ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Niken Amran NIM. 6411412092 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 i Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Juni 2016 ABSTRAK Niken Amran Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang VI + 106 halaman + 5 tabel + 5 gambar + 21 lampiran Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil, setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai resiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Jenis metode penelitian ini adalah kualitatif. Informan utama berjumlah 8 orang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan 2 informan triangulasi. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen berupa pedoman wawancara mendalam, lembar observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga bidan yang ada belum sesuai dengan ketetapan Kemenkes RI. Sarana dan prasarana yang ada telah mencukupi dan memadai untuk pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu. Pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu telah melaksanakan standar 10T seperti yang ditetapkan oleh Kemenkes RI, hanya saja adanya keterbatasan waktu dan tenaga sehingga mengakibatkan tumpang tindih dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Saran yang peneliti rekomendasikan adalah bagi Puskesmas Bandarharjo dapat melakukan pengkajian kembali terkait dengan jadwal shift bidan agar tidak terjadi tumbukan job desk sehingga dengan jumlah sumber daya manusia yang terbatas, dapat tetap mengcover berbagai program. Saran bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring dan melakukan evaluasi seluruh pelaksanaan program puskesmas yang ada di Kota Semarang. Melakukan pengkajian terhadap target program yang akan dilaksanakan. Kata Kunci : Pelaksanaan; Antenatal Terpadu; Puskesmas. Kepustakaan : 31 (1994-2015) ii Public Health Science Department Faculty of Sport Science Semarang State University June 2016 ABSTRACT Niken Amran Analysis of Implementation Integrated Antenatal Program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City, VI + 106 pages + 5 table + 5 images + 21 attachments Servicing of integrated Antenatal is a comprehensive and quality antenatal servicing for pregnant women, every pregnancy has a risk of complicating factor. There fore, the antenatal servicing must be done intensively or routine integrited and good quality antenatal servicing the purpose of this research is to know the implementation of integrated antenatal program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City. The method of this research is qualitative form the first group are eight women who are chosen based on purposive sampling technique and two triangulation women, the taking of data was done by independent interview, observation, and documentation. The result showed that the number of midwifes are still not appropriate with the regulation of the Indonesian Ministry of Health. The available infrastructures are suitable for the process of integrated antenatal. It has done 10T as it has been required by Indonesian Ministry of Health. However, there are limitedness the time and staffs so that they are mutinally overlapping in implementation integrited antenatal program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City. Researcher suggests Bandarharjo Puskesmas to review that related to the schedule of widwifes time job in order not to mutually overlapping with source of staffs that can be involved some program and government’s semarang city can do monitoring, evaluate all implementation programs at Puskesmas. By doing the reviews to get the target that will be done. Keywords Literature : Implementation; Integrated Antenatal; Puskesmas. : 31 (1994-2015) iii iv v MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah: 68). 2. Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita bersenangsenang dengan dosa, kesenangan itu akan hilang dan dosa yang akan kekal (Umar bin Khattab). PERSEMBAHAN Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Papa (Amran) dan Mama (Nifestri). 2. Kakak (Ari Wijaya Amran dan Adinda Amran). 3. Adik (Wulan Amran). 4. Asep Alvan 5. Almamaterku Unnes. vi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan ridhoNya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, atas ijin penelitian yang telah diberikan. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid), atas persetujuan penelitian yang telah diberikan. 3. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes, atas bimbingan, arahan, serta masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahrgaan Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama di bangku perkuliahan. 5. Staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno dan Bapak Wibowo serta seluruh staf TU Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas vii Negeri Semarang yang telah membantu dalam segala urusan administrasi dan surat perijinan penelitian. 6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, M.PH atas ijin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. 7. Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Bapak Tri Susilo Hadi, S.KM, M.Kes, atas ijin penelitian dan masukan yang diberikan. 8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Ibu Erna Faulina, Ibu Endang Erawati, Am Keb, Ibu Sumarni, Am.Keb atas waktu dan informasinya terkait penelitian ini. 9. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. 10. Sahabat-sahabat terbaikku (Liza, Jesi, Rahma, Atika, Ella, Putri, Nova, Ica, Ayu, Sonya, Wati) dan adik-adik kos Griya Bunda atas bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 atas bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masukan dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurna karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, Juni 2016 Niken Amran viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i ABSTRAK ......................................................................................................... ii ABSTRACT ......................................................................................................iii PENGESAHAN ................................................................................................ iv PERNYATAAN ................................................................................................. v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7 1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10 2.1 Landasan Teori ................................................................................ 10 ix 2.1.1 Analisis ................................................................................... 10 2.1.2 Puskesmas .............................................................................. 11 2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ....................................... 15 2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu ................................................ 17 2.1.5 Defenisi Sistem ...................................................................... 29 2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas ........ 33 2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 43 BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 45 3.1 Alur Pikir ......................................................................................... 45 3.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 45 3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 46 3.4 Sumber Informasi ............................................................................ 47 3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ...................... 51 3.6 Prosedur Penelitian .......................................................................... 53 3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 55 3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 58 4.1.1 Puskesmas Bandarharjo ........................................................... 58 4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 60 4.2.1 Karakterisitk Informan Penelitian .......................................... 60 4.2.2 Hasil Penelitian Input .............................................................. 62 4.2.3 Hasil Penelitian Proses ............................................................ 73 x 4.2.4 Hasil Penelitian Output............................................................ 83 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 85 5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 85 5.1.1 Komponen Input ...................................................................... 85 5.1.2 Komponen Proses ................................................................... 92 5.1.3 Komponen Output ................................................................... 97 5.2 Hambatan Dan Kelemahan Penelitian .............................................. 99 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 101 6.1 Simpulan ......................................................................................... 101 6.2 Saran ............................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................. 7 Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ............................. 26 Tabel 4.1 Karakteristik Informan Utama .......................................................... 61 Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi ................................................... 61 Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana .................................................................. 69 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ............................................. 38 Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 44 Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian ..................................................................... 45 Gambar 4.1 Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo ........................................... 60 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing ........................................................ 108 Lampiran 2. Surat Permohonan Surat Kelaikan Etik Penelitian .................. 109 Lampiran 3. Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................... 110 Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang ......................... 111 Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang ....................................................... 112 Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.................................................... 113 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang ........................................................................ 114 Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang .... 116 Lampiran 9. Surat Keterangan Puskesmas Bandarharjo Telah Menyelesaikan Penelitian ................................................................................. 117 Lampiran 10. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian .............. 118 Lampiran 11. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Subjek dalam Penelitian .. 120 Lampiran 12. Prosedur Wawancara Mendalam ............................................. 130 Lampiran 13. Pedoman Wawancara untuk Sie. Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. 132 Lampiran 14. Pedoman Wawancara untuk Bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang ........................................................................ 137 xiv Lampiran 15. Pedoman Wawancara untuk Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang ........................................................................ 156 Lampiran 16. Pedoman Wawancara untuk Ibu Hamil ................................... 161 Lampiran 17. Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana ........ 176 Lampiran 18. Pedoman Observasi Proses Pelayanan Antenatal .................... 179 Lampiran 19. Identitas Informan Utama ........................................................ 180 Lampiran 20. Identitas Informan Triangulasi ................................................ 181 Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 182 xv DAFTAR SINGKATAN AKB = Angka Kematian Bayi AKI = Angka Kematian Ibu ANC = Antenatal Care APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN = Anggaran Pendapatan Belanja Negara BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah BOK = Bantuan Operasional Kesehatan BPJS = Badan Pelayanan Jaminan Sosial CPD = Cephalo Pelvic Dispropotrion Depkes = Departemen Kesehatan Dinkes = Dinas Kesehatan DJJ = Denyut Jantung Janin DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah HIV = Human Immunodeficiency Virus IMD = Inisiasi Menyusu Dini JKN = Jaminan Kesehatan Nasional KB = Keluarga Berencana KEK = Kurang Energi Kronis Kemenkes = Kementrian Kesehatan Kesga = Kesehatan Keluarga KH = Kelahiran Hidup xvi KIA = Kesehatan Ibu dan Anak KTP = Kekerasan Terhadap Perempuan LILA = Lingkar Lengan Atas MDGs = Millenium Development Goals MPS = Making Pregnancy Safer MTBS = Manajemen Terpadu Balita Sakit PAD = Pendapatan Asli Daerah PEB = Pre Eklampsia Berat Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan PK = Penanganan Komplikasi RTP = Rencana Tingkat Puskesmas SDM = Sumber Daya Manusia SDKI = Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SOP = Standar Operasional Prosedur SPM = Standar Pelayanan Minimal TT = Tetanus Toksoid UPTD = Unit Pelaksanaan Teknik Dinas xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan masyarakat, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA/KB) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu, khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru dapat menekankan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007), yang mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini akan menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan, sehingga timbul beberapa pertanyaan mengapa tujuan tersebut masih belum tercapai. Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu salah satunya melalui program pelayanan antenatal terpadu. Antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. 1 2 Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2013). Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang terdiri dari 10T (Timbang berat badan dan ukut tinggi badan, Ukur tekanan darah, Nilai status gizi/ukur lingkar lengan atas (LiLA), Ukur tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi TT, Tablet tambah darah, Pemeriksaan laboratorium, Tatalaksana/penanganan kasus, Temu wicara/konseling) (Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5%. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6% dan frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4%. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%). Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Semarang pada tahun 2014 sebesar 102,16% lebih kecil dari tahun 2013 yaitu 104,27%. Hal 3 ini menunjukan adanya penurunan cakupan meskipun pencapaian ini sudah diatas target SPM tahun 2015 (95%) dan target tahun 2014 (94%). Sedangkan, kunjungan K4 pada tahun 2014 sebesar 97.21% tidak mengalami perubahan atau sama dengan tahun 2013 yaitu sebesar 97,21%, sudah mencapai target SPM 2015 yaitu 95% tetapi angka kematian ibu masih tinggi (Profil Dinkes Kota Semarang 2014). Kematian Ibu merupakan indikator derajat kesehatan dan menjadi tujuan MDGs. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014 sebesar 122,25/100.000 KH lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 107,95/100.000 KH, pada tahun 2012 yaitu 80,06/100.000 KH dan tahun 2011 sebesar 119,9/100.000 KH. Dilihat dari jumlah kematian ibu pada peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar 29 kasus menjadi 33 kasus pada tahun 2014 menjadi 35 kasus pada tahun 2015. Namun untuk peringkat kematian ibu di Jawa Tengah, Kota Semarang menurun, yaitu dari peringkat 5 pada tahun 2013 menjadi peringkat 7 pada tahun 2014 dan meningkat lagi menjadi peringkat 2 tahun 2015 (Profil Dinkes Kota Semarang 2014). Jadi berdasarkan data diatas bahwa cakupan kunjungan K1 dan K4 di Kota Semarang setiap tahunnya sudah mencapai target dan sudah mencapai capaian yang baik tetapi angka kematian ibu di Kota Semarang masih tinggi. Hal ini akan menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan karena angka kematian ibu termasuk dalam kategori MDGs yang nomor 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. 4 Pada tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Kota Semarang terdapat 35 kasus meningkat dari tahun 2014 sebanyak 33 kasus dan pada tahun 2013 yang hanya 29 kasus. Kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor masyarakat, pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Kematian ibu tertinggi disebabkan karena eklampsia (48,48%), penyebab lainnya adalah karena pendarahan (24,24%), disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%, infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain sebesar 6,06% (Profil Dinkes Kota Semarang 2014). Puskesmas Bandarharjo merupakan salah satu Puskesmas yang telah melaksanakan program antenatal terpadu. Puskesmas ini salah satu Puskesmas yang mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota dari 36 puskesmas lain yang pernah dilatih. Namun berdasarkan data kematian ibu tahun 2014, di Puskesmas Bandarharjo masih ditemukan 3 kasus kematian ibu dan tahun 2015 mengalami peningkatan dimana ditemukan data sebanyak 5 kasus kematian ibu penyebab terjadinya Pre Eklampsia Berat (PEB), pendarahan, obesitas, dan keracunan makanan yang seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera melalui pelayanan program antenatal terpadu. Berdasarkan data dari laporan Tahun 2014 Puskesmas Bandarharjo, didapatkan data pelayanan K1 mencapai 94,60%. Sedangkan data pelayanan K4 mencapai 86,34%. Pada Tahun 2015 data pelayanan K1 mencapai 80,32%. Sedangkan data pelayanan K4 mencapai 90,76%. Berdasarkan data angka cakupan K1 dan K4 belum mencapai target SPM tahun 2015 (95%). Padahal di Puskesmas ini angka cakupan K1 dan K4 sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program antenatal. 5 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4 dan K1 masih jauh dari target yang sudah ditetapkan dan adanya komplikasi penyakit sehingga perlu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan antenatal terpadu yang sesuai standar pelayanan antenatal dengan 10T. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erna selaku petugas pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) pada tanggal 03 Februari 2016 menyatakan bahwa sumber daya manusia di Puskesmas Bandar Harjo masih kurang. Jumlah bidan di Puskesmas Bandarharjo sebanyak 3 orang dan tidak memiliki dokter spesialis kandungan, sehingga tidak bisa memantau keseluruhan ibu hamil yang berjumlah 1382 dari 4 (empat) kelurahan. Dari jumlah ibu hamil tersebut, sebanyak 1382 memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 (70%). Selain jumlah bidan yang sedikit pegawai laboratorium hanya 1 orang padahal sesuai dengan standar 10T pemeriksaan laboratorium dilakukan secara rutin dan khusus. Dalam segi sarana dan prasarana adanya keterbatasan ruangan antara pelayanan ibu dan pelayanan anak dijadikan satu ruangan di Puskesmas Bandarharjo. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskemas Bandarharjo Kota Semarang” melalui pendekatan sistem mulai dari komponen input, proses, output dan dampak yang diperoleh. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Umum Berdasarkan uraian latar belakang terdapat masalah dengan belum tercapainya target pelayanan antenatal K4 dan K1 yang ada didalam program KIA Puskesmas Bandarharjo, dan bahkan terjadinya komplikasi penyakit yang 6 seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera melalui pelayanan program antenatal terpadu dengan 10T. Oleh karena itu, untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimana analisis pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo?” 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1. Bagaimana gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? 2. Bagaimana gambaran proses dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? 3. Bagaimana gambaran output dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang berdasarkan pendekatan sistem. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 2. Untuk mengetahui gambaran proses dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 3. Untuk mengetahui gambaran output dalam pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang 1.4.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem pelaksanaan program antenatal terpadu. 1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program antenatal terpadu. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1. Judul Penelitian Nama Peneliti Implementasi Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan Pendekatan Balance Scorecard Feby Happy Monica Tahun dan Tempat Penelitian 2015, Palembang Rancangan Penelitian Kualitatif (balance scorecard ) Variabel / Fokus Penelitian Penilaian terhadap pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa dari perspektif penggunaan sumber daya dan jasa masih terkendala ketersediaan perlatan dan penanganan. Untuk tenaga kesehatan masih ada yang kurang. 8 2. Analisis kinerja BPM dalam pelaksanaan ANC terpadu pada ibu hamil di wilayah IBI ranting Kota Semarang 3. Sylva Medika Permata sari 2014, Semarang Kuanitatif (cross sectional) Kinerja BPM dalam melaksanakan pelayanan antenatal terpadu Terdapat bahwa adanya pengaruh antara keterampilan, pengetahuan, dan review kinerja dengan kinerja BPM dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu. Hasil Komunikasi menunjukkan pemberi bahwa informasi pelayanan tentang antenatal pelayanan terpadu antenatal malaria pada terpadu pada ibu hamil ibu hamil belum dengan dilaksanakan malaria dari oleh bidan tenaga bidan sesuai untuk pedoman melaksanakan penanganan pelayanan dan antenatal pencegahan terpadu malaria pada malaria masih ibu hamil. kurang. Beberapa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian Analisis Implementasi Program Pelayanan Antenatal Terpadu pada Ibu Hamil dengan Malaria di Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara Anna Mieke 2013, Maluku Utara Kualitatif (observasional) sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan 9 program antenatal terpadu. Dimana dalam pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar dengan 10T. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1.6.1 Ruang lingkup tempat Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bandaharjo di Kota Semarang. 