GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU GAY UNTUK TES HIV DI LSM SEMARANG GAYA COMMUNITY SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Promosi Kesehatan RAKA PUTRA MUSLIMIN NIM. D11.2009.00950 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 1 2 © 2016 Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis 3 4 5 6 7 HALAMAN PERSEMBAHAN Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin.. Sujud syukurku kesembahkahkan kepadamu ALLAH SWT Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas atas takdirmu yang telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa selau berfikir, berilmu, beriman, bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga ini langkah untuk mencapai cita-cita ku yang besar. Terima kasihku kepadamu Almarharhum Bapak love you aku selalu merindukanmu Untuk IBUKU yang selalu mendukung semua kegiatan yang kulakukan , untuk ketiga Kakak perempuanku yang selalu mendukung ku, Untuk Kakak Iparku dan ponakan-ponakanku Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan” love u all” teman-teman,ku anak-anak Alumni BEM F.Kesehatan Teman teman Coverguest Aneka Yess 2008 ( Ferdi, Sakti, Rey, Bisma, Eky ) JIM ( Jakarta International Management ) Mas Tyo thanks kelonggaran waktunya Bang Yos dan teman-teman Komunitas Gay Semarang thanks A lot sahabat sahabatku ( galih, risky, yana, mbak dian, tante putri, Irma, arum,nakka, nona, rani, fara, dhara, haris, miska, wulan, rizal, samsul, anash, dan yang gak bisa satu persatu aku sebutkan TERIMA KASIH KU UNTUK KALIAN SEMUA YANG TELAH MENDUKUNGKU SELAMA INI. 8 RIWAYAT HIDUP Nama : RAKA PUTRA MUSLIMIN Tempat, tanggal lahir : Semarang, 19 April 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : JL. Pringgading I A No. 28 Semarang Riwayat Pendidikan : 1. SD Islam Sultan Agung 03 1996- 2002 2. SMP Negeri 32 Semarang 2002-2005 3. SMA Islam Sultan Agung 01 2005- 2008 4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang Tahun 2009-2016 9 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul ”Faktor Kognitif dan Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Perilaku Gay Untuk Tes HIV Di Kota Semarang Tahun 2016 )”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari bahwa dalam Penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi maateri maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu harapan penulis untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat konstruktif agar Skripsi ini dapat diterima. Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 3. Eti Rimawati, S.KM, M.Kes selaku sekretaris Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro 4. Dr. M.G. Catur Yuantari, S.KM, M.Kes selaku Ka. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. 10 5. Nurjanah, S.KM, M.Kes selaku ketua Promosi Kesehatan dan sebagai dewan penguji. 6. Kismi Mubarokah, M.Kes selaku Pembimbing Saya dan dosen Peminatan Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. 7. Ketua SGC Bang Yos serta teman-teman Komunitas Gay di Semarang 8. Orang tua, Kakak, dan Keluarga serta teman-teman semua, terima kasih dukungan dan perhatian serta doanya 9. Teman-teman Promosi Kesehatan 2014 selaku teman seperjuangan bersama yang tak henti-hentinya berjuang demi meraih kesuksesan. 10. Teman-teman S1 Kesehatan Masyarakat 2009-2012 yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian laporan Skripsi ini. Akhirnya, penulis memohon kehadirat Allah SWT, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 21 Oktober 2016 Penulis PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT 11 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 ABSTRAK RAKA PUTRA MUSLIMIN GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU GAY UNTUK TES HIV DI LSM SEMARANG GAYA COMMUNITY TAHUN 2016 XIX + 84 Hal + 1 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran Epidemiologi Human Immunodeficiency Virus/Acqiuired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di Indonesia jumlah kasus HIV/AIDS selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 jumlah yang terinfeksi HIV 167.350, dan yang sudah positif AIDS 66.835. Di Indonesia prevalensi tertinggi yang berisiko terinfeksi HIV adalah kelompok Gay sebesar 9,1 %. Seperti fenomena gunung es keterbatasan data gay tentang HIV. Data LSM Semarang Gaya Community menunjukkan 40 % telah melakukan tes HIV sedangkan 60 % gay yang tertutup belum melakukan. Sehingga itu membuat peneliti untuk melakukan penelitain tentang gambaran faktor kognitif dan lingkungan yang berhubungan dengan perilaku tes HIV di LSM Semarang Gaya Community Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sampel Gay adalah gay yang berada dalam pendampingan LSM dan seksual aktif di kota Semarang. Menggunakan pendekatan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua subjek penelitian telah melakukan tes HIV karena pengetahuan semua subjek penelitian sangat bagus dan mengetahui akan manfaat tes HIV. Pengaruh satu sama lain atau faktor lingkungan sangat mendukung seperti LSM dan teman sebaya walaupun menurut subjek penelitian tidak terpengaruh oleh ajakan untuk melakukan tes HIV karena semua subjek penelitian telah mengatahui manfaat pentingnya tes Disarankan untuk LSM tetap mempertahankan program tes HIV dan kelompok gay tetap melakukan rutinitas untuk melakukan tes HIV serta pemerintah tetap memantau kegiatan tes HIV ini karena hasil dari tes HIV ini bisa dijadikan sebagai laporan pemerintah tentang angka kasus HIV. Kata Kunci Kepustakaan : perilaku, tes HIV, Gay : 28 Buah, 1990-2016 12 UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2016 ABSTRACT RAKA PUTRA MUSLIMIN DESCRIPTION OF ENVIRONMENTAL AND COGNITIVE FACTORS ASSOCIATED WITH GAY TO BEHAVIOR GAY HIV TEST IN SEMARANG GAYA COMMUNITY XIX +84 Pages + 1 Tables + 2 Figures + 4 Appendices Epidemiology of Human Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) is a major public health problem in the world. In Indonesia, the number of cases of HIV/AIDS increase each year. In 2016 the number of HIV infected 167.350 and 66.853 already positive AIDS. In Indonesia the highest prevalence of the risk of HIV infection is Gay by 9,1%. Iceberg gay limited data on HIV. Semarang Gaya Community showed that 40% had an HIV test while 60% gay did not performed test. About the study purposed to Descripe of