BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan tahap berikutnya. Sesuai dengan judul tugas akhir, yaitu Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered, maka dasar-dasar teori yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Model dan pemodelan 2. Komunitas belajar 3. Pembelajaran learner-centered II.1 Model dan Pemodelan Model adalah suatu representasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Pemodelan adalah proses membangun model dari sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Pemodelan menyangkut kemampuan untuk menampilkan persoalan dan juga metodologi untuk menganalisis persoalan [SIM95]. Model tidak mungkin berisikan semua aspek sistem nyata karena banyaknya karakteristik sistem nyata yang selalu berubah, dan tidak semua faktor atau variabel relevan untuk dianalisis. Karena itu, pemodelan memerlukan usaha penyederhanaan yang kritis agar variabel relevan yang terpilih mempunyai dampak yang besar terhadap situasi keputusan yang di ambil [SIM95]. Model dapat dinyatakan representasi kualitatif dan atau kuantitatif suatu proses atau usaha yang memperlihatkan pengaruh faktor-faktornya secara signifikan dari permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pemodelan bukan dilihat dari besar dan rumitnya model tetapi kecukupan jawab terhadap permasalahan yang ditinjau [SIM95]. II-1 II-2 II.2 Komunitas Belajar Komunitas belajar adalah kumpulan agen yang berbagi bahasa dan lingkungan bersama yang bernilai dan mengejar minat bersama yaitu belajar. [SEU02] Adanya perkembangan teknologi telah memperluas bentuk komunitas belajar sehingga tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Berikut dijelaskan beberapa pendekatan yang mendefinisikan komunitas belajar. II.2.1 Lima Model Komunitas Belajar Model komunitas belajar terus berkembang selama beberapa dekade terakhir ini. Saat ini tengah berkembang lima model komunitas belajar yang berjalan. Banyak institusi berpendapat memilih satu model tidak sebaik mengkombinasikan beberapa aspek dari dua atau tiga model. Setiap institusi memiliki misi masing-masing dan dapat merancang komunitas belajar yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Kelima model komunitas belajar itu adalah sebagai berikut: [KEL00] 1. Kelas Terhubung Model ini menghubungkan pembelajar dalam dua kelas umum. Satu kelas berbasis konten (seperti sains, matematika) dan satunya kelas aplikasi (menulis, pidato). Pengajar masingmasing kelas boleh mengajar sendiri-sendiri atau bersamaan dan mengkoordinasikan silabus dan tugas sehingga kelas mengisi satu sama lain. Model Kelas Terhubung menyediakan pengalaman bersama pada pembelajar yang fokus pada kelas berbasis konten pengetahuan yang didukung secara aktif oleh kelas keahlian. 2. Kumpulan Belajar Model Kumpulan Belajar menyerupai model kelas terhubung dengan tiga atau empat kelas yang terhubung menjadi kesatuan, seringkali merupakan keseluruhan kelas yang diambil pembelajar. Bagaimanapun, dalam kumpulan belajar, kelas-kelas biasanya berdasarkan pada satu tema, pengetahuan selama satu periode sejarah, isu, atau masalah. Tingkatan dimana tiga atau empat pengajar bekerja bersama bergantung pada institusi tetapi dapat bervariasi dari silabus umum, tugas bersama, sampai mengajar kelompok. Seringkali, kumpulan belajar memiliki komponen seminar dimana pembelajar bertemu mingguan atau dua mingguan untuk mendiskusikan aktivitas kelas dan berbagi pengalaman. Pembelajar dalam kumpulan belajar dapat juga memiliki rencana acara sosial, perjalanan lapangan, atau kegiatan membaca. II-3 3. Kelompok Minat Mahasiswa Baru Kelompok Minat Mahasiswa Baru menyerupai Kelas Terhubung dimana model ini menghubungkan tiga kelas mahasiswa baru berdasarkan tema. Khususnya bagi universitas besar karena banyak program dengan model ini dapat ditawarkan bersamaan. Kelompok ini terhubung sekitar program studi akademis dan termasuk komponen pendukung dimana mahasiswa baru dapat mendiskusikan aktivitas kelas dan masalah adaptasi di kampus. 