BAB II DASAR TEORI

advertisement
BAB II
DASAR TEORI
Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas
akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan
tahap berikutnya.
Sesuai dengan judul tugas akhir, yaitu Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip
Psikologis Learner-Centered, maka dasar-dasar teori yang akan dijelaskan adalah sebagai
berikut:
1. Model dan pemodelan
2. Komunitas belajar
3. Pembelajaran learner-centered
II.1 Model dan Pemodelan
Model adalah suatu representasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Pemodelan
adalah proses membangun model dari sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Pemodelan
menyangkut kemampuan untuk menampilkan persoalan dan juga metodologi untuk
menganalisis persoalan [SIM95].
Model tidak mungkin berisikan semua aspek sistem nyata karena banyaknya karakteristik
sistem nyata yang selalu berubah, dan tidak semua faktor atau variabel relevan untuk
dianalisis. Karena itu, pemodelan memerlukan usaha penyederhanaan yang kritis agar
variabel relevan yang terpilih mempunyai dampak yang besar terhadap situasi keputusan
yang di ambil [SIM95].
Model dapat dinyatakan representasi kualitatif dan atau kuantitatif suatu proses atau usaha
yang memperlihatkan pengaruh faktor-faktornya secara signifikan dari permasalahan yang
dihadapi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pemodelan bukan dilihat dari besar dan
rumitnya model tetapi kecukupan jawab terhadap permasalahan yang ditinjau [SIM95].
II-1
II-2
II.2 Komunitas Belajar
Komunitas belajar adalah kumpulan agen yang berbagi bahasa dan lingkungan bersama yang
bernilai dan mengejar minat bersama yaitu belajar. [SEU02]
Adanya perkembangan teknologi telah memperluas bentuk komunitas belajar sehingga tidak
terbatas oleh ruang dan waktu. Berikut dijelaskan beberapa pendekatan yang mendefinisikan
komunitas belajar.
II.2.1 Lima Model Komunitas Belajar
Model komunitas belajar terus berkembang selama beberapa dekade terakhir ini. Saat ini
tengah berkembang lima model komunitas belajar yang berjalan. Banyak institusi
berpendapat memilih satu model tidak sebaik mengkombinasikan beberapa aspek dari dua
atau tiga model. Setiap institusi memiliki misi masing-masing dan dapat merancang
komunitas belajar yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Kelima model komunitas belajar
itu adalah sebagai berikut: [KEL00]
1. Kelas Terhubung
Model ini menghubungkan pembelajar dalam dua kelas umum. Satu kelas berbasis konten
(seperti sains, matematika) dan satunya kelas aplikasi (menulis, pidato). Pengajar masingmasing kelas boleh mengajar sendiri-sendiri atau bersamaan dan mengkoordinasikan
silabus dan tugas sehingga kelas mengisi satu sama lain. Model Kelas Terhubung
menyediakan pengalaman bersama pada pembelajar yang fokus pada kelas berbasis
konten pengetahuan yang didukung secara aktif oleh kelas keahlian.
2. Kumpulan Belajar
Model Kumpulan Belajar menyerupai model kelas terhubung dengan tiga atau empat
kelas yang terhubung menjadi kesatuan, seringkali merupakan keseluruhan kelas yang
diambil pembelajar. Bagaimanapun, dalam kumpulan belajar, kelas-kelas biasanya
berdasarkan pada satu tema, pengetahuan selama satu periode sejarah, isu, atau masalah.
Tingkatan dimana tiga atau empat pengajar bekerja bersama bergantung pada institusi
tetapi dapat bervariasi dari silabus umum, tugas bersama, sampai mengajar kelompok.
Seringkali, kumpulan belajar memiliki komponen seminar dimana pembelajar bertemu
mingguan atau dua mingguan untuk mendiskusikan aktivitas kelas dan berbagi
pengalaman. Pembelajar dalam kumpulan belajar dapat juga memiliki rencana acara
sosial, perjalanan lapangan, atau kegiatan membaca.
II-3
3. Kelompok Minat Mahasiswa Baru
Kelompok Minat Mahasiswa Baru menyerupai Kelas Terhubung dimana model ini
menghubungkan tiga kelas mahasiswa baru berdasarkan tema. Khususnya bagi
universitas besar karena banyak program dengan model ini dapat ditawarkan bersamaan.
