TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 PENGELOLAAN KESIAPAN BELAJAR ANAK MASUK SEKOLAH DASAR Mohamad Rifai dan Fahmi Email [email protected] Abstract. Readiness of children to enter school is something that is very important that every child must have because the readiness to attend school is the first capital to follow the process of learning activities in school. The greater the readiness of the child, the greater the child has the ability to follow the poses of learning activities at school. Conversely, the smaller the readiness of children's learning, the smaller the children have the ability to follow the poses of learning activities at school. The problem is that many children do not have readiness to learn well because parents have not manage the readiness to learn children enter school well. In the readiness of learning children enter primary school can not come suddenly in the child because everything must be well prepared, including that of elementary school age, cognitive, affective, and psychomotor ability of children and others needed by children. The role of parents and teachers in "pre-school" institutions / education at an early age is very important in managing preparing children for elementary school. Having the readiness to learn elementary school entrance well then the child can enjoy the process of learning activities and the opportunity / opportunity to deliver to achieve the best achievement in learning. Keywords: Learning Readiness, Maturity Character, Readiness Factors and Parent and Teacher Cooperation Abstrak. Kesiapan belajar anak masuk sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting sekali yang harus dimiliki oleh setiap anak karena kesiapan belajar masuk sekolah merupakan modal pertama untuk mengikuti proses kegiatan belajar di sekolah. Semakin besar kesiapan belajar yang dimiliki anak maka semakin besar anak memiliki kemampuan mengikuti poses kegiatan belajar di sekolah. Sebaliknya semakin kecil kesiapan belajar yang dimiliki anak maka semakin kecil anak memiliki kemampuan mengikuti poses kegiatan belajar di sekolah. Permasalahannya adalah banyak anak belum memiliki kesiapan belajar dengan baik karena orang tua belum mengelola kesiapan belajar anak masuk sekolah dengan baik. Dalam kesiapan belajar anak masuk sekolah dasar tidak bisa datang dengan tiba-tiba di dalam diri anak karena semuanya harus disiapkan dengan baik, diantaranya yaitu dari usia masuk sekolah dasar, kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak serta yang lainnya yang dibutuhkan oleh anak. Peran orang tua dan guru di lembaga “pra sekolah”/ pendidikan di usia dini sangat penting sekali dalam mengelola menyiapkan anak masuk sekolah dasar. Memiliki kesiapan belajar masuk sekolah dasar dengan baik maka anak dapat menikmati proses kegiatan belajar dan berkesempatan/berpeluang mengantarkan untuk meraih prestasi terbaik dalam belajar. Kata Kunci: Kesiapan Belajar, Karakteria Kematangan, Faktor-faktor Kesiapan dan Kerjasama Orang Tua dan Guru 129 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati Pendahuluan Awal tahun ajaran baru merupakan awal anak masuk sekolah dasar (SD/MI) banyaknya fenomena ketidaksiapan anak masuk sekolah dasar ditemukan hampir di setiap kelas 1 (satu) di sekolah dasar. Bagi sebagian orang itu hal biasa karena hari pertama, minggu pertama, bulan pertama, semester pertama atau tahun pertama anak dalam mengikuti kegiatan belajar perlu menyesuaikan diri di lingkungan sekolah dasar tapi bagi sebagian orang itu menjadi pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab oleh para orang tua dan guru pendidikan anak usia dini, yaitu kenapa anak banyak mengalami belum memiliki kesiapan belajar dengan baik?, bagaimana orang tua dan guru dalam menyiapkan anak masuk sekolah dasar?, dan apakah diantara mereka (anak-anak) banyak yang tidak mengikuti pendidikan anak usia dini? Serta bagaimana mengelola kesiapan belajar anak masuk sekolah dasar? Kesiapan belajar anak memasuki sekolah dasar (SD/MI) merupakan sesuatu yang sangat penting sekali untuk anak.. Kesiapan belajar harus disiapkan oleh wali murid dan guru ditingkat usia dini sebelum anak masuk sekolah dasar dengan memasukkan anak-anak mereka ke Tamana Kanak-Kanak (TK) atau Raudatul Athfal (RA) dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak agar menjadi anak yang siap belajar masuk sekolah dasar. Setiap siswa di sekolah dasar di kelas 1 masing-masing individu memiliki kesiapan masuk sekolah dasar yang bergeda-beda tergantung bagaimana orang tua di rumah dan guru di lembaga pendidikan anak usia dini untuk mempersiapkan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan serta kondisi anak itu sendiri mempengaruhinya baik fisik, mental dan bakat. Kesiapan belajar adalah keadaan anak merasa siap (fisik dan mental serta kemampuan lainnya yang dibutuhkan siswa) untuk mengikuti proses kegitan belajar dan menerima tugas/pekerjaan dari gurunya dengan baik. Suasana dan keseriusan proses kegiatan belajar di lembaga pendidikan anak usia dini berbeda dengan di sekolah dasar (SD/MI), artinya apabila di pendidikan anak usia dini (PAUD) lebih banyak bermainnya dan sedikit belajarnya, sebaliknya apabila di sekolah dasar kelas 1 lebih kurang/sedikit bermainnya dan lebih banyak belajarnya sehingga siswa akan menjadi lebih serius belajar dibanding sebelumya. Semakin tinggi kegiatan belajar di tingkat pendidikan seharusnya semakin serius belajarnya. Kesiapan belajar yang dimiliki anak ketika memasuki sekolah dasar mempengaruhi terhadap kemampuan dalam mengikuti proses kegiatan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Di antara kemampuan yang harus dimiliki oleh anak masuk sekolah dasar adalah kemampuan anak dalam mengurus diri sendiri. misalnya anak memiliki kemampuan memakai dan melepaskan pakaian, sepatu, mandi, buang air besar dan kecil, duduk lama di kursi/bangku, tidak ditemani oleh TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 130 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 orang tua ketika belajar di dalam kelas atau di luar kelas, kemampuan memegang pulpen dengan baik dan memiliki keterampilan menulis huruf. Kesiapan belajar anak masuk sekolah dasar dapat dilihat juga dengan anak merasa menikmati belajar, minat belajar, motivasi belajar, adaptasi dengan lingkungan kelas/sekolah, siap menerima tugas dari guru, dan dapat berkomunikasi dengan guru, dan teman-temanya sekelas dengan baik. Bila kesiapan belajar tersebut dimiliki oleh anak maka anak merasa lebih mudah berinteraksi dengan segala proses kegiatan belajar di sekolah dasar. Pembahasan Pengertian Kesiapan Belajar Masuk Sekolah Dasar Segala sesuatu obyek dapat diartikan atau memiliki nama dan segala sesuatu memiliki pengertian. Pengertian diambil dari ciri-ciri utma atau tanda-tanda utama yang melekat pada obyek yang akan diberikan pengertian. Seseorang memberikan pengertian melihat dari masing-masing persepsi untuk mengungkapkan ciri-ciri utama dari obyek yang akan diberikan pengertian. Di bawah ini ada beberapa pengertian kesiapan belajar masuk sekolah dasar, yaitu: Kesiapan adalah keseluruhan semua kondisi individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi tertentu (Slameto, 2010:113). Keseluruhan semua kondisi yaitu kondisi kognitif, kondisi psikomotorik, dan kondisi afektif dalam keadaan siap untuk melakukan proses kegiatan belajar dengan cara masing-masing individu terhadap berbagai situasi dalam keadaan siap untuk belajar. Apabila segalanya sudah siap maka apapun, kapanpun, diamanapun dan bagaimanapun seorang pembelajar siap mengikuti kegaiatan belajar serta menerima tugas dari pendidik. Kesiapan merupakan keadaan yang kompleks yang melibatkan banyak hal dalam individu seseorang untuk menerima tugas belajar atau perintah melakukan belajar. Seorang pembelajar harus menyadari bahwa belajar itu harus dalam keadaan siap kognitif, psikomotorik, dan afektif. Bila seorang pembelajar tidak memiliki kesiapan belajar maka dalam mengikuti proses kegiatan belajar menjadi terhambat atau tidak dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar kurang tercapai karena kesiapan belajar akan mempengaruhi hasil belajar, semakin siap belajar maka hasil belajar semakin tercapai sebaliknya semakin kurang siap belajar maka hasil belajar semakin kurang tercapai. 131 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati Kesiapan adalah mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai gerakan atau rangkaian gerakan (W.S Winkel, 2009:278). Kemampuan untuk menempatkan diri seseorang dalam keadaan siap melakukan rangkaian gerakan (rangkaian proses kegiatan belajar) dan keadaan siap melakukan tugas-tugas dari guru sebagai tambahan untuk menammbah pemahaman terhadap materi-materi pelajaran. Siap melakukan rangkaian gerakan atau aktivitas belajar sebagai tanda bahwa anak benar-benar memiliki minat belajar dan motivasi belajar masuk sekolah dasar sebaliknya tidak siap melakukan aktivitas belajar berarti tidak siap belajar masuk sekolah dasar. Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang sudah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan (Djamarah, 2002:35). Kesiapan untuk belajar masuk di sekolah dasar (SD/MI) tidak bisa datang utuh secara tiba-tiba ada di dalam diri anak, baik berupa; minat belajar, motivasi belajar, kemampuan fisik, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosial, kemampuan beradaptasi dengan proses kegiatan belajat dan yang lainnya. Kemampuankemampuan tersebut di atas perlu dipersiapkan untuk ada dalam diri setiap anak, oleh karena itu untuk membantu kesiapan belajar anak harus disiapkan dari lingkungan keluarga dan atau lingkungan pendidikan anak usia dini. Dari lingkungan keluarga, peran orang tua merupakan faktor pertama dan utama dalam membantu menyiapkan anak untuk mengenalkan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan anak termasuk menyiapkan anak masuk sekolah dasar, seperti orang tua mengenalkan membaca, menulis, dan menghitung di rumah, mengajarkan anak memakai pakaian, mengajarkan anak buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) serta yang lainnya sesuai dengan kebutuhan anak. Dari lingkungan pendidikan anak usia dini (PAUD) para guru juga mengenalkan membaca, menulis, dan menghitung dan keterampilan-keterampilan yang lainnya sebagai persiapan anak untuk belajar masuk sekolah dasar. Menurut Hamalik, kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu (Hamalik, 2003:41). Kesiapan (kesiapan belajar) anak untuk belajar dalam keadaan memiliki kemampuan fisik, mental, bahasa, sosial dan memiliki kemampuan untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Contohnya, anak dapat duduk lama di kursi/bangku ketika sedang belajar di kelas dengan tujuan anak akan belajar lama di dalam kelas sehingga diperlukan kapasitas/kemampuan duduk yang lama. Anak dapat memgang pulpen/pencil menulis huruf dengan tujuan anak akan banyak menulis materi dan tugas baru guru di dalam kelas, dan anak dapat memperhatikan/menyimak ketika guru sedang menyampaikan materi pengajaran agar tujuan pengajaran anak dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru dapat tercapai dengan baik. TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 132 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 Menurut Nurkencana bahwa kesiapan belajar dapat diartikan sebagai sejumlah tingkat perkembangan yang harus dicapai oleh seseorang untuk dapat menerima suatu pelajaran baru (Nurkencana, Usaha Nasional, 1986). Kesiapan belajar berkaiatan dengan perkembangan sseeorang, artinya semakin baik proses tingkat perkembangan seseorang maka semakin baik kesiapan belajar seseorang dalam menerima pelajaran atau tugas belajar. Sebaliknya semakin kurang baik atau ada hambatan dalam perkembangan seseorang maka semakin kurang baik kesiapan belajar seseorang itu. Jadi orang tua dan guru PAUD membantu menyiapkan perkembangan kognitif, psikomotorik dan afektif anak agar dapat berkembang secara maksimal dengan baik agar anak dapat siap menerima pelajaran atau materi baru. Seorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu (Sumanto, 2006). Kesiapan belajar sebagai kekuatan atau kemampuan yang membuat seorang pembelajar dapat melakukan cara belajar sesuai dengan cara masing-masing individu. Cara atau metode belajar apapun dapat digunakan untuk mencapai hasil belajar secara maksimal selama tidak memberatkan dan membebani pembelajar dalam mengikuti proses belajar untuk mencapai hasil belajar. Selama pendekatan belajar dan metode (cara) belajarnya dapat menyenangkan dan tidak menjadi masalah bagi pembelajar serta tidak mengganggu pembelajar lainnya maka tidak menjadi persoalan kegiatan belajar anak. Dari pendapat-pendapat di atas tentang pengertian kesiapan belajar maka peneliti mengartikan bahwa kesiapan belajar adalah segala sesuatu keadaan dalam diri seseorang dalam keadaan siap (sehat dan sadar/berfungsi dengan baik) ditunjang dengan pengetahuan, pengalaman, dan kebiasaan serta keterampilan yang mendukung. Yang dimaksud dengan segala keadaan dalam diri seseorag adalah keadaan kognitif, keadaan psikomotorik dan keadaan afektif dalam keadaan siap. Yang dimaksud dalam keadaan siap adalah sehat dan sadar/berfungsi dengan baik, ketika dalam proses mengikuti kegiatan belajar dapat berfungsi secara maksimal tanpa ada gangguan yang menghalangi. Dengan ditunjang dengan pengetahuan yang mendukung, pengelaman yang mendukung, dan kebiasaan yang mendukung, serta keterampilan yang mendukung maka hasil yang akan dicapai dapat tercapai secara maksimal. Tentunya segala yang mendukung itu harus disiapkan karena tidak bisa datang sendiri secara tiba-tiba dan kita harus benar-benar menyiapkan dengan baik dan benar. Termasuk kesiapan belajar masuk di sekolah dasar (SD/MI) harus disiapkan dengan cara melalui lingkungan keluarga yaitu kedua orang tua membantu 133 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati mempersiapakan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak dalam memasuki sekolah dasar dan melalui belajar di Taman Kanak-Kanak sebagai menyiapkan anak belajar masuk di sekolah dasar dengan memberikan pengetahaun dan keterampilan yang mendukung anak masuk sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan ada perbedaan sangat signifikan kesiapan anak sekolah dasar yang mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK, dimana anak SD yang sebelumnya mengikuti pendidikan TK memiliki kesiapan sekolah lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengikuti pendidikan TK (Jurnal, 2010:7, Vol.1). Di beberapa kampung atau desa masih banyak anak yang belum masuk. Menurut Andia Kusuma Danayanti dan Rachamwati, bahwa: 1) Dukungan orang tua terhadap pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan utama sebagai kesiapan anak untuk belajar di sekolah dasar. Harapannya orang tua diharapkan dapat mendampingi anak dalam proses tugas belajar di rumah sehingga mengetahui benar kekurangan dan kelebihan anak, 2) Anak yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi juga lebih baik kesiapan bersekolahnya disbanding anak yang tidak khususnya motivasi internalnya, misalnya adanya minat bersekolah, menyukai hal-hal yang baru, menyukai tantangan yang berkaitan dengan materi pelajaran tertentu(Psikovidya, 2016:10, Vol 20). Kriteria Kematangan/Kesiapan Belajar Untuk Masuk Sekolah Dasar Kematangan atau kesiapan untuk menerima/melaksanakan tugas. Kata matang dapat digunakan untuk makanan atau minuman yang sudah siap dan layak untuk dimakan seetelah proses telah dilaksanakan. Kata matang juga dapat digunakan untuk buah-buahan yang masih ada di pohon yang sudah siap dan layak untuk dipetik dan dimakan. Makanan dan minuuman yang matang/masak memiliki ciri-ciri atau kriteria matang dan siap untuk dikonsumsi. Anak yang sudah memiliki kematangan atau kesiapan untuk masuk sekolah dasar tentu ada kriteria-kriterianya Di bawah ini beberapa kriteria-kriteria kematangan anak masuk sekolah dasar (SD/MI). Menurut Abu Ahamadi dan Munawar Sholeh bahwa kriteria kematangan anak dalam hal ini yaitu: 1) Anak harus sudah dapat bekerja sama dalam suatu kelompok anak-anak lainnya. serta tidak lagi banyak tergantung dengan ibunya dalam kegiatannya, 2) Anak harus sudah mampu mengamati secara terurai terhadap bagianbagian dari objek lainnya, 3) nak harus sudah mampu menyadari akan kepentingan orang lain. To take and give. Bagi Indonesia kriteria umur ditetapkan adalah + 7 tahun, untuk dapat masuk pada sekolah dasara (SD), 4) Adanya keingingan yang cukup TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 134 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 tinggi, terutama yang menyangkut perkembangan intelektual anak, biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau senang melakukan pengembaraan serta percobaan-percobaan, 5) Energi yang melimpah, sehingga kadangkala anak itu tidak memperdulikan bahwa dirinya telah lelah atau capek. Karena energi yang sangat cukup, inilah nantinya sebagai sumber potensi dan doroangan anak untuk belajar, 6) Perasaan kesosialan yang berkembang sangat pesat, sehingga anak menyukai untuk mematuhi grup teman sebayanya (peer group), malah terkadang anak lebih suka mementingkan peer groupnya, disbanding pada orang tuanya. Hal ini memungkinkan karena anak telah banyak kawan sekolahnya, 7) Sudah dapat berpikir abstrak, sehingga memungkinkan bagi anak untuk menentukan hal-hal yang berupa teori-teori ataupun norma-norma tertentu, 8) Minat istimewa tertuju pada kegemaran dirinya (gemar bermain gitar, pelihara binatang, dan lain-lain) yang mengakibatkan melakukan tugas belajarnya, 9) Adanya kekejaman, yaitu “perhatian anak ditujukan kepada dunia luar, akan tetapi dirinya tidak mendapat perhatian, saat itu juga anak belum mengenal jiwa orang lain (Ahmadi dan Sholeh, 2005:111-112). Dari kriteria kematangan belajar masuk sekolah dasar (SD/MI) menuut Abu Ahamadi dan Munawar Sholeh di atas. Penulis akan menjelaskan masing-masing pokok, yaitu: Anak harus sudah dapat bekerja sama dalam suatu kelompok anak-anak lainnya. Kerja sama merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan sosial anak karena di dalam kerja sama terdapat nilai-nilai sosial yang harus dikembangkan oleh anak, diantranya yaitu nilai kepercayaan, nilai empati, nilai simpati, nilai tolong menolong, nilai persatuan, dan nilai tanggung jawab dalam kelompok. Kerja sama di dalam kelas atau sekolah sebagai bentuk menyiapkan anakanak untuk hidup bersosial di masyarakat. Kerja sama di dalam kelas di antaranya yaitu kerjasa sama dalam membersihakan ruangan kelas setiap hari melalui jadwal piket kebersihan kelas dan kerja sama melaksanakan tugas pekerjaan rumah sebagai tambahan matari belajar untuk menambah pemahaman anak Anak harus sudah mampu mengamati secara terurai terhadap bagian-bagian dari objek lainnya. Misalnya yaitu anak dapat mengamati pohon secara keseluruhan kemudian menguraikan terhadap bagian-bagian dari pohon itu terdiri dari akar, kulit, batang, cabang, ranting, buah, dan daun. Anak dapat mengamati kalimat sederhana kemudian menguraikan terhadap bagian-bagian dari kalimat sederhana itu yang terdiri dari huruf, suku kata, kata dan kalimat sederhana. Anak harus sudah mampu menyadari akan kepentingan orang lain. To take and give maksudnya adalah anak sudah memiliki kemampuan untuk memikirkan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dibutuhkan oleh orang lain (teman-teman di sekirtarnya) misalnya seorang anak apabila melihat temannya membutuhkan bantuan pinjam pulpen karena pulpennya rusak maka anak iu tdapat meminjamkan pulpen 135 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati yang tidak dipakai untuk temannnya, apabila seorang anak melihat temannya terjatuh karena berlari maka anak itu membantu temannya untuk bangun. Pikiran dan perasaan ego sentris anak mulai berkurang tidak seperti waktu di lembaga pendidikan anak usia dini dan tidak seperti anak usia dua tahun atau empat tahun yang selalu memikirkan diri sendiri, tidak mau berbagi dan kurang perhatian terhadap teman-teman di sekitarnya. Adanya keingingan yang cukup tinggi, terutama yang menyangkut perkembangan intelektual anak, biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau senang melakukan pengembaraan serta percobaan-percobaan, maksudnya yaitu anak memiliki rasa ingin tahu atau penasaran yang sangat besar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Rasa penasaran ini bila ditindak lanjuti sampai menemukan jawaban-jawaban akan menambah pengetahuan anak. Dari rasa penasaran ini anak dapat mengembangkan pengetahuan yang ada dalam diri anak. Orang tua dan guru harus membantu untuk memenuhi rasa ingin tahu anak dengan cara memberikan jawaban dari segala pertanyaan anak bila dibutuhkan karena tidak semua pertanyaan diberikan jawaban dengan penjelasan selengkap-lengkapnya misalnya pertanyaan seks. Rasa ingin mencoba, petualangan atau pengembaran anak sangat tinggi terkadang dapat membahayakan anak maka orang tua dan guru terus tetap memberikan pengawasan kepada anak dalam segala aktivitas anak biar dalam keadaan aman dan tidak membahayakan anak. Energi yang melimpah, sehingga kadangkala anak itu tidak memperdulikan bahwa dirinya telah lelah atau capek, artinya anak memiliki energi yang sangat besar dan seakan-akan engga pernah habis energinya. Ketika orang-orang dewasa kelelahan maka sering terlihat anak masih semangat untuk tetap meneruskan bermainnya sehingga terkadang menjadikan kekhawatiran otang tua apabila anak sangat kelehan anak menjadi sakit. Energi yang berlimpah dengan berbagai kegiatan motorik kasar merupakan sebagai menyiapkan anak. Perasaan kesosialan yang berkembang sangat pesat, sehingga anak menyukai untuk mematuhi grup teman sebayanya (peer group), malah terkadang anak lebih suka mementingkan peer groupnya, artinya ketika anak masuk sekolah dasar (SD/MI) dan menjadi siswa/siswi di sekolah dasar perkembangan sosial anak lebih berkembang dari pada sebelumnya perkembangan sosial di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) karena lingkungan di sekolah dasar lebih luas dari pada di pendidikan anak usia dini, teman-teman sekelas di sekolah dasar lebih banyak dibanding teman sekelas di pendidikan anak usia dini, hari dan jam belajar di sekolah dasar lebih panjang dibanding hari dan jam belajar di pendidikan anak usia dini, dan teman-teman di luar kelas di sekolah dasar lebih banyak dibanding teman-teman di luar kelas di pendidikan anak usia dini. Anak-anak sekolah dasar ruang bermainnya TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 136 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 lebih luas dan waktu bermiannya dengan tema-temannya lebih banyak artinya ruang bermain anak anak sekolah dasar lebih banyak di luar rumah, seperti di halaman rumah, halaman sekolah, lapangan bola, tanah kosong, bahkan di jalan karena mereka sudah banyak yang bisa naik dan mengendarai sepeda dengan baik sehingga ruang berminnya lebih luas dengan teman-temanya. Waktu bermain anak sekolah lebih banyak dengan teman-temannya di luar rumah dengan teman-teman seusianya dari tetangga-tetangga sekitarnya. Sudah dapat berpikir abstrak, sehingga memungkinkan bagi anak untuk menentukan hal-hal yang berupa teori-teori ataupun norma-norma tertentu artinya anak sekolah dasar sedang mulai berpikir abstrak untuk menerima teori-teori (penjelasan-penjelasan materi pelajaran) disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Materi-materi pelajaran yang guru jelaskan di dalam kelas perlahan-lahan anak mulai memahaminya. Norma-norma tertentu (nilai norma baik dan buruk) tentang perilaku, anak mulai mengenal atau memahaminya. Minat istimewa tertuju pada kegemaran dirinya (gemar bermain gitar, pelihara binatang, dan lain-lain) yang mengakibatkan melalaikan tugas belajarnya, artinya anak yang sudah masuk sekolah dasar memiliki kegemaran, hoby, atau kesukaan terhadap sesuatu, diantaranya yaitu: pelihara binatang, naik sepeda, main game, nonton televis, dan bermain bersama-sama dengan teman-temannya sehingga melalaikan atau melupakan belajarnya. Orang tua dan guru harus terus tetap mengingatkan anak untuk menyempatkan belajar di rumah dengan orang tuanya agar jangan sampai melupakan belajar. Salah satu agar anak belajar di rumah yaitu guru memberikan tugas belajar atau pekerjaan rumah (PR) untuk menambah pemahaman materi-materi pelajaran dari gurunya di sekolah. Adanya kekejaman, yaitu “perhatian anak ditujukan kepada dunia luar, akan tetapi dirinya tidak mendapat perhatian, artinya kekejaman yang dimaksud bukan kekerasan bahasa, fisik, seksual atau mental. Kekejaman yang dimaksud adalah kurang atau tidak mendapatkan perhatian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Anak sangat membutuhkan perhatian dari orang tua dan orang-orang yang ada di sekitarnya, perhatian mereka dapat memberikan motivasi belajar anak untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik. Semakin besar pehatian belajar anak maka semakin besar peluang anak untuk mendapatkan prestasi belajar, semakin kurang atau kecil perhatian belajar anak maka semakin kecil peluang anak untuk mendapatkan prestasi belajar. Menurut Utami Munandar, Kematangan Sekolah (kesiapan anak masuk sekolah dasar). Pada awal anak lanjut, anak mulai masuk sekolah dasar. Masa ini merupakan batu tonggak dalam hidupnya, ditandai oleh banyak perubahan dalam sikap dan perilaku. 137 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati Tanda-tanda atau kriteria kesiapan masuk sekolah dasar sebagai berikut: 1) Usia masuk sekolah dasar adalah usia 6 tahun, 2) Fisik mengalami perubahan bentuk badan kanak-kanak ke bentuk badan anak sekolah. Pada masa kanak-kanak kepala relatif besar, badan bulat, bagian atas dan bawah sama lebarnya, kaki dan tangan relatif pendek, dan bulat. Secara proporsional (dibandingkan dengan bagian-bagian badan lainnya) untuk usia sekolah dasar kepalanya relatif panjang, badan relatif pendek dibandingkan dengan kaki, mulai tampak ada pinggang, 3) Perubahan mental/kecerdasan untuk menangkap pelajaran di dalam kelas, 4) Sikap dan perilaku, anak dapat duduk diam di bangku dalam waktu yang lama. Memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru (Munandar, 1999:5-6). Usia masuk sekolah dasar adalah usia 6 tahun. Usia 6 tahun merupakan usia pada umumnya anak memiliki kesiapan belajar masuk sekolah dasar, artinya pada umumnya pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki kematangan sekolah walaupun ada juga usia 6 tahun anak yang belum memiliki kematangan sekolah dan pada umumnya para orang tua memasukkan anak-anak mereka ke sekolah dasar (SD/MI) pada usia 6 tahun walaupun masih juga ditemukan ada anak kurang dari 6 tahun masuk sekolah dasar bahkan ada juga anak yang masuk sekolah usia 7 tahun. Kesehatan fisik , kelengkapan atau kesempurnaan fisik , dan menjaga fisik. Adapun contohnya di antaranya yaitu: tidak memiliki penyakit yang mengganggu berpikir dan kegiatan belajar anak, keterampilan fisik dalam menulis, memakai pakaian sendiri, memakai sepatu sendiri, memakai kaos kaki sendiri, mandi sendiri, buang air besar (BAB) sendiri, Buang air besar (BAK) sendiri, menyisir rambut sendiri, dapat pergi berjalan kaki sendiri ke sekolah, jika sekolahnya dekat. Memiliki mental atau kecerdasan yang mendukung dalam belajar. Anak memiliki kemampuan untuk memahami materi-materi yang disampaikan oleh guru. Materi-materi ini sudah disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia masuk sekolah, jadi materi ini akan mudah diterima oleh anak. Jika anak belum siap menerima materi-materi ini, seperti materi membaca yang sudah dikenalkan sebelumnya di taman kanak-kanak jika di kelas 1 sekolah dasar ini masih belum juga maka anak tidak naik kelas. Sikap dan perilaku, anak dapat duduk diam di bangku dalam waktu yang lama. Diam bagi anak usia 6 tuhun merupakan suatu sikap dan perilaku karena bagi anak usia 6 tahun sebelumnya mereka memiliki kebiasaan tidak bisa duduk diam yang lama, sedikit-dikit mereka bergerak, sebentar-bentar pindah-pindah duduk, dan sering berjalan serta berlarian. Ketika anak belajar masuk sekolah dasar anak harus memiliki kemampuan memusatkan perhatian kepada anak guru yang sedang menjelaskan materi-materi pelajaran di dalam kelas. TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 138 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar Anak Masuk Sekolah Dasar (SD/MI) Di dunia ini ada yang mempengaruhi dan ada yang dipengaruhi. Kadang mempengaruhi dan kadang dipengaruhi bahkan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Di bawah ini faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan kematangan sekolah atau kesiapan belajar anak masuk sekolah dasar. Menurut S.C. Utami Munandar, yang menentukan kematangan sekolah seseorang anak sebagai berikut: 1) Perkembangan fisik anak merupakan salah satu faktor penentu kematangan sekolah anak. Suatu penelitian yang menggunakan ukuran-ukuran antropometrik menemukan bahwa siswa-siswa yang gagal di kelas satu sekolah dasar, perkembangan fisiknya kurang matang dibandingkan dengan kelompok siswa yang berhasil. 2) Perkembangan mental juga merupakan salah satu patokan kematangan sekolah dan hal ini dapat diukur dengan tes inteligensi atau tes kematangan sekolah. Kedua jenis tes ini terdiri dari bermacam-macam tugas yang harus diselesaikan anak. 3) Sejauh mana seorang anak masih tergantung pada orang tuanya atau masih terikat pada ibunya juga menjadi patokan kematangan sekolah. Anak yang masih terlalu “lengket” pada ibunya, segala sesuatu harus dilakukan oleh ibu atau bersama ibu, akan mengalami kesulitan jika di dalam kelas ia harus berpisah dari ibunya dan harus patuh terhadap peraturan peraturan di dalam kelas. Sebetulnya pada pada umur 5-6 tahun, anak seharusnya sudah dapat berpisah dari ibunya untuk waktu tertentu dan dapat menerima otoritas lain, dalam hal ini guru tokoh guru. Anak usia sekolah dasar tidak boleh terlalu terikat pada suasana emosional di rumah dan harus dapat menyesuaikan diri terhadap suasana sekolah. Jika seorang anak masih terlalu banyak mencari perlindungan dari ibu atau gurunya berarti ia belum cukup matang untuk bersekolah. 