4. Federasi Komunitas Belajar Model ini adalah model komunitas belajar paling rumit karena pembelajar mengambil tiga kelas berdasarkan tema dengan tambahan tiga kredit berupa seminar yang diajar oleh Kepala Pembelajar. Kepala Pembelajar adalah profesor dari disiplin yang berbeda, yang mengikuti kelas dan memenuhi semua persyaratan kelas bersama-sama dengan pembelajar lainnya. Ia lalu berperan memimpin seminar dan mendukung pembelajar dalam mensintesis dan menggali pendapat dan sudut pandangnya pada tiga kelas yang diikuti. 5. Belajar Terkoordinasi Dalam Belajar Terkoordinasi, pengajar dan pembelajar berpartisipasi dalam aktivitas belajar penuh waktu berdasarkan tema inter-disiplin. Kurikulum ini dapat berjalan setahun penuh dan pengajar memiliki kesempatan untuk merancang ulang keseluruhan kurikulum, memberikan pengembangan profesional ekstensif bagi pengajar. Belajar Terkoordinasi memberikan 16 kredit per semester dan diajar oleh tim dari beberapa anggota pengajar dalam satu set blok setiap minggunya. Komunitas belajar ini tematis dan lingkupnya dapat luas maupun sempit. II.2.2 Komunitas Belajar sebagai Model Pembelajaran Buffington [BUF03] menyatakan, komunitas belajar adalah kumpulan orang-orang yang berinteraksi, belajar bersama, membangun hubungan, dan dalam prosesnya mengembangkan rasa kebersamaan dan komitmen saling menguntungkan. Komunitas belajar dapat dilihat sebagai model pembelajaran karena diterapkan dalam suatu kelas belajar. Penerapan bertujuan menjalankan komunitas belajar dengan benar dalam kelas belajar dengan pendekatan alur dan struktur dasar komunitas belajar. II-4 Untuk membangun komunitas, anggota harus berinteraksi rutin, baik tatap muka, kelompok besar atau kecil, maupun online. Bahkan dengan adanya peluang diskusi online, anggota komunitas dapat berinteraksi lebih bebas tanpa adanya batasan sosial dan adanya peluang diawasi oleh profesor (orang yang lebih ahli). Anggota dalam komunitas belajar dapat terpilih sendiri atau didaftarkan, tetapi pengikatan yang sebenarnya bergantung pada pribadi masingmasing. Dalam komunitas yang baik, ikatan yang kuat dapat menghadapi perselisihan dan anggota dapat menggunakan konflik untuk memperdalam hubungan dan proses belajar. Komunitas belajar mendorong pembelajar dalam menjaga komunitas memajukan kecintaan pada belajar dan potensi diri pembelajar. Lingkungan belajar harus mendorong hubungan antar individu dalam masyarakat dan antara manusia dengan alam. Terdapat dua pendekatan pada struktur belajar, yaitu pertama, mentalitas atas ke bawah merepresentasikan pihak yang di atas memiliki pengetahuan dan membagikannya pada yang lain; dan kedua, pendekatan dari bawah ke atas yang menekankan pada pentingnya proses penentuan tujuan dan cara belajar dari pembelajar. Pendekatan dari bawah ke atas memberikan kendali lebih bagi pembelajar pada lingkungannya dengan potensi memimpin untuk meningkatkan hasil dan praktik pengambilan keputusan yang lebih efisien. Potensi ini diharapkan dimanfaatkan melalui komunitas belajar. Model Struktural Dasar Buffington [BUF03] menyatakan, Wenger dkk [WEN02] menyediakan model struktural dasar bagi komunitas belajar. Model ini memiliki tiga elemen fundamental sebagai berikut: 1. Domain Pengetahuan Domain memberikan dasar umum dan rasa kesamaan identitas. Domain menginspirasikan anggota untuk berkontribusi dan berpartisipasi, membimbing proses belajarnya, dan memberikan makna dari tindakannya. Tanpa komitmen pada domain, komunitas hanyalah sekelompok orang. Domain yang dibagi membuat rasa dihargai dalam badan pengetahuan dan untuk mengembangkan praktik. Domain bukanlah suatu kumpulan permasahan yang tetap tetapi berubah bersama komunitas. Domain bukanlah suatu abstraksi minat, tetapi terdiri dari isu, permasalahan, atau minat kunci yang dialami oleh anggota II-5 2. Komunitas Orang Komunitas membuat bahan sosial dari belajar karena menguatkan kemauan untuk berbagi ide, membuka ketidak pedulian, menanyakan pertanyaan sulit, dan mendengarkan dengan baik. 3. Praktik Bersama Praktik adalah kerangka kerja, ide, alat, informasi, gaya, bahasa, cerita, dan dokumen yang dibagi anggota komunitas. Komunitas belajar mengeksplorasi baik badan pengetahuan yang ada maupun informasi terbaru dari suatu topik. Setiap komunitas memiliki maksud spesifik dengan membuat praktik yang terlihat melalui cara mengembangkan dan membagi pengetahuan. Praktik pengembangan yang berhasil bergantung pada keseimbangan antara aktivitas bersama dan produksi hasil seperti dokumen, alat, dan proyek. Praktik yang berhasil dibangun bersamaan dengan berkembangnya komunitas. Komunitas belajar yang memperlihatkan ketiga model struktural dasar ini dapat dijelaskan melalui kelebihan dan kekurangan, elemen pembentuk, dan aliran proses yang terjadi. 1. Kelebihan dan kekurangan komunitas belajar sebagai model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel II-1. Tabel II-1 Kelebihan dan Kekurangan Komunitas Belajar No Kelebihan Kekurangan 1 Peluang mengembangkan produk jadi Sulitnya mengendalikan motivasi anggota 2 Intergrasi materi yang dalam Penjadwalan aktivitas 3 Interaksi antar pembelajar Hambatan mencapai persetujuan 4 Partisipasi aktif pembelajar Sulitnya mengendalikan pengaruh negatif dari luar 2. Elemen pembentuk komunitas belajar sebagai model pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Domain pengetahuan menentukan pengetahuan yang digunakan dari sumber informasi global dan kehidupan nyata pembelajar sehari-hari. b. Komunitas orang terbentuk dari kumpulan kontributor yang mandiri, berkomitmen, memiliki suatu keahlian, dan fokus pada belajar. Komunitas orang ini terbentuk dalam model naturalis dan belajar dalam situasi. II-6 c. Pembelajar memiliki ciri yaitu dapat seorang pemula atau ahli, dapat berfokus pada proses atau produk, dan memiliki penekanan pada keterlibatan sosial. 3. Aliran proses yang terjadi dalam komunitas belajar sebagai model pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Proses bermula dari praktik bersama komunitas orang yang berisi proses pembangunan pengetahuan lintas disiplin. b. Proses belajar mencakup refleksi dan penilaian formatif yang berfokus untuk peningkatan kemampuan anggota melalui diskusi, kolaborasi, berbagi, dan membangun pengetahuan. c. Proses belajar memberikan timbal balik pengetahuan dalam domain pengetahuan dan pada komunitas orang. II.2.3 Kerangka Kerja Pengembangan Komunitas Belajar Komunitas belajar mengumpulkan orang untuk berbagi dalam belajar, melakukan penelitian, dan menghasilkan pengetahuan. Dalam komunitas belajar, seluruh peserta bertanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan belajar. Terlebih lagi, komunitas belajar adalah proses dimana orang-orang berkumpul untuk mencapai suatu tujuan belajar. Tujuan belajar ini dapat saja spesifik pada kelas dan aktivitas seseorang, atau dapat juga secara luas yang membimbing keseluruhan organisasi belajar mengajar. [CIR05] Berikut adalah empat pemikiran inti yang menjadi pusat dari proses komunitas belajar: [CIR05] 1. Penelitian dan belajar bersama dalam mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar bersama dimana setiap peserta berbagi tanggung jawab pada proses belajar yang terjadi dan mendorong perkembangan komunitas belajar. Jadi tidak seperti format kuliah dimana hanya yang ahli memberikan materi, tetapi praktisi menggunakan teknik belajar bersama agar pembelajar dapat berkontribusi pada tujuan belajar. 