environmental and cognitive factors assosiated with gay to behavior and HIV test in Semarang Gaya Community. This study was descriptive qualitative study. Samples was gay members Semarang Gaya Community and sexually active in Semarang. Data collected by purposive sampling approach. Result showed that all subjects of study had HIV tested because of this knowledge. All the study subjects were very nice and know the benefit HIV test. Environment factors were very supportive as Semarang Gaya Community and peers although according to research subject not affected by HIV test. Invitation to test for all of the study subjects had to know the benefits of the importantance of the test. Semarang Gaya Community to retain HIV test program and gay groups to do some routine to HIV test and the goverment keep watching because the data can be used as a report HIV Keyword : behavior, HIV Test, Gay References : 28 Pieces, 1990-2016 DAFTAR ISI 13 Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................vi HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii RIWAYAT HIDUP…….. .................................................................................ix PRAKATA………………................................................................................. x ABSTRAK……………….................................................................................xi DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii DAFTAR ISTILAH..........................................................................................xvi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 5 F. Lingkup Penelitian ....................................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi HIV/AIDS ......................................................................... 9 B. Pencegahan HIV/AIDS............................................................... 11 C. Infeksi Menular Seksual ............................................................ .11 D. Pengertian Homoseksual ........................................................... 13 14 E. Perilaku Seksual......................................................................... 15 F. Kondom ...................................................................................... 16 G. Voluntary Concelling and Testing (VCT) .................................. 17 H. Perilaku……………………………………………………………...20 I. Kerangka Teori……………………………………………………..23 BAB III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep ....................................................................... 24 B. Jenis Peneltian…………………………………………………….25 C. Variabel Penelitian .................................................................... .25 D. Definisi Operasional .................................................................. .25 E. Subjek Penelitian ...................................................................... .26 F. Prosedur Pengumpulan Data .................................................. .27 G. Validitas Data ............................................................................. 29 H. Pengolahan Analisis Data ......................................................... 29 I. Gambaran Umum Proses Penelitian di Lapangan……………32 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 34 B. Karakteristik Subjek Penelitian .................................................. 39 C. Wawancara Responden Utama ................................................. 41 D. Wawancara Informan Crosscheck...........................................54 BAB V. PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian...........................................................73 B. Karakteristik Penelitian…………………………………………...74 C. Faktor Perilaku .................................................................. .........76 D. Faktor Kognitif ........................................................................... .77 E. Faktor Lingkungan ..................................................................... 78 15 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan.................................................................................... .83 B. Saran ......................................................................................... .84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH 16 1. HIV : Human Immunodeficiency Virus 2. AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome 3. ARV : Anti Retroviral Virus 4. CD4 : Jenis sel darah putih atau limfosit 5. BF : Teman Pria 6. Gaydar: Gay Radar 7. Anal Sex: Perilaku seks lewat dubur 8. Oral Sex: Perilaku seks lewat mulut DAFTAR TABEL 17 Halaman 1.1 Keaslian Penelitian ..........................................................................5 DAFTAR GAMBAR 18 Halaman 2.1 Teori Pembelajaran Sosial...............................................................23 3.1 Alur Penelitian………………………………………………………………27 19 DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Ringkasan Wawancara Mendalam 2. Pedoman Wawancara 3. Transkip Wawancara 4. Surat Izin Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodefiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global, AIDS menempati ranking keempat diantara penyakit-penyakit utama penyebab kematian1. Di negara Indonesia sendiri jumlah kasus HIV/AIDS selalu mengalami peningkatan yang pesat di dunia. Kasus HIV/AIDS pada tahun 2015, diperkirakan antara 167.350 yang sudah terinfeksi HIV dan 66.835 yang sudah positif AIDS2. Infeksi HIV di Indonesia sendiri tetap meningkat karena bertambah banyaknya hubungan seksual yang tidak terlindungi dan penularan HIV melalui jarum suntik narkotika, psikotropika dan zat adiktif 3. Prevalensi HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual sebanyak 79%, Homoseksual 9,1%, pengguna jarum suntik 5,5%, dan dari ibu positif HIV ke anak 3%4. Dari kelompok yang berisiko tinggi dan rentan terhadap penularan HIV salah satunya homoseksual. Seperti fenomena gunung es, data saat ini menunjukkan bahwa di negara berkembang penularan homoseksual lebih banyak terjadi5. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data tentang HIV/AIDS. Data menyebutkan homoseksual mempunyai kasus 1 21 terhadap HIV sebesar 9,1%.Keberadaan kaum homoseksual merupakan suatu fenomena sosial yang saat ini ada dan nampaknya kaum homoseksual tidak lagi malu-malu dalam mengakui jati diri mereka6. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Jawa dan mempunyai ibu kota Semarang yang merupakan sebagai pusat bisnis, pendidikan dan menjadikannya daerah ini tinggi untuk terkena virus HIV penyebab AIDS. Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah presentase HIV berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 52% perempuan 48% 7 , sedangkan data pada Dinas Kesehatan Semarang presentase HIV pada laki-laki 63% perempuan 37%8.Pada kaum Homoseksual jika melihat data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah sebesar 5,3%7. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Lestari pada tahun 2011, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat LSL di Surakarta untuk melakukan tes HIV secara sukarela meliputi pengetahuan, persepsi masyarakat terhadap komunitas LSL maupun isu HIV dan AIDS, perilaku seks, kecemasan akan terbukanya orientasi seksualnya pada orang lain9. Dari hasil survei awal LSM gay di Kota Semarang, jumlah gay seksual aktif sebesar 94% dan seksual pasif 16%. Kasus HIV laporan LSM gay kota Semarang sebesar 7%. Akan tetapi menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah kasus HIV pada homoseksual sebesar 10%. Dari jumlah tersebut banyak gay yang tidak melakukan tes HIV atau bahkan tidak ingin tahu tentang tes HIV10. Data kunjungan tes HIV pada gay sebesar 40% yang sudah melakukan dan yang belum 3 melakukan 60%. Jumlah ini termasuk besar, karena mempengaruhi peningkatan kasus HIV di Kota Semarang.10 Menurut bandura, perilaku berhubungan dengan faktor lingkungan dan faktor kognitif, dari ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi atau resiprocal determinisme yang artinya proses yang mana dunia dan perilaku saling mempengaruhi. Perilaku tes HIV juga dipengaruhi oleh faktor kognitif dan faktor lingkungan. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian tentang Gambaran Faktor Kognitif dan Lingkungan yang Berhubungan dengan Perilaku Gay untuk Tes HIV di LSM Semarang Gaya Community Tahun 2016. B. Perumusan Masalah Semarang merupakan salah satu kota terbesar di pulau Jawa dan ibu kota dari provinsi Jawa Tengah dan merupakan pusat bisnis, pendidikan dan banyak terdapat tempat-tempat yang menjadi kumpulan kelompok-kelompok tertentu salah satunya Gay yang dimana Gay di kota Semarang relatif besar dengan latar belakang yang berbeda dan pengaruh lingkungan menjadikan mereka lebih bebas untuk mengekpresikan perilaku seksualnya. Banyaknya kaum Gay di kota Semarang membuat mereka lebih bisa saling berinteraksi serta melakukan hubungan yang lebih jauh salah satunya hubungan badan, dan para Gay juga merupakan kelompok berisiko yang terkena HIV/AIDS. Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul bagi peneliti adalah: 4 Bagaimana gambaran faktor kognitif dan lingkungan yang berhubungan dengan perilaku Gay melakukan tes HIV di LSM Semarang Gaya Community? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan gambaran perilaku seksual gay di kota Semarang dan bagaimana kaum Gay melakukan tes HIV dilihat dari faktor kognitif dan lingkungannya. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan faktor pengetahuan tentang perilaku Gay untuk tes HIV. b. Mendeskripsikan faktor pengaruh satu sama lain tentang perilaku Gay untuk tes HIV. c. Mendeskripsikan faktor praktek tes HIV pada Gay. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi Keilmuan Sebagai pengalaman belajar dan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat di bidang ilmu perilaku. 5 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi pada masyarakat tentang adanya Gay dan perilaku seksual yang dilakukan. 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka di Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam pengembangan ilmu kesehatan khususnya tentang ilmu perilaku. E. Keaslian Penelitian Daftar Nama Peneliti, Judul Peneliti, Variabel Penelitian, Metode Penelitian dan Hasil Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Judul Desain Variabel Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian No 1 Hasil Pande Pola Penelitian Variabel Hasil penelitian Putu Ayu Hubungan deskriptif bebas: menunjukkan (2012) Seksual Gay bahwa selama IMS pada Gay sectional Variabel tiga bulan di Bali terikat : terakhir Riwayat sebanyak 77,8% IMS gay memiliki dan cross pola hubungan multi seksual partner dengan 6 Nama Judul Desain Variabel Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian No Hasil rata-rata jumlah partner tiap orang sebanyak 5 partner dan 6,7% pernah memiliki riwayat infeksi menular seksual 2 Sri Lestari Faktor- Faktor Penelitian ini Variabel (2011) yang menggunakan Bebas: Dari hasil penelitian Mempengaruhi pendekatan Gay menunjukkan Rendahnya kualitatif Variabel bahwa faktor- Minat LSL di dengan model Terikat: faktor yang Kota Surakarta penelitian Tes HIV mempengaruhi Untuk (VCT) minat LSL di studi kasus Melakukan Surakarta untuk Tes HIV melakukan tes Secara HIV secara Sukarela sukarela (VCT) (VCT) meliputi :pengetahuan, persepsi masyarakat 7 Nama Judul Desain Variabel Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian No Hasil terhadap komunitas LSL maupun isu HIV dan AIDS . Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggambarkan faktor kognitif dan lingkungan yang berhubungan dengan perilaku gay untuk tes HIV di Kota Semarang, tempat atau lokasi penelitian dan waktu penelitian, dengan pendekatan kualitatif subyek penelitian ini adalah Gay di Kota Semarang. 8 F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini berdasarkan keilmuan kesehatan masyarakat dengan peminatan promosi kesehatan. 2. Lingkup Materi Lingkup materi dalam penelitian ini adalah Gay di Kota Semarang 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang. 4. Lingkup Metode Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan. 5. Lingkup Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada tahun 2016 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV / AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang sangat kecil dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV berbentuk seperti binatang laut tepatnya bulu babi, dan sangat cantik berbulu tegak dan tajam 11. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yang artinya kumpulan dari gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Seseorang menderita AIDS bukan karena keturunan dari penderita AIDS, melainkan terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS. Oleh karena itu AIDS dapat juga diartikan sebagai kumpulan tanda gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Jika sistem kekebalan tubuhnya dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit yang biasa dan tidak bahaya pu bisa menyebabkan meninggal. Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus, tapi oleh penyakit lain yang bisa ditolak seandainya daya tahan tubuhnya tidak dirusak oleh virus AIDS. AIDS merupakan fase terakhir dari HIV12. 1. Perilaku Berisiko Tinggi terkena HIV / AIDS a. Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan hubungan seksual, dan pasangannya. b. Perempuan dan laki-laki tuna susila 9 10 c. Penggunaan narkotika dengan suntikan, dan menggunakan jarum suntiknya secara bergantian d. Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, misalnya pada Homoseksual dan Biseksual. 2. Hal-hal yang Menularkan HIV / AIDS Penularan akan terjadi bila ada kontak atau percampuran dengan cairan dalam tubuh yang menggandung HIV, yaitu: a. Melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV Hubungan seksual ini bisa homoseksual ataupun heteroseksual b. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV secara langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah si penerima c. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya(jarum akupuntur, tindik atau tato) yang tercemar oleh virus HIV. Maka dari itu pemakaian jarum suntik secara bersamaan oleh para pecandu narkotika akan lebih mudah menularkan HIV d. Penularan HIV dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya. 3. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV / AIDS a. Berjabat tangan b. Bersenggama dengan pengidap AIDS c. Penderita AIDS bersin atau batuk di depan kita d. Berenang bersama dengan orang HIV e. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya f. Penggunaan jamban bersama pengidap HIV 11 B. Pencegahan HIV / AIDS Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Upaya pencegahan harus dikaitkan dengan bagaimana penularan HIV bisa terjadi. Infeksi HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu, pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman: 1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum terjadi pernikahan 2. Bila sudah menikah, selalu melakukan hubungan seksual dengan pasangannya sendiri 3. Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan harus menggunakan kondom dengan benar dan konsisten 4. Mempertebal iman dan ketaqwaan agar tidak mudah terjerumus ke dalam hubungan seksual diluar nikah C. Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin. Infeksi menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral mupun anal13. Macam-macam penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah: a. Gonorhoe b. Infeksi Genital Nonspesifik c. Sifilis (Raja Singa) 12 d. Herpes Genetalis e. HIV dan AIDS 1. Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS): Infeksi Menular Seksual (IMS) sering tidak menunjukkan gejala , terutama pada wanita. Tapi ada pula yang menunjukkan gejalagejala sebagai berikut: a) Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya. Pada perempuan, keputihan yang keluar semakin banyak. Warnanya bisa putih susu, kekuningan, kehijauan atau disertai dengan bercak darah. b) Perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau sering kencing. c) Luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Sifat lukanya bisa nyeri, bisa juga tidak. d) Terdapatnya jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan. e) Gatal-gatal di daerah alat kelamin. f) Bengkak di lipatan paha. g) Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri. h) Sakit perut pada bagian bawah. i) Keluar darah sehabis berhubungan seksual. j) Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.14 2. Deteksi Infeksi Menular Seksual (IMS) Cara untuk mengetahui bahwa kita terkena Infeski Menular Seksual adalah bila mengalami atau menunjukkan tanda-tanda 13 yang seperti gejala yang tidak biasa pada saat kita kencing, atau berhubungan seksual14. 3. Hubungan antara Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan HIV/AIDS HIV digolongkan sebagai Infeksi Menular Seksual (IMS) karena keduanya mempunyai keterkaitan, yaitu sama-sama dapat ditularkan melalui hubungan seksual, keduanya juga berisiko menyerang orang-orang yang berperilaku berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Luka basah yang ditemukan padaorang yang terkena IMS menjadi pintu masuk HIV langsung ke pembuluh darah, sehingga tertular IMS berarti memperbesar risiko tertular HIV14. D. Pengertian Homoseksual Homoseksual adalah relasi seksual dengan sesama jenis, atau rasa ketertarikan dan mencintai jenis seks yang sama. Untuk perempuan kita kenal sebagai lesbian dan untuk pria lebih dikenal dengan sebutan gay15. 1. Penyebab Homoseksual Menurut teori dari dr. Wimpie Pangkahila, ada empat faktor yang menyebabkan seseorang menjadi Homoseksual15. a. Faktor Biologis Yaitu adanya kelainan di otak/ genetik 14 b. Faktor Psikodinamis Yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak. c. Faktor Sosiokultural Yaitu adat-istiadat yang memberlakukan hubungan seksual dengan alasan tertentu d. Faktor Lingkungan Yaitu keadaan dimana lingkungan yang mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat. 2. Penggolongan Homoseksual Menurut Coleman, Butcher dan Carson, Homoseksual digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:16 a. Homoseksual Tulen Homoseksual ini menggambarkan stereotipik, yang lebih sering populer tentang lelaki yang bergaya perempuan, atau sebaliknya perempuan yang bergaya laki-laki. Termasuk juga orang-orang yang berhubungan dengan dunia entertaint yakni orang yang suka mengenakan pakaian dan berperilaku seperti lawan jenisnya. b. Homoseksual Malu-malu Homoseksual ini merupakan kaum laki-laki yang suka untuk ke toilet umum atau tempat mandi bersama, tapi tidak berani menjalin hubungan personal yang intimdengan yang lainnya untuk mempraktekkan hasrat seksualnya. 