Kelompok ini terhubung sekitar program studi akademis dan termasuk komponen
pendukung dimana mahasiswa baru dapat mendiskusikan aktivitas kelas dan masalah
adaptasi di kampus.
4. Federasi Komunitas Belajar
Model ini adalah model komunitas belajar paling rumit karena pembelajar mengambil
tiga kelas berdasarkan tema dengan tambahan tiga kredit berupa seminar yang diajar oleh
Kepala Pembelajar. Kepala Pembelajar adalah profesor dari disiplin yang berbeda, yang
mengikuti kelas dan memenuhi semua persyaratan kelas bersama-sama dengan
pembelajar lainnya. Ia lalu berperan memimpin seminar dan mendukung pembelajar
dalam mensintesis dan menggali pendapat dan sudut pandangnya pada tiga kelas yang
diikuti.
5. Belajar Terkoordinasi
Dalam Belajar Terkoordinasi, pengajar dan pembelajar berpartisipasi dalam aktivitas
belajar penuh waktu berdasarkan tema inter-disiplin. Kurikulum ini dapat berjalan
setahun penuh dan pengajar memiliki kesempatan untuk merancang ulang keseluruhan
kurikulum, memberikan pengembangan profesional ekstensif bagi pengajar. Belajar
Terkoordinasi memberikan 16 kredit per semester dan diajar oleh tim dari beberapa
anggota pengajar dalam satu set blok setiap minggunya. Komunitas belajar ini tematis
dan lingkupnya dapat luas maupun sempit.
II.2.2 Komunitas Belajar sebagai Model Pembelajaran
Buffington [BUF03] menyatakan, komunitas belajar adalah kumpulan orang-orang yang
berinteraksi, belajar bersama, membangun hubungan, dan dalam prosesnya mengembangkan
rasa kebersamaan dan komitmen saling menguntungkan. Komunitas belajar dapat dilihat
sebagai model pembelajaran karena diterapkan dalam suatu kelas belajar. Penerapan
bertujuan menjalankan komunitas belajar dengan benar dalam kelas belajar dengan
pendekatan alur dan struktur dasar komunitas belajar.
II-4
Untuk membangun komunitas, anggota harus berinteraksi rutin, baik tatap muka, kelompok
besar atau kecil, maupun online. Bahkan dengan adanya peluang diskusi online, anggota
komunitas dapat berinteraksi lebih bebas tanpa adanya batasan sosial dan adanya peluang
diawasi oleh profesor (orang yang lebih ahli). Anggota dalam komunitas belajar dapat terpilih
sendiri atau didaftarkan, tetapi pengikatan yang sebenarnya bergantung pada pribadi masingmasing. Dalam komunitas yang baik, ikatan yang kuat dapat menghadapi perselisihan dan
anggota dapat menggunakan konflik untuk memperdalam hubungan dan proses belajar.
Komunitas belajar mendorong pembelajar dalam menjaga komunitas memajukan kecintaan
pada belajar dan potensi diri pembelajar. Lingkungan belajar harus mendorong hubungan
antar individu dalam masyarakat dan antara manusia dengan alam.
Terdapat dua pendekatan pada struktur belajar, yaitu pertama, mentalitas atas ke bawah
merepresentasikan pihak yang di atas memiliki pengetahuan dan membagikannya pada yang
lain; dan kedua, pendekatan dari bawah ke atas yang menekankan pada pentingnya proses
penentuan tujuan dan cara belajar dari pembelajar.
Pendekatan dari bawah ke atas memberikan kendali lebih bagi pembelajar pada
lingkungannya dengan potensi memimpin untuk meningkatkan hasil dan praktik pengambilan
keputusan yang lebih efisien. Potensi ini diharapkan dimanfaatkan melalui komunitas belajar.
Model Struktural Dasar
Buffington [BUF03] menyatakan, Wenger dkk [WEN02] menyediakan model struktural
dasar bagi komunitas belajar. Model ini memiliki tiga elemen fundamental sebagai berikut:
1. Domain Pengetahuan
Domain memberikan dasar umum dan rasa kesamaan identitas. Domain menginspirasikan
anggota untuk berkontribusi dan berpartisipasi, membimbing proses belajarnya, dan
memberikan makna dari tindakannya.
Tanpa komitmen pada domain, komunitas hanyalah sekelompok orang. Domain yang
dibagi membuat rasa dihargai dalam badan pengetahuan dan untuk mengembangkan
praktik. Domain bukanlah suatu kumpulan permasahan yang tetap tetapi berubah bersama
komunitas. Domain bukanlah suatu abstraksi minat, tetapi terdiri dari isu, permasalahan,
atau minat kunci yang dialami oleh anggota
II-5
2. Komunitas Orang
Komunitas membuat bahan sosial dari belajar karena menguatkan kemauan untuk berbagi
ide, membuka ketidak pedulian, menanyakan pertanyaan sulit, dan mendengarkan dengan
baik.
3. Praktik Bersama
Praktik adalah kerangka kerja, ide, alat, informasi, gaya, bahasa, cerita, dan dokumen
yang dibagi anggota komunitas.
Komunitas belajar mengeksplorasi baik badan pengetahuan yang ada maupun informasi
terbaru dari suatu topik. Setiap komunitas memiliki maksud spesifik dengan membuat
praktik yang terlihat melalui cara mengembangkan dan membagi pengetahuan. Praktik
pengembangan yang berhasil bergantung pada keseimbangan antara aktivitas bersama
dan produksi hasil seperti dokumen, alat, dan proyek. Praktik yang berhasil dibangun
bersamaan dengan berkembangnya komunitas.
Komunitas belajar yang memperlihatkan ketiga model struktural dasar ini dapat dijelaskan
melalui kelebihan dan kekurangan, elemen pembentuk, dan aliran proses yang terjadi.
1. Kelebihan dan kekurangan komunitas belajar sebagai model pembelajaran dapat dilihat
pada Tabel II-1.
Tabel II-1 Kelebihan dan Kekurangan Komunitas Belajar
No Kelebihan
Kekurangan
1
Peluang mengembangkan produk jadi
Sulitnya mengendalikan motivasi anggota
2
Intergrasi materi yang dalam
Penjadwalan aktivitas
3
Interaksi antar pembelajar
Hambatan mencapai persetujuan
4
Partisipasi aktif pembelajar
Sulitnya mengendalikan pengaruh negatif
dari luar
2. Elemen pembentuk komunitas belajar sebagai model pembelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Domain pengetahuan menentukan pengetahuan yang digunakan dari sumber
informasi global dan kehidupan nyata pembelajar sehari-hari.
b. Komunitas orang terbentuk dari kumpulan kontributor yang mandiri, berkomitmen,
memiliki suatu keahlian, dan fokus pada belajar. Komunitas orang ini terbentuk
dalam model naturalis dan belajar dalam situasi.
II-6
c. Pembelajar memiliki ciri yaitu dapat seorang pemula atau ahli, dapat berfokus pada
proses atau produk, dan memiliki penekanan pada keterlibatan sosial.
3. Aliran proses yang terjadi dalam komunitas belajar sebagai model pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Proses bermula dari praktik bersama komunitas orang yang berisi proses
pembangunan pengetahuan lintas disiplin.
b. Proses belajar mencakup refleksi dan penilaian formatif yang berfokus untuk
peningkatan kemampuan anggota melalui diskusi, kolaborasi, berbagi, dan
membangun pengetahuan.
c. Proses belajar memberikan timbal balik pengetahuan dalam domain pengetahuan dan
pada komunitas orang.
II.2.3 Kerangka Kerja Pengembangan Komunitas Belajar
Komunitas belajar mengumpulkan orang untuk berbagi dalam belajar, melakukan penelitian,
dan menghasilkan pengetahuan. Dalam komunitas belajar, seluruh peserta bertanggung jawab
untuk mencapai suatu tujuan belajar. Terlebih lagi, komunitas belajar adalah proses dimana
orang-orang berkumpul untuk mencapai suatu tujuan belajar. Tujuan belajar ini dapat saja
spesifik pada kelas dan aktivitas seseorang, atau dapat juga secara luas yang membimbing
keseluruhan organisasi belajar mengajar. [CIR05]
Berikut adalah empat pemikiran inti yang menjadi pusat dari proses komunitas belajar:
[CIR05]
1. Penelitian dan belajar bersama dalam mencapai tujuan belajar.
Aktivitas belajar bersama dimana setiap peserta berbagi tanggung jawab pada proses
belajar yang terjadi dan mendorong perkembangan komunitas belajar. Jadi tidak seperti
format kuliah dimana hanya yang ahli memberikan materi, tetapi praktisi menggunakan
teknik belajar bersama agar pembelajar dapat berkontribusi pada tujuan belajar.