2. Hubungan antar pembelajar fungsional dan diperlukan untuk mencapai tujuan belajar. Komunitas belajar berkembang saat interaksi antar pembelajar bermakna, fungsional, dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas belajar. II-7 3. Hubungan implisit dan eksplisit antara belajar suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain dan pengalaman hidup. Komunitas belajar berkembang saat hubungan langsung dan tidak langsung terbangun pada pengalaman dan aktivitas diluar kelas atau program yang diikuti. Hubungan ini membantu membuat konteks yang lebih luas dengan menguatkan kedudukan orang pada komunitas yang lebih besar dan pengalaman hidup. Hubungan ini juga menurunkan keterbatasan proses belajar dan individu pembelajar. 4. Lingkungan belajar tercakup di dalamnya. Komunitas belajar dikatakan berhasil saat beragam latar belakang dan pengalaman pembelajar diterima dan digunakan untuk membantu berhasil dalam belajar kolektif kelompok. Setiap saat aktivitas harus mendukung peserta meraih peserta lain yang berbeda latar belakang. Melihat keempat pemikiran inti dari proses komunitas belajar, kerangka kerja pengembangan komunitas belajar memberikan tiga tahap pengembangan komunitas belajar. Ketiga tahap ini mencerminkan kematangan komunitas belajar dilihat dari empat proses inti yang telah dikemukakan sebelumnya. Berikut penjelasan ketiga tahap tersebut : 1. Komunitas belajar dengan pemahaman yang berkembang dengan baik, sistematis, dan berjalan dalam tindakan. Praktisi meningkatkan pengetahuannya dan memahami pengaruh dari konsep pada proses belajar peserta. Ia melakukan tindakan berdasarkan pemahaman yang tinggi, mengevaluasi tindakannya, dan meningkatkan praktiknya berdasarkan data evaluasi. 2. Komunitas belajar dengan cukup pemahaman, moderat, dan tindakan yang tidak rutin. Praktisi memiliki beberapa pengetahuan dan memahami konsep berdasarkan refleksi diri dan informasi dari sumber luar. Ia memahami dalam konteks mengajar/meraih situasi dan bertindak dari pengetahuannya ini. 3. Komunitas belajar dengan sedikit pengetahuan dan sedikit tindakan. Praktisi membuat perubahan kecil untuk mengajar/meraih berdasarkan informasi terbatas dan dengan sedikit pemahaman kenapa ia membuat perubahan. II-8 II.2.4 Model Referensi Komunitas Belajar Online Belajar online adalah proses yang terdapat pada persimpangan sistem sosial dan teknologi. Model yang diberikan mengambil kedua perspektif tersebut secara seimbang. Kerangka ini mencakup konsep dan bahasa dari ilmu komputer karena kebutuhan dari belajar perlu ditranslasikan pada ilmu komputer untuk dibangun sistemnya. Model referensi ini memiliki empat pandangan yang terdiri dari: 1. Pandangan komunitas Melihat rancangan dari organisasi yang komunitas belajar online 2. Pandangan implementasi Melihat rancangan interaksi dari komunitas belajar online dan sejauh mana interaksi dijalankan dalam sistem online. 3. Pandangan layanan Melihat rancangan saluran yang digunakan sebagai fitur yang menjalankan interaksi komunitas belajar online. 