BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab tiga ini akan diuraikan tentang metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian, teknik analisis data, populasi, dan sampel penelitian. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut. 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol, The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Menurut Syamsuddin dan Vismaia Damaianti (2006: 169) penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk melihat kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, dengan memanipulasikan suatu perlakuan, stimulus, atau kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi. Subjek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, yaitu pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran berbicara dengan menggunakan media visual bermuatan budaya lokal. 3.1.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian menggunakan pretest dan posttest di setiap kelompok yang akan diteliti, yaitu dengan memberikan perlakuan pada suatu sampel yang telah diberikan prates sebelumnya. Untuk menguji keberhasilan perlakuan yang diberikan, dilakukan posttest terhadap kelompok tersebut. Desain yang digunakan adalah “The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.” (Fraenkel & Wallen, 2008: 268). Untuk lebih jelasnya rancangan desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut. 36 Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 37 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Eksperimen Treatment Group R O X O Control Group R O C O (Fraenkel & Wallen, 2008: 268). Keterangan: R = Random assignment untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. O = Pengukuran pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. X = Perlakuan pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. C = Perlakuan pembelajaran berbicara dengan menggunakan media visual bermuatan budaya lokal. Langkah-langkah rancangan kelas eksperimen tes awal dan tes akhir sampel ekuivalen adalah sebagai berikut. 1. Memilih sampel secara random (acak); 2. Memberikan tes awal kepada kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O1 dan tes awal kepada kelas kontrol untuk memperoleh hasil O3; 3. Memberikan eksperimen kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol; 4. Memberikan tes akhir kepada kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O2 dan tes akhir kepada kelas kontrol untuk memperoleh hasil O4; 5. Menghitung rata-rata (mean) kelas eksperimen dan kelas kontrol; 6. Menghitung standar deviasi (sd) kelas eksperimen dan kelas kontrol; 7. Menghitung rata-rata (uji t) kelas eksperimen O2 dan kelas kontrol O4; 8. Menentukan dasar taraf signifikan (α), yaitu 5% atau 0,05; 9. Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan dk = n-1 10. Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 38 Dari langkah-langkah di atas dapat digambarkan seperti pada pola penelitian di bawah ini. Gambar 3.2 A O1 X O2 R B O3 C O4 Pola penelitian eksperimen tes awal dan tes akhir sampel ekuivalen yang dimodifikasi Syamsuddin dan Vismaia dalam Rokhman (2011: 91). Keterangan: R = Penentuan atau pemilihan sampel secara random A = Sampel kelas eksperimen dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal B = Sampel kelas kontrol dengan menggunakan media visual bermuatan budaya lokal O1= Tes awal kelas eksperimen O2= Tes akhir kelas eksperimen O3= Tes awal kelas kontrol O4= Tes akhir kelas kontrol X = Pembelajaran dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal C = Pembelajaran dengan menggunakan media visual bermuatan budaya lokal 3.1.2 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut. 1. Melakukan observasi pendahuluan melalui wawancara dengan guru bahasa Indonesia untuk memperoleh informasi tentang (a) pelaksanaan pembelajaran berbicara bahasa Indonesia, (b) hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran berbicara serta cara mengatasinya, dan (c) kajian data sebagai studi literatur; Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 39 2. Menyepakati pelaksanaan pembelajaran dengan guru, yakni pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal pada kelas eksperimen. Di dalam penelitian ini, guru melaksanakan proses pembelajarannya, sedangkan penulis bertindak sebagai observer dan partner guru. Selanjutnya, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan; 3. Merencanakan (planning), yakni menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan yang hendak dicapai sesuai dengan penelitian tersebut, dan desain atau langkah-langkah penelitian; 4. Melakukan uji instrumen, yaitu dengan cara meminta pertimbangan instrumen yang digunakan dikonsultasikan kepada dosen ahli (expert judgement) untuk menimbang intrumen tersebut apakah layak digunakan atau tidak. 5. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; 6. Memperkenalkan media pembelajaran berbicara, yakni multimedia bermuatan budaya lokal dengan memberikan pelatihan atau penjelasan tentang langkahlangkah dan cara penggunaannya kepada guru; 7. Pemberian perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara; 8. Memberikan posttest kepada kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan berbicara setelah diberi perlakuan; 9. Menggunakan uji beda setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas variabel data yang ada untuk menguji apakah perbedaan kemampuan berbicara antara hasil pretest dan posttest signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan saja; 10. Melakukan analisis data dari hasil observasi; dan 11. Menarik simpulan dari hasil penelitian. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 40 Bagan 3.1 Paradigma Penelitian Studi Pendahuluan Kajian Kurikulum Menentukan Media Bermuatan Budaya Lokal Kajian Literatur Menyusun Instrumen Judgement Instrumen Uji Coba Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Tes Awal Tes Awal Pembelajaran Berbicara dengan Menggunakan Media Visual Bermuatan Budaya Lokal Pembelajaran Berbicara dengan Menggunakan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Tes Akhir Tes Akhir Analisis Data Hasil Simpulan Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 41 3.2 Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni variabel bebas (independent variable) diberi simbol (X), dan variabel terikat (dependent variable) diberi simbol (Y). Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah multimedia bermuatan budaya lokal diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berbicara siswa. Hubungan antarvariabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3.3 Hubungan Antarvariabel Penelitian X Y Mutimedia Bermuatan Budaya Lokal Kemampuan Berbicara Siswa 3.3 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal; dan (3) pemberian tes akhir. Berikut ini tahap-tahap yang dimaksud. Pertama, memberikan tes awal (pretest) terhadap subjek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kemampuan berbicara siswa. Kedua, pengukuran awal siswa tentang berbicara. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai kemampuan awal siswa dalam berbicara sebelum diperlakukan dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. Kemampuan awal siswa ini dibandingkan dengan hasil pengukuran akhir setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 42 Ketiga, melaksanakan pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh satu orang guru, yaitu Hj. Maemunah, S.Pd. untuk menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu, Tukiran, S.Pd., Deden Sutrisna, S.Pd., dan penulis masing-masing memberikan penilaian terhadap siswa pada waktu tes untuk setiap pertemuan dan melakukan observasi terhadap kualitas proses belajar mengajar berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. Keempat, memberikan tes akhir (posttest) setelah proses belajar. Kelima, menyebarkan angket kepada siswa dan wawancara dengan guru untuk mengetahui respons siswa dan pendapat guru terhadap penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yakni skala penilaian dan observasi. Skala penilaian digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara, yakni menceritakan pengalaman yang paling mengesankan bertema budaya lokal dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif melalui penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara. Skala penilaian ini berisi kriteria-kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai siswa dalam berbicara. Penilaian yang dilakukan merujuk kepada pendapat Arsjad dan Mukti U.S. dalam Sriwidianingsih (2008: 29) ditinjau dari keefektifan berbicara, yakni meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dan tes berbicara oleh Djiwandono. Arsjad dan Mukti U.S. dalam Sriwidianingsih (2008: 29) menyatakan bahwa keefektifan berbicara dipengaruhi oleh faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Adapun yang dimaksud dengan faktor kebahasaan adalah aspekaspek yang berkaitan dengan masalah bahasa, yang seharusnya dipenuhi pada waktu seseorang menjadi pembicara. Faktor-faktor yang dimaksud, meliputi (1) ketepatan pengucapan/lafal; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi/intonasi; (3) pilihan kata/diksi; dan (4) pemakaian kalimat. Selanjutnya, yang dimaksud dengan faktor nonkebahasaan, yaitu aspek yang menentukan Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 43 keberhasilan seseorang dalam berbicara yang tidak berkaitan dengan masalah bahasa. Faktor-faktor tersebut antara lain (1) sikap yang tenang, wajar, dan tidak kaku; (2) pandangan/penguasaan medan; (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain; (4) gerak-gerik dan mimik; (5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7) relevansi atau penalaran; dan (8) penguasaan topik. Selain itu, menurut Djiwandono (2011: 119) sasaran tes berbicara meliputi (a) relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, (b) kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi, dan (c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pedoman penilaian berbicara pada penelitian ini merupakan pengembangan dari pendapat para ahli tersebut. Aspek-aspek kemampuan berbicara siswa yang dinilai dalam penelitian ini terdiri atas (1) isi, meliputi kesesuaian isi dengan tema, keorisinalan ide, dan penguasaan materi, (2) organisasi, meliputi sistematika, kelogisan, kohesi dan koherensi, (3) bahasa, meliputi pilihan kata atau diksi, kalimat, dan gaya verbal, dan (4) performa, meliputi pelafalan dan intonasi, gerak-gerik dan mimik, sikap, serta penguasaan medan. Selanjutnya, disusunlah pedoman skoring dan deskripsi kriteria penilaian dengan beberapa hal yang disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Adapun pedoman skoring dalam bentuk yang sudah ditetapkan dalam matriks perencanaan, yakni skala penilaian. Skala penilaian dapat dilihat pada tabel. Deskripsi masing-masing komponen berbicara (kemampuan menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif) dalam skala 4. Di dalam penskoran ini digunakan empat kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang dengan dilengkapi bobot masingmasing komponen. Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 44 3.4.1 Tes Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan kemampuan akhir (posttest) siswa dalam kemampuan berbicara setelah proses belajar mengajar berlangsung. Bentuk tes secara lisan, pengukuran ini dilakukan kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur meliputi isi, organisasi, bahasa, dan performa. Berikut ini pedoman penilaian kemampuan berbicara dan kriteria penilaiannya. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 45 Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara Skala Nilai Aspek yang Dinilai Bobot Skor 1 2 3 4 A. Isi 1) kesesuaian isi dengan tema 3 2) keorisinalan ide 2 3) penguasaan materi 2 B. Organisasi 1) sistematika 2 2) kelogisan 2 3) kohesi dan koherensi 1 C. Bahasa 1) pilihan kata/diksi 3 2) kalimat 3 3) gaya verbal 1 D. Performa 1) pelafalan dan intonasi 2 2) gerak-gerik dan mimik 2 3) sikap 1 4) penguasaan medan 1 Skor Maksimal 25 Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup baik, 3 = baik, 4 = sangat baik Nilai akhir = Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 46 Perbedaan pembobotan pada tiap subaspek dari keempat aspek tersebut menunjukkan bahwa subaspek yang memiliki bobot tinggi dibandingkan sub aspek lainnya adalah dititikberatkan berdasarkan kompetensi dasarnya, yakni menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Oleh karena itu, subaspek pilihan kata dan kalimat memiliki bobot tinggi. Demikian juga pada subaspek kesesuaian isi dengan tema memiliki bobot tinggi karena pengalaman yang diceritakan dikehendaki sesuai dengan temanya, yakni budaya lokal. Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Aspek (1) Isi Subaspek (2) 1) kesesuaian isi dengan tema 2) keorisinalan ide 3) penguasaan materi Skor dan Kriteria (3) 4 = Isi cerita menunjukkan empat kriteria, yakni sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun, sesuai topik, gagasan/ide yang dikemukakan sesuai topik, dan mengandung wujud/unsur budaya lokal. 3 = Isi cerita menunjukkan tiga kriteria. 2 = Isi cerita menunjukkan dua kriteria. 1 = Isi cerita menunjukkan satu kriteria. 4 = Pengalaman yang diceritakan menunjukkan empat kriteria, yakni berbeda dengan teman, faktual, aktual, dan kreatif. 3 = Isi cerita menunjukkan tiga kriteria. 2 = Isi cerita menunjukkan dua kriteria. 1 = Isi cerita menunjukkan satu kriteria. 4 = Cerita yang disampaikan pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni disampaikan dengan lancar, sistematis, berdasarkan pengalaman, dan mencerminkan pemahaman terhadap budaya lokal. 3 = Isi cerita menunjukkan tiga kriteria. 2 = Isi cerita menunjukkan dua kriteria. 1 = Isi cerita menunjukkan satu kriteria. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 47 (1) Organisasi (2) 1) sistematika 2) kelogisan 3) kohesi dan koherensi (3) 4 = Cerita yang disampaikan menunjukkan empat kriteria, yakni sistematis, terdapat pendahuluan, isi, dan penutup. 3 = Cerita yang disampaikan menunjukkan tiga kriteria. 2 = Cerita yang disampaikan menunjukkan dua kriteria. 1 = Cerita yang disampaikan menunjukkan satu kriteria. 4 = Cerita pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni dapat diterima nalar, relevan, faktual, dan aktual. 3 = Cerita pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Cerita pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Cerita pembicara menunjukkan satu kriteria. 4 = Cerita pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni penggunaan konjungsi tepat, utuh, padu, dan sistematis. 3 = Cerita pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Cerita pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Cerita pembicara menunjukkan satu kriteria. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 48 (1) Bahasa (2) 1) pilihan kata/diksi 2) kalimat 3) gaya verbal (3) 4 = Pilihan kata/diksi pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni tepat, jelas, bervariasi, dan konkret. 3 = Pilihan kata/diksi pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Pilihan kata/diksi pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Pilihan kata/diksi pembicara menunjukkan satu kriteria. 4 = Kalimat pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni keutuhan, perpautan, kehematan, dan hubungan yang logis. 3 = Kalimat pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Kalimat pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Kalimat pembicara menunjukkan satu kriteria. 4 = Gaya verbal pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni percaya diri, tegas, lugas, dan tanpa banyak basabasi. 3 = Pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Pembicara menunjukkan satu kriteria. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49 (1) Performa (2) 1) pelafalan dan intonasi 2) gerak-gerik dan mimik 3) sikap 4) penguasaan medan (3) 4 = Pelafalan dan intonasi pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni jelas, tepat, tinggi-rendah nada tepat, dan keras-lemah suara pun tepat. 3 = Pelafalan dan intonasi pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Pelafalan dan intonasi pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Pelafalan dan intonasi pembicara menunjukkan satu kriteria. 4 = Gerak-gerik dan mimik pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni mendukung cerita, sesuai, wajar, dan ekspresif. 3 = Gerak-gerik dan mimik pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Gerak-gerik dan mimik pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Gerak-gerik dan mimik pembicara menunjukkan satu kriteria. 4 = Sikap pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni wajar, tenang, tidak kaku, dan tidak gugup. 3 = Sikap pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Sikap pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Sikap pembicara menunjukkan satu kriteria. 4 = Pembicara menunjukkan empat kriteria, yakni pandangan tidak menunduk/tertuju pada satu arah, pandangan menyebar, menarik perhatian, dan menguasai situasi. 3 = Pembicara menunjukkan tiga kriteria. 2 = Pembicara menunjukkan dua kriteria. 1 = Pembicara menunjukkan satu kriteria. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50 Format Penilaian Kemampuan Berbicara Tema Waktu Pengajar Kelas Evaluator Nomor Subjek (1) 1 2 3 4 5 1 (2) : Budaya Lokal Cirebon : 2 x 40 menit (1 x pertemuan) : Ibu Hj. Memunah, S.Pd. : VII : Bapak Tukiran, S.Pd. Bapak Deden Sutrisna, S.Pd. Marfuah, S.Pd. Tabel 3.3 Isi 2 (3) 3 (4) Aspek yang Dinilai Organisasi Bahasa 1 2 3 1 2 3 (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 (11) Performa 2 3 (12) (13) Nilai 4 (14) (15) Jumlah Rata-rata Keterangan: Isi 1 = kesesuaian isi dengan tema (bobot = 3) 2 = keorisinalan ide (bobot = 2) 3 = penguasaan materi (bobot = 2) Organisasi 1 = sistematika (bobot = 2) 2 = kelogisan (bobot = 2) 3 = kohesi dan koherensi (bobot = 1) Bahasa 1 = pilihan kata/diksi (bobot = 3) 2 = kalimat (bobot = 3) 3 = gaya verbal (bobot = 1) Performa 1 = pelafalan dan intonasi (bobot = 2) 2 = gerak-gerik dan mimik (bobot = 2) 3 = sikap (bobot = 1) 4 = penguasaan medan (bobot = 1) Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51 Tabel 3.4 Contoh Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat Interval Persentase Tingkat Penguasaan 86 – 100 76 – 85 56 – 75 10 – 55 Nilai Ubahan Skala Empat 1–4 Keterangan D–A 4 A 3 B 2 C 1 D Sumber: Nurgiyantoro (2012: 253) Baik Sekali Baik Cukup Kurang 3.4.2 Observasi Observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berbicara, yakni menceritakan pengalaman yang paling mengesankan bertema budaya lokal dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Pengamatan dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran dengan memberikan tanda cek list (√) pada kolom yang sesuai dengan butir pernyataan di lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dengan saksama selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh tiga orang, yakni Tukiran, S.Pd., seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 15 Cirebon, Deden Sutrisna, S.Pd., seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK Kartika Cirebon, dan penulis, yang selanjutnya disebut observer. Adapun yang berperan sebagai guru pelaksana pembelajaran, yakni guru mata pelajaran bahasa Indonesia lainnya yang bernama Hj. Maemunah, S.Pd. Aspek-aspek yang perlu diamati baik terhadap guru maupun siswa adalah sebagai berikut. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52 a. Aktivitas Guru 1) kemampuan membuka pelajaran, meliputi menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi siswa, melakukan apersepsi, dan menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran; 2) performa guru dalam pembelajaran, meliputi penampilan, kejelasan suara, dan ekspresi serta gerak-gerik anggota tubuh; 3) penguasaan bahan pembelajaran, meliputi relevansi dengan tujuan pembelajaran, pengaitan dengan pengalaman siswa, dan menunjukkan kedalaman pokok bahasan; 4) proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal, meliputi relevansi penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dengan tujuan pembelajaran, keterampilan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal, kejelasan dalam menerangkan/memberi contoh dan instruksi, menggali pengetahuan dan pengalaman siswa berkaitan dengan budaya lokal, memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih budaya lokal yang berkaitan dengan pengalaman pribadinya yang paling mengesankan dari multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan untuk dijadikan sebagai materi bercerita, dan efisiensi dalam penggunaan waktu; 5) penerapan strategi, meliputi membantu siswa yang mengalami kesulitan, memotivasi dan mendorong siswa untuk berpikir dan berbicara, melatih siswa dalam berbicara, dan kesesuaian pelaksanaan dengan rencana pembelajaran. 6) kemampuan menilai proses dan hasil belajar siswa, meliputi relevansi pertanyaan-pertanyaan lisan dengan tujuan pembelajaran dan relevansi penilaian dengan yang telah direncanakan; dan 7) kemampuan dalam mengakhiri proses pembelajaran, meliputi peninjauan kembali materi pelajaran secara menyeluruh, melakukan penilaian akhir pembelajaran (posttest), dan penyampaian informasi tentang pelajaran selanjutnya. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 53 b. Aktivitas Siswa 1) interaksi dengan guru selama proses pembelajaran, meliputi menghormati dan menghargai guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru dengan saksama, dan melaksanakan instruksi/perintah guru; 2) interaksi antarsesama siswa selama proses pembelajaran, meliputi menghargai pendapat teman dan berinteraksi dengan teman secara baik; 3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal, meliputi memperhatikan multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan guru, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan/menjawab pertanyaan yang diberikan guru berkaitan dengan multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan, memilih budaya lokal yang berkaitan dengan pengalaman pribadinya yang paling mengesankan dari multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan untuk dijadikan sebagai materi bercerita, mengidentifikasi dan menyusun pokok-pokok pengalaman pribadinya berkaitan dengan budaya lokal, menceritakan pengalaman pribadinya yang paling mengesankan berkaitan dengan budaya lokal, dan memberi penilaian berupa komentar, tanggapan, dan sebagainya terhadap penampilan siswa lain; dan 4) motivasi dan keantusiasan siswa dalam belajar, meliputi semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, menunjukkan rasa senang dan kegembiraan dalam belajar, tertib dan tidak ribut selama kegiatan pembelajaran, dan efisiensi dalam penggunaan waktu. 3.4.3 Wawancara Wawancara dilakukan terhadap guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara untuk mengetahui pendapatnya terhadap mutimedia yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbicara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi, penggunaan media atau model seperti apa yang biasa digunakan dalam pembelajaran berbicara, tanggapan terhadap penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal yang diterapkan dalam pembelajaran Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54 berbicara, penilaian terhadap penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal, baik positif maupun negatif dalam pembelajaran berbicara, dan kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal pada pembelajaran berbicara. 3.4.4 Angket Angket digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara. Adapun butirbutir pernyataan di dalam angket, yakni sebagai berikut. 1. Saya senang belajar berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. 2. Multimedia bermuatan budaya lokal yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran berbicara sangat menarik. 3. Belajar dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal menumbuhkan motivasi saya dalam berbicara. 4. Pembelajaran dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal membantu saya dalam berbicara. 5. Kemampuan berbicara saya meningkat setelah menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. 3.5 Uji Instrumen Penelitian Agar instrumen yang digunakan memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka instrumen yang digunakan dikonsultasikan kepada dosen ahli (expert judgement) untuk menimbang intrumen tersebut apakah layak digunakan atau tidak. Expert judgment dalam penelitian ini adalah Dr. Sumiyadi, M.Hum., Dr. Isah Cahyani, M.Pd., dan Dr. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. Berdasarkan hasil konsultasi dengan para dosen ahli tersebut, instrumen dinyatakan dapat digunakan dalam penelitian. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 55 3.6 Teknik Analisis Data Data pembelajaran berbicara dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan bertema budaya lokal dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif dianalisis dengan melihat perbedaan antara penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dengan penggunaan media visual bermuatan budaya lokal melalui langkah-langkah sebagai berikut. 1. Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi skor; 2. Menghitung nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan 3. Menganalisis hasil pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan statistik inferensial dengan rumus uji t, yakni dengan perhitungan statistik SPSS 20.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Perhitungan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) skor tes prestasi belajar pada pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol; b. Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t; dan c. Perhitungan uji t dilakukan menggunakan program SPSS 20.0 3.7 Populasi dan Sampel Penelitian 3.7.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15 Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013, yakni sebanyak 554 siswa dari delapan kelas. 3.7.2 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 siswa. Jumlah ini dibagi ke dalam dua kelompok, yakni sebanyak 35 siswa di kelas eksperimen dan 35 siswa lainnya di kelas kontrol. Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu