laporan penelitian dosen yayasan pengaruh inisiasi menyusu dini

advertisement
LAPORAN PENELITIAN
DOSEN YAYASAN
PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN
SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BPM “Y” KOTA
BUKITTINGGI TAHUN 2015
Peneliti:
Yeltra Armi, S.SiT, M.Biomed
Dana bersumber dari Institusi STIKes Prima Nusantara 2015
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
STIKES PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun
2015”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis menyelesaikan laporan penelitian ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed, selaku Ketua STIKes Prima
Nusantara Bukittinggi.
2. Para Staf dosen STIKes Prima Nusantara yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu.
3. Kepada staf administrasi dan unit penunjang STIKes Prima Nusantara.
4. Kepada BPS “Y” yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
5. Kepada para Responden penelitian yang telah bersedia berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan laporan ini dimasa yang akan datang.
Bukittinggi, Juli 2015
Penulis
Nama
: Yeltra Armi, S.SiT, M.Biomed
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik
Judul Skripsi : Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun
2015.
xiv + 52 halaman + 4 tabel + 2 skema + 7 lampiran
ABSTRAK
Mayoritas bayi baru lahir terlahir normal dan sehat, bayi tersebut tidak
memerlukan intervensi setelah pelahiran, selain dikeringkan dengan handuk
hangat dan melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu mereka. Data yang
diperoleh dari RSUD dr. Achmad Mochtar pada tahun 2014, didapatkan data
bahwa kejadian hipotermia sebanyak 1,7%, bayi baru lahir sebanyak 2,6%, dan
asfiksia sebanyak 4,9%. Salah satu penanganan kehilangan panas (hipotermi)
salah satunya dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Penelitian ini
bertujuan Untuk mengetahui apakah ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap
pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir di BPM “Y” kota bukittinggi tahun
2015. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian secara quasi
eksperimen. Cara pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data
dikumpulkan dengan cara observasi, dan uji paired t-test secara komputerisasi.
Dari pengolahan data yang dilakukan, didapatkan nilai p= 0,001. Dapat di
jelaskan secara statistic ada hubungan yang signifikan antara pengaruh inisiasi
menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada peningkatan suhu setelah dilakukan IMD. Di harapkan
pada bidan nantinya untuk melakukan IMD kepada bayi baru lahir agar terhindar
dari hipotermi.
Kata kunci
Referensi
: Pengaruh IMD, Suhu Tubuh
: 18 (2004-2014)
Name
Study Program
Thesis Title
: Yeltra Armi, S.SiT, M. Biomed
: D IV Midwifery Educator
: The effect of early breastfeeding initiation to changes in body
temperature of newborn babies in BPM “Y” town bukittinggi
2015.
xiv + 52 pages + 4 table + 2 scheme + 7 attachment
ABSTRACT
The majority of newborns are born normal and healthy, the baby does not
require internention after delivery, in addition to dried with a towel warner and
perform skin contact with their mothers. Data obtained from dr. Achmad Mochtar
Hospital in 2014, obtained the data that the incidence of hypothermia as much as
1.7%, the newborn as much as 2.6%, and asphyxia as much as 4.9%. One
handling the heat loss (Hypothermia), one of them with early breastfeeding
initiation (IMD). This study aims to determine whether there is influence of early
breastfeeding inititiation to the prevention of hypothermia in newborns in BPM
“Y” cities bukittinggi 2015. This research type is a quantitative research design
is quasi experimental. The sampling method accidental sampling. Data collected
by observation and paired t-test is komputerisasi. From data processing is done, p
value=0,0001. Can be explained statistically significant relationship between the
effects of early breastfeeding initiation to the prevention of hypothermia in
newborns. This study shows that there is an increase in temperature after IMD.
Expected to midwife later to IMD in newborns to avoid hypothermia.
Keyword
Reading List
: The Effect of early breastfeeding initiation, Changes in body
temperature
: 18 (2004-2014)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
ABSTRAK...................................................................................................
ABSTRACK ................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR SKEMA ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................
C. Batasan Masalah ................................................................................
D. Rumusan Masalah ..............................................................................
E. Tujuan ................................................................................................
F. Manfaat ..............................................................................................
1
1
6
6
6
7
7
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................
A. Tinjauan Teori ....................................................................................
B. Kerangka Teori……........ ...................................................................
C. Kerangka Konsep …….......................................................................
D. Hipotesa Penelitian……........ .............................................................
E. Defenisi Operasional ..........................................................................
9
9
33
34
34
35
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
A. Jenis dan Desain Penelitian ...............................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
C. Populasi dan Sampel .........................................................................
D. Etika Penelitian ..................................................................................
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ........................................................
F. Prosedur Pengolahan Data Penelitian ..................................................
36
36
36
36
38
39
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................
A. Hasil Penelitian...................................................................................
B. Pembahasan ........................................................................................
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................................
44
44
46
49
BAB V PENUTUP ......................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
51
51
51
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Operasional………………………………………… 34
Tabel 4.1 Rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan IMD di BPM “Y” kota
bukittinggi tahun 2015………………...................................
42
Tabel 4.2 Rata-rata suhu bayi seelah dilakukan IMD di BPM “Y” kota
bukittinggi tahun 2015………………………………………… 42
Tabel 4.3 Pengaruh IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir sebelum
IMD dan setelah dilakukan IMD di BPM “Y” kota bukittinggi tahun
2015……….………………………………………………...... 43
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Kerangka Teori.........................................................................
32
Skema 2.2
Kerangka Konsep .....................................................................
32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ganchart
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Lembar Cheklist
Lampiran 5 Master Tabel
Lampiran 6 Hasil Pengolahan dan Analisis Data
Lampitan 7 Izin Penelitian LPPM STIKes Prima Nusantara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah
satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas
keadaan masyarakat yang belum terlaksana (Sarwono, 2010).
Berdasarkan penelitian WHO seluruh dunia, terdapat kematian bayi
khususnya neonatus sebesar 4.000.000 jiwa/tahun. Kematian bayi tersebut
terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut
adalah bayi di Negara Indonesia (Poltekes Pontianak, 2010).
Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menyebutkan angka kematian bayi (AKB) yaitu 32 per 1.000
kelahiran hidup. Namun angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih
tetap tergolong tinggi jika di bandingkan dengan Negara-negara ASEAN
seperti Singapura (3 per 1000 kelahiran hidup), Malaysia (10 per 1000
kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1000 kelahiran hidup), Vietnam
(18 per 1000 kelahiran hidup), dan Thailand (20 per 1000 kelahiran hidup).
Beberapa penyebab kematian bayi dikarenakan 29% Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), 27% asfiksia, 10% tetanus, 5% infeksi, 6% masalah
hematologi, 10% masalah pemberian minuman, dan lain-lain sebanyak 27%
(SDKI, 2012).
1
STIKes Prima Nusantara
2
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterine. (Dewi, 2011: h.1).
Di Kota Padang tahun 2013 bayi lahir hidup berjumlah 17.767 naik
dibanding tahun 2012 sebesar 16.805 jiwa. Kasus bayi lahir mati adalah 64
bayi naik dibanding tahun 2012 sebanyak 35 bayi, dan untuk kematian umur
0-7 hari sebanyak 62 bayi (Dinkes Sumbar 2013).
Tujuan dari pembangunan MDGs ini juga tertuang dalam beberapa
target, salah satunya adalah menurunkan angka kematian anak. Indikator
keberhasilan target ini adalah menurunkan angka kematian bayi sebanyak
2/3 dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (Stalker, 2008).
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan.
Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainankelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat
mengakibatkan cold
stress yang selanjutnya
hipoksemia atau hipoglikemia
dapat
mengakibatkan
dan mengakibatkan kerusakan otak
(Prawirohardjo, 2006).
Kematian bayi baru lahir umumnya disebabkan oleh bblr, asfiksia,
infeksi dan hipotermi. Komalasari sari 2007 mengemukakan bahwa di
Indonesia pada periode 2005-2007 penurunan angka kematian neonatal
STIKes Prima Nusantara
3
yakni kematian bayi umur <1 bulan masih rendah yaitu dari 28,8 per 1000
kelahiran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (Komalasari, 2007).
Mayoritas bayi baru lahir terlahir normal dan sehat, bayi tersebut tidak
memerlukan intervensi setelah pelahiran, selain dikeringkan dengan handuk
hangat dan melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu mereka. Meskipun
kelahiran dan persalinan berjalan lancar, bayi masih perlu diamati pada saat
ini untuk memastikan bahwa pernapasan normal, suhu tubuh stabil, serta
bayi aktif dan responsif (Fraser, 2011).
Pada keadaan normal, suhu tubuh bayi lahir mempunyai nilai variasi
normal tergantung waktu pengukuran. Suhu tertinggi didapat saat sore
menjelang malam hari antara pukul 17.00-19.00 WIB dan suhu terendah
didapat saat tengah malam menjelang subuh antara pukul 02.00-06.00 WIB
(Wiwik, 2010, p.4).
Bayi menjalani berbagai perubahan biologis selama jam dan hari
pertama setelah lahir. Walaupun kebanyakan bayi dapat menjalani
penyesuaian yang dibutuhkan untuk hidup diluar rahim, tanpa banyak
kesulitan, tetapi kesehatannya tergantung pada perawatan yang diterimanya
(Jensen, 2005).
Menurut Kemenkes RI 2012, sesuai target MDG’s, AKB harus
diturunkan sampai 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Pada tahun
2007 Angka kematian bayi di sumatera barat pada tahun 2007 sebesar 32 per
1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 menurun sebesar 27 per 1000
kelahiran hidup (Kemkes, 2012).
STIKes Prima Nusantara
4
Salah satu penanganan kehilangan panas (hipotermi) salah satunya
dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini
merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi, tetapi
bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada
ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan putting susu
ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh
ditunda dengan kegiatan menimbang, memandikan, mengukur atau
pemberian vitamin K dan obat tetes mata. Bayi juga tidak boleh dibersihkan,
hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to
skin antara bayi dan ibu. Biarkan bayi di dada ibu selama 1 jam bahkan
sampai dapat menyusu sendiri (Muslihatun, 2010).
Orang dewasa dapat menghasilkan panas dari menggigil, sementara
bayi baru lahir menggunakan termogenesis non-menggigil dengan
menggunakan cadangan lemak cokelat mereka. Selama metabolism lemak
cokelat, oksigen dikonsumsi dan hal ini dapat menyebabkan perubahan pola
pernapasan, biasanya meningkatkan frekuensinya. Selain itu, bayi mungkin
akan terlihat pucat dan bercak-bercak dan mungkin tidak mau menyusu
(Fraser, 2011).
Kulit ibu bersalin berfungsi sebagai incubator, karena lebih hangat dari
pada kulit ibu yang tidak bersalin. Secara otomatis dapat mempengaruhi
suhu bayi baru lahir yang rentan mengalami kehilangan panas. Ini berarti,
dengan IMD resiko kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir yang
akan menimbulkan kematian dapat dikurangi (Muslihatun, 2010).
STIKes Prima Nusantara
5
Namun pada kenyataannya, tidak semua bayi baru lahir memiliki
kesempatan untuk melakukan IMD, bayi langsung dibungkus kain hangat
dan terkadang terpisah dari sang ibu. Padahal IMD merupakan salah satu
program yang gencar dianjurkan oleh pemerintah, karena banyak manfaat
yang diperoleh dari IMD.
Berdasarkan survei awal yang telah di lakukan peneliti di 2 tempat
yaitu BPM “Y” didapatkan data bahwa setiap bayi baru lahir dilakukan
IMD, sedangkan data yang diperoleh dari RSUD Achmad Mochtar pada
tahun 2014, didapatkan data bahwa kejadian hipotermia sebanyak 1,7%,
bayi baru lahir sebanyak 2,6%, dan asfiksia sebanyak 4,9%. Di RSUD
Achmad Mochtar tidak dilakukan IMD apabila ada penyebab seperti bblr
dan asfiksia.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi
Tahun 2015”.
B.
Identifikasi Masalah
1. Kematian bayi umumnya disebabkan oleh bayi baru lahirr, asfiksia,
infeksi dan hipotermi.
2. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehingga menyebabkan
kelainan seperti hipotermi.
STIKes Prima Nusantara
6
3. Tidak semua bayi baru lahir mendapatkan kesempatan untuk melakukan
IMD .
4. Kejadian hipotermia di RSUD Achmad Muchtar sebanyak 1,7% dan Di
RSUD Achmad Muchtar tidak dilakukan IMD apabila ada penyebab
seperti bblr dan asfiksia.
C.
Batasan Masalah
Karena adanya Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini dengan suhu tubuh
bayi baru lahir, apakah ada pengaruh IMD dengan suhu tubuh bayi baru
lahir tersebut, maka penulis membatasi penelitian hanya pada pengaruh IMD
dengan suhu tubuh bayi baru lahir.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan
masalah “Apakah ada Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap suhu
tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015 ?
E.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
suhu tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada
kelompok intervensi di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015.
STIKes Prima Nusantara
7
b. Rata-rata suhu tubuh bayi sesudah dilakukan inisiasi menyusu dini
pada kelompok intervensi di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015.
c. Pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu tubuh bayi baru lahir
dilakukan intervensi antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini
di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015.
F.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Jika ditemukan pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu tubuh
bayi baru lahir, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
perbendaharaan baru dalam ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan Pelaksana Pelayanan Kesehatan)
Diharapkan penelitian ini agar bidan dapat melakukan IMD untuk
menghindarkan terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir.
3. Bagi Ibu Masyarakat, khususnya ibu melahirkan
Dapat memberikan informasi untuk ibu agar mengetahui tentang
hipotermia dan pengaruhnya terhadap bayi.
STIKes Prima Nusantara
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
a.
Defenisi Suhu Tubuh
Adaptasi pengaturan suhu merupakan proses penyesuaian pusat
pengaturan suhu di hypothalamus yang belum berkembang, walaupun
sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah
kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat
badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable
terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat
terpengaruh oleh suhu lingkungan (Muslihatun, 2010).
Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu
tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Adapun
keadaan bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan
dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.
Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya.
Pembentukan
suhu
tanpa
menggigil
ini
merupakan
hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
STIKes Prima Nusantara
9
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
seorang bayi baru lahir. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
dan
asidosis.
merupakan
Sehingga
prioritas
upaya
utama
pencegahan kehilangan panas
dan
bidan
berkewajiban
untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir (Hapsari, 2009).
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasika terjadinya infeksi,
sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal
sekitar 36,5 0C - 37 0C.
Adapun proses mekanisme kehilangan panas (hipotermia) menurut
(Muslihatun, 2010) pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui proses
konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi:
1. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak. (jumlah panas yang hilang tergantung kepda kecepatan
dan suhu udara.
STIKes Prima Nusantara
10
2. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara
merubah cairan menjadi uap)
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir , keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek
yang mempunyai suhu berbeda).
4. Konduksi
Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (pemindahan panas dari
tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir
belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan
kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami
hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami
kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan
dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat
(Muslihatun, 2010). Cegah kehilangan panas (hipotermi) pada bayi
baru lahir dengan upaya antara lain :
a. Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
c. Tutupi kepala bayi.
STIKes Prima Nusantara
11
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Cara Mengatasi
Cara mengatasi perubahan adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:
1. Apabila kondisi suhu BBL di bawah normal, dapat diatasi dengan
cara:
a. Selimuti dengan dua selimut
b. Pasang tutup kepala
c. Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas
d. Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang
lebih ahli.
e. Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis
respiratorik, hipoglikemi, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, penurunan berat badan
2. Apabila kondisi suhu BBL diatas normal, dapat diatasi dengan
cara:
a. Lepaskan selimut
b. Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan
c. Kaji suhu lingkungan sekali lagi
d. Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, segara laporkan
ke dokter.
STIKes Prima Nusantara
12
3. Upaya Untuk Mencegah Kehilangan Panas pada BBL
a. Mengeringkan bayi
b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih,kering dan hangat
c. Menutup bagian kepala bayi
d. Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukkan bayinya
e. Jangan segera menimbang atau mamandikan bayi baru lahir
b.
Defenisi IMD
Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga
bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri,
asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama
satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara sendiri.
1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan
Menurut Roesli (2008), langkah-langkah melakukan inisiasi
menyusu dini yang dianjurkan :
1.
Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi
kain kering.
2.
Seluruh tubuh bayi dikeringkan termasuk kepala secepatnya,
kecuali kedua tangarnya.
3.
Tali pusat dipotong lalu diikat.
STIKes Prima Nusantara
13
4.
Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya
tidak dibersihkan terlebih dahulu karena zat ini membuat
nyaman kulit bayi.
5.
Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau
diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi
diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
2) IMD yang kurang tepat
Menurut Roesli Utami (2008), umumnya praktek inisiasi
menyusu dini yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1.
Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi
kain kering.
2.
Bayi segera dikeringkan dengan kain kering tali pusat lalu
dipotong dan diikat.
3.
Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan
selimut bayi.
4.
Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak
terjadi kontak kulit).
5.
Setelah bayi dibedong kemudian diangkat dan disusukan pada
ibu dengan cara memasukan puting susu ibu ke mulut bayi.
6.
Setelah itu, bayi ditimbang, diukur, diazankan oleh ayahnya,
diberi suntikan vitamin K, dan kadang-kadang diberi tetes
mata.
STIKes Prima Nusantara
14
3) Tata laksana melakukan IMD
1.
Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
persalinan.
2.
Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat
kimiawi.
3.
Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang
diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau
dengan jongkok.
4.
Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaiknya
dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.
5.
Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu, dan
biarkan bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit
dengan kulit dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu
awal selesai dan keduanya diselimuti.
6.
Membiarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu, ibu dapat
saja merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak
memaksakan bayi ke puting susu.
7.
Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk
mengenali tanda-tanda atau prilaku bayi sebelum menyusu.
8.
Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit
dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan,
misalnya operasi Caesar.
9.
Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang ,diukur, dan dicap
setelah satu jam atau menyusu awal selesai.
STIKes Prima Nusantara
15
10. Merawat gabung, ibu dan bayi dalam satu kamar.
Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5
(lima) tahapan prilaku sebelum bayi menyusu, yakni :
1.
Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan
siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar
melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar
kandungan.
2.
Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti
mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan
merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu
ibu.
3.
Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya
bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
4.
Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara)
sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat
kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan
meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangan yang
mungil.
5.
Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar,
dan melekat dengan baik.
STIKes Prima Nusantara
16
4) Tujuan IMD
Menurut Affandi (2008), inisiasi menyusu dini dapat
mengurangi 22 % kematian 28 hari. Sekitar 40 % kematian tiap
satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini
meningkatkan keberhasilan menyusu ekslusif dan lamanya
menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan
angka kematian anak secara menyeluruh.
Menurut Roesli (2008),
Inisiasi menyusu dini juga
berperan dalam pencapaian Tujuan MDGs yakni :
1. Membantu mengurangi kemiskinanan.
Jika seluruh bayi di Indonesia dalam setahun disusui
secara eskiusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula
selama 6 bulan tidak ada.
2. Membantu mengurangi kelaparan.
Pemberian ASI membantu memenuhi kebutuhan makanan
bayi sampai 2 tahun juga mengurangi angka kejadian kurang
gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada
usia ini.
3. Membantu mengurangi angka kematian anak
5) Syarat melakukan IMD
Tidak semua ibu dapat melakukan inisiasi menyusu dini. Bayi
dan ibu yang dapat melakukan inisiasi menyusu dini harus
memenuhi syarat/kriteria sebagai berikut:
a.
Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
STIKes Prima Nusantara
17
b.
Bila lahir dengan tindakan, maka inisiasi menyusu dilakukan
segera setelah kondisi ibu dan bayi stabil.
c.
Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai apgar
minimal 7).
d.
Umur 37 minggu atau lebih.
e.
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
f.
Bayi dan ibu sehat.
Jika tidak memenuhi kriteria diatas, maka inisiasi menyusu
dini tidak dilakukan misalnya pada:
a) Bayi yang sangat premature.
b) Bayi berat lahir kurang dari 2000-2500 gram.
c) Bayi dengan sepsis.
d) Bayi dengan gannguan nafas.
e) Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya: hidrosefalus,
meningokel, anensefali, atrisia ani, labio, omfalokel).
f) Ibu dengan infeksi berat, misalnya sepsis.
6) Manfaat IMD
Menurut Roesli (2008) manfaat inisiasi menyusu dini adalah :
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian
karena kedinginan (hypothermia).
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung
bayi lebih stabil. Bayi lebih jarang menangis sehingga
mengurangi pemakaian energi.
STIKes Prima Nusantara
18
3) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri
dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, memakan
bakteri ‘baik’ dikulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan berkembang
biak membentuk koloni dikulit dan usus bayi, menyaingi
bakteri ‘jahat’ dari lingkungan.
4) Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik
karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga.
Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
5) Memberikan pada bayi kesempatan untuk menyusu dini maka
akan lebih berhasil menyusu esklusif dan akan lebih lama
disusui.
6) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di
puting susu dan sekitarnya, emutan, dan pijatan bayi pada
puting ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitoksin.
7) Hormon oksitoksin akan bekerja sama dengan hormon
prolaktin yang akan menyebabkan otot kecil di sekeliling
alveoli mengerut sehingga mengalirkan air susu ke puting,
pengeluaran oksitoksin juga menyebabkan rahim berkontaksi
dan membantu pengeluaran plasenta serta mengurangi
perdarahan.
8) Bayi dengan Inisiasi Menyusu Dini akan mendapatkan ASI
kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar. Kolostrum atau
ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk
ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus
STIKes Prima Nusantara
19
bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan
dinding usus.
9) Ibu dan ayah akan merasa bahagia bertemu dengan bayinya
untuk pertama kali dalam kondisi Inisiasi Menyusu Dini ini.
Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di
dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang
amat indah (Roesli, 2008).
7) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan IMD
Menurut UNICEF (2006), Banyak sekali masalah yang
dapat menghambat pelaksanaan IMD yaitu:
1.
Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD
2.
Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya
praktek IMD
3.
Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata
untuk mencegah penyakit Gonorrhea harus segera diberikan
setelah lahir, padahal sebenarnya tindakan ini dapat ditunda
setidaknya selama 1 jam sampai bayi menyusu sendiri.
4.
Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan
istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit
dilakukan.
5.
Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum
yang keluar pada hari pertama tidak baikuntuk bayi.
6.
Kepercayaaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk
menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan.
STIKes Prima Nusantara
20
Green
(2000),
terdapat
3
faktor
utama
yang
dapat
mempengaruhi perilaku individu atau masyarakat, yaitu:
1) Faktor dasar (Prediposing factors) yang meliputi :
a. Pengetahuan individu
b. Sikap
c. Kepercayaan
d. Tradisi
e. Unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan
masyarakat
f. Faktor demografi
2) Faktor pendukung (Enabling Fktors) yang meliputi: sumber daya
dan potensi masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang
tersedia.
3) Faktor pendorong (Reinforcing Faktors) yang meliputi sikap dan
perilaku orang lain seperti teman, orang tua, dan petugas
kesehatan.
8) Keuntungan IMD bagi ibu dan bayi
a.
Keuntungan kontak kulit dengan kulit bayi
Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. Kontak
memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting
dan
bisa
mengendalikan
diperkirakan:
menstabilkan
temperature
memperbaiki/mempunyai
pola
tidur
pernapasan,
tubuh
yang
bayi,
lebih
baik,
mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat
STIKes Prima Nusantara
21
dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke
berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan
antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis dalam 1 jam
pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di
dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap
infeksi, billirubin akan lebih cepat sehingga menurunkan
kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter
biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama
hidupnya.
b.
Keuntungan menyusu dini untuk bayi
Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar
kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan
bayi. Memberikan kesehtan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi
bayi, yang berfungsi meningkatkan kecerdasan, membantu
bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas. Meningkatkan
jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Mencegah kehilangan panas
dan merangsang kolostrum keluar.
c.
Keuntungan menyusu dini untuk bayi
Merangsang
produksi
oksitosin
dan
prolaktin.
Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan
jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Memulai menyusui dini
akan mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah.
Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan
STIKes Prima Nusantara
22
meningkatkan lamanya bayi disusui. Merangsang produksi
susu. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap
awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama
setelah lahir.
d.
Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran (Saifuddin, 2002). Bayi baru lahir adalah bayi dari
lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38
– 42 minggu (Donna, 2003).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).
1. Ciri-ciri bayi baru lahir
Menurut Depkes RI, 2007 ciri-ciri bayi baru lahir yaitu:
a) Berat badan 2500 - 4000 gram.
b) Panjang badan 48 - 52 cm.
c) Lingkar dada 30 - 38 cm.
d) Lingkar kepala 33 - 35 cm.
e) Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.
f)
Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.
STIKes Prima Nusantara
23
g) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan
cukup.
h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i)
Kuku agak panjang dan lemas.
j)
Genetalia
1.
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
2.
Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l)
Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik.
m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
n) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
2.
Penanganan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran.
Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir (Depkes
RI, 2008) :
3.
Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
4.
Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya
sesegera mungkin.
5.
Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian
sepintas :
STIKes Prima Nusantara
24
1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis
kuat, bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan)
letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.
2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir
dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
Periksa ulang pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan
menangis atau bernapas spontan dalam waktu 30 detik
setelah lahir).
3) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megapmegap atau lemah maka segera lakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir.
3.
Hal-hal yang diperlukan pada bayi baru lahir
Menurut (Depkes RI, 2008) hal-hal yang diperlukan pada bayi
baru lahir yaitu:
1) Klem dan potong tali pusat
Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, klem satu
dipasang 3 cm dari umbilicus dan klem kedua dipasang dipasang
2 cm dari klem satu (tali pusat dipotong diantara kedua klem
sehingga tali pusat tersisa 3-4 cm). Potonglah tali pusat diantara
kedua klem smbil melindungi bayi dari gunting dengan tangan
kiri. Pertahankan kebersihan saat memotong tali pusat. Ganti
sarung tangan bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya
dengan gunting steril atau DTT. Periksa tali pusat setiap 15
STIKes Prima Nusantara
25
menit, apabila masih terjadi perdarahan lakukan pengikatan
ulang yang lebih kuat.
2) Jagalah bayi agar tetap hangat
a.
Pastikan perut bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak
kulit antara ibu dan bayi.
b.
Gantilah handuk / kain yang basah dan bungkus bayi
tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa
kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh.
c.
Pastikan bayii tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi
setiap 15 menit.
d.
Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila
bayi
e.
Apabila suhu tubuh bayi kurang dari 36,5
0
c segera
hangatkan bayi.
3) Kontak dini dengan ibu
Berikan bayi pada ibunya secepat mungkin, kontak dini
antara ibu dan bayinya penting untuk :
a.
Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi
baru lahir.
b.
Ikatan bhatin dan pemberian ASI.
STIKes Prima Nusantara
26
4) Pernafasan
Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan,
pernafasan bayi sebaiknya diperiksa secara teratur untuk
mengetahui adanya masalah hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
b. Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal berikut :
1.
Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang
hangat.
2.
Gosoklah punggung bayi dengan lembut.
3.
Jika bayi belum mulai bernafas setelah 60 detik,
mulailah lakukan resusitasi.
4.
Apabila bayi sianosis / sukar bernafas (frekuensi
pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit),
berialh oksigen.
5) Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (PMS). Salf
mata ini diberikan pada jam pertama setelah kelahiran.
6) Asuhan bayi baru lahir
Dalam 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun,
berikanlah asuhan berikut :
a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan aktifitasnya.
b. Pertahankan suhu tubuh bayi
1. Hindari memandikan bayi sedikitnya 6 jam setelah lahir.
STIKes Prima Nusantara
27
2. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat,kepala
bayi harus tertutup.
c. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Ketika memeriksa bayi baru lahir, ingat hal-hal penting
berikut :
1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan
sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani
bayi.
3) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah dari kepala
dan berlanjut secara sistemik menuju kaki.
4) Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan
lebih lanjut.
5) Rekam hasil pengamatan
7) Berikan vit. K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin k pada bayi baru lahir , maka lakukan hal – hal berikaut :
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu disuntikkan
vit.k 1 mg intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin.
a. Bayi resiko tinggi diberikan vit.k parentral denagan dosis 0,5 –
1 mg intramuskuler.
8) Identifikasi bayi baru lahir
a.
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu
dipasang segera pasca persalinan .alat pengenal yang efektif
STIKes Prima Nusantara
28
harus diberikan pada setiap bayi baru lahir dan harus tetap
di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
b.
Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang
halus agar tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan
tidak mudah lepas.
c.
Pada alat /gelang identifikasi harus tercantum :
1.
Nama(ibu dan bapaknya)
2.
Tanggal lahir
3.
Nomor bayi
4.
Jenis kelamin
5.
Unit
6.
Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomer identitas.
7.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak
di catatan yang tidak mudah hilang. ukuran berat lahir,
panjang bayi , lingkar kepala, lingkar dada dan catatan
dalam rekam medis.
9) Perawatan lain-lain
a.
Lakukan perawatan tali pusat
b.
Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutup dengan gaas steril jika diperlukan.
c.
Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat.
d.
Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun
dan air lalu keringkan.
STIKes Prima Nusantara
29
e.
Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi
dipulangkan, beri imunisasi BCG, HB 1, polio 1.
f.
Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan
beritahu orang tua agar merujuk bayi segera untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir :
1. Pernafasan
: kurang dari 30 x/menit atau lebih dari 60 x/menit.
2. Kehangatan
: terlalu panas (> dari 380C) dan terlalu dingin
(< dari 360C).
3. Warna
: kuning ( terutama dalam 24 jam pertama), biru,
pucat, memar.
4. Pemberian makan : hisapan lemah mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
5. Tali pusat
: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah.
6.
Infeksi
7.
Pernafasan sulit
8. Tinja / kemih
: suhu meningkat,merah, bengkak, keluar
: tidak berkemih dalam 24 jam pertama, tinja
lembek, Sering, Warna hijau tua, ada lendir atau
darah pada tinja.
9. Aktifitas
: menggigil, tangis tidak biasa, lemas, lunglai,
kejang
5. Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
1. Pernafasan
STIKes Prima Nusantara
30
Selama in uterus, fetus mendapatkan O2 dari pertukaran gas
melalui plasenta, setelah bayi baru lahir pertukaran gas harus melalui
paru-paru. Sebelum terjadi pernafasan, bayi dapat mempertahankan
hidupnya dalam keadaan anoksia (tidak bernafas) lebih lama karena ada
kelanjutan “metabolism anaerobic” (metabolisme tanpa O2).
Rangsangan-rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama :
a. Tekanan mekanik dari torax sewaktu melewati jalan lahir
b. Rangsangan dingin di daerah muka yang dapat merangsang
permulaan dari gerakan pernafasan.
c. Penurunan tekanan O2 dan peningkatan tekanan O2 merangsang
kemoreseptor pada sinus karotis (rangsangan kimia)
d. Reflek defleksi kering brever
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluaran cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan
alveolus paru-paru untuk pertama kali.
2.
Sistem peredaran darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru
untuk mengambil O2 dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan O2 ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan luar rahim. Harus terjadi 2 peubahan
besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan
penutupan duktus arteriosus antata arteri paru-paru dan aorta. Dua
peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
STIKes Prima Nusantara
31
“Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan rileksasi dan terbukanya system pembuluh
darah paru-paru. Meningkatkan sirkulasi ke paru-paru memngakibtkan
peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan. Dengan
peningkatan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup”, (Saifudin, 2009).
e.
HUBUNGAN IMD DENGAN SUHU TUBUH
Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga
bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan
dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam
segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri.
Pengertian suhu tubuh merupakan proses penyesuaian pusat
pengaturan suhu di hypothalamus yang belum berkembang, walaupun
sudah aktif. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan suhu tubuh yaitu
IMD merupakan salah satu penanganan untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek
penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
STIKes Prima Nusantara
32
b. Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera
mungkin.
c. Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas :
1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi
bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan
handuk diatas perut ibu.
2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari
wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa
ulang pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau
bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
3) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap
atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru
lahir.
B.
KERANGKA TEORI
Suhu
Tubuh
-
Koveksi
Evaporasi
Radiasi
Konduksi
Hipotermi
Skema 2.1
Kerangka Teori
STIKes Prima Nusantara
Inisiasi
Menyusu Dini
33
C.
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun
berdasarkan hasil studi empiris terlebih dahulu sebagai pedoman dalam
melakukan penelitian (Noto Admodjo, 2007).
Variabel Independen
Variabel Dependen
Suhu Tubuh
IMD
Skema 2.2
Kerangka Konsep
D.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian yang akan dikaji adalah :
Ha : Diterima ada Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Suhu Tubuh
Bayi Baru lahir di Bps “Hj. Yenni
Moctar Kota Bukittinggi Tahun 2015.
STIKes Prima Nusantara
Fitri” dan RSUD Achmad
34
E.
Definisi Operasional
Tabel 2.1
Definisi Operasional
No
1
2
Variabel
Defenisi
Operasional
Variabel
Independen
IMD
Inisiasi
Menyusu Dini
adalah
bayi
mulai menyusu
sendiri segera
setelah lahir,
dengan
mencari
putting
susu
ibu
dan
menyusu
setidaknya
selama
satu
jam
segera
setelah lahir
Variabel
Dependen
Suhu Tubuh merupakan
proses
penyesuaian
pusat
pengaturan
suhu
di
hypothalamus
yang
belum
berkembang,
walaupun
sudah
aktif.
