HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA

advertisement
HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA-REMAJA DENGAN IDENTITY
ACHIEVEMENT PADA REMAJA AKHIR
Jatika Kusumaningrum
Hepi Wahyuningsih
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara
komunikasi orangtua-remaja dengan identity achievement. Dugaan awal yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara komunikasi
orangtua-remaja dengan identity achievement pada remaja akhir. Semakin
tinggi komunikasi orangtua-remaja, semakin tinggi identity achievement.
Sebaliknya semakin rendah komunikasi orangtua-remaja, semakin rendah
identity achievement.
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja akhir dengan rentang usia menurut
Santrock (2001) adalah antara 18 sampai 22 tahun. Tehnik pengambilan subjek
yang digunakan adalah metode purposive sampling.
Adapun skala yang
digunakan adalah adaptasi dari Extended Objective Measure of Ego Identity
Status – 2 Revision (EOMEIS-2 R) yang dibuat oleh Adams, dkk, (Adams, 1998),
yang berjumlah 11 aitem, mengacu pada aspek yang ada dalam skala Extended
Objective Measure of Ego Identity Status – 2 Revision (EOMEIS-2 R) dan skala
komunikasi orangtua-remaja mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh
DeVito (1997).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program SPSS for Mac OS X versi 11.0 untuk menguji apakah terdapat
hubungan komunikasi orangtua-remaja dengan identity achievement. Korelasi
product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r= 0,188 dengan
p=0,025 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
orangtua-remaja dengan identity achievement pada remaja akhir. Jadi hipotesis
penelitian diterima.
Kata Kunci : identity Achivement, Komunikasi Orangtua-Remaja
PENGANTAR
Remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa. Masa remaja lebih
dikenal dengan masa pubertas atau masa pertumbuhan fisiologis dan
pertumbuhan
hormon-hormon
perubahan pada fisik remaja.
dalam
tubuh
yang
menyebabkan
Perubahan hormon yang terjadi
adanya
memberikan
pengaruh yang besar terhadap perubahan fisik, emosi serta sosial yang sedikit
banyak dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungannya. Dari 108 anak yang
berhasil diwawancara oleh BNP di Jabodetabek secara mendalam 96 di antaranya
(dua perempuan) pernah terlibat dalam penjualan dan pengedaran narkoba. O
(18) mengaku dirinya pernah menjual tabung oksigen milik ibunya agar bisa
membeli putauw. Dari 108 responden, sebagian besar atau 30,4% karena ikutikutan teman, menyusul 10,9% adalah mereka yang dekat dan selalu
berhubungan dengan bandar. Anak lain mengaku ingin mendapat putaw gratis
jika ikut mengedarkan, dan ada juga yang memang dipaksa oleh teman. Hanya
dua
orang
yang
terlibat
pengedaran
karena
broken
home
(http://www.gemari.or.id).
Tawuran antara mahasiswa dan warga terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan,
kasus ini bermula saat mahasiswa memukuli Akbar, pemuda setempat yang
kebut-kebutan di sekitar kos mahasiswa di Jalan Hartaco Indah, Makassar.
Akbar yang tak terima lantas kembali dengan membawa massa dan balik
menyerang para mahasiswa (http://www.liputan6.com).
Kebanyakan para
remaja melakukan suatu perbuatan yang melanggar aturan tidak akan dilakukan
secara sendirian, karena mereka berpikiran kalau dilakukan secara beramai-ramai
atau bersama-sama maka apabila ketahuan akan menjalani hukumannya secara
bersama-sama pula sehingga tidak menanggungnya sendirian.
Hal itu
mengindikasikan adanya ketidak percayaan diri dalam diri remaja.
Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja
menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha
yang
dilakukan
artis
idolanya
itu
untuk
sampai
pada
kepopulerannya
(http://www.e-psikologi.com). Seharusnya di dalam masa remaja akhir sudah
mempunyai identitas diri yang matang (identity achievement), tetapi dalam
kenyatannya masih banyak remaja yang mengalami kebingungan identitas.
Adanya perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, tidak berdaya, penurunan
harga diri, dan akibatnya ia pesimis menghadapi masa depannya adalah tandatanda dari orang yang mengalami kebingungan identitas (identity diffussion).
