36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab tiga ini akan diuraikan tentang metode penelitian, variabel
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji instrumen
penelitian, teknik analisis data, populasi, dan sampel penelitian. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut.
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan
kelompok kontrol, The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.
Menurut
Syamsuddin
dan
Vismaia
Damaianti
(2006:
169)
penelitian
eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk melihat
kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, dengan memanipulasikan suatu
perlakuan, stimulus, atau kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh
atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi. Subjek penelitian dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun
kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, yaitu pembelajaran berbicara
dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal, sedangkan kelompok
kontrol mendapatkan pembelajaran berbicara dengan menggunakan media visual
bermuatan budaya lokal.
3.1.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan pretest dan posttest di setiap
kelompok yang akan diteliti, yaitu dengan memberikan perlakuan pada suatu
sampel yang telah diberikan prates sebelumnya. Untuk menguji keberhasilan
perlakuan yang diberikan, dilakukan posttest terhadap kelompok tersebut. Desain
yang digunakan adalah “The Randomized Pretest-Posttest Control Group
Design.” (Fraenkel & Wallen, 2008: 268). Untuk lebih jelasnya rancangan desain
penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
36
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian Eksperimen
Treatment Group
R
O
X
O
Control Group
R
O
C
O
(Fraenkel & Wallen, 2008: 268).
Keterangan:
R
= Random assignment untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
O
= Pengukuran pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
X
= Perlakuan pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia
bermuatan budaya lokal.
C
= Perlakuan pembelajaran berbicara dengan menggunakan media visual
bermuatan budaya lokal.
Langkah-langkah rancangan kelas eksperimen tes awal dan tes akhir
sampel ekuivalen adalah sebagai berikut.
1. Memilih sampel secara random (acak);
2. Memberikan tes awal kepada kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O1
dan tes awal kepada kelas kontrol untuk memperoleh hasil O3;
3. Memberikan eksperimen kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol;
4. Memberikan tes akhir kepada kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O2
dan tes akhir kepada kelas kontrol untuk memperoleh hasil O4;
5. Menghitung rata-rata (mean) kelas eksperimen dan kelas kontrol;
6. Menghitung standar deviasi (sd) kelas eksperimen dan kelas kontrol;
7. Menghitung rata-rata (uji t) kelas eksperimen O2 dan kelas kontrol O4;
8. Menentukan dasar taraf signifikan (α), yaitu 5% atau 0,05;
9. Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan dk = n-1
10. Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
Dari langkah-langkah di atas dapat digambarkan seperti pada pola
penelitian di bawah ini.
Gambar 3.2
A
O1
X
O2
R
B
O3
C
O4
Pola penelitian eksperimen tes awal dan tes akhir sampel ekuivalen yang
dimodifikasi Syamsuddin dan Vismaia dalam Rokhman (2011: 91).
Keterangan:
R = Penentuan atau pemilihan sampel secara random
A = Sampel kelas eksperimen dengan menggunakan multimedia bermuatan
budaya lokal
B = Sampel kelas kontrol dengan menggunakan media visual bermuatan budaya
lokal
O1= Tes awal kelas eksperimen
O2= Tes akhir kelas eksperimen
O3= Tes awal kelas kontrol
O4= Tes akhir kelas kontrol
X = Pembelajaran dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal
C = Pembelajaran dengan menggunakan media visual bermuatan budaya lokal
3.1.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan observasi pendahuluan melalui wawancara dengan guru bahasa
Indonesia untuk memperoleh informasi tentang (a) pelaksanaan pembelajaran
berbicara bahasa Indonesia, (b) hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
pembelajaran berbicara serta cara mengatasinya, dan (c) kajian data sebagai
studi literatur;
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
2. Menyepakati pelaksanaan pembelajaran dengan guru, yakni pelaksanaan
pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya
lokal pada kelas eksperimen. Di dalam penelitian ini, guru melaksanakan
proses pembelajarannya, sedangkan penulis bertindak sebagai observer dan
partner guru. Selanjutnya, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan;
3. Merencanakan (planning), yakni menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,
rumusan yang hendak dicapai sesuai dengan penelitian tersebut, dan desain
atau langkah-langkah penelitian;
4. Melakukan uji instrumen, yaitu dengan cara meminta pertimbangan instrumen
yang digunakan dikonsultasikan kepada dosen ahli (expert judgement) untuk
menimbang intrumen tersebut apakah layak digunakan atau tidak.
5. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;
6. Memperkenalkan media pembelajaran berbicara, yakni multimedia bermuatan
budaya lokal dengan memberikan pelatihan atau penjelasan tentang langkahlangkah dan cara penggunaannya kepada guru;
7. Pemberian
perlakuan
(treatment)
kepada
kelas
eksperimen
dengan
menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran
berbicara;
8. Memberikan posttest kepada kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan
berbicara setelah diberi perlakuan;
9. Menggunakan uji beda setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas dan
homogenitas variabel data yang ada untuk menguji apakah perbedaan
kemampuan berbicara antara hasil pretest dan posttest signifikan atau hanya
terjadi secara kebetulan saja;
10. Melakukan analisis data dari hasil observasi; dan
11. Menarik simpulan dari hasil penelitian.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
Bagan 3.1
Paradigma Penelitian
Studi Pendahuluan
Kajian Kurikulum
Menentukan Media
Bermuatan Budaya Lokal
Kajian Literatur
Menyusun Instrumen
Judgement Instrumen
Uji Coba
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Tes Awal
Tes Awal
Pembelajaran
Berbicara dengan
Menggunakan
Media Visual
Bermuatan Budaya
Lokal
Pembelajaran
Berbicara dengan
Menggunakan
Multimedia
Bermuatan Budaya
Lokal
Tes Akhir
Tes Akhir
Analisis Data
Hasil
Simpulan
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
3.2 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yakni variabel bebas
(independent variable) diberi simbol (X), dan variabel terikat (dependent
variable) diberi simbol (Y). Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah
multimedia bermuatan budaya lokal diberikan kepada kelompok eksperimen,
sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berbicara siswa. Hubungan
antarvariabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.3
Hubungan Antarvariabel Penelitian
X
Y
Mutimedia Bermuatan
Budaya Lokal
Kemampuan Berbicara
Siswa
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang
berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang
sesuai
dengan
tujuan
penelitian.
Teknik
pengumpulan
data
penelitian
dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan
pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya
lokal; dan (3) pemberian tes akhir. Berikut ini tahap-tahap yang dimaksud.
Pertama, memberikan tes awal (pretest) terhadap subjek penelitian
dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kemampuan berbicara siswa.
Kedua, pengukuran awal siswa tentang berbicara. Hasil pengukuran ini
digunakan sebagai kemampuan awal siswa dalam berbicara sebelum diperlakukan
dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal. Kemampuan awal
siswa ini dibandingkan dengan hasil pengukuran akhir setelah proses belajar
mengajar dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
Ketiga, melaksanakan pembelajaran berbicara dengan menggunakan
multimedia bermuatan budaya lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh satu orang guru,
yaitu Hj. Maemunah, S.Pd. untuk menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu,
Tukiran, S.Pd., Deden Sutrisna, S.Pd., dan penulis masing-masing memberikan
penilaian terhadap siswa pada waktu tes untuk setiap pertemuan dan melakukan
observasi
terhadap
kualitas
proses
belajar
mengajar
berbicara
dengan
menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal.
Keempat, memberikan tes akhir (posttest) setelah proses belajar.
Kelima, menyebarkan angket kepada siswa dan wawancara dengan guru
untuk mengetahui respons siswa dan pendapat guru terhadap penggunaan
multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua macam,
yakni skala penilaian dan observasi. Skala penilaian digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam berbicara, yakni menceritakan pengalaman yang paling
mengesankan bertema budaya lokal dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif melalui penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dalam
pembelajaran berbicara. Skala penilaian ini berisi kriteria-kriteria untuk
menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai siswa dalam berbicara.
Penilaian yang dilakukan merujuk kepada pendapat Arsjad dan Mukti
U.S. dalam Sriwidianingsih (2008: 29) ditinjau dari keefektifan berbicara, yakni
meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dan tes berbicara oleh
Djiwandono. Arsjad dan Mukti U.S. dalam Sriwidianingsih (2008: 29)
menyatakan bahwa keefektifan berbicara dipengaruhi oleh faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan. Adapun yang dimaksud dengan faktor kebahasaan adalah aspekaspek yang berkaitan dengan masalah bahasa, yang seharusnya dipenuhi pada
waktu seseorang menjadi pembicara. Faktor-faktor yang dimaksud, meliputi (1)
ketepatan pengucapan/lafal; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan
durasi/intonasi; (3) pilihan kata/diksi; dan (4) pemakaian kalimat. Selanjutnya,
yang dimaksud dengan faktor nonkebahasaan, yaitu aspek yang menentukan
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
keberhasilan seseorang dalam berbicara yang tidak berkaitan dengan masalah
bahasa. Faktor-faktor tersebut antara lain (1) sikap yang tenang, wajar, dan tidak
kaku; (2) pandangan/penguasaan medan; (3) kesediaan menghargai pendapat
orang lain; (4) gerak-gerik dan mimik; (5) kenyaringan suara; (6) kelancaran; (7)
relevansi atau penalaran; dan (8) penguasaan topik. Selain itu, menurut
Djiwandono (2011: 119) sasaran tes berbicara meliputi (a) relevansi dan kejelasan
isi pesan, masalah, atau topik, (b) kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi,
dan (c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan
wacana, keadaan nyata termasuk pendengar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pedoman penilaian
berbicara pada penelitian ini merupakan pengembangan dari pendapat para ahli
tersebut. Aspek-aspek kemampuan berbicara siswa yang dinilai dalam penelitian
ini terdiri atas (1) isi, meliputi kesesuaian isi dengan tema, keorisinalan ide, dan
penguasaan materi, (2) organisasi, meliputi sistematika, kelogisan, kohesi dan
koherensi, (3) bahasa, meliputi pilihan kata atau diksi, kalimat, dan gaya verbal,
dan (4) performa, meliputi pelafalan dan intonasi, gerak-gerik dan mimik, sikap,
serta penguasaan medan.
Selanjutnya, disusunlah pedoman skoring dan deskripsi kriteria penilaian
dengan beberapa hal yang disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Adapun
pedoman skoring dalam bentuk yang sudah ditetapkan dalam matriks
perencanaan, yakni skala penilaian. Skala penilaian dapat dilihat pada tabel.
Deskripsi masing-masing komponen berbicara (kemampuan menceritakan
pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif) dalam skala 4. Di dalam penskoran ini digunakan empat kategori,
yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang dengan dilengkapi bobot masingmasing komponen. Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini,
maka instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
3.4.1 Tes
Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan
kemampuan akhir (posttest) siswa dalam kemampuan berbicara setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Bentuk tes secara lisan, pengukuran ini dilakukan
kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur meliputi isi, organisasi, bahasa, dan
performa. Berikut ini pedoman penilaian kemampuan berbicara dan kriteria
penilaiannya.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
Tabel 3.1
Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara
Skala Nilai
Aspek yang Dinilai
Bobot
Skor
1
2
3
4
A. Isi
1) kesesuaian isi dengan
tema
3
2) keorisinalan ide
2
3) penguasaan materi
2
B. Organisasi
1) sistematika
2
2) kelogisan
2
3) kohesi dan koherensi
1
C. Bahasa
1) pilihan kata/diksi
3
2) kalimat
3
3) gaya verbal
1
D. Performa
1) pelafalan dan intonasi
2
2) gerak-gerik dan mimik
2
3) sikap
1
4) penguasaan medan
1
Skor Maksimal
25
Keterangan:
1 = kurang, 2 = cukup baik, 3 = baik, 4 = sangat baik
Nilai akhir =
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
Perbedaan pembobotan pada tiap subaspek dari keempat aspek tersebut
menunjukkan bahwa subaspek yang memiliki bobot tinggi dibandingkan sub
aspek lainnya adalah dititikberatkan berdasarkan kompetensi dasarnya, yakni
menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan
pilihan kata dan kalimat efektif. Oleh karena itu, subaspek pilihan kata dan
kalimat memiliki bobot tinggi. Demikian juga pada subaspek kesesuaian isi
dengan tema memiliki bobot tinggi karena pengalaman yang diceritakan
dikehendaki sesuai dengan temanya, yakni budaya lokal.
Tabel 3.2
Rubrik Penilaian
Aspek
(1)
Isi
Subaspek
(2)
1) kesesuaian isi
dengan tema
2) keorisinalan ide
3) penguasaan
materi
Skor dan Kriteria
(3)
4 = Isi cerita menunjukkan empat kriteria,
yakni sesuai dengan pokok-pokok
cerita yang disusun, sesuai topik,
gagasan/ide yang dikemukakan sesuai
topik, dan mengandung wujud/unsur
budaya lokal.
3 = Isi cerita menunjukkan tiga kriteria.
2 = Isi cerita menunjukkan dua kriteria.
1 = Isi cerita menunjukkan satu kriteria.
4 = Pengalaman yang diceritakan
menunjukkan empat kriteria, yakni
berbeda dengan teman, faktual, aktual,
dan kreatif.
3 = Isi cerita menunjukkan tiga kriteria.
2 = Isi cerita menunjukkan dua kriteria.
1 = Isi cerita menunjukkan satu kriteria.
4 = Cerita yang disampaikan pembicara
menunjukkan empat kriteria, yakni
disampaikan dengan lancar,
sistematis, berdasarkan pengalaman,
dan mencerminkan pemahaman
terhadap budaya lokal.
3 = Isi cerita menunjukkan tiga kriteria.
2 = Isi cerita menunjukkan dua kriteria.
1 = Isi cerita menunjukkan satu kriteria.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
(1)
Organisasi
(2)
1) sistematika
2) kelogisan
3) kohesi dan
koherensi
(3)
4 = Cerita yang disampaikan
menunjukkan empat kriteria, yakni
sistematis, terdapat pendahuluan, isi,
dan penutup.
3 = Cerita yang disampaikan
menunjukkan tiga kriteria.
2 = Cerita yang disampaikan
menunjukkan dua kriteria.
1 = Cerita yang disampaikan
menunjukkan satu kriteria.
4 = Cerita pembicara menunjukkan empat
kriteria, yakni dapat diterima nalar,
relevan, faktual, dan aktual.
3 = Cerita pembicara menunjukkan tiga
kriteria.
2 = Cerita pembicara menunjukkan dua
kriteria.
1 = Cerita pembicara menunjukkan satu
kriteria.
4 = Cerita pembicara menunjukkan empat
kriteria, yakni penggunaan konjungsi
tepat, utuh, padu, dan sistematis.
3 = Cerita pembicara menunjukkan tiga
kriteria.
2 = Cerita pembicara menunjukkan dua
kriteria.
1 = Cerita pembicara menunjukkan satu
kriteria.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
(1)
Bahasa
(2)
1) pilihan kata/diksi
2) kalimat
3) gaya verbal
(3)
4 = Pilihan kata/diksi pembicara
menunjukkan empat kriteria, yakni
tepat, jelas, bervariasi, dan konkret.
3 = Pilihan kata/diksi pembicara
menunjukkan tiga kriteria.
2 = Pilihan kata/diksi pembicara
menunjukkan dua kriteria.
1 = Pilihan kata/diksi pembicara
menunjukkan satu kriteria.
4 = Kalimat pembicara menunjukkan
empat kriteria, yakni keutuhan,
perpautan, kehematan, dan hubungan
yang logis.
3 = Kalimat pembicara menunjukkan tiga
kriteria.
2 = Kalimat pembicara menunjukkan dua
kriteria.
1 = Kalimat pembicara menunjukkan satu
kriteria.
4 = Gaya verbal pembicara menunjukkan
empat kriteria, yakni percaya diri,
tegas, lugas, dan tanpa banyak basabasi.
3 = Pembicara menunjukkan tiga kriteria.
2 = Pembicara menunjukkan dua kriteria.
1 = Pembicara menunjukkan satu kriteria.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
(1)
Performa
(2)
1) pelafalan dan
intonasi
2) gerak-gerik dan
mimik
3) sikap
4) penguasaan
medan
(3)
4 = Pelafalan dan intonasi pembicara
menunjukkan empat kriteria, yakni
jelas, tepat, tinggi-rendah nada tepat,
dan keras-lemah suara pun tepat.
3 = Pelafalan dan intonasi pembicara
menunjukkan tiga kriteria.
2 = Pelafalan dan intonasi pembicara
menunjukkan dua kriteria.
1 = Pelafalan dan intonasi pembicara
menunjukkan satu kriteria.
4 = Gerak-gerik dan mimik pembicara
menunjukkan empat kriteria, yakni
mendukung cerita, sesuai, wajar, dan
ekspresif.
3 = Gerak-gerik dan mimik pembicara
menunjukkan tiga kriteria.
2 = Gerak-gerik dan mimik pembicara
menunjukkan dua kriteria.
1 = Gerak-gerik dan mimik pembicara
menunjukkan satu kriteria.
4 = Sikap pembicara menunjukkan empat
kriteria, yakni wajar, tenang, tidak
kaku, dan tidak gugup.
3 = Sikap pembicara menunjukkan tiga
kriteria.
2 = Sikap pembicara menunjukkan dua
kriteria.
1 = Sikap pembicara menunjukkan satu
kriteria.
4 = Pembicara menunjukkan empat
kriteria, yakni pandangan tidak
menunduk/tertuju pada satu arah,
pandangan menyebar, menarik
perhatian, dan menguasai situasi.
3 = Pembicara menunjukkan tiga kriteria.
2 = Pembicara menunjukkan dua kriteria.
1 = Pembicara menunjukkan satu kriteria.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
Format Penilaian Kemampuan Berbicara
Tema
Waktu
Pengajar
Kelas
Evaluator
Nomor
Subjek
(1)
1
2
3
4
5
1
(2)
: Budaya Lokal Cirebon
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
: Ibu Hj. Memunah, S.Pd.
: VII
: Bapak Tukiran, S.Pd.
Bapak Deden Sutrisna, S.Pd.
Marfuah, S.Pd.
