analisis pelaksanaan program antenatal terpadu di

advertisement
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL
TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Niken Amran
NIM. 6411412092
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juni 2016
ABSTRAK
Niken Amran
Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
VI + 106 halaman + 5 tabel + 5 gambar + 21 lampiran
Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil, setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai resiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang.
Jenis metode penelitian ini adalah kualitatif. Informan utama berjumlah 8
orang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan 2 informan
triangulasi. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen berupa pedoman
wawancara mendalam, lembar observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga bidan yang ada belum
sesuai dengan ketetapan Kemenkes RI. Sarana dan prasarana yang ada telah
mencukupi dan memadai untuk pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu telah melaksanakan standar 10T seperti
yang ditetapkan oleh Kemenkes RI, hanya saja adanya keterbatasan waktu dan
tenaga sehingga mengakibatkan tumpang tindih dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
Saran yang peneliti rekomendasikan adalah bagi Puskesmas Bandarharjo
dapat melakukan pengkajian kembali terkait dengan jadwal shift bidan agar tidak
terjadi tumbukan job desk sehingga dengan jumlah sumber daya manusia yang
terbatas, dapat tetap mengcover berbagai program. Saran bagi Dinas Kesehatan
Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring dan melakukan evaluasi
seluruh pelaksanaan program puskesmas yang ada di Kota Semarang. Melakukan
pengkajian terhadap target program yang akan dilaksanakan.
Kata Kunci : Pelaksanaan; Antenatal Terpadu; Puskesmas.
Kepustakaan : 31 (1994-2015)
ii
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
June 2016
ABSTRACT
Niken Amran
Analysis of Implementation Integrated Antenatal Program at Bandarharjo
Puskesmas Semarang City,
VI + 106 pages + 5 table + 5 images + 21 attachments
Servicing of integrated Antenatal is a comprehensive and quality antenatal
servicing for pregnant women, every pregnancy has a risk of complicating factor.
There fore, the antenatal servicing must be done intensively or routine integrited
and good quality antenatal servicing the purpose of this research is to know the
implementation of integrated antenatal program at Bandarharjo Puskesmas
Semarang City.
The method of this research is qualitative form the first group are eight
women who are chosen based on purposive sampling technique and two
triangulation women, the taking of data was done by independent interview,
observation, and documentation.
The result showed that the number of midwifes are still not appropriate with
the regulation of the Indonesian Ministry of Health. The available infrastructures
are suitable for the process of integrated antenatal. It has done 10T as it has been
required by Indonesian Ministry of Health. However, there are limitedness the time
and staffs so that they are mutinally overlapping in implementation integrited
antenatal program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City.
Researcher suggests Bandarharjo Puskesmas to review that related to the
schedule of widwifes time job in order not to mutually overlapping with source of
staffs that can be involved some program and government’s semarang city can do
monitoring, evaluate all implementation programs at Puskesmas. By doing the
reviews to get the target that will be done.
Keywords
Literature
: Implementation; Integrated Antenatal; Puskesmas.
: 31 (1994-2015)
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah: 68).
2. Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya
keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita bersenangsenang dengan dosa, kesenangan itu akan hilang dan dosa yang akan kekal
(Umar bin Khattab).
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Papa (Amran) dan Mama (Nifestri).
2. Kakak (Ari Wijaya Amran dan Adinda
Amran).
3. Adik (Wulan Amran).
4. Asep Alvan
5. Almamaterku Unnes.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan ridhoNya
sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal
Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang” dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, atas ijin penelitian yang telah diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid),
atas persetujuan penelitian yang telah diberikan.
3. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes, atas
bimbingan, arahan, serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahrgaan Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu pengetahuan
yang diberikan selama di bangku perkuliahan.
5. Staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno dan Bapak
Wibowo serta seluruh staf TU Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
vii
Negeri Semarang yang telah membantu dalam segala urusan administrasi
dan surat perijinan penelitian.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, M.PH atas ijin
yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.
7. Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Bapak Tri Susilo Hadi,
S.KM, M.Kes, atas ijin penelitian dan masukan yang diberikan.
8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang, Ibu Erna Faulina, Ibu Endang Erawati, Am Keb, Ibu Sumarni,
Am.Keb atas waktu dan informasinya terkait penelitian ini.
9. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang,
yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat terbaikku (Liza, Jesi, Rahma, Atika, Ella, Putri, Nova, Ica,
Ayu, Sonya, Wati) dan adik-adik kos Griya Bunda atas bantuan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 atas
bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurna
karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juni 2016
Niken Amran
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
ABSTRACT ......................................................................................................iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
PERNYATAAN ................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1 Landasan Teori ................................................................................ 10
ix
2.1.1 Analisis ................................................................................... 10
2.1.2 Puskesmas .............................................................................. 11
2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ....................................... 15
2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu ................................................ 17
2.1.5 Defenisi Sistem ...................................................................... 29
2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas ........ 33
2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 45
3.1 Alur Pikir ......................................................................................... 45
3.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 45
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 46
3.4 Sumber Informasi ............................................................................ 47
3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ...................... 51
3.6 Prosedur Penelitian .......................................................................... 53
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 55
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 58
4.1.1 Puskesmas Bandarharjo ........................................................... 58
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 60
4.2.1 Karakterisitk Informan Penelitian .......................................... 60
4.2.2 Hasil Penelitian Input .............................................................. 62
4.2.3 Hasil Penelitian Proses ............................................................ 73
x
4.2.4 Hasil Penelitian Output............................................................ 83
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 85
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 85
5.1.1 Komponen Input ...................................................................... 85
5.1.2 Komponen Proses ................................................................... 92
5.1.3 Komponen Output ................................................................... 97
5.2 Hambatan Dan Kelemahan Penelitian .............................................. 99
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 101
6.1 Simpulan ......................................................................................... 101
6.2 Saran ............................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................. 7
Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ............................. 26
Tabel 4.1 Karakteristik Informan Utama .......................................................... 61
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi ................................................... 61
Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana .................................................................. 69
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ............................................. 38
Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 44
Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian ..................................................................... 45
Gambar 4.1 Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo ........................................... 60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Surat Tugas Pembimbing ........................................................ 108
Lampiran 2.
Surat Permohonan Surat Kelaikan Etik Penelitian .................. 109
Lampiran 3.
Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................... 110
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang ......................... 111
Lampiran 5.
Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dinas
Kesehatan Kota Semarang ....................................................... 112
Lampiran 6.
Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang.................................................... 113
Lampiran 7.
Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Semarang ........................................................................ 114
Lampiran 8.
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang .... 116
Lampiran 9.
Surat Keterangan Puskesmas Bandarharjo Telah Menyelesaikan
Penelitian ................................................................................. 117
Lampiran 10. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian .............. 118
Lampiran 11. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Subjek dalam Penelitian .. 120
Lampiran 12. Prosedur Wawancara Mendalam ............................................. 130
Lampiran 13. Pedoman Wawancara untuk Sie. Kesehatan Ibu dan Lansia
Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. 132
Lampiran 14. Pedoman Wawancara untuk Bidan Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang ........................................................................ 137
xiv
Lampiran 15. Pedoman Wawancara untuk Kepala Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang ........................................................................ 156
Lampiran 16. Pedoman Wawancara untuk Ibu Hamil ................................... 161
Lampiran 17. Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana ........ 176
Lampiran 18. Pedoman Observasi Proses Pelayanan Antenatal .................... 179
Lampiran 19. Identitas Informan Utama ........................................................ 180
Lampiran 20. Identitas Informan Triangulasi ................................................ 181
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 182
xv
DAFTAR SINGKATAN
AKB
= Angka Kematian Bayi
AKI
= Angka Kematian Ibu
ANC
= Antenatal Care
APBD
= Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN
= Anggaran Pendapatan Belanja Negara
BBLR
= Bayi Berat Lahir Rendah
BOK
= Bantuan Operasional Kesehatan
BPJS
= Badan Pelayanan Jaminan Sosial
CPD
= Cephalo Pelvic Dispropotrion
Depkes
= Departemen Kesehatan
Dinkes
= Dinas Kesehatan
DJJ
= Denyut Jantung Janin
DPRD
= Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
HIV
= Human Immunodeficiency Virus
IMD
= Inisiasi Menyusu Dini
JKN
= Jaminan Kesehatan Nasional
KB
= Keluarga Berencana
KEK
= Kurang Energi Kronis
Kemenkes
= Kementrian Kesehatan
Kesga
= Kesehatan Keluarga
KH
= Kelahiran Hidup
xvi
KIA
= Kesehatan Ibu dan Anak
KTP
= Kekerasan Terhadap Perempuan
LILA
= Lingkar Lengan Atas
MDGs
= Millenium Development Goals
MPS
= Making Pregnancy Safer
MTBS
= Manajemen Terpadu Balita Sakit
PAD
= Pendapatan Asli Daerah
PEB
= Pre Eklampsia Berat
Permenkes
= Peraturan Menteri Kesehatan
PK
= Penanganan Komplikasi
RTP
= Rencana Tingkat Puskesmas
SDM
= Sumber Daya Manusia
SDKI
= Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SOP
= Standar Operasional Prosedur
SPM
= Standar Pelayanan Minimal
TT
= Tetanus Toksoid
UPTD
= Unit Pelaksanaan Teknik Dinas
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan
masyarakat, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga
Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib
Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
(KIA/KB) (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah
dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu,
khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru dapat
menekankan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007), yang
mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Hal ini akan menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan, sehingga timbul
beberapa pertanyaan mengapa tujuan tersebut masih belum tercapai.
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu salah satunya melalui
program pelayanan antenatal terpadu. Antenatal terpadu merupakan pelayanan
antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
1
2
Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit
atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,
terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI,
2013).
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang terdiri dari 10T
(Timbang berat badan dan ukut tinggi badan, Ukur tekanan darah, Nilai status
gizi/ukur lingkar lengan atas (LiLA), Ukur tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi
janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi TT, Tablet tambah
darah,
Pemeriksaan
laboratorium,
Tatalaksana/penanganan
kasus,
Temu
wicara/konseling) (Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil
untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil
di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan
frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5%. Adapun untuk
cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6% dan
frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1
kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4%.
Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan
tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%).
Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang
didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Semarang
pada tahun 2014 sebesar 102,16% lebih kecil dari tahun 2013 yaitu 104,27%. Hal
3
ini menunjukan adanya penurunan cakupan meskipun pencapaian ini sudah diatas
target SPM tahun 2015 (95%) dan target tahun 2014 (94%). Sedangkan, kunjungan
K4 pada tahun 2014 sebesar 97.21% tidak mengalami perubahan atau sama dengan
tahun 2013 yaitu sebesar 97,21%, sudah mencapai target SPM 2015 yaitu 95%
tetapi angka kematian ibu masih tinggi (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).
Kematian Ibu merupakan indikator derajat kesehatan dan menjadi tujuan
MDGs. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014 sebesar
122,25/100.000 KH lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 107,95/100.000 KH, pada
tahun 2012 yaitu 80,06/100.000 KH dan tahun 2011 sebesar 119,9/100.000 KH.
Dilihat dari jumlah kematian ibu pada peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar
29 kasus menjadi 33 kasus pada tahun 2014 menjadi 35 kasus pada tahun 2015.
Namun untuk peringkat kematian ibu di Jawa Tengah, Kota Semarang menurun,
yaitu dari peringkat 5 pada tahun 2013 menjadi peringkat 7 pada tahun 2014 dan
meningkat lagi menjadi peringkat 2 tahun 2015 (Profil Dinkes Kota Semarang
2014).
Jadi berdasarkan data diatas bahwa cakupan kunjungan K1 dan K4 di Kota
Semarang setiap tahunnya sudah mencapai target dan sudah mencapai capaian yang
baik tetapi angka kematian ibu di Kota Semarang masih tinggi. Hal ini akan menjadi
masalah tentunya dibidang kesehatan karena angka kematian ibu termasuk dalam
kategori MDGs yang nomor 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu khususnya pada
target menurunkan angka kematian ibu.
4
Pada tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Kota Semarang terdapat 35 kasus
meningkat dari tahun 2014 sebanyak 33 kasus dan pada tahun 2013 yang hanya 29
kasus. Kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor masyarakat,
pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Kematian ibu tertinggi disebabkan
karena eklampsia (48,48%), penyebab lainnya adalah karena pendarahan (24,24%),
disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%, infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain
sebesar 6,06% (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).
Puskesmas Bandarharjo merupakan salah satu Puskesmas yang telah
melaksanakan program antenatal terpadu. Puskesmas ini salah satu Puskesmas yang
mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota dari 36 puskesmas lain yang
pernah dilatih. Namun berdasarkan data kematian ibu tahun 2014, di Puskesmas
Bandarharjo masih ditemukan 3 kasus kematian ibu dan tahun 2015 mengalami
peningkatan dimana ditemukan data sebanyak 5 kasus kematian ibu penyebab
terjadinya Pre Eklampsia Berat (PEB), pendarahan, obesitas, dan keracunan
makanan yang seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera
melalui pelayanan program antenatal terpadu.
Berdasarkan data dari laporan Tahun 2014 Puskesmas Bandarharjo,
didapatkan data pelayanan K1 mencapai 94,60%. Sedangkan data pelayanan K4
mencapai 86,34%. Pada Tahun 2015 data pelayanan K1 mencapai 80,32%.
Sedangkan data pelayanan K4 mencapai 90,76%. Berdasarkan data angka cakupan
K1 dan K4 belum mencapai target SPM tahun 2015 (95%). Padahal di Puskesmas
ini angka cakupan K1 dan K4 sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
program antenatal.
5
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4 dan K1
masih jauh dari target yang sudah ditetapkan dan adanya komplikasi penyakit
sehingga perlu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan antenatal
terpadu yang sesuai standar pelayanan antenatal dengan 10T.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erna selaku petugas pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) pada tanggal 03 Februari 2016 menyatakan bahwa
sumber daya manusia di Puskesmas Bandar Harjo masih kurang. Jumlah bidan di
Puskesmas Bandarharjo sebanyak 3 orang dan tidak memiliki dokter spesialis
kandungan, sehingga tidak bisa memantau keseluruhan ibu hamil yang berjumlah
1382 dari 4 (empat) kelurahan. Dari jumlah ibu hamil tersebut, sebanyak 1382
memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 (70%). Selain jumlah bidan yang
sedikit pegawai laboratorium hanya 1 orang padahal sesuai dengan standar 10T
pemeriksaan laboratorium dilakukan secara rutin dan khusus. Dalam segi sarana
dan prasarana adanya keterbatasan ruangan antara pelayanan ibu dan pelayanan
anak dijadikan satu ruangan di Puskesmas Bandarharjo.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti menganggap perlu
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu
di Puskemas Bandarharjo Kota Semarang” melalui pendekatan sistem mulai dari
komponen input, proses, output dan dampak yang diperoleh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan uraian latar belakang terdapat masalah dengan belum
tercapainya target pelayanan antenatal K4 dan K1 yang ada didalam program KIA
Puskesmas Bandarharjo, dan bahkan terjadinya komplikasi penyakit yang
6
seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera melalui
pelayanan program antenatal terpadu dengan 10T. Oleh karena itu, untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimana analisis pelaksanaan
program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo?”
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
2. Bagaimana gambaran proses dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
3. Bagaimana gambaran output dalam pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang berdasarkan pendekatan sistem.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran input dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
2. Untuk mengetahui gambaran proses dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
3. Untuk mengetahui gambaran output dalam pelaksanaan program
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi
program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
1.4.2
Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan
dosen mengenai sistem pelaksanaan program antenatal terpadu.
1.4.3
Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
pelaksanaan program antenatal terpadu.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No
1.
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Implementasi
Program
Antenatal
Terpadu di
Puskesmas
Tanjung
Agung
Kabupaten
Ogan
Komering Ulu
dengan
Pendekatan
Balance
Scorecard
Feby
Happy
Monica
Tahun dan
Tempat
Penelitian
2015,
Palembang
Rancangan
Penelitian
Kualitatif
(balance
scorecard )
Variabel /
Fokus
Penelitian
Penilaian
terhadap
pelaksanaan
program
antenatal
terpadu di
Puskesmas
Tanjung
Agung
Kabupaten
Ogan
Komering Ulu
Hasil
Penelitian
Menunjukkan
bahwa dari
perspektif
penggunaan
sumber daya
dan jasa
masih
terkendala
ketersediaan
perlatan dan
penanganan.
Untuk tenaga
kesehatan
masih ada
yang kurang.
8
2.
Analisis
kinerja BPM
dalam
pelaksanaan
ANC terpadu
pada ibu hamil
di wilayah IBI
ranting Kota
Semarang
3.
Sylva
Medika
Permata
sari
2014,
Semarang
Kuanitatif
(cross
sectional)
Kinerja BPM
dalam
melaksanakan
pelayanan
antenatal
terpadu
Terdapat
bahwa
adanya
pengaruh
antara
keterampilan,
pengetahuan,
dan review
kinerja
dengan
kinerja BPM
dalam
pelaksanaan
pelayanan
antenatal
terpadu.
Hasil
Komunikasi
menunjukkan
pemberi
bahwa
informasi
pelayanan
tentang
antenatal
pelayanan
terpadu
antenatal
malaria pada
terpadu pada
ibu hamil
ibu hamil
belum
dengan
dilaksanakan
malaria dari
oleh bidan
tenaga bidan
sesuai
untuk
pedoman
melaksanakan penanganan
pelayanan
dan
antenatal
pencegahan
terpadu
malaria pada
malaria masih ibu hamil.
kurang.
Beberapa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
Analisis
Implementasi
Program
Pelayanan
Antenatal
Terpadu pada
Ibu Hamil
dengan
Malaria di
Puskesmas
Tobelo
Kabupaten
Halmahera
Utara Provinsi
Maluku Utara
Anna
Mieke
2013,
Maluku
Utara
Kualitatif
(observasional)
sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan
9
program antenatal terpadu. Dimana dalam pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan
harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar dengan 10T.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.6.1
Ruang lingkup tempat
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bandaharjo di Kota
Semarang.
1.6.2 Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016
1.6.3
Ruang lingkup materi
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu metodologi penelitian kesehatan
khususnya metodologi penelitian kualitatif, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
pedoman program antenatal terpadu, dan pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Analisis
2.1.1.1 Defenisi Analisis
Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis
(dugaan) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian dengan
pengamatan, percobaan, dan sebagainya (Aji Reno, 2012). Menurut Solichin (2008)
analisis merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaan
bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian
yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.
Menurut Aristoteles, 1991 yang dikutip solichin, 2008 mengatakan analisis
adalah suatu proses merinci suatu objek dengan alat tertentu ke dalam beberapa
komponen yang saling berhubungan dan menilai urgensi, dukungan dan
berkaitannya terhadap terjadinya sesuatu. Analisis adalah suatu kegiatan ilmiah
untuk mencari kebenaran. Sedangkan analisis manajemen adalah suatu proses
merinci (mendetailkan) dan menilai keadaan lingkungan organisasi guna
memperoleh informasi kemampuan dan sumber daya yang berpengaruh kuat
terhadap keberhasilan organisasi meraih visi, misi dan dasar menentukan tujuan,
sasaran yang rasional, dan logis dicapai.
10
11
2.1.2 Puskesmas
2.1.2.1 Defenisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif, preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
Menurut Muninjaya (2004), Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggungjawab
untuk
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan
masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai
ujung tombak pembangunan bidang kesehatan (Arsita, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003), Puskesmas memiliki fungsi dalam
mewujudkan 4 (empat) misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan
pembangunan
kecamatan
yang
berwawasan
pembangunan,
mendorong
kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat serta
lingkungannya (Arsita, 2012).
12
2.1.2.2 Peran Puskesmas
Puskesmas memiliki peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksanaan
teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke
depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut
ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan puskesmas dalam menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realitas, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa
mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam memanfaatkan teknologi
informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu (Effendi dan Mahfudli, 2009:277).
2.1.2.3 Fungsi Puskesmas
Menurut Arsita (2012) Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan
tingkat primer memiliki fungsi utama sebagai berikut:
2.1.2.3.1 Pusat Penggerak dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas memantau dan menggerakkan penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah
kerjanya, sehingga masyarakat akan memiliki wawasan yang luas dan mendukung
pembangunan kesehatan (Arsita 2012:24).
2.1.2.3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas berupaya agar setiap individu masyarakat, pemuka masyarakat,
dan keluarga memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk bertanggung
jawab terhadap kesehatan. Puskesmas juga berupaya agar masyarakat aktif dalam
program-program kesehatan yang diadakan oleh Puskesmas guna meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat. Puskesmas memberi petunjuk kepada masyarakat
13
tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif
dan efisien.
2.1.2.3.3 Pusat Kesehatan Srata Pertama
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
(primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (countinue) mencakup
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Arsita,
2012:25).
2.1.2.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan memiliki prinsip dalam
penyelenggaraannya. Prinsip tersebut antara lain:
1. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
4. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil dan
merata tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan
kepercayaan.
14
5. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk pada lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan
upaya kesehatan perorangan dan masyarakat lintas program dan lintas
sektor serta melakukan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen
puskesmas (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
2.1.2.5 Upaya Kesehatan Esensial Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut meliputi:
1. Pelayanan promosi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan lingkungan.
3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
4. Pelayanan gizi.
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
2.1.2.6 Pembinaan dan Pengawasan Puskesmas
Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014, pengawasan dan pembinaan
penyelenggaraan Puskesmas dilakukan sesuai tugas dan fungsi masing-masing oleh
15
pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam proses
pengawasan dan pembinaan puskesmas, pemerintah kota/daerah dan provinsi juga
berhak menggunakan organisasi profesi untuk membantu melakukan pengawasan
dan pembinaan terhadap Puskesmas.
Pembinaan dan pengawasan puskesmas lebih mengarah kepada peningkatan
mutu pelayanan kepada masyarakat, fasilitas, konsultasi, pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan.