1.6.2 Ruang lingkup waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016 1.6.3 Ruang lingkup materi Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu metodologi penelitian kesehatan khususnya metodologi penelitian kualitatif, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pedoman program antenatal terpadu, dan pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Analisis 2.1.1.1 Defenisi Analisis Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis (dugaan) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian dengan pengamatan, percobaan, dan sebagainya (Aji Reno, 2012). Menurut Solichin (2008) analisis merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan. Menurut Aristoteles, 1991 yang dikutip solichin, 2008 mengatakan analisis adalah suatu proses merinci suatu objek dengan alat tertentu ke dalam beberapa komponen yang saling berhubungan dan menilai urgensi, dukungan dan berkaitannya terhadap terjadinya sesuatu. Analisis adalah suatu kegiatan ilmiah untuk mencari kebenaran. Sedangkan analisis manajemen adalah suatu proses merinci (mendetailkan) dan menilai keadaan lingkungan organisasi guna memperoleh informasi kemampuan dan sumber daya yang berpengaruh kuat terhadap keberhasilan organisasi meraih visi, misi dan dasar menentukan tujuan, sasaran yang rasional, dan logis dicapai. 10 11 2.1.2 Puskesmas 2.1.2.1 Defenisi Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif, preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014). Menurut Muninjaya (2004), Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan bidang kesehatan (Arsita, 2012). Menurut Notoatmodjo (2003), Puskesmas memiliki fungsi dalam mewujudkan 4 (empat) misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunan, mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat serta lingkungannya (Arsita, 2012). 12 2.1.2.2 Peran Puskesmas Puskesmas memiliki peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksanaan teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan puskesmas dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realitas, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam memanfaatkan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi dan Mahfudli, 2009:277). 2.1.2.3 Fungsi Puskesmas Menurut Arsita (2012) Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan tingkat primer memiliki fungsi utama sebagai berikut: 2.1.2.3.1 Pusat Penggerak dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan Puskesmas memantau dan menggerakkan penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah kerjanya, sehingga masyarakat akan memiliki wawasan yang luas dan mendukung pembangunan kesehatan (Arsita 2012:24). 2.1.2.3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas berupaya agar setiap individu masyarakat, pemuka masyarakat, dan keluarga memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan. Puskesmas juga berupaya agar masyarakat aktif dalam program-program kesehatan yang diadakan oleh Puskesmas guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Puskesmas memberi petunjuk kepada masyarakat 13 tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. 2.1.2.3.3 Pusat Kesehatan Srata Pertama Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (countinue) mencakup pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Arsita, 2012:25). 2.1.2.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan memiliki prinsip dalam penyelenggaraannya. Prinsip tersebut antara lain: 1. Paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Pertanggungjawaban wilayah Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. 3. Kemandirian masyarakat Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 4. Pemerataan Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil dan merata tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan. 14 5. Teknologi tepat guna Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk pada lingkungan. 6. Keterpaduan dan kesinambungan Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat lintas program dan lintas sektor serta melakukan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas (Permenkes No. 75 Tahun 2014). 2.1.2.5 Upaya Kesehatan Esensial Puskesmas Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes No.75 Tahun 2014). Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut meliputi: 1. Pelayanan promosi kesehatan. 2. Pelayanan kesehatan lingkungan. 3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. 4. Pelayanan gizi. 5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. 2.1.2.6 Pembinaan dan Pengawasan Puskesmas Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014, pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan Puskesmas dilakukan sesuai tugas dan fungsi masing-masing oleh 15 pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam proses pengawasan dan pembinaan puskesmas, pemerintah kota/daerah dan provinsi juga berhak menggunakan organisasi profesi untuk membantu melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Puskesmas. Pembinaan dan pengawasan puskesmas lebih mengarah kepada peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat, fasilitas, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. 2.1.2.7 Pembangunan Sarana dan Prasarana Puskesmas Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat dasar memiliki standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No 75. Tahun 2014, pembangunan puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: persyaratan administratif, persyaratan keselamatan kerja, persyaratan teknis bangunan, bersifat permanen dan terpisah dari bangunan lain, dan menyediakan fungsi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Sarana standar yang ada di Puskesmas juga telah diatur dalam Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014, diantaranya puskesmas harus memiliki sarana ventilasi, pencahayaan, sanitasi, kelistrikan, komunikasi, gas medik, proteksi petir, proteksi kebakaran, pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal (untuk bangunan lantai 2 atau lebih), puskesmas keliling dan kendaraan ambulan. 2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya pada tujuan empat dan tujuan 16 lima yaitu menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu. Program kesehatan Ibu dan Anak menjadi sangat penting pembangunan, hal ini mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon penerus bangsa yaitu anak. Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang dapat memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak yang sehat (Arsita, 2012). Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi, budaya, perilaku, dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biologis. Salah satu peran faktor biologis adalah hormon. Dalam siklus kehidupan dan reproduksi, peran hormon tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam usia reproduksi, yaitu usia 15-45 tahun dari pubertas sampai menopause tidak terlepas dari peran hormon estrogen. Hormon estrogen akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia. Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Kesehatan dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan, dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut (Arsita, 2012). 2.1.3.1 Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, ibu menyusui, bayi dan balita, serta anak prasekolah (Arsita, 2012) 2.1.3.2 Tujuan Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Tujuan usaha kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antar lain adalah: 1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur dan terus-menerus pada waktu sakit dan sembuh pada masa antepartum, 17 intrapartum, postpartum, dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-anak dari mulai lahir sampai masa prasekolah. 2. KB diberikan pada ibu-ibu atau suami-suami yang membutuhkannya. 3. Usaha KIA mengadakan integrase ke dalam “general health services” (pelayanan kesehatan menyeluruh) dan mengadakan kerja sama serta koordinasi dengan lain-lain dinas kesehatan. 4. Usaha KIA mencari dan mengumpulkan masalah-masalah mengenai ibu, bayi, anak untuk dicari penyelesaiannya (Arsita, 2012). 2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu 2.1.4.1 Defenisi Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional (dokter, spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama kehamilannya (Depkes RI, 2005). Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa kehamilan, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Wijono, Djoko, 2008). Kualitas pelayanan sangat erat dengan hubungannya pada penerapan. Pelayanan yang diberikan harus mengacuh pada standar yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan. Penerapan standar sangat berguna untuk melindungi masyarakat karena proses kegiatan yang dilakukan mempunyai dasar yang jelas. Standar pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan, khususnya untuk memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus resiko tinggi (Depkes RI, 2005) 18 2.1.4.2. Defenisi Pelayanan Antenatal Terpadu Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010). Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat; (2) melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan; (3) menyiapkan persalinan yang bersih dan aman; (4) merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi; (5) melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan; (6) melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi (Kemenkes RI, 2013). 2.1.4.3.Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Terpadu Tujuan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani 19 kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Kemenkes RI, 2010). Menurut KEMENKES RI (2013), tujuan khusus antenatal terpadu meliputi: 1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI. 2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas. 3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil. 4. Melakukan intervensi terhadap kelaianan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin. 5. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah pertolongan persalinan. 2.1.4.4. Standar Pelayanan Antenatal terpadu Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes RI, 2013) Penerapan operasional dikenal dengan standar 10T, dalam melakukan pemeriksaan antenatal tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar terdiri dari: 20 2.1.4.4.1 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion). 2.1.4.4.2 Ukur tekanan darah Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria). 2.1.4.4.3 Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/ LiLA) Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). 2.1.4.4.4 Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan adanya 21 gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu. 2.1.4.4.5 Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin. 2.1.4.4.6 Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TTnya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi. 2.1.4.4.6 Beri tablet tambah darah (tablet besi) Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. 2.1.4.4.7 Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemerikasaan laboratorium yang dilakukan pada saat antenatal meliputi: 22 1. Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon donor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi gawat darurat. 2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. 3. Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil. 4. Pemeriksaan kadar gula darah Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilan minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga). 23 5. Pemeriksaan malaria Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi. 6. Pemeriksaan tes sifilis Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilia. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan. 7. Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusan untuk menjalani tes HIV. 8. Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita Tuberculosis sebagai pencegah agar infeksi Tuberculosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. 2.1.4.4.8 Tatalaksana/penanganan kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. 24 2.1.4.4.9 Temu Wicara (konseling) Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: (1) kesehatan ibu; (2) perilaku hidup bersih dan sehat; (3) peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan; (4) tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan mengahadapi komplikasi; (5) asupan gizi seimbang; (6) gejala penyakit menular dan tidak menular; (7) penawaran untuk melaksanakan tes HIV dan konseling di daerah Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah Epidemi rendah; (8) inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif; (9) KB paska persalinan; (10) Imunisasi; (11) peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster). 2.1.4.5 Jenis Pelayanan Antenatal Terpadu Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari: 2.1.4.5.1 Anamnesa Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu: menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini; menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil: mual muntah, pusing, sakit kepala, pendarahan, nyeri perut yang hebat, demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas, keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku berubah selama hamil, riwayat 25 Kekerasana Terhadap Perempuan (KTP) selama kehamilan; menanyakan status kunjungan; menanyakan status imunisasi tetanus ibu hamil; menanyakan jumlah tablet tambah darah (Fe) yang dikonsumsi, menanyakan obat-obat yang dikonsumsi; di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat pemakaian obat malaria; di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada pasangannya; menanyakan pola makan selama ibu hamil yang meliputi jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya; menanyakan kesiapan mengahadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan. Informasi anamnesa biasa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami (Kemenkes, 2013). 2.1.4.5.2 Pemeriksaan Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel: 26 Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu No Jenis Pemeriksaan Trimester Trimester Trimester I II III Keterangan 1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin 2 Suhu Tubuh √ √ √ Rutin 3 Tekanan Darah √ √ √ Rutin 4 Berat Badan √ √ √ Rutin 5 LiLa √ 6 TFU √ √ Rutin 7 Presentasi Janin √ √ Rutin 8 DJJ √ √ Rutin 9 Pemeriksaan Hb √ √ Rutin 10 Golongan Darah √ 11 Protein Urin * * * Atas indikasi 12 Gula darah * * * Atas indikasi 13 Darah malaria * * * Atas indikasi 14 BTA * * * Atas indikasi 15 IMS/Sifilis * * * Atas indikasi 16 Serologi HIV * * * Atas indikasi 17 USG * * * Atas indikasi Rutin Rutin 2.1.4.5.3 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium/penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa banding, sedangkan bidan atau perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah atau tidak pada hamil (Kemenkes RI, 2013). 27 2.1.4.5.4 Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Penerapan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013). 2.1.4.5.5 Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya (Kemenkes RI, 2013). 2.1.4.6 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal yang bermutu pada hakekatnya merupakan suatu pelayanan medik dasar yang sangat stratregis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu hami dan janin dikandungnya. Disamping itu kualitas pelayanan yang diberikan harus selalu dijaga, sehingga meningkatkan kesinambungan pemeriksaan antenatal yang pada gilirannya dapat terpelihara derajat kesehatan kehamilan (Dekpes RI, 2007). Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” (keluarga berencana, ANC, persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetric essensial). 28 Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci (Depkes RI, 2007) yaitu: 1. Setiap persalinan obstetrik ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. 2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. 3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Kebijakan program pelayanan antenatal selain menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu, yaitu minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (Depkes RI, 2007). Kebijakan teknis pelayanan antenatal yaitu, setiap saat kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau mengalami penyulit/komplikasi. Oleh karena itu diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI, 2007). 2.1.4.7 Faktor-Faktor Penunjang Kualitas Pelayanan Antenatal 2.1.4.7.1 Kompetensi teknis Kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan penampilan atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan. Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati. Tidak dipenuhinya kompetensi teknis 29 dapat mengakibatkan barbagai hal, mulai dari penyimpangan terhadap standar layanan kesehatan sampai kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. 2.1.4.7.2 Prosedur / Standar Aplikasi program jaminan mutu di puksesmas adalah dalam bentuk penerapan standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil tetap terjaga kualitasnya, meskipun kondisi lingkungan dan petugas yang berbeda/bergantian. Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu saran pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan. Standar yang diterapkan pada setiap pelayanan akan menjadi pelayanan yang diberikan menjadi lebih bermutu serta akan semakin tercapai standar yang ditetapkan. 2.1.4.7.3 Fasilitas / Alat Fasilitas/Alat adalah salah satu faktor yang mendukung dalam melaksanakan tindakan. Lingkungan yang mendukung yaitu ruangan tempat pelayanan yang memenuhi standar kesehatan, dan fasilitas, alat, serta sarana untuk mendukung pada saat melaksanakan kegiatan seperti pencatatan, pelaporan. 2.1.5 Defenisi Sistem Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen yang saling terhubung dan mempengaruhi satu sama lain. Sistem memiliki unsur-unsur tersendiri yang dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu: 30 1. Masukan (Input) Masukan atau input adalah bagian yang ada didalam sistem dan diperlukan agar sistem dapat berjalan. Dalam proses pembangunan kesehatan, unsur yang diperlukan adalah sumber daya manusia dan sarana prasarana, hal ini menunjukkan jika unsur-unsur input tidak memenuhi standar akan menghambat proses pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2011: 101). 2. Proses (Process) Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan suatu keluaran yang direncanakan dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Proses merupakan elemen yang penting dalam sebuah sistem karena menentukan hasil dari keluar berdasarkan masukan yang ada (Notoatmodjo, 2011: 101). 3. Keluaran (Output) Keluaran atau output merupakan hasil akhir dari program yang telah dilaksanakan, biasanya berupa indikator-indikator keberhasilan (Notoatmodjo, 2011: 101). 4. Umpan Balik (feedback) Umpan balik atau feedback merupakan elemen dari sistem yang berupa hasil antara dan hasil akhir dari sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011: 101). 5. Dampak (impact) Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah beberapa waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011: 101). 31 6. Lingkungan (Environtment) Lingkungan (environtment) merupakan bagian luar sistem tetapi memiliki pengaruh terhadap berjalannya sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011: 101) 2.1.5.1 Teori Sistem Teori ini menjelaskan bahwa masukan dan keluaran merupakan energi yang saling berhubungan antar manusia dan lingkungan. Proses dimana energi, informasi dan zat dari keluaran akan memberikan timbal balik ke masukan, yang dapat digunakan sebagai bahan koreksi atau evaluasi (Haryanto, 2007:7). Sedangkan menurut Azman (1996) dalam Elvira (2014) mengatakan bahwa untuk terbentuknya sebuah sistem, maka diperlukan rangkaian unsur-unsur yang menjadi satu kesatuan guna mencapai suatu tujuan. 2.1.5.2 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan penguaraian operasional dari sistem yang berupa upaya identifikasi tujuan, kegiatan, situasi dan informasi yang diperlukan oleh sistem saat saat pelaksanaannya (Sulaeman, 2011 dalam Elvira, 2014). Langkahlangkah analisis sistem dibedakan atas enam macam, yaitu: 1. Lakukan penguraian sistem sehingga bagian-bagian yang dimiliki saling berhubungan antara satu dan lainnya. 2. Perumusan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian sistem dilanjutkan secara keseluruhan. 3. Lakukan pengumpulan data untuk lebih menjelaskan masalah yang ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluarnya. 32 4. Kembangkan model-model sistem berdasarkan informasi yang dimiliki. 5. Lakukan uji coba, dan jika diperlukan lakukan perbaikan serta dicatat setiap hasil yang diperoleh. Dari catatan yang ada dapat dipilih model paling menguntungkan. 6. Melakukan pemantauan dan penilaian secara berkala berdasarkan penerapan model sistem yang telah dipilih. 2.1.5.3 Ruang lingkup penilaian terhadap sistem Secara sederhana ruang lingkup penilaian sistem dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Penilaian terhadap masukan Penilaian terhadap masukan yang menyangkut pemanfaatan sebagai sumber daya, baik tenaga, dana maupun sarana dan prasarana. 2. Penilaian terhadap proses Pelaksanaan program merupakan titik berat dalam penilaian terhadap proses, apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Proses yang dimaksud mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan. 3. Penilaian terhadap keluaran Penilaian terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang didapatkan dari pelaksanaan program. 4. Penilaian terhadap dampak Penilaian terhadap dampak program mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan program. 33 2.1.5.4 Pendekatan Sistem Pendekatan sistem merupakan jenis pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan kompenen sistem sebagai media analisis. Manajeman analisis yang digunakan untuk memfokuskan analisis kepada komponen-komponen sistem yang dalam penerapan nanti akan mempengaruhi keberhasilan sistem. Pendekatan sistem merupakan hasil penerapan sistem ilmiah yang diterapkan dalam ilmu manajemen. Dengan menggunakan pendekatan sistem maka dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan perilaku suatu organisasi. 2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Pelaksanaan program ini akan peneliti jelaskan dengan pendekatan sistem, yang terdiri dari input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana, kebijakan dan SOP), proses (proses pelaksanaan program antenatal terpadu sesuai dengan standar 10T dan masalah/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan 10T, perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan dan penanganan komplikasi), dampak (keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program antenatal terpadu) 2.1.6.1 Input Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut (Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material, manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya. 34 Input dalam penelitian ini antara lain: Sumber Daya Manusia (SDM), sarana/prasarana, sumber dana, serta kebijakan dan SOP. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) M.T.E Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasikan oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. 2. Fasilitas/ Sarana dan prasarana Menurut Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2014, fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Menurut Moekijat (2001), fasilitas adalah suatu sarana fisik yang dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001), fasilitas adalah penyedia perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut terpenuhi. 35 3. Sumber Dana Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain, yang mana berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti bahan penyelenggara asuransi, sedangkan yang bersumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negeri. Pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran negara untuk waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Di dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besar anggaran kesehatan pusat adalah 5% dari APBN diluar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan Kab/Kota 10% diluar gaji, namun pada kenyataannya anggaran untuk kesehatan cuma mendapat angka 2,37%. Pemerintah daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya penerimaan pajak-pajak daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana 36 keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu sistem anggaran yang mengutakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari pelaksanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Keputusan didalam UU No 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD. 4. Kebijakan dan SOP Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang diambil untuk mengatasi suatu masalah. Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (Solichin, 2008). Menurut Aam (2006) menyatakan kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga pendifinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau tidak mudah. Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, defenisi tersebut dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Solichin, 2008). Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian 37 kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan good governance. Standar Operasional Prosedur (SOP) berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung jawabkan; 1) menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, 2) menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung, 3) sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrsian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan dan menetapkan hubungan timbal balik antar satuan kerja. 2.1.6.2 Proses Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan (Azwar, 2010). Biasanya, aktifitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan. Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien. 38 Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Pulang Rujuk RSU Rawat Inap Apotik Ibu Hamil LOKET Rujukan: Polindes Poskesdes BPS Poli KIA Balai Pengobatan Malaria, TB, HIV, IMS, Anemia, KEK Laboratoriu m Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu 2.1.6.2.1 Perencanaan Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan atau menentukan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan kemudian hari berdasarkan jangka waktu yang sudah ditentukan. Menurut Gde Muninjaya (2002) Perencanaan di dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan menentukan kebutuhan sumber daya yang ada, menetapkan tujuan program yang paling utama, dan menyusun langkah- 39 langkah yang akan digunakan agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. Perencanaan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui tujuan dan bagaimana cara mencapainya, struktur atau bentuk organisasi yang diinginkan, jenis dan uraian tugas dari karyawan yang dibutuhkan, mengetahui efektifitas kepemimpinan, dan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan. Perencanaan merupakan salah satu aspek yang ada di dalam sistem yang berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan di dalam organisasi yang terdiri dari: 1. Analisis situasi Analisis situasi bertujuan mengumpulkan fakta atau data yang diambil dari berbagai sudut pandang keilmuan seperti manajemen, ekonomi, demografi. 2. Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalah berdasarkan data-data yang didapatkan dari analisis situasi yang kemudian dapat dikerucutkan menjadi sebuah prioritas masalah. 3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai Merumuskan tujuan dan menentukan besaran target hanya dapat dilakukan saat analisis situasi dan identifikasi masalah sudah selesai dilakukan. 4. Mengkaji adanya kendala atau hambatan Kajian ini dapat diambil dari hambatan yang bersumber dari dalam organisasi dan bersumber dari lingkungan masyarakat. 40 5. Menyusun rencana kerja operasional Penyusunan rencana kerja operasional dapat dilakukan jika 4 (empat) langkah sebelumnya sudah terlaksana. 2.1.6.2.2 Pengorganisasian Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan sebuah langkah untuk mengelompokkan, menetapkan, mengatur kegiatan penetapan tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasiaan wewenang untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah dibuat. Pengorganisasian merupakan sebuah alat untuk menyelaraskan kegiatan yang memiliki aspek-aspek personal, finansial, dan metode untuk mencapai sebuah tujuan dari organisasi. Pengorganisasian dalam manajemen memiliki beragam manfaat seperti berikut: mengetahui pembagian tugas bagi individu maupun kelompok, melakukan pendelegasian wewenang, melakukan pemanfaatan pegawai dan sarana prasana dengan efektif (Gde Muninjaya, 2002). Pengorganisasian merupakan salah satu aspek yang ada dalam sistem yang berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan didalam organisasian yang terdiri dari: 1. Tujuan organisasi harus diketahui oleh dan dipahami oleh pegawai. 2. Pembagian pekerjaan kedalam langkah-langkah secara merata. 3. Menggolongkan kegiatan-kegiatan kedalam elemen kegiatan. 4. Menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai dan menyiapkan fasilitas yang pegawai perlukan. 41 5. Memilih pegawai yang profesional yang mampu melaksanakan tugas yang akan dibebankan. 6. Melakukan pendelegesian wewenang. 2.1.6.3 Output Output (keluaran) adalah kemampuan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan dan penanganan komplikasi (PK) (Kemenkes, 2013). 4.1.6.3.1 Pengertian K1 Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil dan dilakukan dengan pelayanan antenatal terpadu di puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013), K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk melakukan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. 42 Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8 (Kemenkes, 2013). 4.1.6.3.2 Pengertian K4 K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar ditetapkan (Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013) yaitu ibu hami dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai koompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke 2 (>12 – 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke 3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bias lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4. 4.1.6.3.3 Penanganan Komplikasi (PK) Penanganan Komplikasi adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempunya kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eclampsia, persalinan macet, infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes mellitus, Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI, 2013). 43 2.1.6.4 Dampak (impact) Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011). Dampak (impact) pada penelitian ini, keberhasilan cakupan K1 dan K4 terhadap pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 2.2. Kerangka Teori Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefenisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefenisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010). Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian sub sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Pendekatan sistem akan mengkaji berjalannya suatu sistem dengan cara mengelompokkan sesuai dengan komponen sistem, yang terdiri dari: masukan (input), proses (process), keluaran (output), dampak (impact). Keterkaitan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 44 PUSKESMAS (Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat) Upaya Kesehatan Esensial Masyarakat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pelayanan promosi kesehatan Pelayanan kesehatan lingkungan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan KB Berkualitas Pelayanan gizi Pelayanan pencegahan dan Pendekatan Sistem 1. 2. 3. 4. Input Sumber Daya Manusia Sarana dan Prasarana Sumber Dana Kebijakan dan SOP Proses 1. Proses Pelaksanaan Pelayanan yang berkualitas sesuai standar dengan 10T 2. Perencanaan 3. Pengorganisasian Output Cakupan Pelaksanaan Program K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Pelayanan Antenatal Terpadu Proses Pelayanan Antenatal Terpadu dengan 10T: 1. Timbang berasat badan dan ukur tinggi badan 2. Ukur tekanan darah 3. Nilai status gizi/ikur lingkar lengan atas (LiLA) 4. Ukur tinggi fundus uteri 5. Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6. Skrining imunisasi TT 7. Tablet tambah darah 8. Pemeriksaan laboratoruium 9. Tatalaksana/penanganan kasus 10. Temu wicara/konseling Dampak Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program antenatal terpadu Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: 1. Permenkes RI (2014); 2. Notoatmodjo (2003); 3. Arsita (2012); 4. Kemenkes RI (2013); 5. Kemenkes RI (2010); 6. Hasibuan (2003); 7. Gede Muninjaya (2010); 8. Solichin Abdul Wahab (2008); 9. Azwar (2008); Elvira (2014); 10. Ida nuraida (2008) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Input 1. Sumber Daya Manusia (SDM) 2. Sarana dan Prasarana 3. Sumber Dana 4. Kebijakan dan SOP Alur Pikir Proses 1. Proses Pelaksanaan Pelayanan yang berkualitas sesuai standar 10T 2. Perencanaan 3. Pengorganisasian Output Cakupan Pelaksanaan Program K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) Dampak (impact) Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program antenatal terpadu Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian 3.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya (Moeleong, 2006: 97). Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang akan dikaji dinamakan fokus penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada pelaksanaan pelayanan 45 46 antenatal terpadu yang berkualitas sesuai dengan standar 10T yang akan dianalisis menggunakan pendekatan sistem yang terdapat input, proses, output dan dampak. Dimana untuk mengetahui pada sektor manakah yang memiliki pengaruh terhadap tercapainya atau tidaknya angka kematian ibu di Puskemas Bandarharjo Kota Semarang. 3.3 Jenis Dan Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistika atau bentuk hitungan lainnya. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencari jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu keputusan diambil oleh subyek, bukan sekedar apa, dimana, dan bilamana (Nastiti kaswandani, dkk). Sugiyono (2011) mengemukakan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati. Data kualitatif adalah apa yang dikatakan oleh orang-orang yang diajukan seperangkat pertanyaan oleh peneliti. Sedangkan penelitian deskriptif merupakan peneliti yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel lain (Nastiti kaswandani, dkk 2011). Penelitian deskriptif tidak digunakan untuk menguji sebuah hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan keadaan, variabel dan gejala yang ada 47 secara apa adanya. Penelitian deskriptif tidak berusaha untuk menghubungkan variabel-variabel yang ingin diteliti, tetapi hanya untuk mengetahui keadaan atau kondisi masing-masing dari variabel yang akan diteliti. 3.4 Sumber Informasi Sumber data atau informasi merupakan objek yang mampu memberikan informasi penelitian sehingga data yang didapatkan dapat digunakan untuk menjustifikasi dan menyelesaikan masalah penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. 3.4.1 Sumber Data Primer Data primer merupakan sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara langsung diperoleh dari sumber dimana penelitian dilakukan. Data primer akan diperoleh melalui informan. Dalam menetapkan informan utama pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menetapkan informan berdasarkan anggapan bahwa informan dapat memberikan informan yang diinginkan sesuai dengan permasalahan peneliti. Dalam hal ini informan awal adalah orang yang terlibat dalam pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang berjumlah 8 orang yakni yang terdiri 3 orang bidan pemegang program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, dan 5 orang ibu hamil pengguna pelayanan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling maka kesepuluh informan awal tersebut dipilih berdasarkan kriteria tertentu, sebagai berikut: 48 1) Bidan pemegang program antenatal terpadu Informan bidan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tersebut dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) Telah bekerja sebagai bidan di Puskesmas Bandarharjo tersebut minimal 1 tahun. (2) Bersedia terlibat menjadi informan dalam penelitian ini. 2) Ibu hamil Informan ibu hamil sebagai pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) Telah berkunjung atau menggunakan layanan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang minimal 2 kali. (2) Melakukan pemeriksaan awal kehamilan juga Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. (3) Bersedia terlibat menjadi informan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh setelah pelaksanaan penelitian, dari informan awal belum mampu memberikan informasi yang memuaskan, maka ditentukan penambahan informan lain yang dapat digunakan sebagai sumber data dengan pertimbangan tertentu menggunakan teknik snowball sampling (Sugiyono, 2012). Dengan menggunakan teknik snowball sampling tersebut dalam pelaksanaanya dilapangan, penelitian ini dilakukan penambahan 2 informan yang terdiri dari 1 orang Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dan 1 orang Kepala sie. 49 Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang dipilih menggunakan kriteria yang sama seperti kriteria informan awal. 3.4.1.1 Pengamatan (Observasi) Menurut Nasution observasi menjadi dasar dari segala ilmu pengetahun, hal ini karena seorang peneliti hanya dapat melakukan penelitian didasarkan pada datadata atau fakta-fakta yang ada dilapangan yang dapat diperoleh dengan cara melakukan observasi. Jenis observasi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terus terang, dimana peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan cara menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian (Sugiyono, 2008: 228). Hal yang akan peneliti amati adalah komponen-komponen sistem yaitu input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana, kebijakan dan SOP), proses (proses pelaksanaan pelayanan antenatal yang berkualitas sesuai standar dengan 10T, perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan pelaksanaan K1 dan K4 dan penanganan kompilakasi) dampak (keberhasilan cakupan K1-K4 dan penanganan komplikasi dalam proses pelaksanaan program antenatal terpadu) di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 3.4.1.1 Wawancara Menurut Esterbeg yang dikutip oleh Sugiono (2008), wawancara merupakan pertemuan 2 (dua) orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara juga merupakan teknik pengambilan data yang digunakan untuk 50 melakukan uji pendahuluan terhadap penelitian untuk menemukan masalah yang harus diteliti. Jenis wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam dimana dalam wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti atau pengumpulan data memerlukan instrumen penelitian seperti: pertanyaanpertanyaan tertulis, tape recorder, gambar, material-material lain yang dapat membantu jalannya wawancara (Sugiyono, 2008: 223). 3.4.2 Sumber Data Sekunder Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh dari laporan, dokumen, maupun buku teks yang terdapat pada instansi puskesmas maupun pada kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dibahas. Data sekunder merupakan data yang diambil dari orang lain atau tempat lain bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Sugiyono, 2008:240). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 3.4.2.1 Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud disini adalah dokumen yang biasa terbentuk tulisan, gambar ataupun karya-karya monumental dari narasumber. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2008:240). Pada penelitian ini dokumen yang digunakan sebagai data sekunder yaitu data angka kematian ibu (AKI) dari buku Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, data Cakupan Kunjungan K1 dan K4 dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, laporan data 51 kunjungan harian ibu hamil K1-K4 dari Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Profil Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Rencana Tingkat Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016. 3.5 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data 3.5.1 Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir A, dkk, 2011: 249). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti. Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2010:306). Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata (bahasa), tindakan, atau bahkan isyarat atau lambang. Untuk dapat menangkap atau menjelaskan data yang demikian, yang paling tepat sebagai instrumen penelitian adalah manusia (Ahmadi, 2014:103). Selain peneliti sebagai instrumen utama, terdapat instrumen lain yang dapat mendukung proses berlangsungnya pengambilan data primer dari informan, antara lain pedoman wawancara, catatan lapangan (fieldnotes), dan alat perekam suara. 52 3.5.2 Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi yang dapat menjelaskan permasalahan atau peneliti secara objektif. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 3.5.2.1 Observasi (pengamatan) Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010:131). Teknik pengambilan data dengan observasi digunakan apabila penetilian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila informan yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010:203). Observasi dilakukan dengan melihat aktifitas pelayanan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 3.5.2.2 Wawancara Mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Meleong, 2007:186). Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Pengambilan data akan dilakukan terus menerus hingga tidak ada lagi informasi yang didapatkan dari informasi atau dapat dikatakan datanya jenuh. 53 3.5.2.3 Dokumentasi Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apa bila didukung oleh dokumentasi (Sugiono, 2010:329). Studi dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan menyelidiki dokumen-dokumen tertulis seperti bukubuku literatur, dokumentasi, peraturan perundang-perundangan yang terkait, pedoman antenatal terpadu terpadu, dan profil di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 3.6 Prosedur Penelitian Pada penelitian kualitatif terdapat tiga tahap dalam melakukan penelitian, tahapan-tahapan tersebut adalah pra penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pasca penelitian. 3.6.1 Tahap Pra- Penelitian Pada tahap pra penelitian beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain: 3.6.1.1 Menyusun rancangan penelitian Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian yang paling tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Penyusun rancangan peneliti dilakukan dengan bantuan literatur-literatur yang terkait. 3.6.1.2 Memilih lokasi penelitian Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas tingkat kepentingan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penentuan lokasi peneliti perlu untuk 54 mempertimbangkan waktu, biaya, tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif (Ghony dan Almanshur, 2012: 216). 3.6.1.3 Mengurus perizinan penelitian Mengurus perizinan penelitian dilakukan dengan pembuatan surat ijin penelitian serta perijinan secara tatap muka kepada pihak-pihak yang berwenang memberikan ijin peneliti di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 3.6.1.4 Menyiapkan perlengkapan yang digunakan untuk proses penelitian Dalam tahap ini peneliti menyiapkan segara perlengkapan baik secara fisik maupun non fisik yang diperlukan pada saat penelitian berlangsung. 3.6.2 Tahap Penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap penelitian adalah melakukan pengambilan data, yakni secara observasi dan wawancara secara mendalam terhadap informan dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap penelitian antara lain: 1. Pengamatan (observasi), dengan obyek yang diobservasi dalam penelitian ini adalah proses pelayanan antenatal terpadu dengan 10T di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Tingkat penerapan SOP oleh tenaga medis yang bertugas pada pelayanan kesehatan ibu dan melakukan pengamatan pada sarana dan prasarana pelayanan kesehatan ibu. 2. Wawancara mendalam dilakukan dengan sumber data meliputi: Kepala Puskesmas, Bidan yang bertugas pada pelayanan kesehatan ibu pemegang program antenatal terpadu, Ibu hamil dan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Kota Semarang 55 3. Hasil yang dapat di catat pada lembar wawancara, studi dokumen dan observasi. 3.6.3 Tahap Pasca Penelitian Pada tahap pasca penelitian, kegiatan yang dilakukan berdasarkan data yang telah didapatkan dengan cara sebagai berikut: 1. Data yang dapat dianalisis, dengan mengacu pada analisis pendekatan sistem pada sumber data yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 2. Rekomendasi yang diberikan pada Puskesmas adalah hasil analisis menggunakan pendekatan sistem yang dapat dijadikan bahan untuk melakukan evaluasi. 3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data penting dilakukan agar penelitian yang dihasilkan bersifat kredibel. Teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitan ini dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama namun teknik yang berbeda dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumen (Sugiyono, 2008: 274). Triangulasi akan dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tepatnya pada Sie. Kesehatan ibu dan lansia bagian kesehatan keluarga (Kesga), Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dan perawat di Puskesmas Bandarharjo itu sendiri. 