FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996 Moh. Anwar Dosen Fakultas Hukum Unversitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK kredit pada umumnya berfungsi untuk memperlancar suatu kegiatan usaha dan khususnya bagi kegiatan perekonomian di Indonesia sangat berperan penting dalam kedudukannya baik untuk usaha produksi maupun usaha swasta yang dikembangkan secara mandiri karena bertujuan meningkatkan taraf kehidupan bermasyarakat. Bank sebagai lembaga keuangan yang menghasilkan jasa keuangan yang telah membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman yang antara lain melalui kredit perbankan, yaitu berupa perjanjian kredit antara kreditur sebagai pihak pemberi pinjaman atau fasilitas kredit dengan debitur sebagai pihak yang berutang. Permasalahn yang diangkat adalah bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap kreditur ketika debitur wanprestasi dan sanksi apa saja yang diberikan kreditur ketika debitur wanprestasi. Tujuannya untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit menurut UU No. 4 Tahun 1996 dan untuk mengetahui sanksi apa saja yang diberikan kreditur ketika debitur wanprestasi. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang berlandaskan pada filsafat positifme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara prandom (pengumpulan data). Kreditur dalam mendapatkan perlindungan hukum ketika debitur wanprestasi sesuai dengan Pasal 51 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960 dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 serta pihak kreditur bisa memberikan sanksi kepada debitur ketika debitur wanprestasi yang terdapat dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan. Hasil dari penelitian ini bahwa sudah disediakan lembaga hak jaminan yang kuat dan dapat dibebankan pada hak atas tanah yaitu Hak Tanggungan sebagai pengganti Lembaga Hypotheek dan Credit Verband. Untuk itu saya menyarankan kepada pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya bahwa setiap kita melakukan suatu tindakan hendaklah mengikuti peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku di Indonesia. Kata Kunci : Pelindungan Hukum, Kreditur, Perjanjian Kredit, Jaminan Hak Tanggungan. Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA masyarakat dengan cara memberikan A. PENDAHULUAN Kegiatan pinjam-meminjam uang atau yang lebih dikenal dengan istilah kredit dalam bentuk usaha kredit perbankan. kredit dalam praktek kehidupan sehari- Kredit perbankan itu telah hari bukanlah merupakan sesuatu yang dimanfaatkan dan dipraktekkan oleh asing lagi, bahkan istilah kredit ini tidak masyarakat sejak puluhan tahun lalu hanya dalam dikenal oleh masyarakat rangka meningkatkan taraf perkotaan, tetapi juga sampai pada hidupnya. Pasal 1 angka 11 Undang- masyarakat pedesaan. Kredit umumya Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang berfungsi untuk memperlancar suatu Perubahan Atas Undang-Undang Nomor kegiatan usaha, dan khususnya bagi 7 kegiatan perekonomian di Indonesia merumuskan pengertian kredit : “Kredit sangat dalam adalah penyediaan uang atau tagihan usaha yang dapat dipersamakan dengan itu produksi maupun usaha swasta yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dikembangkan secara mandiri karena pinjam meminjam antara pihak Bank bertujuan meningkatkan taraf kehidupan dengan pihak lain yang mewajibkan bermasyarakat. pihak berperan kedudukannya, penting baik untuk Pasal 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Tahun Tahun 1992 menyebutkan perbankan tentang bahwa Indonesia Perbankan fungsi utama yaitu sebagai peminjam tentang Perbankan untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 1992 Menurut CH. Gatot Wardoyo, dalam tulisannya berjudul : “Sekitar Klausula-Klausula Perjanjian Kredit Bank”, perjanjian kredit bahwa penghimpun dan penyalur dana dari mempunyai beberapa fungsi