Hasil wawancara peneliti pada mahasiswa psikologi Universitas Islam
Indonesia diantaranya A (22) mengungkapkan bahwa dia masih belum tahu
harus bekerja sebagai apa kelak setelah dia lulus kuliah. Ada juga beberapa
mahasiswa yang mengungkapkan keresahannya apabila memikirkan tentang
pernikahannya apakah kelak dia mampu menjalankan perannya baik sebagai
suami/istri dengan baik.
Seperti yang dikemukakan oleh L (21) dia merasa
khawatir kalau memikirkan kehidupan pernikahan nantinya. Dari pengamatan
peneliti masih banyaknya mahasiswi yang tidak sepenuh hati memakai jilbab,
mereka memakai jilbab hanya sekedar untuk menaati peraturan kampus saja.
Terlihat dari pemakaian jilbab yang cenderung asal-asalan seperti masih terlihat
rambut atau poninya dan berpakaian ketat.
Berbagai permasalahan tersebut
mengindikasikan belum tercapainya identity achievement.
Menurut Marcia, identitas achievement merupakan individu yang telah melalui
krisis dan telah memiliki komitmen dalam dirinya (Santrock, 2001). Komitmen
merupakan suatu bagian dari perkembangan identitas di mana remaja
menunjukkan adanya suatu investasi pribadi pada apa yang akan mereka
lakukan (Santrock, 2001).
Sedangkan menurut Santrock (2001) krisis adalah
sebagai suatu masa perkembangan identitas dimana remaja memilah-milah
alternatif-alternatif yang berarti dan tersedia. Semua permasalahan diatas yang
terjadi mengindikasikan remaja belum memiliki komitmen dalam dirinya.
Seharusnya di dalam masa remaja akhir sudah mempunyai identitas diri yang
matang (identity achievement), tetapi dalam kenyataannya masih banyak remaja
yang mengalami kebingungan identitas (identity diffusion).
Menurut Dariyo
(2004) tanda-tanda dari orang yang mengalami kebingungan identitas (identity
diffusion) adalah adanya perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, tidak
berdaya, penurunan harga diri, dan akibatnya ia pesimis menghadapi masa
depannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Dariyo (2004), orangtua yang komunikatif
merupakan salah satu ciri yang akan membantu perkembangan anak untuk
mencapai identitas diri dengan baik.
Jika orangtua tidak bisa menciptakan
komunikasi yang baik dengan anak, maka bisa menyebabkan anak tersesat di
jalan yang salah. Hubungan antara orangtua dan anak merupakan hubungan
antar pribadi.
Saad (2003) mengungkapkan kualitas hubungan antar pribadi
akan memberi pengaruh yang besar terhadap perilaku individu terutama anak
dan remaja.
Lebih lanjut Rakhmat (Saad, 2003) mengungkapkan hubungan
dengan orangtua seyogyanya diwarnai oleh suatu prinsip saling menjalin
komunikasi dan membangun relasi yang dapat mendorong terjadinya hubungan
yang sehat.
Oleh karena itu, komunikasi antara orangtua dan remaja perlu
dibina dengan baik karena merupakan salah satu hal yang dapat membantu
perkembangan identitas achievement pada remaja. Berdasarkan uraian diatas
mengenai pentingnya peran orangtua dalam hal ini adanya komunikasi antara
orangtua dan anak, maka muncul suatu pertanyaaan penelitian apakah ada
hubungan komunikasi orangtua dan remaja terhadap identity achievement pada
remaja akhir.
A.
Identity Achievement
Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari
ketergantungan dengan orangtua untuk menemukan siapa sebenarnya dirinya.
Erikson mendefinisikan identitas sebagai rasa yang relatif stabil dan memiliki
keunikan sendiri pada individu dan pembentukan identitas merupakan tugas
dasar pada remaja (Jolley, dkk, 1996). Individu dikatakan memiliki identitas
apabila mempunyai kesadaran sosial dan konsep penguasaan kognitif terhadap
lingkungan sehingga menyadari adanya kontinuitas diri (Fuhrmann, 1990).
Pembentukan identitas diri dilihat sebagai proses dari perubahan kepribadian,
tuntunan sosial, dan harapan untuk masa depannya (Sprinthall, dkk, 1995).
Identity achievement menurut Marcia (Santrock, 2003) adalah istilah untuk
remaja yang telah melewati krisis dan telah membuat komitmen.
Sehingga
dapat disimpulkan remaja yang akan menjadi seseorang dengan individu yang
mantap dan kuat (memiliki identity achievement) adalah apabila telah melalui
suatu konflik atau krisis dan bisa melaluinya dengan baik dan telah memiliki
suatu komitmen terhadap segala aspek kehidupan.
B. Komunikasi Orangtua-Remaja
Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik
verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh oranglain (Supratiknya, 1995).
Lebih lanjut Dance dan Larson (Vardiansyah, 2004) mengidentifikasikan definisi
komunikasi menjadi tiga, salah satunya adalah tingkat kesengajaan yang artinya
mensyaratkan
komunikasi
kesengajaan,
adalah
misalnya
situasi-situasi
definisi
yang
yang
menyatakan
memungkinkan
suatu
bahwa
sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima. Aspek komunikasi orangtua-remaja diambil
dari teori DeVito (1997), yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesamaan
(equality).
Peneliti
menggunakan
seluruh
aspek
diatas
karena
aspek
keterbukaan dibutuhkan untuk dapat saling memahami dan mengerti antara
orangtua-remaja, aspek empati dibutuhkan untuk saling memahami perasaan
antara orangtua-remaja, sikap positif diperlukan agar memandang dirinya sendiri
lebih positif dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul serta bisa lebih
menghargai orang lain, dan yang terakhir aspek kesamaan adalah antara
orangtua-remaja memiliki suatu kesamaan dalam mengungkapkan perasaan
masing-masing.
Penelitian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dilakukan oleh
Clark, dkk (1997) yang bertujuan mencari hubungan antara komunikasi orangtua
dan anak dengan kenakalan.
Hasil yang diperoleh adalah komunikasi antara
orangtua dan anak yang baik ternyata menghindarkan anak dari kenakalan.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang hendak digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa/mahasiswi remaja akhir menuju dewasa awal dengan rentang usia
antara 18 sampai 22 tahun.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang bersifat self report untuk mendapatkan jenis data kuantitatif.
1. Skala identity achievement
adaptasi Extended Objective Measure of Ego
Identity Scale - 2 Revision (EOMEIS-2 R)
Data identity achievement pada penelitian ini diungkap dengan hanya
mengambil aitem yang termasuk dalam identity achievement pada alat ukur
Extended Objective Measure of Ego Identity Scale – 2 Revision (EOMEIS-2 R)
yang dibuat oleh Adams, dkk, 1986 (Adams, 1998). Skala ini disusun untuk
mengukur respon subyek terhadap dua domain, identitas ideologi terdiri dari
aspek : (1) politik, (2) agama, (3) pekerjaan, dan (4) nilai hidup. Sedangkan
domain identitas interpersonal terdiri dari aspek : (1) persahabatan, (2) dating,
(3) peran jenis, dan (4) rekreasi. Skala identity achievement ini menggunakan
skala Likert. Skala ini terdiri dari 16 aitem favourable.
Tabel1
Distribusi Skala Identity Achievement Sebelum Uji Coba
Butir Favourable
Aspek
__________________________________________
Nomor Butir
Jumlah
Identitas ideologi
- Politik
2, 14
2
- Agama
4, 10
2
- Pekerjaan
8, 11
2
- Nilai hidup
1, 13
2
Identitas interpersonal
- Persahabatan
3, 9
2
- Dating
7, 16
2
- Peran jenis
5, 15
2
- Rekreasi
6, 12
2
Total
16
Berdasarkan alat ukur dari Extended Objective Measure of Ego Identity Scale
– 2 Revision (EOMEIS-2 R) yang dibuat oleh Adams, dkk, skala ini menggunakan
skala Likert dengan enam kemungkinan jawaban. Pemberian skor aitem yang
favourable dari 6 (sangat setuju sekali), 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (tidak
setuju), 2 (sangat tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju sekali). Pemberian skor
untuk masing-masing aitem ditentukan oleh pilihan jawaban subjek. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi identity achievement
nya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka identity
achievement subjek semakin rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tahap uji coba alat ukur, dilakukan
uji validitas dan uji reliabilitas. Koefisien korelasi total skala identity achievement
bergerak dari -0,24 sampai 0,681 dan uji koefisien alpha adalah 0,6833. Hasil uji
validitas skala identity achievement menunjukkan ada 11 aitem yang sahih dari
16 aitem dengan menggunakan batas = 0,30. Aitem yang gugur adalah aitem
nomor 1, nomor 4, nomor 11, nomor 14, dan nomor 15. Koefisien validitas skala
identity achievement setelah dikurangi 5 item yang gugur, berkisar antara 0,3182
sampai dengan 0,6833 dan uji koefisien alpha adalah 0,8103.