56 3.8 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010; 335) Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data di lapangan model Miles dan Huberman, metode analisis ini dilakukan saat pengumpulan data sedang berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode waktu tertentu. Apabila setelah wawancara jawaban pertanyaan dirasa belum memuaskan maka peneliti akan terus melanjutkan pertanyaan sampai pada tahap tertentu. Menurut Milesdan Huberman, aktivitas analisis data kualitatif dilakukan terus menerus dan interaktif sampai data jenuh. Dalam proses analisis data Miles dan Huberman membagi tiga tahap yaitu (Sugiono, 2008: 246): 3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data) Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang merangkum, memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, menghilangkan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhir ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian, maka akan memberikan gambaran data 57 yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam pengambilan data selanjutnya serta mencari bila diperlukan. 3.8.2 Data Display (Penyajian Data) Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang sering digunakan adalah bentuk uraian singkat yang bersifat naratif. Penyajian data bertujuan untuk melakukan pengorganisasian data dan penyusunan dalam pola berhubungan sehingga mudah dipahami. Dengan demikian, peneliti sekaligus penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan langkah selanjutnya. 3.8.3 Conclusion Drawing/Verification (Penarikan kesimpulan dan verifikasi) Langkah terakhir dalam teknik analisis data model Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang telah dijabarkan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada saat pengumpulan data, akan tetapi jika kesimpulan di awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan valid maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian maka penelitian kualitatif ini dapat menjawab rumusan masalah yang ada atau juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian dilapangan. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Puskesmas Bandarharjo Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Puskesmas Bandarharjo terletak di Kecamatan Semarang Utara dengan luas 762 meter persegi, sebelah Selatan Kelurahan Purwosari dan Jalan Imam Bonjol, Sebelah Timur Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur, tepatnya di Jalan Layur RT 05 RW 04 Kota Semarang. Mempunyai 2 Puskesmas Pembantu dan 1 Pos Pelayanan Kesehatan dengan empat kelurahan binaan yaitu Kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Kuningan dan Kelurahan Dadapsari dengan jumlah penduduk sebanyak 78.394 jiwa dengan rincian laki-laki 40.663 jiwa dan perempuan 37.748 jiwa. Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknik Dinas (UPTD) yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. Di Puskesmas Bandarharjo tersebut terdapat layanan dokter umum, pemeriksaan gigi, layanan KIA, pemeriksaan laboratorium. Waktu pelayanan yang ada di Puskesmas tersebut dimulai dari pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Salah satu pemeriksaan yang ada di layanan KIA di Puskesmas Bandarharjo adalah pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan kehamilan. Dalam pelaksanaannya, pemeriksaan antenatal di Puskesmas Bandarharjo ada setiap hari selasa dan hari kamis dalam satu minggunya mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Di Puskesmas Bandarharjo terdapat tiga orang bidan yang menjadi 58 59 penanggungjawab dalam layanan KIA tersebut, dua orang pemegang program layanan antenatal (ibu hamil) dan satu orang lainnya pemegang program KB. Dalam pelaksanaannya pemeriksaan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan standar 10T yang dianjurkan oleh Kemenkes RI, 10T tersebut ialah timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LiLA, ukur tinggi fundus uterus, penentuan presentasi dan DJJ (Detak jantung janin), Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT bila diperlukan, beri tablet tambah darah (tablet besi), periksa laboratorium rutin dan khusus, tatalaksana atau penanganan kasus dan temu wicara atau konseling. Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) dan check list observasi. Wawancara mendalam dilakukan kepada masing-masing informan yaitu bidan di Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, ibu hamil yang menggunakan layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarhajo, Kepala Puskesmas Bandarharjo, dan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Keseharan Kota Semarang 60 Gambar 4.1: Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Karakteristik Informan Penelitian 4.2.1.1 Karakteristik Informan Utama Informan utama dalam penelitian ini berjumlah delapan orang yang terdiri dari tiga orang bidan pelaksana pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo, lima orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo. Karakteristik Informan Utama dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut: 61 Tabel. 4.1 Karakteristik Informan Utama Informan Nama (1) Informan 1 Umur Pendidikan (tahun) Terakhir (3) (4) (5) 43 DIII Bidan (2) Erna Faulina, Am Keb Jabatan Masa Kerja (6) Informan 2 Sumarni, Am Keb 58 DIII Bidan 58 Th Informan 3 Endang E, Am Keb 34 DIII Bidan 11Th Informan 4 Asih Lestari 20 SMA Ibu hamil - Informan 5 Dwi Rahayu 34 SMA Ibu hamil - Informan 6 Sugianti 28 SMK Ibu hamil - Informan 7 Dinar Istiana 31 SMA Ibu hamil - Informan 8 Emmi Asmirawati 37 SMA Ibu hamil - Sumber: Data Primer, 2016. 4.2.1.2 Karakteristik Informan Triangulasi Informan triangulasi dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertugas pada kesehatan ibu dan anak bagian kesehatan keluarga (Kesga) dan Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Karakteristik Triangulasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi Informan Nama (1) (2) Umur Pendidikan (tahun) Terakhir (3) (4) Jabatan Masa Kerja (5) (6) Triangulasi 1 Minasari 44 S1 Pegawai DKK 18Th Triangulasi 2 Tri Susilo Hadi, SKM, Mkes 51 S2 Kepala Puskesmas 31Th Sumber: Data Primer, 2016. 62 4.2.2 Hasil Penelitian Input Sumber daya manusia dalam suatu program merupakan unsur utama guna mencapai suatu tujuan dari program tersebut yang telah ditetapkan di awal program. Tanpa adanya sumber daya manusia, maka suatu program tidak dapat berjalan atau terlaksana. Semakin tinggi kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu program, maka akan semakin tinggi pula tujuan yang akan dicapai (Hasibuan, 2003). 4.2.2.1 Sumber Tenaga Manusia (SDM) Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jumlah tenaga bidan dan latar belakang pendidikan puskesmas di Puskesmas Bandarharjo saat ini berjumlah tiga orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan utama sebagai berikut: “…..Untuk PNS nya sendiri ada tiga, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti satu untuk sementara ini yang aktif sudah DIII semua sih, menurut saya belum cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya yang banyak, kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas induk tiga puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama tapi kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada dari KIA nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar sebenarnya tapi kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya, terus petugas apa untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada dokternya, ada perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter cuman ada dua aa perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa sudah gak standar menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga seharusnya magang tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa pengelolaan klinik di puskesmas dia hanya membantu kalua diserahin tanggungjawabkan tidak bisa……” (Informan Utama 1) 63 “Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau dimaksimalkan saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya tenaga yang opo nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu kelurahan jadi setiap bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo dikatakan kurang ya sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah soalnya ada yang bantu dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu atau tiga yaa lebih baik karna saya sudah mau pensiun juga ..” (Informan Utama 2) “yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya, dengan bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan magang tiga sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih kurang, itu kalau kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi untuk neonatusnya kan dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang sekali, tenaga disini khususnya ya karna memang kita tidak ada bidan desa, belum juga pemantauannya juga, menurut saya ya tenaganya kurang ..” (Informan Utama 3) Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata hasil wawancara sesuai dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo tahun 2016 dimana di dalam dokumen tersebut Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan tiga orang bidan lagi. Semua informan utama menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kekurangan sumber daya manusia terutama untuk tenaga bidan. Hasil wawancara dengan informan utama di atas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani pelayanan 64 antenatal terpadu untuk kunjungan ibu, akan tetapi harus ada seorang pemegang program, namun dalam pelaksanaan program nanti, jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja Puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi: “Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya… … Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan, nah nanti untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah kota… itu juga bisa berpengaruh…” (Informan Triangulasi 1) Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dari dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo sejak tiga tahun kebelakang ini merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk pelayanan program antenatal terpadu dan pelayanan lainnya yang membutuhkan tenaga bidan, dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan tidak ada patokan untuk jumlah bidan untuk melayani kunjungan ibu, hanya menyesusaikan keadaan puskesmas masingmasing, yang terpenting adalah harus ada pemegang program untuk pelayanan antenatal terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait komponen input (sumber daya manusia) yang mempengaruhi capaian target keberhasilan cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, dapat diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang secara berkala sejak tiga tahun kebelakang 65 selalu mendelegasikan sumber daya manusianya yang bertugas di pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang berikut adalah kutipan wawancara dengan ketiga informan utama: “… Ya ada sih, kalau kita pertemuan setiap bulan sehingga pada saat bulan itu ada hal baru gak, misalnya ada hal baru diberikan misalnya tidak ya refresing atau ndak nanti konsultasi ahli segera disampaikan, dilaksanakan di DKK…. Ada yang bentuknyanya seperti seminar, ada yang bentuknya seperti pelatihan, workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipenya skill misalnya ditempat yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek biasanya di diklatlah atau mungkin di tempat instansi rumah sakit, seperti itu…” (Informan Utama 1) “… Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa saja? Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit ada, dari dinas juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada cara penanganannya bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC nya darahnya tinggi dan harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya…” (Informan Utama 2) “Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada yang ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan sosialisasi ke kita gitu, sudah ada…” (Informan Utama 3) Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata hasil wawancara sesuai dengan dokumentasi arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo tahun 2014 dan tahun 2015, dimana pada arsip tersebut ditemukan beberapa surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengundang perwakilan bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang melakukan pelatihan, 66 beberapa pelatihan yang diadakan Dinas Kesehatan Kota Semarang adalah pelatihan KIA walaupun tidak interval khusus dalam pelaksanaan pelatihan tersebut. Hasil wawancara dengan informan utama ternyata juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan kepala Puskesmas Bandarhajo yang menyatakan bahwa setiap tahun terutama tiga tahun terakhir ini Dinas Kesehatan Kota Semarang telah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bidan pelayanan antenatal terpadu untuk pelayanan ibu, walaupun hanya berupa refreshing berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi: “ Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian kalau pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuanpertemuan sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang dihadapi… Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap tahun materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan programnya….” (Informan Triangulasi 1) “Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadangkadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK …” (Informan Triangulasi 2) Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah, Dinas Kesehatan Kota Semarang aktif melakukan pelatihan dan seminar yang biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun yang ditujukan untuk bidan atau pegawai puskesmas-puskesmas di Kota Semarang termasuk 67 Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. 4.2.2.2 Sarana dan Prasarana 4.2.2.2.1 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait dengan komponen input (sarana dan prasarana) yang mempengaruhi capaian target kunjungan ibu hamil K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, menyatakan tidak mengalami kendala dan kekurangan dalam sarana penunjang pelayanan antenatal terpadu. Untuk prasarana Puskemas Bandarharjo telah melakukan perbaikan baik ruangan pelayanan KIA maupun pelayanan umum seperti loket, tempat parkir namun untuk ruangan KIA dan KB masih dalam satu ruangan, belum ada ruangan khusus untuk masing-masing pelayanan KIA dan KB, berikut adalah kutipan wawancara dengan semua informan utama: “… Kalau untuk sarana yang jelas untuk mengacu kesini memang sangat lengkap ya, sudah sesuai standar lah tidak ada permasalahan. Tapi untuk ruangan prasarana masih satu ruangan, jadi kalau sudah perawatan aa apa pelayanan anak yang imunisasi kita untuk pelayanan hamil kan sudah, satu tenaganya masih kurang yang kedua tempatnya yang tidak ada, kan mau gantian gak enak, jadi ya pelayanan KIA, KB dan MTBS masih jadi satu ruangannya belum terpisah …” (Informan Utama 1) 68 “… Kira-kira sudah cukup yaa, opo otoh sarana prasaran? biasane cuma SDM nya itu memang kita kurang, kalau untuk sarana prasarana buku KIA nya sudah lebih dari cukup terus labotorium sudah ada, sudah komplit saya kira sudah cukup itu sarana dan prasarananya tidak ada kendala … … ya ya sudah lumayanlah, termasuk alat tensimeter cuman ini gedungnya ini lo belum layak ketok e belum apa, ini nanti KIA kan terpisah dengan KB nya dengan anak-anak masih gabung dan semerawut, cuman itu yang membuat kita ketok e anu ya karna gedung belum jadi nanti kalau gedung jadi semuanya pindah KIA sendiri untuk KB nya sendiri diatas jadi sekarang masih proses …” (Informan Utama 2) “Insyaallah sih peralatan sudah di usahakan lengkap, tinggi badan sudah, perlatan lain juga tidak ada masalah, pemeriksaan laborat sudah dilengkapi, cuman kok ada kurangnya antenatal terpadu itu satunya apa ya kita yang belum, IVA nah itu kita belum ada yang pemeriksaan IVA itu karna kita belum ada dilatih …” (Informan Utama 3) Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan ibu hamil yang menjadi pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo tersebut, berikut adalah kutipan wawancara: “Ya, sudah lumayan mbak sudah lengkaplah…” (Informan Utama 4) “Sudah lengkap mbak menurut saya…” (Informan Utama 5) “Cukup kok mbak, baguslah… tempatnya juga udah besar, bersih juga, kitanya juga nyaman mbak…” (Informan Utama 6) 69 “Peralatannya komplit ya, lengkap cuma kok gak ada USG ya mbak, kalau yang lainnya sudah lengkap ya mbak…” (Informan Utama 7) “Komplit mbak, sudah ada alat timbang ada pemeriksaan janinya juga udah lengkap, laboratorium juga sudah kok mbak…” (Informan Utama 8) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas, ternyata hasil wawancara sesuai dengan dokumen Rencana Tingkat Pembangunan tahun 2016 Puskesmas Bandarharjo dimana, di dalam dokumen tersebut menunjukan tidak adanya sarana yang kurang atau rusak, prasarana ruangan KIA dalam kondisi baik untuk pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo. Berikut ini adalah tabel Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo terkait kondisi prasarana tahun 2016: Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana (Material) No Nama Bangunan Jumlah Ruangan Kondisi 1 Puskesmas Bandarharjo 10 Baik 2 Pustu Mlayu Darat 5 Baik 3 Pustu Kuningan 5 Baik Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan data dokumen yang diambil dari dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo adalah, sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Bandarharjo sudah lengkap dan terpenuhi, semua peralatan dalam keadaan layak pakai atau baik dan kondisi ruangan pelayanan kunjungan ibu hamil dalam kondisi baik, akan tetapi ruangan tersebut masih menjadi satu dengan ruangan KIA, KB dan MTBS. 70 4.2.2.2.2 Kebersihan Sarana dan Prasarana Sementara untuk kebersihan prasarana semua responden menyatakan kebersihannya adalah bagus. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara: “Menurut saya sudah bersih ini mbak…” (Informan Utama 4) “Sudah bersih kok…” (Informan Utama 5) “Kebersihan diruangan bersih sih mbak…” (Informan Utama 6) “Mmm bersih kok mbak ....” (Informan Utama 7) “Yaa lumayan bersih sih mbak …” (Informan Utama 8) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama ibu hamil menganggap kebersihan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo cukup bersih. 71 4.2.2.3 Sumber Dana Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa pendanaan untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo berasal dari berbagai sumber, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama: “Kalau dana, karna kegiatan kita tidak satu nih, kalau untuk pemeriksaan ANC nya sendiri kalau sekiranya dia pake Jamkesmas atau Jamkeskot kan gratis, tidak ada yang harus di inikan, pemeriksaan laboratorium gratis dan pengobatan juga gratis … sumber dana berasal dari BOK dari Dinas …” (Informan Utama 1) “Dananya ya dari pusat toh, masalah dana gak tau saya kurang tau, untuk program antenalat terpadu dananya dari Dinas, ya untuk kasurkesnya untuk pendampingan ibu hamilnya sudah ada …” (Informan Utama 2) “Kalau yang pemeriksaan laborat itu kan memang dari Dinas ya BOK, itu digratiskan untuk yang Hb sama protein urine itu digratiskan tapi kalau misalkan kayak punya kartu BPJS, Jamkesmas itu kan memang gratis semua ngeh tapi kalau gak punya ya memang selain Hb dan protein itu bayar misalkan gula darah …” (Informan Utama 3) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa sumber dana untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo diperoleh dari bantuan operasional kesehatan dari pusat, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi: “Kalau dana alhamdullilah cukup, karena untuk program antenatal terpadu dibantu langsung dari bantuan operasional kesehatan dari pusat, cukup …” (Informan Triangulasi 2) 72 4.2.2.4 Kebijakan dan SOP Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa Kebijakan dan SOP untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo sudah ada, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan utama: “Ada, kalau standarnya ada cuman kita kembalikan lagi kita dalam satu hari pemeriksaan ibu hamil misalnya 20 orang sedangkan tenaga kita cuma satu atau dua, kita dibebani dengan ruangan yang sama yang satu pemeriksaan MTBS dan MTBM akhirnya terpisah, adanya yang satu pegang MTBS MTBM yang satu pegang ANC dengan standar SOP kita melakukan itu kira-kira nyandak ndak dalam satu hari kita mengerjakan 20 orang, dengan standar seperti diatas? Ya tidak bisa… sudah ada SOP kita berusaha untuk semaksimal mungkin melakukan tapi kalau untuk harus sesuai ya tidak bisa karna keterbatasan tenaga, ruangan …” (Informan Utama 1) “Sudah toh, sudah ada SOP nya …” (Informan Utama 2) “di KIA ada SOP …” (Informan Utama 3) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa standar operasional untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo sudah ada, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi: “Sudah ada SOP nya mbak …” (Informan Triangulasi 2) 73 Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP). 4.2.3 Hasil Penelitian Proses 4.2.3.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan 10T Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan yang ada di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo mengatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada telah melaksanakan pelayanan dengan 10T, berikut adalah kutipan wawancara dengan bidan terkait pelaksanaan antenatal yang ada: “Sudah dilaksanakan, ya periksa mulai dari keadaan semuanya, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, LiLA, TFU, Presentasi janin, DJJ, HB itu waktu awal periksa, golongan darah itu sama HIV dan Hepatitis B, mmm selanjutnta imunisasi TT juga, kalau waktu awal itu pasti 10T mbak … … pemeriksaan trimester pertama yang jelas lengkap sih, pemeriksaannya lebih lengkap dari pada trimester dua dan tiga karena untuk penjaringan untuk skrining dia masuk restinya, gitu kan. Dimasukan di fasilitas apa ini, faktorfaktor resiko apa saja, resiko tinggi aa komplikasi dipantau dari awal sudah walaupun kita selalu setiap kali pemeriksaan selalu kita lakukan skrining ulang …” (Informan Utama 1) “Mmm, pelaksanaannya sudah sesuai dengan 10T kok …” (Informan Utama 2) “10T, sudah dilaksanakan mbak, dari pemeriksaan timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, LiLA sampai konseling sudah dilaksanakan …” (Informan Utama 3) 74 Kesimpulan dari hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen proses (pelaksanaan pelayanan berkualitas sesuai standar 10T) yang mempengaruhi cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, semua informan utama menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar 10T kepada ibu hamil. 