BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan laporan keuangan pada suatu perusahaan publik dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pemangku kepentingan, baik bagi stakeholder maupun shareholder. Menurut Yadirichukwu (2013), berkembanganya kebutuhan informasi dari pihak yang memiliki kepentingan operasional, menimbulkan kebutuhan akan laporan keuangan yang tepat waktu dan akurat. Tepat waktu dan akurat yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan informasi yang dibutuhkan para pengambil keputusan sebelum informasi di dalam laporan keuangan tersebut kehilangan daya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan (Atkas dan Kargin, dalam Yadirichukwu 2013). Oleh karena itu laporan keuangan harus diterbitkan sesegera mungkin setelah periode pencatatan akuntansi berakhir. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (sekarang Otoritas Jasa Keuangan, OJK) Nomor: KEP346/BL/2011 Tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bapepam dan LK (sekarang OJK) paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir. Adanya ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dapat menimbulkan ketidakpastian khususnya dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini terjadi karena ketepatwaktuan pelaporan keuangan merupakan salah satu komponen penting dalam kelangsungan pasar modal yang sehat (Turel, 2010). 1 Pada negara-negara berkembang, tersedianya laporan keuangan untuk bisa diakses oleh publik secara tepat waktu sangatlah penting (Vuko dan Cular, 2014). Hal ini dikarenakan tidak adanya sumber lain yang mampu memberikan informasi keuangan selain publikasian laporan keuangan tersebut. Berita-berita yang dirilis melalui media tidak mampu merepresentasikan kondisi keuangan yang benar-benar terjadi pada suatu perusahaan, selain itu badan-badan otoritas di negara berkembang juga belum seefektif badan otoritas di negara-negara maju (Ahmed, 2003). Ketepatwaktuan dari publikasi laporan keuangan ke pasar modal ditentukan oleh jangka waktu diterbitkannya laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, atau sering disebut audit delay (Puspitasari dan Latrini, 2014). Jangka waktu audit delay terhitung dari tanggal berakhirnya periode pencatatan laporan keuangan suatu perusahaan hingga tanggal diterbitkannya laporan auditor. Semakin panjang jangka waktu audit delay maka semakin lama juga laporan keuangan bisa dipublikasikan ke publik, yang juga akan semakin memberi sinyal buruk terhadap para investor atas prediksian abnormal return yang negatif (Chambers dan Penman, 1984). Turel (2010) menyebutkan determinan yang mempengaruhi panjangnya durasi audit delay dapat berasal dari faktor dari auditor independen perusahaan (audit related factors) maupun faktor internal perusahaan dalam menyusun laporan keuangan (company specific factors) itu sendiri. Penelitian ini hendak menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi panjangnya audit delay baik dari segi auditor seperti ukuran KAP, tenur audit, dan financial restatement maupun dari segi internal perusahaan seperti ukuran klien, tingkat leverage, dan profitabilitas. 2 Kantor Akuntan Publik (KAP) selaku penyedia jasa audit independen diyakini memiliki pengaruh terhadap kinerja audit, yang pada akhirnya juga menentukan panjangnya durasi audit delay. Carslaw dan Kaplan (1991) berpendapat bahwa KAP yang berukuran besar, diproksikan sebagai KAP Big Four, mampu menyelesaikan tugas audit dengan waktu yang lebih singkat karena ketersediaan sumber daya yang lebih besar daripada KAP yag bukan anggota Big Four. Durasi yang lebih singkat ini didukung oleh kefektifan KAP tersebut dalam memberikan jasa melalui auditor-auditornya yang relatif lebih kompeten dan teknik audit yang lebih efisien. KAP yang merupakan anggota Big Four juga dinilai memiliki jam terbang yang lebih tinggi sehingga dalam melakukan kinerja audit lebih familiar terhadap industri-industri tertentu. Selain itu lamanya perikatan antara KAP dengan suatu perusahaan, atau sering disebut tenur audit, juga dinilai secara signifikan mempengaruhi durasi audit delay (Dao dan Pham, 2014). Banyak ahli menyetujui pemberlakuan rotasi bagi KAP setelah melakukan perikatan selama jangka waktu tertentu. Di Indonesia sendiri regulasi yang mengatur perihal perikatan audit telah tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Melalui peraturan tersebut, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturutturut. Pengaturan ini bertujuan untuk pembinaan dan pengawasan yang efektif bagi KAP dan Akuntan Publik dalam rangka melindungi kepentingan umum dan mendukung perekonomian yang sehat serta efisien. 