BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Serviks 1. Definisi Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidaknormalan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Namun, sel yang abnormal (sel kanker) akan membelah terus meski pun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas (Soebachman, 2011). Kanker serviks adalah salah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak di daerah serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim (Imam, 2010). Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim, suatu daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina) (Eros, 2010). Nama lain kanker serviks adalah kanker leher rahim, kanker ini termasuk dalam kategori kanker yang ganas. Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya (Bertiani, 2009). 9 10 2. Stadium Tabel 2.1 Pembagian stadium klinik menurut The International Federation Of Gynecology And Obstetrics (FIGO) Stadium FIGO 0 I IA IAI IA2 IB IBI IB2 II IIA IIB III IIIA IIIB IVA IVB Kategori Tumor primer tidak bias digambarkan Tidak ada bukti adanya Tumor primer Karsinoma In Situ (preinvasive carcinoma) Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri Karsinoma mikroinvasif Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 3 mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm Kedalaman invasi stroma lebih dari 3 mm dan tidak lebih dari 5 mm dan perluasan horizontal 7 mm atau kurang Secara klinis sudh diduga adanya tumor mikroskopik lebih dari IA2 atau TIa2 Secara klinis lesi berukuran 4 cm atau kurang pada dimensi terbesar Secara klinis lesi berukuran lebih dari 4 cm pada dimensi terbesar Tumor menyebar keluar dari serviks, tetapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina Tanpa invasi paremetrium Dengan invasi parametrium Tumor menyebar ke dingding panggul dan/atau sepertiga bawah vagina yang menyebabkan hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal Tumor menyebar sepertiga bawah vagina tetapi tidak sampai ke dingding panggul Tumor menyebar ke dingding panggul menyebabkan penurunan fungsi ginjal Tumor menginvasi mukosa buli-buli atau rectum keluar panggul Metastase jauh TNM TX TO Tis TI Tia TIaI TIa2 TIb TIbI TIb2 T2 T2a T2b T3 T3a T3b T4 MI (Rasjidi, 2009) 3. Teori Perilaku Kesehatan a. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai 11 pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi. b. Faktor pemungkin (enabling factor). Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya. c. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, faktor menguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga Sedangkan beberapa teori tentang perilaku lainnya, antara lain dikemukan oleh : a. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010). b. Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, keperibadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu (Azwar, 2010). 12 Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008), ditentukan oleh konsep resiko, penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya resiko atau penyakit secara umum, bila seseorang mengetahui ada resiko terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari resiko. Menurut Judge dan Bono ( 2001), teori perubahan perilaku self efficacy yang menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga perilaku seseorang dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan sebuah budaya masyarakat. Teori perubahan perilaku ini biasa digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat khususnya kesehatan dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mempunyai peran penting dan mempunyai suritauladan khususnya dibidang kesehatan. Pendekatan perubahan perilaku masyarakat didasarkan pada tokoh masyarakat sekitar yang mempunyai pengaruh lebih atau suritauladan dalam perilaku hidup sehat. 4. Faktor-faktor Resiko Penyebab dari terjadinya kelainan pada sel-sel leher rahim tersebut tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks tersebut yaitu: a. Faktor sosio demografis 1) Usia Menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan Neoplasia Intraepitel Serviks NIS akan berkembang dengan bertambahnya usia. Sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit, sedangkan kanker infiltrasi meningkat dua kali. Mnurut Herbeck GM (1977) melaporkan bahwa NIS lebih cenderung pada usia kurang dari 30 tahun. Kanker serviks terjadi paling sering pada wanita-wanita berumur dari 40 tahun, tapi tidak menutup kemungkinan pada usia produktif wanita yakni 35-40 tahun (Anditha, 2010). 