Tabel 2.
Distribusi Butir Iidentity Achievement Setelah Uji Coba
Butir Favourable
Jumlah
Aspek
__________________________________________
Nomor Butir
Sahih
Identitas ideologi
- Politik
2(1)
1
- Agama
10(8)
1
- Pekerjaan
8(6)
1
- Nilai hidup
13(10)
1
Identitas interpersonal
- Persahabatan
3(2), 9(7)
2
- Dating
7(5), 16(11)
2
- Peran jenis
5(3)
1
- Rekreasi
6(4), 12(9)
2
11
Catatan : angka dalam kurung () adalah nomor urut butir baru setelah uji coba.
2. Skala Komunikasi Orangtua-Remaja
Skala Komunikasi Orangtua-Remaja yang digunakan dalam penelitian ini
disusun sendiri berdasarkan teori dari DeVito (1997). Untuk mengetahui tingkat
komunikasi orangtua-remaja subjek dilakukan dengan melihat lima aspek
komunikasi interpersonal yaitu : keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), kesamaan
(equality) (DeVito, 1997).
Masing-masing aspek berjumlah 5 aitem sehingga
jumlah seluruh aitem sebanyak 25 aitem favourable.
Tabel 3
Distribusi Skala Komunikasi Orangtua-Remaja Sebelum dan Setelah Uji Coba
Butir Favourable
Aspek
____________________________________
Nomor Butir
Jumlah
Keterbukaan (openness)
5,8,13,17,22
5
Empati (empathy)
2,6,14,20,21
5
Sikap mendukung (supportiveness)
1,9,15,16,24
5
Sikap positif (positiveness)
3,7,12,18,23
5
Kesamaan (equality)
4,10,11,19,25
5
Total
25
Catatan : tidak ada perubahan nomor setelah dilakukan uji coba
Skala Komunikasi Orangtua-Remaja ini menggunakan skala Likert dengan
pilihan 5 jawaban untuk setiap pernyataan. Skor skala Komunikasi OrangtuaRemaja ini bergerak dari 0 hingga 4 dengan rincian : 4 (selalu), 3 (sering), 2
(kadang-kadang), 1 (jarang), 0 (tidak pernah).
Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek maka tingkat komunikasi orangtua-remaja
tinggi.
adalah semakin
Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat komunikasi orangtua-
remaja maka skor yang diperoleh adalah semakin rendah.
Hasil uji validitas skala komunikasi orangtua-remaja menunjukkan ada 25
aitem yang sahih dan tidak terdapat aitem yang gugur dengan koefisien korelasi
total bergerak dari 0,3759 sampai 0,8336 dan uji koefisien alpha adalah 0,9558.
D. Metode Analisis Data
Proses penganalisisan data yang diperoleh akan menggunakan teknik analisis
data statistik dengan bantuan SPSS 11.0 for Mac OS X. Tehnik analisis data yang
dipakai untuk mengungkap hipotesis penelitian yaitu mencari hubungan antara
komunikasi orang tua-remaja dengan identity achievement pada remaja akhir
akan dilakukan tehnik analisis korelasi product moment Pearson.
HASIL PENELITIAN
1.
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia yang masih tergolong ke dalam kategori remaja akhir
yang berusia 18 sampai 22 tahun.
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
18
19
20
21
Usia
tahun
tahun
tahun
tahun
18 tahun
19 tahun
20 tahun
Total
Jumlah
11
16
5
1
46
24
5
108
2. Deskripsi Data Penelitian
Gambaran singkat mengenai data penelitian secara umum yang berisikan
fungsi-fungsi statistik dasar dari masing-masing variabel dapat dilihat secara
lengkap pada tabel 5.
Tabel 5
Deskripsi data penelitian
variabel
min
0
komunikasi
ortu-remaja
Identity
11
achievement
hipotetik
maks SD
100 16,67
66
9,17
Rerata
50
min
32
empirik
maks SD
Rerata
100
15,684 77,21
38,5
35
62
5,904
48,88
Berdasarkan deskripsi statistik penelitian diatas dapat diketahui tinggi
rendahnya komunikasi orangtua-remaja pada subjek melalui pengkategorian skor
total yang diperoleh oleh masing-masing subjek pada kedua skala.