Suhu
tubuh
bayi
yang
normal sekitar
36,5 0C - 37
0
C.
STIKes Prima Nusantara
Alat Ukur
1. Checklist
2. Jam
tangan
Cara
Ukur
Observasi
Hasil Ukur
Skala
Ukur
1. IMD= jika
Nominal
bayi
mendapatkan
2.
Tidak
IMD=
jika
bayi
tidak
mendapatkan
Termometer
Observasi
1.
Tidak Ordinal
normal= jika
suhu bayi <
36,50C
2. Normal=
jika
suhu
bayi 36,5 0C37,0 0C
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode Quasi Eksperimen, ini merupakan
pengembangan dari True Experimental design, yang sulit dilaksanakan.
Dan juga desain ini karena pada kenyataannya sulit mendapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Pendekatan yang
digunakan adalah “Nonequivalent Control Group Design”, pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua
kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan dan
terakhir diberikan postes (Sugiyono, 2010).
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Februari sampai Maret di BPM “Y”
Kota Bukittinggi Tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2007).
STIKes Prima Nusantara
36
36
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di
BPM “Y” Kota Bukittinggi yaitu sebanyak 37 bayi dari Februari
sampai Maret 2015.
2. Sampel
Menurut Notoadmodjo (2010) sampel adalah sebagian objek
penelitian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi, yaitu pengambilan sampel
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan sifat atau ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Suatu pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti dalam
memilih sampel atau responden yang berdekatan tempat tinggal untuk
mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan Teknik sampling yang digunakan
adalah accidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada (tersedia di suatu tempat sesuai dengan kontek
penelitian) sebanyak 10 orang. ( Notoadmodjo 2010, p.124-125 ).
( Sugiyono, 2012 ).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Pasien post partum yang bersedia diteliti
b. IMD yang dilakukan segera dalam 1 jam pertama setelah lahir
c. Ibu dan bayi sehat
d. Bayi yang tidak memenuhi kriteria IMD seperti BBLR,
Asfiksia dll.
STIKes Prima Nusantara
37
Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini adalah:
a. Pasien post partum yang mengalami komplikasi
D. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh
bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak
responden harus terlindungi. Dengan menekankan masalah etik sebagai
berikut :
1.
Informed concent (Lembar persetujuan penelitian)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti,
kemudian dijelaskan maksud dan tujuan riset yang akan diteliti. Bila
subyek menyetujuinya maka ia harus menandatangani lembar
persetujuan penelitian, namun bila subyek menolak maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2.
Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek yang akan diteliti.
3.
Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah diberikan dan dikumpulkan oleh
subyek dijamin kerahasiaannya, hanya sekelompok data tertentu saja
yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.
STIKes Prima Nusantara
38
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan surat pengantar penelitian
dari STIKes Prima Nusantara program studi D-IV Kebidanan untuk
melakukan penelitian di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015 yang
mana surat pengantar tersebut peneliti sendiri yang mengantarkan ke BPM
yang bersangkutan.
Setelah mendapatkan persetujuan dari bidan baru melakukan
penelitian, untuk tahap awal peneliti melakukan survey awal (studi
pendahuluan) terlebih dahulu untuk melihat apakah penelitian tepat
dilakukan disana serta alat ukur yang digunakan apakah dapat mengukur
dalam penelitian tersebut. Dan berdasarkan survey yang telah penulis
lakukan tempat serta alat ukur dapat digunakan pada penelitian tersebut.
Adapun cara peneliti dalam mengumpulkan data yaitu terdiri dari
data primer dan data sekunder.
1) Data primer
Adalah data atau sumber informasi yang langsung berasal atau
langsung langsung diperoleh dari seseorang yang mempunyai
wewenang
dan
bertanggung
jawab
terhadap
data
tersebut
(Notoadmodjo, 2005).
Dilakukan dengan instrument tertutup yaitu melihat bayi yang
diberikan IMD dan kemudian mengisi lembar observasi berupa
checklist. Instrument terbagi atas dua bagian :
STIKes Prima Nusantara
39
a. Bagian pertama menanyakan data demografi yaitu nama, umur,
dan nomor telpon. Data demografi tersebut digunakan untuk
mengetahui identitas responden yang akan diteliti.
b. Bagian kedua adalah langsung mengobservasi bayi baru lahir
setelah dilakukan pengeringan tubuh bayi dan setelah dilakukan
pemotongan
tali
pusat
bayi
dilakukan
pengukuran
suhu
sebelumnya. Setelah mendapatkan hasil dari pengukuran suhu
sebelum bayi dilakukan IMD peneliti langsung mengisi di lembar
checklist, setelah itu peneliti langsung melakukan IMD pada bayi
baru lahir sampai 1 jam lamanya. Setelah selesai dilakukan IMD
pada bayi, peneliti lalu mengulang kembali pengukuran suhu pada
bayi dan peneliti kembali mengisi hasil dari pengukuran suhu
setelah dilakukan IMD.
2) Data Sekunder
Adalah data atau sumber informasi yang bukan dari tangan
pertama (Notoadmodjo, 2005).
Data sekunder diperoleh selain dari responden yaitu berupa
informasi ataupun data yang didapat dari bidan atau BPM
bersangkutan.
Setelah seminar proposal penelitian ini, peneliti langsung akan
melakukan penelitian yaitu dengan meminta surat pengantar penelitian
ke Prodi D-IV Kebidanan STIKes Prima Nusantara, lalu peneliti
sendiri yang mengantarkan ke BPM. Peneliti akan melakukan
STIKes Prima Nusantara
40
penelitian ini selama 1 bulan yaitu terhitung dari mulai ujian Proposal
ini.
F. Prosedur Pengolahan Data Penelitian
1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan setelah pengumpulan data selesai
dilakukan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat
yang jelas.
a. Editing
Kegitan ini untuk pengecekan isi lembar observasi apakah
jawaban yang ada pada lembar observasi sudah lengkap, jelas dan
relevan
b. Coding
Memberi kode checklist () pada angket sesuai dengan sifat
variable. Dimana pada variable independen yaitu IMD diberi kode
angka 2 apabila bayi mendapatkan IMD dan angka 1 bayi tidak
mendapatkan IMD, sedangkan variable dependen yaitu tidak
normal dimasukkan berapa suhunya, begitu juga jika normal
dimasukkan berapa suhunya.
c.
Entry
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak kode sesuai dengan
pernyataan yang ada.
STIKes Prima Nusantara
41
d. Tabulating
Mentabulasi data sesuai dengan kelompok-kelompok data
yang telah ditentukan.
e. Cleaning
Merupakan
pengecekan
kembali
data
yang
sudah
ditabulasikan dan dilakukan pembersihan data kembali dari
kesalahan saat mentabulasi data.
f. Pengolahan data dengan rumus t hitung manual
Setelah data diolah dengan rumus t hitung manual baru data
disatukan dalam bentuk tabel.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah suatu analisa terhadap setiap variabel
dari peneliti yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Dengan
demikian variabel-variabel yang ada dapat dengan mudah dilakukan
analisa selanjutnya. Data yang merupakan karakteristik sampai
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tiap variable,
Dengan menggunakan cara perhitungan manual ( Notoatmodjo, 2005)
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat
merupakan analisa untuk memperlihatkan
pengaruh antara intervensi dengan efek untuk membuktikan hipotesa
apakah ada pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap suhu tubuh Bayi
STIKes Prima Nusantara
42
Baru Lahir. Pengujian ini melalui perhitungan uji paired T-test .Uji
statistic akan bermakna jika nilai p < 0,05.
STIKes Prima Nusantara
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Tabel 4.1
Rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada
kelompok intervensi di BPM “Y” kota bukittinggi tahun 2015
95%
NO
Variabel
Mean
Standar Deviasi
CI
1
Suhu sebelum
36,2
0,29
IMD
36,036,4
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu bayi
baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah sebesar 36,20C. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa ratarata suhu bayi sebelum dilakukan IMD Adalah diantara 36,00C-36,40C.
Tabel 4.2
Rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada
kelompok intervensi di BPM “Y” kota bukittinggi tahun 2015
NO
Variabel
STIKes Prima Nusantara
Mean
Standar Deviasi
95%
44
CI
1
Suhu sesudah
36,9
0,27
IMD
36,737,1
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu bayi
44 dilakukam IMD adalah sebesar
baru lahir tidak hipotermi setelah
36,90C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata suhu bayi setelah
dilakukan IMD Adalah
diantara 36,70C-37,10C.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat
merupakan analisa untuk memperlihatkan
pengaruh antara intervensi dengan efek untuk membuktikan hipotesa
apakah ada pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap suhu tubuh Bayi
Baru Lahir. Pengujian ini melalui perhitungan uji paired T-test .Uji
statistic akan bermakna jika nilai p < 0,05. Hasil dari analisa bivariat
pada penelitian ini adalah :
Tabel 4.3
Pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh
bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan IMD di BPM “Y”
Kota
Bukittinggi Tahun 2015
Variabel
STIKes Prima Nusantara
Standar
Standar
Deviasi
Eror
P value
T
45
Suhu sebelum
0,09
0,29
IMD
0,000
Suhu sesudah
9.043
0,08
0,27
IMD
Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa hasil uji statistic didapat
nilai p value= 0,000. Berarti pada alpha 0,05, p value < α yang berarti
bahwa secara statistic ada pengaruh IMD terhadap suhu tubuh bayi
baru lahir di BPM “Y” kota Bukittinggi Tahun 2015.
B. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Inisiasi Menyusu Dini
Hasil penelitian yang didapat bahwa Hasil penelitian dapat
diketahui bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan
IMD adalah sebesar 36,20C. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi
sebelum dilakukan IMD Adalah diantara 36,00C-36,40C, sedangkan
rata-rata suhu bayi baru setelah dilakukan IMD adalah sebesar
36,90C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata suhu bayi setelah dilakukan IMD Adalah
diantara 36,70C-37,10C.
Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
STIKes Prima Nusantara
46
manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai
kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi
dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir.
Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the
breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri. Dari hasil
penelitian, IMD memiliki pengaruh penting pada suhu bayi baru
lahir, dimana rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD
adalah sebesar 36,20C, sedangkan rata-rata suhu bayi baru setelah
dilakukan IMD adalah sebesar 36,90C.
Hasil penelitian sama dengan penelitian Ruri dengan judul”
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru
Lahir di BPS Hj. Yayah Sarlan dan BPS Hj. Yetti Sudiati
Kabupaten Subang Tahun 2011”, dengan hasil penelitian p value=
0,0001 yang mana pada alpha 0,05, p value < α yang berarti ada
pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu bayi baru lahir di
BPS Hj. Yayah Sarlan dan BPS Hj. Yetti Sudiati Kabupaten Subang
2011.
Menurut asumsi dari peneliti lakukan bahwa rata-rata suhu
bayi baru lahir sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah
36,2 0C yang mana ini bisa disebabkan oleh pengeringan yang tidak
adekuat setelah kelahiran, dan juga eksposure suhu lingkungan
yang dingin, sedangkan rata-rata suhu bayi baru lahir setelah
dilakukan IMD adalah 36,9 0C, dimana hal tersebut pada saat
melakukan IMD apabila dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat
STIKes Prima Nusantara
47
selama bayi merangkak mencari payudara. Suhu badan ibu yang
melahirkan 1 0C lebih panas dari pada suhu dada ibu sebelum
melahirkan, jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan
maka suhu dada ibu akan turun 10C . Jika bayi kedinginan maka
suhu dada ibu akan meningkat 2 0C untuk menghangatkan bayi.
2. Analisa Bivariat
Perubahan rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD
adalah 36,2 0C meningkat setelah dilakukan IMD yaitu rata-rata suhu
bayi baru lahir sebesar 36,9 0C.
Dalam analisis bivariat diketahui bahwa hasil uji statistic didapat
nilai p value= 0,000. Berarti pada alpha 0,05, p value < α yang berarti
bahwa secara statistic ada pengaruh IMD terhadap suhu tubuh bayi baru
lahir di BPM “Y” kota Bukittinggi Tahun 2015.
Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga
bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri,
asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama
satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara sendiri.
Hasil penelitian sama dengan hasil penelitian Heny Ekawati yang
berjudl” Pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh
pada bayi bayi baru lahir di klinik bersalin mitra husada desa pangean
STIKes Prima Nusantara
48
kecamatan maduran kabupaten lamongan tahun 2014”, bahwa ada
pengaruh inisiasi menyusu terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru
lahir.
Menurut asumsi peneliti bayi baru lahir tidak seharusnya langsung
dibungkus atau dibedung, melainkan di lakukan inisisiasi menyusu dini
untuk terjadinya skin to skin antara ibu dan bayi, tidak hanya
memberikan kehangatan pada bayi melainkan adanya kontak dini antara
ibu dan bayi. Dan juga dari air susu ibu yang pertama kali keluar
(kolostrum) juga berguna bagi bayi sebagai anti body pada tubuh bayi.
Hal ini juga didukung oleh penelitian dr. Edmond, dkk pada 10.947
bayi yang lahir antara juli 2003 sampai juni 2004 di Ghana
menunjukkan bahwa menunda IMD akan meningkatkan kematian bayi.
Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam 1 jam pertama dengan
dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu maka 22% nyawa bayi di bawah 28
hari dapat diselamatkan. Jika menyusu pertama saat bayi berusia di atas
dua jam dan di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan.
