strategi komunikasi sub bagian keagamaan kantor

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI SUB BAGIAN KEAGAMAAN KANTOR
WALIKOTA TANGERANG SELATAN DALAM MENCIPTAKAN
NUANSA ISLAMI DI KANTOR WALIKOTA TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
DAFIK NURUL FITRON
NIM. 106051001791
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Agustus 2010
Dafik Nurul Fitron
STRATEGI KOMUNIKASI SUB BAGIAN KEAGAMAAN KANTOR
WALIKOTA TANGERANG SELATAN DALAM MENCIPTAKAN
NUANSA ISLAMI DI KANTOR WALIKOTA TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
DAFIK NURUL FITRON
NIM. 106051001791
Pembimbing:
PROF. DR. H. M. YUNAN YUSUF
NIP. 19490119 198003 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010 M
Abstrak
Nama : Dafik Nurul Fitron
NIM : 10605101791
Kegiatan komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari. jika kita lihat,
sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, kita melakukan kegiatan komunikasi.
Kita menyadari tak ada kegiatan yang dilakukan manusia tanpa komunikasi. Begitu
pula dalam menyampaikan ajaran agama dibutuhkan sebuah komunikasi agar tujuan
ajaran agama itu dapat disampaikan kepada khalayak dengan baik. Agama adalah
pondasi hidup manusia, tanpa agama manusia akan kehilangan tujuan hidupnya dan
tanpa agama pula manusia akan hidup seperti hewan. Agama mengajarkan manusia
kepada kebaikan dan dapat mengantarkan manusia menuju khaiyr ‘ummah.
Menciptakan iklim atau suasana agamis merupakan sebuah ajaran agama agar dalam
hidup keseharian selalu dinaungi rasa aman, nyaman dan tentram. Itu sebabnya dalam
menyampaikan ajaran agama dibutuhkan sebuah strategi komunikasi.
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, bagaimana
strategi komunikasi yang digunakan Sub Bagian Keagamaan dalam menciptakan
nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan? Kedua, Faktor apa saja yang
menjadi pendukung dan penghambat strategi komunikasi dalam menciptakan nuansa
islami di kantor Walikota Tangerang Selatan?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah
metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui
pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di kantor Walikota Tangerang
Selatan secara langsung.
Sedangkan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori dari Harold D.
Lasswell yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang terbaik adalah dengan
menjawab pertanyaan “Who says what in which channel to whom with what
effect?”(Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek
Apa?) Komunikasi akan sampai pada tujuan yang diinginkan bila dipertautkan pada
komponen-komponen yang di rumuskan oleh Lasswell. Dalam hal ini juga sub bagian
keagamaan Kota Tangerang Selatan dalam mengkomunikasikan tujuannya, yakni
menciptakan nuansa islami menggunakan strategi komunikasi, baik dengan
menggunakan media atau komunikasi langsung.
Strategi komunikasi dalam menciptakan nuasa islami di kantor Walikota
Tangerang Selatan sudah tercipta dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan
banyaknya pegawai yang menerapkan nilai-nilai syari’at dan akhlak, misalnya shalat
berjama’ah, mengenakan jilbab, berkomunikasi dengan baik dan sopan, dan melayani
masyarakat dengan santun, ramah dan senyum sehingga masyarakat merasa puas.
i KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari lisan
manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada penulis
untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta
dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang
baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak
umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di dunia
dan di akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu
berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri penulis.
Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya
dukungan serta motivasi kepada penulis.
Penulis persembahkan segalanya kepada ayahanda (H. Miharja) dan kepada
ibunda tersayang (Hj. Roswati) yang telah melahirkan ananda, membesarkan dan
mendidik hingga ananda besar. Dan semoga gelar sarjana ini dapat membahagiakan
ayahanda dan ibunda tercinta. Adikku (Eva Fauziah) yang selalu mendoakan penulis
agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:
ii 1.
Kepada bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek
I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study
Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
2. Kepada Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si dan Sekertaris
Jurusan Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA.
3. Kepada bapak Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf sebagai pembimbing skripsi yang
selalu setia dan sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Kepada para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai
pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa
perkuliahan.
5. Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam
mengerjakan skripsi ini.
6. Kepada Walikota Tangerang Selatan, khususnya kepada Kepala Sub Bagian
Keagamaan kantor Walikota Tangerang Selatan bapak M. Syafe’i, S.Ag
beserta staf-stafnya, kepala Sub Bagian Dokumentasi Humas Protokol
Tangerang Selatan bapak Hadiana dan Staf Bendahara Pengeluaran Belanja
Langsung bapak Rizki Maulana. serta semua pihak yang telah membantu
memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
iii 7. Kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis, sahabat Rascal Biker’s Community Wahyu, Helmy, Idham dan
Ahmad Saputra (Syariah), Ahmad Fathi, Qodir, Rojak dan Ahyani (Tarbiyah),
Asyrof Hulaimi (UNJ), Muh. Iqbal (As-Syafi’iah), Gesit Hardiansyah (UMJ)
yang selalu mewarnai hari-hari penulis dengan canda dan tawa.
8. Teruntuk sahabat terkasih, St Mahmudah (Fak. Ekonomi ‘07) yang banyak
memberikan motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih penulis sampaikan untuk sahabat Mabes 12, Mukhtar Fauzi, ka’
Ranita, ka’ Uut Muthiah, abang Lukmanul Hakim, abang Rahmat SB, abang
Kiki Maulana, abang Dasuki, abang Ahmad Fadli, Dedi Kurniasyah Putra, dan
Said Muchsin.
9. Keluarga Besar KPI angkatan 2006, Badru Tamam, Deni Sofiansyah, Hari
Haryanto, Fikri Rivai, Hamiludin Ismail, Fachmi Ali, Dian Putra, Didi
Rustandi, Eko Maulana, Asep Faiz Muiz, Hambali, Azra, Denhas, Nurhasanah,
Nisfi R, Dian Komalasari, Fathonah, Besse Hermawati, Dini Utami, Devi
Rahayu, Erza Handayani, Gita, Fitriyani, Fitri Susilawati, Desti Eka Putri,
Halimah, Eki Susanti, khususnya KPI B angkatan 2006 yang sudah memberi
keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah
menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.
10. Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor tahun 2009. Afaf Solihin,
Khaerunnisa, Nubzah, Yuli, Yuyun, Ade Ernawati, Kholid, Nurhasanah, Alfi
dan masyarakat Kampung Kaum Desa Puraseda.
11. Kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
iv Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan
membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal
Alamin.
Jakarta, 4 Agustus 2010
Dafik Nurul Fitron
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ..................................
5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian .............................................
6
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ...........................................................
8
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
11
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi ..........................................................
12
2. Pengertian Komunikasi ...................................................
17
3. Macam-macam Komunikasi ...........................................
20
a. Komunikasi Pribadi .....................................................
20
b. Komunikasi Kelompok ...............................................
21
c. Komunikasi Massa ......................................................
22
4. Pengertian Strategi Komunikasi .....................................
23
5. Fungsi Strategi Komunikasi ............................................
24
B. Nuansa Islami
1. Pengertian Nuansa Islami ................................................
vi 25
BAB III
2. Model-model Penciptaan Nuansa Islami .........................
26
3. Macam-macam Nilai Keislaman .....................................
29
a. Syari’at ........................................................................
29
b. Akhlak .........................................................................
32
GAMBARAN UMUM WALIKOTA TANGERANG SELATAN
A. Walikota Tangerang Selatan
1. Sejarah Kota Tangerang Selatan ......................................
37
2. Visi dan Misi Walikota Tangerang Selatan .....................
42
3. Program Walikota Tangerang Selatan .............................
44
B. Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan
BAB IV
1. Tugas, Fungsi, dan Peran Sub.Bagian Keagamaan .........
45
2. Program Kerja Sub. Bagian Keagamaan .........................
46
3. Susunan Struktur Sub. Bagian Keagamaan .....................
47
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Komunikasi Yang Diterapkan Sub. Bagian Keagamaan
Dalam Menciptakan Nuansa Islami ......................................
48
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menciptakan Nuansa
Islami .....................................................................................
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
68
B. Saran-saran ............................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
vii 66
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Tangerang Selatan .......
42
Tabel 2: Nama-nama Struktur Sub bagian Keagamaan .....................................
47
Tabel 3: Kesadaran pegawai tentang ketauladanan yang diberikan pimpinan
Walikota Tangerang Selatan ................................................................
54
Tabel 4: Mengucapkan salam saat bertemu dengan pegawai lain .....................
55
Tabel 5: Kehadiran pegawai dalam pengajian bulanan .....................................
60
Tabel 6: Pengajian coffee morning mengajak pegawai untuk membiasakan diri
melakukan shalat dhuha......................................................................
61
Tabel 7: Kesadaran dan perasaan masyarakat tentang nuansa islami di kantor
Walikota Tangerang Selatan ................................................................
63
Tabel 8: Kepuasan masyarakat tentang pelayanan yang diberikan pemerintah
Kota Tangerang Selatan .......................................................................
64
Tabel 9: Mengajurkan pegawai perempuan untuk menggunakan Jilbab atau
berbusana sopan ..................................................................................
viii 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman modern seperti saat sekarang ini, nilai-nilai agama,
khususnya nilai ajaran agama Islam mulai memudar seiring berkembangnya
zaman dan teknologi yang semakin maju. Hal ini juga tidak lepas dari sifat
individualistis masyarakat karena telah disibukan dengan kesibukan masingmasing. Tidak dipungkiri segala macam bentuk kejahatan dan kezaliman
telah sering kita temukan dimanapun kita berada, baik pencurian,
pemerkosaan, perjudian, atau bentuk kejahatan lainnya. Hal ini terjadi karena
ketidaktahuan, ketidakpahaman, serta ketidakpedulian sebagian orang tentang
ajaran agama.
Kesadaran beragama yang mengkristal dan penjiwaan nilai-nilai
keagamaan yang tertanam dalam pribadi yang beriman dan bertaqwa serta
berakhlak mulia adalah wujud dari kepatuhan terhadap Allah SWT.
Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam diri pribadi mengenai
pentingnya seperangkat nilai religius yang dianut. Karena kepatuhan, niat,
ucap, pikir, tindakan, perilaku dan tujuan senantiasa diupayakan berada dalam
lingkup nilai-nilai islam yang biasa disebut dengan nuansa islami. Nuansa
islami di lingkungan masyarakat dapat terlihat dari keseluruhan aktifitas
semua warga masyarakat. Menciptakan nuansa islami berarti menciptakan
suatu suasana atau iklim kehidupan keagamaan.
Pada dasarnya suasana atau nuansa islami dapat terbentuk jika
masyarakatnya sadar dan paham tentang ajaran agama yang dianutnya.
1 2 Namun, hal ini tidak terlepas pula dari peran serta pemerintah, khususnya
pemerintah daerah atau kota untuk memperkokoh serta memberikan tauladan
yang baik kepada masyarakatnya untuk senantiasa hidup berlandaskan ajaran
agama yang dianut. Agar tercipta suasana atau nuansa yang religi.
Kegiatan atau program pemerintah sangat membantu terciptanya
suasana religi, misalnya lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ),
mengadakan Tabligh Akbar, pengajian bulanan, atau kegiatan lainnya. Selain
itu, ketauladanan dari seorang pemimpin sangat berpengaruh besar. Seorang
pemimpin yang amanah, berakhlak mulia, bijaksana, adil, serta bersih dari
tindak korupsi merupakan cerminan dari nilai-nilai ajaran agama.
Maka dari itu, ketauladanan juga tidak hanya ada pada diri seorang
pemimpin, namun staf atau jajaran yang di bawahnya, khususnya pegawai
pemerintahan yang seharusnya pula memberikan ketauladanan yang baik
kepada masyarakatnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengharuskan
pegawainya
untuk
senantiasa
berakhlak
mulia,
sopan
serta
mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan atau di lingkungan
masyarakat umum. Agar tercipta ketauladanan yang baik serta terciptanya
nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan maupun di wilayah kota
Tangerang Selatan.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah salah satu daerah otonom
di wilayah provinsi Banten, dan merupakan wilayah pemekaran dari
3 Kabupaten Tangerang. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan sekitar
1.241.441 jiwa, dan mayoritas penduduknya beragama Islam yakni 90,98%. 1
Agama Islam agama yang rohmatan lil ‘alamiin, yang menyeru kepada
kebaikan dan menunjukan kejalan yang lurus. Agama yang menuntun
umatnya untuk senantiasa berbuat baik, berakhlak mulia, mematuhi ajaran
agama, dan lain sebagainya.
Dalam konteks agama, gambaran nuansa islami dapat terlihat dari
aktifitas dan kegiatan keagamaan yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang
bersifat vertikal dapat tergambar melalui pola hubungan manusia atau para
pegawai pemerintahan dengan Allah SWT (habl min Allah). Misalnya shalat,
berdoa, puasa dan ibadah lainnya. Sedangkan yang bersifat horizontal dapat
berupa pola hubungan antarmanusia atau antarpegawai (habl min naas).
Misalnya bertutur kata dengan baik dan sopan, saling menghormati dan
menghargai, bersifat jujur, amanah, berakhlak mulia, dan berpakaian sopan.
Nuansa islami juga dapat dilihat secara kasat mata dengan perilaku
setiap individu, kebiasaan, dan aktifitas setiap individu. Misalnya dalam
berpakaian, di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan menganjurkan
pegawai wanita yang muslimah untuk berpakaian muslimah, seperti memakai
jilbab dan berpakaian seragam yang sopan untuk pegawai wanita yang nonmuslim, guna menutupi aurat. Sedangkan dalam aktifitas sehari-hari di
kantor, seluruh pegawai diharuskan untuk saling menghormati dan
menghargai antara pegawai. Misalnya jika dalam bulan Ramadhan, pegawai
1
Sumber: Data Sub. Bagian Keagamaan Tangerang Selatan
4 yang non muslim harus menghargai pegawai yang muslim yang sedang
melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan dalam kegiatan sehari-hari, setiap
pegawai
diharapkan
selalu
bertutur
kata
baik
dan
sopan
dalam
berkomunikasi, saling menghormati antara atasan dan bawahan, dan seorang
pemimpin memberikan tauladan yang baik kepada bawahan atau para
pegawai. Serta bertoleransi antar umat beragama, guna menjaga kerukunan
antar umat beragama.
Penanaman kesadaran beragama dan penjiwaan nilai-nilai islami pada
pribadi
para
pegawai
pemerintahan
membutuhkan
proses.
Untuk
mempermudah proses tersebut, maka pemerintah Kota Tangerang Selatan
berupaya menciptakan suatu nuansa yang sarat dengan nilai-nilai islami yang
biasa disebut dengan nuansa islami.
Manusia adalah makhuk sosial yang membutuhkan antara satu dengan
yang lain. Untuk saling berinteraksi, maka manusia memerlukan sarana yaitu
komunikasi agar hubungannya dapat berjalan sesuai dengan keinginannya.
Oleh karena itu kegiatan komunikasi sangat penting dilakukan oleh setiap
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya karena komunikasi
adalah kebutuhan setiap individu dan juga merupakan medium penting bagi
pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Dengan
komunikasi pula manusia melaksanakan kewajibannya. Artinya manusia
memang tidak bisa hidup tanpa berkomunikasi.
Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam menciptakan nuansa
islami khususnya di lingkungan pemerintahan kantor Walikota Tangerang
5 Selatan, Sub. Bagian Keagamaan sebagai staf pemerintahan yang berwenang
dalam bidang keagamaan harus memiliki strategi komunikasi yang bijak dan
metode yang strategis dalam upaya menyadarkan para pegawainya untuk
senantiasa bersikap baik, sopan dan menjaga tata krama dalam berkomunikasi
seperti yang diajarkan oleh agama.
Adapun untuk mewujudkan terciptanya nuansa islami dikantor
Walikota
Tangerang
Selatan
dapat
dilakukan
melalui
pendekatan
keteladanan, pembiasaan, serta menyusun program-program keagamaan
untuk lingkup kantor Walikota Tangerang Selatan maupun untuk masyarakat
Tangerang Selatan.
Oleh karena itu, dari beberapa upaya yang harus dilakukan demi
terciptanya nuansa islami dikantor Walikota Tangerang Selatan terdapat poin
penting yang tidak dapat terpisahkan yaitu peran Sub. Bagian Keagamaan
Kantor Walikota Tangerang Selatan untuk terciptanya nuansa islami di kantor
Walikota Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
memilih judul skripsi “Strategi Komunikasi Sub. Bagian Keagamaan
Kantor Walikota Tangerang Selatan dalam Menciptakan Nuansa Islami
di Kantor Walikota Tangerang Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan dengan
pembahasan, maka perlu pembatasan masalah yang akan diteliti. Subjek
penelitiannya adalah Kantor Walikota Tangerang Selatan. Objek
6 penelitiannya adalah strategi komunikasi Sub. Bagian Keagamaan Kantor
Walikota Tangerang Selatan.
2. Perumusan masalah
Secara sederhana, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan Sub. Bagian
Keagamaan
Kantor
Walikota
Tangerang
Selatan
dalam
menciptakan nuansa islami di Kantor Walikota Tangerang Selatan.
b. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan sub. bagian
keagamaan kantor Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa
islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan.
2.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Dalam
konteks
akademis
penelitian
ini
memberikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca, tokoh masyarakat, lembaga
pendidikan khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lembaga pemerintahan khususnya
kantor Walikota Tangerang Selatan, sosial dan dakwah, terutama bagi
peneliti sendiri dalam bidang dakwah dan komunikasi.
7 b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai
strategi komunikasi dan ilmu komunikasi. Kemudian untuk memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai strategi
komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi diantaranya:
Skripsi yang berjudul Strategi Departemen Luar Negeri (deplu) Dalam
Membangun Citra Islam Indonesia oleh Geary Fariq Muhammad; skripsi
yang berjudul Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika Dalam
Sosialisasi Zakat oleh M. Dzikril Amin; skripsi yang berjudul Strategi
Komunikasi Dinas Kebersihan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Bersih Lingkungan oleh Ratna Dwi
Guna. Namun, penelitian tentang Strategi Komunikasi Sub Bagian
Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan Dalam Menciptakan Nuansa
Islami di kantor Walikota Tangerang Selatan di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi penulis belum menemukan ada yang menelitinya.
Penulis dalam penelitian tentang strategi komunikasi Sub Bagian
Keagamaan Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami
menggunakan referesi buku, artikel dan lain sebagainya selain itu strategi
8 komunikasi yang diterapkan Sub Bagian Keagamaan Walikota Tangerang
Selatan dalam menciptakan nuansa islami dapat membangun citra Pemerintah
Walikota Tangerang Selatan di masyarakat luas dan dapat meningkatkan
kinerja pegawai.
E. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti
berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di
lapangan dan kemudian dilakukan analisa untuk mendapatkan hasil
berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan
pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui
pengamatan dan wawancara. 2
Penelitian kualitatif umumnya mengacu penelitian naturalistik dan
etnografi, mencakup beberapa pendekatan yang juga menggunakan namanama lain seperti: study kasus, penelitian tindakan (action researce), riset
kolaborasi, riset fenomonologi, study lapangan, dan intraksionisme
interpretasi. Semua penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan ciri-ciri
berikut: memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia,
memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 1998) cet. II, h.10
9 bersituasi secara sosial, menggunakan manusia sebagai instrumen
penelitian utama. Menulis teks untuk disajikan pada khalayak. 3
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian bertempat di Kantor Walikota
Tangerang Selatan yakni yang beralamat di Jl. Siliwangi No. 1 Pamulang,
dan waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Maret s/d Mei 2010.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti adalah:
a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. 4 Peneliti mengawasi dengan
cermat setiap perkembangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap
strategi komunikasi Sub. Bagian Keagamaan kantor Walikota
Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di kantor
Walikota Tangerang Selatan.
b. Wawancara (interview), yaitu peneliti melakukan tanya jawab
secara langsung dengan orang-orang yang terlibat seperti Kepala
Sub Bagian Keagamaan, Kepala Sub Bagian Dokumentasi Humas
dan Protokol pemerintah Kota Tangerang Selatan dan Staf pegawai
Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung, Dinas Pendapatan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Dengan tujuan
3
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung Rosdakarya 2004), cet ke-4, h. 158
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, h.54
10 untuk mendapatkan keterangan secara jelas tentang strategi
komunikasi dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota
Tangerang Selatan. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan
adalah yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak
berstruktur. 5 Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan
kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.
c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data
berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, arsip atau dokumendokumen milik Sub Bagian Keagamaan, Bagian Pemerintahan
Tangerang Selatan, dan Humas dan Protokol Tangerang Selatan
mengenai penelitian ini.
d. Angket/kuesioner,
yaitu
pertanyaan-pertanyaan
penyebaran
untuk
angket
mendapatkan
yang
data
berupa
obyektif,
respondennya adalah masyarakat yang datang ke kantor Walikota
Tangerang Selatan dan pegawai kantor Walikota Tangerang
Selatan dengan menyebarkan angket sebanyak 60 angket. 30
angket khusus untuk pegawai kantor Walikota Tangerang Selatan
dan 30 angket khusus untuk masyarakat.
5
Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Yogyakarta: Lanarka, 2007), h. 58 11 F. Sistematika Penulisan
Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika penulisan yang
bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah penulisan sebagai
berikut:
BAB I
Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan teoritis yang mencakup pengertian strategi, pengertian
komunikasi,
macam-macam
komunikasi,
pengertian
strategi
komunikasi, fungsi strategi komunikasi, pengertian nuansa islami,
model-model penciptaan nuansa islami, dan macam-macam nilai
keislaman.
BAB III
Gambaran umum Walikota Tangerang Selatan, memuat tentang
sejarah Kota Tangerang Selatan, visi, misi, motto Kota Tangerang
Selatan, program Walikota Tangerang Selatan, Tugas, Fungsi, dan
Peran Sub. Bagian Keagamaan, Program Kerja Sub. Bagian
Keagamaan, dan Susunan Struktur Sub. Bagian Keagamaan.
BAB IV
Strategi komunikasi yang diterapkan Sub. Bagian Keagamaan dan
faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan nuansa islami.
BAB V
Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Kata strategi komunikasi berasal dari bahasa yunani, yaitu strategos,
yang berarti komandan militer pada zaman demokrasi Athena. Pada awalnya,
strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu
peperangan. 1
Strategi juga dapat diartikan sebagai seni atau ilmu untuk menjadi
seorang Jendral, konsep ini relevan pada saat itu, karena memang kondisinya
sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana
untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerahdaerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 2
Pengertian di atas dikuatkan oleh Hari Murti Kridalaksana, dalam
bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang menggungkapkan bahwa
strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya. 3
Sehingga tidak mengherankan jika konsep strategi kerap melekat pada
lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
1
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) cet. Ke 1, h. 539
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, terjemahan A,E. Priyono dan Ilyas
Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h.ii
3
Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah,
1981),
h. 173
2
12 13 kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai atau rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. 4
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian stategi, penulis
mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh
beberapa pakar, antara lain:
1. Menurut
W.J.S
Poerwadarmintha,
strategi
memiliki
beberapa
pengertian, yaitu: siasat perang dan akal (daya upaya) untuk mencapai
suatu maksud. 5
2. Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang
dipersatukan,
komprehensif
terintegrasi
yang
menghubungkan
keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran
dasar perusahaan akan dicapai dengan pelaksanaan tepat oleh
organisasi itu. 6
3. Syarif usman mengatakan, dalam pembangunan saya mendefinisikan
strategi sebagai kebijaksanaan menggerakan dan membimbing seluruh
potensi (kekuatan, daya, dan kemampuan) bangsa untuk mencapai
kemakmuran dan kebahagiaan. 7
4. Onong uchjana effendi mengatakan, strategi pada hakekatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
4
Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2004), edisi III, h.1092
5
Ahad Abu, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.11
6
William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta:
Erlangga, 1987) edisi ke-2, h. 24
7
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,
(Jakarta: Firma Djakarta, tt), cet ke-1, h. 6
14 Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. 8
5. Stainer dan Mineer mengatakan, strategi adalah penempatan misi
perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,
sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai. 9
6. Menurut Fuad Amsyari mengatakan bahwa pada pengertian dasarnya,
strategi
dan
taktik
adalah suatu
metode
atau taktik
untuk
memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu
pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai
senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non-militer,
strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk memenangkan
suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi
hidupnya. 10
7. Menurut Asmuni Syukir, bahwa strategi dalam ilmu dakwah berarti
sebagai metode, siasat, taktik yang digunakan dalam proses kegiatan
dakwah. 11 Namun Asmuni Syukir juga menjelaskan bahwa Strategi
8
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), cet ke-4, h. 32
9
George Steiner dan John Mineer, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga), h.20
10
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan,
1990), Cet ke-I, h. 10
11
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1985), h. 32
15 dakwah dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas
dakwah yaitu:
a. Asas fisiologis, asas ini membicarakan masalah yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
proses atau aktifitas dakwah.
b. Asas keahlian dan kemampuan da’i.
c. Asas
sosiologis,
asas
ini
membahas
masalah
yang
erat
hubungannya dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.
d. Asas pshykologis, asas ini erat hubungannya dengan kejiwaan
manusia.
e. Asas efektifitas dan efisiensi, asas ini maksudnya dalam aktifitas
dakwah harus berusaha menyeimbangkan antara biaya, waktu dan
tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Artinya
antara ketiga hal tersebut harus sesuai dengan hasil dakwah yang
akan dicapai. 12
Dalam suatu organisasi, kesuksesan sangat ditentukan oleh strategi
yang digunakan oleh organisasi atau lembaga tersebut. Jika strategi atau cara
yang dipakai efektif di lapangan maka kesuksesan organisasi mudah tercapai,
juga sebaliknya jika strategi yang digunakan salah atau kurang efektif maka
kemungkinan besar tujuan organisasi atau lembaga tidak akan tercapai. Sebab
menurut Hadari Nawawi, kata strategi dalam manajemen suatu organisasi
diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara
12
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32
16 sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah
kepada strategi organisasi. 13
Pendekatan strategi memiliki beberapa ciri berikut:
a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah bagaikan
fokus dalam pokok pendekatan strategi.
b. Memusatkan kepada analisa dinamika, analisa gerak, dan analisa aksi.
c. Strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai
serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Strategi memperhatikan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau,
masa kini, dan trauma masa depan) dan faktor lingkungan.
e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian
mengadakan
analisa
kemungkinan-kemungkinan
serta
memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu. 14
Dari beberapa pengertian dan perjelasan tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu rumusan dan perencanaan
terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan
memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Strategi
umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan kegiatannya.
13
Hadari Nawawi, Manjemen Strategik Organisasi Non-Provit Bidang Pemerintahan
Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000), Cet
ke-I, h. 147
14
Ali martopolo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Eisiter For Strategic And International
Study 1978), cet ke-I, h. 8
17 Namun, strategi juga dapat dilakukan oleh individu-individu dalam mencapai
maksud yang diinginkan.
2. Pengertian Komunikasi
Sedangkan kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicate
yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan dan
pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan
mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feedback). 15
Dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi secara etimologi
diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita. 16
Ada banyak pendapat tentang pengertian komunikasi dari para ahli
komunikasi, diantaranya:
1) Menurut Onong Uchjana Effendy, yang mengatakan bahwa istilah
komunikasi berasal dari perkataan bahasa inggris communication yang
bersumber dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan
atau pertukaran pikiran. Maka arti hakiki dari communicatio ini adalah
communis yang berarti sama atau kesamaan arti. 17
2) Menurut James, Komunikasi adalah perbuatan penyampaian suatu
gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. 18
3) Menurut Arni Muhammad, Komunikasi adalah suatu proses dimana
individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, dalam
15
A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h. 35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), h. 454
17
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), Cet. Ke3, h.1
18
James G. Robbins, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet.
Ke-4, h. 1
16
18 kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan
suatu informasi. 19
4) Wilbur Schramm mengatakan bahwa komunikasi di dasarkan atas
hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada
informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi
tatap muka (face to face communication). 20
5) Menurut Astrid. S. Susanto, kata komunikasi dalam bahasa Inggris
yaitu communication, secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa
latin
yaitu
communicare
yang
berarti
“partisipasi
atau
memberitahukan.” Kata communis berarti “milik bersama” atau
“berlaku dimana-mana”. 21
6) Menurut Dedy Mulyana, Komunikasi adalah proses berbagi makna
melalui perilaku verbal dan nonverbal. 22
7) Menurut Harold Laswell yang dikutip oleh Deddy Mulyana, cara yang
baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan
Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? 23
19
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-4, h.
3
20
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 1998), hal. 59
21
Astrid. S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina cipta, 1947),
h. 67.
22
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3.
23
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005 ), h. 62.
19 Menurut Onong Uchjana Efendy, ada beberapa sebab mengapa
manusia melakukan komunikasi, yakni untuk:
a. Mengubah sikap (to change attitude)
b. Mengubah opini, pendapat, dan pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
d. Mengubah masyarakat (to change the society). 24
Selain pengertian dan penjelasan diatas, para ahli komunikasi juga
mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, menurut
Breslon dan Steiner, mendefinisikan:
“Komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi,
keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata,
gambar, grafik dan lain-lain. Kemudian Shannon dan Weaver
mengartikan komunikasi sebagai mencakup produsen melalui nama
pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.” 25
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang diberikan komunikator
dan mendapat respon dari komunikan dengan atau tanpa menggunakan media
sebagai alatnya. Agar komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan
strategi dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.
24
25
Onong uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.55
Audrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1986), h. 10
20 3. Macam-macam Komunikasi
a.
Komunikasi Pribadi
Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi
seputar diri seseorang. Baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.
Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni:
1. Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam
diri seseorang. Orang yang berperan baik sebagai komunikator atau
sebagai komunikan.
“Menurut Wilbur Schramm, yang dikutip oleh Phil. Astrid S. Susanto,
bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil
keputusan menerima ataupun menolaknya, akan mengadakan terlebih
dahulu suatu “komunikasi dengan dirinya” (proses berfikir). “Komunikasi
dengan diri” ataupun proses berfikir, khususnya menimbang untung rugi
usul yang diajukan oleh komunikator, hal inilah yang oleh Schramm diberi
nama komunikasi intrapersonal”. 26
2. Komunikasi antarpribadi
“Menurut Joseph A. Devito, yang dikutip oleh Efendy, komunikasi
antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara
dua orang. Atau di antara sekelompok kecil orang-orang. Dengan beberapa
efek dan beberapa umpan balik seketika.” 27
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap,
kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi
antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). 28
26
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, h. 7.
Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya
Bakti,2003) cet ke-3, h.60.
28
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 61.
27
21 Menurut Barnlund ada beberapa ciri khas dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu:
a) Selalu terjadi secara spontan;
b) Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur;
c) Terjadi secara kebetulan;
d) Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu;
e) Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang
kadang-kadang kurang jelas; dan
f) Bisa terjadi sambil lalu. 29
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
pribadi yaitu komunikasi yang terjadi pada diri seseorang maupun pada
diri orang lain yang terjadi dengan tidak direncanakan.
b.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi
yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang
yang jumlahnya lebih dari dua orang. 30
Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena:
1). Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar
pada tatap muka.
2). Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana
sumber dan mana penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat
29
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke-2,
h. 12-13.
30
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 75
22 terbatas sehingga umpan baliknya juga tidak leluasa karena waktu
terbatas dan khalayak relatif besar.
3). Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan
spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi
kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar,
pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan ceramah dengan
khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat,
situasi dan sasarannya jelas. 31
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi pada saat jumlah
komunikannya lebih banyak daripada komunikasi pribadi, dan komunikasi
tidak terjadi begitu saja, semua telah terencana sehingga komunikasi yang
dilakukan menjadi terarah.
c.
Komunikasi Massa
Pengertian dari komunikasi massa adalah komunikasi melalui
media massa modern, baik dalam surat kabar, siaran televisi, siaran radio,
dan film. 32 Komunikasi massa memberikan informasi, gagasan dan sikap
kepada komunikan yang beragam jumlahnya, dan yang banyak dengan
menggunakan media.
“Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi
Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses
penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa
dengan karakteristik tertentu. Sedangkan madia massa hanya sebagai salah
31
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Cet.
Ke2, h. 33-34.
32
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 79
23 satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses
yang dimaksud.” 33
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa
dirumuskan Bittner yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat bahwa
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang
(mass communication is message
communicated through a mass medium to a large number of people). 34
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
massa adalah komunikasi yang terjadi pada orang yang jumlahnya sangat
banyak dengan menggunakan media sebagai alat untuk mendukung proses
komunikasinya.
4. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi adalah paduan antara perencanaan komunikasi
(comunication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut
strategi
komunikasi
harus
mampu
menunjukkan
bagaimana
operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan
bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. 35 Jadi dengan
demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang
akan dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan memperhatikan
keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
33
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka).
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.
Ke-23, h. 188.
35
Onong Uchjana Efendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002) Cet ke-6, h. 28
34
24 Dalam strategi komunikasi, peran komunikator sangatlah penting. Strategi
komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana
dapat
segera
mengadakan
perubahan
apabila
ada
suatu
faktor
yang
mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi dapat datang
sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa. Faktorfaktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen
komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.
Seorang komunikan akan mempunyai kemampuan dan strategi untuk
melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui
mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut
serta dengannya. Dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan
antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan taat pada
pesan yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap
komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan, ini akan
menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.
5. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena
berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi
yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang
sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya
dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.
25 Dengan demikian, strategi komunikasi baik secara makro (planed
multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium
strategy) yang mempunyai fungsi pada:
a. Menyebarkan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasif dan
intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
yang optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan
dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan
akan marusak nilai-nilai budaya. 36
B. Nuansa Islami
1.
Pengertian Nuansa Islami
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa kata
“nuansa” berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus atau kecil sekali,
atau kepekaan terhadap, kewaspadaan atas, atau kemampuan menyatakan
adanya pergeseran yang kecil sekali tentang makna atau nilai. 37 Sedangkan
kata islami yaitu bersifat keislaman. 38 Jadi yang dimaksud dengan nuansa
islami mempunyai arti suatu keadaan yang mempunyai corak keislaman atau
sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Kata islami sepadan dengan kata religius yang dalam Kamus Besar
Indonesia dinyatakan bahwa religius berarti bersifat religi atau keagamaan,
atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan). Dalam konteks
36
Onong Uchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, h. 28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), edisi-III, h. 788
38
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press), h.308
37
26 pendidikan yang dimaksud nuansa islami adalah suasana atau iklim
kehidupan keagamaan yang dampaknya ialah berkembangnya suatu
pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
agama, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh
para warga dalam kehidupan mereka sehari-hari. 39
Sedangkan secara profesional nuansa atau suasana agamis dapat
diartikan sebagai suasana dari hubungan harmonis yang saling dan
melaksanakan kewajiban masing-masing berdasarkan norma-norma yang
diajarkan oleh al-Quran dan hadist Rasulullah SAW. Operasionalnya
biasanya dituangkan dalam tata tertib yang harus ditaati oleh semua pihak
baik seorang pemimpin, kepala bagian dan para pegawai dilingkungannya. 40
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nuansa islami adalah
suatu budaya dan iklim lingkungan yang sarat dengan niali-nilai ajaran agama
islam yang dapat tercipta melalui hubungan antar warganya yang saling
melaksanakan kewajibannya masing-masing berdasarkan ajaran al-Qur’an
dan sunnah.
2. Model-model Penciptaan Nuansa Islami
Penciptaan nuansa islami merupakan salah satu sarana dalam
menanamkan nilai-nilai ajaran agama islam. Dalam upaya penanaman nilainilai tersebut membutuhkan model dan pendekatan agar prosesnya berjalan
39
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 106
40
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. I, h. 262-263.
27 secara efektif. Ada beberapa macam model yang dapat dikembangkan dalam
upaya penanaman nilai-nilai ajaran agama islam, yaitu sebagai berikut:
a. Model pewarisan melalui pengajaran atau semacam indoktrinasi yaitu
penanaman dan penyampaian nilai-nilai agama.
b. Model pengembangan kesadaran nilai, ada pendapat yang mengatakan
bahwa kesadaran akan nilai-nilai tidak bisa diajarkan langsung secara
indoktrinatif. Nilai bisa dikatakan nilai bila ditemukan sendiri dan
dialami sendiri.
c. Model pengembangan nilai etika mandiri yaitu, model pengembangan
kesadaran nilai melalui perubahan idenya tentang apa yang baik dan
apa yang dapat digolongkan dalam beberapa tahap. 41
Sedangkan menurut Drs. Muhaimin, M.A, dalam bukunya Paradigma
Pendidikan Islam menyebutkan bahwa “Model adalah sesuatu yang dianggap
benar, tetapi bersifat kondisional. Karena itu, model penciptaan suasana
religius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu akan
diterapkan beserta penerapan nilai-nilai yang mendasarinya. 42 Model-model
penciptaan suasana religius yang dimaksud antara lain:
a. Model struktural
penciptaan suasana religius dengan model structural yaitu penciptaan
suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturan-peraturan,
pembangunan kesan, baik dari luar atas kepemimpinan atau suatu
41
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi,
h. 260.
42
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
cet. III, h. 305
28 kebijakan lembaga atau instansi tertentu. Model ini biasanya bersifat “topdown” yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi
dari pejabat/pimpinan.
b. Model mekanik
Model mekanik dalam penciptaan suasana religius adalah penciptaan
suasana yang didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas
berbagai aspek. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan agama
yang lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual atau dimensi afektif
dari pada kognitif dan psikomotorik.
c. Model organik
Penciptaan suasana religius dengan model organik yaitu penciptaan
suasana yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa agama adalah
kesatuan atau sebagai sistem yang berusaha mengembangkan pandangan
atau semangat hidup agamis, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan
keterampilan hidup yang religius. Model penciptaan ini berimplikasi
terhadap pengembangan agama yang dibangun dari fundamental doktrinis
dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an
dan sunnah sebagai sumber pokok. Kemudian bersedia dan mau menerima
kontribusi pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan konteks
historisnya. 43
Dalam penciptaan nuansa islami atau suasana religius di kantor
pemerintahan tidak hanya dapat dilakukan melalui model-model, tetapi juga
43
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, h. 306-307
29 harus melalui beberapa pendekatan diantaranya: pendekatan pembiasaan,
keteladanan, dan pendekatan persuasif atau mengajak dengan cara halus. Bisa
pula dengan proaksi, yakni dengan membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis
dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat
ikut memberi warna dan arah pada perkembangan. Bisa pula berupa
antisipasi, yakni dengan tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal
agar tercapai tujuan ideal. 44
3. Macam-macam Nilai Keislaman
a. Syari’at
Secara etimologi syari’at berarti peraturan atau ketetapan yang
Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti puasa, shalat, haji,
zakat dan seluruh kebajikan. 45
Allah SWT berfirman:
☺
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at
(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syari’at itu
dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.” (Qs. Al-Jatsiyah [45]: 18)
Ayat di atas menyatakan: Kemudian setelah terjadi perselisihan
diantara Bani Isra’il, itu kami menjadikan berada di atas suatu syari’at
44
Muahimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan, h. 110
45
Yusuf Qardhawi, Membumikan Syari’at Islam, Keluwesan Aturan Ilahi untuk Manusia,
Terj. Ade Nurdin dan Riswan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), Cet. Ke-1, h. 13.
30 yakni jalan yang sangat jelas, luas dan mudah yang berupa bimbingan dan
peraturan menyangkut urusan agama, maka ikutilah serta teruslah
bersungguh-sungguh melaksanakan dan mengikuti syari’at yang kami
berikan kepadamu itu, dan janganlah engkau mengikuti mereka yang
berselisih karena mereka pada hakikatnya adalah orang-orang yang
mengikuti hawa nafsu yakni apa yang mereka sukai padahal hal tersebut
bertentangan dengan tuntutan agama juga mereka adalah orang-orang yang
tidak mengetahui kebenaran. 46
Menurut Fauzan Al-Anshari, Syari’at berarti ketentuan hukum
Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul untuk umatnya. 47
Menurut Muhammad Syaltut, sebagaimana dikutip M. Hasbi AshShiddiqie syari’at adalah hukum-hukum dan aturan Allah yang
disyari’atkan bagi hamba-hamba-Nya untuk diikuti. 48
Sementara Manna al-Qathan dalam kitabnya menyebutkan bahwa
syari’at adalah segala ketentuan Allah yang disyari’atkan bagi hambahamba-Nya baik yang menyangkut akidah, ibadah, akhlak, maupun
mu’amallah. 49
Apabila berbicara tentang Syari’at, maka tidak bisa dipisahkan dari
fiqih, hal ini dikarenakan hubungan antara keduanya sangat erat. Fiqih
adalah pemahaman tentang syari’at, syari’at merupakan landasan fiqih.
46
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 407.
Fauzan Al-Anshari dkk, Garis-garis Besar Syari’at Islam, (Jakarta: Khairul Bayan
Press, 2005), Cet. Ke-3, h.1.
48
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), h. 31.
49
Manna al-Qathan, al-Tasyri wa al-Fiqh al-Islamy, (Muassah al-Risalah, t.th), h. 15.
47
31 Adapun fiqih dalam bahasa arab disebut fiqh yang artinya faham atau
pengertian. Adapun secara istilah fiqih disebut ketentuan-ketentuan hukum
yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukun Islam. 50
Menurut Yusuf al-Qardhawi syari’at Islam itu terdiri atas:
1) Hukum-hukum yang telah ditetapkan langsung oleh nash al-Qur’an
dan Sunnah secara jelas. Porsi bagian ini lebih sedikit, tetapi
urgensinya sangat besar. Ia merupakan dasar yang kokoh untuk
bangunan syari’at seluruhnya.
2) Hukum yang telah ditetapkan melalui jalan ijtihad oleh para ulama ahli
fikih (fuqoha) dengan merujuk pada ketentuan al-Qur’an, Sunnah, atau
merujuk pada hukum-hukum yang tidak ada nashnya, misalnya
melalui qiyas, istihsan, istishab, maslahatul mursalah, dan lain-lain.
Porsi pembagian yang kedua inilah yang paling banyak pembahasan
hukum Islamnya. Ia merupakan kawasan kajian ilmu fikih dan bidang
garapan para fuqoha. 51
3) Syari’at berarti hukum dan ketentuan Allah yang telah diakui
kebenarannya untuk mengatur kehidupan manusia, dan tidak bisa
dirubah lagi karena telah tercantum di dalam ayat al-qur’an dan hadits.
50
M. Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke- 12, h. 46.
51
Yusuf al-Qardhawi, Membumikan Syari’at Islam, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Cet.
Ke-1, h. 1.
32 b. Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa
arab) adalah bentuk jamak dari khulk, khulk di dalam kamus Al-Munjid
berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. 52
Pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan
dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. 53
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
memunculkan perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan dengan
mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 54
Akhlak adalah kekuatan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat
didalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana
yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.55
52
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-
3, h. 1.
53
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, h. 3.
Asma’ Umar Hasan Fad’aq, Menangkap Makna dan Hikmah Sabar, (Jakarta: Lentera
Basritama, 1999), h. 17.
55
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,
1995), Cet. Ke-2, h. 10.
54
33 Menurut Imam Gazali seperti yang dikutip oleh Mahyuddin
mengatakan sebagai berikut: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang
gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih
lama), maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji
menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik.
Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jaha, dinamakan akhlak
yang buruk. 56
Selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan
terdahulu, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih mengatakan akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. 57
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan
sifat para Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk
merupakan sifat syaitan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya
akhlak itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Akhlak yang baik atau terpuji (Al-Akhlaqul Mahmudah) yaitu
perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.
56
57
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. Ke-5, h. 4.
Abudin Nata, Akhlak Taswuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-4, h. 3-4.
34 2) Akhlak yang buruk atau tercela (Al-Akhlakul Madzmumah) yaitu
perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk
lainnya. 58
Orang yang berakhlakul karimah juga akan memelihara perangai
dan tata cara pergaulan sesuai dengan tuntutan agama. Ucapan, perbuatan,
perangai dan tingkah laku yang baik merupakan amal shaleh, orang yang
berakhlak baik akan selalu melakukan amal-amal shaleh. Orang seperti ini
akan selalu mendapat kasih sayang dari Allah SWT. 59
Allah SWT berfirman:
☺
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh
kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam
(hati) mereka rasa kasih sayang”. (Qs. Maryam: 96)
Ayat ini mengurai keadaan orang-orang beriman yang taat,
keadaan mereka bertolak belakang dengan keadaan kaum musyrikin.
Mereka berada dalam posisi terhormat lagi dicintai. Ar-Rahman akan
menyiapkan bagi mereka malaikat-malaikat yang rumah serta menjalin
antar mereka rasa kasih sayang ini. 60
Dalam pembahasan ini penulis membatasi hanya akhlak baik dan
buruk terhadap sesama manusia, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
58
Mahyudddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet. Ke-4, h. 3.
Thoyib Sah Saputra, Aqidah Akhlak, h. 22.
60
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 257.
59
35 1) Akhlak Baik (Al-Akhlaqul Mahmudah)
a) Belas kasihan atau sayang (As-Syafaqah) yaitu sikap jiwa yang
selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain.
b) Rasa persaudaraan (Al-Ikhaa’) yaitu sikap jiwa yang selalu ingin
berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada
keterkaitan batin dengannya.
c) Memberi nasihat (An-Nashiihah) yaitu suatu upaya untuk memberi
petunjuk-petunjuk
yang
baik
kepada
orang
lain
dengan
menggunakan perkataan baik ketika orang yang dinasihati telah
melakukan hal-hal yang buruk maupun belum.
d) Memberi pertolongan (An-Nashru) yaitu suatu upaya untuk
membantu orang lain, agar tidak mengalami kesulitan.
e) Menahan amarah (Kazhmul Ghaizi) yaitu upaya menahan emosi
agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.
f) Sopan santun (Al-Hilmu) yaitu sikap jiwa yang lemah lembut
terhadap orang lain sehingga dalam perkataan dan perbuatannya
selalu mengandung adab dan kesopanan yang mulia.
g) Suka memaafkan (Al-Afwu) yaitu sikap dan perilaku seseorang
yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang pernah diperbuat
terhadapnya. 61
2) Akhlak Buruk (Al-Akhlaqul Madzmumah)
61
Mahyudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, h. 198-199. 36 a) Mudah marah (Al-Ghadab) yaitu kondisi emosi seseorang yang
tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan
sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
b) Iri hati atau dengki (Al-Hasanah) yaitu sikap kejiwaan seseorang
yang selalu menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan orang
lain bisa hilang sama sekali.
c) Mengadu-adu (An-Namimah) yaitu suatu perilaku yang suka
memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain dengan
maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d) Mengumpat
(Al-Ghibah)
yaitu
suatu
perilaku
yang
suka
membicarakan seseorang kepada orang lain.
e) Bersikap congkak (Al-Ash’aru) yaitu sikap dan perilaku yang
menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya
maupun perkataannya.
f) Sikap kikir (Al-Bikhlu) yaitu suatu sikap tidak mau memberikan
nilai materi atau jasa kepada orang lain.
g) Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu) yaitu suatu perbuatan yang
merugikan orang lain baik kerugian materil maupun non materil
dan ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil
hak-hak orang lain termasuk perbuatan aniaya. 62
Dengan demikian menurut hemat penulis, bahwa akhlak adalah
sifat manusia yang merupakan bawaan dan tertanam dalam jiwa sehingga
62
Mahyudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, h. 26-31.
37 dapat menimbulkan sifat terpuji maupun sifat tercela tanpa memikirkan
terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu.
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
A. Kota Tangerang Selatan
1. Sejarah berdirinya Kota Tangerang Selatan
Pada masa penjajahan Belanda, Tangerang adalah wilayah yang masuk ke
dalam Batavia (sekarang Jakarta). Wilayah yang mempertahankan karakteristik
tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Tionghoa. Awal mula nama
Tangerang adalah Tangeran yang berasal dari bahasa sunda yang berarti “tanda”.
Karena dahulu didirikan sebuah tugu dibagian barat sungai Cisadane. Tugu yang
didirikan untuk mempertahankan wilayah timur Cisadane dan menjaga tanah
kaum Parahyang. Tugu tersebut didirikan oleh Pangeran Soegri salah seorang
putra Sultan Ageng Tirtayasa, dari kesultanan Banten.
Seiring waktu berjalan Tangerang pun berdiri mandiri dan menjadi
wilayah industri yang modern. Selain itu, pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta
melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres Nomor.13 Tahun 1976
tentang pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), di mana
Kabupaten Tangerang menjadi wilayah penyanggah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. 1
Pada tahun 1993 terbit Undang-undang Nomor. 2 tentang Pembentukan
Kota Tangerang. Berdasarkan undang-undang ini wilayah Kota Administratif
Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari
Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor. 14
1
www.tangerangkab.go.id, diakses pada tanggal 18 Mei 2010, jam 14:15:53. 37 38 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang
dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Pada tahun 2000 beberapa tokoh masyarakat dari kecamatan Ciputat,
Serpong, Pamulang, dan Pondok Aren berkumpul untuk membentuk kota baru,
yang disebut Cipasera (Ciputat, Cisauk, Pamulang, Serpong, dan Pondok Aren).
Hal ini dilakukan untuk memisahkan diri dari kabupaten Tangerang. Rencana ini
muncul karena warga di wilayah selatan Kabupaten Tangerang merasa kurang
diperhatikan, baik dari pusat pemerintahan yang begitu jauh, maupun banyaknya
fasilitas yang terabaikan. Oleh karena itu, warga berkeinginan membentuk
wilayah otonomi, yang pusat pemerintahannya tak begitu jauh dan diperhatikan
oleh pemerintah.
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten,
Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia,
Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Kota ini merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tangerang. Pada 27 Desember 2006, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Tangerang menyetujui terbentuknya Kota Tangerang Selatan.
Batas wilayah Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang Selatan,
yakni dibatasi dengan sungai Cisadane. Demikian pula dengan pusat
pemerintahan kota yang baru terbentuk. Pengambilan keputusan mengenai
kecamatan mana saja yang masuk Tangerang Selatan juga ditetapkan. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang menggelar rapat di masingmasing fraksi yang diadakan sebelum rapat paripurna digelar. Ada dua pilihan
yang dihasilkan dalam rapat tersebut yakni, alternatif pertama sebagai calon
39 kecamatan-kecamatan yang masuk kedalam Kota Tangerang Selatan, lima
kecamatan, yakni Ciputat, Cisauk, Pondok Aren, Serpong dan Pamulang. yang
disetujui fraksi besar seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai
Golkar. Sedangkan fraksi Partai Kebangkitan Bangsa memilih alternatif kedua,
yakni enam kecamatan yakni Ciputat, Cisauk, Pondok Aren, Pamulang, Serpong,
dan Pagedangan. Berdasarkan hasil voting, 21 anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah memilih alternatif pertama sedang 14 orang memilih alternatif kedua.
Hasil rapat paripurna kemudian dibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Propinsi Banten dan Menteri Dalam Negeri sebelum dibahas di Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta ditetapkan dalam undang-undang.
Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang
menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat pemerintahan Tangerang Selatan.
Pelaksana Tugas Ketua Panitia Khusus Kajian Rencana Pemekaran Wilayah, R
Dahyat Tunggara menjelaskan bahwa daerah Ciputat memiliki nilai strategis dan
memenuhi syarat menjadi ibukota. Presidium Pembentukan Tangerang Selatan
dan pemerintah induk Kabupaten Tangerang sudah sepakat dengan keputusan ini.
Lokasi persis Ibukota itu adalah Kelurahan Maruga yang merupakan bekas Kantor
Kawedanan Ciputat dan saat ini dipakai sebagai kantor Kecataman Ciputat. 2
Pada rapat paripurna lanjutan, seluruh fraksi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah juga menyetujui pemekaran tiga kecamatan baru di wilayah Tangerang
bagian selatan. Kecamatan baru itu adalah Kecamatan Ciputat Timur (pemekaran
dari Kecamatan Ciputat), Kecamatan Setu (pemekaran dari Kecamatan Cisauk),
2
Sumber: Dokumen Kantor walikota Tangerang Selatan
40 dan Kecamatan Serpong Utara (pemekaran dari Kecamatan Serpong). Sedang
Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Pamulang tidak ada pemekaran wilayah.
Dengan demikian, jumlah kecamatan di Kota Tangerang Selatan
bertambah dari lima menjadi tujuh kecamatan. Peraturan Pemerintah Nomor 129
Tahun 2000 yang membahas soal pemekaran daerah menyebutkan keputusan
akhir rencana itu ada di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Usulan
berdirinya kota Tangerang Selatan disampaikan melalui Gubernur kepada Menteri
Dalam Negeri, kemudian dikaji oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
Setelah disetujui, Menteri Dalam Negeri mengajukan kepada Presiden. Kemudian,
diajukan dalam bentuk rancangan undang-undang ke Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia untuk diputuskan.
Jumlah penduduk di wilayah ini lebih dari satu juta jiwa. Pamulang dihuni
236.000 jiwa, sedang Ciputat dihuni 260.187 jiwa. Dari dua kecamatan ini, jumlah
penduduk 500.000 jiwa. Jika ditambah dengan penduduk Serpong, Pondok Aren,
dan Cisauk akan berjumlah lebih dari satu juta jiwa. Sehingga, memenuhi syarat
untuk suatu daerah otonom. Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten
mulai membahas berkas usulan pembentukan Kota Tangerang Selatan mulai 23
Maret 2007. Pembahasan dilakukan setelah berkas usulan dan persyaratan
pembentukan kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Dewan
pada 22 Maret 2007.
Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan dana Rp
20 miliar untuk proses awal berdirinya Kota Tangerang Selatan. Dana itu
dianggarkan untuk biaya operasional kota baru selama satu tahun pertama dan
41 merupakan modal awal dari daerah induk untuk wilayah hasil pemekaran.
Selanjutnya, Pemerintah Kabupetan Tangerang akan menyediakan dana bergulir
sampai kota hasil pemekaran mandiri. Kota Tangerang Selatan terbentuk setelah
Dewan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah menyetujuinya dalam rapat
paripurna DPR. Tangerang Selatan disetujui bersamaan dengan persetujuan
pembentukan 11 daerah otonom baru lainnya. 3
Terbentuknya kota baru itu disambut gembira warga yang tinggal di
wilayah Tangerang bagian selatan. Warga Tangerang Selatan memperjuangkan
berdirinya kota baru tersebut sejak tahun 2000. Berbagai cara mereka tempuh agar
pemerintah mengabulkan keinginan mereka memisahkan diri dari Kabupaten
Tangerang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008, Kota Tangerang
Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan:
Tabel 1
Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan
Luas Wilayah
1
Ciputat
1.838 Ha
2
Ciputat Timur
1.543 Ha
3
Pamulang
2.682 Ha
4
Pondok Aren
2.988 Ha
5
Serpong
2.404 Ha
6
Serpong Utara
1.784 Ha
7
Setu
1.480 Ha
Sumber: Dokumen Kantor Walikota Tangerang Selatan
3
Sumber: Dokumen Kantor Walikota Tangerang Selatan 42 2. Visi, Misi dan Motto Kota Tangerang Selatan
Pada dasarnya visi dan misi Kota Tangerang Selatan masih berhaluan atau
berinduk ke Kabupaten Tangerang. Kepala pemerintahan Kota Tangerang Selatan
saat ini pun masih dibawah penjabat sementara, yakni bapak M. Sholeh. 4 Karena
Kota Tangerang Selatan adalah kota baru, wilayah pemekaran dari Kabupaten
Tangerang. Maka dari itu visi dan misi dari Kota Tangerang Selatan sama dengan
visi dan misi Kabupaten Tangerang yakni: ”Menuju Masyarakat Kabupaten
Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan
Lingkungan.”
Yang dimaksud dengan:
a. Masyarakat Kabupaten Tangerang: adalah kelompok orang dengan
segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola
pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu
pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan
sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang;
b. Beriman: adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya serta hidup rukun antar umat manusia. Terpenuhinya
kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi
rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual;
4
Wawancara pribadi dengan Bpk Hadiana, kepala Sub. Bagian Dokumentasi Humas Dan
Protokol Tangerang Selatan, Senin 17 Mei 2010.
43 c. Maju: berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih
baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan
kedudukan masing-masing anggota masyarakat;
d. Mandiri:
berarti
mampu
mengatasi
permasalahan
dan
hidup
bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain
atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap
berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
e. Berorientasi
Industri:
berarti
perilaku
yang
mengarah
pada
pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu,
biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar;
f. Berwawasan
Lingkungan:
berarti
orientasi
pembangunan
mempertimbangkan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh
setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan
lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan
pembangunan.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi Pemerintah
Kabupaten Tangerang sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya
dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Membangun
sumberdaya
manusia
melalui
peningkatan
mutu
pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat
44 kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta
peningkatan kesejehteraan sosial.
c. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitasi
pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan
jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi,
usaha kecil dan menengah, dan sektor informal.
d. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang
berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian
tata ruang yang terstruktur.
e. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan
bertanggung jawab (good governance).
f. Meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi percepatan aspekaspek pembangunan.
g. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan
partisipasi kritis dalam proses pembangunan.
h. Memberdayakan
perempuan
dan
kesetaraan
gender
dalam
pembangunan. 5
Sedangkan Motto dari Kota Tangerang Selatan adalah: “Kota pendidikan
yang modern dan religi.”
3. Program Kerja Walikota Tangerang Selatan
a.
Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
b.
Penyelenggaraan pendidikan,
5
www.tangerangkab.go.id, diakses pada tanggal 18 Mei 2010, jam 14:15:53. 45 c.
Penyelenggaraan kesehatan,
d.
Membangun infrastruktur,
e.
Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tangerang Selatan,
dan
f.
Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah Tangerang Selatan.
B. Sub. Bagian Keagamaan Tangerang Selatan
1. Tugas, fungsi dan tata kerja Sub. Bagian keagamaan.
Berdasarkan peraturan Walikota Tangerang Selatan nomor 4 tahun 2010
tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja sekretariat daerah Kota Tangerang
Selatan, tugas dan fungsi sub bagian keagamaan diatur pada pasal 19, yakni:
(1) Sub Bagian Bina Keagamaan mempunyai Tugas merencanakan,
melaksanakan,
mengarahkan,
mengawasi
dan
mengendalikan
pembinaan keagamaan.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sub
Bagian Bina Keagamaan mempunyai fungsi :
a. Perencanaan
kegiatan
penganalisisan,
bahan
pengumpulan
perumusan
data
kebijakan
pengolahan,
dibidang
bina
keagamaan;
b. Pelaksanaan penyusunan pedoman dan program kerja dalam rangka
bina keagamaan;
c. Penyusunan konsep kebijakan Pemerintah Daerah yang berkenaan
dengan bina keagamaan
46 d. Pelaksanaan
pengendalian
dan
pembinaan
penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang berkenaan dengan bina keagamaan;
e. Pelaksanaan penyusunan konsep kebijakan yang diperlukan dalam
rangka pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah
yang berkenaan dengan bina keagamaan;
f. Pelaksanaan pembinaan dalam rangka kerukunan hidup beragama;
g. Pelaksanaan
pembinaan
dalam
rangka
mewujudkan
tertib
administrasi dalam pelaksanaan kegiatan kedinasan di bidang bina
keagamaan;
h. Pengawasan dan pembinaan terhadap para pegawai yang
membantunya. 6
2. Program kerja sub bagaian keagamaan
a. Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial.
b. Mengadakan pengajian bulanan.
c. Pelaksanaan buka puasa bersama.
d. Pelaksanaan perayaan hari besar islam.
e. Pembinaan lembaga-lembaga Islam.
f. Pelaksanaan Tarawih keliling setiap bulan Ramadhan. 7
6
Sumber: Dokumen Sub. Bagian Keagamaan Tangerang Selatan.
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan
Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010.
7
47 3. Susunan struktur sub bagian keagamaan
Tabel 2
Nama-nama Struktur Sub Bagian Keagamaan
No
Nama
Jabatan
1
Drs. Durrahman, M.Pd
Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial
2
M. Syafe’i, S.Ag
Kepala sub.bagian keagamaan
3
Risdianto, Amd
Staf
4
Taufik Hidayatullah, S.Kom
Staf
Sumber: Dokumen Sub Bagian Keagamaan
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Komunikasi Yang Diterapkan Sub. Bagian Keagamaan Dalam
Menciptakan Nuansa Islami.
Sebuah organisasi, lembaga atau perusahaan agar bisa mencapai segala
tujuan yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau metode. Cara
atau metode itulah yang disebut dengan strategi. 1 Sebab strategi adalah cara-cara
di mana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan ke arah tujuan yang sudah
direncanakan terlebih dahulu.
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangat penting.
Komunikator adalah sebagai pelaksana dalam strategi komunikasi. Seorang
komunikator akan berhasil untuk melakukan perubahan tingkah laku, sikap dan
pendapat melalui mekanisme daya tarik, hal ini terjadi jika komunikan merasa
nyaman dengan komunikator dan pesan yang disampaikan juga menarik
komunikan. Bila dicermati, pada dasarnya strategi komunikasi itu akan berjalan
sesuai rencana bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan juga pesan
yang disampaikan.
Menurut Harold D Lasswell, dalam proses komunikasi sebenarnya
menjawab pertanyaan: Who says what in which channel to whom with what effect
(siapa mengatakan apa kepada siapa melalui saluran apa dan dengan efek apa).
Berikut ini adalah pejelasan penulis:
1. Who (siapa komunikatornya)
1
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan
Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010. 48 49 Pada dasarnya komunikator harus menyesuaikan ucapannya dan
bersifat
bijaksana.
Seorang
komunikator
harus
berpikir
secara
konsepsional dan bertindak secara sistemik dan sistematik. Komunikator
adalah orang yang menyampaikan pesan sebuah komunikasi. Sebenarnya
peranan sub bagian keagamaan adalah sebagai komunikator. Sub Bagian
Keagamaan menjadi komunikator yang menyampaikan pesan yang
dikomunikasikannya dalam menciptakan nuansa islami di lingkungan
kantor walikota Tangerang Selatan.
2. Says what (pesan apa yang dinyatakan)
Saat berkomunikasi pesan adalah komponen penting dalam
komunikasi, sebuah komunikasi tidak berjalan dengan baik bila salah satu
komponen didalamnya kurang. Dalam hal ini pesan adalah sesuatu yang
penting disamping komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi,
pesan yang disampaikan Sub Bagian Keagamaan Tangerang Selatan
adalah tentang nuansa islami.
3. In which channel (saluran apa yang digunakan)
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Association for Education and
Communication Technology (AECT) mengartikan media sebagai segala
bentuk yang dipergunakan untuk proses transmisi informasi. Sedangkan
Education Association mendefinisikan sebagai benda yang dapat
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan apapun dan
50 dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.2 Media adalah
salah satu faktor pendukung terjadinya komunikasi. Sebuah komunikasi
akan berjalan efektif bila antara komunikator dan komunikan juga pesan
yang disampaikan tidak terjadi gangguan.
Dalam strategi komunikasi Sub Bagian Keagamaan Kota
Tangerang Selatan, media yang dimanfaatkan untuk menciptakan nuansa
islami saat ini masih kurang memadai dan kurang efektif. Pemerintah Kota
Tangerang Selatan baru menggunakan media pengeras suara sebagai alat
untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dan pesan atau anjuran lain
dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan.
Selain itu untuk mengingatkan seluruh pegawai untuk senantiasa hidup
berlandaskan ajaran agama Islam dan bergaul di kehidupan sehari-hari
berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
4. To whom (siapa komunikannya)
Dalam strategi komunikasi, komunikan merupakan komponen yang
paling banyak meminta perhatian. Disebabkan karena jumlah komunikan
biasanya banyak dan bersifat heterogen, sedangkan mereka harus dapat
dicapai dalam menerima setiap pesan secara inderawi dan rohani. Maksud
dari inderawi adalah diterimannya suatu pesan jelas bagi indera mata dan
terang untuk indera telinga. Lalu maksud dari rohani adalah diterimanya
suatu pesan sesuai dengan kerangka referensinya, paduan dari usia, agama,
2
Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002),
cet ke-1, h. 11. 51 pendidikan, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan lainnya dan kerangka
referensi menimbulkan kepentingan dan minat tertentu.
Pada strategi komunikasi, apabila sudah mengetahui sifat-sifat
komunikan, ada dua tatanan komunikasi yang efektif.
a. Komunikasi tatap muka (face to face communication)
Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila komunikator
mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari
komunikan. Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan pada
proses komunikasi tatap muka biasanya dilakukan setiap jam
istirahat atau saat waktu senggang. Selain itu saat apel pagi pun
pada dasarnya merupakan komunikasi tatap muka dan dari sinilah
mengharapkan adanya perubahan tingkah laku.
b. Komunikasi bermedia (mediated communication)
Komunikasi bermedia pada umumnya dipergunakan untuk
menyampaikan informasi, biasa disebut komunikasi informatif.
Komunikasi bermedia tidak begitu ampuh dalam merubah tingkah
laku.
Komunikasi
bermedia
tidak
persuasif
namun
dapat
menjangkau komunikan dalam jumlah banyak.
Komunikan pada strategi komunikasi dalam menciptakan nuansa
islami di Walikota Tangerang Selatan adalah seluruh pegawai atau warga
di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan.
5. With what effect (efek apa yang diharapkan)
52 Efek dari pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator akan
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Efek yang
diharapkan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah terciptannya
nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan pada
khususnya dan umumnya agar tercipta nuansa islami di lingkungan
masyarakat umum Kota Tangerang Selatan.
Pada dasarnya pemerintah Walikota Tangerang Selatan berkeinginan
untuk menciptakan Kota Tangerang Selatan sebagai kota yang berpendidikan
modern dan religi, sesuai dengan motto Kota Tangerang Selatan. Namun sebagai
kota yang baru terbentuk, pemerintah Kota Tangerang Selatan masih
memfokuskan pembangunan infrastuktur dan kesejahteraan untuk masyarakat
Tangerang Selatan. Dilain hal, pemerintah Kota Tangerang Selatan saat ini hanya
memfokuskan penciptaan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang
Selatan. Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan mendapatkan tugas
untuk menciptakan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang
Selatan juga melakukan pembinaan dan pengawasan dan terhadap pegawai
pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam hal keagamaan. Saat ini, Sub Bagian
Keagamaan Kota Tangerang Selatan memfokuskan program menciptakan nuansa
islami hanya di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan sebagai cerminan
untuk masyarakat Kota Tangerang Selatan.
Dalam kiprahnya yang bergerak dibidang kesejahteraan rakyat, Sub
Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga yang berwenang
53 dalam hal keagamaan yang juga memiliki tujuan menciptakan nuansa atau
suasana islami di Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan peraturan Walikota Tangerang Selatan nomor 4 tahun 2010
tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Sekretariat Daerah Kota Tangerang
Selatan, pada pasal 19 ayat 2 poin (h) telah ditetapkan bahwa tugas dan fungsi sub
bagian keagamaan adalah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap para
pegawai yang membantunya. Maka dari itu, sub bagian keagamaan Tangerang
Selatan tentunya memiliki strategi untuk menciptakan tujuan tersebut khususnya
dalam menciptakan nuansa islami di lingkungan Kantor Walikota Tangerang
Selatan.
Berikut ini adalah strategi yang digunakan sub bagian keagamaan Kota
Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di lingkungan kantor
Walikota Tangerang Selatan:
1). Memberikan tauladan yang baik.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bijaksana, adil, jujur,
bertanggung jawab, dan amanah. Seorang pemimpin yang bijaksana adalah
pemimpin yang baik dan saat menentukan kebijakan ia bertindak sesuai dengan
kebijaksanaan dia, berbuat adil tentang kebijakan yang dia putuskan, dan
memutuskan secara jujur. 3
3
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan
Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010. 54 Tabel 3
Kesadaran pegawai tentang ketauladanan yang diberikan pimpinan
Walikota Tangerang Selatan
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Ya
20
66,7 %
Tidak
10
33,3 %
Jumlah
30
100 %
sumber: hasil data responden
Berdasarkan data diatas bahwa 66,7 persen responden mengatakan bahwa
pimpinan Walikota Tangerang Selatan memberikan tauladan baik kepada pegawai
dan masyarakat Kota Tangerang Selatan. Sedangkan yang mengatakan tidak
memberikan tauladan kurang baik sebanyak 33,3 persen. Hal ini mungkin karena
penjabat Walikota Tangerang Selatan saat ini baru menjabat beberapa minggu. 4
Pada dasarnya banyak sekali tuntutan sebagai seorang pemimpin. Selain
bertanggung jawab atas kepemimpinannya juga harus mampu memberikan
tauladan yang baik untuk bawahannya.
Di lingkungan kantor walikota Tangerang Selatan, penjabat walikota
Tangerang Selatan saat ini selalu memberikan tauladan yang baik untuk stafstafnya. Seperti mengucapkan salam kepada staf-staf yang bertemu dengannya
atau saat bertemu dijalan didalam lingkungan kantor. Bapak Syafe’i menjelaskan,
menyebarkan salam merupakan sunnah muakkad, yaitu sunnah yang ditekankan
serta merupakan salah satu hak seorang muslim terhadap muslim lainnya.
4
Penjabat Walikota Tangerang Selatan yang lama Bpk Ir. M. Sholeh telah digantikan
dengan penjabat Walikota baru yakni, Bpk Eutik. Pergantian ini baru terjadi beberapa minggu ini.
Karena masa jabatan Bpk M. Sholeh telah berakhir pada bulan Juli 2010.
55 Rasulullah SAW bersabda:
،‫ﺟﺒْ ُﻪ‬
ِ ‫ك َﻓَﺄ‬
َ ‫ وَإِذَا َدﻋَﺎ‬،ِ‫ﻋَﻠﻴْﻪ‬
َ ْ‫ﺴِّﻠﻢ‬
َ ‫ ِإذَا َﻟ ِﻘﻴْ َﺘ ُﻪ َﻓ‬: ‫ﺖ‬
‫ﺳ ﱡ‬
ِ ‫ﻋﻠَﻰ اﻟ ُﻤﺴِْﻠ ِﻢ‬
َ ‫ﻖ اﻟ ُﻤﺴِْﻠ ِﻢ‬
‫ﺣﱡ‬
َ
‫ض‬
َ ‫ وَإِذَا َﻣ ِﺮ‬،‫ﺸ ﱢﻤﺘْ ُﻪ‬
َ ‫ﺤ ِﻤ َﺪ اﷲ َﻓ‬
َ ‫ﺲ َﻓ‬
َ ‫ﻄ‬
َ‫ﻋ‬
َ ‫ وَإِذَا‬،ُ‫ﺼﺢْ َﻟﻪ‬
َ ْ‫ﻚ ﻓَﺎﻧ‬
َ‫ﺤ‬
َ‫ﺼ‬
َ ْ‫وَإِذَا اﺳْ َﺘﻨ‬
(‫)رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ت ﻓَﺎ ﱠﺗ ِﺒﻌْ ُﻪ‬
َ ‫ َوِإذَاﻣَﺎ‬،ُ‫َﻓ ُﻌﺪْﻩ‬
“Hak seorang muslim terhadap saudara muslimnya ada enam, yaitu
jika berjumpa dengannya, ucapkan salam kepadanya; jika
mengundangmu, hadirilah undangannya; jika meminta nasihat
kepadamu, nasihatilah; jika ia besin, lantas menuji Allah, maka
doakan dengan tasymit; jika sakit maka jenguklah; dan jika ia wafat
maka iringilah jenazahnya.” 5 (HR Muslim)
Tabel 4
Mengucapkan salam saat bertemu dengan pegawai lain.
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Sumber: hasil data responden
Frekuensi
16
14
30
Prosentase
53,3 %
46,7 %
100 %
Berdasarkan data yang penulis peroleh, bahwa 53,3 persen responden
mengatakan bahwa ketauladanan pimpinan untuk mengucapkan salam saat
bertemu dengan pegawai di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan.
Sedangkan responden yang mengatakan tidak sebanyak 46,7 persen. Ini
disebabkan karena kesibukan bapak penjabat Walikota Tangerang Selatan
sehingga banyak pula pegawai yang tidak bertemu secara langsung di setiap
waktu.
Selain itu, tauladan yang dicontohkan oleh penjabat Walikota Tangerang
Selatan adalah shalat zhuhur berjamaah, hal ini juga dilakukan untuk
mendekatkan diri kepada semua pegawai pemerintahan Kota Tangerang Selatan.
5
HR. Muslim dalam As-Salam, no. 2162 56 itupun jika beliau ada di lingkungan kantor Walikota. Begitu pula tauladan yang
diberikan sub bagian keagamaan sebagai bagian pemerintahan yang berwenang
untuk terciptannya nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang
Selatan. Sub. bagian keagamaan biasanya memberikan tauladan seperti
mengucapkan salam saat berjumpa, mengajak untuk shalat berjamaah dan
bersikap sopan dan santun juga ramah saat melayani masyarakat ataupun saat
berkomunikasi dengan sesama pegawai.
3). Pengajian
Pengajian merupakan salah satu dari bentuk komunikasi, yakni
komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang. 6 dalam hal ini kepala daerah atau Walikota
menjadi komunikator yang menyampaikan pesan kepada khalayak ramai.
Komunikasi
kelompok
dengan
jumlah
besar
seharusnya
lebih
efektif
menggunakan media, seperti pengeras suara atau media lainnya.
Adapun komunikasi kelompok dikatakan efektif, karena dapat dilihat
sesuai ciri-ciri komunikasi kelompok itu sendiri, yaitu: 7
1.
Proses komunikasi di mana pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar
pada tatap muka. Hal ini dapat dilihat dari seorang komunikator, yaitu
penjabat Walikota sementara atau sekretaris daerah dan seorang ustad
6
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 75. 7
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), cet. Ke2, h. 33-34.
57 atau Da’i kepada jumlah komunikan yang cukup banyak, yaitu
pegawai kantor Walikota Tangerang Selatan atau masyarakat Kota
Tangerang Selatan.
2.
Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber
dan mana penerima. Hal ini dapat dilihat dari penyampaian pesan
komunikasi yang diberikan oleh ustad, penjabat Walikota atau
sekretaris daerah sebagai komunikator secara berkelanjutan.
3.
Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan
spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Maksudnya, sub bagian
keagamaan sebagai staf pemerintah yang berwenang dalam penciptaan
nuansa islami telah menyiapkan strategi yang akan diberikan kepada
pegawai Walikota Tangerang Selatan.
Dalam menciptakan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota
Tangerang Selatan, media sangat dibutuhkan guna terciptanya tujuan yang
diinginkan. Media adalah salah satu faktor penting dalam penciptaan tujuan yang
diinginkan dan sebagai sarana mengkomunikasikan pesan yang hendak dicapai.
Seperti yang pernah dijelaskan Harold D Lasswell, dalam memantapkan strategi
komunikasi setiap komponen dipertautkan dengan rumus Lasswell yang salah
satunya adalah In Which Channel, yakni media sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan yang ingin dicapai. 8
Pada dasarnya media yang dapat dimanfaatkan banyak macamnya, baik
dengan bentuk tulisan seperti spanduk, pamflet, selebaran-selebaran, aturan-aturan
8
Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, cet ke-3, h.310.
58 yang ditetapkan oleh Walikota Tangerang Selatan atau tulisan-tulisan dinding atau
majalah dinding. Adapula yang bersifat lisan seperti komunikasi tatap muka
(antarpribadi/langsung)
atau
menggunakan
pengeras
suara
(komunikasi
kelompok/pidato).
Namun, pada saat ini media yang digunakan untuk menciptakan nuansa
islami baru sekedar pengeras suara, hal ini dilakukan dalam pengajian bulanan
atau pengajian mingguan, apel pagi atau saat acara-acara tertentu. Dalam hal ini
penjabat walikota atau sekretaris daerah dan ustad disetiap bulan dan minggunya
dalam pengajian selalu mengingatkan pegawai untuk senantiasa berlaku adil,
jujur, bertanggung jawab, melayani masyarakat dengan senyuman, berakhlakul
karimah, dan loyalitas tinggi terhadap pekerjaan. Pemerintahan Kota Tangerang
Selatan saat ini belum dapat memanfaatkan media lain sebagai sarana untuk lebih
terciptanya nuansa islami di lingkungan kantor tersebut. Karena banyak faktor
seperti belum tetapnya kantor setiap bagian, belum terbangun secara permanen
gedung resmi Walikota Tangerang Selatan, dan Kota Tangerang Selatan adalah
kota yang baru didirikan dan masih dalam proses membangun.
Adapun pengajian yang diadakan di kantor Walikota Tangerang Selatan,
sebagai berikut:
a). Pengajian Bulanan
Pengajian yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang Selatan
adalah pengajian bulanan, pengajian ini diadakan di masjid al-Mujahidin
Pamulang setiap satu bulan sekali. Pengajian ini diadakan setiap hari
minggu di akhir bulan. Dengan materi pengajian yang berbeda tiap
59 bulannya juga dengan penceramah yang berbeda pula setiap bulannya. Hal
ini dilakukan guna mempererat tali silaturahim antarpegawai kantor
Walikota Tangerang Selatan juga untuk mendekatkan diri kepada
masyarakat umum. Selain tujuan pengajian bulanan ini untuk mendekatnya
diri satu sama lain, ada hal yang lebih penting yakni, membina mental dan
akhlak tiap pegawai, serta menanamkan kejujuran, kedisplinan, tanggung
jawab, rasa adil dan menanamkan nilai-nilai keislaman di setiap pegawai
Walikota Tangerang Selatan. Agar setiap pekerjaan dan dalam pelayanan
kepada masyarakat, masyarakat merasa puas dan terlayani dengan adil dan
penuh dengan tanggung jawab.
Dunia adalah ladang akhirat berikut hadist rasulullah yang
disampaikan oleh kepala Sub Bagian Keagamaan. Seluruh pegawai
dianjurkan untuk mengikuti setiap kegiatan yang berkaitan dengan agama,
untuk keseimbangan dunia dan akhirat. Setiap pekerjaan bernilai ibadah
ketika pekerjaan tersebut diawali dengan niat mendapatkan ridho Allah
swt. Manusia diperintahkan untuk mencari dunia dan tidak melupakan
akhirat. Allah berfirman:
☺
☯
☺
⌧
(٧٧ :‫)اﻟﻘﺼﺺ‬
☺
Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
60 baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Al-quran mengajarkan kita bahwa untuk mengimbangi kehidupan
dunia dan akhirat, dianjurkan untuk bekerja keras mencari rezeki di dunia
yang halah baik dan beribadah kepadaNya. Maka dari itu pengajian adalah
sebagai sarana untuk meningkatkan kecintaan terhadap Allah SWT.
Pengajian bulanan juga sebagai sarana untuk menciptakan nuansa
islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan. Dengan
mengadakan pengajian bulanan setiap pegawai dapat mendalami agama
islam, meningkatkan nilai-nilai keislaman agar lebih melekat pada diri
setiap pegawai, dan memberikan siraman rohani, karena sebagai abdi
negara para pegawaipun perlu adanya siraman rohani. 9
Tabel 5
Kehadiran pegawai dalam pengajian bulanan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Sumber: hasil data responden
Frekuensi
21
9
30
Prosentase
70 %
30 %
100 %
Berdasarkan prosentase responden mengenai kehadiran pegawai
dalam pengajian bulanan sebanyak 70 persen pegawai menghadiri
pengajian bulanan tersebut. Sedangkan yang prosentase yang tidak
9
Wawancara pribadi dengan Bpk Hadiana, kepala Sub. Bagian Dokumentasi Humas Dan
Protokol Tangerang Selatan, Senin 17 Mei 2010. 61 menghadiri sebanyak 30 persen. Ini disebabkan karena kesibukan pegawai
dengan aktifitasnya dan ada pula yang ditugaskan untuk keluar daerah. 10
Hal ini menegaskan bahwa 70 persen pegawai pemerintah Kota
Tangerang Selatan menghadiri pengajian bulanan guna mempererat tali
silaturahim juga untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para
pegawai.
b). Pengajian mingguan
Didalam lingkungan kantor pemerintah Kota Tangerang Selatan
selain diadakan pengajian bulanan, diadakan pula pengajian mingguan
yang biasa disebut dengan coffee morning, pengajian ini biasa
dilaksanakan pada hari selasa mulai pukul 09.00 sampai dengan selesai,
bertempat di masjid komplek kantor Witana Harja, Pamulang Kota
Tangerang Selatan.
Pengajian ini dilaksanakan untuk mempertebal iman para pegawai
juga untuk meningkatkan silaturahim antarpegawai kantor Walikota
Tangerang Selatan yang bertempat di komplek kantor Witana Harja.
Pengajian ini diadakan pagi hari untuk membiasakan para pegawai
melaksanakan shalat dhuha.
Tabel 6
Pengajian coffee morning mengajak pegawai untuk membiasakan diri
melakukan shalat dhuha.
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
25
5
30
Prosentase
83,3 %
16,7 %
100 %
10
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan
Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010. 62 Sumber: hasil data responden
Berdasarkan prosentase data diatas, bahwa sebanyak 83,3 persen
responden mengatakan pengajian coffee morning itu mengajak pegawai
untuk membiasakan diri shalat dhuha. Sedangkan 16,7 persen mengatakan
tidak, hal ini mungkin karena mereka jarang menghadiri pengajian coffee
morning ini karena kesibukannya. 11
4). Melayani masyarakat dengan prima, murah senyum, dan ramah
sehingga dapat memuaskan masyarakat.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan dengan efektif. 12
Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam berkomunikasi terdapat
feedback umpan balik, dan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik
pula oleh komunikan. Sehingga komunikasi tersebut berjalan dengan efektif.
Namun, hal ini tidak dapat berjalan dengan baik apabila seorang pegawai
pemerintahan dalam melayani masyarakat tidak berlaku sopan, murah senyum,
dan ramah kepada masyarakat.
Masyarakat merasa puas apabila seorang abdi negara dalam hal ini
pegawai pemerintahan melayani masyarakatnya dengan prima, berkomunikasi
dengan sopan dan santun juga berlaku adil. Pada dasarnya, melayani masyarakat
dengan prima, murah senyum, ramah dan dapat memuaskan masyarakat dalam
pelayanan adalah sebuah cerminan nuansa islami atau suasana religius. Dan hal
ini pemerintahan Kota Tangerang Selatan telah menerapkan aturan tersebut dalam
11
Wawancara pribadi dengan Bpk Rizki Maulana, Staf Bendahara Pengeluaran Belanja
Langsung, Selasa 25 Mei 2010. 12
Observasi langsung di kantor walikota Tangerang Selatan 63 melayani masyarakat agar masyarakat puas dengan loyalitas dan kinerja pegawai
pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Pada dasarnya, masyarakat Kota Tangerang Selatan menyadari dan
merasakan nuansa islami yang dibangun di komplek perkantoran pemerintah Kota
Tangerang Selatan.
Tabel 7
Kesadaran dan perasaan masyarakat tentang nuansa islami di kantor
Walikota Tangerang Selatan
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Ya
23
76,7 %
Tidak
7
23,3 %
Jumlah
30
100 %
Sumber: hasil data responden
Berdasarkan data diatas, prosentase masyarakat yang menyadari akan
adanya nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan sebesar
76,7 persen. Hal ini terjadi karena menurut masyarakat, nuansa islami yang ada di
kantor Walikota Tangerang Selatan antara lain:
a). Mayoritas pegawai perempuan menggunakan jilbab.
b). Sedangkan yang tidak menggunakan jilbab menggunakan pakaian
yang sopan.
c). Ada sebagian pegawai laki-laki yang menggunakan kopyah.
d). Keramah tamahan antarpegawai dan kepada masyarakat.
e). Pelayanan yang baik untuk masyarakat.
f). Berkomunikasi dengan baik dan santun.
g). Ketauladanan yang diberikan pimpinan untuk pegawai.
Dalam hal penciptaan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota
Tangerang Selatan, masyarakat menanggapinya dengan positif. Ini dibuktikan
64 dengan data yang penulis peroleh bahwa 100 persen masyarakat Kota Tangerang
Selatan setuju akan penciptaan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota
Tangerang Selatan. Karena ada masyarakat yang berasumsi bahwa dengan
suasana atau nuansa islami insyaallah Kota Tangerang Selatan akan menjadi Kota
yang berpendidikan modern dan religi sesuai dengan motto Kota Tangerang
Selatan.
Sedangkan untuk kepuasan masyarakat akan kinerja dan pelayanan yang
diberikan oleh pegawai pemerintah Kota Tangerang Selatan sangat diapresiasi
baik. Ini terbukti dengan data yang penulis dapatkan, bahwa prosentase kepuasan
masyarakat akan pelayanan pemerintah Kota Tangerang Selatan sebesar 80
persen. Sedangkan yang tidak merasa puas hanya sebesar 20 persen.
Tabel 8
Kepuasan masyarakat tentang pelayanan yang diberikan pemerintah Kota
Tangerang Selatan
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Ya
24
80 %
Tidak
6
20 %
Jumlah
30
100 %
Sumber: hasil data responden
Penulis menyimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Kota Tangerang
Selatan merasa puas akan kinerja dan pelayanan pemerintah Kota Tangerang
Selatan. Pelayanan yang mengutamakan kepuasan kepada masyarakat, dengan
melayani masyarakat dengan sopan, santun, prima, dan bertindak adil.
5). Menganjurkan pegawai wanita untuk menggunakan jilbab.
Wanita yang indah adalah wanita yang menutupi auratnya, baik itu yang
berpakaian sopan maupun berjilbab, namun masalah jilbab sebenarnya bersifat
agamis. Di pusat pemerintahan manapun belum ada aturan yang mewajibkan
65 pegawai wanitanya untuk berjilbab. 13 Karena jilbab merupakan hal pribadi, jika
seorang muslimah belum siap untuk berjilbab maka tak ada aturan untuk
memaksakannya.
Tabel 9
Mengajurkan pegawai perempuan untuk menggunakan Jilbab atau
berbusana sopan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Sumber: hasil data responden
Frekuensi
28
2
30
Prosentase
93,3 %
6,7 %
100 %
Berdasarkan hasil prosentase diatas, pemerintah Kota Tangerang Selatan
memang menganjurkan pegawai perempuan muslimah untuk menggunakan jilbab,
dan untuk yang non-muslim dianjurkan mengenakan pakaian yang sopan. Dengan
hasil prosentase 93,3 persen mengatakan ya bahwa anjuran tersebut ada dan
berlaku di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan.
Pada dasarnya di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan
mayoritas pegawai perempuannya menggunakan jilbab. Menurut data pemerintah
Kota Tangerang Selatan dari 380 pegawai perempuan mayoritas 90 persen
menggunakan jilbab. 14 Hal ini dikarenakan bahwa penduduk Kota Tangerang
Selatan mayoritas menganut ajaran agama Islam, dengan prosentase 90,98 persen
masyarakat Kota Tangerang Selatan beragama Islam. 15
13
Wawancara pribadi dengan Bpk Hadiana, kepala Sub. Bagian Dokumentasi Humas Dan
Protokol Tangerang Selatan, Senin 17 Mei 2010.
14
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan
Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010. 15
Dokumentasi Sub Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan.
66 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menciptakan Nuansa Islami
1. Faktor pendukung
a. Motto Tangerang Selatan yang berbunyi: kota berpendidikan modern
dan religi.
b. Ketauladanan yang diberikan pimpinan kepada bawahannya.
c. Adanya masjid sebagai salah satu media untuk berdakwah.
d. Adanya keinginan dan kemauan untuk mendalami agama, seperti saat
pengajian bulanan. Pegawai yang datang untuk mengaji itu ingin
mendalami agama.
e. Merasa menjadi kewajiban. Semisal dalam mengenakan jilbab untuk
pegawai perempuan. Seorang yang muslimah merasa mengenakan
jilbab itu adalah kewajiban guna menutupi auratnya. Sedangkan untuk
yang non muslim mengenakan pakaian yang sopan agar tidak
memancing nafsu lawan jenis.
f. Adanya penceramah yang terkenal dan menarik. Pada saat acara besar
keagamaan biasanya banyak pegawai yang hadir, bahkan banyak pula
yang membawa jamaah dari lingkungan rumahnya, ini dikarenakan
adanya penceramah yang menarik.
2. Faktor penghambat
a. Faktor pertama adalah perbedaan agama, namun dalam hal ini
perbedaan agama bukan alasan tidak teciptanya nuansa islami. Karena
agama pun telah mengajarkan kita untuk bertoleransi antar umat
beragama.
67 b. Banyaknya kesibukan pegawai. Baik yang ditugaskan untuk dinas luar,
seperti menghadiri rapat. Atau kesibukan dari pribadi pegawai tersebut.
Untuk menghadiri pengajian bulanan atau mingguan.
c. Belum adanya kesadaran dari setiap individu pegawai.
d. Belum banyak menggunakan media, seperti pamflet, atau tulisantulisan. Ini disebabkan kantor Walikota Tangerang Selatan saat ini
masih sementara, belum ada kantor yang memadai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi komunikasi dalam penciptaan nuansa islami di lingkungan kantor
Walikota Tangerang Selatan sudah dapat dikatakan berhasil, hal ini dapat
dilihat dari pelayanan, loyalitas dan sikap ramah dan santun terhadap
masyarakat. Serta penerapan nilai keislaman seperti akhlak dan syariat,
Misalnya: keyakinan pegawai terhadap nilai-nilai keislaman yakni dengan
membiasakan diri melaksanakan syari’at Islam seperti shalat zuhur
berjama’ah dan mengajak untuk shalat sunnah dhuha. Demikian akhlakul
Mahmudah telah dimiliki pimpinan Walikota Tangerang Selatan yang
memberikan tauladan yang baik untuk masyarakat dan para pegawainya.
Selain itu akhlakul mahmudah yang dimiliki dalam diri setiap pegawai,
yaitu dengan memberikan pelayanan prima yang dapat memuaskan
masyarakat, bersifat sopan dan santun saat melayani masyarakat dengan
ramah dan berpakaian rapih. Sehingga masyarakat dapat terpuasi oleh
pelayanan yang diberikan.
2. Beberapa faktor pendukung strategi komunikasi dalam menciptakan
nuansa islami adalah fasilitas yang telah cukup, seperti masjid sebagai
sarana untuk berdakwah, adanya keinginan dan kemauan untuk mendalami
agama, adanya kesadaran dari setiap individu pegawai dan menjadikan hal
tersebut sebagai kewajiban yang seharusnya dipatuhi. Sedangkan
penghambatnya adalah belum banyak memanfaatkan media sebagai sarana
68
69
untuk menciptakan nuansa islami, perbedaan agama dan faktor kesibukan
pegawai kantor Walikota Tangerang Selatan.
B. Saran-saran
1. Kepada sub bagian yang terkait, yakni sub bagian keagamaan agar lebih
menekankan dan membiasakan kepada para pegawainya untuk selalu
menerapkan nilai-nilai ajaran agama Islam agar tercipta nuansa islami.
Agar selalu terbiasa untuk melakukannya, sehingga dalam bertingkah laku
sesuai norma-norma Islam, baik di dalam lingkungan kantor Walikota
maupun di lingkungan masyarakat.
2. Kepada pegawai agar lebih disiplin, menjalankan aturan-aturan yang telah
diterapkan yang terkait dalam penerapan nilai-nilai keislaman, sehingga
dapat mudah menerapkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan seharihari, agar tercipta nuansa islami baik di dalam lingkungan kantor maupun
di lingkungan masyarakat.
3. Diharapkan untuk masa yang akan datang, terjadi perkembangan yang
lebih pesat di dalam lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan
maupun di lingkungan Kota Tangerang Selatan. Dengan melakukan
berbagai kegiatan keagamaan dan perbaikan sarana prasarana, agar tercipta
masyarakat yang madani, religius, dan bertoleransi. Sesuai dengan Motto
Kota Tangerang Selatan “Kota Pendidikan yang Modern dan Religi.”
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-karim dan terjemahnya cet. Ke-4 jakarta: Depag RI Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, 1984
Abu, Ahad, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Al-Anshari, Fauzan, dkk, Garis-garis Besar Syari’at Islam, Jakarta: Khairul Bayan Press,
2005, Cet. Ke-3.
Al-Qathan, Manna, al-Tasyri wa al-Fiqh al-Islamy, muassah al-Risalah, t.th.
Al-Qardhawi, Yusuf, Membumikan Syari’at Islam, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997, Cet. Ke-1.
Ali, M. Daud, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005, Cet. Ke- 12.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktek, Jakarta: PT. Rhineka
Cipta, 1998, Cet. Ke-II.
AS, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-3.
Amsyari, Fuad, Strategi perjuangan Umat Islam Indonesia, Bandung: Penerbit Mizan, 1990.
Audrey, Fisher, Teori-teori komunikasi, Bandung: Remaja karya, 1986.
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995,
Cet. Ke-2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996.
---------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Efendy, Onong Uchjana Dinamika komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet
ke-6.
---------------, Imu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992,
cet. Ke-4.
---------------, Kepemimpinan dan Komunikasi, Bandung: CV. Mandar Maju, 1998.
---------------, Spektrum Komunikasi, Bandung: Bina Cipta, 1998, Cet. ke-3.
Glueck, William, F, Manajemen Strategis dan Kebijakan perusahaan, Jakarta: Erlangga,
1987, edisi ke-2.
Hasbi Ash-Shiddiqie, Muhammad, Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Hasan Fad’aq, Asma’ Umar, Menangkap Makna dan Hikmah Sabar, Jakarta: Lentera
Basritama, 1999.
Komarudin, Ensiklopedia manajemen, Jakarta: Bumi aksara, 1994, Cet. Ke-1.
Kridalaksana, Hari Murti, Kamus Sinonim bahasa Indonesia, Jakarta: Nusa Indah, 1981.
Liliweri, Alo, Komunikasi Antarpribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, Cet. ke-2
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2001, Cet. Ke-4.
---------------, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, Cet. Ke-5.
Martopolo, Ali, Strategi kebudayaan, Jakarta: Eisiter For Strategic And International Study
1978, cet ke-I.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. KeIII.
---------------, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai benang Kusut Dunia Pendidikan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Cet. Ke-4.
Muis, A, Komunikasi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
---------------, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial lainnya, Bandung: Rosdakarya 2004, cet ke-4.
---------------, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Nawawi, Hadari, Manjemen Strategik Organisasi Non-provit bidang Pemerintahan dengan
ilustrasi di bidang pendidikan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000,
Cet ke-I.
Nasution, Zulkarnaen, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas terbuka.
Nata, Abudin, Akhlak Taswuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-4.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. Ke-2.
Pustaka bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2004.
Pohan, Rusdin, Metodologi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Lanarka, 2007.
Qardhawi, Yusuf, Membumikan Syari’at Islam, Keluwesan Aturan Ilahi untuk Manusia, Terj.
Ade Nurdin dan Riswan, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003, Cet. Ke-1.
Rafiudin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, Setia, 2001.
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-23.
Robbins, James, M, Komunikasi yang Efektif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995, Cet. Ke-4.
Sardar, Ziauddin, Tantangan Dunia Islam Abad 21, terjemahan A,E. Priyono dan Ilyas
Hasan, Bandung: Mizan, 1996.
Saputra, Thoyib Sah, Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996.
Shaleh, Abdul Rachman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet ke-I.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 1994.
---------------, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan KeserasianAl-Qur’an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002, Volume 8 dan 13.
Steiner, George dan John Mineer, Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga.
Susanto, Astrid. S, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung: Bina cipta, 1947.
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1985.
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Gita Media Press.
Usman, Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, Jakarta:
Firma Djakarta, tt, Cet ke-1.
Internet:
www. Tangerangkab.go.id
Daftar Pertanyaan
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Petunjuk pengisian
:
:
:
:
: berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai. Isilah angket
sejujur-jujurnya.
1. Apakah anda menyadari dan merasakan nuansa islami dikantor walikota Tangerang
Selatan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda merasa puas dengan pelayanan yang diberikan pemerintah kota
Tangerang Selatan?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda setuju tentang penciptaan nuansa islami di kantor walikota Tangerang
Selatan ini?
a. Ya
b. Tidak
4. Benarkah pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat melayani dengan senyum, ramah tamah, sopan dan santun?
a. Ya
b. tidak
5. Apakah pegawai pemerintah
Kota Tangerang Selatan bertindak adil dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat?
a. Ya
b. tidak
Nuansa islami adalah iklim lingkungan yang sarat dengan nilai-nilai ajaran agama
Islam. Seperti memakai jilbab, berpakaian santun, bersikap sopan, dan ramah tamah.
6. Menurut anda, nuansa islami apa saja yang anda lihat di kantor walikota Tangerang
Selatan ini?
Jawab: ................................
Daftar Pertanyaan
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Petunjuk pengisian
:
:
:
:
: berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai. Isilah angket
sejujur-jujurnya.
1. Apakah anda mengetahui tentang penciptaan nuansa islami di kantor Walikota
Tangerang Selatan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda merasakan ketauladanan yang diberikan pimpinan di kantor Walikota
Tangerang Selatan ini?
a. Ya
b. Tidak
3. Salah satu ketauladanan pimpinan Walikota Tangerang Selatan adalah melaksanakan
shalat zuhur berjama’ah. Apakah benar?
a. Ya
b. Tidak
4. Selain itu bentuk ketauladanan lain yang diberikan pimpinan Walikota Tangerang
Selatan seperti mengucapkan salam saat betemu dengan para pegawai. Apakah benar
hal tersebut ada dan anda merasakannya?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda sering menghadiri pengajian bulanan di masjid al-Mujahidin Pamulang,
yang diadakan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah benar pengajian bulanan ini sebagai sarana untuk meningkatkan tali
silaturahim?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah dengan pengajian, nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan dapat
terlihat?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda sering menghadiri pengjian mingguan coffee morning di masjid
Baiturrahman kantor Walikota Tangerang Selatan komplek Witana Harja?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah benar pengajian tersebut mengajak para pegawai untuk melaksanakan shalat
dhuha setiap paginya?
a. Ya
b. Tidak
10. Salah satu strategi komunikasi pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
menciptakan nuansa islami adalah mengajurkan pegawai perempuan untuk
menggunakan jilbab atau berbusana sopan?
a. Ya
b. Tidak
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Angket untuk masyarakat
Data Responden Berdasarkan Usia
Usia
20-30
31-40
41-50
50-60
jumlah
Frekuensi
5
8
10
7
30
Prosentase
16,7 %
26,7 %
33,3 %
23,3 %
100 %
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Laki-laki
24
Perempuan
6
Jumlah
30
Prosentase
80%
20%
100%
Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
SD
5
SMP
7
SMA / SMK
12
Diploma/Perguruan Tinggi
6
Jumlah
30
Prosentase
16,7 %
23,3%
40%
20%
100%
Kesadaran dan perasaan masyarakat tentang nuansa islami di kantor Walikota
Tangerang Selatan
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Ya
23
76,7 %
Tidak
7
23,3 %
Jumlah
30
100 %
Kepuasan masyarakat tentang pelayanan yang diberikan pemerintah Kota Tangerang
Selatan
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Ya
24
80 %
Tidak
6
20 %
Jumlah
30
100 %
Penciptaan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan
Alternatif
Frekuensi
Ya
30
Tidak
Jumlah
30
Prosentase
100 %
100 %
Pelayanan kepada masyarakat dengan senyum, ramah tamah, sopan dan santun
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
20
10
30
Prosentase
66,7 %
33,3 %
100 %
Pelayanan yang adil kepada masyarakat
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
18
12
30
Prosentase
60 %
40 %
100 %
Angket untuk pegawai pemerintah Kota Tangerang Selatan
Data Responden Berdasarkan Usia
Usia
20-30
31-40
41-50
50-60
jumlah
Frekuensi
10
9
6
5
30
Prosentase
33,3 %
30 %
20 %
16,7 %
100 %
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Laki-laki
17
Perempuan
13
Jumlah
30
Prosentase
56,7 %
43,3 %
100%
Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Diploma
5
S1
19
S2
6
Jumlah
30
Prosentase
16,7 %
63,3 %
20%
100%
Pengetahuan pegawai tentang penciptaan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang
Selatan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
27
3
30
Prosentase
90 %
10 %
100 %
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kesadaran pegawai tentang ketauladanan yang diberikan pimpinan walikota tangerang
selatan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
20
10
30
Prosentase
66,7 %
33,3 %
100 %
Salat zuhur berjamaah merupakan salah satu ketauldanan yang diberikan oleh
pimpinan Walikota Tangerang Selatan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
18
12
30
Prosentase
60 %
40 %
100 %
Ketauladanan pimpinan seperti, mengucapkan salam saat bertemu dengan pegawai
lain.
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
16
14
30
Prosentase
53,3 %
46,7 %
100 %
Kehadiran pegawai dalam pengajian bulanan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
21
9
30
Prosentase
70 %
30 %
100 %
Frekuensi
25
5
30
Prosentase
83,3 %
16,7 %
100 %
Pengajian sebagai sarana silaturahim
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Pengajian adalah salah satu ciri nuansa islami di Tangerang Selatan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
30
30
Prosentase
100 %
100 %
Kehadiran pegawai dalam pengajian coffee morning
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
24
6
30
Prosentase
80 %
20 %
100 %
Pengajian coffee morning mengajak pegawai untuk membiasakan diri melakukan
shalat dhuha.
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
25
5
30
Prosentase
83,3 %
16,7 %
100 %
Mengajurkan pegawai perempuan untuk menggunakan Jilbab atau berbusana Sopan
Alternatif
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi
28
2
30
Prosentase
93,3 %
6,7 %
100 %
Susunan Struktur Pemerintah Daerah Walikota Tangerang Selatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan
Walikota
Sekretaris Kota
Staf ahli hukum dan politik
Staf ahli pemerintahan
Staf ahli pembangunan
Staf ahli kemasyarakatan dan
sumber daya manusia
Staf ahli ekonomi dan
keuangan
Asisten pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat
Bagian
-
-
-
Bagian petanahan
Sub bagian perencanaan
pertanahan
Sub bagian pengadaan
tanah
Sub bagian pengendalian
pertanahan
Sub bagian bina
administrasi kecamatan
dan kelurahan
Sub bagian pengembangan
otonomi daerah
Sub bagian pemerintahan
umum
Sub bagian
kemasyarakatan
Bagian
pemerintahan
Bagian
kesejahteraan
sosial
Bagian organisasi
9
Asisten ekonomi dan
pembangunan
Sub bagian
-
Bagian
perekonomian
Bagian
pembangunan
Sub bagian kelembagaan
sosial
Sub bagian bina
keagamaan
Sub bagian kelembagaan
Sub bagian
ketatalaksanaan
Sub bagian analisis jabatan
Sub bagian ketahanan
pangan
Sub bagian investasi dan
industri
Sub bagian BUMD dan
BLUD
Sub bagian administrasi
pembangunan
Sub bagian pengendalian
pembangunan APBD
Sub bagian pengendalian
APBN
Bagian pengelolaan Sub bagian produksi
teknologi informasi
Sub bagian SIM
Sub bagian pengolahan
data
10 Asisten administrasi umum
Bagian hukum
Sub bagian rancangan dan
pengkajian perundangundangan
Sub bagian bantuan
hukum
Sub bagian dokumentasi
hukum
Bagian umum dan
Sub bagian umum dan
perlengkapan
perlengkapan
Sub bagian keuangan dan
kepegawaian
Sub bagian rumah tangga
Bagian humas dan Sub bagian pemberitaan
protokol
dan publikasi
Sub bagian dokumentasi
Sub bagian protokol
Sumber: Dokumen Kantor Walikota Tangerang Selatan
Hasil Wawancara
Nama
: Bpk. Hadiana
Jabatan
: Kepala Sub Bagian Dokumentasi Humas dan Protokol
Hari/Tanggal : Senin, 17 Mei 2010
Tempat
: Kantor Humas dan Protokol Tangerang Selatan
1. Apa program kerja dari Walikota Tangerang Selatan?
Jawab: pembentukan SKPD, pembentukan DPRD Kota Tangerang Selatan,
penyelenggaraan pilkada Tangerang Selatan, penyelenggaraan pendidikan, kesehatan,
insfrastruktur. Itulah program kerja pejabat Kota Tangerang Selatan ini.
2. Apa Visi dan misi kota Tangerang Selatan?
Jawab: karena belum ada pemerintah definitif, untuk saat ini kan sekarang masih
pejabat sementara. Oleh karena itu visi dan misi masih berarah dan berhaluan ke
kabupaten induk, Kabupaten Tangerang.
3. Menurut anda apakah Nuansa islami di kantor Tangerang Selatan ini sudah ada?
Jawab: nuansa islami, kalimat nuansa islami jika kita berbicara dengan motto kota
Tangerang Selatan adalah kota pendidikan yang modern dan religi berarti disitu
bernuansa islami atau mencirikan keislaman. karena mayoritas penduduknya
beragama islam. Budaya islaminya adalah penyelenggaraan pengajian sebulan sekali
dimasjid mujahidin ini.
4. Apakah ada kewajiban bagi pegawai muslimah untuk berbusana muslimah seperti
memakai jilbab?
Jawab: permasalahan dengan kewajiban memakai jilbab belum ada aturan yang
memperketat dan dipemerintahan kenegaraan pusat pemerintahan juga tidak
diwajibkan. Karena masalah jilbab sifatnya agamis, tapi kalo hanya berjilbab saja
tanpa mengerudungi hatinya apakah suatu hal yang signifikan dengan aturan agama
yang berpatokan dengan al-qur’an dan hadistnya atau tidak. Kalo saya sih cenderung
silahkan saja. Anda berjilbab tapi harus berlandaskan pada ayat dan hadistnya ada.
Kalo berbicara wanita, wanita yang indah adalah yang menutupi auratnya. Tapi dalam
satu sisi bukan aurat saja, sebenarnya jika dibahas secara mendalam satu sisi bukan
auratnya saja tapi segala satu kecantikan ada dalam dirinya dan berjilbab dan hati atau
qolbunya harus ditutupi dengan rapih.
5. Apakah Pengajian yang diadakan sebulan sekali merupakan kegiatan sub.bag
keagamaan?
Jawab: kita sebagai pelaku atau pelaksana abdi pemerintah atau abdi negara meski
adanya siraman rohani, karena sifatnya sakral. Untuk memberikan pencerahan dalam
kerohanian/keagamaan, pencerahan
dalam hidup, pencerahan dalam pelaksanaa
pekerjaan.banyak nuansanya yang kalau kita menyikapi kenapa itu harus dilakukan.
6. Komunikasi yang dilakukan di Tangerang Selatan dalam aktifias sehari-hari?
Jawab: Kita bekerja sesuai dengan SOP, apalagi humas semua informasi tentang
kegiatan pejabat walikota tangsel, beserta eselon I, eselon II, eselon III, atau SKPDSKPD ada jalur informasinya, mereka harus melalui jalur administratif, sehingga kita
mengetahui kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Karena ada disiplinnya atau
aturannya.
7. Apakah anda mengetahui Sejarah berdirinya Tangerang Selatan?
Jawab: sebenarnya sejarahnya itu saya kurang mengetahui secara jelas, dan buku
tentang sejarah Tangerang Selatan yang sudah diterbitkan masih mengalami
perdebatan. Karena banyak yang terlibat didalamnya tidak masuk dalam buku, seperti
peluncuran buku sejarah kota Tangerang Selatan yang diterbitkan beberap CV atau
PT masih banyak yang bertentangan karena dari awal draftnya tidak begitu akurat,
karena pelaku-pelaku sejarah pendiri Tangerang Selatan ini, itu diinisiatorkan pada
waktu Tangerang Selatan ini atau provinsi Banten ini masih berinduk ke Jawa Barat.
Kalu bertanya tentang Tangerang Selatan, ada salah satu mantan anggota DPRD
kabupaten Tangerang yang bisa ditanyakan keakuratannya. karena beliau salah satu
dari penggagas Tangerang Selatan. Dan ade juga bisa ambil di internet tentang sejarah
Tangerang Selatan. Dan nanti kita pun sedang menunggu saudara-saudara kita sebagai
pelaku sejarah yang pada saat ini ada beberapa buku yang disebutkan, buku yang
disosialisakan puspitek tapi disitu membangun kritikan tajam, protes tajam karena
yang bicara pelakunya sendiri. Kenapa nama saya tidak masuk. Bahkan orang yang
tidak terlibat atau begitu banyak terlibat malah masuk dalam sejarah tersebut.
Mahasiswa
Responden
Dafik Nurul Fitron
Bpk. Hadiana
Hasil Wawancara
Nama
: Bpk. Rizki Maulana
Jabatan
: Staf Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2010
Tempat
: Kantor Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
1. Menurut anda apakah Nuansa islami di kantor Tangerang Selatan ini sudah ada?
Jawab: Sudah ada karena setiap hari selasa ada pengajian coffee morning. Pengajian
coffee morning yang diadakan di masjid kantor Witana Harja (komplek kantor
pemerintah Kota Tangerang Selatan), dimulai dari jam 9.00 s/d selesai. Selain itu
suasana islami dikantor ini dapat dilihat juga dengan banyaknya pegawai wanita yang
menggunakan jilbab.
2. Seperti apa suasana atau nuansa islami yang anda lihat di kantor ini?
Jawab: antusias para pegawai lumayan bagus, para pegawai yang ontime saat masuk
kerja, suasana islami memang terlihat di lingkungan kantor ini. Selain itu kebersihan
yang dijaga pula. Juga para pegawai wanita yang mayoritas muslimah menggunakan
jilbab guna menutupi aurat.
3. Apakah anda mengikuti pengajian yang diadakan sebulan sekali yang diadakan
pemerintah kota walikota tangerang selatan untuk seluruh staf dan pegawai
tangerang selatan setiap sebulan sekali?
Jawab: terkadang, karena kami yang berkantor di komplek perkantoran witana harja
setiap minggunya yakni hari selasa pagi biasa mengikuti pengajian rutin guna
meningkatkan kinerja kami dan mengajak kami untuk membiasakan diri
melaksanakan shalat dhuha. Dan untuk pengajian bulanan yang diadakan di masjid almujahidin pamulang terkadang kami mengikuti guna mendalami agama dan untuk
meningkatkan keimanan dan keislaman kami.
4. Apakah pengajian bulanan ini rutin dilaksanakan dan banyak jamaahnya?
Jawab: rutin setiap bulan, dan jamaah yang datang lumayan banyak walaupun tidak
semua pegawai dapat menghadiri karena ada saja pekerjaan dinas keluar kota atau
mengadakan raker di luar kota, maka dari itu diadakan pula pengajian disetiap selasa
pagi. Walaupun begitu pengajian bulanan masih banyak yang menghadiri baik dari
warga masyarakat atau pegawai pemerintah kota tangsel sendiri.
5. Adakah tata tertib mengenai penciptaan nuansa islami dikantor ini?
Jawab: tidak ada, menurut saya tata tertib itu belum ada saat ini. Yaa dalam
kesehariaan memang kami dianjurkan untuk beraktifitas dan melayani masyarakat
dengan ramah juga tamah, penuh dengan senyum dan melayani masyarakat dengan
puas. Kan dari keterangan diatas nuansa islami sangat kental di lingkungan kantor ini.
Mungkin hal ini disebabkan pula karena mayoritas pegawai Tangerang Selatan
menganut ajaran agama Islam. jadi menurut saya tata tertib memang belum ada dan
mungkin tak usah diadakan karena sudah tercipta nuansa atau suasana islami di
lingkungan kantor ini.
Mahasiswa
Responden
Dafik Nurul Fitron
Bpk. Rizki Maulana
Hasil Wawancara
Nama
: Bpk. M. Syafe’i, S.Ag
Jabatan
: Kepala Sub Bagian Bina Keagamaan
Hari/Tanggal : Senin, 24 Mei 2010
Tempat
: Kantor kesejahteraan rakyat Tangerang Selatan
1. Menurut anda, apakah arti dari strategi?
Jawab: arti strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang
akan dijalankan, guna mencapai tujuan.
2. Menurut anda, apakah setiap organisasi membutuhkan strategi?
Jawab: ya, setiap organisasi membutuhkan strategi. Karena strategi sangat penting
untuk menentukan arah tindakan dan keputusan suatu organisasi.
3. Apa makna strategi komunikasi menurut anda?
Jawab: maknanya adalah memperhitungkan kondisi dan situasi yang dihadapi dan
yang akan mungkin dihadapi dimasa depan, guna mencapai efektifitas.
4. Menurut anda apa arti dari nuansa islami?
Jawab: nuansa islami adalah nuansa atau suasana religius yang dapat memberikan
sentuhan yang menyejukan suasana hati.
5. Apakah nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan ini sudah ada?
Jawab: nuansa atau suasana dikantor ini sudah ada, seperti disarankan untuk pegawai
wanita yang muslimah untuk mengenakan jilbab.
6. Apa motto dari Kota Tangerang Selatan?
Jawab: kota yang berpendidikan modern dan religius.
7. Apa saja program kerja sub bagian keagamaan?
Jawab: pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, mengadakan tarawih keliling
pada bulan ramadhan, mengadakan buka puasa bersama saat bulan ramadhan,
menyelenggarakan acara besar keagamaan.
8. Strategi komunikasi apa yang digunakan dalam menciptakan nuansa islami?
Jawab: menganjurkan staf yang muslimah untuk mengenakan jilbab, melayani
masyarakat dengan prima, memberikan tauladan yang baik kepada seluruh pegawai,
murah senyum, dan ramah sehingga dapat memuaskan masyarakat. Seperti tingkah
laku dan sikap dalam memberikan pelayanan harus bernuansa religius sehingga
masyarakat yang dilayani dapat tersentuh, mengadakan pengajian bulanan untuk
seluruh staf setda kota tangsel dan semua SKPD tangsel.
pada dasarnya, dalam menciptakan nuansa islami dikantor ini masih kurang efektif.
Kami hanya mengingatkan atau mengabarkannya saat apel pagi, melalui pengajian
bulanan dimasjid al-Mujahidin, atau acara-acara besar keagamaan. Kami tidak
menggunakan pamflet, selebaran atau tulisan di dinding. Karena kantor kami saat ini
masih sementara. Tapi kalau untuk dimasyarakat, alhamdulillah sebagai contoh seperti
di kecamatan pondok aren, di sepanjang jalan depan kantor kecamatan sudah banyak
slogan-slogan atau tulisan yang mencirikan nuansa islami. Seperti tulisan asmaul
husna di sepanjang jalan kecamatan pondok aren.
9. Memberikan tauldan yang baik itu seperti apa saja?
Jawab: seperti saat berpapasan dijalan kami saling mengucapkan salam dan berjabat
tangan. Seperti yang dilakukan pa walikota, saat pa walikota bertemu dengan pegawai
yaa pa walikota mengucapkan salam dan hal itu kami biasakan dilingkungan kantor
ini. Karena hadist pun menganjurkan kita seperti itu, hak-hak muslim terhadap muslim
lainnya ada enam: jika berjumpa mengucapkan salam, jika diundang maka datangilah,
jika meminta nasihat maka nasihatilah, jika bersin doakanlah dengan yaarhamukalloh,
jika sakit maka jenguklah, jika wafat maka iringilah jenazahnya. Itulah yang
dijelaskan dalam hadist dan dianjurkan oleh agama.
10. Hal-hal apa saja yang dijelaskan dalam pengajian bulanan?
Jawab: seperti yang dijelaskan dalam pengajian-pengajian biasanya. Karena fungsi
dari pengajian bulanan ini kan untuk lebih mengikat tali silaturahim antar pegawai,
pada dasarnya pengajian juga untuk meningkatkan kualitas agama para pegawai,
seperti pisau jika tidak diasah maka akan tumpul, begitu juga agama jika tidak
didalami dan tidak ada pencerahan maka akhlak dan imam seseorang akan bablas
bahkan bisa jatuh kedalam jurang kebodohan. Dalam al-quran juga telah dijelaskan
hidup itu harus seimbang antara dunia dan akhirat. Di dunia kita mencari nafkah untuk
kehidupan dunia, dan selain itu kita juga diwajibkan untuk selalu beribadah untuk
kehidupan kita diakhirat nanti. Agama juga menjelaskan, ilmu tanpa agama ga akan
bermanfaat, maka dari itu harus diseimbangkan antara ilmu dan agama agar hidup
lebih manfaat. Begitu juga dengan kinerja pegawai, kinerja bagus tapi tidak dibarengi
dengan akhlak yang bagus bisa-bisa dia selalu berlaku tidak jujur dan bisa jadi
korupsi. Agama itu penting untuk kita dan kehidupan kita, pemerintah Kota
Tangerang Selatan berkeinginan untuk mencerdaskan anak bangsa dengan pendidikan
modern dan selalu berkelakukan religi seperti berakhlak, jujur, dan hidup
berlandaskan ajaran agama.
11. Apa saja faktor pendukungnya?
Jawab: adanya masjid di lingkungan kantor Walikota, ini sebabnya kami mengadakan
pengajian bulanan. Selain itu, banyak pegawai yang ingin lebih mendalami agama,
khususnya agama islam. Pada saat acara besar seperti tabligh akbar, jika penceramah
yang datang dan mengisi acara itu menarik maka banyak yang datang dan para
pegawai pun berdatangan. Terakhir, datang dari diri masing-masing pegawai, yakni
adanya kemauan dan merasa sudah menjadi kewajiban mentaati ajaran agama.
12. Apa saja faktor penghambatnya?
Jawab: yang paling pertama adalah perbedaan agama, tapi dikantor ini minoritas,
karena 90% masyarakat Tangerang Selatan beragama islam, lalu banyaknya kesibukan
masing-masing individu misalnya dalam menghadiri pengajian bulanan, adanya dinas
luar, yang terakhir belum adanya kesadaran.
Mahasiswa
Responden
Dafik Nurul Fitron
Bpk. Syafe’i, S.Ag
Foto bersama dengan: bapak. Rizki Maulana staf Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung Pengajian Coffee Morning yang diadakan hari selasa pagi di Masjid Baiturrahman, komplek perkantoran Witana Harja Pegawai Perempuan Pemerintah Kota Tangerang Selatan di Pengajian Coffee Morning Foto bersama Kepala Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan, Bapak M. Syafe’i, S.Ag Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Perayaan Nuzulul Qur’an Tarawih Keliling Walikota Tangerang Selatan 
Download