4.2.3.2 Perencanaan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait dengan komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan penetapan target cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil berdasarkan dari breakdown dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama: “Eee… ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan magang itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan segala macam belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya kalau itu kita gak kita lakukan, istilahnya kita butuh tenaga… … ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah ibu hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas kesehatan kota semarang, baru breakdown ke puskesmas …” (Informan Utama 1) “Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis pasien sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu mengacu mulai dari SPM… itu breakdown dari dinas mbak ..” (Informan Utama 3) 75 Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi yang menyatakan bahwa pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menentukan besaran target dari program antenatal terpadu, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi: “ Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga berpatokan pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna da senstranya masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar pelayanan minimal …” (Informan Triangulasi 1) “Itu kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian o dibahas di DKK kita menerima biasanya dinaikan antara 1 sampai 2% dari jumlah yang ada, targetnya tetap sesuai dengan SPM mbak…” (Informan Triangulasi 2) Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan informan triangulasi adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo samasama menggunakan SPM untuk menentukan capaian target suatu program, termasuk program antenatal terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian target kunjungan ibu di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan perencanaan sumber daya manusia tiap tahun, hal tersebut dilihat pada tahun 2014 dan tahun 2015 Puskesmas Bandarharjo telah melakukan analisis beban kerja atau analisis jabatan guna melihat apakah puskesmas memerlukan sumber 76 daya manusia lagi atau tidak, dan ternyata beberapa informan utama merasakan kurangnya sumber daya manusia (bidan) yang hingga kini masih belum ada penambahan sumber daya manusia (bidan) hanya saja sudah dibantu kasurkes, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “… Tentunya ada analisis jabatan atau analisis beban kerja, tentunya itu sudah kita hitung, kalau minta itu selalu ya tapi untuk dikasih atau enggaknya kan pegawai PNS itu kaitannya banyak, hanya saja untuk saat ini PNS nya sendiri sekarang ada tiga tetapi saat ini kita di bantu oleh kasurkes untuk memantau ibu hamil, jadi ya cukup membantu ya …” (Informan Utama 1) “Kalau menambah itu dari dulu sudah diwacanakan, tapi kita nggak mungkin menambah dengan menambah gitu aja, mereka kan butuh bayaran, butuh apa gitu ya, jadi kita tidak bisa dengan seenaknya mendatangkan sendiri orang …” (Informan Utama 3) Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan data dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016, di dalam dokumen tersebut memang Puskesmas Bandarharjo telah menyatakan kekurangan SDM bidan. Berdasarkan pernyataan dari informan utama dengan data dokumen ternyata dapat dijelaskan dari Pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang terkait hal tersebut, pihak dinas mengatakan bahwa apabila puskesmas memang merasa mengalami kekurangan SDM dapat mengajukan ke dinas melakukan analisis lagi, biasanya dengan melakukan relokasi SDM, akan tetapi walaupun dapat diajukan tiap tahun namun hal tersebut tidak pasti akan langsung dilakukan penambahan, ada beberapa pertimbangan kepegawaian yang harus 77 difikirkan, seperti ada atau tidaknya belanja pegawai. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi: “Ya biasanya mengajukan kesini, lalu dari pihak sini akan merelokasikan lagi, missal puskesmas mana yang bidan terlaku banyak jadi untuk sementara dapat dialihkan dulu ke puskesmas yang kekurangan ya… tapi itu nggak bisa tiap tahun to ya, paling enggak tiap puskesmas ada satu bidan dan satu pemegang programnya … … ya, kalau itu ada banyak faktor yang mempengaruhi kan kita instansi pemerintah jadi kita juga terikat pada dan peraturan kepegawaian seperti belanja pegawai, ada anggarannya atau tidak, gitu …” (Informan Triangulasi 1) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan triangulasi dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo telah merasakan kekurangan tenaga bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah melakukan analisis beban kerja dan jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga telah mengajukan permohonan tambahan tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban kerja yang sudah dibuat, ke Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dinas kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan sumber daya manusia tambahan melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang juga tidak bisa serta merta dapat langsung melakukan penambahan SDM karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan perencanaan sarana dan prasarana tiap tahun, ternyata semua informan utama mengatakan bahwa tidak ada kendala pada 78 perencanaan sarana dan prasarana, karena semua sarana dan prasarana sudah sesuai standar dan dalam kondisi baik, sehingga Puskesmas Bandarharjo tidak melakukan pengajuan penambahan dan pergantian sarana dan prasarana yang besar. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “Kita dalam pelayanan mengacunya standar, terus kemudian kalau standarnya sudah tercapai ya yasudah seperti itu, sampai saat ini sih nggak ada permasalahan ya, peralatan standar untuk pelayanan ibu hamil kita ada, semua sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, sudah lengkaplah …” (Informan Utama 1) “Kalau kendala tidak ada ya mbak, paling ya itu SDM nya, kita peralatan kita yo semua udah ada udah lumayanlah, membuat usulan, usulan kebutuhan, kita tiap tahun membuat usulan kebutuhan alat kesehatan ya… Di kita pengadaan barang tidak ada kendala insyaallah, dan kita selama ini pengadaan barangbarang yang besar alat-alat kesehatan yang mahal itukan di penuhi dari dinas kesehatan …” (Informan Utama 2) “Peralatan sudah lumayan ya mbak, tidak ada masalah terkait dengan sarana dan prasarana, sudah lengkap mbak insyaallah …” (Informan Utama 3) Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan data dokumen (RTP Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016), di dalam dokumen tersebut memang Puskesmas Bandarharjo menyatakan semua sarana dan prasarana penunjang pelayanan sudah terpenuhi sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mendapatkan penambahan atau perbaikan sarana dan prasarana dengan cara 79 mengajukan usulan kebutuhan. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi: “Ya sama dengan SDM tadi mbak, biasanya mengajukan ke sini, dengan melampirkan dokumen usulan kebutuhan yang diperlukan, nanti kita kaji lagi apakah dapat dipenuhi atau tidak, hal itu juga terkait biaya yang ada …” (Informan Triangulasi 1) Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo tidak mengalami kendala dalam pengadaan sarana dan prasarana karena sarana dan prasarana yang ada hingga saat ini sudah sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik. 4.2.3.3 Pengorganisasian Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait dengan komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo telah melakukan monitoring program puskesmas termasuk program antenatal terpadu baik secara internal maupun eksternal yang biasanya dilakukan hari minggu pagi. Berikut adalah kutipan wawancara dengan semua informan utama: 80 “Ya ada, dari pihak dinas juga ada, tiap tahun kan pasti, supervise kinerja pasti ada, intervalnya tiap tahun ada, terus kemudian pemegang progam pasti melakukan monitoring terhadap program itu, tiap bulan kan kita laporan terus… … ada rencana kegiatannya apa, sampai kita bikin jaring-jaring kegiatan seperti kelas ibu hamil, neonatal, pemantauan ibu hamil resti, pelacakan bayi meninggal dan itu pada saat kelas hamil dilakukan rata-rata hari minggu dan itu kegiatannya dilakukan pada saat itu, dilaksanakan minggu pagi…” (Informan Utama 1) “Ada, ada rapat untuk monitoring, biasanya dilakukan dilakukan senin pagi itu ada brifing disana kita bisa memberikan masukan disitu… monitoring selalu ada, dari dkk juga ada, dari puskesmas juga ada, monitoring dari DKK setahun satu atau dua kali kayaknya… “ (Informan Utama 2) “Ooo ada nggeh, dari DKK juga ada kok kegiatan monitoring…” (Informan Utama 3) Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo, dimana ditemukan beberapa surat dari Dinas Kesehatan Kota Semarang berupa pemberitahuan atau undangan untuk melakukan monitoring terhadap program antenatal terpadu. Hasil wawancara dengan para informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi yang menyatakan bahwa dari pihak dinas kesehatan juga melakukan monitoring terhadap program antenatal terpadu yang biasanya dilakukan satu atau dua tahun sekali dengan cara mendatangi puskesmas terkait secara langsung dan melakukan 81 check list terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pihak puskesmas, berikut merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi: “Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke puskesmasnya, nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya…” (Informan Triangulasi 1) “Pasti ada toh mbak, itu dilaksanakan setahun satu atau dua kali, dari puskesmas ada, dari dinas kesehatan ya ada …” (Informan Triangulasi 2) Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan data dokumen adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring secara berkala setiap tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di puskesmas di Kota Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo sendiri juga melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan program-program yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan evaluasi tersebut dilakukan secara berkala tiap minggu dan tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kendala dalam pengorganisasian sumber daya manusia, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang ada sehingga mengakibatkan saling tumpang tindihnya 82 pelaksanaan program antenatal terpadu. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan utama: “Oh ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar gedung tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya kita itu dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi bendahara, bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala macam dan SPJ itu berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar gedung, menurut saya bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan SDM tadi …” (Informan Utama 1) “Ya banyak, bidannya kan merangkap BOK makanya kalau untuk ANC nya sebenarnya kalau bidan nggak boleh merangkap-merangkap itu ya kalau memang gak mau tumpang tindih, mbak endang merangkap BOK …” (Informan Utama 2) “Aaa kebetulan ini ada kasurkes ya, dari kontak dari dinas jadi sangat membantu ya, kebetulan kayak kelas hamil itu dibagi ya bandarharjo itu sama buk marni trus tanjung mas buk erna saya yang kuningan sama dadapsari… kebetulan saya sendiri juga ada tugas sambilan untuk bendahara mbak jadi yo rodo repot sekali memang jadi saya tidak bisa fokus dipelayanan KIA terus. … yaa itu maksudnya kita tetap koordinasi dan komunikasi jadi kalau semisalnya ada yang kurang kita melapor ke Kepala.TU ini ada kurang ni ni nanti dicarikan .. memang ada keterbatasan SDM dan keterbatasan waktu ya mbak…. (Informan Utama 3) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas ternyata hasil wawancara sesuai dengan dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo tahun 2016 dimana, di dalam dokumen tersebut Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan tiga orang bidan lagi, hal tersebut ditentukan dengan menggunakan teknik analisis jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan Puskesmas Bandarharjo tiap tahun. 83 Hasil wawancara dengan informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo yang menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal terpadu, akan tetapi harus ada seorang pemegang program, akan tetapi dalam pelaksanaan programnya nanti, jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi: “Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program meskipun itu bidan, nanti itu tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya padat penduduk atau berada di tengah kota dan itu juga berpengaruh …” (Informan Triangulasi 1) “Kalau pembagian jelas toh mbak, bidan tiga kita ada pembagiantiga, kesehatan ibu sendiri, kesehatan anak sendiri, KB sendiri, terus masing-masing dibantu tenaga magang untuk dilapangannyasudah dibantu kasurkes.” (Informan Triangulasi 2) 4.2.4 Hasil Penelitian Output Output yang dimaksud dalam penelitin ini adalah data cakupan pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang Puskesmas Bandarharjo mengalami penurunan cakupan K1 dan K4. Puskesmas Bandarharjo mendapatkan cakupan K1 pada tahun 2015 mencapai 80,32% dan cakupan data pelayanan K4 mencapai 90,76%, dan di 84 tahun 2014 cakupan data pelayanan K1 mencapai 94,60% sedangkan data pelayanan K4 mencapai 86,34% dengan target SPM tahun 2015 yaitu 95%. Dari jumlah ibu hamil 1382 memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 mencapai 70%. Pencapaian tersebut berbanding terbalik dengan target yang diinginkan pemerintah, pemerintah setiap tahunnya menargetkan yaitu pencapaian pelayanan antenatal setiap tahunnya harus terus meningkat, akan tetapi capaian yang didapatkan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak tercapaiannya pelayanan antenatal terpadu sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan input masih kurang baik, dilihat dari sumber daya manusianya karena semua informan utama (bidan) mengatakan bahwa masih kurangnya sumber daya manusia dalam penanganan ibu hamil dan belum adanya fasilitas seperti USG yang dimiliki Puskesmas. Sehingga pihak Puskesmas Bandarharjo kurang optimal dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya. Menurut Azwar (2010) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang dimiliki, begitu juga sebalinya apabila input yang dimiliki tidak baik makan output yang dihasilkan akan tidak baik juga. BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Penelitian 5.1.1 Komponen Input 5.1.1.1 Sumber Daya Manusia 5.1.1.1.1 Jumlah Sumber Daya Manusia Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010). Tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh palayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan rutin oleh ibu hamil minimal 4 kali selama masa kehamilan yakni 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga oleh tenaga kesehatan yang profesional (Kemenkes RI, 2010). Salah satu unsur yang harus ada dalam pelayanan antenatal terpadu adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dalam pelayanan antenatal terpadu di 85 86 Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang di bantu oleh bidan. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2010). Bidan yang ada di Puskesmas Bandarharjo berjumlah tiga orang. Hal ini belum sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa jumlah bidan yang ada di Puskesmas daerah perkotaan harus berjumlah empat orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi dan data dokumen dapat diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Bandarharjo sejak tiga tahun kebelakang ini masih merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk melayani pelayanan ibu hamil dan pelayanan lain yang membutuhkan tenaga bidan, sedangkan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan sumber daya manusia terutama bidan memang sangat kurang dan terbatas sekali dan tidak ada patokan untuk jumlah bidan yang melayani ibu hamil hanya menyesuaikan keadaan puskesmas masing-masing, yang terpenting adalah harus adanya seseorang yang berperan sebagai pemegang program untuk pelayanan antenatal terpadu pada kunjungan ibu hamil. Bidan pemegang program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tersebut berpendidikan terakhir DIII Kebidanan dan telah bekerja di Puskesmas tersebut selama bertahun-tahun. Begitu juga dengan bidan pemegang program kesehatan anak yang juga ikut melaksanakan pemeriksaan antenatal terpadu apabila bidan pemegang program antenatal tersebut berhalangan hadir juga memiliki pendidikan terkahir dari DIII Kebidanan dan telah 87 menjadi bidan di Puskesmas Bandarharjo selama bertahun-tahun. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Abu dkk (2015) menyatakan bahwa masa kerja seorang bidan berpengaruh signifikan terhadap mutu pelayanan antenatal, hal ini dikarenakan dengan semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin berpengalaman dalam melakukan tugasnya sehingga lamanya bidan bekerja dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki. Sumber daya manusia menurut Mahirot Tua Effendi (2007) adalah salah satu komponen utama di dalam sebuah organisasi, hal itu dikarenakan manusia menjadi salah satu sumber untuk bersaing. Menurut Hasibuan (2003) Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen yang menentukan kegagalan atau keberhasilan organisasi mencapai tujuan, organisasi yang tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup dan berkualitas akan menemui kegagalan dalam mencapai sasaran, visi dan misi yang sudah ditetapkan. 5.1.1.1.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dari data dokumen dapat ditarik kesimpulan, bahwa Dinas Kesehatan Kota Semarang aktif melakukan pelatihan dan seminar yang biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun yang ditujukan untuk bidan atau pegawai puskesmaspuskesmas di kota semarang termasuk Puskesmas Bandarharjo. Dengan adanya pelatihan pelayanan antenatal terpadu diharapkan bidan akan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan antenatal. Dalam pelatihan ini bidan akan dilatih bagaimana memberikan pelayanan antenatal terpadu pada ibu hamil sesuai dengan standar 10T yang berlaku. Apabila kompetensi bidan 88 tidak ditingkatkan dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar pelayanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvira (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kualitas pelayanan yang diberikan. Menurut Sulistyarini dalam Elvira (2012) pelatihan adalah proses belajar dengan menggunakan teknik dan metode tertentu. Secara konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan yang dimaksud untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu untuk ditargetkan secara terarah. Adanya pelatihan tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Puskesmas Bandarharjo (Informan Triangulasi 2) yang menyatakan bahwa pelatihan memang ada namun tidak diselenggarakan dari internal puskesmas, namun dari Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hal tersebut juga sama dengan pernyataan pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam hal ini disampaikan oleh Kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia bagian Kesehatan Keluarga (Kesga). Pelatihan untuk bidan ini waktunya tidak tetap, setahun bisa 3 sampai 6 kali. Biasanya Dinas Kesehatan Kota Semarang bekerja sama dengan pihak lain untuk melakukan pelatihan tersebut. Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, hal tersebut terbukti dari arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo yang 89 berisi surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengikuti pelatihan atau seminar. Pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang harus dilakukan oleh suatu organisasi tak terkecuali puskesmas. Pengembangan sumber daya manusia merupakan guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mereka, sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan (Kadarisman, 2012:5). Pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk mengatasi dan memperbaiki kesalahan agar pekerjaan dapat berjalan lebih baik lagi. Pengembangan sumber daya manusia atau pegawai adalah kepentingan atau investasi jangka panjang, melalui pengembangan sumber daya manusia, organisasi dapat terbatas dari ketergantungan terhadap sumber daya manusia ahli diluar organisasi. Pelatihan yang diberikan kepada pegawai dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya (Kadarisman, 2012:12). 5.1.1.2 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana kegiatan merupakan hal yang diperlukan untuk mendukung sebuah program pelayanan antenatal. Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup sangat mendukung dalam pelayanan antenatal terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sarana dan prasarana yang telah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 dan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi alat-alat yang 90 digunakan untuk kegiatan pelayanan antenatal terpadu dan bangunan fisik dari Puskesmas tersebut yang digunakan untuk melakukan kegiatan layanan antenatal. Berdasarkan hasil wawancara, dengan informan utama (bidan) Puskesmas Bandarharjo tersebut menyatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir ini sudah lengkap dan terpenuhi, semua peralatan dalam keadaan layak pakai dan baik digunakan. Ditinjau dari ketersediaan sarana dan prasarana, sarana daan prasarana yang ada di Puskesmas Bandarharjo dikatakan memadai hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan dengan bantuan check list observasi, hal ini meliputi ketersediaan alat sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara, dengan informan utama dan data dari data dokumen dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi ruangan KIA dan MTBS di Puskesmas Bandarharjo yang digunakan untuk melayani kunjungan ibu hamil dalam pelayanan ibu hamil dalam kondisi baik dan baru saja dilakukan renovasi atau perluasan ruangan mulai tahun 2015. Renovasi juga dilakukan pada sektorsektor penunjang pelayanan lainnya seperti tempat parkir. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama (ibu hamil) yang menjadi pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo, dari semuanya menyatakan bahwa fasilitas yang ada cukup memadai dan menunjang. Hal ini menjadikan pengguna layanan merasa nyaman melakukan pemeriksaan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharo Kota Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitas atau sarana prasarana yang ada di Pukesmas Bandarharjo tersebut sudah lengkap hal ini menunjukan bahwa kualitas dari pelayanan antenatal yang ada di Puskesmas tersebut juga dapat dikatakan 91 berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Demny 2012 yang menyatakan bahwa semakin lengkap fasilitas peralatan antenatal semakin meningkat mutu pelayanan antenatal. Menurut Buchari Zainun (2000) yang dikutip oleh Nur Jiatmiko (2005) sebuah organisasi kerja yang produktif hendaknya didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik agar aktivitas yang dilakukan tidak mendapatkan hambatan yang berarti. Organisasi yang baik haruslah didukung oleh lingkungan kerja yang baik pula agar mendapatkan kinerja yang maksimal dari para pegawainya. Menurut Sri Mulyani (2010) sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen utama agar proses dapat berjalan dengan baik. 5.1.1.3 Pendanaan Komponen pendanaan merupakan salah satu unsur yang dapat menunjang berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan. Sumber dana untuk pelaksanaan antenatal di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang berasal dari berbagai sumber yakni BOK, APBD dan pihak lain seperti Bapermas dan JKN. Dana JKN ini sekarang diwujudkan dalam bentuk BPJS yang sekarang ini ada dana untuk peningkatan program dan belanja prasarana. Dana APBD berasal dari pemerintah Kota Semarang yang disalurkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang biasanya dari Dinas berupa anggaran untuk belanja peralatan. 5.1.1.4 Kebijakan dan SOP Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa sudah menerapkan kebijakan dan SOP (Standar Operasional Prosedur) terkait dengan pelayanan antenatal terpadu. 92 Menurut keterangan informan utama dan informan triangulasi tersebut SOP yang ada dibuat oleh Puskesmas Bandarharjo dengan menyesuaikan kebutuhan, dan mengacu pada standar pelayanan kebidanan juga sesuai dengan pedoman antenatal terpadu yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hal ini juga dibenarkan oleh kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia bagian Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan bahwa untuk SOP pelayanan antenatal juga diawasi oleh pihak dinas kesehatan kota yang disesuaikan dengan standar yang ada. 5.1.2 Komponen Proses Proses adalah semua kegiatan atau aktivitas dari seluruh karyawan dan tenaga profesi dalam interaksinya dengan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Proses juga merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan (Azwar, 2010). 5.1.2.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar 10T Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama bahwa proses pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu berkualitas sesuai dengan satandar 10T di Puskesmas Bandarharjo dilaksanakan pada hari selasa dan hari kamis mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Proses pelaksanaan tersebut dimulai dengan pasien mendaftarkan diri diloket pendaftaran untuk dicatat data dirinya oleh petugas dan mendapatkan nomor antrian pada setiap poli yang dituju termasuk poli KIA. 93 Pemeriksaan anamnesa dilakukan sesuai dengan SOP yang ada, yakni menanyakan riwayat perkawinan, riwayat penyakit yang lalu/operasi, riwayat penyakit keluarga, riwayat ginekologi, riwayat keluarga berencana, riwayat menstruasi dan menanyakan hari pertama haid terakhirnya, pola nutrisinya, serta menanyakan keluhan. Juga dilakukan pemeriksaan HB, HIV dan Hepatitis B. Selanjut pemeriksaan fisik adalah suatu cara untuk memperoleh data obyektif yang nanti akan digunakan untuk merumuskan masalah sesuai dengan keadaan ibu hamil serta bertujuan untuk menentukan pelayanan yang efektif, mencegah kehamilan tanpa penyulit, mendeteksi pertumbuhan janin dan kelainan-kelainan pada ibu hamil. Pemeriksaan fisik ini ada yang dilakukan pada awal pemeriksaan saja dan ada dilakukan oleh bidan setiap kali ibu berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama (bidan) menyatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo telah melakukan pelayanan sesuai standar 10T yang telah ditetapkan oleh Kemenkes RI. Namun pemeriksaan dengan 10T ini dilakukan untuk ibu hamil pertama kali pemeriksaan vital seperti ukur tekanan darah, timbang berat badan, ukur tinggi fundus uterus, pemeriksaan DJJ (Detak Jantung Janin), presentasi janin, pemberian tablet besi dan konseling hanya pada masalah yang diprioritaskan. Selanjutnya, Pelayanan Konseling atau temu wicara merupakan bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya. Konseling atau temu wicara idealnya dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal. Materi yang diberikan saat 94 konseling biasanya ialah seputar kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami atau keluarga dan perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif, KB pasca persalinan, imunisasi, dan peningkatan kesehatan intelegasi pada kehamilan (Brain booster). Selain itu sekarang diwilayah kerja Puskesmas Bandarharjo juga dilakukan kelas ibu hamil yang dilaksanakan pada setip RW dilakukan minggu. Hal ini dijadikan sebagai sarana proses konseling untuk ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. 5.1.2.2 Perencanaan 5.1.2.2.1 Perencanaan Capaian Target Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan triangulasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Bandarharjo sama-sama menggunakan SPM (standar pelayanan minimal) untuk menentukan capaian target suatu program, termasuk program ibu pada pelayanan antenatal terpadu. Sasaran yang tidak jelas dan tidak menjelaskan bagaimana cara mencapainya, tidak akan menjadi motivasi pegawai untuk mencapai sasaran tersebut, oleh karena itu sebuah sasaran harus jelas dan terukur. Sasaran atau target memiliki batas waktu yang berarti sebuah target atau sasaran harus ditentukan dengan jelas. Sasaran atau target erat kaitannya dengan motivasi kerja pegawai, sasaran yang jelas dan terukur akan meningkatkan kemungkinan untuk tercapai (Mahirot Tua Effendi, 2007). 95 5.1.2.2.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dalam kurun tiga tahun kebelakang telah merasakan kekurangan tenaga bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah melakukan analisis beban kerja dan jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga mengajukan berkas permohonan penambahan tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban kerja yang sudah dibuat ke Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan sumber daya manusia tambahan melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang juga tidak bisa serta merta dapat langsung melakukan penambahan SDM karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Sjafri Manguprawira (2011) Perencanaan sumber daya manusia merupakan keterkaitan antara manajemen sumber daya manusia dengan perencanaan strategis, perencanaan SDM adalah sebuah proses yang berfungsi untuk melakukan suatu gambaran dari sebuah perusahaan untuk memperoleh atau memanfaatkan sumber daya manusia. Perencanaan SDM lebih menitik beratkan pada tujuan dari perusahaan atau organisasi. Tujuan perusahaan dan kebutuhan sumber daya manusia akan dianalisis guna memberikan gambaran peran serta SDM dalam mencapai target organisasi. 5.1.2.2.3 Perencanaan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data dokumen dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Puskesmas Bandarharjo 96 tidak mengalami kendala dalam pengadaan sarana dan prasarana hal ini di karenakan sarana dan prasarana yang ada hingga saat ini sudah sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik. Menurut Buchari Zainun (2000) yang dikutip oleh Nur Jiatmiko (2005) sebuah organisasi kerja yang produktif hendaknya didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik agar aktivitas yang dilakukan tidak mendapatkan hambatan. Organisasi yang baik haruslah didukung oleh lingkunyan kerja yang baik agar mendapatkan kinerja yang maksimal dari para pegawainya. Menurut Sri Mulyani (2010) sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen utama agar proses dapat berjalan dengan baik. 5.1.2.3 Pengorganisasian Pengorganisasian menjadi hal yang penting dalam pengorganisasian, dengan adanya pengorganisasian, setiap pihak yang terlibat dalam sebuah organisasi jadi lebih terkoordinir dan saling melakukan evaluasi, untuk terus memacu organisasi mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara informan utama dan informan triangulasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring secara berkala setiap tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di Puskesmas di Kota Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo sendiri juga melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan programprogram yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan evaluasi tersebut dilakukan dilakukan setiap minggu dan tahunan. Kekurangan sumber daya manusia mengakibatkan terkendalanya pengorganisasian sumber daya manusia terutama 97 pada pembagian tugas kerja, hal ini mengakibatkan job desk menjadi tumpang tindih dan kurang jelas. Pengorganisasian merupakan proses pengumpulan dan mengkoordinir sumber daya manusia, untuk mencapai tujuan atau sasaran dari sebuah organisasi. Pengorganisasian diperlukan untuk menciptakan organisasi yang dinamis dengan cara melakukan pembangunan hubungan atar sumber daya manusia, pelaporan hasil pelaksanaan program, pengorganisasian membuat organisasi menjadi lebih fleksibel dan responsif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi (Thomas S Baterman, 2008). 5.1.3 Komponen Output Output atau hasil yang dimaksud disini adalah tindak lanjut dari hasil keluaran berupa hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga profesi serta seluruh karyawan terhadap pelanggan. Hasil yang diharapkan dapat berupa perubahan yang terjadi pada pelanggan. Harapannya adalah jika masukan telah tersedia sesuai dengan rencana, maka proses akan bisa dilaksanakan. Apabila proses dilaksanakan sesuai yang direncanakan berdasarkan standar yang ada maka hasil akan tercapai dengan baik (Bustami, 2011). Pelayanan kesehatan ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan antenatal terpadu. Indikator untuk menggambarkan tingkat perlindungan terhadap ibu hamil adalah cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 dan K4 merupakan gambaran kunjungan ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan ataupun tenaga kesehatan yang profesional sesuai dengan proporsinya. 98 Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa angka kematian ibu yang tertinggi di Kota Semarang yaitu Puskesmas Bandarharjo. Data cakupan K1 di Puskesmas Bandarharjo pada tahun 2014 mencapai 94,60% menurun menjadi 80,32% pada tahun 2015 sedangkan target SPM tahun 2015 yaitu 95%. Sedangkan untuk data cakupan K4 di Puskesmas Bandarharjo tahun 2014 mencapai 86,34% meningkat pada tahun 2015 mencapai 90,76% tetapi masih jauh dari target SPM. Hal tersebut dibenarkan oleh informan utama bahwa Puskesmas Bandarharjo pernah mendapatkan cakupan K1 dan K4 yang sedemikian. Menurut informan utama penyebab dari cakupan K1 dan K4 mengalami perubahan naik turun yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo tersebut adalah sumber daya bidan yang ada tidak memungkinkan untuk melakukan pendataan kerumah-rumah warga dikarenakan keterbatasan sumber daya manusianya. 99 5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian 5.2.1 Hambatan Penelitian Pada saat pelaksanaan penelitian, terdapat hambatan yang mempengaruhi kelancaran penelitian baik sebelum, setelah, maupun saat penelitian berlangsung. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: 1. Peneliti cukup kesulitan untuk menemui informan dikarenakan kesibukan masing-masing informan. Pelaksanaan penelitian harus menyesuaikan jam kerja puskesmas, dan lingkungan puskesmas, agar tidak mengganggu pelayanan yang sedang berlangsung. 2. Pengulangan pertanyaan agar informasi lebih paham mengenai yang ditanyakan oleh peneliti. Selain itu, peneliti belum bisa membatasi jawaban informan untuk tetap dalam konteks atau topik. 3. Beberapa dokumen yang diinginkan peneliti tidak tersedia di tempat penelitian sehingga analisis data hanya berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi. 5.2.2 Kelemahan Penelitian Penelitian kualitatif identik dengan wawancara mendalam terhadap informan penelitian. Pertanyaan yang diajukan secara umum bertujuan untuk menggambarkan, mengungkapkan, menjelaskan, menguji, dan menemukan jawaban dari informan secara riil. Seseorang akan lebih sensitif apabila dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan terkait kinerja dan pecapaian, sehingga jawaban para informan lebih menonjolkan sisi-sisi positif saja yang membuat jawaban dari informan lebih bersifat subjektif. Jawaban dari informan juga akan dipengaruhi oleh 100 perubahan perilaku informan, hal inilah yang membuat penelitian kualitatif memiliki subjektifitas tinggi. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, dapat disimpulkan bahwa: 1. Gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, yang terdiri dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana dan SOP, masih terdapat kendala pada segi sumber daya manusia (SDM). Tenaga yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tersebut berjumlah tiga orang bidan, hal ini belum sesuai dengan ketentuan dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas yang menetapkan jumlah bidan untuk Puskesmas non rawat inap di perkotaan berjumlah empat orang. 2. Dalam segi proses, pelaksanaan program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang telah menerapkan standar 10T. Terkait dengan perencanaan yang ada di Puskesmas Bandarharjo telah melakukan sasaran atau target yang harus dicapai oleh Puskesmas, sasaran dan target program antenatal terpadu terkait cakupan K1 dan K4 kunjungan ibu hamil telah direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan mengacu pada SPM (standar pelayanan minimal) ke puskesmas yang ada di Kota Semarang. Terkait pengorganisasian kekurangan sumber daya manusia mengakibatkan terkendalanya pengorganisasian sumber daya manusia terutama pada pembagian tugas kerja, hal ini mengakibatkan job desk menjadi tumpang tindih dan kurang jelas. 101 102 6.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 6.2.1 Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Puskesmas Bandarharjo harus meningkatkan fokus komponen proses (perencanaan dan pengorganisasian) untuk mengolah komponen input (sumber daya manusia) yang kurang. Puskesmas Bandarharjo dapat melakukan pengkajian kembali terkait jadwal shift bidan agar tidak terjadi tumbukan job desk, sehingga dengan jumlah SDM yang terbatas, dapat tetap mengcover berbagai program. 6.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang Dinas Kesehatan Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring dan melakukan evaluasi seluruh pelaksanaan program-program puskesmas yang ada di Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang harus lebih peka terhadap pencapaian target dari program-program yang telah dilakukan puskesmas dan menjadi hal tersebut sebagai kajian untuk melakukan evaluasi program atau capaian target. Melakukan pengkajian terhadap target program yang akan dilaksanakan, agar target mampu terlaksana dan memotivasi pegawai. 103 6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi mahasiswa atau peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengambil ruang lingkup tempat yang lebih luas. Sehingga diharapkan semakin banyak gambaran mengenai pelayanan antenatal terpadu. DAFTAR PUSTAKA Abdul Solichin, 2008, Analisis Kebijakan Publik, Malang: Penerbit UMM Press Aji Reno, 2012, Analisis Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Azwar, Azrul, 2008, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat, Semarang: Undip Baterman Thomas S, 2008, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori, Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Buchari, Zainun, 2000, Manajemen dan Motivasi, Jakarta: Penerbit Balai Aksara Bungin Burhan, 2008, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Bustami, 2011, Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Aksesbilitasnya, Jakarta: Erlangga Dainur, 1994, Kegiatan KIA di Puskesmas dan Permasalahannya, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012, Profil Kesehatan Kota Semarang 2011, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang -----------------------------------------, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang 2012, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang -----------------------------------------, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang 2013, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang -----------------------------------------, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang 2014, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang Dinkes Prov. Jateng, 2013, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Efendi Mahirot Tua, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian Pegawai dan Peningkatan Produktifvitas Pegawai, Jakarta, Penerbit: PT Grasindo Eka Arsita P, 2012, Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: Nuha Medika 104 105 Hasibuan Malayu, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Kemenkes, 2008, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 741 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota, Jakarta: Kemenkes RI ------------, 2010, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta: Kemenkes RI ------------, 2013, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta: Kemenkes RI ------------, 2014, Peraturan Mentri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Kemenkes RI Kadarisman M, 2012, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Depok: Penerbit PT Rajagrafindo Persada Kurniawati Elvira, 2012, Evaluasi Pelaksanaan 11T dalam Pelayanan Antenatal Oleh Bidan di Puskesmas Singkawang Tengah Kota Semarang Tahun 2012, Skripsi, Depok: Universitas Indonesia Mangkuprawira Sjafri, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia Medika Permatasari S, 2014, Analisis Kinerja BPM Dalam Pelaksanaan ANC Terpadu Pada Ibu Hamil di Wilayah IBI Ranting Kota Semarang, Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang Moleong, Lexy J., 2002, Metodologi Penelitian Kualittatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Monica Happy F, 2015, Implementasi Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Dengan Pendekatan Balance Scorecard, Skripsi, Palembang: Universitas Sriwijaya Mulyani Sri, 2010, Modul Memahami Prinsip-Prinsip Perkantoran Untuk SMK dan MAK. Jakarta: Penerbit Erlangga Muninjaya Gde, 2011, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Satrianegara Fais, Saleha Sitti, 2009, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan, Jakarta: Penerbit Salemba Medika 106 Sugiono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabet Sugiono, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Penerbit Sagung Seto LAMPIRAN 107 108 Lampiran 1 109 Lampiran 2 110 Lampiran 3 111 Lampiran 4 112 Lampiran 5 113 Lampiran 6 114 Lampiran 7 115 116 Lampiran 8 117 Lampiran 9 118 Lampiran 10 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK Saya, Niken Amran, Mahasiswa S1 Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Saya mengajak Bapak/Ibu/Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 9 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing masing subjek sekitar 1 hari. A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa denda sesuatu apapun. B. Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan wawancara (berkomunikasi dua arah) antara saya sebagai peneliti sebagai pengumpul data (enumerator) dengan Bapak/Ibuk/Saudara sebagai subyek penelitian/ informan. Saya akan mencatat hasil wawancara ini untuk kebutuhan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari Bapak/Ibu/Saudara. Penelitian ini tidak ada tindakan dan hanya semata-mata wawancara mendalam dan chek list untuk mendapatkan informasi seputar pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. C. Kewajiban Subjek Penelitian Bapak/Ibu/Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini. 119 D. Risiko dan efek samping dan penangananya Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena tidak ada perlakuan kepada Bapak/Ibu/Saudara dan hanya wawancara (komunikasi dua arah) saja. E. Manfaat Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini bagi pihak Puskesmas adalah untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi program antenatal terpadu di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang, serta sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil. F. Kerahasiaan Informasi yang didapatkan dari Bapak/Ibu/Saudara terkait dengan penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu pengetahuan). G. Kompensasi / ganti rugi Dalam penelitian ini tidak disediakan dana kompensasi untuk Bapak/Ibu/Saudara. H. Pembiayaan Penelitian ini dibiayai sedniri oleh saya sebagai penelitian. I. Informasi tambahan Penelitian ini dibimbing oleh Drs. Bambang Wahyono, M.Kes Bapak/Ibu/Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu/Saudara dapat menghubungi Niken Amran, No. Hp 081277762080 di Gang Cempaka Sari, Sekaran, Gunungpati, Semarang. Bapak/Ibu/Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telefon (024) 8508107 atau email [email protected] Semarang, 1 April 2016 Hormat saya, Ttd. Niken Amran NIM. 6411412092 120 Lampiran 11 PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepada Niken Amran. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini. Tandatangan subjek (Nama jelas :...........................................................) Tandatangan saksi (Nama jelas :...........................................................) Tanggal 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 Lampiran 12 PROSEDUR WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Pengantar 1. Memberi salam dan ucapan terimakasih atas kesediaan memberikan informasi. 2. Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan latar belakang pendidikan. 3. Menjelaskan secara singkat mengenai judul dan topik yang akan dibahas pada wawancara yang akan dilakukan. B. Tujuan Melakukan wawancara tentang pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. C. Prosedur 1. Meminta ijin untuk melakukan wawancara. 2. Meminta kepada informan untuk memberikan pendapatnya baik positif maupun negatif. 3. Meminta kepada informan untuk menandatangani surat pernyataan informan penelitian. 4. Menjelaskan bahwa wawancara akan direkam dengan menggunakan recorder. 131 5. Memberikan jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk tujuan penelitian dan jaminan kerahasiaannya. D. Penarikan Kesimpulan 1. 2. Pewawancara membuat rangkuman tentang hasil wawancara. Pewawancara mengkonfirmasi kembali jawaban informan dengan cara membacakan kembali hasil jawaban kepada informan yang bersangkutan. 3. Menanyakan kepada informan apakah ada informasi yang tertinggal. Mengucapkan terima kasih kepada informan atas ketersediaannya memberikan informasi dan mengemukakan kepada informan bahwa informasi yang diberikan sangat penting bagi peneliti. 132 Lampiran 13 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 23 Mei 2016 2 Nama : Minasari 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 44 tahun 5 Jabatan : Kepala sie. Kesga DKK 6 Pendidikan Terkahir : S1 7 Masa Kerja : 18 tahun C. Pertanyaan I. Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Bagaimana pembagian SDM di tiap-tiap Puskesmas khususnya dalam pencapaian target K4? “ Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya… 133 2. Apakah ada kebijakan tentang pembagian SDM khususnya bagian KIA? “.. kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan, nah nanti untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah kota… itu juga bisa berpengaruh…” 3. Apakah Dinas Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun kebelakang ini pernah mengadakan pelatihan untuk bidan? Jika pernah, kapan, dimana dan siapa pesertanya? “ Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian kalau pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuan-pertemuan sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang dihadapi… Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap tahun materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan programnya….” 4. Apakah ada penambahan sumber daya manusia (bidan atau dokter) untuk Puskesmas Bandar Harjo dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang ini? Adakah wacana penambahannya “… untuk penambahan sumber daya manusia kami belum bisa memastikan ya dek, soalnya dilihat dari beberapa faktor dan ini bukan berarti serta merta dari pihak kami dengan mudah menambahkan tenaga kesehatan perlu beberapa proses juga.” II. Sarana dan prasarana 1. Apakah Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang ini pernah melakukan pengadaan barang untuk program kunjungan ibu? 134 “Dalam waktu tiga tahun kebelakang ini pernah ada pengadaan barang untuk program kunjungan ibu yaa,, tapi untuk tahun-tahun ini dari Pihak Puskesmas Bandarharjo terkait sarana dan prasarana masih layak dipakai dan baik ya dek..” 2. Apakah dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyediakan sarana/prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “… untuk sarana dan prasaran dari DKK menyediakan yaa.. “ 3. Apa saja sarana/prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “ Sarana prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu itu seperti alat timbang berat badan ya, pengukur tekanan darah/tensi, terus alat seperti denyut jantung (DJJ), terus peralatan seperti laboratorium saat melakukan pemeriksaan yaa.. seperti itu pokok e berhbungan sama pemeriksaan standar 10T “ III. Dana 1. Dari mana sumber dana untuk program antenatal terpadu? “ Sumber dana itu biasanya dari pihak DKK ya, nanti itu diperoleh dari APBD gitu..” 2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber dana yang digunakan? Bagaimana cara mengatasinya? “..untuk kendala kami rasa tidak ada yaa, soalnya sudah didapatkan dari pusat ya seperti APBD, kalau pun ada hambatan kami tetap mengusahakan..” IV. Proses Pelaksanaan Antenatal Terpadu 1. Apakah Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan monitoring terhadap program antenatal terpadu di Puskesmas Bandar Harjo? Intervalnya? Monitoring dalam bentuk apa? Apa saja yang di monitoring? 135 “ “Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke puskesmasnya, nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya…” 2. Bagaimanakah proses penentuan target program kunjungan ibu? “ Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga berpatokan pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna da senstranya masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar pelayanan minimal …” V. Perencanaan 1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu? “Kalau untuk langkah-langkahnya itu dilihat dari segi permasalahannya dulu nanti kami sesuaikan dengan target SPM yang berpatokan pada MDGs” 2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan atau tahunan? “Jelas ada yaa, soalnya setiap program itu pasti ada batas waktunya yaa..” VI. Pengorganisasian 1. Apakah pihak DKK pernah melakukan pengorganisasian ke puskesmaspuskesmas yang ada di Kota Semarang khususnya Puskesmas Bandar Harjo terkait dengan pencapaian target K4? “Pernah yaa, soalnya setiap puskesmas itu kan punya permasalahan sendiri-sendiri mbak, ada yang berkaitan dengan SDM jadi tidak heran banyak kejadian tumpang tindih pada pekerjaan dalam pencapaian suatu target” 136 2. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan K4? “untuk kendala biasanyaya itu mbak terkait sama SDM saja, Cuma pintar-pintar dari pihak Puskesmas ya..” 3. Adakah koordinasi langsung kepada bidan atau kepala puskesmas terkait permasalahan-permasalahan yang ada dalam program antenatal terpadu terhadap kunjungan ibu? “Koordinasi langsung kepada bidan maupun kepala puskesmas terkait permasalahan pasti ada dek, nanti itu ada koordinasi juga dari pihak DKK terkait permasalahan apa yang ada, biasanya itu bentuk laporan ya juga ada..” 4. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? “mengatasinya yaa biasa dari pihak kami tetap berusan mencari jalan keluar disetiap permasalahan yaa, dilihat dari segi mana yang belum mencapai target maupun dari faktor apa yang dipermasalahkan..” 137 Lampiran 14 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 14 Mei 2016 2 Nama : Erna Faulina 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 43 tahun 5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo 6 Pendidikan Terkahir : DIII 7 Masa Kerja : 23 tahun C. Pertanyaan I. Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA? “Untuk PNS nya sendiri ada 3, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti satu..” 2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)? “Yaa itu sudah mengcangkup semuanya, ada 3..” 138 3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan? “Sudah memenuhi syarat sih, DIII semua” 4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu? Jelaskan “Menurut saya belum cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya yang banyak, kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas induk tiga puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama tapi kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada dari KIA nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar sebenarnya tapi kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya, terus petugas apa untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada dokternya, ada perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter cuman ada dua aa perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa sudah gak standar menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga seharusnya magang tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa pengelolaan klinik di puskesmas dia hanya membantu kalua diserahin tanggungjawabkan tidak bisa……” 5. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan? “Puskesmas Bandarharjo tidak memiliki dokter spesialis kandungan” 6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu? “ 139 7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait program antenatal terpadu? “ yang jelas kalau untuk ANC terpadu tidak semua unsur terlibat ya, jadi hanya aa KIA, laboratorium kalau misalnya sistem konsultasi ke BP ya bila perlu kan tidak setiap saat pada saat periksa harus kesana terus kan tidak, kemudian ke gigi bila perlu harus konsultasi, ya paling hanya sekitar itu saja sih” 8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar Harjo? “nah itu tadi, kita memang dibebani juga dengan kegiatan luar gedung dengan petugas yang sama sehingga ya saya fikir memang tidak maksimal, semuanya yang gak maksimal gitu ya, dari dalam gedung gak bisa maksimal luar gedungpun gak maksimal sedangkan kita untuk kepengurusan aaa istilahnya untuk diri sendiri yang kita inikan karna kita PNS untuk kenaikan pangkat misalnya, kita mau sergap seperti apa, mau rajin keluar, mau di sini gak pernah izin misalnya tapi kalau kita gak urus itu kita punya tanggung jawab aa apa SKP atau apa namanya untuk fungsi kenaikan pangkat ya gak naik, gitu.. jadi seharusnya misal karena memang kita pengennya profesional ya, kalau misalnya tugasnya didalam gedung dilakukan ya dalam gedung tanpa ada beban diluar gedung dan administrasi, gak maksimal itu pasti, coba kita melakukan fungsi dengan baik-baik itu pasti hasilnya luar biasa” 9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih? “ Oh yaa pasti, karena kita memang beban kerja tambahan diluar tupoksi itu kadang lebih banyak dan sangat membebani ya itu tadi tupoksi kita dipelayanan, klinik harusnya kita maksimal kan pelayanan klinik tapi ya memang dibebani ada yang menyambih jadi bendahara, bendahara ya otomatiskan harus ngerjain SPJ dan segala macam.. gitu, dan SPJ itu harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar gedung ..” 10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? “Ya ada sih, tapi ya gak jauh-jauh kalau misalnya ada pelatihan mesti ada metode baru, blanko baru, laporan baru, sudah pusing meneh tuh.. kalau pelatihan biasanya dilaksanakan di DKK, ada yang bentuknya seperti seminar, ada yang bentuknya seperti pelatihan, workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipe skill misalnya ditempat yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek biasanya di diklatlah atau mungkin tempat instansi rumah sakit, seperti itu..” 140 II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “Kalau untuk sarana yang jelas untuk mengacu kesini memang sangat lengkap ya, sudah sesuai standar lah tidak ada permasalahan. Tapi untuk ruangan prasarana masih satu ruangan, jadi kalau sudah perawatan apa apa pelayanan anak dan imunisasi dan pelayanan ibu hamil ya secara bergantian..” 2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “Sarana dan prasarana yang jelas untuk mengacu aa dari sini memang ya sangat lengkap ya, rata-rata sih memang sudah di lakukan pada saat kita ANC di klinik cuman disini yang harus dicantumkan pemeriksaan protein urine, harus dengan gula, itu kan tidak bisa langsung sehingga mungkin ya hasilnya mungkin tidak sama antara hepatitis diperiksa dan jumlah ibu hamil yang ada” 3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan? “Kalau untuk alat USG itu memang tidak ada yaa” 4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu? “Pemeriksaan tidak bisa sewaktu-waktu seperti pemeriksaan dilaboratorium, karena memang karna ada kesibukan masing juga” 5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan program antenatal terpadu? “ yaa ke laboratorium swasta, atau dia ngasih nomor telfon misalnyakan nanti sekiranya memang petugas lab nya pergi dan memang bisa ngabari hari ini beliau bisa pelayanan kita sms, atau bisa kita kan punya tenaga kasurkes lapangan dan itu baru diadakan tahun ini, nanti kita jemput kalau yang jauh lho” 141 6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal terpadu? “ untuk sarana dan prasarana dalam mendukung program antenatal terpadu sudah layak yaa” Sarana dan prasarana yang Ditinjau No III. Nama Alat Keterangan 1 Tensimeter √ 2 Stetoskop √ 3 Fetoskop √ 4 Reflek Hamer √ 5 Timbangan Dewasa √ 6 HB Meter √ 7 Alat Periksa Urine √ Dana 1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu? “Kalau dana, karna kegiatan kita tidak satu nih, kalau untuk pemeriksaan ANC nya sendiri kalau sekiranya dia pake Jamkesmas atau Jamkeskot kan gratis, tidak ada yang harus di inikan, pemeriksaan laboratorium gratis dan pengobatan juga gratis … sumber dana berasal dari BOK dari Dinas …” 2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara mengatasinya? “ Kalau kendala sampe saat ini tidak ada yaa..” 142 IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan program tahunan? “Ya itu baru tahun brapa yaa, 2014 kalau gak salah sampe sekarang” 2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu, bagaimanakah prosesnya? “Eee menurut saya memang ada beberapa cara penghubungan ya, tiap tahun memang ada dan saya lihat tiap kabupaten kota itu mempunyai cara sendiri. Dilakukan secara breakdown dari dinas, jadi karena itung-itungnya, jadi jumlah ibu hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas kesehatan kota semarang, baru breakdown ke puskesmas” 3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu? “Ada, kalau standarnya ada cuman kita kembalikan lagi kita dalam satu hari pemeriksaan ibu hamil misalnya 20 orang sedangkan tenaga kita cuma satu atau dua, kita dibebani dengan ruangan yang sama yang satu pemeriksaan MTBS dan MTBM akhirnya terpisah, adanya yang satu pegang MTBS MTBM yang satu pegang ANC dengan standar SOP kita melakukan itu kira-kira nyandak ndak dalam satu hari kita mengerjakan 20 orang, dengan standar seperti diatas? Ya tidak bisa… sudah ada SOP kita berusaha untuk semaksimal mungkin melakukan tapi kalau untuk harus sesuai ya tidak bisa karna keterbatasan tenaga, ruangan …” V. Perencanaan 1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu? “Eee… ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan magang itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan segala macam belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya kalau itu kita gak kita lakukan, istilahnya kita butuh tenaga… … ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah ibu hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas kesehatan kota semarang, baru breakdown ke puskesmas …” 143 2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan? “Ada batas waktu kok, itu setiap tahunnya ada tapi dari saya mau gak mau tetap buat laporan setiap bulannya, biasanya setiap tanggal 1” VI. Pengorganisasian 1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan? “Oh ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar gedung tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya kita itu dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi bendahara, bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala macam dan SPJ itu berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar gedung, menurut saya bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan SDM tadi …” 2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu? “yang mengatur itu biasanya kerjasama saja, disini kami kan ada bidan 3 orang jadi ya kami-kami saja yang mengatur walaupun itu terjadi tumpang tindih pekerjaan” 3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu? “yang terlibat itu biasanya saya sendiri, ibu erna sama bu sumarni yaa” 4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan K4? “Keterbatasan kami cuma dari SDM itu yaa, jadi mau gak mau dalam pencapaian cakupan K4 memang bekerja keras ya” 5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? “Mengatasinya ya kami saling kerja sama, dimana untuk tenaga nya dan untuk ibu hamilnya memang tidak seimbang sehingga setiap pekerjaan sering terjadi tumpang tindih yaa” 144 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamin, 16 Mei 2016 2 Nama : Sumarni 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 58 tahun 5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo 6 Pendidikan Terkahir : DIII 7 Masa Kerja :- C. Pertanyaan I. Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA? “Bidan disini ada 3 orang” 2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak “Yaa(KIA)? itu semuanya ada 3” 145 3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan? “Ya semuanya DIII yaa” 4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu? Jelaskan “Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau dimaksimalkan saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya tenaga yang opo nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu kelurahan jadi setiap bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo dikatakan kurang ya sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah soalnya ada yang bantu dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu atau tiga yaa lebih baik karna saya sudah mau pensiun juga ..” 5. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan? “Belum toh, tidak ada, di Kota Semarang jarang ada” 6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu? “Ada yaa, soalnya memang SDM disini dikatakan kurang, jadi ketok e ada penambahan SDM deh” 7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait program antenatal terpadu? “ yaa sudah cukupal, lumayan bagus karena kita kerjasama sendiri dibantu dengan kader-kader dan dibantu kasurkesnya ada, saya kira ini sekarang enteng, dulu kan kita kerja sendiri jadi kerja keras sendiri, lagi pula setiap kelurahan ada bidannya sendiri” jadi untuk bidan pegawai negeri sendiri ada 3 jadi ya lumayan dari pada dulu kewalahan ya” 146 8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar Harjo? “ada yaa mbak soalnya dari sini sudah dibantu sama tm kasurkes yaa, jadisaling bekerja sama` ada anak magang pula yaa” 9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih? “Yaa banyak, semuanya bidannya kan ngerangkap BOK makanya kalau untuk ANC nya sebenarnya kalau bidan gak boleh ngerangkap selain itu yaa kalau memang mau ini, mau benar-benar gak mau tumpang tindih jadi itu kan bidan semuanya ngerangkap yang nganu mbak endang yang rangkap BOK bendahara BOK, saya sendiri tanggung jawab KB, mbak erna KIA nya” 10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? Dimana? Kapan? “… Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa saja? Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit ada, dari dinas juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada cara penanganannya bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC nya darahnya tinggi dan harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya…” II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “… Kira-kira sudah cukup yaa, opo otoh sarana prasaran? biasane cuma SDM nya itu memang kita kurang, kalau untuk sarana prasarana buku KIA nya sudah lebih dari cukup terus labotorium sudah ada, sudah komplit saya kira sudah cukup itu sarana dan prasarananya tidak ada kendala … … ya ya sudah lumayanlah, termasuk alat tensimeter cuman ini gedungnya ini lo belum layak ketok e belum apa, ini nanti KIA kan terpisah dengan KB nya dengan anak-anak masih gabung dan semerawut, cuman itu yang membuat kita ketok e anu ya karna gedung belum jadi nanti kalau gedung jadi semuanya pindah KIA sendiri untuk KB nya sendiri diatas jadi sekarang masih proses …” 147 2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “Sudah komplit itu untuk mendukung program antenatal terpadu, Cuma gedungnya belum layak lho masih semerawut” 3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan? “Alat USG itu memang tidak ada yaa” 4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu? “Kendalanya ya itu ruangannya masih jadi satu, cuma itu yang membuat kita anu ya, karna gedung belum jadi” 5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan program antenatal terpadu? “ ya itu saat pemeriksaan karena kita gabung jadi satu ya jadi harus gantian, kadang ya untuk KB hari rabu, pemeriksaan ibu hamil ya hari selasa dan kami ya, nanti ya anak-anak selain hari itu biasanya, kayak e itu kendalanya, mengatasinya yaa bagi waktu pelayanan saja” 6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal terpadu? “Layak mbak, komplit semua yaa” Sarana dan prasarana yang Ditinjau No Nama Alat Keterangan 1 Tensimeter √ 2 Stetoskop √ 148 III. 3 Fetoskop √ 4 Reflek Hamer √ 5 Timbangan Dewasa √ 6 HB Meter √ 7 Alat Periksa Urine √ Dana 1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu? “Dananya ya dari pusat toh, masalah dana gak tau saya kurang tau, untuk program antenalat terpadu dananya dari Dinas, ya untuk kasurkesnya untuk pendampingan ibu hamilnya sudah ada …” 2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara mengatasinya? “ Kalau kendala tidak ada yaa.. kalaupun ada ya pengadaan kekurangan dana” IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan program tahunan? “Yaa itu perencanaan tahunan yaa” 2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu, bagaimanakah prosesnya? “Biasanya yaa menggunakan target SPM yaa, sama mengacu disana” 3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu? “Sudah toh, sudah ada SOP nya” 149 V. Perencanaan 1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu? “Langkahnya yaa itu tadi sesuai target yang diberikan oleh pusat yaa, dan itu samasama mengacu pada SPM” 2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan? “Untuk batas waktu jelas ada yaa mbak” VI. Pengorganisasian 1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan? “Mnegatur staf SDM itu biasanya kami saling kerjasama yaa, karena disini samasama tujuannya mencapai target yang sudah ditentukan, jadi mau gak mau kami berusaha semaksimalnya untuk pencapaian target” 2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu? “yaa saya, mbak endang sm satu lagi bidan buk erna yaa mbak” 3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu? “Semuanya yaa mbak, bidan semuanya” 4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan K4? “Tidak kendala yaa, yo paling keterbatasan SDM saja yaa sama ruangan masih jadi satu itu saja kayak e” 5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? “Mengatasinya yaa paling yo bagi-bagi waktu saja mbak” 150 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. C. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 14 Mei 2016 2 Nama : Endang Erawati 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 34 tahun 5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo 6 Pendidikan Terkahir : DIII 7 Masa Kerja : 11 tahun Pertanyaan I. Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA? “Ada 3 tenaga bidan di KIA ya” 2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak “ya (KIA)? itu mbak ada 3 orang” 151 3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan? “Pendidikan terakhir itu DIII semua” 4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang sudah cukup untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu? Jelaskan “yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya, dengan bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan magang tiga sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih kurang, itu kalau kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi untuk neonatusnya kan dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang sekali, tenaga disini khususnya ya karna memang kita tidak ada bidan desa, belum juga pemantauannya juga, menurut saya ya tenaganya kurang ..” 