3 Di sisi lain beberapa ahli justru mendukung adanya tenur audit dengan pertimbangan besarnya biaya pergantian auditor auditor (Lee et al., 2009; Dao dan Pham, 2014). Pendapat tersebut juga didasari anggapan bahwa dengan penggantian auditor maka akan mempengaruhi kualitas audit karena pada umumnya auditor di masa awal perikatannya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang perusahaan dan industri dimana kliennya beroperasi (Lim dan Tan, 2010). Tenur audit yang pendek cenderung menyebabkan keterlambatan publikasi informasi dikarenakan ketidakfamiliaran auditor terhadap operasional perusahaan sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang dalam melakukan proses audit (Habib dan Bhuiyan, 2011). Penelitian sebelumnya oleh Lee et al. (2009) juga menunjukkan bahwa durasi audit delay akan berkurang seiring dengan semakin panjangnya jangka waktu tenur audit. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor dengan tenur audit yang lebih panjang mampu melaksanakan audit terhadap kliennya dengan lebih efisien. Penelitian ini juga mendukung argumen bahwa pergantian auditor, baik dalam memenuhi kewajiban ataupun tidak, akan menimbulkan biaya tambahan bagi klien dan akan menimbulkan iniefisensi informasi karena keterlambatan publikasi informasi keuangan klien tersebut. Auditor independen bersama dengan manajemen dan komite audit perusahaan berupaya seoptimal mungkin dalam menyajikan laporan keunagan yang akurat bagi para pengguna laporan keuangan. Namun, dalam beberapa kondisi hal ini tidak berjalan sempurna. Ada kemungkinan terjadinya kesalahan pencatatan yang dapat disebabkan oleh pengendalian internal perusahaan, extraordinary event maupun perubahan peraturan yang diadopsi dalam penyusunan laporan keuangan. Untuk itu, auditor bersama dengan manajemen perusahaan perlu melakukan 4 retrospektif atau penyajian kembali laporan keuangan (finacial report restatement) yang terindikasikan kesalahan pencatatan. Financial Accounting Standards Board (FASB, 2001) menyebutkan bahwa penyajian kembali laporan keuangan di tahun berjalan maupun periode sebelumnya bergantung kepada kematerialitasan salah saji pencatatan. Tentu saja dengan adanya penyajian kembali (restatement) akan berdampak pada bertambahnya durasi dari penyelesaian audit yang berujung pada keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut. Keterlambatan ini tidak hanya mempengaruhi ketidakpastian pengambilan keputusan investasi, namun juga akan menimbulkan reaksi pada pasar modal (Purbowati, 2009). Selain itu company specific factors seperti ukuran klien juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi durasi audit delay (Vuko dan Cular, 2014). Meskipun perusahaan yang berukuran lebih besar memiliki tingkat kompleksitas internal yang lebih tinggi untuk diaudit, beberapa penelitian empiris justru menunjukkan adanya hubugan negatif antara durasi audit delay dengan ukuran klien. Sebagaimana disebutkan oleh Dyer dan McHugh (1975), perusahaan berukuran besar cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan pergerakan perusahaan diawasi oleh banyak pihak, seperti investor, kreditor, dan para pembuat kebijakan. Perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lebih buruk juga cenderung memiliki durasi audit delay yang lebih lama (Lee et al., 2009). Kondisi finansial perusahaan diproksikan dengan tingkat leverage dan profitabilitas. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage lebih tinggi dianggap lebih berisiko membuat auditor juga cenderung lebih berhati-hati dalam mengaudit perusahaan, sehingga waktu penyelesaian audit pun juga lebih lama (Lee & Jahng, 2008). Sebaliknya, perusahaan 5 yang memiliki kondisi keuangan yang baik seperti tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki insentif untuk segera menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu sebagai sinyal good news bagi para investornya (Eghliaow, 2013). Penelitian terkait audit delay pada perusahaan di Indonesia pada umumnya menggunakan data dari perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (Halim, 2000; Purbowati, 2009; Lembang, 2014). Melalui penelitian ini pengamatan diarahkan lebih spesifik dengan menggunakan data dari perusahaanperusahaan yang tercatat pada indeks LQ45. Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar (Pradipto, 2012). Indeks LQ45 menggunakan 45 perusahaan yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Penelitian ini menggunakan data dari perusahan yang tercatat dalam indeks LQ45 selama periode 2013—2015 karena perusahaan yang termasuk ke dalam indeks tersebut merupakan perusahaan-perusahaan dengan urutan tertinggi yang mewakili tiap-tiap dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya. Penulis berasumsi bahwa sampel yang diambil dari indeks LQ45 akan menggambarkan perusahaan-perusahaan terbaik di Indonesia dengan durasi audit delay yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak terdaftar pada indeks ini karena perusahaan di indek LQ45 cenderung ingin melaporkan posisi keuangan secepat mungkin kepada para investor dan stakeholder-nya. 1.2 Pertanyaan Penelitian Mengacu pada latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 6 1. Berapa rata-rata durasi audit delay periode 2013—2015 untuk perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah ukuran KAP, tenur audit, financial report restatement, ukuran klien, tingkat leverage, dan profitabilitas berpengaruh terhadap durasi audit delay pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2013—2015? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini terbatas pada analisis mengenai karateristik auditor dan perusahaan yang teridentifikasi mempengaruhi audit delay atas perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2013—2015. Karateristik yang dimaksud peneliti adalah ukuran KAP, tenur audit, dan financial report restatement, ukuran klien, tingkat leverage, dan profitabilitas perusahaan Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan publik yang tercatat pada indeks LQ45, yang laporan keuangannya dapat diunduh melalui situs www.idx.co.id untuk tahun 2013—2015. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan penelitian ini adalah: 1. Menghitung durasi rata-rata audit delay pada perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013—2015. 2. Memperoleh bukti empiris atas adanya pengaruh ukuran KAP, tenur audit, financial restatement , ukuran klien, tingkat leverage, dan profitabilitas perusahaan terhadap durasi audit delay perusahaan yang tercatat dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2013—2015. 7 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi KAP Memberikan informasi dan bukti empiris kepada auditor mengenai karakteristik auditor itu sendiri yang dapat mempengaruhi audit delay sehingga auditor dapat mengoptimalkan bahkan meningkatkan kinerja auditnya. 2. Bagi Perusahaan Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai peran penting dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan kepada publik khususnya bagi para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya baik dari segi karakteristik auditor indpenden yang dipilih perusahaan. 3. Bagi Akademisi Memberikan tambahan informasi kepada akademisi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi durasi audit delay yang dapat menjadi referensi dan tambahan data untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Data Penelitian Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yang merupakan laporan keuangan auditan perusahaan-perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 pada Bursa Efek Indonesia periode 2013—2015. Data tersebut dapat diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Financial 8 Market Update Corner Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FMU Corner FEB UGM). 1.7 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, data penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dalam bab ini membahas pemaparan teori-teori yang menjadi dasar penelitian dan diperluas dengan berbagai sumber referensi serta konsepkonsepyang relevan dengan penelitian ini. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi serta sampel yang diteliti, sumber dan jenis data, variabel penelitian, metode yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data, dan alat analisis yang digunakan peneliti. BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas hasil olah data yang didapatkan dari pelaksanaan penelitian ini, serta pemaparan analisis data dan hasil pengujian hipotesis. 9 BAB V. PENUTUP Dalam bab ini akan membahas simpulan yang berupa penjelasan singkat mengenai apa yang diperoleh dari pembahasan. Di samping itu bab ini juga akan memuat keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. 10