Tujuan
pengkategorian ini adalah untuk menempatkan subjek dalam kelompokkelompok terpisah menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur,
sehingga dapat diketahui kontinum jenjang dari tingkat rendah hingga ke tingkat
tinggi.
a. Skala Identity Achievement
Variabel Identity Achievement dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria kategori identity achievement dapat dilihat
pada tabel 6 dan untuk kategorisasi skala identity achievement dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 6
Kriteria Kategori Skala Identity Achievement
Kategori
Nilai
Tinggi
µ+1? =X
Sedang
µ-1? = X< µ+1?
Rendah
X<µ-1?
Keterangan: µ = mean hipotetik, ? = setiap satuan standar deviasi
Tabel 7
Kategorisasi Identity Achievement
Skor
x? 29,33
29,33? x? 47,67
47,67? x
Total
Kategorisasi
rendah
sedang
tinggi
Frekuensi
0
48
60
108
Prosentase
0%
44,44%
55,56%
100%
Melihat tabel 7 dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori tinggi
sebanyak 60 (55,56%), kategori sedang sebanyak 48 subjek (44,44%), dan tidak
ada subjek dalam kategori rendah. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa
identity achievement berada pada kategori tinggi sebanyak 55,56%, karena
jumlah subjek yang berada pada rentang skor 47,67 = X paling banyak jika
dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.
b. Skala Komunikasi Orangtua-Remaja
Variabel skala komunikasi orangtua-remaja dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria kategori skala komunikasi
orangtua-remaja dapat dilihat pada tabel 8 dan untuk kategorisasi skala
komunikasi orangtua-remaja dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 8
Kriteria Kategori Skala Komunikasi Orangtua-Remaja
Kategori
Nilai
Tinggi
µ+1? =X
Sedang
µ-1? = X< µ+1?
Rendah
X<µ-1?
Keterangan: µ = mean hipotetik, ? = setiap satuan standar deviasi
Tabel 9
Kategorisasi Skala Komunikasi Orangtua-Remaja
Skor
x<33,33
33,33? x? 66,67
66,67? x
Total
kategorisasi
rendah
sedang
tinggi
frekuensi
1
19
88
108
%
0,93
17,59
81,48
100
Melihat tabel 9 dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori tinggi
sebanyak 88 subjek (81,48%), kategori sedang sebanyak 19 subjek (17,59%),
dan kategori rendah sebanyak 1 subjek (0,93%).
Berdasarkan tabel dapat
disimpulkan bahwa skala komunikasi orangtua-remaja berada pada kategori
tinggi sebanyak 81.48%, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor
66,67? x paling banyak jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang
skor lain.
2. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan dilakukan pada statistik parametrik sebelum uji hipotesis
agar nantinya tidak salah dalam menarik kesimpulan. Uji asumsi terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada variabel koefisien K-S-Z pada variabel identity
achievement dan komunikasi orangtua-remaja menunjukkan distribusi yang
normal dengan koefisien K-S-Z pada variabel identity achievement sebesar 1,079
dengan p=0,195 dan koefisien K-S-Z pada variabel komunikasi orangtua-remaja
sebesar 1,214 dengan p=0,105. Kedua variabel memiliki nilai probabilitas > 0,05
dan berdasarkan hasil ini berarti kedua variabel tersebut terdistribusi secara
normal.
b. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas hubungan antara variabel komunikasi orangtua-remaja
dengan identity achievement diperoleh hasil f=4,870 dengan p=0,031 (p<0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel komunikasi orangtua-remaja dengan
identity achievement bersifat linier atau mengikuti garis lurus.
3. Uji Hipotesis
Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel antara komunikasi
orangtua-remaja dengan identity achievement, r=0,188 dengan p=0,025,
p<0,05 berarti ada hubungan positif antara komunikasi orangtua-remaja dengan
identity achievement, sehingga hipotesis diterima.
Analisis koefisien determinasi (R2) pada korelasi antara variabel komunikasi
orangtua-remaja dengan identity achievement menunjukkan angka sebesar
0,035 berarti variabel komunikasi orangtua-remaja memberikan sumbangan
efektif sebesar 3,5% terhadap variabel identity achievement.
4. Analisis Tambahan
Analisis tambahan dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product
moment dari Pearson adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan dari
masing-masing aspek komunikasi orangtua dan remaja dengan identity
achievement dan untuk melihat seberapa besar sumbangan dari masing-masing
aspek komunikasi orangtua-remaja tersebut terhadap identity achievement.
Hasil analisis statistik tambahan dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. r=0,144, p=0,068, p>0,05, tidak ada hubungan antara aspek keterbukaan
pada komunikasi orangtua dan remaja dengan identity achievement pada
remaja akhir.
b. r=0,219, p=0,011, p<0,05.
remaja
Semakin tinggi empati antara orangtua dan
maka semakin tinggi identity achievement.
Analisis koefisien
determinasi (R2)pada korelasi antara aspek empati pada komunikasi orangtua
dan remaja dengan identity achievement menunjukkan angka sebesar 0,048
berarti aspek empati pada komunikasi orangtua dan remaja memberikan
sumbangan efektif sebesar 4,8% terhadap variabel identity achievement.
c. r=0,177, p=0,033, p<0,05. Semakin tinggi supportiveness antara orangtua
dan remaja maka semakin tinggi identity achievement. Analisis koefisien
determinasi (R2)pada korelasi antara aspek supportiveness pada komunikasi
orangtua dan remaja
dengan identity achievement menunjukkan angka
sebesar 0,031 berarti aspek supportiveness pada komunikasi orangtua dan
remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 3,1% terhadap variabel
identity achievement.
d. r=0,215, p=0,013, p<0,05. Analisis koefisien determinasi (R2) pada korelasi
antara aspek positiveness pada komunikasi orangtua dan remaja
dengan
identity achievement menunjukkan angka sebesar 0,046 berarti aspek
positiveness pada komunikasi orangtua dan remaja memberikan sumbangan
efektif sebesar 4,6% terhadap variabel identity achievement.
e. r=0,128, p=0,093, p>0,05, tidak ada hubungan antara aspek equality pada
komunikasi orangtua dan remaja dengan identity achievement pada remaja
akhir.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian, maka hipotesis yang telah
diajukan dapat diterima, yaitu ada hubungan positif antara komunikasi orangtuaremaja dengan identity achievement pada remaja akhir. Hasil analisis korelasi
dengan
menggunakan
teknik
korelasi
product
moment
dari
Pearson
menunjukkan koefisien korelasi sebesar r=0,188 dengan p=0,025, p<0,05,
dengan hasil tersebut dapat diartikan
bahwa ada hubungan positif antara
komunikasi orangtua-remaja dengan identity achievement, semakin tinggi
komunikasi orangtua-remaja, maka akan semakin tinggi identity achievement
pada remaja akhir.
Sebaliknya semakin rendah komunikasi orangtua-remaja
maka semakin rendah identity achievement pada remaja akhir.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Purwadi (dalam Purwadi, 2004) yang mengungkap bahwa
pengasuhan orangtua memiliki hubungan yang signifikan dengan pembentukan
identitas diri remaja, dalam hal ini bagaimana orangtua mendidik dan
memperlakukan anak.
Purwadi (2004) juga mengungkapkan bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pembentukan identitas dirinya
sangat tergantung pada orangtua.
Sehingga antara orangtua dengan remaja
yang mampu menjalin komunikasi dengan baik akan sangat bermanfaat bagi
perkembangan emosi remaja terutama perkembangan identitas dirinya sehingga
nantinya tercapai suatu identitas achievement pada remaja akhir.
Sehingga
orangtua harus menyediakan waktu untuk melakukan komunikasi dengan
anaknya.
Hasil analisis data menunjukkan sumbangan efektif variabel komunikasi
orangtua-remaja menunjukkan angka sebesar 0,035 ini berarti variabel
komunikasi orangtua-remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 3,5%
terhadap variabel identity achievement. Hal tersebut berarti bahwa komunikasi
orangtua-remaja mempengaruhi tingginya identity achievement pada remaja
akhir dengan nilai yang relatif kecil, masih banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhi mempengaruhi identity achievement yakni sebesar 96,5% namun
tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Seperti yang diungkapkan oleh Marcia
(dalam Dariyo, 2004), faktor-faktor yang mempengaruhi identity achievement
yaitu faktor pertama adalah keluarga khususnya orangtua yang memiliki sikap
supportif, memberikan perhatian, dan mempercayai anak. Faktor kedua adalah
kepribadian dari anak sendiri, kepribadian disini disebutkan anak yang
mempunyai kekuatan ego, kemandirian, kontrol diri internal, akrab, percaya diri,
inisiatif, kreatif, dan berprestasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel komunikasi orang tua-remaja
dengan identity achievement. Hasil analisis data berdasarkan korelasi product
moment dari Pearson memakai program komputer SPSS 11 for Mac OS X
menunjukkan korelasi antara variabel komunikasi orang tua-remaja dengan
identity achievement, r=0,188 dengan p=0,025, p<0,05.
Analisis koefisien
determinasi (R2) pada korelasi antara variabel komunikasi orang tua-remaja
dengan identity achievement menunjukkan angka sebesar 0,035 berarti variabel
komunikasi orang tua-remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 3,5%
terhadap variabel identity achievement.
B. Saran-saran
a. Orang tua
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel
komunikasi orang tua-remaja dengan identity achievement, sehingga disarankan
bagi orang tua untuk selalu menjalin komunikasi dengan anaknya agar anak
mampu memperoleh identity achievement.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa ada hubungan
antara variabel komunikasi orang tua-remaja dengan identity achievement. Hasil
dari ini belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan karena pada
penelitian ini tidak memperhatikan factor-faktor lain selain komunikasi yang
dapat mempengaruhi terbentuknya identity achievement pada remaja akhir. Hal
itu dibuktikan dengan adanya hasil dari analisis koefisien determinasi (R2) pada
korelasi
antara
variabel
komunikasi
orang
tua-remaja
dengan
identity
achievement menunjukkan angka sebesar sebesar 0,035 berarti variabel
komunikasi orang tua-remaja memberikan sumbangan efektif sebesar 3,5%
terhadap variabel identity achievement.
Oleh karena itu disarankan adanya
penelitian lebih lanjut dengan lebih memperhatikan adanya faktor lain sehingga
diharapkan dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih cermat dan akurat.
Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kroscek jawaban yang diberikan
anak dengan orang tuanya.
Sehingga diharapkan pada peneliti selanjutnya
apabila melakukan penelitian dengan variabel komunikasi orang tua dan remaja
agar mengadakan kroscek jawaban antara anak dengan orang tua sebagai pihak
yang diajak berkomunikasi, sehingga analisis dalam penelitiannya tidak hanya
melihat pada sudut pandang anak saja.
DAFTAR PUSTAKA
Adams,
G. R. 1998. The Objective Measure of Ego Identity Status : A
Reference Manual. Canada : Department of Family Relationship and
Applied Nutrition College of Social and Applied Human Sciences.
University of Guelph. www.uoguelph.ca/~gadams
Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Clark, R.D. dkk. 1997. Family communication and Delinquency.
www.springerlink.com.
Journal.
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Ghalia
Indonesia.
DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia : Kuliah Dasar (terjemahan Agus
Maulana). Edisi kelima. Jakarta : Professional Books.
Guntoro. __. Asertifkah Kita?. http://www.glorianet.org
Jolley, J. M., dkk. 1996. Lifespan Development : A Topical Approach. United
States of America : Brown&Benchmark Publisher
Purwadi. 2004. Proses pembentukan Identitas Diri Remaja. Jurnal Humanitas.
Vol 1 No.1. Universitas Ahmad Dahlan.
Rahmawati. __. Pengguna Narkoba Lebih Suka Menyendiri, Cenderung Pemarah
dan Suka Berhalusinasi. http://gemari.or.id
Saad, H., M, 2003. Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta.
Yogyakarta:Galang Press.Santrock, J, W. 2003. Adolescence :
Perkembangan Remaja. (Edisi ke-6). Jakarta : Erlangga.
Sprinthall, dkk. 1995. Adolescents Psychology a Developmental View. Third
edition. United States of America : Mc Grw-Hill Inc.
Takbir. 2007. Warga-Mahasiswa di Makasar Tawuran. http://www.liputan6.com
Tambunan, R.
2001.
psikologi.com
Toz.
Remaja dan Perilaku Konsumtif. http://www.e-
2007. Lagi, Mahasiswa
http://www.liputan6.com
Vardiansyah, D. 2004.
Indonesia
Universitas
Negeri
Pengantar Ilmu Komunikasi.
Makassar
Tawuran.
Bogor Selatan : Ghalia
Download