BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Earnings management timbul karena adanya agency conflicts, yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan (Sudewi, 2004) dalam Palestin (2010). Dengan adanya pemisahan ini, pengelola diberikan kewenangan oleh pemilik perusahaan untuk mengurusi jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya atas nama pemilik. Dengan kewenangan yang diberikan itu, pengelola mungkin saja tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik, karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interests). Keleluasan dalam mengelola perusahaan dapat menyebabkan penyalahgunaan wewenang, manajemen sebagai pengelola akan memaksimalkan laba perusahaan yang menuju pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen atas biaya pemilik perusahaan. Menurut (FCGI, 2001) hal ini terjadi mungkin karena pengelola mempunyai informasi yang tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan (asymmetric information). Laporan keuangan adalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Perusahaan secara periodik akan menyiapkan laporan keuangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor, pemegang saham, kreditur dan pemerintah. Laporan keuangan berfungsi sebagai salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan ( Baridwan, 2004) 1 2 dalam Palestin (2010). Tujuan pelaporan keuangan adalah salah satunya memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Informasi keuangan yang dapat menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba adalah laporan laba rugi (Chariri dan Ghozali, 2007). Informasi tentang laba merupakan bagian dari laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran rekayasa melalui tindakan opportunistic manajemen untuk memaksimalkan kepentingannya. Tindakan yang mementingkan kepentingan pribadi (opportunistic) tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya, perilaku tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba (Putri, 2013). Manajemen laba dapat mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias, yaitu laporan tersebut menggunakan metode-metode akuntansi tertentu sehingga menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan investor atau keinginan manajer. Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan perusahaan (Palestin, 2010). Kedua pihak tersebut berupaya untuk lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab untuk mengoptimalkan laba para pemilik (prinsipal). Namun dari pihak lain, manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Manajer yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan lebih banyak mengetahui informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup 3 perusahaan, baik informasi internal maupun prospek perusahaan di masa yang akan datang bila dibandingkan dengan pemegang saham. Oleh karena itu, manajer berkewajiban untuk menyampaikan kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Akan tetapi, informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini sering disebut sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetris informasi (information asymetric). Asimetri informasi dapat terjadi karena manajer lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang saham, sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Palestin, 2010). Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Gideon, 2005). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Utami (2005) melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba di beberapa Negara, Indonesia merupakan Negara yang paling besar tingkat manajemen labanya. Adanya bukti 4 empirik bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah, menimbulkan pertanyaan apakah investor mempertimbangkan besaran akrual (proksi manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Terjadinya manajemen laba selain karena tindakan manajemen yang opportunistic, manajemen terjadi karena kurangnya pengawasan dan kontrol pada perusahaan. Struktur kepemilikan (kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Selain itu untuk mendeteksi praktik manajemen laba dibutuhkan pihak lain yang independen yaitu auditor. Auditor yang berkualitas baik akan bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif karena manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan keuangan yang salah ini terdeteksi dan terungkap. Manajemen perusahaan sebagai agen memerlukan jasa ketiga agar tingkat kepercayaan pihak eksternal perusahaan (salah satunya prinsipal) terhadap pertanggung jawabannya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, pihak eksternal perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk meyakinkan dirinya bahwa laporan yang disajikan manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (Martini, 2007). Akuntan publik sebagai auditor internal, sejauh ini diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan (Meutia, 2004) dalam Palestin (2010). 5 Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007), sedangkan kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, intitusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Kusumawardhani, 2012). Kepemilikan manajerial menjadi salah satu mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar (aligned) dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tetapi tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka mempunyai 6 posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial (Siswantaya, 2007). Fenomena aktivitas manajemen laba semakin tinggi, maka auditor diharuskan memiliki kualitas audit yang sangat baik dalam mendeteksi aktivitas manajemen laba. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahdi et al. (2005) dalam Putri (2013) ada beberapa indikator kualitas audit yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba, seperti ukuran KAP, independensi auditor, dan auditor spesialisasi industri. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat pada para manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Palestin, 2010). Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal sejauh ini diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, dibutuhkan peran seorang auditor. Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, auditor berpedomaan pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 7 Pada ukuran KAP, KAP yang lebih besar diduga audit yang dilaksanakan lebih berkualitas karena adanya kecenderungan untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit termasuk menjalankan prosedur-prosedur audit yang baku dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Indikator kualitas audit lainnya yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba adalah independensi auditor, yang diproksikan dari kecenderungan auditor yang bersedia melaporkan dan memberi keakuratan pelaporan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress maka auditor tersebut memiliki sikap independensi yang tinggi (Putri, 2013). Penelitian tentang manajemen laba telah banyak dilakukan, antara lain oleh Putri (2013), yang menyatakan bahwa Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Manajemen Laba, dan Kualitas Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Guna (2010) menyatakan bahwa Struktur Kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba, dan Kualitas Audit berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba., Anggana (2013) menyatakan bahwa Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Manajemen Laba, dan Kualitas Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Palestin (2010) juga menyatakan bahwa Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Manajemen Laba, dan Kualitas Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. tidak dikemukakan adanya konsistensi hasil penelitian yang menguji pengaruh Struktur Kepemilkan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan. Penelitian ini merupakan replikasi dari Putri (2013) yang membahas pengaruh struktur kepemilikan dan kualitas audit terhadap manajemen laba pada perusahaan 8 manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini bermaksud ingin membuktikan kembali dengan penelitian sebelumnya dengan tahun yang berbeda. Perbedaan pada penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian Putri (2013), dilakukan pada tahun 2009 – 2011, sedangkan penelitian sekarang pada tahun 2011 – 2013. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah meneliti sektor manajemen laba pada perusahaan manufaktur menggunakan 2 variabel yang sama yaitu manajemen laba sebagai variabel dependen, sedangkan struktur kepemilikan, dan kualitas audit sebagai variabel independen. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba”. Dalam penelitian ini, penulis ingin membuktikan bahwa manajemen laba dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan, dan kualitas audit. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah struktur kepemilikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah struktur kepemilikan dengan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah kualitas audit dengan ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah kualitas audit dengan independensi auditor mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba? 9 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh struktur kepemilikan dengan kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. 2. Pengaruh struktur kepemilikan dengan kepemilikan manajerial terhadap manaejemen laba. 3. Pengaruh kualitas audit dengan ukuran KAP terhadap manajemen laba. 4. Pengaruh kualitas audit dengan independensi auditor terhadap manajemen laba. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Akademisi Diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan perilaku manajemen, khususnya di bidang manajemen laba. 2. Bagi Calon Investor Mencermati laporan keuangan yang terdapat dalam perusahaan go public, terutama yang berkaitan dengan struktur kepemilikan, kualitas audit dalam kaitannya untuk pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang Sebagai acuan bagi penelitian yang akan datang, terutama penelitian yang berkaitan dengan pengaruh struktur perusahaan, kualitas audit terhadap manajemen laba. 10 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan. Adapun sistematika dari penulisan ini terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah sebagai landasan pemikiran secara garis besar, pertanyaan tentang fenomena yang memerlukan pemecahan melalui penelitian yang dirumuskan dalam penelitian rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang melandasi penelitian ini sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini dibahas tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi variabel, metode analisis data, dan teknik pengujian hipotesis. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil pengujian dan pengumpulan data, hasil analisis data, serta pembahasan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Bab yang terakhir ini terdiri dari simpulan dari serangkaian pembahasan, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang diperlukan.