4) Sejak umur 4 tahun sudah mulai lebih mandiri, antara lain tampak dari kemampuan memilih kegiatan yang ingin dilakukan. Kegiatan yang mana dipilih tergantung dari minat anak dan pengaruh-pengaruh dari lingkungan, yaitu lingkungan keluarga (termasuk cara pendidikan) dan lingkungan teman sebaya. Ada anak yang selalu ragu-ragu, takut-takut, atau selalu berubah-ubah dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan. 6) Anak yang cukup matang untuk bersekolah tidak hanya dapat memilih sendiri suatu tugas, tetapi dapat pula menyelesaikan tugas itu. Perkembangan kesadaran akan tugas dapat dilihat dari kemampuan anak untuk menyelesaikan baik tugas yang diberikan maupun tugas yang dipilih sendiri. Menyelesaikan tugas yang dipilih sendiri memerlukan banyak inisiatif dari pada tugas yang akan diberikan oleh orang lain. 7) Ketetapatan prestasi kerja juga merupakan salah satu faktor yang menentukan kematangan anak bersekolah. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana anak itu mampu memperhatikan, beberapa lama perhatiannya dapat bertahan, bagaimana daya konsentrasinya, keuletan 139 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati bekerjanya, sejauh mana perhatiannya mudah beralih, dan sebagainya. Ketepatan kerja anak dapat dilihat dari tugas yang harus diselesaikan dalam beberapa hari; demikian pula keuletannya mangatasi kesulitan-kesulitan yang timbul, tanpa cepatcepat meminta bantuan guru. 8) Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam menilai kematangan bersekolah adalah keteraturan anak baik dalam berpikir maupun dalam perilaku, termasuk tingkah laku sosial. Hal ini dapat dilihat antara lain dari menggambar Perkembangan fisik anak merupakan faktor pertama yang mudah diamati untuk menentukan seorang anak itu sudah memiliki kematangan sekolah atau kesiapan belajar masuk sekolah dasar karena dengan keadaan fisik yang sehat, kuat, aktif dan sempurna serta keterampilan motorik halus dan motorik kasar yang mendukung kegiatan belajar di sekolah seperti terampil menggunakan pulpen untuk menulis, terampil memakai dan melepaskan pakaian (baju, celana, sepatu dan kaos kaki), terampil mengurus diri sendiri (mandi, buang air besar, buang air kecil serta menggosok gigi) maka tidak merepotkan orang tua di rumah dan guru di sekolah. Menurut Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Mulai umur 6 tahun ini, seoang anak pertumbuhan badannya relatif seimbang, maka anak menjadi senang bermain keseimbangan dan penguasaan badan. Pertumbuhan fisik yang berlangsung secara baik itu sudah barang tentu ikut berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak.. Pada masa tersebut anak sudah matang untuk masuk sekolah. Walaupun dalam praktek sering kali diadakan seleksi mencari anak yang sudah matang jiwanya(Ahmadi dan sholeh, 2005:111). Menurut Wasty Soemanto bahwa perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indra, dan kapasitas intelektual(Sumanto, 2006:191). Perkembangan mental disini ditekankan pada kecerdasan anak, dengan memiliki kecerdasan yang mendukung anak untuk belajar di sekolah dasar kelas 1, ditandai dengan kemampuan membaca, menulis dan menghitung yang sudah dibawa anak dari hasil belajar dengan orang tua di lingkungan keluarga dan hasil belajar dengan guru di lingkungan pendidikan anak usia dini akan membantu anak dalam mengikuti proses kegiatan belajar di sekolah. Kecerdasan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis dan menghitung saja tapi masih banyak kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan seperti kemampuan menyelesaikan masalah belajar, menyelesaikan tugas dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan teman-teman belajar di dalam kelas atau di luar kelas. Ketergantungan anak kepada orang tuanya atau ibunya merupakan faktor yang menentukan atau mempengaruhi kesiapan belajar di sekolah. Semakin sangat tergantung (kurang mandiri) anak maka semakin sangat kurang memiliki kesiapan TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 140 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 belajar di sekolah, semakin kurang tergantung (lebih mandiri) anak maka semakin memiliki kesiapan belajar di sekolah. Kemandirian anak seharusnya sudah disiapkan sebelum usia masuk sekolah dasar (usia 6 tahun) yaitu sudah disiapkan dari usia 4 – 6 tahun dengan memasukkan anak belajar di Taman Kanak-Kanak (TK) jadi selesai belajar dari taman kanak-kanak, usia anak sudah mencapai 6 tahun. Anak belajar d taman kanak-kanak sebagai upaya untuk menyiapkan anak belajar di sekolah dasar. Kesiapan anak belajar di sekolah dasar ini dilihat dari perkembangan anak diantaranya kemampuan memilih kegiatan yang diinginkan sesuai minat anak, menikmati permainan dipilihnya, bertanggung jawab terhadap mainnya (menjaga, merapihkan, dan meletakkan mainannya pada tempatnya). Memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugas belajarnya dengan cara menyelesaikan tugas dari gurunya atau tugas yang dipilih sendiri (pekerjaan sendiri). Kesadaran untuk bertanggung jawab merupakan kemampuan anak memahami bahwa tugas dari gurunya sangat penting bagi dirinya dan harus diselesaikan sebagai bentuk tanggung jawab dirinya kepada gurunya. Anak mengetahui bila tidak menyelesaikan tugas maka anak akan mendapat hukuman (teguran) dari gurunya karena merasa anak tidak bertanggung jawab. Ketetapatan prestasi kerja adalah kesungguhan dalam niat, berpikir, konsentrasi, perhatian, kemandirian, dan daya juang untuk mengerjakan tugas-tugas belajar. Ketetapatan perstasi kerja merupakan seseuatu yang sangat penting dalam diri anak untuk melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik. Semakin baik ketepatan prestasi kerja anak maka semakin baik dalam mencapai presatasi belajar anak di sekolah. Keteraturan anak baik dalam berpikir maupun dalam perilaku. Keteraturan dalam berpikir adalah kemampuan untuk berpikir sesuai dengan perkembangan kognitif anak sesuai dengan usia anak artinya pada usiia 6 – 7 tahun anak berpikir dalam tahap praoperasional akan memasuki operasional konkret (tahap transisi perubahan dari praoperasional berubah ke operasional konkret). Ketraturan dalam berprilaku adalah kemampuan untuk bersosial dengan teman-teman seusianya masih dalam batas kewajaran. Dari beberapa pendapat di atas, anak yang memiliki kesiapan belajar masuk sekolah dasar memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri dalam diri anak tidak datang secara tiba-tiba tetapi datang melalui proses atau pengalaman sebelumnya yang telah dialami oleh anak. Misalnya: anak telah belajar di Taman Kanak-Kanak (TK) selama dua tahun mengenal membaca, menulis, dan menghitung jadi ketika ketemu dengan kegiatan belajar membaca, 141 Analisis SWOT Sebagai Dasar… I. M. Susilawati menulis dan menghitung di SD maka anak merasa bisa mengikuti kegiatan belajar membaca, menulis dan menghitung. Anak memilki banyak teman dan sering bermain dengan teman-temannya waktu belajar di TK jadi ketika ketemu dengan teman-teman baru maka anak dapat berteman dengan teman-teman barunya di SD. 2) Memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar ada dalam diri anak karena sebab-sebab terntu yang datang dari lingkungan keluarga atau lingkungan belajar. Anak memiliki motivasi belajar yang tinggi karena anak memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kesadaran bahwa belajar itu sangat penting sekali untuk diri sendiri dan orang lain. Dengan belajar akan menjadi pintar, dengan belajar akan menjadi mudah, dengan belajar akan dihargai dan dihormati oleh orang-orang. 3) Memiliki kesempatan besar meraih prestasi belajar. Anak yang memiliki kesiapan belajar yang baik dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya memiliki kesempatan yang besar untuk meraih prestasi belajar di dalam kelas. Semakin memiliki kesiapan belajar yang baik maka semakin besar untuk meraih prestasi belajar di dalam kelas. Semakin kurang memiliki kesiapan belajar kurang baik maka semakin kecil untuk meraih prestasi belajar di dalam kelas. Pada umumnya dan biasanya anak yang mendapatkan rangking kelas tertingi yaitu anak yang memiliki kesiapan belajar yang besar. Penutup Kesiapan belajar merupakan kesiapan yang kompleks yang melibatkan banyak hal diantaranya yatiu kesiapan kognitif, afektif dan psikomotorik anak untuk melaksanakan kegiatan belajar di kelas sekolah dasar. Pengetahuan dan keterampilan anak mempengaruhi kesiapan belajar anak masuk sekolah dasar , anak yang memiliki kesiapan belajar memiliki rasa percaya diri kuat dan aktif dalam mengikuti kegiatankegiatan belajar serta memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan temantemannya. Orang tua dan guru dalam mengelola menyiapkan anak masuk sekolah dasar perlu ditingkatkan agar kesiapan anak belajar di sekolah dasar lebih baik dan lebih siap dalam mengikuti kegiatan belajar. Kerjasama orang tua dan guru dalam menyiapkan anak masuk sekolah dasar merupakan sesuatu yang sangat penting sekali dan sangat mempengaruhi anak memiliki kesiapan belajar masuk sekolah dasar. Anak-anak yang memiliki kesiapan belajar yang baik masuk sekolah dasar dilatar belakangi dari orang tua dan guru kerja keras dalam menyiapkan anak masuk sekolah dasar. Orang tua kerja keras mendidik anak di ruman dan guru kerja keras mendidik anak di lembaga pendidikan anak usia dini. Kerja keras orang tua dan guru mengantarkan anak memiliki kesiapan belajar masuk sekolah dasar (SD/MI) TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 142 TARBAWI Vol. 3. No. 01, 2017, hal.129-143 ISSN 2442-8809 Daftar Pustaka Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan Untuk: Fakultas Tarbiyah IKIP SGPLB serta Para Pendidik. Jakarta: PT. RinekaCipta. Djamarah dan Saiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus, Volume 1, No 1, Desember 2010 “ Kesiapan Memasuki Sekolah Dasar Pada Anak yang mengikuti Pendidikan TK Dengan Yang Tidak Mengikuti Pendidikan TK di Kabupaten Kudus, h. 7 Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagai Para Guru Dan Orang Tua. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Nurkencan, W. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Psikovidya Vol. 20 No. 1 April 2016, “Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar Ditinjau Dari Dukungan Orang Tua Dan Motivasi Belajar, h. 10 Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. 143