Tabel 3.3
Isi
2
(3)
3
(4)
Aspek yang Dinilai
Organisasi
Bahasa
1
2
3
1
2
3
(5) (6) (7) (8) (9) (10)
1
(11)
Performa
2
3
(12) (13)
Nilai
4
(14)
(15)
Jumlah
Rata-rata
Keterangan:
Isi
1 = kesesuaian isi
dengan tema
(bobot = 3)
2 = keorisinalan ide
(bobot = 2)
3 = penguasaan
materi
(bobot = 2)
Organisasi
1 = sistematika
(bobot = 2)
2 = kelogisan
(bobot = 2)
3 = kohesi dan
koherensi
(bobot = 1)
Bahasa
1 = pilihan
kata/diksi
(bobot = 3)
2 = kalimat
(bobot = 3)
3 = gaya verbal
(bobot = 1)
Performa
1 = pelafalan dan
intonasi
(bobot = 2)
2 = gerak-gerik dan
mimik
(bobot = 2)
3 = sikap (bobot = 1)
4 = penguasaan
medan
(bobot = 1)
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
Tabel 3.4
Contoh Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase
untuk Skala Empat
Interval Persentase
Tingkat Penguasaan
86 – 100
76 – 85
56 – 75
10 – 55
Nilai Ubahan Skala Empat
1–4
Keterangan
D–A
4
A
3
B
2
C
1
D
Sumber: Nurgiyantoro (2012: 253)
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
3.4.2 Observasi
Observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama
kegiatan pembelajaran berbicara, yakni menceritakan pengalaman yang paling
mengesankan bertema budaya lokal dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif. Pengamatan dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran
dengan memberikan tanda cek list (√) pada kolom yang sesuai dengan butir
pernyataan di lembar observasi.
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dengan
saksama selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh tiga orang, yakni
Tukiran, S.Pd., seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 15
Cirebon, Deden Sutrisna, S.Pd., seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMK Kartika Cirebon, dan penulis, yang selanjutnya disebut observer. Adapun
yang berperan sebagai guru pelaksana pembelajaran, yakni guru mata pelajaran
bahasa Indonesia lainnya yang bernama Hj. Maemunah, S.Pd. Aspek-aspek yang
perlu diamati baik terhadap guru maupun siswa adalah sebagai berikut.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
a. Aktivitas Guru
1) kemampuan
membuka
pelajaran,
meliputi
menarik
perhatian
siswa,
menumbuhkan motivasi siswa, melakukan apersepsi, dan menjelaskan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran;
2) performa guru dalam pembelajaran, meliputi penampilan, kejelasan suara, dan
ekspresi serta gerak-gerik anggota tubuh;
3) penguasaan
bahan
pembelajaran,
meliputi
relevansi
dengan
tujuan
pembelajaran, pengaitan dengan pengalaman siswa, dan menunjukkan
kedalaman pokok bahasan;
4) proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan
budaya lokal, meliputi relevansi penggunaan multimedia bermuatan budaya
lokal dengan tujuan pembelajaran, keterampilan menggunakan multimedia
bermuatan budaya lokal, kejelasan dalam menerangkan/memberi contoh dan
instruksi, menggali pengetahuan dan pengalaman siswa berkaitan dengan
budaya lokal, memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih budaya lokal
yang berkaitan dengan pengalaman pribadinya yang paling mengesankan dari
multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan untuk dijadikan sebagai
materi bercerita, dan efisiensi dalam penggunaan waktu;
5) penerapan strategi, meliputi membantu siswa yang mengalami kesulitan,
memotivasi dan mendorong siswa untuk berpikir dan berbicara, melatih siswa
dalam berbicara, dan kesesuaian pelaksanaan dengan rencana pembelajaran.
6) kemampuan menilai proses dan hasil belajar siswa, meliputi relevansi
pertanyaan-pertanyaan lisan dengan tujuan pembelajaran dan relevansi
penilaian dengan yang telah direncanakan; dan
7) kemampuan dalam mengakhiri proses pembelajaran, meliputi peninjauan
kembali materi pelajaran secara menyeluruh, melakukan penilaian akhir
pembelajaran (posttest), dan penyampaian informasi tentang pelajaran
selanjutnya.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
b. Aktivitas Siswa
1) interaksi dengan guru selama proses pembelajaran, meliputi menghormati dan
menghargai guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru dengan
saksama, dan melaksanakan instruksi/perintah guru;
2) interaksi antarsesama siswa selama proses pembelajaran, meliputi menghargai
pendapat teman dan berinteraksi dengan teman secara baik;
3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan
multimedia bermuatan budaya lokal, meliputi memperhatikan multimedia
bermuatan budaya lokal yang ditayangkan guru, mengemukakan pendapat,
mengajukan pertanyaan/menjawab pertanyaan yang diberikan guru berkaitan
dengan multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan, memilih budaya
lokal yang berkaitan dengan pengalaman pribadinya yang paling mengesankan
dari multimedia bermuatan budaya lokal yang ditayangkan untuk dijadikan
sebagai materi bercerita, mengidentifikasi dan menyusun pokok-pokok
pengalaman pribadinya berkaitan dengan budaya lokal, menceritakan
pengalaman pribadinya yang paling mengesankan berkaitan dengan budaya
lokal, dan memberi penilaian berupa komentar, tanggapan, dan sebagainya
terhadap penampilan siswa lain; dan
4) motivasi dan keantusiasan siswa dalam belajar, meliputi semangat dan antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, menunjukkan rasa senang dan
kegembiraan dalam belajar, tertib dan tidak ribut selama kegiatan
pembelajaran, dan efisiensi dalam penggunaan waktu.
3.4.3 Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru yang melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran
berbicara untuk mengetahui pendapatnya terhadap mutimedia yang digunakan
selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbicara. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan meliputi, penggunaan media atau model seperti apa yang biasa
digunakan dalam pembelajaran berbicara, tanggapan terhadap penggunaan
multimedia bermuatan budaya lokal yang diterapkan dalam pembelajaran
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
berbicara, penilaian terhadap penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal,
baik positif maupun negatif dalam pembelajaran berbicara, dan kesulitan yang
dihadapi dalam penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal pada
pembelajaran berbicara.
3.4.4 Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap penggunaan
multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara. Adapun butirbutir pernyataan di dalam angket, yakni sebagai berikut.
1. Saya senang belajar berbicara dengan menggunakan multimedia bermuatan
budaya lokal.
2. Multimedia bermuatan budaya lokal yang digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran berbicara sangat menarik.
3. Belajar
dengan
menggunakan
multimedia
bermuatan
budaya
lokal
menumbuhkan motivasi saya dalam berbicara.
4. Pembelajaran dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal
membantu saya dalam berbicara.
5. Kemampuan berbicara saya meningkat setelah menggunakan multimedia
bermuatan budaya lokal.
3.5 Uji Instrumen Penelitian
Agar instrumen yang digunakan memenuhi validitas dan reliabilitasnya,
maka instrumen yang digunakan dikonsultasikan kepada dosen ahli (expert
judgement) untuk menimbang intrumen tersebut apakah layak digunakan atau
tidak. Expert judgment dalam penelitian ini adalah Dr. Sumiyadi, M.Hum., Dr.
Isah Cahyani, M.Pd., dan Dr. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. Berdasarkan hasil
konsultasi dengan para dosen ahli tersebut, instrumen dinyatakan dapat digunakan
dalam penelitian.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
3.6 Teknik Analisis Data
Data pembelajaran berbicara dalam menceritakan pengalaman yang
paling mengesankan bertema budaya lokal dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif dianalisis dengan melihat perbedaan antara penggunaan
multimedia bermuatan budaya lokal dengan penggunaan media visual bermuatan
budaya lokal melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1. Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi skor;
2. Menghitung nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan
3. Menganalisis hasil pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan menggunakan statistik inferensial dengan rumus uji t, yakni
dengan perhitungan statistik SPSS 20.0 dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Perhitungan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) skor tes
prestasi belajar pada
pretest dan
posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol;
b. Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes prestasi belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t; dan
c. Perhitungan uji t dilakukan menggunakan program SPSS 20.0
3.7 Populasi dan Sampel Penelitian
3.7.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15
Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013, yakni sebanyak 554 siswa dari delapan kelas.
3.7.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 siswa. Jumlah ini dibagi ke
dalam dua kelompok, yakni sebanyak 35 siswa di kelas eksperimen dan 35 siswa
lainnya di kelas kontrol.
Marfuah, 2013
Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download