5. Apakah Puskesmas Bandarharjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan? “Tidak ada ya mbak untuk dokter spesialis kandungan” 6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu? “Tidak ada, dulu saya masuk sini 2011, dan kita juga punya pustukan jadi ya tidak ada penambahan yaa, memang kurang yaa” 7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandarharjo terkait program antenatal terpadu? “Kebetulan ini memang ada kasurkes yaa, yang dari dinas itu sangat membantu sekali kalau kita kebetulan kayak kelas hamil di bagi yang di Bandarharjo ada ibu marni trus yang tanjung mas itu bu erna, saya yang kuningan sama dadapsari tapi kalau untuk kegiatan pemeriksaan bu marni kan harus disana yang gedung lama cumi-cumi dan disini saya, dan kebetulan saya sendiri sambilan tugas yang lain bendahara mbak yo rodo memeang rodo repot sekali yaa karna kita tidak bisa fokusdalam satu bidang” 152 8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar Harjo? “Yang bertugas dari dalam dan luar gedung pasti ada, hanya kita saling komunikasi saja” 9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih? “ yaa itu kita tetap dan koordinisasi dan komunikasi istilahnya ya, kalau misalkan ada kurang kita laporakan ke ka TU, ini ada kurang ni ni nanti dicarikan tenaganya” 10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? Dimana? Kapan? ““Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada yang ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan sosialisasi ke kita gitu, sudah ada…” II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “Insyaallah sih peralatan sudah di usahakan lengkap, tinggi badan sudah, perlatan lain juga tidak ada masalah, pemeriksaan laborat sudah dilengkapi, cuman kok ada kurangnya antenatal terpadu itu satunya apa ya kita yang belum, IVA nah itu kita belum ada yang pemeriksaan IVA itu karna kita belum ada dilatih …” 2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “Sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu sudah mendukung dan layak yaa” 3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan? “Ohh USG tidak ada yaa” 153 4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu? “Saya rasa sih tidak ada ya mbak, paling yaa dari keterbatasan ruangan yaa” 5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan program antenatal terpadu? “untuk mengatasinya yaa kami usahakan tidak ada kendala ya mbak, kalau untuk lap sendiri memang kami kekurangan SDM kadang yaa ada, kayak yaa gak” 6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal terpadu? “Sudah layak yaa mbak, saya rasa” Sarana dan prasarana yang Ditinjau No Nama Alat Keterangan 1 Tensimeter √ 2 Stetoskop √ 3 Fetoskop √ 4 Reflek Hamer √ 5 Timbangan Dewasa √ 6 HB Meter √ 7 Alat Periksa Urine √ 154 III. Dana 1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu? “Kalau yang pemeriksaan laborat itu kan memang dari Dinas ya BOK, itu digratiskan untuk yang Hb sama protein urine itu digratiskan tapi kalau misalkan kayak punya kartu BPJS, Jamkesmas itu kan memang gratis semua ngeh tapi kalau gak punya ya memang selain Hb dan protein itu bayar misalkan gula darah …” 2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara mengatasinya? “ Kalau kendala setau saya gak ada ya mbak” IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan program tahunan? “Kalau antenatal terpadu itu perencanaan tahunan ya mbak, Cuma kalau lebih rincinya Tanya bu erna aja yaadek, kayak e beliau yang tau” 2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu, bagaimanakah prosesnya? “Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis pasien sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu mengacu mulai dari SPM… itu breakdown dari dinas mbak ..” 3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu? “di KIA ada SOP” V. Perencanaan 1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu? “Langkah untuk menyusun perencanaan ya itu tadi mbak sesuai dengan SPM mbak” 155 2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan? “Kalau batas waktu emang ada nggih, itu biasanya yang ngurus bu erna ya” VI. Pengorganisasian 1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan? “eee itu memang koordinasi yaa, masalahnya pak Tri memang aa kita misalkan kalau ada kendala rapat atau apa-apa ya kita koordinasi langsung dengan atasan, soalnya tidak hanya bagian KIA ya, kita juga ada pelayanan bayi juga kan mbak jadi kalau kurang ya kita ngatur keatas” 2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu? “yaa itu mbak ada komunikasi terkait bidan pemegang program sama kepala puskesmas, soalnya untuk pasien ibu hamil itu juga banyak mbak jadi kadang ya gimana mbak, sakin banyaknya sedangkan tenaga bidan segini mbak” 3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu? “Terlibat itu saya, ibu erna, bu mani ya sama kepala puskesmas juga ada ya mbak” 4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan K4? kayaknya indak sih, karena pertama saat ada kasurkes ini yang dulu pada waktu “mmm di kayak diperiksa rumah sakit kan kitagak lapor yaa, atau dia dirumah sakit diketahui kita kan long contact kan dengan adanya kasurkes ini dia yang menolong sampai Tanya ketingkat RT RW itu, itu cakupannya lebih meningkat lagi” 5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? “Kalau ada masalah, kasurkes itu langsung kasih laporan ke kita yaa, jadi kita berusaha untuk membantu yaa” 156 Lampiran 15 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS BANDAR HARJO ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 14 Mei 2016 2 Nama : Endang Erawati 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 34 tahun 5 Jabatan : Bidan Puskesmas Bandarharjo 6 Pendidikan Terkahir : DIII 7 Masa Kerja : 11 tahun C. Pertanyaan I. Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA? “Kalau KIA dilihat dari besarnya masalah yang ditangani itu masih kurang makanya saya mengambil tenaga magang untuk bidan 4 orang terus ditambah dengan kasurkes ada 5 orang jadi untuk menangani ibu hamil baik yang diklinik maupun yang ada dimasyarakat itu jadi totalnya 3 sama 4 brapa itu 7, trus 7 ditambah 5 jadi 12 karena memang angka ibu hamil kita itu kan setiap tahun sekitar 1300 yang resiko tinggi sekita 1000 an jadi kita berat sekali” 157 2. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu? Jelaskan “Sudah cukup, insyaallah” 3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan? “yo iyaa sekarang minimal sudah DIII” 4. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis “Yo gak ada toh dek” kandungan? 5. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait program antenatal terpadu? “Kalau pembagian dibagi sama rata yaa, disini ada pemegang program KIA satu, KB satu, dan MTBS satu yaa” 6. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih? “ Ya itu jelas toh mbak, dimana bidan 3 kita bagi 3 kesehatan ibu sendiri, KB, kesehatan anak sendiri terus masing-masing dibantu oleh tenaga magang, untuk dilapangannya ada kasurkes, ya insyaallah untuk sementara ini cukup, karena kasurkes itu kan kontrak setahun kalau sudah habis kita gak tau kedepannya belum lagi ditambah bidan praktik swastanya ada 5 atau BPM ” 7. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal terpadu? Dimana? Kapan? “Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadangkadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK …” 158 II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu 1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu? “Ooo ya kalau sarana dan prasarana mencukupi insyaallah sesuai dengan kesehatan mendasar” 2. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam mendukung program antenatal terpadu? “Alhamdullilah yo kita tidak ada yaa, karena apa yaa ibu hamil yang meninggal semua itu ya dirumah sakit karena kita rujuk, ketika dia menemukan faktor resiko ya dirujuk,SOP nya ya seperti itu, jadi masalah selama ini ada di rumah sakit” III. Proses Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu 1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan program tahunan? “Oh ya toh mbak yaa, ya direncakan karena ada kegiatan perencanaan tahunan masing-masing program membuat perencanaan tidak antenatal saja tapi semuanya” 2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu, bagaimanakah prosesnya? “ ya kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian dibahas di DKK, di DKK kita biasanya menerima biasanya dinaikan 1-2% jumlah yang ada” 3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu? “Sudah ada SOP nya mbak” 159 IV. Perencanaan 1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu? “Nek perencanaan kan pengumpulan data, pengolahan data, data diolah dianalisa setelah itu jadi informasi bahan untuk perencanaan, ini mengacu pada target SPM” 2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan? “ya ada toh mbak, perencanaan diawal tahun bulan januari nanti februari sudah pelaksanaan sampe bulan desember, kalau dibulan desember nanti dievaluasi” 3. Siapa saja yang terlibat dalam menyusun perencanaan terkait program antenatal terpadu? “Ya kalau untuk ANC ini yaa bidan, dokter sama kepala puskesmas, kasurkes ya semua ya terlibat itu yaa, trus melibatkan kader juga permasalahan seperti apa, tokoh masyarakat juga kita minta’I, lintas sektor juga” V. Pengorganisasian 1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan? “ya kita setiap bulan telah menilai kinerja yang telah dicapai, jadi ya kita melihat kita evaluasi permasalahannya dimana, kemudian kalau ada masalah kita atasi cari solusi, kalau ada yang sulit untuk kelas ibu hamil pada pagi hari diselesaikan sore hari, kalau sore hari ndak bisa kita terpaksam malam hari, kalau tidak bisa semuanya kita adakan kelas ibu hamil ditempat kerja” 2. Siapa yang mengatu SDM dalam program antenatal terpadu? ‘’ yang ngatur ya ada toh mbak, kepala puskesmas tentunya, bidan juga” 160 3. Apakah pengorganisasian dilakukan secara internatal (Puskesmas) dan eksternal (luar puskesmas) dalam program antenatal terpadu? “yaa yang saya sampaikan tadi, lintas program itu internal lintas sektor itu eksternal” 4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam perencanaan cakupan K4? “Yo jelas ada, kan sangkin sibuk e kadang trus yang sudah dijadwalkan tidak dikerjakan kadang kita terpaksa mengganti orang, kalau tidak ada kepentingan namanya organisasi pasti ada” 5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? “yo kalau cara mengatasi kita cari pengganti ya caranya kan begitu tidak mampu ditingkatkan kemampuannya, liat masalahnya toh mbak” 161 Lampiran 16 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM IBU HAMIL ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. C. 1. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Mei 2016 2 Nama : Asih Lestari 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 20 tahun 5 Jabatan : Ibu hamil 6 Pendidikan Terkahir : SMA 7 Masa Kerja :- Pertanyaan Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu? “tidak tau mbak” 2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu? “buat itu perkembangan janin, biar tau kondisinya gimana” 3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar “satu bulan sekali, brarti ini sudah ke tiga kali” 10T? 162 4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “sudah 3x mbak” 5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu? “lumayan dekat mbak, tadi dianter suami” 6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “yaa biasa aja, pihak puskesmas ramah mbak” 7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu melakukan pemeriksaan? “yaa kan biasanya dari ngantri, antri nomor panggilan, dipanggil terus diperiksa terus ngambil obat, kurang lebih 3 jam mbak dari sini tadi setengah delapan” 8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? “Baik sih, disuruh kayak gini terus ndak boleh makan ini, dikasih aturan-aturan” 9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan? “Biasa saja ramah yaa, biasanya dikasih tau kalau suruh ini itu” 163 10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang? “sudah lumayan mbak sudah lengkaplah mbak” 11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA? “yaa lumayan bagus sih, kalau antrian yaa merasa terganggu tapi ya gimana ini kan memangg buat umum, kalau untuk kebersihan sudah bersih ini mbak” 12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA? “Sudah puas mbak” 13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “ ya mungkin lebih tertib, terus kalau antrian kalau bisa sesuai antrian” 164 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM IBU HAMIL ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Mei 2016 2 Nama : Dwi Rahayu 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 34 tahun 5 Jabatan : Ibu hamil 6 Pendidikan Terkahir : SMA 7 Masa Kerja :- C. Pertanyaan 1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu? “Gak tau” 2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu? “biar tahu kondisi janinnya, soalnya saya dulu kelahiran pertama ceasar , biar tau perkembangannya soalnya bayi dulu besar” 3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar “sering 10T?mbak sudah jalan 3 bulan ini” 165 4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “sudah 3x mbak” 5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu? “dekat, dekat sini mbak” 6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “bagus yaa” 7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu melakukan pemeriksaan? “mendaftar, menunggu sini trus dipanggil, biasanya kalau nunggu ini lama” 8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? “Baik ya, ngasih tau, kadang keluhan ya didengar” 9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan? “Baik” 166 10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang? “Lengkap sama kayak di bidan” 11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA? “masih aman dan ramah” 12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA? “Puas mbak” 13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “ toiletnya cuma satu, kalau untuk masalah menunggu masih wajar” 167 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM IBU HAMIL ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. C. 1. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Mei 2016 2 Nama : Sugianti 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 28 tahun 5 Jabatan : Ibu hamil 6 Pendidikan Terkahir : SMK 7 Masa Kerja :- Pertanyaan Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu? “Gak tau mbak” 2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu? “ya menurut saya pemeriksaan itu penting yaa, keadaan janin bayinya gimana saya kan dulu periksanya dibandarharjo sana sekarang disini kan suruh lab, tes darah biar tau keadaan janin saya gimana, kayak tes darah gitu lho mbak” 3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar “yaa10T? sering, satu bulan sekali” 168 4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “rutin mbak” 5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu? “kalau sini jauh banget mbak, rumah saya jalan cumi-cumi” 6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “yaa waktunya lama yaa, antri yaa, kita kan juga periksa jadi dimaklumi karena banyak yang sakit” 7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu melakukan pemeriksaan? “yaa ambil no. antrian trus daftar nanti ditanya tujuan nya apa trus periksa mbak” 8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? “Baik, kalau ada keluhan ya ditanya” 9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan? “Biasa saja ramah yaa, biasanya dikasih tau kalau suruh ini itu” 169 10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang? “iya lengkap” 11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA? “bersih mbak, cukup kok mbak apalagi tempatnya sudah besar yaa mbak, beda sama bangunan dulu sama yang sekarang mbak, sudah bagus” 12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA? “Sudah puas mbak” 13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “ kalau untuk saran tidak ada mbak, lagian kita ya maklumi mbak ” 170 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM IBU HAMIL ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 19 Mei 2016 2 Nama : Dinar Istiana 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 31 tahun 5 Jabatan : Ibu hamil 6 Pendidikan Terkahir : SMA 7 Masa Kerja :- C. Pertanyaan 1. Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu? “tidak tau” 2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu? “biar tau perkembangan janinnya” 3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar “sudah 10T?sering, ini hamil ke tiga mbak” 171 4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “sudah 3x mbak” 5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu? “tidak dekat kok” 6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “ya bagus” 7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu melakukan pemeriksaan? “dimulai antrian sampe pemeriksaan” 8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? “ya baik” 9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan? “nyaman aja mbak, enak kali dekat terus kita gak bayar” 172 10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang? “peralatannya ya lengkap ya, Cuma kok yo gak ada USG” 11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA? “lumayan mbak, sudah ada lab nya juga” 12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA? “Sudah puas eeh, sudah bersih juga” 13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “yaa sarannya ya itu, kalau ada alat USG, trus katanya ada ruang untuk persalinan dilantai atas juga yaa” 173 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM IBU HAMIL ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG A. Lokasi Penelitian Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang B. C. 1. Identitas Responden 1 Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 19 Mei 2016 2 Nama : Emmi Asmirawati 3 Jenis Kelamin : Perempuan 4 Umur : 37 tahun 5 Jabatan : Ibu hamil 6 Pendidikan Terkahir : SMA 7 Masa Kerja :- Pertanyaan Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu? “tidak tau mbak” 2. Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu? “yaa manfaatnya kan bisa mengetahui kesehatan janin dan kesehatan ibu juga” 3. Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar “yaa10T? kalau hamil, 1 bulan sekali” 174 4. Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “sudah brapa kali yaa” 5. Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu? “gak, dekat kok” 6. Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “yaa maksdunya keluhan gitu, menyenangkan banyak keuntungannya juga misalnya kita pusing bisa konsul apa itu karena kecapek’an atau apa gitu” 7. Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu melakukan pemeriksaan? “yaa kan biasanya dari ngantri, antri nomor panggilan, dipanggil terus diperiksa terus ngambil obat, kurang lebih 3 jam mbak dari sini tadi setengah delapan” 8. Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan? “yaa baik, selalu dikasih solusi juga kan” 9. Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan? “pelayanannya ramah” 175 10. Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang? “sudah lengkap gitu pemeriksaan dari lingkar lengan tangan, berat badan juga” 11. Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA? “lengkap yaa komplit, ada itu penimbangan bersih juga, laboratnya juga ada, sudah komplit, yaa fasilitas ini karna baru juga, kalau kita antri disana yaa disana kalau di lab duduknya disini” 12. Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA? “Puas, sangat puas yaa” 13. Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang? “sarannya sih piye yaa bagus kok mbak, gak ada keluhannya, saran saya pengennya ada tempat persalinan juga mbak, biar dekat dari rumah juga mbak” 176 Lampiran 17 PEDOMAN OBSERVASI ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG I. Check list observasi ketersediaan, kecukupan, kelayakan sarana dan prasarana No 1 Sarana Ketersediaan Ada Tidak Kecukupan Ya Tidak Kelayakan Ya Tidak Kartu pencatatan hasil pemeriksaan (register kohort ibu, kartu ibu dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ KMS) 2 Surat Rujukan 3 Gestogram (Diagram untuk menghitung usia kehamilan) 4 Timbang Dewasa √ √ √ 5 Pengukur Tinggi Badan √ √ √ 6 Tensimeter √ √ √ 7 Stetoskop √ √ √ 8 Stetoskop Janin (Doppler) √ √ √ 9 Metlin √ √ √ 10 Alat pemeriksa HB : √ √ √ √ √ √ √ √ √ a. Sabun √ √ √ b. Air mineral √ √ √ Sahli 11 Peralatan suntik a. Jarum suntik 12 Sarung tangan sekali pakai 13 Alat cuci tangan 177 No 1 Prasarana Ada Tidak Kecukupan Ada Tidak Kelayakan Ada Tidak Tempat Praktik a. Dinding tersebut √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ a. Kursi √ √ √ b. Meja Pendaftaran √ √ √ terbuat dari tembok b. Lantai dari ubin/plaster c. Atap melindungi d. Pencahayaan e. Ventilasi 2 Ketersediaan Area tempat tunggu c. Fasilitas cuci √ tangan √ √ i. Air ii. Sabun iii. Tissue 3 Kamar Kecil a. Air mengalir √ √ √ b. Handuk kecil/ √ √ √ √ √ √ c. Jamban (WC) √ √ √ d. Tempat sampah √ √ √ a. Bersih √ √ √ b. Kering √ √ √ tissue e. Bak air, ember penampung 4 Tempat Obat 178 √ √ √ √ √ √ Pasien √ √ √ ii. Pengantar √ √ √ iii. Bidan √ √ √ a. Meja √ √ √ b. Tempat duduk √ √ √ c. Tempat tidur √ √ √ c. Ventilasi udara 5 Ruang Konseling a. Meja b. Tempat duduk i. 6 Ruang Pemeriksaan pasien 179 Lampiran 18 PEDOMAN OBSERVASI ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG II. Observasi proses pelayanan antenatal terpadu No Proses Pelayanan Antenatal Terpadu 1 Anamnesis 2 Pemeriksaan Fisik a. Timbang BB dan ukur TB b. Ukur tekanan darah c. Ukur Lila d. Ukur Tinggi Fundus e. Tekanan DJJ 3 Pemeriksaan penunjang a. Tes Laboratorium b. Tata Laksana Kasus 4 Peresepan Obat a. Skrining status imunisasi tetanus b. Pemberian tablet Fe c. Obat penunjang Ibu Hamil 5 Penyuluhan kesehatan 6 Tidak lanjut pemeriksaan Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak 180 Lampiran 19 IDENTITAS INFORMAN UTAMA No 1. Nama Informan Jenis Umur Pendidikan Kelamin (tahun) Terakhir 43 DIII Bidan Erna Faulina, Am Perempuan Pekerjaan Keb 2. Sumarni, Am Keb Perempuan 58 DIII Bidan 3. Endang E, Am Keb Perempuan 34 DIII Bidan 4. Asih Lestari Perempuan 20 SMA Ibu rumah tangga 5. Dwi Rahayu Perempuan 34 SMA Ibu rumah tangga 6. Sugianti Perempuan 28 SMK Ibu rumah tangga 7. Dinar Istiana Perempuan 31 SMA Ibu rumah tangga 8. Emmi Asmirawati Perempuan 37 SMA Ibu rumah tangga 181 Lampiran 20 IDENTITAS INFORMAN TRIANGULASI No 1. Nama Informan Minasari Jenis Umur Pendidikan Kelamin (tahun) Terakhir 44 S1 Perempuan Pekerjaan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Kota Semarang 2. Tri Susilo Hadi, SKM, Laki-laki Mkes 51 S2 Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang 182 Lampiran 21 DOKUMENTASI PENELITIAN Melakukan wawancara dengan Bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Wawancara dengan Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang 183 Wawancara dengan Ibu Hamil Wawancara dengan Ibu Hamil 184 Kondisi Depan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Ruang tunggu loket Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Tempat pengambilan No.antrian loket Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Ruang tunggu saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang 185 Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang 186 Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Kondisi ruang pelayanan di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo Standar Operasional (SOP) KIA Di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang 187 Sarana dan Prasarana Ruangan Laboratorium di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Sarana dan Prasarana Ruangan Laboratorium di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang