PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mastitis adalah inflamasi ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme, yang menginvasi ambing, multiplikasi dan memproduksi toksin yang berbahaya (Haskell, 2008). Mastitis dapat diklasifikasikan menjadi mastitis klinis dan mastitis subklinis. Mastitis klinis ditandai dengan pembengkakan pada ambing, adanya rasa sakit ketika dipalpasi, hiperemi dan peningkatan suhu. Mastitis subklinis tidak menunjukan gejala klinis, tetapi dapat dideteksi dengan uji kualitatif lapangan (Motta dkk., 2001). Mastitis klinis merugikan secara ekonomi, karena produksi susu terhenti, tingginya biaya pengobatan bahkan sampai menimbulkan kematian (Suwito dkk., 2013). Bakteri yang sering ditemukan dalam susu mastitis antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus uberis dan Escherichia coli (Griffiths, 2010). Hasil penelitian Katsande dkk. (2013) bakteri yang ditemukan pada susu mastitis adalah Staphylococcus koagulase negatif (27,7%), Escherichia coli (25,2%), Staphylococcus aureus (16,3%), Klebsiella spp. (15,4%) dan Sreptococcus spp. (1,6%). Isolasi yang dilakukan oleh Supar dan Ariyanti (2008) diketahui bahwa penyebab utama mastitis adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Staphylococcus epidermidis yang mendominasi (91,5%) sedangkan Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus uberis, Coliform, dan lbakteri lain bersifat minoritas (8,5%). 1 2 Staphylococcus yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari susu adalah Staphylococcus aureus (8%), Staphylococcus intermedius (6%), Staphylococcos hyicus (6%) dan Staphylococcus koagulase negatif (19%) (Adis dkk., 2011). Thorberg dkk. (2009) melaporkan kejadian mastitis subklinis yang disebabkan oleh Staphylococcus koagulase negatif, yaitu Staphylococcus chromogenes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus simulans. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cervinkova dkk. (2013) menunjukan bakteri yang berhasil diidentifikasi Staphylococcus koagulase negatif seperti Staphylococcus sciuri (14,2%), Staphylococcus xylosus (10,9%), Staphylococcus arlettae (8,4%), Staphylococcus warneri (7%), Staphylococcus chromogen (5,8%), Staphylococcus epidermidis (5,2%). Staphylococcus koagulase negatif yang sering kali diisolasi dari kejadian mastitis pada sapi adalah Staphylococcus chromogenes (7,9%), Staphylococcus epidermidis (7,4%), Staphylococcus hominis (5,9%) (Kudinha dan Simango, 2002) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2011) diketahui bahwa dari 37 sampel susu yang diperoleh dari peternakan kambing PE Turi, Sleman, Yogyakarta terdiri dari 11 susu normal ditemukan Staphylococcus aureus koagulase positif 10%, Staphylococcus aureus koagulase negatif 15%, Staphylococcus koagulase positif 30%, Staphylococcus koagulase negatif 15%, batang gram positif 25,7% dan batang gram negatif 10%. Dua puluh satu susu mastitis subklinis ditemukan Staphylococcus aureus koagulase positif 21,4%, Staphylococcus aureus koagulase negatif 9,5%, Staphylococcus koagulase positif 7,1%, Staphylococcus koagulase negatif 9,5%, E.coli 7,1%, batang gram positif 3 33,3%, dan batang gram negatif 11,9%. 5 susu mastitis klinis ditemukan Staphylococcus aureus koagulase positif 15,3%, Staphylococcus aureus koagulase negatif 7,7%, Staphylococcus koagulase positif 15,4%, Staphylococcus koagulase negatif 15,4%, Batang Gram positif 23%, dan batang Gram negatif 23%. Keberadaan Escherechia coli hanya ditemukan pada susu mastitis subklinis. Genus Staphylococcus sp. merupakan bakteri utama yang menyebabkan mastitis pada sapi perah. Spesies yang paling sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus, biasanya pada kejadian mastitis klinis kronis atau berulang pada sapi perah (Mellenberger dan Kirk, 2001). Staphylococcus aureus menyebabkan kerusakan jaringan dan menghasilkan ekskresi sel kedalam susu. Bakteri ini mengekskresikan banyak faktor virulensi sehingga memungkinkan bakteri menyebabkan infeksi kronis (Hamid dkk., 2012). Staphylococcus aureus merupakan agen penting dalam kejadian mastitis pada sapi yang berpotensi menularkan penyakit pada manusia (Walstra dkk., 2006). Staphylococcus aureus termasuk mayor patogen dalam kejadian mastitis klinis dan subklinis pada sapi perah yang berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas produksi susu (Pratomo dkk., 2011). Staphylococcus aureus sering kali ditemukan pada kasus mastitis sapi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Beberapa penelitian melaporkan bahwa bakteri tersebut memiliki persentase terbesar sedangkan beberapa spesies lain tidak banyak dilaporkan seperti Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus intermedius, Staphylococcus hyicus dan Staphylococcus chromogenes. 4 Bakteri penyebab mastitis sudah banyak dilaporkan, namun belum ada yang melaporkan tingkat kejadian mastitis, maupun Spesies Staphylococcus sp. di UP2KH dan FAPET. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase mastitis dan mengidentifikasi Staphylococcus dari susu sapi normal, mastitis klinis dan mastitis subklinis di UP2KH dan FAPET. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah dapat memberi informasi bagi pengelola UP2KH dan peternakan sapi perah Fakultas Peternakan UGM serta konsumen tentang tingkat kejadian mastitis dan keberadaan Staphylococcus sp. dalam susu.