BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Toxoara sp.
1. Etiologi
Toxocara cati berpledeleksi di dalam usus halus kucing. Cacing
jantan panjangnya 3 – 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap.
Cacing betina panjangnya 4 – 12 cm. Telur berukuran 65 – 75 mikron.
Kucing jantan dan anak kucing bertindak sebagai hospes definitif dari
Toxocara cati. ( hubner et al., 2001 ). Telur infektif di keluarkan bersama
feses. Feses yang mengandung Toxocara sp jatuh di tanah dengan
temperatur 10 – 35 ºC dan kelembaban 85 % serta kondisi yang optimal
maka dalam waktu paling sedikit 5 hari akan berkembang menjadi telur
infektif yang mengandung embrio ( Levine, 1994 ).
2. Epidemiologi
Infeksi T. Cati tidak terbatas untuk anak kucing, pada sebuah
survei, 23 dari 27 kucing yang terinfeksi pada usia 2 minggu, dan 10 dari
27 kucing terinfeksi saat berumur 3 tahun atau lebih. Singkatnya semua
umur dapat terkena. ( http: // www. Toxocara. html )
3. Morfologi
Toxocara canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran
panjang yang bervariasi antara 3,6 – 8,5 cm, sedangkan Toxocara canis
betina mempunyai ukuran antara 5,6 – 10 cm. Toxocara cati berjenis
5
6
kelaminjantan berukuran antara 2,5 – 7,8 cm, sedangkan Toxocara cati
betina berukuran 2,5 – 14 cm, dan Toxocara vitulorum jantan berukuran ±
25 cm, sedangkan yang betina berukuran ± 30 cm. Bentuk hewan ini
menyerupai Ascaris Lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat
sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara
cati berbentuk sayap yang lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai
kepala ular kobra. Bentuk ekor Toxocara canis dan Toxocara cati hampir
sama, untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk seperti
tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk ( digitiform ), sedangkan
untuk yang berjenis kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing.
(http://harty-parasitologi.blogspot.com/2010-03-01archive.html).
Telurnya mirip A. lumbricoides, tetapi bentuknya bulat, telur
berukuran65 – 75 mikron. Cacing ini terdapat pada usus halus. Manusia
terinfeksi secara kebetulan dangan menelan telur infektif. Apabila telur
menetas, larva dalam usus tidak bisa menjadi dewasa dan larva
mengembara pada alat – alat viseral. ( Jangkung, 2002 ).
Telur Toxocara canis
Telur Toxocara cati
Telur Toxocara vitulorum
Gambar 1. Telur Toxocara sp
7
4. Siklus hidup
Toxocara cati memiliki siklus hidup yang kompleks dan sangat
efektif.
a. Ingesti telur (infeksi langsung)
Setelah kucing memakan telurnya infektif yang mengandung larva
stadium kedua, telur menetas dan larva stadium ketiga memasuki
dinding usus halus. Larva bermigrasi melalui sistema sirkulasi dan
dapat menuju ke sistema respirasi atau organ dan jaringan lain dalam
tubuh. Jika memasuki jaringan tubuh, mereka dapat mengkista (dilapisi
dinding dan inaktif). Larva tersebut dapat tetap mengkista dalam
jaringan berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini adalah pola migrasi
yang lebih umum terlihat pada kucing dewasa. Pada kucing yang sangat
muda, larva bergerak dari sirkulasi ke sistema respirasi, dibatukkan dan
memasuki saluran digesti lagi. Larva kemudian menjadi cacing dewasa.
Cacing betina dewasa bertelur, telur dikeluarkan lewat feses. Telur tetap
ada di lingkungan dalam waktu 10 – 14 hari sampai menjadi infektif.
(http://dr-agna.livejourenal.com/3275.html).
b. Ingesti hospes paratenik
Jika kucing menelan hospes paratenik seperti tikus, cacing tanah
atau kumbang yang memiliki larva yang mengkista, migrasi mirip
dengan ingesti telur berlarva. Larva dilepaskan dari hospes paratenik
saat termakan dan dicerna. Larva memasuki sirkulasi, mengadakan
8
migrasi
ke
organ,
misalnya
sistem
respirasi.
(http://dr-agna.
livejourenal.com/ 3275.html).
c. Larva melalui air susu
Selama periode perinatal, larva dormant (stadium 1) yang ada di
tubuh induk dapat mulai bermigrasi ke glandula mammae, berubah
menjadi larva stadium lalu ke dalam air susu. Anak kucing dapat
terinfeksi melalui air susu. Larva yang tertelan menjadi larva stadium
ketiga dan keempat, dan selanjutnya menjadi dewasa dalam usus anak
kucing. Jika larva dikeluarkan melalui feses anak kucing sebelum larva
tersebut dewasa, larva tersebut dapat menginfeksi induk saat menjilati
anaknya. Sekitar 4 minggu setelah kucing memakan telur infektif,
cacing telah dewasa dalam usus, dan telur dikeluarkan lagi. (http://dragna.livejourenal.com/3275.html).
Gambar 2. Siklus Hidup Toxocara sp
9
Perbedaan mendasar antara ketiga spesies (Toxocara vitulorum,
Toxocara cati, dan Toxocara canis) selain pada hospes definitifnya,
juga ada pada siklus hidupnya, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Perbedaan Spesies Toxocara sp
Larva,
Telur, dengan
melalui air
jalan ingesti
susu
Toxocara
vitulorum
Toxocara
cati
Toxocara
canis
Larva,
melalui
plasenta
Larva, dengan
jalan ingesta
hospes paratenik
atau intermedier
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Dari tabel 1. dapat terlihat, Toxocara canis memiliki satu cara
infeksi yang tidak terjadi pada Toxocara cati, yaitu infeksi pada anak
anjing
antenatal
melalui
plasenta
(intrauteri).
(http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
5. Patogenesis
Dalam usus, cacing dewasa mengambil nutrisi dari hospes
definitifnya dengan menyebabkan kelukaan dinding usus dan mengambil
nutrisi dari sirkulasi. Berdasarkan siklus hidupnya, larva menyebabkan
penyakit dengan fase migrasi yang meninggalkan lesi pada organ dan
jaringan yang dilalui. Keparahannya bergantung kepada jumlah, baik pada
cacing dewasa maupun larva. Perjalanan larva infektif T. cati melalui
jaringan paru-paru dan hati dapat menyebabkan terjadinya edema pada
10
kedua organ tersebut. Paru-paru yang mengalami edema mengakibatkan
batuk, dipsnoe, selesma, dengan eksudat yang berbusa dan kadang
mengandung darah. Perjalanan larva lewat lambung, pada yang berat
menyebabkan distensi lambung, diikuti oleh muntah, dan mungkin disertai
keluarnya cacing yang belum dewasa didalam bahan yang dimuntahkan
(vomitus). (http://www.catlovers.com/index.html).
6. Zoonosis pada manusia
Yang beresiko terhadap toxocariasis adalah anak-anak dan pemilik
kucing.
a. Ocular Larva Migrans (OLM)
OLM terjadi saat larva memasuki mata, menyebabkan
inflamasi dan pembentukan jaringan ikat pada retina. Setiap tahunnya
lebih dari 700 orang terinfeksi toxocara mengalami penglihatan
permanen karena OLM. Kelukaan pada mata karena migrasi larva
kedalam posterior chamber bola mata, menyebabkan granulomatous
renitis, perlekatan retina, kehilangan daya lihat, atau pada kasus berat
kebutaan permanen. (http://dr-agna.livejourenal.com/3275.html).
b. Visceral Larva Migrans (VLM)
Infeksi berat atau berulang, meskipun jarang dapat menyebabkan
VLM, pembengkakan organ tubuh atau sistem syaraf pusat. Organ yang
dapat terserang antara lain hati, paru-paru, ginjal, dan otak. Gejala VLM
yang disebabkan perpindahan larva cacaing dalam tubuh antara lain:
demam, batuk, asma, atau pneumonia. (Levine, Norman D. 1994)
11
Pada banyak kasus, infeksi toxocara tidak serius, dan banyak orang,
terutama orang dewasa yang terinfeksi larva dalam jumlah sedikit, dapat
tidak menimbulkan gejala. Kasus parah yang jarang tetapi lebih dapat
terjadi pada anak-anak, yang selalu bermain di tempat kotor atau memakan
tanah yang terkontaminasi kotoran kucing. Cara masuknya melalui telur
toxsocara dalam tanah yang terkontaminasi. OLM biasanya terjadi pad
anak-anak umur 7 – 8 tahun, dan VLM pada anak umur 1 – 4 tahun.
Alasan
perbedaan
umur
ini
belum
diketahui.
(http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
B. Perawatan Kucing
Ada beberapa faktor penting saat memelihara kucing. Fakor ini dapat
mempengaruhi kesehatan kucing, Berikut beberapa diantaranya :
1. Keadaan Lingkungan
Memelihara kucing juga harus memperhatikan hal berikut,
diantaranya yaitu: kelambapan udara, Suhu udara yang ideal biasanya
sekitar 21 ºC sampai 24 ºC. Dalam membuat kandang atau tempar kucing
wajib menyediakan sirkulasi udara (ventilasi), Setidak-tidaknya 19 kali
pergamtian
udara.
(http://kucing.web.id/hal-hal-yang-mempengaruhi-
kesehatan-kucing/)
2. Sanitasi kandang kucing
Kandang yang baik sehat dan bersih akan membuat kucing betah
disana. Pastikan kandang kucing maupun alat pendukungnya seperti
tempat makan, tempat minum, tempat kotoran selalu bersih dan
12
didesinfikasi
secara
berkala.
Cara
membersihkannya
seperti
membersihkan pada umumnya. Sedangkan jika didesinfikasi dapat
menggunakan
cara
yaitu
dengan
cairan
pemutih
pakaian
yang
mengandung 0,17% sodium hiplorida. (http://kucing.web.id/hal-hal-yangmempengaruhi-kesehatan-kucing/)
Tidak over crowded yaitu dimana dalam satu kandang mengalami
kelebihan kucing atau dengan kata lain terlalu banyak kucing yang
berdiam disana, dengan berlebihnya kucing pada suatu tempat akan
menyebabkan mudahnya penyakit menular. Mereka akan stres dan akan
menurunkan daya tahannya, sehingga akan rentan terhadap penyakit.
(http://kucing.web.id/hal-hal-yang-mempengaruhi-kesehatan-kucing/).
3. Cara memberi makan kucing
Setidaknya ada dua macam cara/metode pemberian makan pada
kucing, yaitu makanan selalu tersedia di piring makan kucing. Jadi pada
saat kucing ingin makan, makanan telah tersedia di tempatnya, cara ini
baik untuk kucing kecil (kitten) atau kucing yang masih dalam masa
pertumbuhan, dan pemberian makanan dilakukan 2 atau 3 kali sehari.
Biasanya makanan diberikan pada pagi dan sore, cara ini baik untuk
kucing dewasa yang pola makannya sudah teratur, perlu diperhatikan
jumlah makanan yang diberikan, karena harus sesuai dengan kebutuhan
sehari-hari.(http://kucingkita.com/perawatan-kucing/monitoring-kesehatan
- kucing).
13
4. Gejala klinis kucing cacingan
Berdasarkan pada siklus hidup, gejala klinis yang muncul pada
kucing mencakup gejala yang muncul karena migrasi larva dan gejala
klinis yang muncul karena cacing dewasa. Gejala klinis yang muncul juga
tergantung kepada seberapa berat infestasi parasit, yang bergantung
kepada jumlahnya. Gejala klinis dapat mencakup pembesaran abdomen,
kegagalan pertumbuhan, muntah dan diare. Infeksi dalam jumlah sedikit
dapat menghasilkan jumlah telur yang sedikit pula dalam feses, karena itu
diagnosis
akurat
membutuhkan
prosedur
uji
pengapungan
telur.
(http://medicastore.com/penyakit/220/toksokariasis.html).
Hewan yang mengalami infestasi cacing yang berat dapat
menunjukkan gejala kekurusan, bulu kusam, perbesaran perut (pot-belly),
juga gangguan usus yang antara lain ditandai dengan sakit perut (kolik).
Obstruksi usus baik parsial maupun total, dan dalam keadaan ekstrim
terjadi perforasi usus hingga tampak gejala peritonitis. Pada beberapa
kasus bisa menunjukkan anemia, muntah, diare atau konstipasi. Pada kasus
yang sangat berat tapi jarang terjadi, bisa terdapat obstruksi usus. Gejala
batuk dapat teramati sebagai akibat adanya migrasi melalaui sistema
respirasi. Pada hewan muda, migrasi larva dapat berakibat pneumonia.
Adanya cacing yang banyak menyebabkan penurunan bahan makanan
yang
diserap,
menyebabkan
hingga
kekurusan
terjadi
hipoalbuninemia,
dengan
busung
perut
yang
selanjutnya
(asites).
Perut
14
memperlihatkan
pembesaran
dan
tampak
menggantung.
(http://medicastore.com/penyakit/220/toksokariasis.html).
5. Diagnosa
Untuk diagnosa dengan cara pemeriksaan tinja adalah yang paling
umum, dapat juga diikuti pemeriksaan patologi anatomi dan klinik.
Diagnosa cacingan kadang-kadang tidak selalu didasarkan ditemukannya
telur atau larva cacing didalam pemeriksaan tinja, baik secara visual, natif,
metode apung atau pemeriksaan endapan. Riwayat cattery tempat
penderita tumbuh sering dapat digunakan sebagai pegangan dalam
penentuan diagnosis antara lain batuk, pilek, anoreksia, kadang-kadang
diare, perut membesar dan menggantung, dan bahkan konvulsi merupakan
petunjuk kuat dalam menentukan diagnosa. Diagnosa pascamati penting
untuk menegakkan diagnosis. Cacing toxocara yang belum dewasa dapat
ditemukan didalam mukosa usus. Untuk hewan dewasa diagnosisnya lebih
mudah. Pemeriksaan feses untuk menemukan telur Toxocara cati pada
feses
menggunakan
prosedur
pengapungan
telur.
(http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
Pemeriksaan patologi anatomi Dalam pemeriksaan pasca mati
jaringan tampak anemis dan hidramis. Hati tampak pucat, membesar
dengan beberapa bagian mengalami pendarahan titik atau ecchymosae.
Paru-paru tampak pucat, jantung membesar, pucat, dengan kemungkinan
terjadinya hidropericardium. Saluran pencernaan pucat dengan beberapa
tempat terjadi pendarahan titik. Rongga perut berisi cairan transudat.
15
Cacing dewasa ditemukan dalam lumen usus. Mukosa usus mengalami
radang
eosinofilik
bersifat
lokal.
(http://dr-agna.
livejourenal.
com/3275.html).
Pemeriksaan patologi klinik Perubahan patologi klinik yang
ditemukan meliputi lekositosis, eosinofilia, hipoalbuminemia, kadar βglobulin yang sangat meningkat serta adanya kenaikan serum glutamic
piruvic transminase (SGPT). (http://dr-agna.livejourenal.com/3275.html).
6. Pengobatan
Banyak obat cacing membunuh cacing dewasa, tetapi tidak berefek
terhadap larva yang bermigrasi maupun larva dalam kista. Karena itu
banyak yang menganjurkan pengulangan pemberian obat cacing 2 – 4
minggu setelah treatment terakhir. Pada saat treatment terakhir,
kebanyakan larva masih bermigrasi, dan saat treatment dilakukan kedua
kalinya diharapkan larva telah sampai di usus dan bisa terbunuh oleh obat
cacing.
Obat yang umum dipakai dan efektifitasnya, aplikasi per oral:
Kandungan
Minimum umur/berat badan
Piperazine salts
6 minggu/lebih
Pyrantel pamoat/praziquantel
4 minggu/lebih atau 1,5 lbs/lebih
Milbemycin
6 minggu/lebih atau 1,5 lbs/lebih
Selamectin
8 minggu/lebih atau 2,6 – 7,5 kg
Yang direkomendasikan adalah Revolution ™ yang berisi
Selamectin 60 mg.
16
Anak kucing sangat terancam infeksi sampai umur 6 bulan, karena
itu sangat penting untuk memberikan obat cacing secara reguler. Anak
kucing ekskresi telur terjadi lebih cepat daripada anak anjing, deworming
mulai dapat dilaksanakan secara efektif mulai umur 2 – 3 minggu, diulangi
pada minggu ke 5, 7 dan 9. Pemberian obat dapat dilakukan berdasarkan
umur, yaitu: Umur 2 – 12 minggu diberikan obat setiap dua minggu sekali,
Umur 12 minggu sampai 6 bulan diberikan obat setiap bulan sekali, Umur
6 bulan dan seterusnya diberikan obat setiap tiga bulan sekali.
(http://www.profender.no/index.php)
Pada induk kucing, treatment dilakukan bersama anaknya. Kucing
dewasa ditreatment secara reguler, dilakukan monitoring agar eliminasi
parasit dapat terawasi. Untuk hewan yang dicurigai baru tertular dilakukan
pemberian obat cacing secepatnya, setelah dua minggu diikuti terapi
selanjutnya seperti diatas. Jika pemilik hewan baru mendapatkan anak
kucing baru, hendaknya bertanya soal riwayat pemberian obat cacing pada
anak kucing tersebut. (http://www.profender.no/index.php)
7. Pencegahan
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara pemberian obat
cacing secara teratur, higienitas pakan dan lingkungan, dan kontrol
terhadap populasi hospes intermedier dan paratenik. Pemeriksaan feses
harus dilakukan segera setelah anak kucing lepas masa sapih; 4 – 8 minggu
setelah treatment berakhir; pemeriksaan reguler setahun sekali, dan
17
sebelum betina dikawinkan. Pemberian obat cacing hendaknya dilakukan
minimal 1 tahun sekali. (http://www.profender.no/index.php)
18
C. Kerangka Teori
Tanah
Keberadaan
kandang
Infeksio
Toxocara
pada kucing
Kondisi tempat
berak kucing
Perilaku kucing
D. Kerangka Konsep
Perilaku
perawatan
kucing
Infeksi Toxocara sp pada
kucing
Download