2.1.2.7 Pembangunan Sarana dan Prasarana Puskesmas
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat dasar memiliki
standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No 75.
Tahun 2014, pembangunan puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut: persyaratan administratif, persyaratan keselamatan kerja, persyaratan
teknis bangunan, bersifat permanen dan terpisah dari bangunan lain, dan
menyediakan fungsi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Sarana standar yang
ada di Puskesmas juga telah diatur dalam Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014,
diantaranya puskesmas harus memiliki sarana ventilasi, pencahayaan, sanitasi,
kelistrikan, komunikasi, gas medik, proteksi petir, proteksi kebakaran,
pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal (untuk bangunan lantai 2 atau
lebih), puskesmas keliling dan kendaraan ambulan.
2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan Pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya pada tujuan empat dan tujuan
16
lima yaitu menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu.
Program kesehatan Ibu dan Anak menjadi sangat penting pembangunan, hal ini
mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon
penerus bangsa yaitu anak. Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang dapat
memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak
yang sehat (Arsita, 2012).
Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi,
budaya, perilaku, dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor biologis. Salah satu peran faktor biologis adalah hormon.
Dalam siklus kehidupan dan reproduksi, peran hormon tersebut mempengaruhi
kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam usia reproduksi, yaitu usia 15-45 tahun
dari pubertas sampai menopause tidak terlepas dari peran hormon estrogen.
Hormon estrogen akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia.
Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Kesehatan
dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan
perkembangan, dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut (Arsita, 2012).
2.1.3.1 Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, ibu menyusui,
bayi dan balita, serta anak prasekolah (Arsita, 2012)
2.1.3.2 Tujuan Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Tujuan usaha kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antar lain adalah:
1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur dan
terus-menerus pada waktu sakit dan sembuh pada masa antepartum,
17
intrapartum, postpartum, dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-anak
dari mulai lahir sampai masa prasekolah.
2. KB diberikan pada ibu-ibu atau suami-suami yang membutuhkannya.
3. Usaha KIA mengadakan integrase ke dalam “general health services”
(pelayanan kesehatan menyeluruh) dan mengadakan kerja sama serta
koordinasi dengan lain-lain dinas kesehatan.
4. Usaha KIA mencari dan mengumpulkan masalah-masalah mengenai ibu,
bayi, anak untuk dicari penyelesaiannya (Arsita, 2012).
2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu
2.1.4.1 Defenisi Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional
(dokter, spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama kehamilannya (Depkes RI, 2005). Pelayanan antenatal
adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa
kehamilan, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Wijono, Djoko, 2008).
Kualitas pelayanan sangat erat dengan hubungannya pada penerapan.
Pelayanan yang diberikan harus mengacuh pada standar yang telah ditetapkan yaitu
standar pelayanan kebidanan. Penerapan standar sangat berguna untuk melindungi
masyarakat karena proses kegiatan yang dilakukan mempunyai dasar yang jelas.
Standar pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan,
khususnya untuk memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tinggi (Depkes RI, 2005)
18
2.1.4.2. Defenisi Pelayanan Antenatal Terpadu
Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh
karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai
standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010).
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan
antenatal (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara
keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan dan
konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat; (2)
melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan; (3)
menyiapkan persalinan yang bersih dan aman; (4) merencanakan antisipasi dan
persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi; (5)
melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan; (6) melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4.3.Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Terpadu
Tujuan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani
19
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
(Kemenkes RI, 2010).
Menurut KEMENKES RI (2013), tujuan khusus antenatal terpadu meliputi:
1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,
termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian
ASI.
2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
4. Melakukan intervensi terhadap kelaianan/penyakit/gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin.
5. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang ada.
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah pertolongan persalinan.
2.1.4.4. Standar Pelayanan Antenatal terpadu
Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes RI, 2013)
Penerapan operasional dikenal dengan standar 10T, dalam melakukan pemeriksaan
antenatal tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai
dengan standar terdiri dari:
20
2.1.4.4.1
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko
pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko
untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
2.1.4.4.2
Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah dan atau proteinuria).
2.1.4.4.3
Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/ LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya
ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.1.4.4.4
Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan adanya
21
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
2.1.4.4.5
Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksud untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120kali/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
2.1.4.4.6
Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TTnya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
2.1.4.4.6
Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
2.1.4.4.7
Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemerikasaan laboratorium yang dilakukan pada saat antenatal meliputi:
22
1.
Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon
donor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi gawat
darurat.
2.
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
3.
Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
4.
Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilan minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga
(terutama pada akhir trimester ketiga).
23
5.
Pemeriksaan malaria
Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria dalam rangka skrining kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada
indikasi.
6.
Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga sifilia. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin
pada kehamilan.
7.
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusan untuk menjalani tes HIV.
8.
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberculosis
sebagai
pencegah agar infeksi
Tuberculosis
tidak
mempengaruhi kesehatan janin.
2.1.4.4.8
Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus sesuai dengan
standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
24
2.1.4.4.9
Temu Wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi: (1) kesehatan ibu; (2) perilaku hidup bersih dan sehat; (3) peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan; (4) tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan mengahadapi komplikasi; (5)
asupan gizi seimbang; (6) gejala penyakit menular dan tidak menular; (7)
penawaran untuk melaksanakan tes HIV dan konseling di daerah Epidemi meluas
dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah Epidemi rendah;
(8) inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif; (9) KB paska
persalinan; (10) Imunisasi; (11) peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(Brain booster).
2.1.4.5 Jenis Pelayanan Antenatal Terpadu
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:
2.1.4.5.1 Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu: menanyakan keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini; menanyakan tanda-tanda penting yang
terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu
hamil: mual muntah, pusing, sakit kepala, pendarahan, nyeri perut yang hebat,
demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas,
keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku berubah selama hamil, riwayat
25
Kekerasana Terhadap Perempuan (KTP) selama kehamilan; menanyakan status
kunjungan; menanyakan status imunisasi tetanus ibu hamil; menanyakan jumlah
tablet tambah darah (Fe) yang dikonsumsi, menanyakan obat-obat yang
dikonsumsi; di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat
pemakaian obat malaria; di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
riwayat penyakit pada pasangannya; menanyakan pola makan selama ibu hamil
yang meliputi jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan
kandungan gizinya; menanyakan kesiapan mengahadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan.
Informasi anamnesa biasa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader
ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama
kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami (Kemenkes,
2013).
2.1.4.5.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu
hamil. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu
hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel:
26
Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan
Trimester
Trimester
Trimester
I
II
III
Keterangan
1
Keadaan Umum
√
√
√
Rutin
2
Suhu Tubuh
√
√
√
Rutin
3
Tekanan Darah
√
√
√
Rutin
4
Berat Badan
√
√
√
Rutin
5
LiLa
√
6
TFU
√
√
Rutin
7
Presentasi Janin
√
√
Rutin
8
DJJ
√
√
Rutin
9
Pemeriksaan Hb
√
√
Rutin
10
Golongan Darah
√
11
Protein Urin
*
*
*
Atas indikasi
12
Gula darah
*
*
*
Atas indikasi
13
Darah malaria
*
*
*
Atas indikasi
14
BTA
*
*
*
Atas indikasi
15
IMS/Sifilis
*
*
*
Atas indikasi
16
Serologi HIV
*
*
*
Atas indikasi
17
USG
*
*
*
Atas indikasi
Rutin
Rutin
2.1.4.5.3 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa
banding, sedangkan bidan atau perawat dapat mengenali keadaan normal dan
keadaan bermasalah atau tidak pada hamil (Kemenkes RI, 2013).
27
2.1.4.5.4 Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib
mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini
pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya
tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Penerapan
pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, kualitas pelayanan antenatal
dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4.5.5 Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan
antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil
dalam mengatasi masalahnya (Kemenkes RI, 2013).
2.1.4.6 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang bermutu pada hakekatnya merupakan
suatu pelayanan medik dasar yang sangat stratregis dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan ibu hami dan janin dikandungnya. Disamping itu kualitas
pelayanan
yang diberikan harus selalu dijaga, sehingga meningkatkan
kesinambungan pemeriksaan antenatal yang pada gilirannya dapat terpelihara
derajat kesehatan kehamilan (Dekpes RI, 2007).
Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” (keluarga
berencana, ANC, persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetric essensial).
28
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada ibu hamil ini sesuai dengan
pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci
(Depkes RI, 2007) yaitu:
1. Setiap persalinan obstetrik ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal selain menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu, yaitu minimal 1 (satu) kali pada trimester
pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada trimester
ketiga (Depkes RI, 2007).
Kebijakan teknis pelayanan antenatal yaitu, setiap saat kehamilan dapat
berkembang menjadi masalah atau mengalami penyulit/komplikasi. Oleh karena itu
diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI,
2007).
2.1.4.7 Faktor-Faktor Penunjang Kualitas Pelayanan Antenatal
2.1.4.7.1 Kompetensi teknis
Kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan
penampilan atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan. Kompetensi teknis
berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar
layanan kesehatan yang telah disepakati. Tidak dipenuhinya kompetensi teknis
29
dapat mengakibatkan barbagai hal, mulai dari penyimpangan terhadap standar
layanan kesehatan sampai kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan
kesehatan.
2.1.4.7.2 Prosedur / Standar
Aplikasi program jaminan mutu di puksesmas adalah dalam bentuk
penerapan standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil tetap terjaga
kualitasnya, meskipun kondisi lingkungan dan petugas yang berbeda/bergantian.
Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
saran pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan. Standar yang diterapkan pada
setiap pelayanan akan menjadi pelayanan yang diberikan menjadi lebih bermutu
serta akan semakin tercapai standar yang ditetapkan.
2.1.4.7.3 Fasilitas / Alat
Fasilitas/Alat
adalah
salah satu
faktor
yang mendukung dalam
melaksanakan tindakan. Lingkungan yang mendukung yaitu ruangan tempat
pelayanan yang memenuhi standar kesehatan, dan fasilitas, alat, serta sarana untuk
mendukung pada saat melaksanakan kegiatan seperti pencatatan, pelaporan.
2.1.5 Defenisi Sistem
Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen yang saling terhubung dan
mempengaruhi satu sama lain. Sistem memiliki unsur-unsur tersendiri yang dapat
dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu:
30
1. Masukan (Input)
Masukan atau input adalah bagian yang ada didalam sistem dan
diperlukan agar sistem dapat berjalan. Dalam proses pembangunan kesehatan,
unsur yang diperlukan adalah sumber daya manusia dan sarana prasarana, hal
ini menunjukkan jika unsur-unsur input tidak memenuhi standar akan
menghambat proses pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2011: 101).
2. Proses (Process)
Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah
masukan sehingga menghasilkan suatu keluaran yang direncanakan dengan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Proses merupakan elemen yang
penting dalam sebuah sistem karena menentukan hasil dari keluar berdasarkan
masukan yang ada (Notoatmodjo, 2011: 101).
3. Keluaran (Output)
Keluaran atau output merupakan hasil akhir dari program yang telah
dilaksanakan, biasanya berupa indikator-indikator keberhasilan (Notoatmodjo,
2011: 101).
4. Umpan Balik (feedback)
Umpan balik atau feedback merupakan elemen dari sistem yang berupa
hasil antara dan hasil akhir dari sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011: 101).
5. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah
beberapa waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011: 101).
31
6. Lingkungan (Environtment)
Lingkungan (environtment) merupakan bagian luar sistem tetapi
memiliki pengaruh terhadap berjalannya sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011:
101)
2.1.5.1 Teori Sistem
Teori ini menjelaskan bahwa masukan dan keluaran merupakan energi yang
saling berhubungan antar manusia dan lingkungan. Proses dimana energi, informasi
dan zat dari keluaran akan memberikan timbal balik ke masukan, yang dapat
digunakan sebagai bahan koreksi atau evaluasi (Haryanto, 2007:7).
Sedangkan menurut Azman (1996) dalam Elvira (2014) mengatakan bahwa
untuk terbentuknya sebuah sistem, maka diperlukan rangkaian unsur-unsur yang
menjadi satu kesatuan guna mencapai suatu tujuan.
2.1.5.2 Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan penguaraian operasional dari sistem yang berupa
upaya identifikasi tujuan, kegiatan, situasi dan informasi yang diperlukan oleh
sistem saat saat pelaksanaannya (Sulaeman, 2011 dalam Elvira, 2014). Langkahlangkah analisis sistem dibedakan atas enam macam, yaitu:
1. Lakukan penguraian sistem sehingga bagian-bagian yang dimiliki saling
berhubungan antara satu dan lainnya.
2. Perumusan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian sistem dilanjutkan
secara keseluruhan.
3. Lakukan pengumpulan data untuk lebih menjelaskan masalah yang
ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluarnya.
32
4. Kembangkan model-model sistem berdasarkan informasi yang dimiliki.
5. Lakukan uji coba, dan jika diperlukan lakukan perbaikan serta dicatat setiap
hasil yang diperoleh. Dari catatan yang ada dapat dipilih model paling
menguntungkan.
6. Melakukan pemantauan dan penilaian secara berkala berdasarkan
penerapan model sistem yang telah dipilih.
2.1.5.3 Ruang lingkup penilaian terhadap sistem
Secara sederhana ruang lingkup penilaian sistem dapat dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu:
1. Penilaian terhadap masukan
Penilaian terhadap masukan yang menyangkut pemanfaatan sebagai sumber
daya, baik tenaga, dana maupun sarana dan prasarana.
2. Penilaian terhadap proses
Pelaksanaan program merupakan titik berat dalam penilaian terhadap
proses, apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Proses yang dimaksud
mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan.
3. Penilaian terhadap keluaran
Penilaian terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang
didapatkan dari pelaksanaan program.
4. Penilaian terhadap dampak
Penilaian terhadap dampak program mencakup pengaruh yang ditimbulkan
dari pelaksanaan program.
33
2.1.5.4 Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan jenis pendekatan analisis organisatoris yang
menggunakan kompenen sistem sebagai media analisis. Manajeman analisis yang
digunakan untuk memfokuskan analisis kepada komponen-komponen sistem yang
dalam penerapan nanti akan mempengaruhi keberhasilan sistem. Pendekatan sistem
merupakan hasil penerapan sistem ilmiah yang diterapkan dalam ilmu manajemen.
Dengan menggunakan pendekatan sistem maka dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan perilaku suatu organisasi.
2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas
Pelaksanaan program ini akan peneliti jelaskan dengan pendekatan sistem,
yang terdiri dari input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana,
kebijakan dan SOP), proses (proses pelaksanaan program antenatal terpadu sesuai
dengan standar 10T dan masalah/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan 10T,
perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan kunjungan ibu hamil ke
pelayanan kesehatan dan penanganan komplikasi), dampak (keberhasilan cakupan
K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program
antenatal terpadu)
2.1.6.1 Input
Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut
(Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material,
manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya.
34
Input dalam penelitian ini antara lain: Sumber Daya Manusia (SDM),
sarana/prasarana, sumber dana, serta kebijakan dan SOP.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
M.T.E Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor
yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Hasibuan
(2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya
dilakukan oleh keturunan dan lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasikan oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
2. Fasilitas/ Sarana dan prasarana
Menurut Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2014, fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Menurut Moekijat (2001), fasilitas adalah suatu sarana fisik yang
dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang
diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001), fasilitas adalah penyedia
perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada
penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas
tersebut terpenuhi.
35
3. Sumber Dana
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pada bab XV dan
pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain, yang
mana berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari
pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari
masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu
sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti bahan penyelenggara asuransi,
sedangkan yang bersumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar
negeri.
Pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran
negara untuk waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Di dalam
UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besar anggaran
kesehatan pusat adalah 5% dari APBN diluar gaji, sedangkan APBD
Propinsi dan Kab/Kota 10% diluar gaji, namun pada kenyataannya anggaran
untuk kesehatan cuma mendapat angka 2,37%.
Pemerintah daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak
ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi
perekonomian daerah. Artinya jika perekonomian daerah mengalami
pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya penerimaan pajak-pajak daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
36
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja
daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu sistem anggaran yang
mengutakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari pelaksanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Keputusan didalam UU No 36
tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor
kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk
sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD.
4. Kebijakan dan SOP
Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang
diambil untuk mengatasi suatu masalah. Kebijakan publik adalah apapun
yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
(Solichin, 2008). Menurut Aam (2006) menyatakan kebijakan merupakan
sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga
pendifinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau tidak mudah.
Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, defenisi
tersebut dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan
kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan
kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Solichin, 2008).
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
37
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah
menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan good governance.
Standar Operasional Prosedur (SOP) berfungsi membentuk sistem
kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung
jawabkan; 1) menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, 2) menjelaskan
bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung, 3) sebagai sarana tata
urutan dari pelaksanaan dan pengadministrsian pekerjaan harian
sebagaimana metode yang ditetapkan dan menetapkan hubungan timbal
balik antar satuan kerja.
2.1.6.2 Proses
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan
(Azwar, 2010). Biasanya, aktifitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan,
mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi
yang dibutuhkan.
Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke
unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas
mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien.
38
Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Pulang
Rujuk RSU
Rawat Inap
Apotik
Ibu
Hamil
LOKET
Rujukan:
Polindes
Poskesdes
BPS
Poli KIA
Balai
Pengobatan
Malaria,
TB, HIV,
IMS,
Anemia,
KEK
Laboratoriu
m
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu
2.1.6.2.1 Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan atau menentukan terlebih
dahulu apa yang akan dilakukan kemudian hari berdasarkan jangka waktu yang
sudah ditentukan. Menurut Gde Muninjaya (2002) Perencanaan di dalam bidang
kesehatan dapat diartikan sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang ada di masyarakat dan menentukan kebutuhan sumber daya yang
ada, menetapkan tujuan program yang paling utama, dan menyusun langkah-
39
langkah yang akan digunakan agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
tercapai. Perencanaan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui
tujuan dan bagaimana cara mencapainya, struktur atau bentuk organisasi yang
diinginkan, jenis dan uraian tugas dari karyawan yang dibutuhkan, mengetahui
efektifitas kepemimpinan, dan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan.
Perencanaan merupakan salah satu aspek yang ada di dalam sistem yang
berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan di dalam organisasi yang
terdiri dari:
1.
Analisis situasi
Analisis situasi bertujuan mengumpulkan fakta atau data yang diambil dari
berbagai sudut pandang keilmuan seperti manajemen, ekonomi, demografi.
2.
Mengidentifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah berdasarkan data-data yang didapatkan dari
analisis situasi yang kemudian dapat dikerucutkan menjadi sebuah prioritas
masalah.
3.
Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
Merumuskan tujuan dan menentukan besaran target hanya dapat dilakukan
saat analisis situasi dan identifikasi masalah sudah selesai dilakukan.
4.
Mengkaji adanya kendala atau hambatan
Kajian ini dapat diambil dari hambatan yang bersumber dari dalam organisasi
dan bersumber dari lingkungan masyarakat.
40
5.
Menyusun rencana kerja operasional
Penyusunan rencana kerja operasional dapat dilakukan jika 4 (empat) langkah
sebelumnya sudah terlaksana.
2.1.6.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan
sebuah langkah untuk mengelompokkan, menetapkan, mengatur kegiatan
penetapan tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasiaan wewenang untuk
mencapai tujuan organisasi yang sudah dibuat. Pengorganisasian merupakan
sebuah alat untuk menyelaraskan kegiatan yang memiliki aspek-aspek personal,
finansial, dan metode untuk mencapai sebuah tujuan dari organisasi.
Pengorganisasian dalam manajemen memiliki beragam manfaat seperti berikut:
mengetahui pembagian tugas bagi individu maupun kelompok, melakukan
pendelegasian wewenang, melakukan pemanfaatan pegawai dan sarana prasana
dengan efektif (Gde Muninjaya, 2002).
Pengorganisasian merupakan salah satu aspek yang ada dalam sistem yang
berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan didalam organisasian yang
terdiri dari:
1.
Tujuan organisasi harus diketahui oleh dan dipahami oleh pegawai.
2.
Pembagian pekerjaan kedalam langkah-langkah secara merata.
3.
Menggolongkan kegiatan-kegiatan kedalam elemen kegiatan.
4. Menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai
dan menyiapkan fasilitas yang pegawai perlukan.
41
5. Memilih pegawai yang profesional yang mampu melaksanakan tugas
yang akan dibebankan.
6. Melakukan pendelegesian wewenang.
2.1.6.3 Output
Output (keluaran) adalah kemampuan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang
dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil
diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan
kesehatan dan penanganan komplikasi (PK) (Kemenkes, 2013).
4.1.6.3.1 Pengertian K1
Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka
pelayanan kesehatan ibu dan anak mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan
ANC/pemeriksaan ibu hamil dan dilakukan dengan pelayanan antenatal terpadu di
puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi
sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan
ketiga.
Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013),
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, untuk melakukan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.
42
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama,
sebaiknya sebelum minggu ke 8 (Kemenkes, 2013).
4.1.6.3.2 Pengertian K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau
lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar ditetapkan
(Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013) yaitu
ibu hami dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
koompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan
hingga 12 minggu) dan trimester ke 2 (>12 – 24 minggu), minimal 2 kali kontak
pada trimester ke 3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.
Kunjungan antenatal bias lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,
penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
4.1.6.3.3 Penanganan Komplikasi (PK)
Penanganan Komplikasi adalah penanganan komplikasi kebidanan,
penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu
hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga kesehatan yang
mempunya kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang
sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eclampsia, persalinan macet,
infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes mellitus,
Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI, 2013).
43
2.1.6.4 Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah
waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011). Dampak (impact) pada penelitian ini,
keberhasilan cakupan K1 dan K4 terhadap pelaksanaan program antenatal terpadu
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
2.2.
Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefenisikan sistem sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan
bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefenisikan sistem sebagai sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan
logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah keadaan yang
dihadapi (Azwar, 2010).
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian sub sistem tidak berjalan dengan
baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Pendekatan sistem akan mengkaji
berjalannya suatu sistem dengan cara mengelompokkan sesuai dengan komponen
sistem, yang terdiri dari: masukan (input), proses (process), keluaran (output),
dampak (impact). Keterkaitan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
44
PUSKESMAS
(Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat)
Upaya Kesehatan Esensial Masyarakat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pelayanan promosi kesehatan
Pelayanan kesehatan lingkungan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak
Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan gizi
Pelayanan pencegahan dan
Pendekatan Sistem
1.
2.
3.
4.
Input
Sumber Daya Manusia
Sarana dan Prasarana
Sumber Dana
Kebijakan dan SOP
Proses
1.
Proses Pelaksanaan
Pelayanan yang berkualitas
sesuai standar dengan 10T
2.
Perencanaan
3.
Pengorganisasian
Output
Cakupan Pelaksanaan Program K1
dan K4 dan penanganan komplikasi
(PK)
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)
Pelayanan Antenatal Terpadu
Proses Pelayanan Antenatal Terpadu
dengan 10T:
1. Timbang berasat badan dan ukur
tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi/ikur lingkar lengan
atas (LiLA)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ)
6. Skrining imunisasi TT
7. Tablet tambah darah
8. Pemeriksaan laboratoruium
9. Tatalaksana/penanganan kasus
10.
Temu wicara/konseling
Dampak
Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan
penanganan komplikasi (PK) dalam proses
pelaksanaan program antenatal terpadu
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber: 1. Permenkes RI (2014); 2. Notoatmodjo (2003); 3. Arsita (2012); 4. Kemenkes
RI (2013); 5. Kemenkes RI (2010); 6. Hasibuan (2003); 7. Gede Muninjaya
(2010); 8. Solichin Abdul Wahab (2008); 9. Azwar (2008); Elvira (2014); 10.
Ida nuraida (2008)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Input
1.
Sumber Daya
Manusia (SDM)
2.
Sarana dan
Prasarana
3.
Sumber Dana
4.
Kebijakan dan
SOP
Alur Pikir
Proses
1.
Proses Pelaksanaan
Pelayanan yang berkualitas
sesuai standar 10T
2.
Perencanaan
3.
Pengorganisasian
Output
Cakupan Pelaksanaan
Program K1 dan K4 dan
penanganan komplikasi
(PK)
Dampak (impact)
Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan
penanganan komplikasi (PK) dalam
proses pelaksanaan program antenatal
terpadu
Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya (Moeleong, 2006: 97).
Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang akan dikaji dinamakan fokus
penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada pelaksanaan pelayanan
45
46
antenatal terpadu yang berkualitas sesuai dengan standar 10T yang akan dianalisis
menggunakan pendekatan sistem yang terdapat input, proses, output dan dampak.
Dimana untuk mengetahui pada sektor manakah yang memiliki pengaruh terhadap
tercapainya atau tidaknya angka kematian ibu di Puskemas Bandarharjo Kota
Semarang.
3.3 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistika atau
bentuk hitungan lainnya. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencari jawaban atas
pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu keputusan diambil oleh subyek, bukan
sekedar apa, dimana, dan bilamana (Nastiti kaswandani, dkk).
Sugiyono (2011) mengemukakan metode kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati. Data kualitatif adalah apa
yang dikatakan oleh orang-orang yang diajukan seperangkat pertanyaan oleh
peneliti.
Sedangkan penelitian deskriptif merupakan peneliti yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel lain (Nastiti
kaswandani, dkk 2011).
Penelitian deskriptif tidak digunakan untuk menguji sebuah hipotesis
tertentu, melainkan hanya menggambarkan keadaan, variabel dan gejala yang ada
47
secara apa adanya. Penelitian deskriptif tidak berusaha untuk menghubungkan
variabel-variabel yang ingin diteliti, tetapi hanya untuk mengetahui keadaan atau
kondisi masing-masing dari variabel yang akan diteliti.
3.4 Sumber Informasi
Sumber data atau informasi merupakan objek yang mampu memberikan
informasi penelitian sehingga data yang didapatkan dapat digunakan untuk
menjustifikasi dan menyelesaikan masalah penelitian. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
3.4.1 Sumber Data Primer
Data primer merupakan sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara
langsung diperoleh dari sumber dimana penelitian dilakukan. Data primer akan
diperoleh melalui informan. Dalam menetapkan informan utama pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menetapkan informan
berdasarkan anggapan bahwa informan dapat memberikan informan yang
diinginkan sesuai dengan permasalahan peneliti. Dalam hal ini informan awal
adalah orang yang terlibat dalam pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang berjumlah 8 orang yakni yang terdiri 3 orang bidan
pemegang program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang, dan 5 orang ibu hamil pengguna pelayanan antenatal terpadu yang ada
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik purposive sampling maka kesepuluh informan awal tersebut
dipilih berdasarkan kriteria tertentu, sebagai berikut:
48
1) Bidan pemegang program antenatal terpadu
Informan bidan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tersebut dipilih
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
(1) Telah bekerja sebagai bidan di Puskesmas Bandarharjo tersebut
minimal 1 tahun.
(2) Bersedia terlibat menjadi informan dalam penelitian ini.
2) Ibu hamil
Informan ibu hamil sebagai pengguna layanan antenatal terpadu di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dipilih berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
(1) Telah berkunjung atau menggunakan layanan kehamilan di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang minimal 2 kali.
(2) Melakukan pemeriksaan awal kehamilan juga Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang.
(3) Bersedia terlibat menjadi informan dalam penelitian ini.
Data yang diperoleh setelah pelaksanaan penelitian, dari informan awal
belum mampu memberikan informasi yang memuaskan, maka ditentukan
penambahan informan lain yang dapat digunakan sebagai sumber data dengan
pertimbangan tertentu menggunakan teknik snowball sampling (Sugiyono, 2012).
Dengan menggunakan teknik snowball sampling tersebut dalam pelaksanaanya
dilapangan, penelitian ini dilakukan penambahan 2 informan yang terdiri dari 1
orang Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang dan 1 orang Kepala sie.
49
Kesehatan Ibu dan Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota
Semarang dipilih menggunakan kriteria yang sama seperti kriteria informan awal.
3.4.1.1 Pengamatan (Observasi)
Menurut Nasution observasi menjadi dasar dari segala ilmu pengetahun, hal
ini karena seorang peneliti hanya dapat melakukan penelitian didasarkan pada datadata atau fakta-fakta yang ada dilapangan yang dapat diperoleh dengan cara
melakukan observasi. Jenis observasi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah observasi terus terang, dimana peneliti akan melakukan
pengumpulan data dengan cara menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa
peneliti sedang melakukan penelitian (Sugiyono, 2008: 228).
Hal yang akan peneliti amati adalah komponen-komponen sistem yaitu
input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana, kebijakan dan
SOP), proses (proses pelaksanaan pelayanan antenatal yang berkualitas sesuai
standar dengan 10T, perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan
pelaksanaan K1 dan K4 dan penanganan kompilakasi) dampak (keberhasilan
cakupan K1-K4 dan penanganan komplikasi dalam proses pelaksanaan program
antenatal terpadu) di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
3.4.1.1 Wawancara
Menurut Esterbeg yang dikutip oleh Sugiono (2008), wawancara
merupakan pertemuan 2 (dua) orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab sehingga dapat dikonstribusikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara juga merupakan teknik pengambilan data yang digunakan untuk
50
melakukan uji pendahuluan terhadap penelitian untuk menemukan masalah yang
harus diteliti.
Jenis wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam
dimana dalam wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan. Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti
atau pengumpulan data memerlukan instrumen penelitian seperti: pertanyaanpertanyaan tertulis, tape recorder, gambar, material-material lain yang dapat
membantu jalannya wawancara (Sugiyono, 2008: 223).
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh dari laporan, dokumen,
maupun buku teks yang terdapat pada instansi puskesmas maupun pada
kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dibahas. Data
sekunder merupakan data yang diambil dari orang lain atau tempat lain bukan
dilakukan oleh peneliti sendiri (Sugiyono, 2008:240). Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
3.4.2.1 Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud disini adalah dokumen yang biasa terbentuk
tulisan, gambar ataupun karya-karya monumental dari narasumber. Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2008:240). Pada
penelitian ini dokumen yang digunakan sebagai data sekunder yaitu data angka
kematian ibu (AKI) dari buku Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, data
Cakupan Kunjungan K1 dan K4 dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, laporan data
51
kunjungan harian ibu hamil K1-K4 dari Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang,
Profil Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Rencana Tingkat Puskesmas
Bandarharjo Tahun 2016.
3.5 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian. Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan
untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para
responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir A, dkk, 2011:
249).
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti.
Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2010:306).
Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata (bahasa),
tindakan, atau bahkan isyarat atau lambang. Untuk dapat menangkap atau
menjelaskan data yang demikian, yang paling tepat sebagai instrumen penelitian
adalah manusia (Ahmadi, 2014:103).
Selain peneliti sebagai instrumen utama, terdapat instrumen lain yang dapat
mendukung proses berlangsungnya pengambilan data primer dari informan, antara
lain pedoman wawancara, catatan lapangan (fieldnotes), dan alat perekam suara.
52
3.5.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data bertujuan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang dapat menjelaskan permasalahan atau peneliti secara objektif.
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
3.5.2.1 Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, meliputi melihat,
mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010:131).
Teknik pengambilan data dengan observasi digunakan apabila penetilian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila informan yang
diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010:203). Observasi dilakukan dengan
melihat aktifitas pelayanan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
3.5.2.2 Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak yaitu antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Meleong, 2007:186).
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara. Pengambilan data akan dilakukan terus menerus hingga tidak ada lagi
informasi yang didapatkan dari informasi atau dapat dikatakan datanya jenuh.
53
3.5.2.3 Dokumentasi
Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan
wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apa bila didukung oleh
dokumentasi (Sugiono, 2010:329). Studi dokumentasi merupakan suatu metode
pengumpulan data dengan menyelidiki dokumen-dokumen tertulis seperti bukubuku literatur, dokumentasi, peraturan perundang-perundangan yang terkait,
pedoman antenatal terpadu terpadu, dan profil di Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang.
3.6 Prosedur Penelitian
Pada penelitian kualitatif terdapat tiga tahap dalam melakukan penelitian,
tahapan-tahapan tersebut adalah pra penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pasca
penelitian.
3.6.1 Tahap Pra- Penelitian
Pada tahap pra penelitian beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
3.6.1.1 Menyusun rancangan penelitian
Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian yang paling tepat
dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Penyusun rancangan peneliti
dilakukan dengan bantuan literatur-literatur yang terkait.
3.6.1.2 Memilih lokasi penelitian
Pemilihan
lokasi
penelitian
didasarkan
atas
tingkat
kepentingan
permasalahan yang akan diteliti. Dalam penentuan lokasi peneliti perlu untuk
54
mempertimbangkan waktu, biaya, tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif (Ghony
dan Almanshur, 2012: 216).
3.6.1.3 Mengurus perizinan penelitian
Mengurus perizinan penelitian dilakukan dengan pembuatan surat ijin
penelitian serta perijinan secara tatap muka kepada pihak-pihak yang berwenang
memberikan ijin peneliti di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
3.6.1.4 Menyiapkan perlengkapan yang digunakan untuk proses penelitian
Dalam tahap ini peneliti menyiapkan segara perlengkapan baik secara fisik
maupun non fisik yang diperlukan pada saat penelitian berlangsung.
3.6.2 Tahap Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap penelitian adalah melakukan
pengambilan data, yakni secara observasi dan wawancara secara mendalam
terhadap informan dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap
penelitian antara lain:
1. Pengamatan (observasi), dengan obyek yang diobservasi dalam penelitian
ini adalah proses pelayanan antenatal terpadu dengan 10T di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang. Tingkat penerapan SOP oleh tenaga medis
yang bertugas pada pelayanan kesehatan ibu dan melakukan pengamatan
pada sarana dan prasarana pelayanan kesehatan ibu.
2. Wawancara mendalam dilakukan dengan sumber data meliputi: Kepala
Puskesmas, Bidan yang bertugas pada pelayanan kesehatan ibu pemegang
program antenatal terpadu, Ibu hamil dan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan
Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Kota Semarang
55
3. Hasil yang dapat di catat pada lembar wawancara, studi dokumen dan
observasi.
3.6.3 Tahap Pasca Penelitian
Pada tahap pasca penelitian, kegiatan yang dilakukan berdasarkan data yang
telah didapatkan dengan cara sebagai berikut:
1. Data yang dapat dianalisis, dengan mengacu pada analisis pendekatan
sistem pada sumber data yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang.
2. Rekomendasi yang diberikan pada Puskesmas adalah hasil analisis
menggunakan pendekatan sistem yang dapat dijadikan bahan untuk
melakukan evaluasi.
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data penting dilakukan agar penelitian yang
dihasilkan bersifat kredibel. Teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan
data dalam penelitan ini dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama namun teknik yang berbeda dengan menggunakan wawancara,
observasi dan studi dokumen (Sugiyono, 2008: 274). Triangulasi akan dilakukan
pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tepatnya pada Sie. Kesehatan ibu dan lansia
bagian kesehatan keluarga (Kesga), Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
dan perawat di Puskesmas Bandarharjo itu sendiri.
56
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan mana yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010; 335)
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data di lapangan
model Miles dan Huberman, metode analisis ini dilakukan saat pengumpulan data
sedang berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode waktu tertentu.
Apabila setelah wawancara jawaban pertanyaan dirasa belum memuaskan maka
peneliti akan terus melanjutkan pertanyaan sampai pada tahap tertentu. Menurut
Milesdan Huberman, aktivitas analisis data kualitatif dilakukan terus menerus dan
interaktif sampai data jenuh. Dalam proses analisis data Miles dan Huberman
membagi tiga tahap yaitu (Sugiono, 2008: 246):
3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data)
Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan
diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang merangkum,
memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, menghilangkan yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhir
ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian, maka akan memberikan gambaran data
57
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam pengambilan data selanjutnya
serta mencari bila diperlukan.
3.8.2
Data Display (Penyajian Data)
Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang sering
digunakan adalah bentuk uraian singkat yang bersifat naratif. Penyajian data
bertujuan untuk melakukan pengorganisasian data dan penyusunan dalam pola
berhubungan sehingga mudah dipahami. Dengan demikian, peneliti sekaligus
penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan langkah
selanjutnya.
3.8.3 Conclusion Drawing/Verification (Penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Langkah terakhir dalam teknik analisis data model Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang telah
dijabarkan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada saat pengumpulan data, akan tetapi jika kesimpulan di awal
didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan valid maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian maka penelitian kualitatif
ini dapat menjawab rumusan masalah yang ada atau juga tidak, karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian dilapangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Puskesmas Bandarharjo
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
Puskesmas Bandarharjo terletak di Kecamatan Semarang Utara dengan luas 762
meter persegi, sebelah Selatan Kelurahan Purwosari dan Jalan Imam Bonjol,
Sebelah Timur Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur, tepatnya di Jalan
Layur RT 05 RW 04 Kota Semarang. Mempunyai 2 Puskesmas Pembantu dan 1
Pos Pelayanan Kesehatan dengan empat kelurahan binaan yaitu Kelurahan
Bandarharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Kuningan dan Kelurahan
Dadapsari dengan jumlah penduduk sebanyak 78.394 jiwa dengan rincian laki-laki
40.663 jiwa dan perempuan 37.748 jiwa.
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang merupakan salah satu Unit
Pelaksanaan Teknik Dinas (UPTD) yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. Di Puskesmas Bandarharjo tersebut
terdapat layanan dokter umum, pemeriksaan gigi, layanan KIA, pemeriksaan
laboratorium. Waktu pelayanan yang ada di Puskesmas tersebut dimulai dari pukul
07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.
Salah satu pemeriksaan yang ada di layanan KIA di Puskesmas Bandarharjo
adalah pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan kehamilan. Dalam pelaksanaannya,
pemeriksaan antenatal di Puskesmas Bandarharjo ada setiap hari selasa dan hari
kamis dalam satu minggunya mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00
WIB. Di Puskesmas Bandarharjo terdapat tiga orang bidan yang menjadi
58
59
penanggungjawab dalam layanan KIA tersebut, dua orang pemegang program
layanan antenatal (ibu hamil) dan satu orang lainnya pemegang program KB.
Dalam pelaksanaannya pemeriksaan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas
Bandarharjo tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan standar 10T yang dianjurkan
oleh Kemenkes RI, 10T tersebut ialah timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
ukur tekanan darah, ukur LiLA, ukur tinggi fundus uterus, penentuan presentasi dan
DJJ (Detak jantung janin), Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi
TT bila diperlukan, beri tablet tambah darah (tablet besi), periksa laboratorium rutin
dan khusus, tatalaksana atau penanganan kasus dan temu wicara atau konseling.
Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan
data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) dan check
list observasi. Wawancara mendalam dilakukan kepada masing-masing informan
yaitu bidan di Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang, ibu hamil yang menggunakan layanan antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarhajo, Kepala Puskesmas Bandarharjo, dan Kepala sie. Kesehatan Ibu dan
Lansia Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Keseharan Kota Semarang
60
Gambar 4.1: Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Informan Penelitian
4.2.1.1 Karakteristik Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini berjumlah delapan orang yang terdiri
dari tiga orang bidan pelaksana pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo, lima orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas Bandarharjo. Karakteristik Informan Utama dapat dilihat dalam tabel
4.2 berikut:
61
Tabel. 4.1 Karakteristik Informan Utama
Informan
Nama
(1)
Informan 1
Umur
Pendidikan
(tahun)
Terakhir
(3)
(4)
(5)
43
DIII
Bidan
(2)
Erna Faulina, Am Keb
Jabatan
Masa
Kerja
(6)
Informan 2
Sumarni, Am Keb
58
DIII
Bidan
58 Th
Informan 3
Endang E, Am Keb
34
DIII
Bidan
11Th
Informan 4
Asih Lestari
20
SMA
Ibu hamil
-
Informan 5
Dwi Rahayu
34
SMA
Ibu hamil
-
Informan 6
Sugianti
28
SMK
Ibu hamil
-
Informan 7
Dinar Istiana
31
SMA
Ibu hamil
-
Informan 8
Emmi Asmirawati
37
SMA
Ibu hamil
-
Sumber: Data Primer, 2016.
4.2.1.2 Karakteristik Informan Triangulasi
Informan triangulasi dalam penelitian ini berjumlah dua orang yaitu Dinas
Kesehatan Kota Semarang yang bertugas pada kesehatan ibu dan anak bagian
kesehatan keluarga (Kesga) dan Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
Karakteristik Triangulasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi
Informan
Nama
(1)
(2)
Umur
Pendidikan
(tahun)
Terakhir
(3)
(4)
Jabatan
Masa
Kerja
(5)
(6)
Triangulasi 1
Minasari
44
S1
Pegawai DKK
18Th
Triangulasi 2
Tri Susilo Hadi, SKM, Mkes
51
S2
Kepala Puskesmas
31Th
Sumber: Data Primer, 2016.
62
4.2.2 Hasil Penelitian Input
Sumber daya manusia dalam suatu program merupakan unsur utama guna
mencapai suatu tujuan dari program tersebut yang telah ditetapkan di awal program.
Tanpa adanya sumber daya manusia, maka suatu program tidak dapat berjalan atau
terlaksana. Semakin tinggi kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu program, maka
akan semakin tinggi pula tujuan yang akan dicapai (Hasibuan, 2003).
4.2.2.1 Sumber Tenaga Manusia (SDM)
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jumlah tenaga bidan dan latar
belakang pendidikan puskesmas di Puskesmas Bandarharjo saat ini berjumlah tiga
orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan utama sebagai berikut:
“…..Untuk PNS nya sendiri ada tiga, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti
satu untuk sementara ini yang aktif sudah DIII semua sih, menurut saya belum
cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya yang banyak,
kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas induk tiga
puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya
memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama
tapi kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada
dari KIA nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar
sebenarnya tapi kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya,
terus petugas apa untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada
dokternya, ada perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter
cuman ada dua aa perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa
sudah gak standar menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga
seharusnya magang tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa
pengelolaan klinik di puskesmas dia hanya membantu kalua diserahin
tanggungjawabkan tidak bisa……”
(Informan Utama 1)
63
“Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak
magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau
dimaksimalkan saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya
tenaga yang opo nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu
kelurahan jadi setiap bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo
dikatakan kurang ya sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah
soalnya ada yang bantu dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu
atau tiga yaa lebih baik karna saya sudah mau pensiun juga ..”
(Informan Utama 2)
“yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya,
dengan bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan
magang tiga sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih
kurang, itu kalau kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi
untuk neonatusnya kan dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang
sekali, tenaga disini khususnya ya karna memang kita tidak ada bidan desa,
belum juga pemantauannya juga, menurut saya ya tenaganya kurang ..”
(Informan Utama 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata
hasil wawancara sesuai dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas
Bandarharjo tahun 2016 dimana di dalam dokumen tersebut Puskesmas
Bandarharjo masih membutuhkan tiga orang bidan lagi. Semua informan utama
menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kekurangan sumber daya
manusia terutama untuk tenaga bidan. Hasil wawancara dengan informan utama di
atas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub
bagian kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan
bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani pelayanan
64
antenatal terpadu untuk kunjungan ibu, akan tetapi harus ada seorang pemegang
program, namun dalam pelaksanaan program nanti, jumlah SDM dipengaruhi oleh
wilayah kerja Puskesmas dan tipe puskesmas, berikut adalah kutipan wawancara
dengan informan triangulasi:
“Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah
bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah
bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas
yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi
kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini
memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya…
… Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan,
nah nanti untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya
mau bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak
Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah
kota… itu juga bisa berpengaruh…”
(Informan Triangulasi 1)
Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan
data dari dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo sejak tiga tahun kebelakang ini
merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk pelayanan program antenatal
terpadu dan pelayanan lainnya yang membutuhkan tenaga bidan, dari pihak Dinas
Kesehatan Kota Semarang menyatakan tidak ada patokan untuk jumlah bidan untuk
melayani kunjungan ibu, hanya menyesusaikan keadaan puskesmas masingmasing, yang terpenting adalah harus ada pemegang program untuk pelayanan
antenatal terpadu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait komponen
input (sumber daya manusia) yang mempengaruhi capaian target keberhasilan
cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, dapat diambil kesimpulan bahwa
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang secara berkala sejak tiga tahun kebelakang
65
selalu mendelegasikan sumber daya manusianya yang bertugas di pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang berikut adalah kutipan
wawancara dengan ketiga informan utama:
“… Ya ada sih, kalau kita pertemuan setiap bulan sehingga pada saat bulan itu
ada hal baru gak, misalnya ada hal baru diberikan misalnya tidak ya refresing
atau ndak nanti konsultasi ahli segera disampaikan, dilaksanakan di DKK….
Ada yang bentuknyanya seperti seminar, ada yang bentuknya seperti pelatihan,
workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipenya skill misalnya ditempat
yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek biasanya
di diklatlah atau mungkin di tempat instansi rumah sakit, seperti itu…”
(Informan Utama 1)
“… Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa
saja? Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit
ada, dari dinas juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada
cara penanganannya bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC
nya darahnya tinggi dan harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya…”
(Informan Utama 2)
“Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada
yang ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan
sosialisasi ke kita gitu, sudah ada…”
(Informan Utama 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata
hasil wawancara sesuai dengan dokumentasi arsip surat masuk Puskesmas
Bandarharjo tahun 2014 dan tahun 2015, dimana pada arsip tersebut ditemukan
beberapa surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengundang
perwakilan bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang melakukan pelatihan,
66
beberapa pelatihan yang diadakan Dinas Kesehatan Kota Semarang adalah
pelatihan KIA walaupun tidak interval khusus dalam pelaksanaan pelatihan
tersebut. Hasil wawancara dengan informan utama ternyata juga sesuai dengan hasil
wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan
anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan kepala Puskesmas Bandarhajo yang
menyatakan bahwa setiap tahun terutama tiga tahun terakhir ini Dinas Kesehatan
Kota Semarang telah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bidan pelayanan
antenatal terpadu untuk pelayanan ibu, walaupun hanya berupa refreshing berikut
adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:
“ Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian
kalau pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuanpertemuan sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang
dihadapi…
Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap
tahun materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan
programnya….”
(Informan Triangulasi 1)
“Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadangkadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan
pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK …”
(Informan Triangulasi 2)
Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan
data dokumen adalah, Dinas Kesehatan Kota Semarang aktif melakukan pelatihan
dan seminar yang biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun yang ditujukan
untuk bidan atau pegawai puskesmas-puskesmas di Kota Semarang termasuk
67
Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan
anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
4.2.2.2 Sarana dan Prasarana
4.2.2.2.1 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga informan utama terkait dengan
komponen input (sarana dan prasarana) yang mempengaruhi capaian target
kunjungan ibu hamil K1 dan K4 di Puskesmas Bandarharjo, menyatakan tidak
mengalami kendala dan kekurangan dalam sarana penunjang pelayanan antenatal
terpadu. Untuk prasarana Puskemas Bandarharjo telah melakukan perbaikan baik
ruangan pelayanan KIA maupun pelayanan umum seperti loket, tempat parkir
namun untuk ruangan KIA dan KB masih dalam satu ruangan, belum ada ruangan
khusus untuk masing-masing pelayanan KIA dan KB, berikut adalah kutipan
wawancara dengan semua informan utama:
“… Kalau untuk sarana yang jelas untuk mengacu kesini memang sangat
lengkap ya, sudah sesuai standar lah tidak ada permasalahan. Tapi untuk
ruangan prasarana masih satu ruangan, jadi kalau sudah perawatan aa apa
pelayanan anak yang imunisasi kita untuk pelayanan hamil kan sudah, satu
tenaganya masih kurang yang kedua tempatnya yang tidak ada, kan mau
gantian gak enak, jadi ya pelayanan KIA, KB dan MTBS masih jadi satu
ruangannya belum terpisah …”
(Informan Utama 1)
68
“… Kira-kira sudah cukup yaa, opo otoh sarana prasaran? biasane cuma SDM
nya itu memang kita kurang, kalau untuk sarana prasarana buku KIA nya sudah
lebih dari cukup terus labotorium sudah ada, sudah komplit saya kira sudah
cukup itu sarana dan prasarananya tidak ada kendala …
… ya ya sudah lumayanlah, termasuk alat tensimeter cuman ini gedungnya ini
lo belum layak ketok e belum apa, ini nanti KIA kan terpisah dengan KB nya
dengan anak-anak masih gabung dan semerawut, cuman itu yang membuat kita
ketok e anu ya karna gedung belum jadi nanti kalau gedung jadi semuanya
pindah KIA sendiri untuk KB nya sendiri diatas jadi sekarang masih proses …”
(Informan Utama 2)
“Insyaallah sih peralatan sudah di usahakan lengkap, tinggi badan sudah,
perlatan lain juga tidak ada masalah, pemeriksaan laborat sudah dilengkapi,
cuman kok ada kurangnya antenatal terpadu itu satunya apa ya kita yang belum,
IVA nah itu kita belum ada yang pemeriksaan IVA itu karna kita belum ada
dilatih …”
(Informan Utama 3)
Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan ibu hamil yang menjadi
pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo tersebut, berikut
adalah kutipan wawancara:
“Ya, sudah lumayan mbak sudah lengkaplah…”
(Informan Utama 4)
“Sudah lengkap mbak menurut saya…”
(Informan Utama 5)
“Cukup kok mbak, baguslah… tempatnya juga udah besar, bersih juga, kitanya
juga nyaman mbak…”
(Informan Utama 6)
69
“Peralatannya komplit ya, lengkap cuma kok gak ada USG ya mbak, kalau yang
lainnya sudah lengkap ya mbak…”
(Informan Utama 7)
“Komplit mbak, sudah ada alat timbang ada pemeriksaan janinya juga udah
lengkap, laboratorium juga sudah kok mbak…”
(Informan Utama 8)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas, ternyata hasil
wawancara sesuai dengan dokumen Rencana Tingkat Pembangunan tahun 2016
Puskesmas Bandarharjo dimana, di dalam dokumen tersebut menunjukan tidak
adanya sarana yang kurang atau rusak, prasarana ruangan KIA dalam kondisi baik
untuk pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo. Berikut ini adalah
tabel Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo terkait kondisi
prasarana tahun 2016:
Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana (Material)
No
Nama Bangunan
Jumlah Ruangan
Kondisi
1
Puskesmas Bandarharjo
10
Baik
2
Pustu Mlayu Darat
5
Baik
3
Pustu Kuningan
5
Baik
Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan data dokumen yang
diambil dari dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo adalah, sarana dan prasarana
yang ada di Puskesmas Bandarharjo sudah lengkap dan terpenuhi, semua peralatan
dalam keadaan layak pakai atau baik dan kondisi ruangan pelayanan kunjungan ibu
hamil dalam kondisi baik, akan tetapi ruangan tersebut masih menjadi satu dengan
ruangan KIA, KB dan MTBS.
70
4.2.2.2.2 Kebersihan Sarana dan Prasarana
Sementara untuk kebersihan prasarana semua responden menyatakan
kebersihannya adalah bagus. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara:
“Menurut saya sudah bersih ini mbak…”
(Informan Utama 4)
“Sudah bersih kok…”
(Informan Utama 5)
“Kebersihan diruangan bersih sih mbak…”
(Informan Utama 6)
“Mmm bersih kok mbak ....”
(Informan Utama 7)
“Yaa lumayan bersih sih mbak …”
(Informan Utama 8)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama ibu hamil menganggap
kebersihan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu
yang ada di Puskesmas Bandarharjo cukup bersih.
71
4.2.2.3 Sumber Dana
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa
pendanaan untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo berasal dari
berbagai sumber, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama:
“Kalau dana, karna kegiatan kita tidak satu nih, kalau untuk pemeriksaan
ANC nya sendiri kalau sekiranya dia pake Jamkesmas atau Jamkeskot kan
gratis, tidak ada yang harus di inikan, pemeriksaan laboratorium gratis dan
pengobatan juga gratis … sumber dana berasal dari BOK dari Dinas …”
(Informan Utama 1)
“Dananya ya dari pusat toh, masalah dana gak tau saya kurang tau, untuk
program antenalat terpadu dananya dari Dinas, ya untuk kasurkesnya untuk
pendampingan ibu hamilnya sudah ada …”
(Informan Utama 2)
“Kalau yang pemeriksaan laborat itu kan memang dari Dinas ya BOK, itu
digratiskan untuk yang Hb sama protein urine itu digratiskan tapi kalau
misalkan kayak punya kartu BPJS, Jamkesmas itu kan memang gratis semua
ngeh tapi kalau gak punya ya memang selain Hb dan protein itu bayar misalkan
gula darah …”
(Informan Utama 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata juga
sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa
sumber dana untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo diperoleh
dari bantuan operasional kesehatan dari pusat, berikut adalah kutipan wawancara
dengan informan triangulasi:
“Kalau dana alhamdullilah cukup, karena untuk program antenatal terpadu
dibantu langsung dari bantuan operasional kesehatan dari pusat, cukup …”
(Informan Triangulasi 2)
72
4.2.2.4 Kebijakan dan SOP
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diketahui bahwa
Kebijakan dan SOP untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo
sudah ada, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan utama:
“Ada, kalau standarnya ada cuman kita kembalikan lagi kita dalam satu hari
pemeriksaan ibu hamil misalnya 20 orang sedangkan tenaga kita cuma satu
atau dua, kita dibebani dengan ruangan yang sama yang satu pemeriksaan
MTBS dan MTBM akhirnya terpisah, adanya yang satu pegang MTBS MTBM
yang satu pegang ANC dengan standar SOP kita melakukan itu kira-kira
nyandak ndak dalam satu hari kita mengerjakan 20 orang, dengan standar
seperti diatas? Ya tidak bisa… sudah ada SOP kita berusaha untuk semaksimal
mungkin melakukan tapi kalau untuk harus sesuai ya tidak bisa karna
keterbatasan tenaga, ruangan …”
(Informan Utama 1)
“Sudah toh, sudah ada SOP nya …”
(Informan Utama 2)
“di KIA ada SOP …”
(Informan Utama 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata juga
sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi dari kepala puskesmas bahwa
standar operasional untuk program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo
sudah ada, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:
“Sudah ada SOP nya mbak …”
(Informan Triangulasi 2)
73
Kesimpulan dari hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan
data dokumen adalah pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo sudah
memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP).
4.2.3 Hasil Penelitian Proses
4.2.3.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan 10T
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan yang ada di Poli KIA Puskesmas
Bandarharjo mengatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada telah
melaksanakan pelayanan dengan 10T, berikut adalah kutipan wawancara dengan
bidan terkait pelaksanaan antenatal yang ada:
“Sudah dilaksanakan, ya periksa mulai dari keadaan semuanya, suhu tubuh,
tekanan darah, berat badan, LiLA, TFU, Presentasi janin, DJJ, HB itu waktu
awal periksa, golongan darah itu sama HIV dan Hepatitis B, mmm selanjutnta
imunisasi TT juga, kalau waktu awal itu pasti 10T mbak …
… pemeriksaan trimester pertama yang jelas lengkap sih, pemeriksaannya lebih
lengkap dari pada trimester dua dan tiga karena untuk penjaringan untuk
skrining dia masuk restinya, gitu kan. Dimasukan di fasilitas apa ini, faktorfaktor resiko apa saja, resiko tinggi aa komplikasi dipantau dari awal sudah
walaupun kita selalu setiap kali pemeriksaan selalu kita lakukan skrining ulang
…”
(Informan Utama 1)
“Mmm, pelaksanaannya sudah sesuai dengan 10T kok …”
(Informan Utama 2)
“10T, sudah dilaksanakan mbak, dari pemeriksaan timbang berat badan dan
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, LiLA sampai konseling sudah
dilaksanakan …”
(Informan Utama 3)
74
Kesimpulan dari hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen
proses (pelaksanaan pelayanan berkualitas sesuai standar 10T) yang mempengaruhi
cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas
Bandarharjo, semua informan utama menyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo
sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar 10T kepada ibu hamil.
4.2.3.2 Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait dengan
komponen proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan
ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat
dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan penetapan target cakupan
pelayanan kunjungan ibu hamil berdasarkan dari breakdown dari Dinas Kesehatan
Kota Semarang, berikut adalah kutipan wawancara dari informan utama:
“Eee… ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan
magang itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan
segala macam belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya
kalau itu kita gak kita lakukan, istilahnya kita butuh tenaga…
… ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah
ibu hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi
seperti itu, jadi target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat,
provinsi, turun ke dinas kesehatan kota semarang, baru breakdown ke
puskesmas …”
(Informan Utama 1)
“Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis
pasien sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu
mengacu mulai dari SPM… itu breakdown dari dinas mbak ..”
(Informan Utama 3)
75
Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan
hasil wawancara informan triangulasi yang menyatakan bahwa pihak Dinas
Kesehatan Kota Semarang menentukan besaran target dari program antenatal
terpadu, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:
“ Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga
berpatokan pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna
da senstranya masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar
pelayanan minimal …”
(Informan Triangulasi 1)
“Itu kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian o dibahas di DKK
kita menerima biasanya dinaikan antara 1 sampai 2% dari jumlah yang ada,
targetnya tetap sesuai dengan SPM mbak…”
(Informan Triangulasi 2)
Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama dan informan triangulasi
adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo samasama menggunakan SPM untuk menentukan capaian target suatu program,
termasuk program antenatal terpadu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen
proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian target kunjungan ibu di
Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo
melakukan perencanaan sumber daya manusia tiap tahun, hal tersebut dilihat pada
tahun 2014 dan tahun 2015 Puskesmas Bandarharjo telah melakukan analisis beban
kerja atau analisis jabatan guna melihat apakah puskesmas memerlukan sumber
76
daya manusia lagi atau tidak, dan ternyata beberapa informan utama merasakan
kurangnya sumber daya manusia (bidan) yang hingga kini masih belum ada
penambahan sumber daya manusia (bidan) hanya saja sudah dibantu kasurkes,
berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama:
“… Tentunya ada analisis jabatan atau analisis beban kerja, tentunya itu sudah
kita hitung, kalau minta itu selalu ya tapi untuk dikasih atau enggaknya kan
pegawai PNS itu kaitannya banyak, hanya saja untuk saat ini PNS nya sendiri
sekarang ada tiga tetapi saat ini kita di bantu oleh kasurkes untuk memantau
ibu hamil, jadi ya cukup membantu ya …”
(Informan Utama 1)
“Kalau menambah itu dari dulu sudah diwacanakan, tapi kita nggak mungkin
menambah dengan menambah gitu aja, mereka kan butuh bayaran, butuh apa
gitu ya, jadi kita tidak bisa dengan seenaknya mendatangkan sendiri orang …”
(Informan Utama 3)
Hasil wawancara dengan para informan utama diatas, ternyata sesuai dengan
data dokumen Rencana Tingkat Pembangunan Puskesmas Bandarharjo Tahun
2016, di dalam dokumen tersebut memang Puskesmas Bandarharjo telah
menyatakan kekurangan SDM bidan. Berdasarkan pernyataan dari informan utama
dengan data dokumen ternyata dapat dijelaskan dari Pihak Dinas Kesehatan Kota
Semarang terkait hal tersebut, pihak dinas mengatakan bahwa apabila puskesmas
memang merasa mengalami kekurangan SDM dapat mengajukan ke dinas
melakukan analisis lagi, biasanya dengan melakukan relokasi SDM, akan tetapi
walaupun dapat diajukan tiap tahun namun hal tersebut tidak pasti akan langsung
dilakukan penambahan, ada beberapa pertimbangan kepegawaian yang harus
77
difikirkan, seperti ada atau tidaknya belanja pegawai. Berikut ini adalah kutipan
hasil wawancara dengan informan triangulasi:
“Ya biasanya mengajukan kesini, lalu dari pihak sini akan merelokasikan lagi,
missal puskesmas mana yang bidan terlaku banyak jadi untuk sementara dapat
dialihkan dulu ke puskesmas yang kekurangan ya… tapi itu nggak bisa tiap
tahun to ya, paling enggak tiap puskesmas ada satu bidan dan satu pemegang
programnya …
… ya, kalau itu ada banyak faktor yang mempengaruhi kan kita instansi
pemerintah jadi kita juga terikat pada dan peraturan kepegawaian seperti
belanja pegawai, ada anggarannya atau tidak, gitu …”
(Informan Triangulasi 1)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan
triangulasi dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo
telah merasakan kekurangan tenaga bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah
melakukan analisis beban kerja dan jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga telah
mengajukan permohonan tambahan tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban
kerja yang sudah dibuat, ke Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dinas kesehatan Kota
Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan
sumber daya manusia tambahan melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan
Kota Semarang juga tidak bisa serta merta dapat langsung melakukan penambahan
SDM karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama terkait komponen
proses (perencanaan) yang mempengaruhi capaian cakupan kunjungan ibu hamil
K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo, dapat dinyatakan
bahwa Puskesmas Bandarharjo melakukan perencanaan sarana dan prasarana tiap
tahun, ternyata semua informan utama mengatakan bahwa tidak ada kendala pada
78
perencanaan sarana dan prasarana, karena semua sarana dan prasarana sudah sesuai
standar dan dalam kondisi baik, sehingga Puskesmas Bandarharjo tidak melakukan
pengajuan penambahan dan pergantian sarana dan prasarana yang besar. Berikut ini
adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama:
“Kita dalam pelayanan mengacunya standar, terus kemudian kalau standarnya
sudah tercapai ya yasudah seperti itu, sampai saat ini sih nggak ada
permasalahan ya, peralatan standar untuk pelayanan ibu hamil kita ada, semua
sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, sudah lengkaplah …”
(Informan Utama 1)
“Kalau kendala tidak ada ya mbak, paling ya itu SDM nya, kita peralatan kita
yo semua udah ada udah lumayanlah, membuat usulan, usulan kebutuhan, kita
tiap tahun membuat usulan kebutuhan alat kesehatan ya… Di kita pengadaan
barang tidak ada kendala insyaallah, dan kita selama ini pengadaan barangbarang yang besar alat-alat kesehatan yang mahal itukan di penuhi dari dinas
kesehatan …”
(Informan Utama 2)
“Peralatan sudah lumayan ya mbak, tidak ada masalah terkait dengan sarana
dan prasarana, sudah lengkap mbak insyaallah …”
(Informan Utama 3)
Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan data
dokumen (RTP Puskesmas Bandarharjo Tahun 2016), di dalam dokumen tersebut
memang Puskesmas Bandarharjo menyatakan semua sarana dan prasarana
penunjang pelayanan sudah terpenuhi sesuai dengan standar dan dalam kondisi
baik. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan bahwa alur untuk
mendapatkan penambahan atau perbaikan sarana dan prasarana dengan cara
79
mengajukan usulan kebutuhan. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan
informan triangulasi:
“Ya sama dengan SDM tadi mbak, biasanya mengajukan ke sini, dengan
melampirkan dokumen usulan kebutuhan yang diperlukan, nanti kita kaji lagi
apakah dapat dipenuhi atau tidak, hal itu juga terkait biaya yang ada …”
(Informan Triangulasi 1)
Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan
data dokumen adalah, Puskesmas Bandarharjo tidak mengalami kendala dalam
pengadaan sarana dan prasarana karena sarana dan prasarana yang ada hingga saat
ini sudah sesuai dengan standar dan dalam kondisi baik.
4.2.3.3 Pengorganisasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait dengan
komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan
kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo,
dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo telah melakukan monitoring
program puskesmas termasuk program antenatal terpadu baik secara internal
maupun eksternal yang biasanya dilakukan hari minggu pagi. Berikut adalah
kutipan wawancara dengan semua informan utama:
80
“Ya ada, dari pihak dinas juga ada, tiap tahun kan pasti, supervise kinerja pasti
ada, intervalnya tiap tahun ada, terus kemudian pemegang progam pasti
melakukan monitoring terhadap program itu, tiap bulan kan kita laporan
terus…
… ada rencana kegiatannya apa, sampai kita bikin jaring-jaring kegiatan
seperti kelas ibu hamil, neonatal, pemantauan ibu hamil resti, pelacakan bayi
meninggal dan itu pada saat kelas hamil dilakukan rata-rata hari minggu dan
itu kegiatannya dilakukan pada saat itu, dilaksanakan minggu pagi…”
(Informan Utama 1)
“Ada, ada rapat untuk monitoring, biasanya dilakukan dilakukan senin pagi itu
ada brifing disana kita bisa memberikan masukan disitu… monitoring selalu
ada, dari dkk juga ada, dari puskesmas juga ada, monitoring dari DKK setahun
satu atau dua kali kayaknya… “
(Informan Utama 2)
“Ooo ada nggeh, dari DKK juga ada kok kegiatan monitoring…”
(Informan Utama 3)
Hasil wawancara dengan informan utama diatas, ternyata sesuai dengan arsip
surat masuk Puskesmas Bandarharjo, dimana ditemukan beberapa surat dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang berupa pemberitahuan atau undangan untuk melakukan
monitoring terhadap program antenatal terpadu. Hasil wawancara dengan para
informan utama diatas juga sesuai dengan hasil wawancara informan triangulasi
yang menyatakan bahwa dari pihak dinas kesehatan juga melakukan monitoring
terhadap program antenatal terpadu yang biasanya dilakukan satu atau dua tahun
sekali dengan cara mendatangi puskesmas terkait secara langsung dan melakukan
81
check list terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pihak puskesmas, berikut
merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan triangulasi:
“Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan
program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke
puskesmasnya, nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya…”
(Informan Triangulasi 1)
“Pasti ada toh mbak, itu dilaksanakan setahun satu atau dua kali, dari
puskesmas ada, dari dinas kesehatan ya ada …”
(Informan Triangulasi 2)
Kesimpulan dari hasil wawancara, informan utama, informan triangulasi dan
data dokumen adalah Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring
secara berkala setiap tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di
puskesmas di Kota Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas
Bandarharjo sendiri juga melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap
pelaksanaan program-program yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan
evaluasi tersebut dilakukan secara berkala tiap minggu dan tahun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan utama terkait
komponen proses (pengorganisasian) yang mempengaruhi capaian cakupan
kunjungan ibu hamil K1 dan K4 pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarharjo
dapat dinyatakan bahwa Puskesmas Bandarharjo mengalami kendala dalam
pengorganisasian sumber daya manusia, hal ini dikarenakan kurangnya sumber
daya manusia yang ada sehingga mengakibatkan saling tumpang tindihnya
82
pelaksanaan program antenatal terpadu. Berikut adalah kutipan wawancara dengan
informan utama:
“Oh ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar
gedung tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya
kita itu dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi
bendahara, bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala
macam dan SPJ itu berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar,
diluar gedung, menurut saya bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan
SDM tadi …”
(Informan Utama 1)
“Ya banyak, bidannya kan merangkap BOK makanya kalau untuk ANC nya
sebenarnya kalau bidan nggak boleh merangkap-merangkap itu ya kalau
memang gak mau tumpang tindih, mbak endang merangkap BOK …”
(Informan Utama 2)
“Aaa kebetulan ini ada kasurkes ya, dari kontak dari dinas jadi sangat
membantu ya, kebetulan kayak kelas hamil itu dibagi ya bandarharjo itu sama
buk marni trus tanjung mas buk erna saya yang kuningan sama dadapsari…
kebetulan saya sendiri juga ada tugas sambilan untuk bendahara mbak jadi yo
rodo repot sekali memang jadi saya tidak bisa fokus dipelayanan KIA terus.
… yaa itu maksudnya kita tetap koordinasi dan komunikasi jadi kalau
semisalnya ada yang kurang kita melapor ke Kepala.TU ini ada kurang ni ni
nanti dicarikan .. memang ada keterbatasan SDM dan keterbatasan waktu ya
mbak….
(Informan Utama 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diatas ternyata hasil
wawancara sesuai dengan dokumen RTP Puskesmas Bandarharjo tahun 2016
dimana, di dalam dokumen tersebut Puskesmas Bandarharjo masih membutuhkan
tiga orang bidan lagi, hal tersebut ditentukan dengan menggunakan teknik analisis
jabatan dan analisis beban kerja yang dilakukan Puskesmas Bandarharjo tiap tahun.
83
Hasil wawancara dengan informan utama diatas juga sesuai dengan hasil
wawancara informan triangulasi dari bagian kesga sub bagian kesehatan ibu dan
anak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas Bandarharjo yang
menyatakan bahwa tidak ada standar khusus untuk jumlah bidan yang melayani
kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal terpadu, akan tetapi harus ada
seorang pemegang program, akan tetapi dalam pelaksanaan programnya nanti,
jumlah SDM dipengaruhi oleh wilayah kerja puskesmas dan tipe puskesmas,
berikut adalah kutipan wawancara dengan informan triangulasi:
“Oh kalau standarnya, harus ada pemegang program meskipun itu bidan, nanti
itu tergantung dari pihak puskesmasnya mau bagaimana, apakah SDM nya
cukup atau tidak kan tergantung dari pihak Puskesmasnya apakah wilayah
kerjanya padat penduduk atau berada di tengah kota dan itu juga berpengaruh
…”
(Informan Triangulasi 1)
“Kalau pembagian jelas toh mbak, bidan tiga kita ada pembagiantiga,
kesehatan ibu sendiri, kesehatan anak sendiri, KB sendiri, terus masing-masing
dibantu tenaga magang untuk dilapangannyasudah dibantu kasurkes.”
(Informan Triangulasi 2)
4.2.4 Hasil Penelitian Output
Output yang dimaksud dalam penelitin ini adalah data cakupan pelayanan
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kota Semarang Puskesmas Bandarharjo mengalami penurunan
cakupan K1 dan K4. Puskesmas Bandarharjo mendapatkan cakupan K1 pada tahun
2015 mencapai 80,32% dan cakupan data pelayanan K4 mencapai 90,76%, dan di
84
tahun 2014 cakupan data pelayanan K1 mencapai 94,60% sedangkan data
pelayanan K4 mencapai 86,34% dengan target SPM tahun 2015 yaitu 95%. Dari
jumlah ibu hamil 1382 memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 mencapai
70%.
Pencapaian tersebut berbanding terbalik dengan target yang diinginkan
pemerintah, pemerintah setiap tahunnya menargetkan yaitu pencapaian pelayanan
antenatal setiap tahunnya harus terus meningkat, akan tetapi capaian yang
didapatkan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang mengalami penurunan pada
tahun 2014 dan 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak tercapaiannya pelayanan
antenatal terpadu sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dapat dikarenakan
input masih kurang baik, dilihat dari sumber daya manusianya karena semua
informan utama (bidan) mengatakan bahwa masih kurangnya sumber daya manusia
dalam penanganan ibu hamil dan belum adanya fasilitas seperti USG yang dimiliki
Puskesmas. Sehingga pihak Puskesmas Bandarharjo kurang optimal dalam
memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelayanan sebelumnya.
Menurut Azwar (2010) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa
yang dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang
digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang
dimiliki, begitu juga sebalinya apabila input yang dimiliki tidak baik makan output
yang dihasilkan akan tidak baik juga.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian
5.1.1 Komponen Input
5.1.1.1 Sumber Daya Manusia
5.1.1.1.1 Jumlah Sumber Daya Manusia
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Pelayanan
antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang
diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam perkembangannya
mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar pelayanan
antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010).
Tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu
hamil memperoleh palayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi
yang sehat. Pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan rutin oleh ibu hamil minimal
4 kali selama masa kehamilan yakni 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga oleh tenaga kesehatan yang
profesional (Kemenkes RI, 2010).
Salah satu unsur yang harus ada dalam pelayanan antenatal terpadu adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dalam pelayanan antenatal terpadu di
85
86
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang di bantu oleh bidan. Bidan adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2010). Bidan yang ada di
Puskesmas Bandarharjo berjumlah tiga orang. Hal ini belum sesuai dengan
peraturan menteri kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
jumlah bidan yang ada di Puskesmas daerah perkotaan harus berjumlah empat
orang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi
dan data dokumen dapat diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Bandarharjo sejak
tiga tahun kebelakang ini masih merasa kekurangan SDM terutama bidan untuk
melayani pelayanan ibu hamil dan pelayanan lain yang membutuhkan tenaga bidan,
sedangkan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan sumber daya
manusia terutama bidan memang sangat kurang dan terbatas sekali dan tidak ada
patokan untuk jumlah bidan yang melayani ibu hamil hanya menyesuaikan keadaan
puskesmas masing-masing, yang terpenting adalah harus adanya seseorang yang
berperan sebagai pemegang program untuk pelayanan antenatal terpadu pada
kunjungan ibu hamil.
Bidan pemegang program antenatal terpadu yang ada di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang tersebut berpendidikan terakhir DIII Kebidanan dan
telah bekerja di Puskesmas tersebut selama bertahun-tahun. Begitu juga dengan
bidan pemegang program kesehatan anak yang juga ikut melaksanakan
pemeriksaan antenatal terpadu apabila bidan pemegang program antenatal tersebut
berhalangan hadir juga memiliki pendidikan terkahir dari DIII Kebidanan dan telah
87
menjadi bidan di Puskesmas Bandarharjo selama bertahun-tahun. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Abu dkk (2015) menyatakan bahwa masa kerja
seorang bidan berpengaruh signifikan terhadap mutu pelayanan antenatal, hal ini
dikarenakan dengan semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin
berpengalaman dalam melakukan tugasnya sehingga lamanya bidan bekerja dapat
diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki.
Sumber daya manusia menurut Mahirot Tua Effendi (2007) adalah salah satu
komponen utama di dalam sebuah organisasi, hal itu dikarenakan manusia menjadi
salah satu sumber untuk bersaing. Menurut Hasibuan (2003) Sumber daya manusia
merupakan salah satu elemen yang menentukan kegagalan atau keberhasilan
organisasi mencapai tujuan, organisasi yang tidak memiliki sumber daya manusia
yang cukup dan berkualitas akan menemui kegagalan dalam mencapai sasaran, visi
dan misi yang sudah ditetapkan.
5.1.1.1.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data
dari data dokumen dapat ditarik kesimpulan, bahwa Dinas Kesehatan Kota
Semarang aktif melakukan pelatihan dan seminar yang biasanya dilakukan
beberapa kali dalam setahun yang ditujukan untuk bidan atau pegawai puskesmaspuskesmas di kota semarang termasuk Puskesmas Bandarharjo. Dengan adanya
pelatihan pelayanan antenatal terpadu diharapkan bidan akan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan antenatal. Dalam
pelatihan ini bidan akan dilatih bagaimana memberikan pelayanan antenatal terpadu
pada ibu hamil sesuai dengan standar 10T yang berlaku. Apabila kompetensi bidan
88
tidak ditingkatkan dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan
kecil terhadap standar pelayanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang
dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvira (2012) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kualitas
pelayanan yang diberikan. Menurut Sulistyarini dalam Elvira (2012) pelatihan
adalah proses belajar dengan menggunakan teknik dan metode tertentu. Secara
konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan yang dimaksud untuk meningkatkan
kemampuan seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu
organisasi yang efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu
untuk ditargetkan secara terarah.
Adanya pelatihan tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Puskesmas
Bandarharjo (Informan Triangulasi 2) yang menyatakan bahwa pelatihan memang
ada namun tidak diselenggarakan dari internal puskesmas, namun dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang. Hal tersebut juga sama dengan pernyataan pihak Dinas
Kesehatan Kota Semarang dalam hal ini disampaikan oleh Kepala sie. Kesehatan
Ibu dan Lansia bagian Kesehatan Keluarga (Kesga). Pelatihan untuk bidan ini
waktunya tidak tetap, setahun bisa 3 sampai 6 kali. Biasanya Dinas Kesehatan Kota
Semarang bekerja sama dengan pihak lain untuk melakukan pelatihan tersebut.
Puskesmas Bandarharjo juga aktif untuk mendelegasikan anggotanya untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota
Semarang, hal tersebut terbukti dari arsip surat masuk Puskesmas Bandarharjo yang
89
berisi surat undangan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mengikuti
pelatihan atau seminar.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan hal yang harus dilakukan
oleh suatu organisasi tak terkecuali puskesmas. Pengembangan sumber daya
manusia merupakan guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan mereka, sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan
(Kadarisman, 2012:5). Pengembangan sumber daya manusia bertujuan untuk
mengatasi dan memperbaiki kesalahan agar pekerjaan dapat berjalan lebih baik lagi.
Pengembangan sumber daya manusia atau pegawai adalah kepentingan atau
investasi jangka panjang, melalui pengembangan sumber daya manusia, organisasi
dapat terbatas dari ketergantungan terhadap sumber daya manusia ahli diluar
organisasi. Pelatihan yang diberikan kepada pegawai dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pegawai untuk
menyelesaikan pekerjaannya (Kadarisman, 2012:12).
5.1.1.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana kegiatan merupakan hal yang diperlukan untuk
mendukung sebuah program pelayanan antenatal. Ketersediaan sarana dan
prasarana yang cukup sangat mendukung dalam pelayanan antenatal terpadu.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,
sarana dan prasarana yang telah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Antenatal
Terpadu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 dan Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Sarana
dan prasarana yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi alat-alat yang
90
digunakan untuk kegiatan pelayanan antenatal terpadu dan bangunan fisik dari
Puskesmas tersebut yang digunakan untuk melakukan kegiatan layanan antenatal.
Berdasarkan hasil wawancara, dengan informan utama (bidan) Puskesmas
Bandarharjo tersebut menyatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir ini sudah lengkap
dan terpenuhi, semua peralatan dalam keadaan layak pakai dan baik digunakan.
Ditinjau dari ketersediaan sarana dan prasarana, sarana daan prasarana yang ada di
Puskesmas Bandarharjo dikatakan memadai hal ini sesuai dengan pengamatan yang
dilakukan dengan bantuan check list observasi, hal ini meliputi ketersediaan alat
sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara, dengan informan utama dan data dari data
dokumen dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi ruangan KIA dan MTBS di
Puskesmas Bandarharjo yang digunakan untuk melayani kunjungan ibu hamil
dalam pelayanan ibu hamil dalam kondisi baik dan baru saja dilakukan renovasi
atau perluasan ruangan mulai tahun 2015. Renovasi juga dilakukan pada sektorsektor penunjang pelayanan lainnya seperti tempat parkir.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama (ibu hamil) yang
menjadi pengguna layanan antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo, dari
semuanya menyatakan bahwa fasilitas yang ada cukup memadai dan menunjang.
Hal ini menjadikan pengguna layanan merasa nyaman melakukan pemeriksaan
antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharo Kota Semarang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa fasilitas atau sarana prasarana yang ada di Pukesmas
Bandarharjo tersebut sudah lengkap hal ini menunjukan bahwa kualitas dari
pelayanan antenatal yang ada di Puskesmas tersebut juga dapat dikatakan
91
berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Demny
2012 yang menyatakan bahwa semakin lengkap fasilitas peralatan antenatal
semakin meningkat mutu pelayanan antenatal.
Menurut Buchari Zainun (2000) yang dikutip oleh Nur Jiatmiko (2005)
sebuah organisasi kerja yang produktif hendaknya didukung oleh sarana dan
prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik agar aktivitas yang dilakukan
tidak mendapatkan hambatan yang berarti. Organisasi yang baik haruslah didukung
oleh lingkungan kerja yang baik pula agar mendapatkan kinerja yang maksimal dari
para pegawainya. Menurut Sri Mulyani (2010) sarana dan prasarana merupakan
salah satu komponen utama agar proses dapat berjalan dengan baik.
5.1.1.3 Pendanaan
Komponen pendanaan merupakan salah satu unsur yang dapat menunjang
berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan. Sumber dana untuk pelaksanaan
antenatal di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang berasal dari berbagai sumber
yakni BOK, APBD dan pihak lain seperti Bapermas dan JKN. Dana JKN ini
sekarang diwujudkan dalam bentuk BPJS yang sekarang ini ada dana untuk
peningkatan program dan belanja prasarana. Dana APBD berasal dari pemerintah
Kota Semarang yang disalurkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang biasanya
dari Dinas berupa anggaran untuk belanja peralatan.
5.1.1.4 Kebijakan dan SOP
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi
dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa sudah menerapkan kebijakan dan SOP
(Standar Operasional Prosedur) terkait dengan pelayanan antenatal terpadu.
92
Menurut keterangan informan utama dan informan triangulasi tersebut SOP yang
ada dibuat oleh Puskesmas Bandarharjo dengan menyesuaikan kebutuhan, dan
mengacu pada standar pelayanan kebidanan juga sesuai dengan pedoman antenatal
terpadu yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hal ini juga
dibenarkan oleh kepala sie. Kesehatan Ibu dan Lansia bagian Kesehatan Keluarga
(Kesga) Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyatakan bahwa untuk SOP
pelayanan antenatal juga diawasi oleh pihak dinas kesehatan kota yang disesuaikan
dengan standar yang ada.
5.1.2 Komponen Proses
Proses adalah semua kegiatan atau aktivitas dari seluruh karyawan dan tenaga
profesi dalam interaksinya dengan pelanggan, baik pelanggan internal maupun
pelanggan eksternal. Proses juga merupakan kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan (Azwar, 2010).
5.1.2.1 Pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar 10T
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama bahwa proses
pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu berkualitas sesuai dengan satandar 10T di
Puskesmas Bandarharjo dilaksanakan pada hari selasa dan hari kamis mulai pukul
07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Proses pelaksanaan tersebut dimulai
dengan pasien mendaftarkan diri diloket pendaftaran untuk dicatat data dirinya oleh
petugas dan mendapatkan nomor antrian pada setiap poli yang dituju termasuk poli
KIA.
93
Pemeriksaan anamnesa dilakukan sesuai dengan SOP yang ada, yakni
menanyakan riwayat perkawinan, riwayat penyakit yang lalu/operasi, riwayat
penyakit keluarga, riwayat ginekologi, riwayat keluarga berencana, riwayat
menstruasi dan menanyakan hari pertama haid terakhirnya, pola nutrisinya, serta
menanyakan keluhan. Juga dilakukan pemeriksaan HB, HIV dan Hepatitis B.
Selanjut pemeriksaan fisik adalah suatu cara untuk memperoleh data obyektif yang
nanti akan digunakan untuk merumuskan masalah sesuai dengan keadaan ibu hamil
serta bertujuan untuk menentukan pelayanan yang efektif, mencegah kehamilan
tanpa penyulit, mendeteksi pertumbuhan janin dan kelainan-kelainan pada ibu
hamil. Pemeriksaan fisik ini ada yang dilakukan pada awal pemeriksaan saja dan
ada dilakukan oleh bidan setiap kali ibu berkunjung untuk memeriksakan
kehamilannya.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama (bidan)
menyatakan bahwa pelayanan antenatal terpadu yang ada di Puskesmas
Bandarharjo telah melakukan pelayanan sesuai standar 10T yang telah ditetapkan
oleh Kemenkes RI. Namun pemeriksaan dengan 10T ini dilakukan untuk ibu hamil
pertama kali pemeriksaan vital seperti ukur tekanan darah, timbang berat badan,
ukur tinggi fundus uterus, pemeriksaan DJJ (Detak Jantung Janin), presentasi janin,
pemberian tablet besi dan konseling hanya pada masalah yang diprioritaskan.
Selanjutnya, Pelayanan Konseling atau temu wicara merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu
ibu hamil dalam mengatasi masalahnya. Konseling atau temu wicara idealnya
dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal. Materi yang diberikan saat
94
konseling biasanya ialah seputar kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat,
peran suami atau keluarga dan perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang,
gejala penyakit menular dan tidak menular, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
pemberian ASI eksklusif, KB pasca persalinan, imunisasi, dan peningkatan
kesehatan intelegasi pada kehamilan (Brain booster).
Selain itu sekarang diwilayah kerja Puskesmas Bandarharjo juga dilakukan
kelas ibu hamil yang dilaksanakan pada setip RW dilakukan minggu. Hal ini
dijadikan sebagai sarana proses konseling untuk ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
5.1.2.2 Perencanaan
5.1.2.2.1 Perencanaan Capaian Target
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dan informan
triangulasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Dinas Kesehatan Kota Semarang
dan Puskesmas Bandarharjo sama-sama menggunakan SPM (standar pelayanan
minimal) untuk menentukan capaian target suatu program, termasuk program ibu
pada pelayanan antenatal terpadu.
Sasaran yang tidak jelas dan tidak menjelaskan bagaimana cara mencapainya,
tidak akan menjadi motivasi pegawai untuk mencapai sasaran tersebut, oleh karena
itu sebuah sasaran harus jelas dan terukur. Sasaran atau target memiliki batas waktu
yang berarti sebuah target atau sasaran harus ditentukan dengan jelas. Sasaran atau
target erat kaitannya dengan motivasi kerja pegawai, sasaran yang jelas dan terukur
akan meningkatkan kemungkinan untuk tercapai (Mahirot Tua Effendi, 2007).
95
5.1.2.2.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, informan triangulasi
dan data dokumen dapat disimpulkan bahwa, Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang dalam kurun tiga tahun kebelakang telah merasakan kekurangan tenaga
bidan, Puskesmas Bandarharjo juga sudah melakukan analisis beban kerja dan
jabatan. Puskesmas Bandarharjo juga mengajukan berkas permohonan penambahan
tenaga kerja bidan berdasarkan analisis beban kerja yang sudah dibuat ke Dinas
Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang juga membenarkan
bahwa alur untuk mengajukan dan mendapatkan sumber daya manusia tambahan
melalui mereka, tetapi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang juga tidak bisa
serta merta dapat langsung melakukan penambahan SDM karena banyak faktor
yang mempengaruhinya.
Menurut Sjafri Manguprawira (2011) Perencanaan sumber daya manusia
merupakan keterkaitan antara manajemen sumber daya manusia dengan
perencanaan strategis, perencanaan SDM adalah sebuah proses yang berfungsi
untuk melakukan suatu gambaran dari sebuah perusahaan untuk memperoleh atau
memanfaatkan sumber daya manusia. Perencanaan SDM lebih menitik beratkan
pada tujuan dari perusahaan atau organisasi. Tujuan perusahaan dan kebutuhan
sumber daya manusia akan dianalisis guna memberikan gambaran peran serta SDM
dalam mencapai target organisasi.
5.1.2.2.3 Perencanaan Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara informan utama, informan triangulasi dan data
dokumen dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut, Puskesmas Bandarharjo
96
tidak mengalami kendala dalam pengadaan sarana dan prasarana hal ini di
karenakan sarana dan prasarana yang ada hingga saat ini sudah sesuai dengan
standar dan dalam kondisi baik.
Menurut Buchari Zainun (2000) yang dikutip oleh Nur Jiatmiko (2005)
sebuah organisasi kerja yang produktif hendaknya didukung oleh sarana dan
prasarana yang lengkap dan dalam kondisi yang baik agar aktivitas yang dilakukan
tidak mendapatkan hambatan. Organisasi yang baik haruslah didukung oleh
lingkunyan kerja yang baik agar mendapatkan kinerja yang maksimal dari para
pegawainya. Menurut Sri Mulyani (2010) sarana dan prasarana merupakan salah
satu komponen utama agar proses dapat berjalan dengan baik.
5.1.2.3 Pengorganisasian
Pengorganisasian menjadi hal yang penting dalam pengorganisasian, dengan
adanya pengorganisasian, setiap pihak yang terlibat dalam sebuah organisasi jadi
lebih terkoordinir dan saling melakukan evaluasi, untuk terus memacu organisasi
mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara
informan utama dan informan triangulasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut,
Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan monitoring secara berkala setiap
tahunnya terhadap pelaksanaan program-program yang ada di Puskesmas di Kota
Semarang, termasuk Puskesmas Bandarharjo. Puskesmas Bandarharjo sendiri juga
melakukan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan programprogram yang telah dan sedang dijalankan, monitoring dan evaluasi tersebut
dilakukan dilakukan setiap minggu dan tahunan. Kekurangan sumber daya manusia
mengakibatkan terkendalanya pengorganisasian sumber daya manusia terutama
97
pada pembagian tugas kerja, hal ini mengakibatkan job desk menjadi tumpang
tindih dan kurang jelas.
Pengorganisasian merupakan proses pengumpulan dan mengkoordinir
sumber daya manusia, untuk mencapai tujuan atau sasaran dari sebuah organisasi.
Pengorganisasian diperlukan untuk menciptakan organisasi yang dinamis dengan
cara melakukan pembangunan hubungan atar sumber daya manusia, pelaporan hasil
pelaksanaan program, pengorganisasian membuat organisasi menjadi lebih
fleksibel dan responsif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi
(Thomas S Baterman, 2008).
5.1.3 Komponen Output
Output atau hasil yang dimaksud disini adalah tindak lanjut dari hasil
keluaran berupa hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga profesi serta seluruh
karyawan terhadap pelanggan. Hasil yang diharapkan dapat berupa perubahan yang
terjadi pada pelanggan. Harapannya adalah jika masukan telah tersedia sesuai
dengan rencana, maka proses akan bisa dilaksanakan. Apabila proses dilaksanakan
sesuai yang direncanakan berdasarkan standar yang ada maka hasil akan tercapai
dengan baik (Bustami, 2011).
Pelayanan kesehatan ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
antenatal terpadu. Indikator untuk menggambarkan tingkat perlindungan terhadap
ibu hamil adalah cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 dan K4 merupakan gambaran
kunjungan ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan ataupun tenaga kesehatan yang
profesional sesuai dengan proporsinya.
98
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa
angka kematian ibu yang tertinggi di Kota Semarang yaitu Puskesmas Bandarharjo.
Data cakupan K1 di Puskesmas Bandarharjo pada tahun 2014 mencapai 94,60%
menurun menjadi 80,32% pada tahun 2015 sedangkan target SPM tahun 2015 yaitu
95%. Sedangkan untuk data cakupan K4 di Puskesmas Bandarharjo tahun 2014
mencapai 86,34% meningkat pada tahun 2015 mencapai 90,76% tetapi masih jauh
dari target SPM.
Hal tersebut dibenarkan oleh informan utama bahwa Puskesmas Bandarharjo
pernah mendapatkan cakupan K1 dan K4 yang sedemikian. Menurut informan
utama penyebab dari cakupan K1 dan K4 mengalami perubahan naik turun yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo tersebut adalah sumber daya bidan
yang ada tidak memungkinkan untuk melakukan pendataan kerumah-rumah warga
dikarenakan keterbatasan sumber daya manusianya.
99
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian
5.2.1 Hambatan Penelitian
Pada saat pelaksanaan penelitian, terdapat hambatan yang mempengaruhi
kelancaran penelitian baik sebelum, setelah, maupun saat penelitian berlangsung.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Peneliti cukup kesulitan untuk menemui informan dikarenakan kesibukan
masing-masing informan. Pelaksanaan penelitian harus menyesuaikan jam
kerja puskesmas, dan lingkungan puskesmas, agar tidak mengganggu
pelayanan yang sedang berlangsung.
2. Pengulangan pertanyaan agar informasi lebih paham mengenai yang
ditanyakan oleh peneliti. Selain itu, peneliti belum bisa membatasi jawaban
informan untuk tetap dalam konteks atau topik.
3. Beberapa dokumen yang diinginkan peneliti tidak tersedia di tempat
penelitian sehingga analisis data hanya berdasarkan pada hasil wawancara
dan observasi.
5.2.2 Kelemahan Penelitian
Penelitian kualitatif identik dengan wawancara mendalam terhadap informan
penelitian.
Pertanyaan
yang
diajukan
secara
umum
bertujuan
untuk
menggambarkan, mengungkapkan, menjelaskan, menguji, dan menemukan
jawaban dari informan secara riil. Seseorang akan lebih sensitif apabila dihadapkan
pada pertanyaan-pertanyaan terkait kinerja dan pecapaian, sehingga jawaban para
informan lebih menonjolkan sisi-sisi positif saja yang membuat jawaban dari
informan lebih bersifat subjektif. Jawaban dari informan juga akan dipengaruhi oleh
100
perubahan perilaku informan, hal inilah yang membuat penelitian kualitatif
memiliki subjektifitas tinggi.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan program antenatal
terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu yang ada di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, yang terdiri dari sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, sumber dana dan SOP, masih terdapat kendala pada segi
sumber daya manusia (SDM). Tenaga yang ada di Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang tersebut berjumlah tiga orang bidan, hal ini belum sesuai dengan
ketentuan dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas yang
menetapkan jumlah bidan untuk Puskesmas non rawat inap di perkotaan
berjumlah empat orang.
2. Dalam segi proses, pelaksanaan program antenatal terpadu yang ada di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang telah menerapkan standar 10T. Terkait
dengan perencanaan yang ada di Puskesmas Bandarharjo telah melakukan
sasaran atau target yang harus dicapai oleh Puskesmas, sasaran dan target
program antenatal terpadu terkait cakupan K1 dan K4 kunjungan ibu hamil telah
direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan mengacu pada SPM
(standar pelayanan minimal) ke puskesmas yang ada di Kota Semarang. Terkait
pengorganisasian
kekurangan
sumber
daya
manusia
mengakibatkan
terkendalanya pengorganisasian sumber daya manusia terutama pada pembagian
tugas kerja, hal ini mengakibatkan job desk menjadi tumpang tindih dan kurang
jelas.
101
102
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan
antara lain:
6.2.1 Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Puskesmas Bandarharjo harus meningkatkan fokus komponen proses
(perencanaan dan pengorganisasian) untuk mengolah komponen input
(sumber daya manusia) yang kurang. Puskesmas Bandarharjo dapat
melakukan pengkajian kembali terkait jadwal shift bidan agar tidak terjadi
tumbukan job desk, sehingga dengan jumlah SDM yang terbatas, dapat tetap
mengcover berbagai program.
6.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang
Dinas Kesehatan Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring
dan melakukan evaluasi seluruh pelaksanaan program-program puskesmas
yang ada di Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang harus lebih
peka terhadap pencapaian target dari program-program yang telah dilakukan
puskesmas dan menjadi hal tersebut sebagai kajian untuk melakukan evaluasi
program atau capaian target. Melakukan pengkajian terhadap target program
yang akan dilaksanakan, agar target mampu terlaksana dan memotivasi
pegawai.
103
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi mahasiswa atau peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini
diharapkan dapat mengambil ruang lingkup tempat yang lebih luas. Sehingga
diharapkan semakin banyak gambaran mengenai pelayanan antenatal
terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Solichin, 2008, Analisis Kebijakan Publik, Malang: Penerbit UMM Press
Aji Reno, 2012, Analisis Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Azwar, Azrul, 2008, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat, Semarang:
Undip
Baterman Thomas S, 2008, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori,
Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi, Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar
Buchari, Zainun, 2000, Manajemen dan Motivasi, Jakarta: Penerbit Balai Aksara
Bungin Burhan, 2008, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Bustami, 2011, Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Aksesbilitasnya,
Jakarta: Erlangga
Dainur, 1994, Kegiatan KIA di Puskesmas dan Permasalahannya, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012, Profil Kesehatan Kota Semarang 2011,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang
-----------------------------------------, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang 2012,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang
-----------------------------------------, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang 2013,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang
-----------------------------------------, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang 2014,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang
Dinkes Prov. Jateng, 2013, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012,
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Efendi Mahirot Tua, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian Pegawai dan Peningkatan
Produktifvitas Pegawai, Jakarta, Penerbit: PT Grasindo
Eka Arsita P, 2012, Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta: Nuha Medika
104
105
Hasibuan Malayu, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara
Kemenkes, 2008, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 741
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan
Kota, Jakarta: Kemenkes RI
------------, 2010, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA), Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Ibu dan
Anak, Jakarta: Kemenkes RI
------------, 2013, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta: Kemenkes RI
------------, 2014, Peraturan Mentri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Kemenkes RI
Kadarisman M, 2012, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Depok:
Penerbit PT Rajagrafindo Persada
Kurniawati Elvira, 2012, Evaluasi Pelaksanaan 11T dalam Pelayanan Antenatal
Oleh Bidan di Puskesmas Singkawang Tengah Kota Semarang Tahun
2012, Skripsi, Depok: Universitas Indonesia
Mangkuprawira Sjafri, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia
Medika Permatasari S, 2014, Analisis Kinerja BPM Dalam Pelaksanaan ANC
Terpadu Pada Ibu Hamil di Wilayah IBI Ranting Kota Semarang, Skripsi,
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Moleong, Lexy J., 2002, Metodologi Penelitian Kualittatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Monica Happy F, 2015, Implementasi Program Antenatal Terpadu di Puskesmas
Tanjung Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Dengan Pendekatan
Balance Scorecard, Skripsi, Palembang: Universitas Sriwijaya
Mulyani Sri, 2010, Modul Memahami Prinsip-Prinsip Perkantoran Untuk SMK
dan MAK. Jakarta: Penerbit Erlangga
Muninjaya Gde, 2011, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Satrianegara Fais, Saleha Sitti, 2009, Organisasi dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan, Jakarta: Penerbit Salemba Medika
106
Sugiono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabet
Sugiono, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Penerbit
Sagung Seto
LAMPIRAN
107
108
Lampiran 1
109
Lampiran 2
110
Lampiran 3
111
Lampiran 4
112
Lampiran 5
113
Lampiran 6
114
Lampiran 7
115
116
Lampiran 8
117
Lampiran 9
118
Lampiran 10
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Saya, Niken Amran, Mahasiswa S1 Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan,
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan
Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang.
Saya mengajak Bapak/Ibu/Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini
membutuhkan 9 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing masing
subjek sekitar 1 hari.
A.
Kesukarelaaan untuk ikut penelitian
Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan
dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu
tanpa denda sesuatu apapun.
B.
Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara (berkomunikasi dua arah) antara saya
sebagai peneliti sebagai pengumpul data (enumerator) dengan Bapak/Ibuk/Saudara
sebagai subyek penelitian/ informan. Saya akan mencatat hasil wawancara ini untuk
kebutuhan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari Bapak/Ibu/Saudara.
Penelitian ini tidak ada tindakan dan hanya semata-mata wawancara mendalam dan
chek list untuk mendapatkan informasi seputar pelaksanaan program antenatal
terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
C.
Kewajiban Subjek Penelitian
Bapak/Ibu/Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang
sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan
penelitian ini.
119
D.
Risiko dan efek samping dan penangananya
Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena tidak ada perlakuan
kepada Bapak/Ibu/Saudara dan hanya wawancara (komunikasi dua arah) saja.
E. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini bagi pihak Puskesmas adalah
untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang, serta sebagai bahan acuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil.
F.
Kerahasiaan
Informasi yang didapatkan dari Bapak/Ibu/Saudara terkait dengan penelitian ini akan
dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu
pengetahuan).
G. Kompensasi / ganti rugi
Dalam penelitian ini tidak disediakan dana kompensasi untuk Bapak/Ibu/Saudara.
H. Pembiayaan
Penelitian ini dibiayai sedniri oleh saya sebagai penelitian.
I.
Informasi tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh Drs. Bambang Wahyono, M.Kes
Bapak/Ibu/Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu/Saudara dapat menghubungi
Niken
Amran, No. Hp 081277762080 di Gang Cempaka Sari, Sekaran, Gunungpati, Semarang.
Bapak/Ibu/Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite
Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telefon
(024) 8508107 atau email [email protected]
Semarang, 1 April 2016
Hormat saya,
Ttd.
Niken Amran
NIM. 6411412092
120
Lampiran 11
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah
dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat
menanyakan kepada Niken Amran.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tandatangan subjek
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
Tanggal
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
Lampiran 12
PROSEDUR WAWANCARA MENDALAM
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A. Pengantar
1.
Memberi salam dan ucapan terimakasih atas kesediaan memberikan
informasi.
2.
Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan latar belakang
pendidikan.
3.
Menjelaskan secara singkat mengenai judul dan topik yang akan dibahas pada
wawancara yang akan dilakukan.
B. Tujuan
Melakukan wawancara tentang pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang.
C. Prosedur
1.
Meminta ijin untuk melakukan wawancara.
2.
Meminta kepada informan untuk memberikan pendapatnya baik positif
maupun negatif.
3.
Meminta kepada informan untuk menandatangani surat pernyataan
informan penelitian.
4.
Menjelaskan bahwa wawancara akan direkam dengan menggunakan
recorder.
131
5.
Memberikan jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk tujuan penelitian dan
jaminan kerahasiaannya.
D. Penarikan Kesimpulan
1.
2.
Pewawancara membuat rangkuman tentang hasil wawancara.
Pewawancara mengkonfirmasi kembali jawaban informan dengan cara
membacakan kembali hasil jawaban kepada informan yang bersangkutan.
3.
Menanyakan kepada informan apakah ada informasi yang tertinggal.
Mengucapkan terima kasih kepada informan atas ketersediaannya memberikan
informasi dan mengemukakan kepada informan bahwa informasi yang diberikan
sangat penting bagi peneliti.
132
Lampiran 13
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A. Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B. Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Senin, 23 Mei 2016
2
Nama
: Minasari
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 44 tahun
5
Jabatan
: Kepala sie. Kesga DKK
6
Pendidikan Terkahir
: S1
7
Masa Kerja
: 18 tahun
C. Pertanyaan
I.
Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Bagaimana pembagian SDM di tiap-tiap Puskesmas khususnya dalam
pencapaian target K4?
“ Jadi gini dek, untuk tenaga kami memang sangat terbatas sekali, kurang malah
bahkan kurang, jadi untuk melayani ibu hamil yang menangani itu adalah
bidan, bidan kami sangat kurang. Kami punya cuma 143 bidan se puskesmas
yang berkaitan dengan program antenatal terpadu ibu hamil ada juga KIA jadi
kalau hanya bidan kami terus terang kurang, jadi untuk ANC terpadu ini
memang tidak bisa sendiri harus link dengan tenaga yang lainnya…
133
2. Apakah ada kebijakan tentang pembagian SDM khususnya bagian KIA?
“.. kalau standarnya, harus ada pemegang program itu meskipun itu bidan, nah nanti
untuk pelaksanaan programnya, tergantung dari pihak puskesmasnya mau
bagaimana, apakah SDM nya cukup atau tidak kan tergantung dari pihak
Puskesmasnya apakah wilayah kerjanya pada penduduk atau berada di tengah kota…
itu juga bisa berpengaruh…”
3. Apakah Dinas Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun kebelakang ini
pernah mengadakan pelatihan untuk bidan? Jika pernah, kapan, dimana dan
siapa pesertanya?
“ Eee.. kalau pengenalan ANC terpadu itu dilakukan tahun 2011 kemudian kalau
pelatihan secara khusus itu tidak ada dek, tapi setiap kali ada pertemuan-pertemuan
sama bidan terkait dengan 10T selalu solusi permasalahan yang dihadapi…
Kalau pelatihan KIA tiap tahunnya pasti ada, meskipun maksudnya gini ya tiap tahun
materinya beda-beda kadang kayak kita refresing terkait dengan programnya….”
4. Apakah ada penambahan sumber daya manusia (bidan atau dokter) untuk
Puskesmas Bandar Harjo dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang ini? Adakah
wacana penambahannya
“… untuk penambahan sumber daya manusia kami belum bisa memastikan ya dek,
soalnya dilihat dari beberapa faktor dan ini bukan berarti serta merta dari pihak
kami dengan mudah menambahkan tenaga kesehatan perlu beberapa proses juga.”
II. Sarana dan prasarana
1. Apakah Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang
ini pernah melakukan pengadaan barang untuk program kunjungan ibu?
134
“Dalam waktu tiga tahun kebelakang ini pernah ada pengadaan barang untuk
program kunjungan ibu yaa,, tapi untuk tahun-tahun ini dari Pihak Puskesmas
Bandarharjo terkait sarana dan prasarana masih layak dipakai dan baik ya dek..”
2. Apakah
dari
pihak
Dinas
Kesehatan
Kota
Semarang
menyediakan
sarana/prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?
“… untuk sarana dan prasaran dari DKK menyediakan yaa.. “
3. Apa saja sarana/prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?
“ Sarana prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu itu seperti alat
timbang berat badan ya, pengukur tekanan darah/tensi, terus alat seperti denyut
jantung (DJJ), terus peralatan seperti laboratorium saat melakukan pemeriksaan
yaa.. seperti itu pokok e berhbungan sama pemeriksaan standar 10T “
III. Dana
1. Dari mana sumber dana untuk program antenatal terpadu?
“ Sumber dana itu biasanya dari pihak DKK ya, nanti itu diperoleh dari APBD
gitu..”
2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber dana yang digunakan? Bagaimana cara
mengatasinya?
“..untuk kendala kami rasa tidak ada yaa, soalnya sudah didapatkan dari pusat ya
seperti APBD, kalau pun ada hambatan kami tetap mengusahakan..”
IV. Proses Pelaksanaan Antenatal Terpadu
1. Apakah Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan monitoring terhadap
program antenatal terpadu di Puskesmas Bandar Harjo? Intervalnya? Monitoring
dalam bentuk apa? Apa saja yang di monitoring?
135
“ “Iya, dilaksanakan setiap tahun, pasti ke 37 Puskesmas itu ada kita pembinaan
program pelayanan kesehatan ibu, kita nanti kunjungan langsung ke puskesmasnya,
nanti ada apa permasalahan disana kita ada cheklistnya…”
2. Bagaimanakah proses penentuan target program kunjungan ibu?
“ Itu kan dari renstra dan SPM, kalo yang sampai tahun 2016 ini juga berpatokan
pada MDGs kan sampai tahun 2016, tapi kan kita setiap kota karna da senstranya
masing-masing nah itu yang dipakai, sama SPM standar pelayanan minimal …”
V.
Perencanaan
1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan
program antenatal terpadu?
“Kalau untuk langkah-langkahnya itu dilihat dari segi permasalahannya dulu nanti
kami sesuaikan dengan target SPM yang berpatokan pada MDGs”
2.
Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu
yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan atau tahunan?
“Jelas ada yaa, soalnya setiap program itu pasti ada batas waktunya yaa..”
VI.
Pengorganisasian
1. Apakah pihak DKK pernah melakukan pengorganisasian ke puskesmaspuskesmas yang ada di Kota Semarang khususnya Puskesmas Bandar Harjo
terkait dengan pencapaian target K4?
“Pernah yaa, soalnya setiap puskesmas itu kan punya permasalahan sendiri-sendiri
mbak, ada yang berkaitan dengan SDM jadi tidak heran banyak kejadian tumpang
tindih pada pekerjaan dalam pencapaian suatu target”
136
2. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian
cakupan K4?
“untuk kendala biasanyaya itu mbak terkait sama SDM saja, Cuma pintar-pintar
dari pihak Puskesmas ya..”
3. Adakah koordinasi langsung kepada bidan atau kepala puskesmas terkait
permasalahan-permasalahan yang ada dalam program antenatal terpadu terhadap
kunjungan ibu?
“Koordinasi langsung kepada bidan maupun kepala puskesmas terkait
permasalahan pasti ada dek, nanti itu ada koordinasi juga dari pihak DKK terkait
permasalahan apa yang ada, biasanya itu bentuk laporan ya juga ada..”
4. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
“mengatasinya yaa biasa dari pihak kami tetap berusan mencari jalan keluar
disetiap permasalahan yaa, dilihat dari segi mana yang belum mencapai target
maupun dari faktor apa yang dipermasalahkan..”
137
Lampiran 14
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A. Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B. Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Sabtu, 14 Mei 2016
2
Nama
: Erna Faulina
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 43 tahun
5
Jabatan
: Bidan Puskesmas Bandarharjo
6
Pendidikan Terkahir
: DIII
7
Masa Kerja
: 23 tahun
C. Pertanyaan
I.
Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?
“Untuk PNS nya sendiri ada 3, terus untuk magangnya ada empat tapi cuti satu..”
2. Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)?
“Yaa itu sudah mengcangkup semuanya, ada 3..”
138
3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?
“Sudah memenuhi syarat sih, DIII semua”
4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup
untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu?
Jelaskan
“Menurut saya belum cukup aaa yang jelas karna memang jumlah penduduknya
yang banyak, kemudian e kita terbagi dalam empat puskesmas kan, satu puskesmas
induk tiga puskesmas pembantu sedangkan standarnya puskesmas pembantu kan ya
memang gak bisa dipungkiri harusnya setara walaupun jumlahnya gak sama tapi
kan untuk misalnya petugas ada yang dari loketnya, ada dari PB nya, ada dari KIA
nya sendiri, kemudian dari ee apotiknya itu kan harus terstandar sebenarnya tapi
kenyataannya tidak, petugas loket mungkin ya administrasi ya, terus petugas apa
untuk di BP nya juga seharusnya kan ada satu Tim juga ada dokternya, ada
perawatnya tapi ternyata gak juga karna dari sekian kita dokter cuman ada dua aa
perawat paling akhirnya, sehinggakan sudah itu sudah aaa sudah gak standar
menurut saya ya kan, terus untuk bidan dimana bidan juga seharusnya magang
tidak dipasrahi untuk sebagai tanggungjawab aa pengelolaan klinik di puskesmas
dia hanya membantu kalua diserahin tanggungjawabkan tidak bisa……”
5. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan?
“Puskesmas Bandarharjo tidak memiliki dokter spesialis kandungan”
6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota
Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu?
“
139
7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait
program antenatal terpadu?
“ yang jelas kalau untuk ANC terpadu tidak semua unsur terlibat ya, jadi hanya aa
KIA, laboratorium kalau misalnya sistem konsultasi ke BP ya bila perlu kan tidak
setiap saat pada saat periksa harus kesana terus kan tidak, kemudian ke gigi bila
perlu harus konsultasi, ya paling hanya sekitar itu saja sih”
8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar
Harjo?
“nah itu tadi, kita memang dibebani juga dengan kegiatan luar gedung dengan
petugas yang sama sehingga ya saya fikir memang tidak maksimal, semuanya yang
gak maksimal gitu ya, dari dalam gedung gak bisa maksimal luar gedungpun gak
maksimal sedangkan kita untuk kepengurusan aaa istilahnya untuk diri sendiri yang
kita inikan karna kita PNS untuk kenaikan pangkat misalnya, kita mau sergap seperti
apa, mau rajin keluar, mau di sini gak pernah izin misalnya tapi kalau kita gak urus
itu kita punya tanggung jawab aa apa SKP atau apa namanya untuk fungsi kenaikan
pangkat ya gak naik, gitu.. jadi seharusnya misal karena memang kita pengennya
profesional ya, kalau misalnya tugasnya didalam gedung dilakukan ya dalam gedung
tanpa ada beban diluar gedung dan administrasi, gak maksimal itu pasti, coba kita
melakukan fungsi dengan baik-baik itu pasti hasilnya luar biasa”
9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?
“ Oh yaa pasti, karena kita memang beban kerja tambahan diluar tupoksi itu kadang
lebih banyak dan sangat membebani ya itu tadi tupoksi kita dipelayanan, klinik
harusnya kita maksimal kan pelayanan klinik tapi ya memang dibebani ada yang
menyambih jadi bendahara, bendahara ya otomatiskan harus ngerjain SPJ dan
segala macam.. gitu, dan SPJ itu harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar
gedung ..”
10.
Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal?
“Ya ada sih, tapi ya gak jauh-jauh kalau misalnya ada pelatihan mesti ada metode
baru, blanko baru, laporan baru, sudah pusing meneh tuh.. kalau pelatihan biasanya
dilaksanakan di DKK, ada yang bentuknya seperti seminar, ada yang bentuknya
seperti pelatihan, workshop macem-macem beberapa hari. Kalau tipe skill misalnya
ditempat yang memang ada seperti kayak ada seperti instrumennya kita praktek
biasanya di diklatlah atau mungkin tempat instansi rumah sakit, seperti itu..”
140
II.
Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program
antenatal terpadu?
“Kalau untuk sarana yang jelas untuk mengacu kesini memang sangat lengkap ya,
sudah sesuai standar lah tidak ada permasalahan. Tapi untuk ruangan prasarana
masih satu ruangan, jadi kalau sudah perawatan apa apa pelayanan anak dan
imunisasi dan pelayanan ibu hamil ya secara bergantian..”
2. Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?
“Sarana dan prasarana yang jelas untuk mengacu aa dari sini memang ya sangat
lengkap ya, rata-rata sih memang sudah di lakukan pada saat kita ANC di klinik
cuman disini yang harus dicantumkan pemeriksaan protein urine, harus dengan gula,
itu kan tidak bisa langsung sehingga mungkin ya hasilnya mungkin tidak sama antara
hepatitis diperiksa dan jumlah ibu hamil yang ada”
3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan?
“Kalau untuk alat USG itu memang tidak ada yaa”
4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam
mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu?
“Pemeriksaan tidak bisa sewaktu-waktu seperti pemeriksaan dilaboratorium, karena
memang karna ada kesibukan masing juga”
5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan
program antenatal terpadu?
“ yaa ke laboratorium swasta, atau dia ngasih nomor telfon misalnyakan nanti
sekiranya memang petugas lab nya pergi dan memang bisa ngabari hari ini beliau
bisa pelayanan kita sms, atau bisa kita kan punya tenaga kasurkes lapangan dan itu
baru diadakan tahun ini, nanti kita jemput kalau yang jauh lho”
141
6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal
terpadu?
“ untuk sarana dan prasarana dalam mendukung program antenatal terpadu sudah
layak yaa”
Sarana dan prasarana yang Ditinjau
No
III.
Nama Alat
Keterangan
1
Tensimeter
√
2
Stetoskop
√
3
Fetoskop
√
4
Reflek Hamer
√
5
Timbangan Dewasa
√
6
HB Meter
√
7
Alat Periksa Urine
√
Dana
1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu?
“Kalau dana, karna kegiatan kita tidak satu nih, kalau untuk pemeriksaan ANC nya
sendiri kalau sekiranya dia pake Jamkesmas atau Jamkeskot kan gratis, tidak ada
yang harus di inikan, pemeriksaan laboratorium gratis dan pengobatan juga gratis
… sumber dana berasal dari BOK dari Dinas …”
2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara
mengatasinya?
“ Kalau kendala sampe saat ini tidak ada yaa..”
142
IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan
program tahunan?
“Ya itu baru tahun brapa yaa, 2014 kalau gak salah sampe sekarang”
2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,
bagaimanakah prosesnya?
“Eee menurut saya memang ada beberapa cara penghubungan ya, tiap tahun memang
ada dan saya lihat tiap kabupaten kota itu mempunyai cara sendiri. Dilakukan secara
breakdown dari dinas, jadi karena itung-itungnya, jadi jumlah ibu hamil dalam satu
wilayah itu sekian, sekian ribu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi target itu mengacu
pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas kesehatan kota
semarang, baru breakdown ke puskesmas”
3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?
“Ada, kalau standarnya ada cuman kita kembalikan lagi kita dalam satu hari
pemeriksaan ibu hamil misalnya 20 orang sedangkan tenaga kita cuma satu atau dua,
kita dibebani dengan ruangan yang sama yang satu pemeriksaan MTBS dan MTBM
akhirnya terpisah, adanya yang satu pegang MTBS MTBM yang satu pegang ANC
dengan standar SOP kita melakukan itu kira-kira nyandak ndak dalam satu hari kita
mengerjakan 20 orang, dengan standar seperti diatas? Ya tidak bisa… sudah ada SOP
kita berusaha untuk semaksimal mungkin melakukan tapi kalau untuk harus sesuai ya
tidak bisa karna keterbatasan tenaga, ruangan …”
V. Perencanaan
1.
Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan
program antenatal terpadu?
“Eee… ya emang kita pengusulan tenaga pasti, terus kalau untuk penerimaan magang
itu karena hubungannya dengan operasional sistem penggajian dan segala macam
belum ada intruksi yang jelas aturan yang jelas, secara legal ya kalau itu kita gak kita
lakukan, istilahnya kita butuh tenaga…
… ya itukan breakdown dari dinas, jadi karna da itung-itungannya, jadi jumlah ibu
hamil dalam satu wilayah itu sekian, sekian ribu ibu hamil itu ada, jadi seperti itu, jadi
target itu mengacu pada ee apa ya, mulai dari cakupan pusat, provinsi, turun ke dinas
kesehatan kota semarang, baru breakdown ke puskesmas …”
143
2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu
yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?
“Ada batas waktu kok, itu setiap tahunnya ada tapi dari saya mau gak mau tetap buat
laporan setiap bulannya, biasanya setiap tanggal 1”
VI. Pengorganisasian
1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan?
“Oh
ya pasti, pasti itu karena ya memang kita beban kerjanya tambahan diluar gedung
tupoksi itu kadang jauh lebih banyak dan sangat membebani, tupoksinya kita itu
dipelayanan tapi ya karna kita dibebani ya kadang ada menyambih jadi bendahara,
bendahara itu ya otomatis kan harus mengerjai SPJ dan segala macam dan SPJ itu
berhubungan harus berhubungan dengan jadwal keluar, diluar gedung, menurut saya
bebannya terlalu banyak karna ya itu keterbatasan SDM tadi …”
2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu?
“yang mengatur itu biasanya kerjasama saja, disini kami kan ada bidan 3 orang jadi ya
kami-kami saja yang mengatur walaupun itu terjadi tumpang tindih pekerjaan”
3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu?
“yang terlibat itu biasanya saya sendiri, ibu erna sama bu sumarni yaa”
4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan
K4?
“Keterbatasan
kami cuma dari SDM itu yaa, jadi mau gak mau dalam pencapaian
cakupan K4 memang bekerja keras ya”
5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
“Mengatasinya ya kami saling kerja sama, dimana untuk tenaga nya dan untuk ibu
hamilnya memang tidak seimbang sehingga setiap pekerjaan sering terjadi tumpang
tindih yaa”
144
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A. Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B. Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Kamin, 16 Mei 2016
2
Nama
: Sumarni
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 58 tahun
5
Jabatan
: Bidan Puskesmas Bandarharjo
6
Pendidikan Terkahir
: DIII
7
Masa Kerja
:-
C. Pertanyaan
I. Sumber Daya Manusia (SDM)
1.
Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?
“Bidan disini ada 3 orang”
2.
Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak
“Yaa(KIA)?
itu semuanya ada 3”
145
3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?
“Ya semuanya DIII yaa”
4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah cukup
untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu?
Jelaskan
“Piye yo, karna ini sudah dibantu anak-anak magang, trus kita bertiga anak
magangnya empat ya, yaa apa lumayanlah. Ya semuanya DIII, kalau dimaksimalkan
saya kira sudah cukup, ada empat kelurahan nanti kalau anu ya tenaga yang opo
nanti pegawainya harus tiap wilayah harus membawai satu kelurahan jadi setiap
bidan bertanggungjawab satu-satu, jadi ya anu ya kalo dikatakan kurang ya
sebenarnya memang kurang kalau cukup yaa lumayanlah soalnya ada yang bantu
dari magang yaa, sudah cukuplah kalau ditambah satu atau tiga yaa lebih baik karna
saya sudah mau pensiun juga ..”
5. Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan?
“Belum toh, tidak ada, di Kota Semarang jarang ada”
6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota
Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu?
“Ada yaa, soalnya memang SDM disini dikatakan kurang, jadi ketok e ada
penambahan SDM deh”
7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo terkait
program antenatal terpadu?
“ yaa sudah cukupal, lumayan bagus karena kita kerjasama sendiri dibantu dengan
kader-kader dan dibantu kasurkesnya ada, saya kira ini sekarang enteng, dulu kan
kita kerja sendiri jadi kerja keras sendiri, lagi pula setiap kelurahan ada bidannya
sendiri” jadi untuk bidan pegawai negeri sendiri ada 3 jadi ya lumayan dari pada
dulu kewalahan ya”
146
8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar
Harjo?
“ada yaa mbak soalnya dari sini sudah dibantu sama tm kasurkes yaa, jadisaling
bekerja sama` ada anak magang pula yaa”
9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?
“Yaa banyak, semuanya bidannya kan ngerangkap BOK makanya kalau untuk ANC
nya sebenarnya kalau bidan gak boleh ngerangkap selain itu yaa kalau memang mau
ini, mau benar-benar gak mau tumpang tindih jadi itu kan bidan semuanya
ngerangkap yang nganu mbak endang yang rangkap BOK bendahara BOK, saya
sendiri tanggung jawab KB, mbak erna KIA nya”
10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? Dimana?
Kapan?
“… Oo banyak, pelatihan macem-macem dari Dinas, misalnya pelatihan apa saja?
Wis terus di update terus ada seminar setiap 3 bulan, dari rumah sakit ada, dari dinas
juga ada terus-terusan. Pelatihan-pelatihan sudah cukup ada cara penanganannya
bagaimana terus, seminar-seminar sudah misalnya ANC nya darahnya tinggi dan
harus bagaimana itu sudah ada kelompoknya…”
II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program
antenatal terpadu?
“… Kira-kira sudah cukup yaa, opo otoh sarana prasaran? biasane cuma SDM nya
itu memang kita kurang, kalau untuk sarana prasarana buku KIA nya sudah lebih
dari cukup terus labotorium sudah ada, sudah komplit saya kira sudah cukup itu
sarana dan prasarananya tidak ada kendala …
… ya ya sudah lumayanlah, termasuk alat tensimeter cuman ini gedungnya ini lo
belum layak ketok e belum apa, ini nanti KIA kan terpisah dengan KB nya dengan
anak-anak masih gabung dan semerawut, cuman itu yang membuat kita ketok e anu
ya karna gedung belum jadi nanti kalau gedung jadi semuanya pindah KIA sendiri
untuk KB nya sendiri diatas jadi sekarang masih proses …”
147
2.
Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?
“Sudah komplit itu untuk mendukung program antenatal terpadu, Cuma gedungnya
belum layak lho masih semerawut”
3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan?
“Alat USG itu memang tidak ada yaa”
4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam
mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu?
“Kendalanya ya itu ruangannya masih jadi satu, cuma itu yang membuat kita anu ya,
karna gedung belum jadi”
5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan
program antenatal terpadu?
“ ya itu saat pemeriksaan karena kita gabung jadi satu ya jadi harus gantian, kadang
ya untuk KB hari rabu, pemeriksaan ibu hamil ya hari selasa dan kami ya, nanti ya
anak-anak selain hari itu biasanya, kayak e itu kendalanya, mengatasinya yaa bagi
waktu pelayanan saja”
6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal
terpadu?
“Layak mbak, komplit semua yaa”
Sarana dan prasarana yang Ditinjau
No
Nama Alat
Keterangan
1
Tensimeter
√
2
Stetoskop
√
148
III.
3
Fetoskop
√
4
Reflek Hamer
√
5
Timbangan Dewasa
√
6
HB Meter
√
7
Alat Periksa Urine
√
Dana
1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu?
“Dananya ya dari pusat toh, masalah dana gak tau saya kurang tau, untuk program
antenalat terpadu dananya dari Dinas, ya untuk kasurkesnya untuk pendampingan ibu
hamilnya sudah ada …”
2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara
mengatasinya?
“ Kalau kendala tidak ada yaa.. kalaupun ada ya pengadaan kekurangan dana”
IV. Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan
program tahunan?
“Yaa itu perencanaan tahunan yaa”
2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,
bagaimanakah prosesnya?
“Biasanya yaa menggunakan target SPM yaa, sama mengacu disana”
3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?
“Sudah toh, sudah ada SOP nya”
149
V.
Perencanaan
1.
Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan
program antenatal terpadu?
“Langkahnya yaa itu tadi sesuai target yang diberikan oleh pusat yaa, dan itu samasama mengacu pada SPM”
2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu
yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?
“Untuk batas waktu jelas ada yaa mbak”
VI.
Pengorganisasian
1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan?
“Mnegatur staf SDM itu biasanya kami saling kerjasama yaa, karena disini samasama tujuannya mencapai target yang sudah ditentukan, jadi mau gak mau kami
berusaha semaksimalnya untuk pencapaian target”
2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu?
“yaa saya, mbak endang sm satu lagi bidan buk erna yaa mbak”
3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu?
“Semuanya yaa mbak, bidan semuanya”
4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan
K4?
“Tidak kendala yaa, yo paling keterbatasan SDM saja yaa sama ruangan masih jadi
satu itu saja kayak e”
5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
“Mengatasinya yaa paling yo bagi-bagi waktu saja mbak”
150
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
BIDAN PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A.
Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B.
C.
Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Sabtu, 14 Mei 2016
2
Nama
: Endang Erawati
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 34 tahun
5
Jabatan
: Bidan Puskesmas Bandarharjo
6
Pendidikan Terkahir
: DIII
7
Masa Kerja
: 11 tahun
Pertanyaan
I. Sumber Daya Manusia (SDM)
1.
Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?
“Ada 3 tenaga bidan di KIA ya”
2.
Berapakah jumlah petugas yang ada di pelayanan kesehatan ibu dan anak
“ya (KIA)?
itu mbak ada 3 orang”
151
3. Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?
“Pendidikan terakhir itu DIII semua”
4. Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang sudah cukup
untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu?
Jelaskan
“yang jelas kurang mbak karna kita mempunyai sasaran segitu banyaknya ya, dengan
bidan yang PNS nya cuman tiga dan kebetulan emang ada tambahan magang tiga
sih, tapi dengan sasaran 1110 kalau di bagi enam kan brarti masih kurang, itu kalau
kita untuk mengawasinya yang segitu banyaknya belum lagi untuk neonatusnya kan
dengan pekerjaan lain itu istilahnya sangat kurang sekali, tenaga disini khususnya ya
karna memang kita tidak ada bidan desa, belum juga pemantauannya juga, menurut
saya ya tenaganya kurang ..”
5. Apakah Puskesmas Bandarharjo sudah memiliki dokter spesialis kandungan?
“Tidak ada ya mbak untuk dokter spesialis kandungan”
6. Apakah selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini, Puskesmas Bandar Harjo Kota
Semarang melakukan penambahan SDM untuk pelayanan kesehatan ibu?
“Tidak ada, dulu saya masuk sini 2011, dan kita juga punya pustukan jadi ya tidak
ada penambahan yaa, memang kurang yaa”
7. Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandarharjo terkait
program antenatal terpadu?
“Kebetulan ini memang ada kasurkes yaa, yang dari dinas itu sangat membantu sekali
kalau kita kebetulan kayak kelas hamil di bagi yang di Bandarharjo ada ibu marni
trus yang tanjung mas itu bu erna, saya yang kuningan sama dadapsari tapi kalau
untuk kegiatan pemeriksaan bu marni kan harus disana yang gedung lama cumi-cumi
dan disini saya, dan kebetulan saya sendiri sambilan tugas yang lain bendahara mbak
yo rodo memeang rodo repot sekali yaa karna kita tidak bisa fokusdalam satu bidang”
152
8. Apakah ada yang bertugas didalam gedung dan diluar gedung Puskesmas Bandar
Harjo?
“Yang bertugas dari dalam dan luar gedung pasti ada, hanya kita saling komunikasi
saja”
9. Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?
“ yaa itu kita tetap dan koordinisasi dan komunikasi istilahnya ya, kalau misalkan
ada kurang kita laporakan ke ka TU, ini ada kurang ni ni nanti dicarikan tenaganya”
10. Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal? Dimana?
Kapan?
““Mmmm.. itu ada mbak, cuman kayaknya itu digilir toh mbak, missal nanti ada yang
ditugaskan bidan siapa kan gitu, cuman nanti yang berangkat memberikan sosialisasi
ke kita gitu, sudah ada…”
II.
Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program
antenatal terpadu?
“Insyaallah sih peralatan sudah di usahakan lengkap, tinggi badan sudah, perlatan
lain juga tidak ada masalah, pemeriksaan laborat sudah dilengkapi, cuman kok ada
kurangnya antenatal terpadu itu satunya apa ya kita yang belum, IVA nah itu kita
belum ada yang pemeriksaan IVA itu karna kita belum ada dilatih …”
2.
Apa saja sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu?
“Sarana dan prasarana untuk mendukung program antenatal terpadu sudah
mendukung dan layak yaa”
3. Apakah sudah memiliki alat USG untuk pemeriksaan kehamilan?
“Ohh USG tidak ada yaa”
153
4. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam
mendukung pelaksanaan program antenatal terpadu?
“Saya rasa sih tidak ada ya mbak, paling yaa dari keterbatasan ruangan yaa”
5. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sarana dan prasaranan dalam pelaksanaan
program antenatal terpadu?
“untuk mengatasinya yaa kami usahakan tidak ada kendala ya mbak, kalau untuk lap
sendiri memang kami kekurangan SDM kadang yaa ada, kayak yaa gak”
6. Apakah sarana dan prasarana tersebut layak dalam mendukung program antenatal
terpadu?
“Sudah layak yaa mbak, saya rasa”
Sarana dan prasarana yang Ditinjau
No
Nama Alat
Keterangan
1
Tensimeter
√
2
Stetoskop
√
3
Fetoskop
√
4
Reflek Hamer
√
5
Timbangan Dewasa
√
6
HB Meter
√
7
Alat Periksa Urine
√
154
III.
Dana
1. Dari manakah sumber dana untuk program antenatal terpadu?
“Kalau yang pemeriksaan laborat itu kan memang dari Dinas ya BOK, itu digratiskan
untuk yang Hb sama protein urine itu digratiskan tapi kalau misalkan kayak punya
kartu BPJS, Jamkesmas itu kan memang gratis semua ngeh tapi kalau gak punya ya
memang selain Hb dan protein itu bayar misalkan gula darah …”
2. Apakah ada kendala terkait dengan sumber daya yang digunakan? Bagaimana cara
mengatasinya?
“ Kalau kendala setau saya gak ada ya mbak”
IV.
Proses Pelaksanaan Bidan tentang Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan perencanaan
program tahunan?
“Kalau antenatal terpadu itu perencanaan tahunan ya mbak, Cuma kalau lebih
rincinya Tanya bu erna aja yaadek, kayak e beliau yang tau”
2. Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,
bagaimanakah prosesnya?
“Mmmm, kita sesuai dengan tupoksinya mbak, misalkan kita ada rekam medis pasien
sudah berusaha kita lengkapi sudah dimasukan disitu. Targetnya itu mengacu mulai
dari SPM… itu breakdown dari dinas mbak ..”
3. Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?
“di KIA ada SOP”
V.
Perencanaan
1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan
program antenatal terpadu?
“Langkah untuk menyusun perencanaan ya itu tadi mbak sesuai dengan SPM mbak”
155
2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas waktu
yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?
“Kalau batas waktu emang ada nggih, itu biasanya yang ngurus bu erna ya”
VI.
Pengorganisasian
1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan?
“eee
itu memang koordinasi yaa, masalahnya pak Tri memang aa kita misalkan kalau
ada kendala rapat atau apa-apa ya kita koordinasi langsung dengan atasan, soalnya
tidak hanya bagian KIA ya, kita juga ada pelayanan bayi juga kan mbak jadi kalau
kurang ya kita ngatur keatas”
2. Siapa yang mengatur SDM dalam program antenatal terpadu?
“yaa itu mbak ada komunikasi terkait bidan pemegang program sama kepala puskesmas,
soalnya untuk pasien ibu hamil itu juga banyak mbak jadi kadang ya gimana mbak, sakin
banyaknya sedangkan tenaga bidan segini mbak”
3. Siapa saja yang terlibat dalam program antenatal terpadu?
“Terlibat itu saya, ibu erna, bu mani ya sama kepala puskesmas juga ada ya mbak”
4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam pencapaian cakupan
K4? kayaknya indak sih, karena pertama saat ada kasurkes ini yang dulu pada waktu
“mmm
di kayak diperiksa rumah sakit kan kitagak lapor yaa, atau dia dirumah sakit diketahui
kita kan long contact kan dengan adanya kasurkes ini dia yang menolong sampai Tanya
ketingkat RT RW itu, itu cakupannya lebih meningkat lagi”
5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
“Kalau ada masalah, kasurkes itu langsung kasih laporan ke kita yaa, jadi kita berusaha
untuk membantu yaa”
156
Lampiran 15
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
KEPALA PUSKESMAS BANDAR HARJO
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A. Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B. Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Sabtu, 14 Mei 2016
2
Nama
: Endang Erawati
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 34 tahun
5
Jabatan
: Bidan Puskesmas Bandarharjo
6
Pendidikan Terkahir
: DIII
7
Masa Kerja
: 11 tahun
C. Pertanyaan
I. Sumber Daya Manusia (SDM)
1.
Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam Tim KIA?
“Kalau KIA dilihat dari besarnya masalah yang ditangani itu masih kurang
makanya saya mengambil tenaga magang untuk bidan 4 orang terus ditambah
dengan kasurkes ada 5 orang jadi untuk menangani ibu hamil baik yang diklinik
maupun yang ada dimasyarakat itu jadi totalnya 3 sama 4 brapa itu 7, trus 7
ditambah 5 jadi 12 karena memang angka ibu hamil kita itu kan setiap tahun sekitar
1300 yang resiko tinggi sekita 1000 an jadi kita berat sekali”
157
2.
Apakah jumlah SDM di Puskesmas Bandar Harjo Kota Semarang sudah
cukup untuk menangani kunjungan ibu dalam pelaksanaan pelayanan antenatal
terpadu? Jelaskan
“Sudah cukup, insyaallah”
3.
Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat
pendidikan?
“yo
iyaa sekarang minimal sudah DIII”
4.
Apakah Puskesmas Bandar Harjo sudah memiliki dokter spesialis
“Yo
gak ada toh dek”
kandungan?
5.
Bagaimana pembagian tenaga kerja yang ada di Puskesmas Bandar Harjo
terkait program antenatal terpadu?
“Kalau pembagian dibagi sama rata yaa, disini ada pemegang program KIA
satu, KB satu, dan MTBS satu yaa”
6.
Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpeng tindih?
“ Ya itu jelas toh mbak, dimana bidan 3 kita bagi 3 kesehatan ibu sendiri, KB,
kesehatan anak sendiri terus masing-masing dibantu oleh tenaga magang, untuk
dilapangannya ada kasurkes, ya insyaallah untuk sementara ini cukup, karena
kasurkes itu kan kontrak setahun kalau sudah habis kita gak tau kedepannya belum
lagi ditambah bidan praktik swastanya ada 5 atau BPM ”
7.
Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan antenatal
terpadu? Dimana? Kapan?
“Yo kalau pelatihan kita mengikuti dari DKK, yang diadakan DKK kadangkadang juga ngikuti apa yang dilaksanakan oleh IBI, IBI itu kan mengadakan
pelatihan untuk para bidan, dilaksanakan sewaktu-waktu dari DKK …”
158
II. Sarana dan prasarana yang Mendukung Pelayanan Antenatal Terpadu
1. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung program
antenatal terpadu?
“Ooo ya kalau sarana dan prasarana mencukupi insyaallah sesuai dengan
kesehatan mendasar”
2. Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam
mendukung program antenatal terpadu?
“Alhamdullilah yo kita tidak ada yaa, karena apa yaa ibu hamil yang meninggal
semua itu ya dirumah sakit karena kita rujuk, ketika dia menemukan faktor resiko
ya dirujuk,SOP nya ya seperti itu, jadi masalah selama ini ada di rumah sakit”
III.
Proses Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu
1.
Apakah kegiatan pelaksanaan program antenatal terpadu, merupakan
perencanaan program tahunan?
“Oh ya toh mbak yaa, ya direncakan karena ada kegiatan perencanaan tahunan
masing-masing program membuat perencanaan tidak antenatal saja tapi
semuanya”
2.
Untuk menentukan besaran target di tahun ke tahun terkait kunjungan ibu,
bagaimanakah prosesnya?
“ ya kan prosesnya kita lihat data tahun yang lalu, kemudian dibahas di DKK, di
DKK kita biasanya menerima biasanya dinaikan 1-2% jumlah yang ada”
3.
Adakah standar operasional (SOP) pada program antenatal terpadu?
“Sudah ada SOP nya mbak”
159
IV.
Perencanaan
1. Langkah apa saja yang dilakukan dalam menyusun perencanaan terkait dengan
program antenatal terpadu?
“Nek perencanaan kan pengumpulan data, pengolahan data, data diolah dianalisa
setelah itu jadi informasi bahan untuk perencanaan, ini mengacu pada target SPM”
2. Apakah perencanaan terkait dengan program antenatal terpadu ada batas
waktu yang jelas? Apakah rencana tersebut untuk bulanan dan tahunan?
“ya ada toh mbak, perencanaan diawal tahun bulan januari nanti februari sudah
pelaksanaan sampe bulan desember, kalau dibulan desember nanti dievaluasi”
3. Siapa saja yang terlibat dalam menyusun perencanaan terkait program
antenatal terpadu?
“Ya kalau untuk ANC ini yaa bidan, dokter sama kepala puskesmas, kasurkes ya
semua ya terlibat itu yaa, trus melibatkan kader juga permasalahan seperti apa,
tokoh masyarakat juga kita minta’I, lintas sektor juga”
V.
Pengorganisasian
1. Bagaimana mengatur staf atau SDM agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan?
“ya kita setiap bulan telah menilai kinerja yang telah dicapai, jadi ya kita melihat
kita evaluasi permasalahannya dimana, kemudian kalau ada masalah kita atasi cari
solusi, kalau ada yang sulit untuk kelas ibu hamil pada pagi hari diselesaikan sore
hari, kalau sore hari ndak bisa kita terpaksam malam hari, kalau tidak bisa
semuanya kita adakan kelas ibu hamil ditempat kerja”
2. Siapa yang mengatu SDM dalam program antenatal terpadu?
‘’ yang ngatur ya ada toh mbak, kepala puskesmas tentunya, bidan juga”
160
3. Apakah pengorganisasian dilakukan secara internatal (Puskesmas) dan
eksternal (luar puskesmas) dalam program antenatal terpadu?
“yaa yang saya sampaikan tadi, lintas program itu internal lintas sektor itu
eksternal”
4. Apakah ada kendala terkait dengan pengorganisasian dalam perencanaan
cakupan K4?
“Yo jelas ada, kan sangkin sibuk e kadang trus yang sudah dijadwalkan tidak
dikerjakan kadang kita terpaksa mengganti orang, kalau tidak ada kepentingan
namanya organisasi pasti ada”
5. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
“yo kalau cara mengatasi kita cari pengganti ya caranya kan begitu tidak mampu
ditingkatkan kemampuannya, liat masalahnya toh mbak”
161
Lampiran 16
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A.
Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B.
C.
1.
Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Kamis, 12 Mei 2016
2
Nama
: Asih Lestari
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 20 tahun
5
Jabatan
: Ibu hamil
6
Pendidikan Terkahir
: SMA
7
Masa Kerja
:-
Pertanyaan
Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?
“tidak tau mbak”
2.
Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?
“buat itu perkembangan janin, biar tau kondisinya gimana”
3.
Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
“satu
bulan sekali, brarti ini sudah ke tiga kali”
10T?
162
4.
Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang?
“sudah 3x mbak”
5.
Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?
“lumayan dekat mbak, tadi dianter suami”
6.
Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“yaa biasa aja, pihak puskesmas ramah mbak”
7.
Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu
melakukan pemeriksaan?
“yaa kan biasanya dari ngantri, antri nomor panggilan, dipanggil terus diperiksa
terus ngambil obat, kurang lebih 3 jam mbak dari sini tadi setengah delapan”
8.
Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?
“Baik sih, disuruh kayak gini terus ndak boleh makan ini, dikasih aturan-aturan”
9.
Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?
“Biasa saja ramah yaa, biasanya dikasih tau kalau suruh ini itu”
163
10.
Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
Bandar Harjo Kota Semarang?
“sudah lumayan mbak sudah lengkaplah mbak”
11.
Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?
“yaa lumayan bagus sih, kalau antrian yaa merasa terganggu tapi ya gimana ini kan
memangg buat umum, kalau untuk kebersihan sudah bersih ini mbak”
12.
Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?
“Sudah puas mbak”
13.
Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“ ya mungkin lebih tertib, terus kalau antrian kalau bisa sesuai antrian”
164
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A.
Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B.
Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Kamis, 12 Mei 2016
2
Nama
: Dwi Rahayu
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 34 tahun
5
Jabatan
: Ibu hamil
6
Pendidikan Terkahir
: SMA
7
Masa Kerja
:-
C. Pertanyaan
1.
Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?
“Gak tau”
2.
Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?
“biar tahu kondisi janinnya, soalnya saya dulu kelahiran pertama ceasar , biar tau
perkembangannya soalnya bayi dulu besar”
3.
Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
“sering
10T?mbak sudah jalan 3 bulan ini”
165
4.
Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang?
“sudah 3x mbak”
5.
Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?
“dekat, dekat sini mbak”
6.
Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“bagus yaa”
7.
Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu
melakukan pemeriksaan?
“mendaftar, menunggu sini trus dipanggil, biasanya kalau nunggu ini lama”
8.
Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?
“Baik ya, ngasih tau, kadang keluhan ya didengar”
9.
Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?
“Baik”
166
10.
Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
Bandar Harjo Kota Semarang?
“Lengkap sama kayak di bidan”
11.
Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?
“masih aman dan ramah”
12.
Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?
“Puas mbak”
13.
Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“ toiletnya cuma satu, kalau untuk masalah menunggu masih wajar”
167
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A.
Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B.
C.
1.
Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Kamis, 12 Mei 2016
2
Nama
: Sugianti
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 28 tahun
5
Jabatan
: Ibu hamil
6
Pendidikan Terkahir
: SMK
7
Masa Kerja
:-
Pertanyaan
Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?
“Gak tau mbak”
2.
Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?
“ya menurut saya pemeriksaan itu penting yaa, keadaan janin bayinya gimana saya
kan dulu periksanya dibandarharjo sana sekarang disini kan suruh lab, tes darah
biar tau keadaan janin saya gimana, kayak tes darah gitu lho mbak”
3.
Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
“yaa10T?
sering, satu bulan sekali”
168
4.
Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang?
“rutin mbak”
5.
Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?
“kalau sini jauh banget mbak, rumah saya jalan cumi-cumi”
6.
Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“yaa waktunya lama yaa, antri yaa, kita kan juga periksa jadi dimaklumi karena
banyak yang sakit”
7.
Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu
melakukan pemeriksaan?
“yaa ambil no. antrian trus daftar nanti ditanya tujuan nya apa trus periksa mbak”
8.
Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?
“Baik, kalau ada keluhan ya ditanya”
9.
Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?
“Biasa saja ramah yaa, biasanya dikasih tau kalau suruh ini itu”
169
10.
Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
Bandar Harjo Kota Semarang?
“iya lengkap”
11.
Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?
“bersih mbak, cukup kok mbak apalagi tempatnya sudah besar yaa mbak, beda sama
bangunan dulu sama yang sekarang mbak, sudah bagus”
12.
Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?
“Sudah puas mbak”
13.
Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“ kalau untuk saran tidak ada mbak, lagian kita ya maklumi mbak ”
170
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A.
Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B.
Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Kamis, 19 Mei 2016
2
Nama
: Dinar Istiana
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 31 tahun
5
Jabatan
: Ibu hamil
6
Pendidikan Terkahir
: SMA
7
Masa Kerja
:-
C. Pertanyaan
1.
Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?
“tidak tau”
2.
Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?
“biar tau perkembangan janinnya”
3.
Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
“sudah
10T?sering, ini hamil ke tiga mbak”
171
4.
Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang?
“sudah 3x mbak”
5.
Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?
“tidak dekat kok”
6.
Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“ya bagus”
7.
Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu
melakukan pemeriksaan?
“dimulai antrian sampe pemeriksaan”
8.
Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?
“ya baik”
9.
Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?
“nyaman aja mbak, enak kali dekat terus kita gak bayar”
172
10.
Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
Bandar Harjo Kota Semarang?
“peralatannya ya lengkap ya, Cuma kok yo gak ada USG”
11.
Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?
“lumayan mbak, sudah ada lab nya juga”
12.
Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?
“Sudah puas eeh, sudah bersih juga”
13.
Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“yaa sarannya ya itu, kalau ada alat USG, trus katanya ada ruang untuk persalinan
dilantai atas juga yaa”
173
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
IBU HAMIL
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKEMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
A.
Lokasi Penelitian
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
B.
C.
1.
Identitas Responden
1
Hari/Tanggal Wawancara
: Kamis, 19 Mei 2016
2
Nama
: Emmi Asmirawati
3
Jenis Kelamin
: Perempuan
4
Umur
: 37 tahun
5
Jabatan
: Ibu hamil
6
Pendidikan Terkahir
: SMA
7
Masa Kerja
:-
Pertanyaan
Menurut ibu, apa yang disebut dengan program antenatal terpadu?
“tidak tau mbak”
2.
Menurut ibu, apa manfaat program antenatal terpadu?
“yaa manfaatnya kan bisa mengetahui kesehatan janin dan kesehatan ibu juga”
3.
Apakah ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar
“yaa10T?
kalau hamil, 1 bulan sekali”
174
4.
Sudah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang?
“sudah brapa kali yaa”
5.
Bagaimana menurut ibu tentang jarak Puskesmas dengan rumah ibu?
“gak, dekat kok”
6.
Bagaimana pengalaman ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“yaa maksdunya keluhan gitu, menyenangkan banyak keuntungannya juga
misalnya kita pusing bisa konsul apa itu karena kecapek’an atau apa gitu”
7.
Bagaimana menurut ibu proses pelayanan antenatal terpadu selama ibu
melakukan pemeriksaan?
“yaa kan biasanya dari ngantri, antri nomor panggilan, dipanggil terus diperiksa
terus ngambil obat, kurang lebih 3 jam mbak dari sini tadi setengah delapan”
8.
Bagaimana pendapat ibu tentang cara petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat anda melakukan pemeriksaan?
“yaa baik, selalu dikasih solusi juga kan”
9.
Bagaimana pendapat ibu tentang sikap petugas KIA dalam memberikan
pelayanan pada saat melakukan pemeriksaan?
“pelayanannya ramah”
175
10.
Bagaimana pendapat ibu tentang peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas
Bandar Harjo Kota Semarang?
“sudah lengkap gitu pemeriksaan dari lingkar lengan tangan, berat badan juga”
11.
Bagaimana menurut ibu tentang fasilitas di ruangan KIA?
“lengkap yaa komplit, ada itu penimbangan bersih juga, laboratnya juga ada, sudah
komplit, yaa fasilitas ini karna baru juga, kalau kita antri disana yaa disana kalau di lab
duduknya disini”
12.
Apakah ibu puas terhadap fasilitas yang disediakan di ruangan KIA?
“Puas, sangat puas yaa”
13.
Apa saran ibu untuk pelaksanaan program antenatal terpadu di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?
“sarannya sih piye yaa bagus kok mbak, gak ada keluhannya, saran saya
pengennya ada tempat persalinan juga mbak, biar dekat dari rumah juga mbak”
176
Lampiran 17
PEDOMAN OBSERVASI
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
I.
Check list observasi ketersediaan, kecukupan, kelayakan sarana dan
prasarana
No
1
Sarana
Ketersediaan
Ada
Tidak
Kecukupan
Ya
Tidak
Kelayakan
Ya
Tidak
Kartu pencatatan hasil
pemeriksaan (register
kohort ibu, kartu ibu dan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
KMS)
2
Surat Rujukan
3
Gestogram (Diagram
untuk menghitung usia
kehamilan)
4
Timbang Dewasa
√
√
√
5
Pengukur Tinggi Badan
√
√
√
6
Tensimeter
√
√
√
7
Stetoskop
√
√
√
8
Stetoskop Janin (Doppler)
√
√
√
9
Metlin
√
√
√
10
Alat pemeriksa HB :
√
√
√
√
√
√
√
√
√
a. Sabun
√
√
√
b. Air mineral
√
√
√
Sahli
11
Peralatan suntik
a. Jarum suntik
12
Sarung tangan sekali
pakai
13
Alat cuci tangan
177
No
1
Prasarana
Ada
Tidak
Kecukupan
Ada
Tidak
Kelayakan
Ada
Tidak
Tempat Praktik
a. Dinding tersebut
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
a. Kursi
√
√
√
b. Meja Pendaftaran
√
√
√
terbuat dari
tembok
b. Lantai dari
ubin/plaster
c. Atap melindungi
d. Pencahayaan
e. Ventilasi
2
Ketersediaan
Area tempat tunggu
c. Fasilitas cuci
√
tangan
√
√
i. Air
ii. Sabun
iii. Tissue
3
Kamar Kecil
a. Air mengalir
√
√
√
b. Handuk kecil/
√
√
√
√
√
√
c. Jamban (WC)
√
√
√
d. Tempat sampah
√
√
√
a. Bersih
√
√
√
b. Kering
√
√
√
tissue
e. Bak air, ember
penampung
4
Tempat Obat
178
√
√
√
√
√
√
Pasien
√
√
√
ii. Pengantar
√
√
√
iii. Bidan
√
√
√
a. Meja
√
√
√
b. Tempat duduk
√
√
√
c. Tempat tidur
√
√
√
c. Ventilasi udara
5
Ruang Konseling
a. Meja
b. Tempat duduk
i.
6
Ruang Pemeriksaan
pasien
179
Lampiran 18
PEDOMAN OBSERVASI
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI
PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG
II. Observasi proses pelayanan antenatal terpadu
No Proses Pelayanan Antenatal
Terpadu
1
Anamnesis
2
Pemeriksaan Fisik
a. Timbang BB dan ukur TB
b. Ukur tekanan darah
c. Ukur Lila
d. Ukur Tinggi Fundus
e. Tekanan DJJ
3
Pemeriksaan penunjang
a. Tes Laboratorium
b. Tata Laksana Kasus
4
Peresepan Obat
a. Skrining status imunisasi
tetanus
b. Pemberian tablet Fe
c. Obat penunjang Ibu
Hamil
5
Penyuluhan kesehatan
6
Tidak lanjut pemeriksaan
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
180
Lampiran 19
IDENTITAS INFORMAN UTAMA
No
1.
Nama Informan
Jenis
Umur
Pendidikan
Kelamin
(tahun)
Terakhir
43
DIII
Bidan
Erna Faulina, Am Perempuan
Pekerjaan
Keb
2.
Sumarni, Am Keb
Perempuan
58
DIII
Bidan
3.
Endang E, Am Keb
Perempuan
34
DIII
Bidan
4.
Asih Lestari
Perempuan
20
SMA
Ibu rumah
tangga
5.
Dwi Rahayu
Perempuan
34
SMA
Ibu rumah
tangga
6.
Sugianti
Perempuan
28
SMK
Ibu rumah
tangga
7.
Dinar Istiana
Perempuan
31
SMA
Ibu rumah
tangga
8.
Emmi Asmirawati
Perempuan
37
SMA
Ibu rumah
tangga
181
Lampiran 20
IDENTITAS INFORMAN TRIANGULASI
No
1.
Nama Informan
Minasari
Jenis
Umur
Pendidikan
Kelamin
(tahun)
Terakhir
44
S1
Perempuan
Pekerjaan
Kepala sie.
Kesehatan Ibu
dan Lansia
Bagian
Kesehatan
Keluarga Kota
Semarang
2.
Tri Susilo Hadi, SKM, Laki-laki
Mkes
51
S2
Kepala
Puskesmas
Bandarharjo
Kota Semarang
182
Lampiran 21
DOKUMENTASI PENELITIAN
Melakukan wawancara dengan Bidan Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Wawancara dengan Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
183
Wawancara dengan Ibu Hamil
Wawancara dengan Ibu Hamil
184
Kondisi Depan Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
Ruang tunggu loket Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
Tempat pengambilan No.antrian loket
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Ruang tunggu saat melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
185
Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
186
Sarana dan prasarana penunjang pelayanan antenatal terpadu di Poli KIA Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang
Kondisi ruang pelayanan di Poli KIA
Puskesmas Bandarharjo
Standar Operasional (SOP) KIA Di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang
187
Sarana dan Prasarana Ruangan Laboratorium di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Sarana dan Prasarana Ruangan Laboratorium di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang
Download