C. Keterbatasan Penelitian
Setelah penulis melakukan penelitian ada beberapa keterbasatan
yang peneliti temukan yaitu :
1. Keterbatasan jurnal pada variabel independen dan dependent
Pada variabel pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu tubuh
bayi baru lahir ini peneliti mengalami Kesulitan dalam menemukan
jurnal, karena variabel ini banyak yang tidak bisa dibuka.
STIKes Prima Nusantara
49
2. Keterbatasan Responden
Dalam desain ini peneliti melakukan pemantauan/observasi setelah
itu peneliti melakukan pencatatan dari hasil suhu sebelum dan sesudah
dilakukan
IMD
dengan
menggunakan
menggunakan alat penelitian seadanya.
STIKes Prima Nusantara
lembar
checklist
dan
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pengetahuan bidan tentang IMD dengan
pelaksananaan IMD dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah
sebesar 36,20C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan IMD
Adalah diantara 36,00C-36,40C.
2.
Rata-rata suhu bayi baru lahir tidak hipotermi setelah dilakukan IMD
adalah sebesar 36,90C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi setelah dilakukan
IMD Adalah diantara 36,70C-37,10C.
3.
Ada pengaruh IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir di
BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2015 dengan nilai p= 0,000
(<0,05).
B. Saran
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber masukan dalam bidang ilmu terkait,
Menambah wawasan pengetahuan terhadap penelitian terkait dan
Sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya.
STIKes Prima Nusantara
51
2.
Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bidan memberikan konseling dan
penyuluhan mengenai manfaat dari IMD terhadap suhu tubuh bayi
baru lahir sehungan dengan pencegahan hipotermi dan juga bidan
memberikan informasi mengenai bahaya hipotermi bagi bayi baru
lahir dan mengajarkan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh inisiasi menyusu dini
terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir untuk memperoleh
hasil penelitian yang lebih baik dan diharapkan kepada peneliti lain
untuk dapat meneruskan penelitian ini secara spesifik dengan
variabel–variabel dan desain yang berbeda.
STIKes Prima Nusantara
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2009. Statistika untuk penelitian. Sebelas maret university press: Surakarta
DepKes. Pedoman Rumah Sakit Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) 24 Jam Jakarta : 2007
DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Depkes, RI
Diane M. Fraser. 2011. Buku Ajar Bidan. Buku Kedokteran
Edmond CZ, Maria A. Quigley. Seeba Amenga-Etego, Seth Owusu-Agyel and Betty
R. Kirkwood. Delayed Breast feeding Initiation Increases Risk of Neonatal
Mortality. 2006
Inna Noor Inayati. 2009. Kebidanan dan Hukum Kesehatan Inisiasi Menyusu Dini,
http :// innanoorinayati. Blogspot. Com/2009/08/inisiasi-menyusu-dini. html .
diakses tanggal 20 februari 2012
Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Buku kedokteran
Kosim, M. Soleh. 2007. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal. Tersedia:
http://www.ayumarthasari.blogspot.com. Diakses pada tanggal 21 februari
2011
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta: Rineka cipta
Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Ekslusif Pustaka Bunda, Jakarta
Roesli, Utami. 2007. Air Susu Ibu (ASI), Anugerah Tuhan Yang tak Tersia-siakan:
Informasi Terpilih Untuk Para Insan Pers. Depkes, RI . Jakarta
Saifuddin, abdul bari.2002. “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal “. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Stalker, P. (2007). Millenium Development Goals. Cetakan kedua, Jakarta :
Kelompok
Kerja
tematis
MDG’s,
Diakses
dari
http
://
www.undpd.or.id/pubs/docs pada 14 januari 2012
Sudarti dan Afroh F. 2012. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita.Cetakan I. Yogyakarta : Nuha Medika
Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodotogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Asuhan Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Lampiran 1
GANCHART
PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BPM “Y”
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2015
Januari
N0
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Kegiatan
1
1
Pengajuan Proposal
2
Persetujuan Proposal
3
Penelitian
4
Penyusunan Laporan Penelitian
5
Penyerahan Naskah
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Yeltra Armi, S.SiT, M.Biomed
Jabatan
: Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Inisiasi
Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir.”
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden. Kerahasiaan
semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Apabila ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohonkan kesediaannya untuk
menandatangani lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesedian ibu menjadi
responden, saya ucapkan terima kasih.
Bukittinggi , Februari 2015
Peneliti
Yeltra Armi, S.SiT, M.Biomed
Lampiran 3
FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah membaca penjelasan lembaran pertama dan saya mengerti, bahwa
penelitian ini tidak berakibat buruk pada saya serta identitas dan informasi yang saya
berikan dijaga kerahasiaannya dan betul-betul digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang
akan dilakukan oleh Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi yang bernama
Yeltra Armi, S.SiT, M.Biomed dengan judul “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota
Bukittinggi Tahun 2015”.
Untuk bermanfaatnya penelitian ini, saya berjanji akan memberikan jawaban
yang sebenarnya.
Bukittinggi, Februari2015
Responden
(
)
Lampiran 4
Lembar Observasi Suhu Bayi Baru Lahir Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
(Kelompok Intervensi)
Sampel
Penelitian
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Responden 7
Responden 8
Responden 9
Responden 10
Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
Lampiran 6
Hasil Uji Statistik
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
SUHUSEBELUM
10
100.0%
0
.0%
10
100.0%
SUHUSESUDAH
10
100.0%
0
.0%
10
100.0%
Descriptives
Statistic
SUHUSEBELUM
Mean
36.2800
95% Confidence Interval for Lower Bound
36.0699
Mean
Upper Bound
36.2611
Median
36.2000
Std. Deviation
.086
.29364
Minimum
36.00
Maximum
36.90
Range
.90
Interquartile Range
.50
Skewness
Kurtosis
.09286
36.4901
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
1.035
.687
.717
1.334
SUHUSESUDAH
Mean
36.9300
95% Confidence Interval for Lower Bound
36.7332
Mean
37.1268
Upper Bound
5% Trimmed Mean
36.9167
Median
36.8500
Variance
Std. Deviation
.08699
.076
.27508
Minimum
36.60
Maximum
37.50
Range
.90
Interquartile Range
.42
Skewness
.970
.687
Kurtosis
.607
1.334
SUHU SEBELUM
SUHUSESUDAH
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
SUHUSEBELUM
36.2800
10
.29364
.09286
SUHUSESUDAH
36.9300
10
.27508
.08699
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
SUHUSEBELUM &
Correlation
10
SUHUSESUDAH
Sig.
.682
.030
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Mean Deviation
Pair SUHUSEBELUM
1
SUHUSESUDAH
.65000
Std. Error
Mean
Difference
Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
.000
.22730
.07188
-.81260
-.48740 -9.043
9
.000
Download