hal 8 minggu 9 sep 2012 - HUMAS

advertisement
RADAR SURABAYA MINGGU, 9 SEPTEMBER 2012
HALAMAN 8
Mengenal Penyakit Stroke (BagianII)
Penanganan Cepat dalam 180 Menit Pertama Pascaserangan
Dr Frederik
Hendrik
Moniaga
Sp S
Ahli Penyakit
Stroke
Rumah Sakit
Adi Husada
Undaan
Wetan
UMI HANY AKASAH/RADAR SURABAYA.
Penyakit stroke memang menakutkan.
Selain bisa menyebabkan pembuluh
darah pecah. Pasien harus mengalami
kecacatan pada bagian tubuh tertentu.
Oleh karena itu jika ada tanda-tanda
stroke, maka harus cepat ditangani.
Bagaimana penanganannya?
Umi Hany Akasah
Wartawan Radar Surabaya
S
angat penting untuk segera
membawa penderita ke rumah sakit untuk segera
mendapatkan pertolongan.
Karena jika tidak, maka pasien akan
mengalami kecacatan stroke yang
lebih parah.
Dr Frederik Hendrik Moniaga Sp S,
Ahli Penyakit Saraf Rumah Sakit Adi
Husada Undaan Wetan mengatakan,
banyak rumah sakit besar memberikan
penanganan berupa obat-obatan yang
dapat memecah sumbatan pada pembuluh darah. “Obat-obatan tersebut
dapat menghentikan gejala dengan
DOK
LEBIH CEPAT LEBIH BAIK: Jika dalam kurun waktu cepat penderita mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat, maka ia akan
terhindar dari kematian, komplikasi, atau kecacatan.
cukup cepat,” ujarnya.
Penanganan sebaiknya diberikan
dalam 180 menit pertama setelah
serangan stroke terjadi. Waktu ini
disebut dengan golden period. Jika
dalam kurun waktu itu penderita
mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat, maka ia akan
terhindar dari kematian, komplikasi,
atau kecacatan.
Setelah pemberian obat-obatan,
perawatan difokuskan pada rehabilitasi dan pencegahan terulangnya
stroke. Semua jenis stroke memerlukan observasi yang cermat, terutama
pada 24 jam pertama. “Penanganan
lainnya dapat disesuaikan dengan
penyebab terjadinya serangan stroke
seperti misalnya penanganan terhadap
hipertensinya,” jelasnya.
Pilihan Hukum Sengketa Transaksi e-Commerce
DIASUH OLEH:
Choirul Shodiq SH.MH
Redaktur Radar
Surabaya/ Ombudsman
Jawa Pos Group
Tutiek Retnowati SH. MH
Dekan Falkutas
Hukum Universitas
Narotama
ANGGOTA TIM: Dr Maarten Leendert Souhoka SH MS, Moh. Saleh SH
MH, Rusdianto SH MH, Evi Retno Wulan SH MHum
Saya mohon penjelasan
apabila terjadi sengketa
dalam transaksi e-commerce, yang melibatkan dua
orang, atau kelompok yang
berlainan warga negara.
Perlu diketahui dengan
kemajuan tehnologi saat
ini, semua sudah bisa
dilakukan dengan perangkat elektronik, yang tentunya akan memudahkan
bagi para pihak untuk bertransaksi bisnis.
Namun kendalanya bila
terjadi sengketa yang melibatkan pihak pihak yang
berlainan warga negara
tersebut, penyelsaiannya
harus bagaimana. Contohnya ketika saya yang warga negara Indonesia ingin
melakukan transaksi e
commerce dengan WNA,
sebut saja Amerika, lalu
terjadi sengketa, kami berdua itu harus tunduk kepada aturan hukum Indonesia atau Amerika?
Demikian atas jawaban
pertanyaan saya ini, saya
ucapkan terima kasih.
Fadholi
Di Surabaya
JAWABAN :
Dalam transaksi elektronik yang dilakukan
melalui situs internet
( website ) memang bisa
terjadi di antara para
pihak yang tunduk pada
hukum yang berbeda. Misalnya, Anda yang WNI
melakukan jual beli dengan klien atau konsumen
yang berkewarganegaraan
Amerika. Sebagai WNI
tentunya Anda tunduk
pada hukum Indonesia,
sedangkan klien atau konsumen Anda tunduk pada
hukum Amerika.
Adanya suatu perbedaan
hukum tersebut berpotensi
bisa menimbulkan masalah bila ada sengketa mengenai transaksi elektronik tersebut, yaitu menentukan ikut wilayah hukum
mana yang berlaku. Apakah
harus tunduk terhadap
hukum Indonesia atau hukum Amerika? Karena itulah diperlukan suatu pilihan hukum (choice of law),
untuk mempermudah penyelesaian sengketa yang
mungkin timbul dari transaksi elektronik tersebut.