4. Pandangan infrastruktur Melihat rancangan teknologi pendukung yang digunakan untuk menjalankan saluran yang terdefinisi. Penjelasan Model Referensi Komunitas Belajar Online ini secara lengkap terdapat pada Lampiran A. Model dalam empat pandangan ini terdapat pada Gambar II-1. II-9 Gambar II-1 Model Referensi Komunitas Belajar Online [SEU02] II.3 Pembelajaran Learner-Centered Metode pembelajaran learner-centered dapat dilihat dengan pembelajar sebagai pusat dari pembelajaran, jadi kebutuhan pembelajar diutamakan dalam belajar. Learner-centered adalah cara pandang belajar yang terfokus pada individu pembelajar, faktor keturunan, pengalaman, pola pikir, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan dengan fokus juga pada pengetahuan terbaik yang tersedia tentang belajar dan bagaimana terjadinya, dan tentang praktek mengajar yang paling efektif untuk menghasilkan tingkat motivasi, belajar, dan pencapaian tertinggi untuk semua pembelajar. Kedua fokus ini lalu memberikan informasi dan menggerakkan pengambilan keputusan pendidikan. Learner-centered adalah refleksi dari praktek prinsip-prinsip psikologis learner-centered dalam program, praktek, kebijakan, dan orang yang mendukung belajar. Prinsip psikologis learner-centered dijelaskan secara lengkap pada Lampiran B. Prinsip psikologis learner-centered berlaku pada pembelajar dan proses belajar. Prinsip ini berfokus pada faktor internal dan dalam kendali pembelajar, bukan pada kebiasaan yang II-10 dikondisikan atau faktor fisiologis. Namun, prinsip ini juga melihat faktor lingkungan eksternal atau kontekstual yang berinteraksi dengan faktor internal pembelajar. [APA97] Prinsip psikologis learner-centered terdapat pada empat domain yang keseluruhan mengandung 14 prinsip. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut: Faktor Kognitif dan Metakognitif 1. Sifat dari proses belajar Belajar subjek yang kompleks menjadi paling efektif ketika belajar menjadi proses yang dilakukan dengan niat untuk membangun pemahaman dari informasi dan pengalaman. 2. Tujuan dari proses belajar Pembelajar yang berhasil, dari waktu ke waktu dan dengan dukungan dan bimbingan pembelajaran, dapat membuat representasi pengetahuan yang tepat dan bermakna. 3. Pembangunan pengetahuan Pembelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bermakna. 4. Berpikir strategis Pembelajar yang berhasil dapat membuat dan menggunakan berbagai cara berpikir dan memahami strategi untuk mencapai tujuan belajar yang kompleks. 5. Berpikir tentang berpikir Strategi yang berderajat lebih tinggi untuk memilih dan memantau operasi berpikir memfasilitasi berpikir kreatif dan kritis. 6. Konteks dari belajar Belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran. Faktor Motivasi dan Emosi 7. Pengaruh motivasi dan emosi pada belajar Apa dan seberapa besar yang dipelajari sangat terpengaruh oleh motivasi pembelajar. Motivasi untuk belajar terpengaruh oleh kondisi emosi, kepercayaan, minat dan tujuan, dan kebiasaan berpikir individu. II-11 8. Motivasi intrinsik untuk belajar Kreativitas, berpikir derajat tinggi, dan rasa penasaran pembelajar berkontribusi pada motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dihasilkan dari tugas yang baru dan tingkat kesulitan optimal, sesuai minat pribadi, dan memberikan pilihan dan kendali pribadi. 9. Pengaruh motivasi pada usaha Akuisisi dari pengetahuan dan ketrampilan yang kompleks memerlukan usaha lebih dari pembelajar dan praktek yang dibimbing. Tanpa motivasi, keinginan untuk melakukan usaha akan sulit tanpa paksaan. Faktor Perkembangan dan Sosial 10. Pengaruh perkembangan pembelajar pada proses belajar Dengan berkembangnya individu, ada berbagai peluang dan hambatan untuk belajar. Belajar paling efektif ketika berbagai perkembangan dalam lingkup fisik, intelektual, emosional, dan sosial diperhatikan. 11. Pengaruh sosial pada proses belajar Belajar dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain. Faktor Perbedaan Individu 12. Perbedaan individu dalam belajar Pembelajar memiliki strategi, pendekatan, dan kemampuan yang berbeda-beda dalam belajar yang bergantung pada pengalaman sebelumnya dan faktor keturunan. 13. Belajar dan keaneka-ragaman Belajar paling efektif ketika perbedaan latar bahasa, budaya, dan sosial diperhatikan. 14. Standar dan penilaian Memasang standar tinggi dan menantang dan menilai pembelajar dan kemajuan belajar, termasuk penilaian karakteristik, proses, dan hasil merupakan kesatuan dari proses belajar. II-12 II.4 Rekayasa Interaksi Rekayasa interaksi menggunakan sistem interaksi manusia dan komputer sebagai solusi. Rekayasa interaksi adalah proses perancangan produk interaktif untuk mendukung manusia dalam kegiatan dan pekerjaannya sehari-hari [PRE02]. Gambar II-2 Proses Perancangan Interaksi [PRE02] Perancangan interaksi: [PRE02] 1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan sistem. 2. Membuat rancangan alternatif hingga rancangan solusi akhir. 3. Mengembangkan rancangan solusi interaktif. 4. Mengevaluasi rancangan selama proses perancangannya. II-13 Pemanfaatan rekayasa interaksi dalam membangun perangkat lunak dapat menggunakan pemodelan task [SAS99]. Menurut IEEE STD 610, definisi task adalah urutan instruksi sebagai satuan unit kerja. Gambar II-3 Pemodelan Task [SAS06] Task analysis bertujuan menghasilkan task pengguna sedangkan task design bertujuan mendapatkan model task yang representatif untuk rancangan perangkat lunak (sistem) dan kontribusi pengguna [SAS99]. Tahanpan-tahapan dalam dalam task analysis dan task design adalah sebagai berikut: 1. Analisis Task: a. Definisikan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan persoalan dan solusi untuk setiap pengguna. b. Uraikan ke dalam task dan sub-task untuk setiap pekerjaan pengguna. c. Klasifikasikan pengetahuan tentang setiap task dan lakukan pengorganisasian atas pengetahuan tersebut. Representasikan task dalam bentuk task<verb,noun>, verb menunjukkan aksi yang dilakukan oleh pengguna, dan noun menunjukkan objek dari Pemodelan dari task analysis menggunakan Hierarchical Task Analysis (HTA). Contoh model HTA adalah sebagai berikut: [PRE02] 0. In order to borrow a book from the library 1. Go to the library 2. Find the required book 3. Go to correct shelf and retrieve book 4. Take book to checkout counter Plan 0 : do 1 – 3 – 4. If book isn’t on the shelf expected, do 2 – 3 – 4. Plan 2 : do 2.1 – 2.4 – 2.5. If book not identified, do 2.2 – 2.3 – 2.4 – 2.5. aksi. II-14 HTA dimodelkan dalam bentuk gambar yang disebut task tree seperti pada Gambar II-4. Borrow a book from the library 0 Plan 0 Do 1-3-4 If book isn’t on the shelf expected, do 2-3-4 Go to the library Retrieve book from shelf Find required book 1 2 Take book to counter 4 3 Plan 2 Do 2.1-2.4-2.5 If book not identified from information available, do 2.2-2.3-2.4-2.5 Access search screen Access catalog 2.1 Enter search criteria 2.2 2.3 Indentify required book 2.4 Note location 2.5 Gambar II-4 Task Analysis [PRE02] 2. Perancangan Task: a. Task synthesis, yaitu pemetaan, reduksi, dan alokasi terhadap task pengguna dan sistem. b. Task optimation, yaitu mengelola task sebagai komponen sistem ke dalam klasifikasi task generik, parametrik, dan spesifik dengan harapan model sistem optimal. Pada tahap ini telah dilakukan perancangan task untuk sistem. Task tersebut berorientasi pada penyelesaian persoalan (problem solving task) dan interaksi (interaction task), seperti pada Gambar II-5. II-15 Gambar II-5 User's Tasks dan System's Tasks [SAS99]