diantaranya: masyarakat yang bertujuan menunjang 1. Perjanjian kredit mempunyai fungsi pelaksanaan nasional sebagai perjanjian pokok. Artinya, kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. perjanjian kredit merupakan suatu Dalam pembangunan melakukan usaha yang menentukan batal atau tidak tersebut, Bank menghimpun dana dari batalnya perjanjian masyarakat dalam bentuk simpanan giro, mengikutinya. deposito berjangka, sertifikat deposito, pengikatan jaminan. Misal, lain yang perjanjian tabungan, dan atau dalam bentuk lain 2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai yang dipersamakan dengan itu. Dalam alat bukti mengenai batasan-batasan hal ini, Bank juga menyalurkan dana dari Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA hak dan kewajiban diantara debitur dan kreditur. Metode penelitian 3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai yang ini kuantitatif, digunakan dalam menggunakan metode yaitu metode yang alat untuk melakukan monitoring berlandaskan pada filsafat positifisme, kredit. metode ini digunakan untuk meneliti Fungsi lain jaminan kredit dalam rangka pemberian kesungguhan pihak kredit debitur dengan untuk memenuhi kewajibannya untuk melunasi pada populasi atau sampel tertentu. Tehnik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara prandom (pengumpulan data). kredit sesuai yang diperjanjikan dan menggunakan dana yang dimilikinya B. PEMBAHASAN secara baik dan hati-hati, dimana hal Bentuk Perlindungan Hukum terhadap tersebut diharapkan akan mendorong Kreditur ketika Debitur Wanprestasi pihak debitur untuk melunasi hutangnya Dalam rangka bertambah meningkatnya sehingga pembangunan nasional dapat mencegah terjadinya yang bertitik pencairan jaminan kredit yang mungkin berat pada bidang ekonomi, yang para saja tidak diinginkan karena memiliki pelakunya meliputi pemerintah maupun nilai (harga) yang lebih tinggi bila masyarakat sebagai orang perseorang dan dibandingkan badan hukum sangat diperlukan dana dengan utang debitur kepada Bank. dalam Permasalahan yang sangat besar, diangkat sehingga dengan meningkatnya kegiatan yaitu bagaimana bentuk perlindungan pembangunan tersebut maka meningkat hukum terhadap kreditur ketika debitur pula keperluan tersedianya dana yang wanprestasi serta Sanksi apa saja yang sebagian diberikan perkreditan. kreditur yang jumlah ketika debitur wanprestasi. besar Lembaga Tujuan yang ingin saya capai menghasilkan jasa diperoleh melalui keuangan yang keuangan adalah dalam penulisan Penelitian ini adalah lembaga perbankan. Dalam pembukuan sebagai berikut: kredit perbankan harus didasarkan pada 1. Untuk mengetahui bentuk persetuajuan atau kesepakatan pinjam perlindungan hukum terhadap kreditur meminjam, atau dengan istilah lain harus ketika debitur wanprestasi. didahului 2. Untuk mengetahui apa saja yang diberikan kreditur wanprestasi. ketika debitur dengan Perjanjian Kredit secara tertulis, baik dengan akta di bawah tangan maupun Akta Nasional. Perjanjian kredit disini mempunyai fungsi sebagai Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA panduan Bank pelaksanaan, dalam perencanaan, pengorganisasian pengawasan pemberi kredit dan yang khususnya memberikan perlindungan hukum bagi pihak kreditur apabila debitur melakukan perbuatan dilakukan Bank sehingga Bank tidak melawan hukum berupa wanprestasi dirugikan dan kepentingan nasabah yang (Supriadi, 2010 : 179). mempercayakan dananya kepada Bank Berdasarkan rumusan yang terjamin dengan sebaik-baiknya. Oleh terdapat di dalam Undang-Undang karena itu memberikan kredit dilakukan, Perbankan Bank harus sudah memastikan bahwa kredit seluruh aspek yuridis yang berkaitan bahwa dasar dalam perjanjian kredit dengan kredit telah diselesaikan dan telah dalam perjanjian pinjam meminjam memberikan perlindungan yang memadai uang. Perjanjian pinjam meminjam bagi Bank. uang ini mengandung makna yang 1. Hak Jaminan luas, bahwa obyeknya adalah benda Berdasarkan ketentuan dalam mengenai maka dapat perjanjian disimpulkan yang habis dipakai. Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Dari pemaparan di atas Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar sudah jelas bahwa pihak kreditur Pokok Agraria, disebutkan bahwa bisa sudah debitur jaminan disediakan yang lembaga kuat jika tegas terhadap pihak debitur dapat wanprestasi, sebab ketentuan seperti dibebankan pada hak atas tanah, yaitu ini sudah tertuang dalam Pasal 1131 Hak Tanggungan sebagai pengganti dan 1132 Kitab Undang-Undang lembaga hypoyheek dan creditverband Hukum Perdata yang berbunyi : (Undang-Undang Agraria, 2003 : 74). “Segala Lembaga Tanggungan Jaminan ini seksistensinya dan hak mengambil telah melalui Hak kebendaan (debitur) baik si berutang yang bergerak diakui maupun tidak bergerak, baik yang Undang- sudah ada maupun yang akan ada Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang dikemudian hari menjadi Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta tanggungan segala perikatan Benda-Benda yang Berkaitan dengan perseorangan” Tanah dan menjadikan kepentingan Tjikrosudibio, 2008 : 291). debitur maupun kreditur mendapatkan ( Subekti Perlindungan hukum perlindungan hukum dari pemerintah. terhadap Tujuan dalam Undang-Undang Nomor 4 utama diundangkannya Undang-Undang Hak Tanggungan ini, Tahun kreditur dan 1996 juga tentang terdapat Hak Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA Tanggungan Atas Tanah beserta karya yang telah ada atau aka nada benda-benda yang berkaitan dengan yang merupakan satu kesatuan dengan tanah dan menjadikan kepentingan tanah tersebut, dan yang merupakan debitur maupun kreditur mendapat milik pemegang hak atas tanah yang perlindungan pembebanannya hukum pemerintah. dari Tujuan dengan tegas utama dinyatakan di dalam Akta Pemberian diundangkannya undang-undang hak Hak Tanggungan yang bersangkutan. tanggungan ini khususnya memberi Apabila bangunan, tanaman, dan hasil lindungan pihak karya sebagaimana dimaksud pada kreditur apabila pihak pihak debitur ayat (4) tidak dimiliki oleh pemegang melawan hak atas tanah, pembebanan Hak hukum hukum bagi berupa wanprestasi. 2. Undang-Undang Tanggungan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tersebut atas hanya benda-benda dapat dilakukan dengan penandatanganan serta pada Berdasarkan Undang-Undang Akta Pemberian Hak Tanggungan Hak Tanggungan, obyek yang dapat yang bersangkutan oleh pemiliknya dibebani dengan Hak Tanggungan atau yang diberi kuasa untuk itu adalah hak-hak atas tanah beserta olehnya dengan akta otentik. benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Suatu obyek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak atas tanah yang dapat Hak Tanggungan guna menjamin dibebani Hak Tanggungan adalah: pelunasan lebih dari satu utang. a. Hak Milik; Apabila suatu obyek Hak Tanggungan b. Hak Guna Usaha; dibebani dengan lebih dari satu Hak c. Hak Guna Bangunan. Tanggungan, peringkat masing- Selain hak-hak atas tanah masing Hak Tanggungan ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menurut tanggal pendaftarannya pada Hak Pakai atas tanah Negara yang Kantor Pertanahan. Peringkat Hak menurut ketentuan yang berlaku wajib Tanggungan didaftar dan menurut sifatnya dapat tanggal dipindahtangankan dapat juga di- menurut tanggal pembuatan Akta bebani Hak Tanggungan. Pemberian Hak Tanggungan yang Hak tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah yang yang didaftar sama pada ditentukan bersangkutan ( www.dot.com.id. No. 42, 18 Maret 2011) berikut bangunan, tanaman, dan hasil Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA Dalam Hak Tanggungan juga terdapat subjek hukum yang menjadi yang berpiutang (Adrian Sutedi, 2010 : 54). Hak Tanggungan yang terkait dengan Sesuai dengan sifat accessoir perjanjian pemberi Hak Tanggungan. dari Hak Tanggungan, adanya Hak Di Hak Tanggungan tergantung pada adanya Tanggungan ada dua pihak yang piutang yang dijamin pelunasannya. megikatkan diri yaitu sebagai berikut: Apabila piutang itu hapus karena 1. Pemberi Hak Tanggungan yaitu pelunasan dalam suatu perjanjian atau sebab-sebab lain, orang atau pihak yang menjamin dengan sendirinya Hak Tanggungan objek Hak Tanggungan. yang bersangkutan menjadi hapus 2. Pemegang Hak Tanggungan yaitu juga. orang atau pihak yang menerima Selain itu, pemegang Hak Hak Tanggungan sebagai jaminan Tanggungan dapat melepaskan Hak dari piutang yang diberikannya. Tanggungannya dan hak atas tanah Undang-Undang Tanggungan memuat Hak ketentuan dapat hapus yang mengakibatkan hapusnya Hak Tanggungan. mengenai subyek Hak Tanggungan Hak atas tanah dapat hapus dalam Pasal 8 dan Pasal 9 yaitu antara sebagai berikut: sebagaimana disebut dalam Pasal 27, Pemberi Hak Tanggungan lain karena hal-hal Pasal 34, dan Pasal 40 Undang- adalah orang perseorangan atau badan Undang Nomor 5 Tahun hukum yang mempunyai kewenangan tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok untuk melakukan perbuatan hukum Agraria atau peraturan perundang- terhadap obyek Hak Tanggungan undangan lainnya. Dalam hal Hak yang Kewenangan Guna Usaha Bangunan, atau Hak untuk melakukan perbuatan hukum Pakai yang dijadikan obyek Hak terhadap obyek Hak Tanggungan Tanggungan berakhir jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlakunya dan harus berdasarkan permohonan bersangkutan. ada pada pemberi Hak 1960 diperpanjang yang Tanggungan pada saat pendaftaran diajukan sebelum berakhirnya jangka Hak dilakukan. waktu tersebut, Hak Tanggungan Pemegang Hak Tanggungan adalah dimaksud tetap melekat pada hak atas orang perseorangan atau badan hukum tanah yang berkedudukan sebagai pihak (www.dot.com.id. No. 42, 18 Maret Tanggungan yang bersangkutan 2011). Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA Wanprestasi merupakan peradilan tingkat pertama, b) perlawan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan Tinggi selaku peradilan pihak debitur kepada kreditur ketika tingkat banding, dan c) Mahkamah adanya suatu perjanjian jangka kredit. Agung. Pihak debitur lalai memenuhi Menurut Pasal 20 bahwa atas perjanjian, tidak menyerahkan atau kesepakatan pemberi dan pemegang membayar yang Hak Tanggungan dapat dilaksanakan ditentukan atau tidak berbuat sesuai di bawah tangan jika dengan demikian yang itu akan diperoleh harga tertinggi dalam dijanjikan waktu dalam tenggang waktu yang ditentukan. Debitur yang menguntungkan semua pihak. yang berusaha Pelaksanaan penjualan sebagaimana mengelak pengembalian kredit atau dimaksud pada ayat (2) hanya dapat lalai dalam perjanjian pengembalian dilakukan setelah lewat waktu 1 bulan kredit atau berusaha menghambat sejak diberitahukan secara tertulis pengembalian telah oleh pemberi dan atau pemegang Hak diterimanya melalui upaya hukum Tanggungan kepada pihak-pihak yang biasa atau upaya hukum luar biasa. Ini berkepentingan diumumkan sedikit- ulah debitur yang tidak bertanggung dikitnya dalam 2 surat kabar yang jawab kreditur beredar di daerah yang bersangkutan mengambil tindakan berupa sanksi dan atau media masa setempat, serta yang ditujukan kepada pihak debitur, tidak ada pihak yang menyatakan baik sanksi ringan seperti mengambil keberatan. kredit sehingga yang pihak jaminan dari debitur atau memberikan Setiap sanksi tegas jika pihak debitur masih melaksanakan tetap belum bisa melunasi utangnya. Tanggungan janji untuk eksekusi dengan cara Hak yang Upaya yang ditempuh pihak bertentangan dengan ketentuan pada kreditur adalah dengan mengajukan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) demi ke pengadilan negeri atas dasar hukum. Sampai saat pengumuman wanprestasi. Hanya untuk lelang dikeluarkan, penjualan penyelesaian perkara saja proses perdata di sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengadilan negeri sampai adanya dapat dihindarkan dengan pelunasan putusan pengadilan yang tetap dan hutang yang dijamin dengan Hak pasti (in tracht van Sewisjde) biasanya Tanggungan itu berserta biaya-biaya melalui 3 (tiga) tingkatan peradilan, eksekusi yang telah dikeluarkan. yaitu: a) Pengadilan Negeri selaku Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA Apabila debitur cedera janji, obyek Hak Tanggungan dijual melalui yang dalam perundang-undangan dan pemegang berhak mengambil sebagian dari sisanya Apabila perjanjian kredit peraturan tersebut telah dipenuhi seluruhnya berlaku dengan sebaik-baiknya atau dengan Tanggungan kata lain debitur telah melunasi yang Hak ada dikembalikan kepada debitur. pelelangan umum menurut cara yang ditentukan apabila seluruh hasilnya atau pinjaman pokok beserta bunga, untuk provisi dan ongkos-ongkos lainnya, pelunasan piutangnya, dengan hak maka perjanjian jaminana tersebut mendahului dengan dari pada kreditur- kreditur yang lain. Ini yang disebut tentang melunasi pinjamannya pada saat jatuh eksekusi, maka perlu dijelaskan lebih tempo dahulu menegur eksekusi hubungannya tidak Akan tetapi, bila debitur lalai berbicara bahwa menjadi berlaku lagi. eksekusi Hak Tanggungan. Jika sendirinya kreditur/bank debitur agar telah supaya Hak selekasnya melunasi pinjamannya dan Tanggungan tidaklah termasuk dalam apabila peneguran tersebut dengan pengertian meminta bantua Pengadilan Negeri, apa dengan dalam dan yang dinamakan eksekusi riil. Dan kalaupun kita maka teguran demikian berbicara tentang eksekusi riil, maka sommatie atau somasi. disebut sebenarnya eksekusi riil yang dikenal Kalau debitur telah menerima dalam H.I.R hanyalah “eksekusi riil teguran kemudian membayar lunas setelah pinjamannya, adanya pelelangan”. maka eksekusi Sedangkan pengertian eksekusi riil jaminannya tidak diperlukan lagi, dalam artian yang sebenarnya kita sebaliknya ambil oper dari system Rv, yang ditegur, debitur tetap tidak mau menurut membayar Yurisprudensi bilamana perlu masih bisa digunakan. dengan Hak Tanggungan bukanlah eksekusi riil, akan tetapi berarti penjualan dengan cara lelang obyek Hak Tanggungan yang kemudian hasil dibayarkan walaupun pinjamannya, sudah mulailah kreditur atau bank mulai berusaha Eksekusi dalam hubungannya perolehannya jika untuk mengeksekusi jaminan kredit tersebut. 1. Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Hak Tanggungan Sertifikat Hak Tanggungan kepada sebagai tanda bukti adanya Hak kreditru pemegang Hak Tanggungan, Tanggungan memuat aturan-aturan Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA dengan kata-kata “Demi Keadilan dalam sertifikat Hak Tanggungan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha yang merupakan title eksekutorial Esa”. Sertifikat Hak Tanggungan yang sama kekuatannya dengan mempunyai eksekutorial Putusan Pengadilan yang sudah yang sama dengan putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap, yang telah memperoleh kekuatan kreditur hukum tetap dan berlaku sebagai eksekusi Hak Tanggungan. kekuatan pengganti Grosse Acte Hypotheek dapat melaksanakan Sebagaimana dijelaskan sepanjang mengenai hak atas tanah. dalam Penjelasan Umum angka 9, Aturan-aturan yang dicantumkan pada ketentuan peralihan dalam Pasal ini sertifikat Tanggungan memberikan menegaskan selama masa peralihan tersebut, adanya kekuatan eksekutorial pada ketentuan hukum acara di atas sertifikat Hak Tanggungan, sehingga berlaku apabila debitur cedera janji, siap Tanggungan, untuk dieksekusi seperti halnya suatu sertifikat Hak Tanggungan sebagai putusan dasar pelaksanaannya. Hak dimaksudkan untuk pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Salah satu terhadap bahwa eksekusi dengan Hak penyerahan Di samping melalui 2 cara di Hak atas, eksekusi Hak Tanggungan Tanggungan adalah mudah dan pasti dimungkinkan pula untuk dilakukan dalam pelaksanaan eksekusinya, jika melalui penjualan di bawah tangan, pada suatu saat debitur cedera janji. sepanjang hal tersebut disepakati Dalam pasal 20 Undang-Undang oleh pemegang dan pemberi Hak Hak Tanggungan ditetapkan bahwa Tanggungan dengan memenuhi apabila debitur cedera janji, maka syarat-syarat tertentu. Penegasan berdasarkan hak yang ada pada bahwa Sertifikat Hak Tanggungan pemegang Hak Tanggungan, yaitu: adalah sebagai pengganti Grosse Pertama, ciri ketegasan, janji untuk Acte Hypotheek, dimaksudkan untuk menjual objek Hak Tanggungan atas menyamakan kekuasaan salah satu dokumen yang harus sendiri, melalui persepsi untuk terhadap pelelangan umum tanpa memerlukan diserahkan persetujuan lagi dari pemberi Hak eksekusi Hak Tanggungan, yang Tanggungan (penjelasan Pasal 6 sebelumnya Undang-Undang Hak Tanggungan) perbedaan pendapat dan persepsi sering pelaksanaan menimbulkan dan aturan-aturan yang tercantum Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA mengenai tata cara eksekusi Hak dan Tanggungan. langsung meminta pengadilan agar Hak Tanggungan memang biaya mahal. Bank dapat kepada mengeksekusi dirancang sebagai hak jaminan yang barang jaminan untuk selanjutnya kuat, dengan ciri khas eksekusi dijual “mudah dan pasti”. Akan tetapi, permintaan eksekusi barang jaminan praktiknya tidak demikian. Beberapa oleh bank adalah sertifikat hak ketentuan UUHT tidak tegas, tidak tanggungan itu mempunyai kekuatan lengkap, serta tidak memperhatikan eksekutorial, sehingga disamakan konfigurasi peraturan dalam sistim dengan hukum berkekuatan hukum tetap. yang berlaku (termasuk lelang. Sebagai putusan dasar hakim yang tentang banyaknya upaya hukum Pengalihan eksekutorial dari yang bisa disalahgunakan untuk grose akta hipotik ke sertifikat menangguhkan hipotik lelang eksekusi lalu ke sertifikat Hak objek Hak Tanggungan), sehingga Tanggungan justru memicu ketidakpastian. Untuk penyimpangan terhadap Pasal 224 membatasi hambatan tersebut, HIR diperlukan adanya tambahan Khoidin membenarkan pendapat yang tersebut. Menurutnya, kendati ketentuan, terutama merupakan yang bersifat menegaskan bahwa lelang objek pengalihan Hak berdasarkan dengan undang-undang juga kurang parate eksekusi dilaksanakan tanpa tepat, karena UU No. 4 Tahun 1996 fiat merupakan hukum materiil bukan Tanggungan pengadilan. Adapun yang dilaksanakan berdasarkan title hukum eksekutorial Sertifikat Hak mengatur tersebut memaksa. formil. hak dikukuhkan Hukum dan materiil kewajiban, Tanggungan sama sekali tidak boleh sedangkan hukum formil bersifat ditangguhkan kecuali terdapat unsur imperative yang mengatur tata cara pidana. melaksanakan hukum materiil. Apabila suatu kredit diikat Menurut Pasal 224 HIR dengan Hak Tanggungan, makajika suatu grose dari akta hipotik dan debitur (nasabah) ingkar janji, tanah surat utang yang dibuat di hadapan yang dapat notaris di Indonesia, di mana pada dieksekusi secara paksa. Bank tidak kepalanya memakai kalimat Demi perlu berperkara ke pangadilan yang Keadilan Berdasarkan Ketuhanan memakan waktu lama, tenaga besar, Yang dijadikan agunan Maha Esa mempunyai Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA kekuatan yang sama dengan putusan Tanggungan, hakim. Pengaturan eksekusi grose pemegang HAk tanggungan akibat akta dalam Pasal 224 HIR tersebut jatuh dimaksudkan untuk memperlancar Tanggungan selanjutnya diatur oleh kegiatan di bidang ekonomi, yaitu UU Nomor 4 Tahun 1998 tentang agar Kepailitan pelaku menyelesaikan usaha dapat sengketa utang- piutang dan kredit macet secara maka pailitnya kedudukan pemberi (sebagaimana Hak diganti dengan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU). cepat dan tepat. Dalam Pasal 56A UU Di samping itu, Pasal 224 Kepailitan tersebut dinyatakan hak HIR juga bertujuan mengurangi preferen dari kreditor pemegang beban hakim dalam menyelesaikan Hak sengketa utang-piutang, karena tidak mengeksekusi perlu memeriksa perkara melalui ditangguhkan pelaksanaannya untuk persidangan, dapat jangka waktu paling lama 90 hari mereduksi penumpukan perkara di terhitung sejak tanggal putusan pailit lembaga peradilan. Kongesti perkara ditetapkan. Meskipun ditangguhkan yang mengakibatkan inefisiensi dan eksekusinya, hak atas tanah tersebut ekonomi biaya tinggi sangat tidak tidak boleh dipindah tangankan oleh disukai oleh pelaku usaha yang curator. Harta pailit yang dapat mengedepankan prinsip efektif dan digunakan atau dijual oleh curator efisien dengan menekan serendah terbatas mungkin ongkos produski. persediaan (inventory) sehingga 2. Hak Tanggungan Dinyatakan Pailit Telah diatur dalamPasal 21 Tanggungan hak hanya harta UUHT yang menyatakan bahwa dibebani dengan apabila pemberi Hak Tanggungan kebendaan. dinyatakan pailit, pemegang Hak melakukan diperolehnya tetap segala menurut berwenang hak yang ketentuan undang-undang ini. Berkaitan pada tanah barang dan atau asset) pailit tersebut hak agunan Sebagaimana diketahui bahwa Hak Tanggungan bertujuan untuk menjamin diberikan Tanggungan utang pemegang kepada yang Hak debitur. posisi Apabila debitur cedera janji, tanah Tanggungan (hak atas tanah) yang dibebani terhadap pailitnya pemberi Hak dengan Hak Tanggungan itu berhak pemegang Hak dengan atas barang bergerak (current meskipun Tanggungan untuk Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA dijual oleh pemegang Hak penjualan itu lebih besar daripada Tanggungan tanpa persetujuan dari piutang pemberi dan tingginya sebesar nilai tanggungan, Pemberi Hak Tanggungan tidak sisanya menjadi hak pemberi Hak dapat menyatakan keberatan atas Tanggungan. Hak Tanggungan penjualan tersebut. Untuk tersebut Yang menjaga jangan tanggal yang setinggi- dimaksud dengan pemberitahuan tertulis sampai penjualan tersebut tidak fair, adalah maka penjualan atas hak yang tercatat, tanggal penerimaan melalui dijadikan jaminan Hak Tanggungan kurir, tersebut dilakukan secara lelang. Hal facsimile. Apabila ada perbedaan ini sesuai ketentuan Pasal 20 ayat antara tanggal peberitahuan dan (1) tanggal yang pada prinsipnya tanggal atau pengiriman tanggal pos pengiriman pengumuman yang menyatakan: objek Hak Tanggungan dimaksud pada ayat ini, jangka dijual melalui pelelangan umum waktu satu bulan dihitung sejak menurut tata cara yang ditentukan tanggal paling akhir diantara kedua dalam tanggal tersebut. peraturan perundang- undangan untuk pelunasan piutang Untuk menghindarkan pemegang Hak Tanggungan dengan pelelangan objek Hak Tanggungan, hak mendahului dari pada kreditur- pelunasan utang dapat dilakukan kreditur lainnya. sebelum saat pengumuman lelang Undang-undang tentang Hak Tanggungan atas tanah dikeluarkan. beserta Katentuan dalam Pasal 14 benda-benda yang berkaitan dengan yang tanah diantaranya: bahwa grosse acte hypotheek yang Pada prinsipnya setiap harus diperhatikan adalah berfungsi sebagai surat tanda bukti eksekusi harus dilaksanakan dengan adanya melalui pelelangan umum, karena Tanggungan adalah sertifikat Hak dengan cara ini diharapkan dapat Tanggungan. diperoleh harga yang paling tinggi untuk Adapun yang dimaksud berhak mengambil undangan yang belum ada, adalah pelunasan piutang yang dijamin dari peraturan perundang-undangan yang hasil Hak mengatur secara khusus eksekusi Tanggungan. Dalam hal ini hasil Hak Tanggungan, sebagai pengganti objek peraturan Hak Tanggungan. penjualan dengan dalam Hak Kreditor objek hypotheek, perundang- Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA ketentuan khusus mengenai eksekusi ketentuan hypotheek atas tanah yang disebut di Reglement di atas. atas. pasal-pasal Agar Sebagaimana dijelaskan ada kedua kesatuan pengertian dan kepastian mengenai dalam Penjelasan Umum angka 9, penggunaan ketentuan peralihan dalam pasal ini tersebut, ditegaskan lebih lanjut memberikan dalam Undang-Undang ini, bahwa ketegasan, bahwa ketentuan-ketentuan selama masa peralihan tersebut, selama ketentuan hukum acara di atas perundang-undangan berlaku Hak mengaturnya, peraturan mengenai penyerahan eksekusi Hypotheek yang diatur sertifikat Hak Tanggungan sebagai dalam kedua Reglement tersebut, dasar pelaksanaannya. berlaku terhadap Tanggungan, Salah Tanggungan eksekusi dengan satu yang ciri kuat Hak adalah belum terhadap Tanggungan ( menyimpulkan janji. perlindungan umum yang eksekusi Hak Undang-Undang Analisis eksekusinya, jika debitor cidera secara peraturan Agraria : 106). mudah dan pasti dalam pelaksanaan Walaupun ada saya dapat bahwa bentuk hukum terhadap ketentuan tentang eksekusi telah kreditur ketika debitur wanprestasi diatur dalam Hukum Acara Perdata sudah yang berlaku, dipandang perlu untuk Perundang-Undangan memasukkan Tahun secara khusus ada dalam 1996 Peraturan Nomor Tentang 4 Hak ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan. Hal ini, saya sebagai Tanggungan dalam Undang-Undang penulis skripsi ini sangat menyetujui ini, yaitu yang mengatur lembaga dengan parate sebagaimaan tersebut karena dengan demikian Pasal pihak executie dimaksud dalam 224 Reglement Indonesia. sebagai tersebut pengganti kreditur Undang-Undang akan merasa terlindungi karena sudah mendapat Selain itu sertifikat Hak Tanggungan adanya dinyatakan grosse acte perlindungan hukum apabila debitur melakukan hukum perbuatan berupa melawan wanprestasi. Hypotheek, yang untuk eksekusi Peraturan ini juga dikuatkan dengan hypotheek atas tanah ditetapkan Kitab sebagai syarat dalam melaksanakan Perdata bahwa pihak kreditur bisa Undang-Undang Hukum mengambil tegas terhadap debitur Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA jika pihak debitur wanprestasi 1. Apabila pihak debitur seperti yang terdapat dalam Pasal bertanggung 1131 dan 1132. kreditur bisa mengambil tindakan Sanksi yang jawab, maka tidak pihak diberikan berupa sanksi yang ditujukan kepada kreditur ketika debitur wanprestasi pihak debitur, baik sanksi ringan ini juga sangat baik dilakukan seperti karena dengan demikian orang yang debitur atau memberikan sanksi tegas melakukan pinjam jika pihak debitur masih tetap belum meminjam uang yaitu antara pihak bisa melunasi hutangnya. Hal ini juga debitur dan kreditur akan diatur oleh terdapat dalam ketentuan pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan. ayat Maksudnya Tanggungan. transaksi debitur akan lebih mengambil (1) jaminan Undang-Undang dari Hak berhati-hati untuk tidak lalai dengan perjanjiannya tidak ada tersebut istilah sehingga melakukan perlawanan hukum ketika adanya DAFTAR PUSTAKA suatu perjanjian kredit. C. PENUTUP Dari seluruh uraian yang dibahas paba bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perlindungan hukum terhadap kreditur terdapat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda dengan tanah yang dan berkaitan menjadikan kepentingan debitur maupun kreditur mendapat perlindungan pemerintah. Tujuan hukum dari utama diundangkannya Undang-Undang Hak Tanggungan ini khususnya memberi perlindungan hukum bagi pihak kreditur apabila pihak debitur melawan hukum berupa wanprestasi. Hermansyah, SH., M.Hum., 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana Predana Media Group. Kasmir, SE., MM., 2005, Pemasaran Bank, Jakarta : Kencana. R. Subekti, Prof., SH., dan R. Tjikrosudibio, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT. Prodnya Paramita. Sinar Grafika, 2003, Undang-Undang Agraria, Redaksi Sinar Grafika. Sutedi Adrian, SH., MH., 2010, Hukum Hak Tanggungan, Jakarta : Sinar Grafika. Supriadi, SH., M.Hum., 2010, Hukum Agraria, Jakarta : Sinar Grafika. Usman Rachmadi, SH., 2003, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan. Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014