Choice of lawini merupakan bagian dari kebebasan berkontrak. Kami
jelaskan bahwa para pihak
bebas menentukan isi dari
kontrak, termasuk pilihan
hukumnya. Asas kebebasan
berkontrak ini di Indonesia
diatur dalampasal 1338
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:
”Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan
undang-undang berlaku
sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu
tidak dapat ditarik kembali selain dengan kese-
pakatan kedua belah pihak, atau karena alasanalasan yang ditentukan
oleh undang-undang”
Hal tersebut di atas juga
diperkuat dalampasal 18
ayat (1) dan ayat (2) UndangUndang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik:
”Transaksi Elektronik
yang dituangkan ke dalam
Kontrak Elektronik mengikat para pihak”
”Para pihak memiliki
kewenangan untuk memilih
hukum yang berlaku bagi
Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya”
Jadi, berdasarkan hal-hal
tersebut di atas pemilik situs
internet bebas atau diperbolehkan untuk mencantumkan persyaratan dan ketentuan (terms and conditions)
tertentu, termasuk pemilihan
hukum yang berlaku bagi
transaksi elektronik yang
diselenggarakan oleh situs
yang bersangkutan.
Adapun syarat dan ketentuan dalam situs internet
biasanya dituangkan dalam
bentuk perjanjian atau klausula baku. Sehingga konsumen tinggal mengklik tombol tertentu sebagai tanda
persetujuan atas apa yang
disyaratkan penjual dalam
situs bersangkutan.
Klausula baku seperti ini
ditujukanuntukmempermudah
terjadinya transaksi. Sebab jika
tidak, akan menyulitkan apabila
si penjual harus membuat dan
menegosiasikan kontrak baru,
untuk setiap transaksi yang
terjadi. Jadi sebaiknya calon
pembeli membaca dengan seksama isi terms and conditions
sebelum mengklik tombol yang
menyatakan persetujuannya.
Demikian penjelasan kami,
semoga bermanfaat.
Kepada pembaca yang berminat bertanya masalah seputar hukum dan aplikasinya, dapat berkirim surat ke alamat
Redaksi Radar Surabaya di Gedung Graha Pena lt 4, Jl A Yani 88 Surabaya. Bisa juga melalui email [email protected],
atau [email protected]. Penanya tidak akan dikenakan biaya.
Penanganan selanjutnya tergantung
dari berat ringannya akibat dari
serangan stroke tersebut. Apabila ada
kelumpuhan di bagian tubuh lain
perlu dilakukan terapi khusus misalnya fisioterapi, terapi okupasi,
serta terapi wicara.
Menurut ia, ada beberapa fungsi
terapi yang harus dilakukan oleh
pasien stroke. Di antaranya, fisioterapi
dapat membantu memulihkan kekuatan otot-otot serta mengajarkan
bagaimana bergerak yang aman dan
nyaman dengan keterbatasan gerak
akibat kelemahan otot.
Lalu, terapi okupasi membantu
penderita untuk dapat makan, minum
dan berpakaian sendiri. Yang terakhir,
terapi wicara membantu penderita
untuk mengunyah, berbicara maupun
mengerti kembali kata-kata. Disinggung berapa lama dapat kembali
seperti sediakala?
Menurut dia, kesembuhan stroke
tergantung dari luasnya kerusakan
bagian otak yang terkena. “Pemulihan
bisa terjadi beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah serangan
stroke,” katanya.
Dilanjutkannya, pada kasus lain bisa
saja pemulihan terjadi lebih lama dan
bertahap. Apabila pemulihan tidak
terjadi dalam 1-2 minggu setelah
serangan, bisanya kelumpuhan otot
dan ketidakmampuan bicara lebih sulit
untuk pulih kembali.
Menurut Frederik, penderita
stroke harus aktif berkomunikasi
dengan dokternya. Terutama terkiai dengan apa saja yang menjadi
penyebab terjadinya stroke. “Maka itu
taati apa yang menjadi pantangan dan
apa yang harus dilakukan,” ujarnya.
Dilanjutkannya, biasanya saran dokter
biasanya menyangkut masalah perubahan pola makan, olahraga, serta
program untuk penanganan psikologis
pasien maupun keluarganya seperti
berbagi rasa, terapi wisata dan sebagainya. Agar tidak lagi terjadi stroke.
Maka pasien atau penderita harus
benar-benar konsekuen mencegahnya.
Misalnya saja, jika penderita memiliki
hipertensi harus dikontrol baik. Mulai
dari obat-obatan ataupun pemeriksaan
berkala, “Berhenti merokok, Mengurangi makanan berlemak sehingga
mengurang resiko tertumpuknya
lemak dalam pembuluh darah, Berolahraga teratur sesuai dengan kondisi
kesehatan. Usahakan berat badan
tetap ideal,” pungkasnya.
(*bersambung)
Susah Tidur, Gejala Awal Alzheimer
Gangguan tidur diduga kuat menjadi
gejala awal penyakit Alzheimer.
penyakit yang ditandai dengan penurunan daya kognitif berat pada pasien
itu biasanya terjadi pada orang berusia
di atas 60 tahun.
Kesimpulan awal akan kaitan penyakit alzheimer dengan gangguan tidur
itu didapatkan para peneliti yang
melakukan riset terhadap mencit. Plak
protein di otak merupakan komponen
kunci yang memicu terjadinya alzheimer. Dalam penelitan, plak tersebut
pertama kali muncul ketika mencit
mengalami gangguan tidur.
Pencarian gejala awal alzheimer
sangatlah penting untuk mencari cara
pengobatan penyakit yang bisa membuat
penderitanya lupa berbagai hal itu, termasuk anggota keluarganya sendiri.
Selama ini pasien alzheimer tidak
menunjukkan adanya gangguan dengan daya ingat mereka sampai penyakitnya tiba-tiba memburuk. Pada poin
tersebut, beberapa bagian otak sudah
hancur sehingga penyakitnya tidak
dapat disembuhkan.
Para dokter sejauh ini baru bisa
memperlambat penyakitnya. Karena
itu para ilmuwan terus berusaha
mengetahui sedini mungkin kemunculan penyakit ini.
Salah satu area otak yang diteliti
adalah plak di beta amyloid yang
terbentuk di otak. Kadar protein beta
amyloid secara alami akan meningkat
dan menurun dalam 24 jam.
Akan tetapi pada pasien alzheimer,
protein tersebut secara permanen
menjadi plak. Penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Washington
menunjukkan, tikus yang sering
begadang tidur siang selama 40 menit.
Namun, ketika mulai terbentuk plak
di otak mereka, jam tidurnya berkurang menjadi 30 menit. “Jika
gangguan tidur itu merupakan tanda
awal terjadinya alzheimer pada manusia, maka perubahan itu bisa
memudahkan dokter untuk mendeteksinya sedini mungkin,” kata Prof.David
Holtzman yang melakukan riset.
Kendati begitu apa yang terjadi pada
tikus percobaan belum tentu sama
pada manusia. Karena itu dalam
waktu dekat para ilmuwan akan
melakukan penelitian pada manusia.
Sebelumnya juga ada beberapa penelitian yang mengaitkan antara perubahan pola tidur dengan penurunan
kemampuan berpikir.
Sementera itu kemungkinan seseorang terkena penyakit Alzheimer
akan meningkat seiring meningkatnya
DOK
MELEK: Mata tak terpejam, pikiran bisa
melayang kemana-mana. Bukan susah tidur,
tapi ternyata sakit.
usia. Penyakit yang ditandai dengan
kehilangan memori secara bertahap ini
sangat jarang menyerang orang muda.
Beberapa teori mengaitkan penyakit
ini dengan kelebihan berat badan di
usia pertengahan. Namun riset terbaru
menunjukkan penanda biologis penyakit Alzheimer rupanya lebih umum
ditemukan pada orang yang kurus
ketimbang mereka yang gemuk.
Dalam temuannya, peneliti dari
University of Kansas School of Medicine
telah memeriksa 506 orang sehat
menggunakan teknik pencitraan otak
dan tes cairan serebrospinal untuk
melihat penanda penyakit Alzheimer.
Peneliti menemukan, 85 persen
orang yang memiliki Indeks Massa
Tubuh (BMI) di bawah 25 memiliki
tanda berupa plak di otak - yang
merupakan ciri khas dari penyakit
Alzheimer. Sementara itu, hanya 48
persen saja dari mereka dengan
kelebihan berat badan memiliki tandatanda yang serupa.
“Hal ini mungkin disebabkan karena
ada kerusakan di daerah otak (hipotalamus) yang berperan dalam mengatur
metabolisme energi dan asupan makanan,” kata peneliti dan direktur dari
University of Kansas Alzheimer Disease
Center, Dr Jeffrey Burns.
“Perlu penelitian lebih lanjut untuk
menyelidiki apakah hubungan ini
menunjukkan respon tubuh terhadap
penyakit yang belum diakui atau
kecenderungan mengembangkan penyakit ini,” katanya. (*)
layouter: rizal
Download