2. Hubungan antar pembelajar fungsional dan diperlukan untuk mencapai tujuan belajar.
Komunitas belajar berkembang saat interaksi antar pembelajar bermakna, fungsional, dan
diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas belajar.
II-7
3. Hubungan implisit dan eksplisit antara belajar suatu pengetahuan dengan pengetahuan
lain dan pengalaman hidup.
Komunitas belajar berkembang saat hubungan langsung dan tidak langsung terbangun
pada pengalaman dan aktivitas diluar kelas atau program yang diikuti. Hubungan ini
membantu membuat konteks yang lebih luas dengan menguatkan kedudukan orang pada
komunitas yang lebih besar dan pengalaman hidup. Hubungan ini juga menurunkan
keterbatasan proses belajar dan individu pembelajar.
4. Lingkungan belajar tercakup di dalamnya.
Komunitas belajar dikatakan berhasil saat beragam latar belakang dan pengalaman
pembelajar diterima dan digunakan untuk membantu berhasil dalam belajar kolektif
kelompok. Setiap saat aktivitas harus mendukung peserta meraih peserta lain yang
berbeda latar belakang.
Melihat keempat pemikiran inti dari proses komunitas belajar, kerangka kerja pengembangan
komunitas belajar memberikan tiga tahap pengembangan komunitas belajar. Ketiga tahap ini
mencerminkan kematangan komunitas belajar dilihat dari empat proses inti yang telah
dikemukakan sebelumnya. Berikut penjelasan ketiga tahap tersebut :
1. Komunitas belajar dengan pemahaman yang berkembang dengan baik, sistematis, dan
berjalan dalam tindakan.
Praktisi meningkatkan pengetahuannya dan memahami pengaruh dari konsep pada proses
belajar peserta. Ia melakukan tindakan berdasarkan pemahaman yang tinggi,
mengevaluasi tindakannya, dan meningkatkan praktiknya berdasarkan data evaluasi.
2. Komunitas belajar dengan cukup pemahaman, moderat, dan tindakan yang tidak rutin.
Praktisi memiliki beberapa pengetahuan dan memahami konsep berdasarkan refleksi diri
dan informasi dari sumber luar. Ia memahami dalam konteks mengajar/meraih situasi dan
bertindak dari pengetahuannya ini.
3. Komunitas belajar dengan sedikit pengetahuan dan sedikit tindakan.
Praktisi membuat perubahan kecil untuk mengajar/meraih berdasarkan informasi terbatas
dan dengan sedikit pemahaman kenapa ia membuat perubahan.
II-8
II.2.4 Model Referensi Komunitas Belajar Online
Belajar online adalah proses yang terdapat pada persimpangan sistem sosial dan teknologi.
Model yang diberikan mengambil kedua perspektif tersebut secara seimbang. Kerangka ini
mencakup konsep dan bahasa dari ilmu komputer karena kebutuhan dari belajar perlu
ditranslasikan pada ilmu komputer untuk dibangun sistemnya. Model referensi ini memiliki
empat pandangan yang terdiri dari:
1. Pandangan komunitas
Melihat rancangan dari organisasi yang komunitas belajar online
2. Pandangan implementasi
Melihat rancangan interaksi dari komunitas belajar online dan sejauh mana interaksi
dijalankan dalam sistem online.
3. Pandangan layanan
Melihat rancangan saluran yang digunakan sebagai fitur yang menjalankan interaksi
komunitas belajar online.
4. Pandangan infrastruktur
Melihat rancangan teknologi pendukung yang digunakan untuk menjalankan saluran
yang terdefinisi.
