1 hubungan antara kondisi fisik rumah dan tingkat pendapatan

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN TINGKAT PENDAPATAN
KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA MARINSOUW
DAN PULISAN KABUPATEN MINAHASA UTARA.
Marten Jeis Takoes*, Grace D. Kandou*, Paul A.T. Kawatu*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
atau lebih dari saluran napas, ISPA merupakan penyakit infeksi yang paling sering dijumpai pada
masyarakat. Balita merupakan kelompok umur yang sangat rentan terkena penyakit ISPA. Penyakit
ISPA di Provinsi Sulawesi Utara merupakan penyakit dengan distribusi tertinggi selama tahun 2014 –
2016. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dan Tingkat
Pendapatan Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Marinsouw dan Pulisan Kabupaten
Minahasa Utara. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian Cross
Sectional Study yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2017. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah total populasi balita di desa Marinsouw dan Pulisan pada bulan Maret
2017. Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan CI=95% dan α=0,05. Hasil Uji statistik
menunjukan bahwa variabel kondisi ventilasi (p=0,001) dan Kondisi Lantai Rumah (p=0,015)
memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita. Sedangkan variabel Kondisi Dinding Rumah
(p=0,526) dan Tingkat Pendapatan Keluarga (p=0,791) tidak berhubungan dengan Kejadian ISPA
pada Balita.
Kata Kunci: ISPA, Kondisi Fisik Rumah, Pendapatan Keluarga
ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute infectious disease that attacks one or more of the
respiratory tract. ARI is a most common infectious disease in the society. Toddler is a group of ages
that is very susceptible to ARI disease. The ARI disease in North Sulawesi province is a disease with
the highest distribution in 2014-2016. This research was done to discover the correlations between the
house physical condition and household income level with ARI on toddlers in Marinsouw and Pulisan
villages North Minahasa district. The research type is Analytical observational with Cross Sectional
Study research design, and conducted from March to July 2017. The sample that used in this research
are the number of toddler populations in Marinsouw and Pulisan in March 2017. The data analytical
used Chi Square test with CI=95% and α=0,05. Statistical test results showed that the variable of
Ventilation Conditions (p=0,001) and the House Floor Condition (p = 0.015) have correlations with
ARI on toddlers. While the variables of House Wall Condition (p = 0,526) and the Household Income
Level (p = 0,791) has no correlation with ARI on toddlers.
Keywords: ARI, House Physical Condition, Household Income
1
PENDAHULUAN
bahwa
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
peringkat teratas dari distribusi jenis
adalah
penyakit yang ada di Minahasa Utara
penyakit
infeksi
akut
yang
penyakit
ISPA
menyerang salah satu bagian atau lebih
dengan
dari saluran napas, mulai hidung sampai
46.731(Profil Dinkes Minut, 2017). Data
alveoli temasuk andeksanya (Depkes,
ini juga didukung laporan puskesmas
2004).
Likupang Timur yang menunjukan ISPA
Laporan
menunjukan
WHO
bahwa
tahun
angka
2008
perinatal
masih
jumlah
menduduki
kasus
merupakan
sebanyak
penyakit
yang
mortality rate (PMR) akibat ISPA bagian
menduduki urutan paling atas dengan
bawah (pneumonia) pada balita Indonesia
jumlah pada tahun 2015 sebanyak 6.684
adalah 22%. Diperkirakan 10 juta anak
kasus, dan pada tahun 2016 meningkat
yang
menjadi 8247 kasus.
meninggal
tiap
tahun
yang
disebabkan oleh Diaare, HIV /AIDS,
Observasi awal yang telah dilakukan
Malaria, dan ISPA (WHO,2007).
Berdasarkan
hasil
laporan
oleh peneliti menunjukan bahwa sebagian
Riset
besar masyarakat di Desa Marinsouw dan
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
Pulisan memiliki rumah yang masuk
tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia
dalam kategori semi permanen, dan
sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi
masyarakat di kedua Desa ini juga
terjadi pada bayi berusia 2 tahun (>35%)
berprofesi atau mata pencaharian yang
(RISKESDAS, 2007). Penyakit ISPA
beragam, yang pastinya secara tidak
pertama diawali dengan suhu tubuh panas
langsung
kemudian disertai batuk, dan sering nyeri
tingkat pendapatan keluarga. Berdasarkan
tenggorokan, pilek, sesak napas, mengi
uraian diatas maka peneliti tertarik untuk
atau kesulitan bernapas.
meneliti
tentang
kondisi
fisik
Data Surveilens Berbasis Puskesmas
Provinsi
Sulawesi
Utara
akan
berpengaruh
terhadap
“Hubungan
rumah
dan
antara
tingkat
menunjukan
pendapatan keluarga dengan kejadian
bahwa pada tahun 2014, penyakit ISPA
ISPA pada balita di desa Marinsouw dan
(influenza) 62.642 kasus, tahun 2015
Pulisan kabupaten Minahasa Utara”.
63.839 dan pada tahun 2016, meningkat
menjadi 73.225 kasus (Profil Dinkes
METODE PENELITIAN
Sulut, 2016) .
Penelitian
ini
menggunakan
Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa
penelitian
survey
Utara tahun 2015 melaporkan menunjukan
rancangan
penelitian
2
analitik
metode
dengan
Cross-sectional.
Penelitian
dengan
rancangan
Cross
HASIL PENELITIAN
sectional adalah suatu penelitian untuk
Analisis Univariat
mempelajari dinamika atau korelasi antara
Tabel 1. Gambaran Kejadian ISPA pada
faktor-faktor risiko dan dampak atau
Balita
efeknya. Faktor risiko dan dampak atau
No
1
2
efaknya diobservasi pada saat yang sama.
Artinya
setiap
subjek
penelitian
Kejadian ISPA
Mengalami ISPA
Tidak Mengalami
ISPA
Total
n
65
27
%
70,7
29,3
92
100
diobservasi hanya satu kali saja dan faktor
Diketahui bahwa balita yang mengalami
risiko serta dampak diukur menurut
ISPA sebanyak 65 balita (70,7)
keadaan atau status pada saat diobservasi
Tabel 2. Gambaran Kondisi Ventilasi
(Budiharto, 2008).
No
1
2
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
Balita yang terdaftar di Desa Marinsouw
pada penelitian ini adalah tolal populasi
kamar balita masuk dalam kategori Tidak
yang berjumlah 120 Balita.
Memenuhi Syarat, yaitu sebanyak 69
Analisis data yang digunakan
rumah (75,0%).
terbagi menjadi 2 macam, yaitu: analisis
untuk
Tabel 3. Gambaran Kondisi Dinding
mendeskripsikan
Rumah
masing-masing variabel penelitian dalam
No
bentuk tabel distribusi, frekuensi dan
1
2
Total
presentase. Analisis Bivariat: digunakan
untuk menganalisis
variabl
Hubungan
bebas/independen
n
%
69 75,0
23 25,0
Total
92 100
Diketahui bahwa sebagian besar ventilasi
dan Pulisan pada bulan maret, dan sampel
Univariat:
Kondisi Ventilasi
Tidak Memenuhi
Syarat
Memenuhi Syarat
antara
Kondisi Dinding
Rumah
Kurang Baik
Baik
n
%
71
21
92
77,2
22,8
100
Diketahui bahwa karakteristik dinding
(kondisi
rumah dari responden yang masuk dalam
ventilasi, kondisi dinding rumah, kondisi
kategori Baik (permanen) yaitu sebanyak
lantai rumah, dan tingkat pendapatan
71 rumah (77,2%),
keluarga) dan variabel terikat / dependen
Tabel 4. Gambaran Kondisi Lantai Rumah
(kejadian ISPA pada Balita). kejadian
No
ISPA menggunakan uji statistik chi square
(x2). Nilai Confidence interval (CI) = 95%
1
2
Total
dan tingkat kesalahan 5% (α = 0,05). Hasil
analisis bivariat dinyatakan bermakna jika
nilai probabilitas (p) < α
3
Kondisi Lantai
Rumah
Kurang Baik
Baik
n
%
70
22
92
76,1
23,9
100
Diketahui bahwa sebanyak 70 rumah
ventilasi kamar memenuhi syarat, balita
(76%) masuk dalam kategori lantai rumah
tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil
yang kurang baik (Tanah dan Semen).
uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001,
Tabel 5. Gambaran Tingkat Pendapatan
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
Keluarga
ditolak yang artinya ada hubungan antara
No
Tingkat
Pendapatan
1
Rendah
2
Tinggi
Total
Dikethui bahwa tingkat
n
kondisi ventilasi dengan kejadian ISPA
%
pada balita di Desa Marinsow dan Pulisan
56
60,9
36
39,1
92
100
pendapatan
Kabupaten Minahasa Utara.
Tabel 7. Hubungan antara Kondisi
Dinding Rumah dengan Kejadian
keluarga paling banyak berada pada
ISPA pada Balita di Desa
kategori rendah (<Rp.2.598.000 per bulan)
Marinsouw dan Pulisan
yaitu 56 keluarga (60,9%).
Kabupaten Minahasa Utara
Analisis Bivariat
Tabel 6.
Hubungan
Ventilasi
antara
dengan
kondisi
Kejadian
ISPA pada Balita di Desa
Marinsouw
dan
Pulisan
Kabupaten Minahasa Utara
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa
sebanyak 16 dari 21 (76,2%) rumah
dengan kategori dinding tidak baik, balita
mengalami ISPA, dan 22 dari 71 (30,9)
rumah yang memiliki dinding dengan
kategori baik, balita tidak mengalami
ISPA. Berdasarkan hasil uji Chi Square
diperoleh nilai p=0,526, sehingga dapat
Berdasarkan data pada tabel 6, dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima yang
dilihat bahwa sebanyak 55 dari 69 (79%)
artinya tidak ada hubungan antara kondisi
rumah yang memiliki ventilasi kamar
dinding rumah dengan kejadian ISPA
dengan kategori tidak memenuhi syarat,
pada balita di Desa Marinsow dan Pulisan
balita mengalami ISPA, dan sebanyak 13
Kabupaten Minahasa Utara.
dari 23 (52,6%) rumah dengan kategori
4
Tabel 8. Hubungan antara Kondisi Lantai
Tabel 9. Hubungan
antara
Tingkat
Rumah dengan Kejadian ISPA
Pendapatan Keluarga dengan
Pada Balita di Desa Marinsouw
Kejadian ISPA pada Balita. di
dan Pulisan Kabupaten Minahasa
Desa Marinsouw dan Pulisan
Utara
Kabupaten Minahasa Utara
Pada tabel 8 menunjukan sebanyak 54 dari
Tabel 9 menunjukan sebanyak 39 dari 56
70 rumah (77,2%) kondisi lantai dengan
(69,6%)
kategori Tidak Baik balita mengalami
pendapatan
ISPA dan 11 dari 22 rumah (50,0%)
balitanya mengalami ISPA dan 10 dari 36
kondisi lantai dengan kategoti Baik balita
(72%) keluarga yang memiliki pendapatan
tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil
tinggi balitanya tidak mengalami ISPA.
uji Chi Square diperoleh nilai p=0,015,
Berdasarkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
diperoleh nilai p=0,791, sehingga dapat
ditolak yang artinya ada hubungan antara
disimpulkan bahwa H0 diterima, yang
kondisi lantai rumah dengan kejadian
berarti bahwa tidak ada hubungan antara
ISPA pada balita di Desa Marinsow dan
dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Pulisan Kabupaten Minahasa Utara.
Marinsow
keluarga
yang
dengan
hasil
dan
memiliki
kategori
uji
Pulisan
Chi
rendah,
Square
Kabupaten
Minahasa Utara.
PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukan
distribusi
balita
yang
mengalami ISPA sebanyak 65 (70,7%)
dari total keseluruhan balita yang menjadi
sampel penelitian, dan balita yang tidak
mengalami ISPA sebanyak
5
27(29,3%).
Kategori usia balita yang paling banyak
pathogen
ditemui adalah balita pada usia > 12 bulan
menyebabkan ISPA pada Balita. Hasil ini
dengan frekuensi 67 (72,8%) balita. Untuk
sejalan dengan penelitian yang telah
kategori jenis kelamin, paling banyak
dilakukan oleh Fillacano (2013) yang
ditemui adalah jenis kelamin perempuan
menyatakan bahwa ada hubungan antara
dengan
54(58,7%),
luas ventilasi kamar dengan kejadian
sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki
ISPA pada balita dengan nilai p=0,019
sebanyak 38(41,3%).
(<0,05). Salah satu fungsi dari ventilasi
frekuensi
sebesar
dalam
ruangan
sehinga
Ventilasi memiliki peranan yang sangat
yang tak kalah penting adalah fungsi
penting terhadap kejadian penyakit ISPA
untuk membebaskan udara udara dalam
pada penghuni rumah, ventilasi yang
ruangan dari kuman pathogen yang dapat
memenuhi
menyebabkan
syarat
kesehatan
adalah
penyakit
(Notoatmodjo
ventilasi yang memiliki luas ≥10% dari
2007).
luas
dilakukan
peneliti
menunjukan bahwa ada hubungan antara
masyarakat
belum
kondisi ventilasi dengan kejadian ISPA
pentingnya keberadaan ventilasi didalam
pada balita. Hal ini sesuai dengan keadaan
rumah. Sebagian masyarakat yang hanya
di desa Marinsouw dan Pulisan, dimana
menggunakan
sebagian besar dari rumah responden
ventilasi, bahkan ada juga masyarakat
memiliki kondisi ventilasi yang tidak
yang tidak memiliki ventilasi pada kamar
memenuhi syarat kesehatan, kemungkinan
tidur mereka. Sirkulasi udara yang tidak
yang
lancar dan kondisi ruangan yang lembab
lantai.
Hasil
terjadi
menganggap
analisis
adalah
kondisi
statistik
masyarakat
observasi
yang
sebagian
besar
terlalu
jendelanya
menyadari
sebagai
yang
akan mempermudah bakteri dan virus
mereka punya tidak akan berdampak
ISPA untuk berkembang, dan dapat
terhadap
pada
menular dari anggota keluarga yang
ventilasi
dari
mengalami ISPA kepada anggota keluarga
dikategorikan
tidak
kejadian
penghuninya,
responden
jenis
yang
ventilasi
Berdasarkan
penyakit
yang sehat.
memenuhi syarat bukan hanya karena
Analisis hubungan antara kondisi
ukurannya <10% dari luas lantai, namun
dinding rumah dan kejadian menunjukan
tidak sedikit juga dari rumah responden
bahwa tidak ada hubungan antara kondisi
yang sama sekali tidak memiliki ventilasi
dinding rumah dengan kejadian ISPA
pada kamar tidurnya, hal inilah yang
pada balita. Masyarakat Desa Marinsouw
menyebabkan
dan Pulisan sudah banyak yang memiliki
meningkatnya
bakteri
6
rumah dengan keadaan dinding permanen
kondisi lantai rumah dengan kejadian
yang berarti bahwa risiko kejadian ISPA
ISPA
dapat
masyarakat desa Marinsow dan Pulisan
pada
balita.
Sebagian
besar
Hasil ini sejalan dengan penelitian
masih memiliki rumah dengan jenis lantai
yang dilakukan oleh Lingga, dkk (2014)
tidak permanen (tanah dan semen) jenis
menunjukan
lantai ini akan mempermudah timbul dan
bahwa
tidak
terdapat
hubungan antara kondisi dinding rumah
berkembangnya
dengan kejadian ISPA pada balita (0,073).
penyakit pernapasan.
Menurut Notoatmodjo (2007) Ventilasi
Rumah
mempunyai.
Fungsi
penyakit
terutama
Hasil penelitian ini sejalan dengan
untuk
penelitian
oleh
Padmonobo
(2012),
menjaga agar aliran udara dalam rumah
menyatakan bahwa kondisi lantai rumah
tetap segar sehingga keseimbangan O2
berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada
tetap terjaga, dan untuk membebaskan
balita (p=0,003). Rumah dengan kondisi
udara dari bakteri-bakteri terutama bakteri
lantai
pathogen dan menjaga rumah agar selalu
kontribusi yang besar terhadap penyakit
berada dalam kondisi kelembaban yang
ISPA, karena debu yang dihasilkan dari
optimum. Ini berarti ketika ventilasi tidak
lantai tanah akan terhirup dan menempel
memenuhi
syarat,
tidak
permanen
mempunyai
maka
akan
pada saluran pernapasan (Notoatmodjo,
O2
dalam
2012). Rumah dengan jenis lantai semen
meningkatkan
CO2,
dan tanah, akan meningkatkan keberadaan
kurangnya ventilasi juga akan membuat
debu, dan mikroorganisme patogen dalam
ruangan
rumah yang kemudian akan menyebabkan
menyebabkan
ruangan
dan
kurangnya
menjadi
lembab
sehingga
mempermudah timbul dan berkembang
ISPA pada balita,
bakteri-bakteri terutama bakteri pathogen
Pendapatan
keluarga
dapat
diudara yang dapat berisiko menyebabkan
berpengaruh secara tidak langsung dengan
ISPA.
kejadian ISPA pada balita, keluarga yang
Kondisi lantai rumah dikategorikan
berdasarkan
unuk
untuk
memenuhi
meningkatkan debu dan mikroorganisme
untuk
mendukung
dalam
akan
supaya anak terhindar dari berbagai
menjadi faktor risiko terjadinya ISPA
penyakit. Acuan yang digunakan dalam
pada
statistik
pengambilan data penghasilan keluarga
menunjukan bahwa ada hubungan antara
adalah UMP provinsi Sulawesi Utara
rumah
balita.
potensinya
memiliki pendapatan rendah akan sulit
yang
Hasil
kemudian
analisis
7
kebutuhan
anaknya
petumbuhan
dan
tahun 2017 senilai Rp.2.598.000. Hasil
hubungan antara kondisi Ventilasi dan
analisis menunjukan tidak ada hubungan
Kondisi Lantai Rumah dengan Kejadian
antara
ISPA pada Balita, sedangkan Kondisi
tingkat
pendapatan
keluarga
terhadap kejadian ISPA pada balita.
Dinding Rumah dan Tingkat Pendapatan
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Keluarga tidak memiliki hubungan dengan
yang dilakukan oleh Tandipayuk (2015)
Kejadian ISPA pada balita.
yang menunjukan hasil bahwa tidak
terdapat hubungan antara status ekonomi
SARAN
keluarga
Masyarakat
dengan
kejadian
ISPA.
diharapkan
agar
Berdasarkan observasi yang dilakukan
meningkatkan
selama penelitian, menunjukan bahwa
pentingnya masalah penyakit ISPA, faktor
sebagian besar dari responden masyarakat
penyebab dan dampak yang dapat terjadi
desa Marinsow dan Pulisan tidak memiliki
akibat ISPA agar dapat berperilaku lebih
pekerjaan
kemudian
sehat terkait dalam pola asuh terhadap
berpengaruh pada penghasilan keluarga.
balita. Keluarga juga harus aktif dalam hal
Keadaan ini menyebabkan data tentang
pemeliharaan lingkungan rumah untuk
tingkat pendapatan yang diberikan oleh
mendukung upaya penyehatan lingkungan
responden tidak menentu, banyak dari
fisik rumah. Penelitian ini hanya melihat
responden yang hanya memperkirakan
hubungan antara tiga bagian dari kondisi
pendapatan tiap bulannya. kemungkinan
fisik rumah, yaitu, ventilasi dinding dan
hal
lantai rumah. Bagi peneliti selanjutnya
ini
tetap,
adalah
hal
ini
salah
satu
yang
pengetahuan
dapat
untuk
tentang
menyebabkan variabel tingkat pendapatan
diharapkan
keluarga tidak ada hubungan dengan
penelitian
kejadian ISPA pada balita. Pendapatan
lingkungan lainnya dengan kejadian ISPA
merupakan salah satu wujud dari sumber
pada balita.
terkait
mengembangkan
dengan
faktor
daya, pendapatan ini yang kemudian akan
menjadi
perilaku,
faktor
yang
khususnya
DAFTAR PUSTAKA
mempengaruhi
perilaku
Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian
yang
Kesehatan dengan contoh bidang
berhubungan dengan kesehatan.
Ilmu kesehatan Gigi. Jakarta:
EGC
KESIMPULAN
Berdasarkan
dilakukan
penelitian
menunjukan
yang
telah
bahwa
ada
Depkes RI, 2004. Informasi tentang ISPA
pada
8
Balita
dan
Pusat
Penyuluhan
Kesehatan
Notoatmodjo.
Masyarakat.
2007.
Masyarakat
Departemen Kesehatan RI. 2009.
Ilmu
Kesehatan
dan
Seni.
Jakarta: Rineka Cipta
Pedoman Tatalaksana Pneumonia
Notoatmodjo,
Balita. Jakarta: DepkesRI
S.
2012.
Masyarakat:
Dinkes Sulut. 2017. Profil Kesehatan
ilmu
Kesehatan
dan
seni.
Jakarta : PT. Adi Mahasatya.
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah
Nurhidayati
Sulawesi Utara.
dan
Nurfitriah,
2009.
lingkungan fisik rumah dengan
Djafar, S. 2012. Hubungan Kondisi
kejadian penyakit ispa pada balita
fisikRumah dan Sosial Ekonomi
di
Keluarga
karangnongko kabupaten klaten
dengan
Kejadian
wlayah
kerja
puskesmas
Penyakit ISPA pada Balita. UNG:
tahun 2009
kesehatan Masyarakat
Diakses pada 26 maret 2017.
Diakses pada 27 maret 2017
Online:
Online:http://kim.ung.ac.id/index.
http://id.portalgaruda.org/?ref=bro
php/KIMFIKK/article/viewFile/2
wse&mod=viewarticle&article=1
711/2687
53469
Dinkes Minut. 2017.Profil Kesehatan
Dinas
Kesehatan
Padmonobo, H. 2012. Tentang Hubungan
Kabupaten
Faktor-Faktor Lingkungan Fisik
Minahasa Utara.
Rumah
Fillacano, R. 2013. Hubungan Lingkungan
Dengan
Pneumonia
Pada
Kejadian
Balita
Di
Dalam Rumah Terhadap Ispa
Wilayah
Kerja
Pada Balita Di Kelurahan Ciputat
Jatibarang
Kabupaten
Kota Tanggerang Selatan Tahun
Semarang:
2013. Skripsi. Jakarta : Fakultas
Diponegoro. Diakses pada: 25
Kedokteran dan Kesehatan. UIN
juni 2017.
Syarif Hidayatullah. Diakses pada
Online:
28 juni 2017.
http://ejournal.undip.ac.id/index.p
Online:
hp/jkli/article/view/5031
http://repository.uinjkt.ac.id/dspac
Tandipayuk
e/handle/123456789/24284
A,D,S.
Puskesmas
Brebes.
Universitas
2015.
Hubungan
antara faktor ibu, anak dan
Lingkungan
ISPA pada
9
dengan
kejadian
anak balita di
puskesmas
Surabaya.
Pakis
Prodi
Surabaya.
Pendidikan
dokter. Universitas Katolik Widya
Mandala. Diakses pada 23 juni
2017.
Online:
repository.wima.ac.id/5035/1/AB
STRAK.pdf
Winardi,dkk. 2014. Hubungan antara
kondisilingkungan rumah dengan
kejadian ispa pada anak balita di
wilayah kerja puskesmas sario
kecamatan
kota
manado.
UNSRAT: fkm.
Diakses pada 25 maret 2017.
Online:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.p
hp/jikmu/article/view/7185
WHO.
2007.
Pencegahan
pengendalian
infeksi
dan
Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) yang
cenderung menjadi epidemic dan
pandemic di fasilitas pelayanan
kesehatan. Geneva . ahli bahasa :
Trust indonesia.
Diakses pada tanggal 28 maret
2017. Online :
http://www.who.int/csr/resources/
publicatons/WHO_CDS_EPR_20
07_8bahasa.pdf
10
Download