40 96 Remaja dengan pergaulan teman sebaya baik sebagian besar memiliki berperilaku seksual yang baik (92,9%) dan remaja dengan pergaulan teman sebaya tidak baik sebagian besar memiliki perilaku seksual yang tidak baik (87,5%). Hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh p value = 0,000 yang berarti ada hubungan bermakna antara pergaulan teman sebaya dengan perilaku seksual remaja anak jalanan. Kelompok teman sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak dan remaja. Mereka mulai belajar bergaul dan berinteraksi dengan orang lain diluar keluarganya, agar mereka bersosialisasi dan mendapat pengakuan serta penerimaan dari kelompok sebayanya. Penerimaan dari kelompok sebayanya akan meningkatkan esistensi mereka sehingga menciptakan rasa bangga dan rasa aman. Kelompok sebaya membantu remaja dalam menemukan dan memahami identitas diri, serta untuk meningkatkan perkembangan sosial mereka. Kesadaran identitas pada masa remaja mengalami perkembangan yang sangat tidak setabil, karena mereka % 100 100 100 0,000 sudah bukan anak-anak lagi namun belum dapat diterima juga sebagai orang dewasa. Mereka perlu belajar dan mempersiapkan diri dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat. Gejolak dalam diri remaja ini seringkali tidak dipahami oleh masyarakat dan keluarga. Adanya pertemanan dengan kelompok sebaya akan membantu mereka dalam melakukan mawas diri mereka untuk menemukan jati diri. Selain itu, pertemanan sebaya akan memberikan pengaruh secara diam-diam tetapi sangat mendalam pada masa remaja. Mereka akan merasa lebih mudah dalam beradaptasi karena mereka memiliki permasalahan yang sama sehingga mereka lebih mudah berkomunikasi dan membuka diri. Pengasuhan (authoritarian, permissive dan autoritatif ) mempuyai pengaruh negatif terhadap terhadap perilaku seksual. Peer group dan gaya pengasuhan authoritarian berpengaruh positif terhadap perilaku seksual. Pola asuh memberikan pengalaman pada anak dan membentuk rasa percaya diri anak secara kuat. Bagaimana teknik orang tua mengasuh dan memperlakukan anak 1422 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 akan memberikan fondasi anak dalam menentukan sikap dan perilakunya dalam UAD, Yogyakarta kehidupan mereka. 3) Hubungan Kehidupan Spiritual dengan Perilaku Seksual Tabel 4. Cross Tabulasi Spiritualitas Dengan Perilaku Seksual Remaja Anak Jalanan Spiritualitas Baik Sedang Kurang F 20 26 11 57 Perilaku Seksual Baik Tidak Baik % F % 100 0 0% 45,6 31 54,4 57,9 8 42,1 19,8 39 80,2 Jumlah p F 20 57 19 96 Remaja dengan spiritualitas baik semuanya memiliki perilaku seksual baik (100%), sedangkan remaja dengan spiritualitas sedang sebagian besar memiliki perilaku seksual tidak baik (54,4%). Namun pada remaja dengan spiritualitas kurang masih banyak yang memiliki perilaku seksual baik (57,9%). Analisa uji statistik dengan kendall’s tau diperoleh p 0,002 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara spiritualitas dengan perilaku seksual remaja anak jalanan. Kehidupan spiritual seseorang ditentukan oleh pendidikan keluarga, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Seseorang dengan pengalaman-pengalaman agama sejak masa kanak-kanak dari kedua orang tuanya, lingkungan sosial dan temanteman yang taat menjalankan perintah agama serta mendapat pendidikan agama saat dirumah maupun disekolah sangat berbeda dengan anak yang tidak pernah mendapatkan pengalaman keagamaan di masa kecilnya. Saat dewasa, ia akan mempunyai kecenderungan hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, dan takut melanggar laranganlarangan agama bahkan melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku termasuk perilaku seksual pranikah. Kehidupan spiritual mempengaruhi perilaku seksual remaja. Perilaku seksual pranikah remaja anak jalanan yang tidak baik dikarenakan terjadinya perubahan emosional, ketidakstabilan perilaku akibat pengaruh lingkungan dan pergaulan. Kurangnya kontrol orang tua dalam meminta pertanggungjawaban perilaku anak serta lemahnya pengalaman kehidupan % 100 100 100 100 0,002 spiritual mengakibatkan remaja bebas berperilaku tanpa mengkhawatirkan dampak panjang dari perilaku mereka. Hal ini memperkuat resistensi terjadinya penyimpangan perilaku seksual pada remaja anak jalanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriah (2008) tentang hubungan religiusitas dengan perilaku seksual remaja didapatkan hasil bahwa remaja dengan religiusitas baik lebih sedikit faktor resiko perilaku seksual dari pada remaja yang mempunyai religiusitas tidak baik dengan p value 0,004 (p<0,05). Hal ini relevan dengan fungsi agama sebagai fungsi edukatif, fungsi transformative, fungsi perdamaian, fungsi kreatif , fungsi penyelamat, fungsi pemupuk rasa solidaritas,fungsi pengawasan sosial, dan fungsi sublimatif. 5. KESIMPULAN Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (56,25%), memiliki lingkungan sosial yang baik (58,33%), memiliki pergaulan teman sebaya yang baik (57,29%), memiliki kehidupan spiritual yang sedang (59,38%) dan memiliki perilaku seksual pranikah yang baik (59,38%). Terdapat hubungan bermakna antara lingkungan sosial, pergaulan teman sebaya, dan kehidupan spiritual remaja anak jalanan dengan perilaku seksual pranikah dengan masing-masing nilai p 0,000, 0,000, dan 0,002. 1423 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Fitriah, N. 2008. “Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Pola pergaulan Bebas Siswa SMU Kelas XI di SMU PGRI Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2007/2008”. Skripsi (tidak diterbitkan) STAIN Kudus 6. REFERENSI Agustino, 2014. Perkembangan remaja menurut pendekatan ekologi Andari, Soetji, dkk. 2006. Kekerasan dan Upaya Perlindungan Anak Jalanan. Yogyakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan sosial Ansor. 2010. Kesehatan Jakarta: Sagung Seto UAD, Yogyakarta Hadi, 2005. Pendidikan (suatu pengantar). Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Juni 2014 Reproduksi. Kemenkes RI. 2014. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sd 30 Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan sosisal terhadap perilaku seks remaja dan pengetahuan kespro sebagai alternatif penangkalnya. Info kesehatan masyarakat : the journal of public health. 11 (2) : 189-197 Kemenkes RI. 2014. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Kemenkes RI Kesehatan Reproduksi Jakarta: Depkes RI. di Indonesia. Bandung: falah production. Chandra B, 2008. Pengantar kesehatan Lingkungan, Jakarta:EGC Kusmiran, E. 2011.Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Darmasih R, 2009. Faktor yang mempengaruhi seks pra nikah pada remaja di Mahfiana, dkk. (2009). Remaja Dan Kesehatan Reproduksi. Ponorogo. STAIN Ponorogo Press. Depkes RI United Nations Population Found. 2010. Kebijakan dan Strategi Nasional Nasution, Marina D.N dan Fuad Nashori. 2007. Harga Diri Anak Jalanan. Ilndigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 9, No. 1, Mei 2007 : 6282 Depkes RI. (2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Gramedia Depkes RI. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika PKBI. 2013. Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta : Biro Pembinaan Pendidikan Keluarga Berencana. Riwidikdo. Statistik Penelitian. Yogyakarta : Nuha Medika Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Depkes RI Rumini S.2006. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Depkes RI Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Dhoriri, M.D dkk (2012) Sosiologi 3 Suatu Kajian Masyarakat.Jakarta; Sudjana, 2008. Pendidikan luar sekolah , Wawasan, sejarah perkembangan , 1424 THE 5TH URECOL PROCEEDING Surakarta, (Skrpsi) Kesehatan: UMS Fakultas 18 February 2017 Ilmu Wahid, Abdul. 2011. Perlindungan terhadap korban kekerasan seksual, Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan. Bandung: Refika AditamaYudistira Yusuf S .2007. Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya 1425 UAD, Yogyakarta