BAB I PENDAHULUAN The Universal Declaration of Human Right yang diproklamirkan pada tahun 1948 adalah awal mula pengakuan terhadap hak asasi manusia Internasional. Keseriusan pemerintah di bidang HAM paling tidak bermula pada tahun 1997, yaitu semenjak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) didirikan setelah diselenggarakannya Lokakarya Nasional Hak Asasi Manusia pada tahun 1991 (Latif, 2007). Salah satu bagian dari Hak asasi mausia adalah hak atas kekayaan intelektual. Hal ini membuat pemerintah Indonesia Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Di dalam undangundang ini diatur hal-hal mengenai lingkup hak cipta, masa berlaku hak cipta, pendaftaran ciptaan, lisensi, dewan hak cipta, pengelolaan hak cipta, biaya dan penyelesaian sengketa. Meskipun Indonesia sudah memiliki Undang-Undang Hak Cipta, namun berdasarkan Data dari Bisnis Indonesia November lalu menyatakan bahwa nilai pembajakan musik di Indonesia pada 2010 mencapai Rp 4,5 triliun! Angka ini sama saja dengan nilai pada tahun lalu. Padahal, bisnis musik sendiri turun dari Rp 6,31 triliun pada 2009 menjadi Rp 6 triliun pada 2010 ini. Dari omset ini, musik digital menyumbang Rp 1, 81 triliun (2009) kemudian Rp 1,5 triliun (2010) (Trifelo, 2010). Maraknya pelanggaran terhadap hak cipta sebagian besar dikarenakan mudahnya akses melalui teknologi digital seperti akses internet. Banyaknya situs ilegal yang mempermudah pendownloadan musik membuat pelanggaran terhadap 1 hak cipta di Indonesia susah diberantas. Peran pemerintah untuk memberantas pembajakan musik melalui situs download ilegal, pemerintah mengerahkan menkominfo untuk memblokir situs-situs ilegal tersebut. Namun pada kenyataanya, sampai sekarang situs ilegal tersebut masih bisa diakses dengan leluasa. Padahal apabila ditelaah lebih jauh, tentu saja situs download ilegal ini menyalahi aturan di Undang-Undang Hak Cipta pasal 72 ayat 2 yang berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”. Berangkat dari banyaknya kasus pelanggaran terhadap hak cipta di Indonesia terutama pembajakan musik, film maupun hasil karya seni, penulis membuat sebuah makalah yang berjudul “Analisis Pelanggaran Hak Cipta melalui situs download ilegal di Indonesia” untuk memenuhi tugas Kewarganegaraan. 2 BAB II POKOK PERMASALAHAN Penjualan kaset yang berkisar 550 juta unit dan CD musik serta lagu di Indonesia pada 2008, penjualan produk asli tidak sampai 50 juta unit, sedangkan penjualan produk bajakan melampaui 100 juta unit. Menurut Ketua Umum DPP Pappri (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia) Dharma Oratmangun mengatakan bahwa sekitar 85% produk musik dan lagu yang dijual di Indonesia adalah karya bangsa Indonesia, Sebanyak 15% kaset dan CD yang dijual asli dan sisanya 85% adalah bajakan. Ironis bukan, pembajakan musik di Indonesia telah berlangsung dari tahun 1996. (Kompas Opini, 2009). Kepala Perwakilan Business Software Alliance (BSA) Indonesia Donny A. Sheyoputra mengatakan peredaran lagu-lagu ilegal dalam masyarakat hingga kini masih menjadi yang paling sulit diredam ketimbang film dan software. Menurut dia, tingkat pembajakan di industri musik mencapai lebih dari 95%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pembajakan software sebesar 87% yang menempatkan Indonesia di posisi ke-11 pembajakan tertinggi di dunia (Anonim, 2011) Kegiatan pembajakan lagu merupakan sebuah kejahatan yang besar, karena menurut pasal 3 ayat 2 dalam UU Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, dikatakan bahwa Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena : (a) Pewarisan (b) Hibah, (c) Wasiat (d) perjanjian tertulis (e) sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan peundang-undangan. 3 Pembajakan lagu dikatakan sebagai sebuah kejahatan besar karena pembajak telah mengambil hak-hak ahli waris dari keluarga si pencipta lagu dan penyanyi lagu, yang seharusnya selama pencipta tersebut masih hidup dia dapat memperoleh royalti dari lagu-laguya, dan 50 tahun setelah pencipta itu meninggal royalti dapat diwariskan kepada ahli warisnya, akibatnya dengan adanya pembajakan ini membuat hak ahli waris dicederai. Maka secara tidak langsung, pembajakan hak cipta khususnya musik turut menyengsarakan seniman musik dan ahli waris pemusik itu sendiri (Kompas Opini, 2009) Praktik pembajakan karya seni nampaknya semakin meluas. Kalangan musisi pun akhirnya mulai mendesak Kementrian Kominfo agar turut mengatasi masalah ini dengan memblokir akses situs penyedia fasilitas unduh musik secara ilegal. “Penutupan akses ke situs-situs download ilegal demi menghindari semakin terpuruknya industri digital yang berujung pada semakin terpuruknya nasib musisi,” kata musisi senior Sam Bimbo, di Jakarta, Selasa (14/06/11). Saat ini terdapat sekitar 70 situs download ilegal di mana filenya di sharing melalui 15 server besar indowebster.com, antara lain 4shared.com, duniaupload.com, ziddu.com, rapidshare.com, gudanglagu.com, fileserve.com, depositfiles.com (Kirara, 2011). Pembajakan lagu melalui situs download illegal menyalahi aturan UndangUndang Hak Cipta Pasal 72 ayat 2 seperti pada bab sebelumnya, selain itu juga bisa dikategorikan dalam Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan 4 yang berlaku” sedangkan untuk situs illegal sudah jelas bahwa pemilik situs ini tidak mendapatkan perintah langsung dari pemegang hak cipta mengenai pemasangan ciptaannya untuk didownload secara bebas. Oleh karena itu, pemilik situs download illegal bisa dijatuhi hukum pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sesuai dengan pasal 72 ayat 1. 5 BAB III PEMBAHASAN Banyaknya pembajakan musik di Indonesia sebagian besar karena mudahnya pengaksesan download di internet. Saat ini terdapat sekitar 70 situs download ilegal di mana filenya di sharing melalui 15 server besar antara lain 4shared.com, ziddu.com, rapidshare.com, indowebster.com, duniaupload.com, gudanglagu.com, fileserve.com, depositfiles.com (Kirara, 2009). Hanya dengan mengakses situs download di atas, masyarakat sudah mendapatkan file musik dalam konteks full version tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membeli hasil karya orang lain. Lemahnya pengawasan pemerintah terhadap adanya situs-situs ilegal ini membuat pembajak musik makin merajalela. Maraknya pembajakan lagu di Indonesia dewasa ini adalah karena semakin canggihnya teknologi digital. Dewasa ini dengan mudahnya kita mengkopi lagu-lagu mp3 dari internet walaupun terkadang ilegal. Salah seorang musisi ternama The Beattles Paul Mc Cartney mengatakan “Beruntung kami hidup di zaman ketika pembajakan lagu belum secanggih sekarang”, sehingga mereka bisa mendapatkan royalti yang seimbang sesuai dengan karya mereka di Indrustri rekaman (Kompas Opini, 2009). Pemerintah Indonesia khususnya Menkominfo harusnya memperhatikan keberadaan situs-situs download ilegal ini. Pemblokiran terhadap situs-situs ilegal dan pengadaan situs download legal perlu dilakukan. Dimana sesuai dengan pasal 73 ayat 1 yang berbunyi “Ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana Hak Cipta atau Hak Terkait serta alatalat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh 6 Negara untuk dimusnahkan” maka situs tersebut merupakan milik negara dan dapat dikembangkan menjadi situs download yang legal dimana masyarakat yang ingin memiliki lagu dapat membayar melalui situs tersebut. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat situs-situs ilegal menjadi legal dengan jalan membuat perjanjian tertulis mengenai royalti kepada pemilik hak cipta atas lagu yang terdapat dalam situs tersebut. Dimana hal ini secara otomatis akan membuat pendownload lagu membayar apabila ingin memiliki lagu. Pemilik situs tentu sudah mendapatkan keuntungan dari pemasang iklan di situsnya, oleh karena itu pemilik situs juga otomatis bisa memberikan royalti yang pantas kepada pemegang hak cipta yang ciptaannya di download oleh masyarakat. Dalam hal ini, legal atau tidaknya lagu-lagu yang disediakan pada situssitus di internet sangat tergantung pada pemegang hak cipta, di mana kadang kala mereka justru mencari popularitas melalui dunia maya tersebut, dan membiarkan terjadinya download illegal. “Intinya, jika si pemegang hak cipta merestui, ya tidak apa-apa. Tetapi, jika mereka tidak rela karena merasa dirugikan, maka aktivitas download tersebut menjadi illegal dan melanggar hukum,” terang Donny A. Sheyoputra, Kepala Perwakilan Business Software Alliance (BSA) Indonesia (Anonim, 2011). Melihat dari segi promosi bagi pemegang hak cipta, sarana internet adalah sarana yang sangat efektif belakangan ini, oleh karena itu perlu adanya situs untuk mempromosikan hasil ciptaan mereka dengan cara memberikan sampel. Contohnya saat seseorang menciptakan lagu, maka situs tersebut dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendownload bagian reff lagu tersebut, sehingga promosi tetap bisa berjalan tanpa merugikan pemegang hak cipta. 7 Indonesia bisa meniru cara promosi lagu di luar negeri yaitu dengan cara memberikan sampel lagu di situs tertentu. Sehingga pemegang hak cipta tetap bisa mempromosikan ciptaannya. Kemudian apabila ada masyarakat yang ingin memiliki lagu tersebut, mereka bisa mendownload melalui situs yang legal, atau membayar lagu yang mereka inginkan. Lagu yang dimaksud di sini secara eceran bukan merupakan kesatuan dalam satu album. Jadi masyarakat dapat menikmati lahu secara murah daripada membeli satu album seperti yang tersedia di toko-toko penjualan kaset. Tak hanya peran pemerintah yang diperlukan untuk memberantas pembajakan lagu di Indonesia akibat situs ilegal di dunia maya, dari kalangan pemegang hak ciptapun diperlukan pemahaman mengenai kerugian yang akan didapat apabila mereka diam saja terhadap aksi pembajakan lagu di dunia maya. Sebagai pemegang hak cipta tentu saja mereka dapat menggugat pembuat situs download ilegal tersebut. Seperti yang dilakukan oleh musisi senior Sam Bimbo yang mendesak Menkeminfo untuk memblokir situs download ilegal. Yang dilakukan Sam Bimbo ini membuktikan bahwa kalangan musisi tidak suka apabila ciptaannya tidak diberi penghargaan yang pantas. Hal ini yang seharusnya dimiliki oleh semua musisi yang telah memiliki hak cipta sehingga UndangUndang Hak Cipta bisa ditegakkan. Pemegang hak cipta adalah satu-satunya orang (apabila belum meninggal) yang bisa menggugat apabila ciptaannya disebarluaskan kepada orang banyak untuk keperluan komersiil seperti yang dilakukan pemilik situs download ilegal dimana mereka mendapatkan uang dari pemasangan iklan di situs mereka. Namun, pemilik hak cipta yang ciptaannya bisa didownload seenaknya tidak 8 mendapatkan royalti yang pantas. Apabila pemegang hak cipta terus mendesak pemerintah khusunya Menkominfo terkait kasus pembajakan lagu melalui situs download ilegal, pastinya hukum di Indonesia tidak bisa diam saja karena terdapat seseorang yang merasa bahwa haknya tidak terpenuhi. Selain dari pemerintah dan pemegang hak cipta, masyarakat penikmat musikpun perlu disadarkan mengenai pentingnya kepatuhan terhadap UndangUndang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002 agar mereka tidak mendownload seenaknya saja di situs download ilegal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengadaan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat bahwa download secara ilegal adalah menyalahi aturan. Download secara ilegal tentu saja meugikan pihak pemegang hak cipta yang sudah membuat karya tanpa adanya penghargaan ataupun royalti dari masyarakat. Bagaimana sebuah aturan akan berlaku apabila tidak ada masyarakat yang mematuhi peraturan tersebut? Oleh karena itu, kesadaran bagi masyarakat adalah hal yang penting. 9 BAB IV KESIMPULAN Pembajakan lagu di Indonesia dikarenakan banyaknya situs download ilegal yang memungkinkan masyarakat mendownload tanpa memberikan royalti yang layak bagi pemegang hak cipta. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan Undang-Undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, ole karena itu penulis memberikan saran: Bagi Pemerintah Indonesia: a. Memblokir situs download ilegal b. Mengadakan perjanjian dengan pembuat situs download ilegal tersebut mengenai pemberian royalti kepada pemegang hak cipta yang ciptaannya dimuat di situsnya. c. Memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat bahwa download tanpa memberikan royalti kepada pemegang hak cipta adalah menyalahi aturan. Bagi pemegang hak cipta: a. Menggugat siapa saja yang membajak hasil ciptaannya yang telah memiliki hak cipta sehingga peraturan di Indonesia khususnya mengenai hak cipta ditaati. Bagi masyarakat: a. Tidak mendownload lagu ataupun hasil karya orang lain di situs download ilegal karena merugikan pemegang hak cipta dan negara. 10 DAFTAR PUSTAKA Produk Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Internet Anonim. 2011. Pembajakan Musik Lewat Internet lebih sulit diberantas, diakses pada tanggal 10 Desember 2011 dari www.bisnis.com Kirara. 2011. Kalangan Musisi: Berantas Pembajakan Musik!, diakses pada tanggal 10 Desember 2011 dari http://gugling.com Kompas Opini. 2009. Lagi-lagi Pembajakan Hak Cipta Lagu, diakses pada tanggal 10 Desember 2011 dari http://umum.kompasiana.com Latif. 2007. Konsep Hak Asasi Manusia, diakses pada tanggal 9 Desember 2011 dari http://mlatiffauzi.wordpress.com Trifelo. 2010. Antisipasi prilaku (Survei pembajakan musik Indonesia 20092010), diakses pada tanggal 10 Desember 2011 dari www.sharingvision.biz 11