13 2) Status sosial ekonomi Wanita di kelas sosial ekonomi yang paling rendah memiliki faktor resiko lima kali lebih besar daripada faktor resiko dikelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dengan akses ke sistem pelayanan kesehatan (Rasjidi, 2009). Wanita-wanita yang mempunyai penghasilan rendah berada pada tingkat risiko kanker serviks yang lebih tinggi, karena mereka tidak mempunyai akses pada perawatan kesehatan yang memadai, seperti test pap smear secara rutin (Agustina, 2011). b. Faktor Lifestyle 1) Usia pertama sekali melakukan hubungan seks Berbeda dengan keyakinan selama ini, dalam studi yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer terhadap 20.000 wanita diketahui tingginya angka kanker serviks (leher rahim) tidak berhubungan dengan tingginya jumlah Human Papilloma Virus (HPV). Resiko kanker justru meningkat dua kali lipat pada wanita dari keluarga miskin yang melakukan hubungan seks pada usia sangat muda. Demikian menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam the British Journal of Cancer (Fredy, 2009). Menurut Laila Nuranna salah satu penyebab kanker serviks adalah kawin di usia muda, terutama di bawah 17 tahun. Semakin muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus HPV. HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual (Rasjidi, 2007). 14 Virus ini menular terutama melalui hubungan seks, termasuk anal sex, oral sex, dan hand sex. Sebagian besar di antaranya terinfeksi pada umur 15-30 tahun, yakni dalam kurun waktu empat tahun setelah melakukan hubungan seks yang pertama. Orang yang terinfeksi HPV genital biasanya tidak tahu dia terinfeksi, karena infeksi ini tidak menimbulkan gejala sama sekali (kecuali yang menimbulkan “jengger ayam”), dan sistem kekebalan tubuh segera menyerang supaya virus ini mati atau lemah sehingga tidak aktif (Rahayu, 2010). Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeski virus HPV. Sel abnormal ini lah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker serviks (Agustina, 2011). 2) Berganti-ganti pasangan seks Dari studi epidemiologi, kanker serviks skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku seksual, seperti berganti-ganti mitra seks dan usia saat melakukan hubungan seks yang pertama. Resiko akan meningkat apabila berhubungan dengan pria berisiko tinggi yang mengidap kondilomata akuminatum (Rasjidi, 2007). Wanita-wanita yang telah mempunyai banyak mitra-mitra sekusal mempunyai suatu resiko yang lebih tinggi dari rata-rata mengembangkan kanker serviks (Andhita, 2010). Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital. (Eros, 2010). 15 HPV adalah virus yang bersifat onkogenik. Bersifat onkogenik maksudnya sel-sel tersebut berpotensi menyebabkan kanker. Virus ini berisiko tinggi ditularkan pada wanita yang berganti-ganti pasangan seksual (Ayesha, 2011). 3) Paritas Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viabel. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 atau 4 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan. Studi-studi mengatakan bahwa melahirkan banyak anak dapat meningkatkan resiko kanker serviks diantara wanita-wanita dengan infeksi HPV (Anolis, 2011). Wanita yang memilik banyak anak atau wanita yang mejalani 3 atau lebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks (Soebachman, 2011). 4) Merokok Tembakau pada rokok juga mengandung bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker) baik dihisap sebagai rokok maupun sebagai sigaret yang dikunyah. Asap rokok sendiri menghasilakan polycylic aromatic hydrocarbons heterecylic amine yang sangat karsinogen (penyebab kanker) dan mutagen (penyebab mutasi). Bahan yang berasal dari tembakau yang diisap terdapat pada mucus serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Bahan-bahan tersebut juga 16 terbukti dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks (Rasjidi, 2010). Wanita yang merokok lebh besar kemungkinannya terkena kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak merokok. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa aliran darah keseluruh tubuh, yang berat keorgan-organ lain juga. Produk sampingan rokok sering kali ditemukan pada mukosa serviks dari pada wanita perokok, (Soebachman, 2011). Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun 2001. Menurut Joakam Dillner, M.D. Peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta racun lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. Cervical neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang (Farham, 2011). 5) Kebersihan Genital Menurut WHO, Indonesia mendapat peringkat pertama kanker serviks di dunia dan 62 persennya diakibatkan oleh penggunaan pembalut yang kurang berkualitas. Menurut penelitian terdapat sebanyak 107 bakteri per millimeter persegi dipermukaan di atas pembalut wanita biasa. Kondisi inilah yang menbuat pembalut biasa menjadi sumber sarang pertumbuhan bakteri merugikan, meski pembalut biasa hanya dipakai selama 2 jam (Eros, 2010). 17 Pencucian vagina (Douching) dengan obat-obatan antiseptik maupun deodorant. Kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina menyebabkan iritasi di leher rahim. Iritasi berlebihan dan terlalu sering, merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya menjadi kanker (Eros, 2010). 6) Penggunaan Kontrasepsi Oral Menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran untuk suatu waktu yang lama seperti 5 tahun atau lebih dapat meningkatkan resiko kanker serviks diantara wanita-wanita dengan infeksi HPV (Andhita, 2010). Riset menenukan bahwa resiko kanker serviks meningkatkan sejalan dengan makan lamanya durasi seorang wanita menggunakan pil kontrasepsi dan cenderung menurun pada saat penggunaan pil distop (Soebachman, 2011). B. Pap Smear 1. Pengertian Pap smear atau (tes Papanicalau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah sikat gigi kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal) (Yohanna dkk, 2011). Pemeriksaan tes pap smear adalah pengamatan sel-sel yang dieksfoliasi dari genatalia wanita. Tes pap smear telah terbukti dapat menurunkan kejadian kanker serviks dengan ditemukannya stadium prakanker, NIS dan segera ditangani (Ramli dkk, 2005). Pap smear merupakan metode tes pap smear yang umum yaitu menggunakan pengerik atau sikat utuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher 18 rahim. Kemudian sel-sel tersebut dianalisa di laboratorium. Tes ini dapat meyingkapi apakah ada infeksi, radang atau sel-sel abnormal (Yuliatin, 2011). 2. Indikasi Penampakan Pap Smear Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi ditemukannya penampakan pap smear yang abnormal adalah : a. Unsatisfactory pap smear Pada kasus ini pegawai lab tidak bisa melihat sel-sel leher rahim dengan detail sehingga gagal membuat laporan yang komprehensif. b. Infeksi atau inflamasi Jika ada infeksi atau inflamasi kadang-kadang pada pemeriksaan pap smear memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang ringan sifatnya. Kadang-kadang inflamasi dapat dideteksi melalui pemeriksaan pap smear, biarpun tidak merasakan keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkan (Yuliatin, 2011). 3. Manfaat Pap Smear Pemeriksaan pap smear berguna untuk menemukan sel-sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Youvella, 2010): a. Diagnosis dini keganasan Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi dan mungkin keganasan ovarium. b. Perawatan ikutan dari keganasan Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai. 19 c. Interpretasi hormonal wanita Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan dan menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda. d. Menentukan proses peradangan Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur. 4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear Menurut Ramli (2005) prosedur pemeriksaan pap smear adalah: a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda dan alkohol 95%. b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi. c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus dan kanalis servikalis. d. Periksa serviks apakah normal atau tidak. e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam. f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan. g. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit. h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi. 5. Hasil Bacaan Sitologi Pap smear Menurut Nugroho (2010) hasil bacaan sitologi pap smear adalah sebagai berikut: a. Kelas 1 : tidak tampak sel abnormal. b. Kelas 2 : adanya sel yang atipik tapi tidak ada tanda-tanda keganasan c. Kelas 3 : adanya sel-sel yang abnormal tapi tidak menyokong untuk 20 keganasan d. Kelas 4 : hasil sitologi cenderung menyokong suatu keganasan e. Kelas 5 : jelas ditemukan sel-sel yang menunjukkan keganasan 6. Sasaran Pap smear Kaum perempuan yang melakukan pap smear test adalah : a. Perempuan yang menikah di bawah 20 tahun b. Perempuan yang menikah dan berusia 30 tahun atau lebih c. Perempuan yang melahirkan lebih dari 3 kali d. Perempuan yang belum bisa menghentikan kebiasaan merokok termasuk jika pasangannya juga perokok (passive smoker) (Izza, 2009). C. Motivasi 1. Pengertian Motivasi berasal dari kata latin mover yang berarti dorongan atau menggerakkan. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai defenisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, kebutuhan, tujuan, sasaran dan dorongan. Menurut Bernard Berndoom dan Gary A.Stainer yang mengutip pendapat Soedarmayanti (2001) bahwa motivasi merupakan kondisi mental yang mendorong aktifitas dan member energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Selain itu menurut Terry (1997) bahwa motivasi yang berasal dari luar diri seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan organisasi, karena adanya rangsangan dari luar yang dapat berwujud benda maupun bukan benda. Motivasi merupakan kebutuhan konsumen yang tinggi untuk memperoleh kepuasan mendapatkan pelayanan kesehatan bila sakit. Karena mencari rasa aman untuk menyembuhkan penyakitnya seiring perkembangan pengetahuan mereka tentang mutu pelayanan kesehatan. Menurut Moorman dan Matulich 21 (1993) menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi kesehatan Preventive Health Behavior (PHB) yang positif (Shoham, 2012). Dalam Health Believe Model (HBM) yang menyatakan bahwa orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila kurang pengetahuan dan motivasi tentang kesehatan, bila dipandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin keberhasilan intervensi medis dan bila mereka memandang adanya kesulitan melaksanakan perilaku yang disarankan (Wijono, 2010). Menurut Robbin (2006) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Samsudin (2007) motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mau melaksanakan suatu yang telah ditetapkan. 2. Aspek - aspek Motivasi Menurut Walgito (2004) motivasi mengandung tiga aspek yaitu: a. Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri organism yang timbul karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan dan keadaan mental (berfikir dan ingatan). b. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut. c. Sasaran atau tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menurut Gray (dalam Winardi, 2002:12) motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seeorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri atas: 1. Persepsi individu mengenai diri sendiri. Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak. 22 2. Harga diri dan prestasi. Faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat, serta dapat mendorong individu untuk berprestasi. 3. Harapan. Adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subyektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku. 4. Kebutuhan. Manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya. Menurut Taufik (2007) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya ibu mau melakukan pap smear karena ibu tersebut sadar bahwa dengan melakukan pap smear maka akan mengetahui secara dini kelainan pada rahim ibu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu : a) Kebutuhan (need) seorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis, misalnya ibu melakukan pap smear karena mengetahui faktor resikonya 23 b) Harapan (expentancy) Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan. c) Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain) (Taufik, 2007) b. Faktor eksternal, yang berasal dari luar individu yang terdiri atas: 1) Jenis dan sifat pekerjaan, yaitu dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan obyek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekun. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimliki oleh obyek pekerjaan yang dimaksud. 2) Kelompok kerja dimana individu bergabung, yaitu kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu. Peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial 3) Situasi lingkungan pada umumnya, yaitu setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya. 4) Sistem imbalan yang diterima, yaitu imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari obyek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat 24 mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu obyek ke obyek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan. Perilaku dipandang sebagai suatu tujuan sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan. D. Kerangka Konsep Skema: 2.1 Kerangka Konsep Variabel Independen - Karakteristik PUS Usia Paritas Pendidikan Pengetahuan Variabel Dependen Pemeriksaan Pap Smear Dalam Mendeteksi Kanker Serviks Motivasi PUS E. Hipotesa Penelitian Ha : Adanya hubungan antara usia PUS dengan pemeriksaan pap smear dalam mendeteksi kanker serviks di Poli Onkologi RSUD.Dr. Pringadi Medan tahun 2014 Ha : Adanya hubungan antara paritas PUS dengan pemeriksaan pap smear dalam mendeteksi kanker serviks di Poli Onkologi RSUD.Dr. Pringadi Medan tahun 2014 Ha : Adanya hubungan antara pendidikan PUS dengan pemeriksaan pap smear dalam mendeteksi kanker serviks di Poli Onkologi RSUD.Dr. Pringadi Medan tahun 2014 25 Ha : Adanya hubungan antara pengetahuan PUS dengan pemeriksaan pap smear dalam mendeteksi kanker serviks di Poli Onkologi RSUD.Dr. Pringadi Medan tahun 2014 Ha : Adanya hubungan antara motivasi PUS dengan pemeriksaan pap smear dalam mendeteksi kanker serviks di Poli Onkologi RSUD.Dr. Pringadi Medan tahun 2014