Penjelasan Model Referensi Komunitas Belajar Online ini secara lengkap terdapat pada
Lampiran A. Model dalam empat pandangan ini terdapat pada Gambar II-1.
II-9
Gambar II-1 Model Referensi Komunitas Belajar Online [SEU02]
II.3 Pembelajaran Learner-Centered
Metode pembelajaran learner-centered dapat dilihat dengan pembelajar sebagai pusat dari
pembelajaran, jadi kebutuhan pembelajar diutamakan dalam belajar. Learner-centered adalah
cara pandang belajar yang terfokus pada individu pembelajar, faktor keturunan, pengalaman,
pola pikir, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan dengan fokus juga pada
pengetahuan terbaik yang tersedia tentang belajar dan bagaimana terjadinya, dan tentang
praktek mengajar yang paling efektif untuk menghasilkan tingkat motivasi, belajar, dan
pencapaian tertinggi untuk semua pembelajar. Kedua fokus ini lalu memberikan informasi
dan menggerakkan pengambilan keputusan pendidikan.
Learner-centered adalah refleksi dari praktek prinsip-prinsip psikologis learner-centered
dalam program, praktek, kebijakan, dan orang yang mendukung belajar. Prinsip psikologis
learner-centered dijelaskan secara lengkap pada Lampiran B.
Prinsip psikologis learner-centered berlaku pada pembelajar dan proses belajar. Prinsip ini
berfokus pada faktor internal dan dalam kendali pembelajar, bukan pada kebiasaan yang
II-10
dikondisikan atau faktor fisiologis. Namun, prinsip ini juga melihat faktor lingkungan
eksternal atau kontekstual yang berinteraksi dengan faktor internal pembelajar. [APA97]
Prinsip psikologis learner-centered terdapat pada empat domain yang keseluruhan
mengandung 14 prinsip. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Faktor Kognitif dan Metakognitif
1. Sifat dari proses belajar
Belajar subjek yang kompleks menjadi paling efektif ketika belajar menjadi proses yang
dilakukan dengan niat untuk membangun pemahaman dari informasi dan pengalaman.
2. Tujuan dari proses belajar
Pembelajar yang berhasil, dari waktu ke waktu dan dengan dukungan dan bimbingan
pembelajaran, dapat membuat representasi pengetahuan yang tepat dan bermakna.
3. Pembangunan pengetahuan
Pembelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan bermakna.
4. Berpikir strategis
Pembelajar yang berhasil dapat membuat dan menggunakan berbagai cara berpikir dan
memahami strategi untuk mencapai tujuan belajar yang kompleks.
5. Berpikir tentang berpikir
Strategi yang berderajat lebih tinggi untuk memilih dan memantau operasi berpikir
memfasilitasi berpikir kreatif dan kritis.
6. Konteks dari belajar
Belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk budaya, teknologi, dan praktik
pembelajaran.
Faktor Motivasi dan Emosi
7. Pengaruh motivasi dan emosi pada belajar
Apa dan seberapa besar yang dipelajari sangat terpengaruh oleh motivasi pembelajar.
Motivasi untuk belajar terpengaruh oleh kondisi emosi, kepercayaan, minat dan tujuan,
dan kebiasaan berpikir individu.
II-11
8. Motivasi intrinsik untuk belajar
Kreativitas, berpikir derajat tinggi, dan rasa penasaran pembelajar berkontribusi pada
motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dihasilkan dari tugas yang baru dan tingkat
kesulitan optimal, sesuai minat pribadi, dan memberikan pilihan dan kendali pribadi.
9. Pengaruh motivasi pada usaha
Akuisisi dari pengetahuan dan ketrampilan yang kompleks memerlukan usaha lebih dari
pembelajar dan praktek yang dibimbing. Tanpa motivasi, keinginan untuk melakukan
usaha akan sulit tanpa paksaan.
Faktor Perkembangan dan Sosial
10. Pengaruh perkembangan pembelajar pada proses belajar
Dengan berkembangnya individu, ada berbagai peluang dan hambatan untuk belajar.
Belajar paling efektif ketika berbagai perkembangan dalam lingkup fisik, intelektual,
emosional, dan sosial diperhatikan.
11. Pengaruh sosial pada proses belajar
Belajar dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan
orang lain.
Faktor Perbedaan Individu
12. Perbedaan individu dalam belajar
Pembelajar memiliki strategi, pendekatan, dan kemampuan yang berbeda-beda dalam
belajar yang bergantung pada pengalaman sebelumnya dan faktor keturunan.
13. Belajar dan keaneka-ragaman
Belajar paling efektif ketika perbedaan latar bahasa, budaya, dan sosial diperhatikan.
14. Standar dan penilaian
Memasang standar tinggi dan menantang dan menilai pembelajar dan kemajuan belajar,
termasuk penilaian karakteristik, proses, dan hasil merupakan kesatuan dari proses
belajar.
II-12
II.4 Rekayasa Interaksi
Rekayasa interaksi menggunakan sistem interaksi manusia dan komputer sebagai solusi.
Rekayasa interaksi adalah proses perancangan produk interaktif untuk mendukung manusia
dalam kegiatan dan pekerjaannya sehari-hari [PRE02].
Gambar II-2 Proses Perancangan Interaksi [PRE02]
Perancangan interaksi: [PRE02]
1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan sistem.
2. Membuat rancangan alternatif hingga rancangan solusi akhir.
3. Mengembangkan rancangan solusi interaktif.
4. Mengevaluasi rancangan selama proses perancangannya.
II-13
Pemanfaatan rekayasa interaksi dalam membangun perangkat lunak dapat menggunakan
pemodelan task [SAS99]. Menurut IEEE STD 610, definisi task adalah urutan instruksi
sebagai satuan unit kerja.
Gambar II-3 Pemodelan Task [SAS06]
Task analysis bertujuan menghasilkan task pengguna sedangkan task design bertujuan
mendapatkan model task yang representatif untuk rancangan perangkat lunak (sistem) dan
kontribusi pengguna [SAS99]. Tahanpan-tahapan dalam dalam task analysis dan task design
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Task:
a. Definisikan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan persoalan dan solusi untuk setiap
pengguna.
b. Uraikan ke dalam task dan sub-task untuk setiap pekerjaan pengguna.
c. Klasifikasikan pengetahuan tentang setiap task dan lakukan pengorganisasian atas
pengetahuan tersebut.
Representasikan task dalam bentuk task<verb,noun>, verb menunjukkan aksi yang
dilakukan
oleh
pengguna,
dan
noun
menunjukkan
objek
dari
Pemodelan dari task analysis menggunakan Hierarchical Task Analysis (HTA).
Contoh model HTA adalah sebagai berikut: [PRE02]
0. In order to borrow a book from the library
1. Go to the library
2. Find the required book
3. Go to correct shelf and retrieve book
4. Take book to checkout counter
Plan 0 : do 1 – 3 – 4. If book isn’t on the shelf expected, do 2 – 3 – 4.
Plan 2 : do 2.1 – 2.4 – 2.5. If book not identified, do 2.2 – 2.3 – 2.4 – 2.5.
aksi.
II-14
HTA dimodelkan dalam bentuk gambar yang disebut task tree seperti pada
Gambar II-4.
Borrow a book from
the library
0
Plan 0
Do 1-3-4
If book isn’t on the shelf expected, do 2-3-4
Go to the library
Retrieve book from
shelf
Find required book
1
2
Take book to
counter
4
3
Plan 2
Do 2.1-2.4-2.5
If book not identified from information available, do 2.2-2.3-2.4-2.5
Access search
screen
Access catalog
2.1
Enter search criteria
2.2
2.3
Indentify required
book
2.4
Note location
2.5
Gambar II-4 Task Analysis [PRE02]
2. Perancangan Task:
a. Task synthesis, yaitu pemetaan, reduksi, dan alokasi terhadap task pengguna dan sistem.
b. Task optimation, yaitu mengelola task sebagai komponen sistem ke dalam klasifikasi
task generik, parametrik, dan spesifik dengan harapan model sistem optimal.
Pada tahap ini telah dilakukan perancangan task untuk sistem. Task tersebut berorientasi
pada penyelesaian persoalan (problem solving task) dan interaksi (interaction task), seperti
pada Gambar II-5.
II-15
Gambar II-5 User's Tasks dan System's Tasks [SAS99]
Download