15 c. Homoseksual Tersembunyi Homoseksual dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka perlu dilindungi dengan menyembunyikan homoseksualitas mereka. Homoseksual ini biasanya diketahui oleh teman dekat / pasangan mereka. d. Homoseksual Situasisonal Homoseksual ini dapat mendorong orang mempraktekkan homoseksualitasnya tanpa diperlukan komitmen yang dalam, misalnya dalam situasi didalam penjara dan medan perang. Akibat dari itu biasanya mereka kembali mempraktekkan homoseksualitas sesudah keluar dari situasi tersebut. e. Biseksual Orang yang mempraktekkan Homoseksual dan Heteroseksual secara bersama. f. Homoseksual Mapan Homoseksual yang memenuhi totalitasnya sebagai Homoseksual dan kaum homoseksual menerima mereka karena memenuhi peran kemasyarakatan dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual. E. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, bercumbu, berpelukan sampai ke hubungan seks. Objek seksualnya bisa berupa orang lain atau khayalan.17 16 Aktivitas yang dapat menjadikan seseorang melakukan perilaku seksual adalah:18 1. Berfantasi atau berimajinasi seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. 2. Bergandengan atau berpegangan tangan 3. Berciuman/ Kissing 4. Oral ( Memasukkan alat kelamin ke dalam tubuh) 5. Petting, melakukan hubungan seksualnya hanya dengan menggesek alat kelamin 6. Intercourse, melakukan hubungan seksual dengan memasukkan alat kelamin pria ke wanita. 7. Masturbasi, perilaku seksual dengan menyentuh, menggosok, meraba kelamin untuk menimbulkan rasa kepuasan. F. Kondom 1. Pengertian Kondom Kondom adalah sarung yang berfungsi sebagai tameng pelindung atau pencegah lewatnya virus pembawa penyakit seksual. Kondom juga mencegah masuknya cairan vagina (dari kuman di dalamnya) memasuki saluran kencing pria melalui liang uretra atau melalui luka-luka kecil.11 2. Kondom Pria Sering disebut “karet KB” atau “kapotjes”, karena dapat mencegah penyakit kelamin. Kondom dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular kelamin lainnya yang berfungsi sebagai perisai terhadap jasad renik pathogen, 17 termasuk HIV. Sekalipun kondom lateks dapat disebut cukup baik dalam melindungi diri terhadap penularan HIV dan kuman-kuman lainnya, masih belum bisa dikatakan 100% efektif dalam penularan HIV. Inilah sebabnya kita menyebut perilaku seks yang lebih aman dan bukan seks yang benar-benar aman.11 3. Kelebihan Kondom a. Tersedia bila dibutuhkan b. Dapat dibeli tanpa resep c. Tidak Perlu pengukuran khusus d. Dapat disimpan hingga saat diperlukan e. Dapat segera dibuang setelah digunakan G. Voluntary Conselling and Testing (VCT) Voluntary Conseling Tes (VCT) adalah proses konseling pra testing, konseling post testing dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV19. VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanankesehatan HIV/AIDS berkelanjutan. 1. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien mencari pertolongan medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif, Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan ART 18 2. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif dimana memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih, menggali dan memahami diri akan risiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV/AIDS, mempelajari status dirinya, dan mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku berisiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat. 3. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien memahami berbagai keuntungan, konsekuensi, dan risiko. Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela (VCT): 1) Sukarela dalam melaksanakan testing HIV Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan, tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan testing terletak ditangan klien. Kecuali testing HIV pada donor di unit transfusi dan transplantasi jaringan, organ tubuh dan sel. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual, rekruitmen pegawai/tenaga kerja Indonesia, dan asuransi kesehatan. 2) Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasiyang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan untuk didiskusikan diluar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak 19 dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien, informasi kasus dari diri klien dapat diketahui. 3) Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasiltesting dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku berisiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasiltesting positif. 4) Testing merupakan salah satu komponen dari VCT WHO dan Departeman Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor yang lainnya yang disetujui oleh klien. a. Model Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela (VCT) Pelayanan VCT dapat dikembangkan diberbagai layanan terkait yang dibutuhkan,misalnya klinik IMS, klinik TB,ART, dan lainnya. Lokasi layanan VCT hendaknya perlu petunjuk atau tanda yang jelas hingga mudah diakses dan mudah diketahui oleh klien VCT. Nama klinikcukup mudah dimengerti sesuai dengan etika dan budaya setempat dimana pemeberian nama tidak mengundang stigma dan diskriminasi. 20 b. Model Layanan VCT terdiri dari: 1) Mobile VCT (Penjangkauan dan Keliling) Layanan Konseling dan Testing HIV/AIDS sukarela model penjangkauan dan keliling dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah tertentu. Layanan ini diawali dengan survey atau penelitian atas kelompok masyarakat di wilayah dukungan lainnya di daerah setempat. 2) Statis VCT (Klinik VCT tetap) Pusat Konseling dan Testing HIV/AIDS sukarela terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya harus memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan konseling dan testing HIV/AIDS, layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan HIV/AIDS. H. Perilaku Perilaku menurut ensiklopedi Amerika adalah suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya. Ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila adanya sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan rangsangan. Dengan demikian suatu rangsangan akan menghasilkan perilaku tertentu.20 21 Albert Bandura (1886) seorang psikologi pendidikan telah mengembangkan teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, akan tetapi teori ini lebih banyak memberikan penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku dan proses-proses mental internal. Dalam teori pembelajaran sosial ini, akan menjelaskan tentang penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan- penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Teori belajar sosial Bandura didasarkan oleh tiga konsep, yaitu: 21 1. Determinan Resiprokal: pendekatan yang menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, perilaku, dan lingkungan. Determinan resiprokal inilah yang menjadi dasar dari teori belajar bandura dalam memahami tingkah laku. 2. Beyond Reinforcement: menggunakan bahwa reinforcement setiap dalam perilaku tidak pembentukannya. selalu Menurut Bandura, reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, bukan sebagai satu-satunya pembentuk tingkah laku. Karena baginya orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati kemudian mengulangi apa yang diamati. 3. Kognisi dan Self Regulation: Bandura menempatkan manusia sebagai seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan 22 dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Dalam pandangan belajar sosial “manusia” tidak didorong oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Bandura mengembangkan model determinan resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, kognitif, dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, personal mempengaruhi perilaku. Faktor personal (kognitif) Bandura tidak mempunyai kecenderungan kognitif, terutama pembawaan personalitas dan tempramen. Faktor kognitif mencangkup kecerdasan.22 ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan 23 I. Kerangka Teori Faktor Kognitif/ Person 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Pengharapan Faktor Lingkungan Faktor Perilaku 1. Norma Sosial 2. Pola Interaksi 3. Pengaruh Satu Sama Lain 1. Keterampilan 2. Latihan 3. Efikasi Diri Keterangan : = Resiprocal Determinan / Mempengaruhi Dipengaruhi/ Hubungan timbal balik Gambar 2.1 Teori Pembelajaran Sosial ( Sumber: King Laura.,2010. Psikologi Umum ) 24 Faktor Kognitif/ Person: 1. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu tertentu. 2. Sikap, perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. 3. Pengharapan, dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Faktor Lingkungan : 1. Norma sosial , kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan masyarakatnya. 2. Pola interaksi, hubungan antar individu kelompok dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi merubah baik dari yang buruk mejadi lebih baik atau sebaliknya. 3. Pengaruh satu sama lain, hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif. 25 Faktor Perilaku: 1. Keterampilan, kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitasdalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. 2. Latihan, suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik untuk peningkatan kualitas diri. 3. Efikasi diri, persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP KOGNITIF 1. Pengetahuan tentang tes HIV LINGKUNGAN PERILAKU 1. Peran teman sebaya untuk melakukan tes HIV 2. Peran LSM 1. Praktik responden untuk tes HIV/AIDS Gambar 3.1 Alur Penelitian xxvii B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, pengembangan konsep yang dimana tujuan penelitian ini adalah bisa membantu memahami fenomena sosial dalam lingkungan yang alami bukan merupakan suatu percobaan pada makna-makna pengalaman dari pandangan respondennya.23 C. Variabel Penelitian Ada beberapa variabel dalam penelitian antara lain yaitu: 1. Pengetahuan tentang tes VCT 2. Peran teman sebaya untuk tes HIV 3. Peran petugas LSM 4. Praktik tes HIV D. Definisi Operasional 1. Pengetahuan responden tentang tes HIV Pemahaman responden mengenai tes HIV, cara tes HIV, dimana melakukan tes HIV. 2. Pengaruh teman sebaya untuk tes HIV Pendapat responden terhadap peran dan pengaruh teman sebaya untuk melakukan tes HIV. 3. Peran LSM untuk tes HIV Pendapat responden terhadap peran LSM dalam melakukan pendampingan terhadap kelompok gay dalam melakukan tes HIV. 4. Praktik responden untuk tes HIV Perilaku responden untuk tes HIV, sudah melakukan atau belum, tindakan nyata responden melakukan tes HIV. xxvii xxviii E. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah gay yang bersedia memberikan keterangan yang diperlukan oleh peneliti. Subjek penelitian kualitatif merupakan responden yang akan dimintai informasi atau permasalahan dalam penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan, karena menggunakan pengambilan subjek secara snowball. Jumlah seluruh responden akan dihentikan bila peneliti sudah mendapat data yang diinginkan dan sesuai tujuan penelitian. Yang menjadi kriteria dalam penelitian ini adalah: 1. Gay/ Homoseksual 2. Seksual aktif 3. Domisili di Semarang 4. Pernah didampingi LSM 5. Bersedia menjadi responden penelitian Dengan purposive sampling adalah sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria peneliti, metode yang digunakan adalah triangulasi. Penelitian kualitatif adalah ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen-dokumen penunjang24.Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder meliputi: xxviii xxix a. Data Primer Yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan wawancara mendalam pada responden, yaitu gay dan informan untuk melakukan pengecekkan ulang pada pasangan seksual gay. Wawancara mendalam ini bertujuan untuk menggali lebih dalam kebiasaan umum kelompok yang menjadi target beserta alasan yang melatarbelakanginya 25. b. Data Sekunder Merupakan data tambahan atau data pelengkap yang berhubungan dengan penelitian. Beberapa petikan dokumen, surat dan rekaman lainnya dapat dijaring dengan cara studi dokumentasi26. F. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara mendalam Disusun berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan untuk menggali lebih dalam tentang perorangan. Wawancara ini berguna untuk masalah yang sensitif, bila masalah harus digali secara mendalam, bila tanggapan perorangan lebih diperlukan dari pada tanggapan kelompok, atau bila lebih sulit menggumpulkan responden dalam kelompok. Wawancara mendalam digunakan ketika:27 a.) Masalah rumit terjadi di penelitian b.) Masalah sensitif c.) Responden yang terpencar d.) Tekanan kelompok sebaya xxix xxx Keuntungan wawancara mendalam: a.) Mendapatkan kesempatan untuk mengetahui lebih dalam tentang responden b.) Kesempatan membahas masalah yang sangat sensitif dan emosional tanpa diamati orang lain c.) Kesempatan untuk mewawancarai sasaran yang sulit dicapai dengan mendatangi lokasi yang dipilih responden Kelemahan: a.) Membutuhkan waktu yang lama untuk merencanakan, melaksanakan, dan menganalisa b.) Informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan umum. c.) Dokumentasi Teknik pengumpulan data berupa data sekunder berupa foto yang diperoleh dari sumber-sumber penelitian28. d.) Alat Pengumpulan Data Wawancara mendalam dengan menggunakan instrumen panduan wawancara atas pertanyaan terbuka dimana subyek peneliti dapat menjawab pertanyaan dengan bebas tanpa adanya paksaan. xxx xxxi G. Validitas Data Di dalam pengumpulan data ini dilakukan triangulasi, yaitu memverivikasi, mengecek, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain maupun sumber informasi lainnya untuk mendapatkan data yang sebenarnya29. Dalam penelitian kualitatif validitas perlu dilakukan untuk menguatkan hasil dari informasi yang berbeda-beda. Cara memvaliditas data menggunakan jenis triangulasi yang akan ditanyakan kembali kepada 3 orang berbeda dari informan crosscheck yaitu teman sebaya, pasangan gay, dan LSM Semarang Gaya Community merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah pemeriksaan kepada sumber yang berbeda dengan cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi yang lebih luas dari sudut pandang yang berbeda dan menggunakan analisis kualitatif tematik. H. Pengolahan dan Analisis Data Analisa data merupakan usaha proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab permasalahan tema apa yang dapat ditemukan pada data dan seberapa jauh data ini dapat menyokong tema tersebut kemudian dianalisis dan ditafsirkan hubungan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dijadikan saran dan masukan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya. Pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2007) adalah sebagai berikut: xxxi xxxii 1. Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, pengamatan, dan studi dokumentasi. 2. Reduksi Data Mengorganisasikan data dengan cara membaca skema transkrip kemudian di koding denagn membuat simbol yang dibuat peneliti dan mempunyai arti berdasarkan topik setiap kelompok kata kalimat dari transkrip yang selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori dan dicari hubungan antara kategori tersebut. 3. Penyajian data atau data display Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yaitu dengan teks dalam bentuk naratif dengan variabel penelitian. 4. Penarikan Kesimpulan Hasil penelitian dibandingkan dengan pernyataan dan tujuan penelitian. I. Gambaran Umum Proses Penelitian di Lapangan 1. Langkah Penelitian di Lapangan Pada awal penelitian, peneliti melakukan pendekatan dengan subjek penelitian dengan dibantu oleh LSM Semarang Gaya Community sebagai informan untuk pendekatan dengan subjek penelitian. xxxii xxxiii 2. Daftar Responden Daftar responden dilakukan setelah peneliti melakukan pendekatan dengan responden kelompok gay yang merupakan dampingan LSM Seamarang Gaya Community. 3. Waktu dan tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di tempat yang disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada saat subjek penelitian bisa melakukan wawancara mendalam 4. Pendekatan Subjek Peneliti melakukan pendekatan awal dengan subjek penelitian yang dibantu oleh LSM Semarang Gaya Community. Dari informasi LSM ini akan diperoleh subjek penelitian yang akan diteliti. 5. Pengumpulan Data Pada tahap awal wawancara mendalam, peneliti memperkenalkan diri melakukan pendekatan dengan subjek penelitian. Dalam perkenalan ini peneliti berusaha membangun kedekatan dengan subjek penelitian, agar lebih bisa akrab dan mendapatkan banyak informasi. Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti berusaha menjaga suasana agar tidak kaku dalam melakukan wawancara. Peneliti mengajak subjek penelitian bercanda ditengah-tengah wawancara. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara mendalam tergantung pada situasi dan reponden yang diwawancarai. xxxiii xxxiv 6. Hambatan di Lapangan Dalam penelitian ini tidak terdapat hambatan yang terjadi. Subjek penelitian tidak susah untuk ditemui, mereka bersedia di wawancara dengan tangan terbuka. 7. Batasan – batasan yang digunakan dalam menganalisa data yaitu: a. Sebagian Kecil : Jumlah subjek penelitian kurang dari 2 b. Sebagian Besar : Jumlah subjek penelitian lebih dari  2 c. Semua Subjek : Jumlah subjek penelitian 4 xxxiv xxxv BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Semarang adalah ibu kota dari provinsi Jawa Tengah, sekaligus merupakan kota Metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk 1.773.905 jiwa dengan tingkat kepadatan 4.747/km 2. Secara geografis, kota Semarang terbagi menjadi dua wilayah yaitu Semarang Atas dan Semarang Bawah. Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi yang dikenal dengan sebutan kota atas. Kota Semarang terletak dalam koordinat 6 o 58’0 “ Lintang Utara dan 110o 25’0” Bujur Timur. Dengan batas-batas sebagai berikut: ï‚· Utara ï‚· Selatan : Kabupaten Semarang ï‚· Timur : Kabupaten Demak ï‚· Barat : Kabupaten Kendal : Laut Jawa Kota Semarang merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah yang menjadi pusat kota. Di Kota Semarang merupakan kota yang xxxv 35 xxxvi terletak strategis dekat dengan jalur pantura yang menghubungkan beberapa kota di Provinsi Jawa Tengah. Suatu hal yang menarik pada Kota Semarang adalah banyak terdapatnya pusat-pusat perbelanjaan, tempat bersosialisasi, maupun tempat hiburan yang lainnya. Hal yang menarik dari kota ini adalah banyaknya Gay yang terdapat di kota ini yang berlatar belakang beragam untuk dijadikan penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kota Semarang, dan Gay yang dipilih adalah gay yang terdaftar di sebuah LSM Semarang Gaya Community di kota Semarang dan pernah mendapat pendampingan untuk melakukan tes HIV. Di LSM Semarang Gaya Community ini banyak terdapat gay yang telah mendapat pendampingan untuk melakukan tes HIV, karena tes HIV sangatlah penting dilakukan untuk mereka. Kawasan Jalan Pahlawan merupakan salah satu tempat berkumpul komunitas Gay, karena tempat tersebut merupakan pusat keramaian yang selalu menjadi tempat berkumpul untuk semua orang. Karena, di jalan tersebut merupakan salah satu pusat kota yang selalu menjadi tempat hiburan untuk sebagian warga Semarang. Kaum gay pada jaman sekarang sudah tidak malu lagi untuk menunjukkan jati dirinya, mereka juga sering terlihat di mal, cafe, atau klub malam yang menjadi alternatif berikutnya untuk hiburan. Di klub malam perkumpulan gay terjadi setiap Rabu malam. Dengan ciri yang selalu memakai baju ketat bewarna cerah neon dan tidak lupa memakai anting sebelah kiri. Tapi ada juga yang selayaknya pria normal yang memakai setelan jas atau yang lainnya. Gay memiliki xxxvi xxxvii gaydar atau gay radar untuk mengetahui satu sama lain, selain gaydar tiap komunitas memiliki suatu tanda tersendiri untuk teman se komunitasnya. Untuk membahas kaum gay yang terdapat di kota Semarang, peneliti melakukan wawancara mendalam pada beberapa anggota komunitas gay yang tergabung dalam LSM. Di komunitas gay para anggota berasal dari latar belakang yang berbeda, seperti Perawat, Pekerja kantoran, Penyiar Radio, PNS, Dokter dan lain-lain. Pada observasi yang peneliti lakukan, ketika melewati daerah Pahlawan di depan salah satu bank swasta banyak Kelompok gay yang sedang duduk-duduk dipinggir jalan untuk melakukan pembahasan kegiatan edutaiment yang akan dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community bersama teman-temannya. Selain kegiatan edutaiment kegiatan lain yang dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community adalah menjalankan program tes HIV/AIDS bersama. Kegiatan tes HIV/AIDS ini mempunyai jadwal yang selalu dilakukan untuk memberikan program kontribusi kepada gay untuk melakukan tes HIV/AIDS. Di puskesmas Lebdosari kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu minggu ke 2, untuk puskesmas Poncol dilakukan Rabu pada minggu ke 3 sedangkan untuk puskesmas Halmahera pada hari Jumat minggu ke 5. Selain melakukan kegiatan tes HIV/AIDS secara suukarela, LSM juga menggadakan kegiatan HIV Concelling dan Testing atau biasa disebut HCT. HCT sendiri adalah program tes HIV dengan cara xxxvii xxxviii dengan ada paksaan, berbeda denga VCT yang dilakukan atas dasar sukarela. Peneliti tahu bahwa yang sedang berkumpul di salah satu depan bank swasta di jalan Pahlawan itu gay karena peneliti mengunjungi mereka dengan ketua LSM Semarang Gaya Community. Dari hasil wawancara bersama LSM Semarang Gaya Community, gay yang berada di kawasan pahlawan merupakan kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community. Dalam menemukan subjek penelitian, peneliti dibantu oleh ketua LSM Semarang Gaya Community, dalam menemukan subjek penelitian yang pertama untuk yang peneliti sebut sebagai SP1, saat itu memakai kaos warna hitam dipadukan dengan celana jeans biru tua SP 1 terlihat gagah dan tidak terlihat kalau dia penyuka sesama jenis, dengan rambut lurus dan berwarna hitam legam. Sangatlah mudah untuk mendekati SP 1 karena orangnya sangat terbuka untuk melakukan wawancara. Peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap SP 1. SP 1 sudah berumur 26 tahun, dan tinggal di Semarang, SP1 telah mempunyai pasangan dan menjalin hubungan dengan pasangan sudah berjalan 4 bulan, pendidikan terakhir adalah Sarjana Hukum, SP1 bekerja di suatu kantor Notaris. Awal mula SP1 menjadi gay karena seringnya disakiti oleh wanita, SP1 menggalami trauma yang sangat mendalam, ketika mengalami frustasi yang berat SP1 mendapat seorang teman pria ketika berada di tempat hiburan malam xxxviii xxxix di Semarang, perkenalan mereka membuat saling cocok, hingga menimbulkan rasa saling sayang lalu tumbuh menjadi cinta. SP2 ditemukan dengan bantuan dari LSM Semarang Gaya Community, ketika bertemu SP2, berusia 24 tahun, dengan ciri badan kurus dengan potongan rambut pendek memakai kaos warna putih dan celana pendek hijau, merupakan lulusan D3 Komunikasi di salah satu universitas negeri di kota Semarang, lama menjadi gay sejak dia berusia 8 tahun, dari usia 8 tahun sampai 24 tahun tidak pernah menyukai wanita sama sekali dan ketika ditanya alasannya SP 2 tidak menyukai wanita dari usia 8 tahun dikarenakan SP 2 memiliki seorang ayah yang bekerja sebagai Aparat Negara, ketika SP 2 berada dirumah sendiri ayah SP 2 mengajak untuk berhubungan seksual, karena ayah SP2 mengatakan bahwa hubungan seperti ini sudah menjadi hukuman ketika ayah SP 2 melakukan pendidikan. Hingga saat ini SP 2 masih sering berhubungan seksual karena ibu SP 2 sudah bercerai sejak SP 2 masih duduk di bangku SMP karena mengetahui kelainan seksual suaminya. Sampai sekarang ayah dan SP 2 tinggal secara bersama. SP3 ditemukan dengan bantuan LSM Gaya Community, berusia 22 tahun paling muda diantara responden yang lain. Merupakan lulusan D3 Komputer dengan ciri rambut diwarna kemerahan dan dipotong pendek, ketika bertemu peneliti memakai kemeja warna biru muda dan celana jeans biru tua, dengan memakai tas tangan warna cokelat muda. Menjadi gay sejak usia 19 tahun, awal mula menjadi gay ketika kuliah mempunyai teman dengan orientasi seksual yang xxxix xl menyimpang akibat dari pergaulan yang bebas dan tidak terpantau oleh orang tua tersebut akhirnya SP 3 menjadi gay. Menemukan SP 4 ini dibantu oleh LSM gay, usia 28 tahun dan bekerja sebagai perawat di rumah sakit swasta di Semarang. Menjadi gay karena banyak teman-teman kuliah SP 4 yang mempunyai orientasi seksual yang menyimpang ketika bertemu dengan peneliti SP 4 masih memakai seragam perawatnya, dengan model rambut pendek dan berkacamata. Gaya bicara yang halus dan sangat dewasa ketika peneliti memberi pertanyaan untuk wawancara SP 4. Menurut SP 4 menjadi gay merupakan hal yang tidak salah untuknya, bahkan orang tua dari SP 4 ini sangat mendukung dengan orientasi seksual anaknya.SP 4 merupakan subjek penelitian yang paling dewasa diantara yang lain karena usia SP 4 sudah 28 tahun. Kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community ini memang sangat hati-hati melakukan seks bebas, karena selain banyak diberi penyuluhan oleh LSM, mereka juga mengetahui tentang bahaya seks bebas dan sering berganti-ganti pasangan, karena tingkat pendidikan yang merupakan berpengaruh terhadap pola pikirnya. xl lulusan universitas juga xli B. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian I II III IV dan karakteristik Nama Inisial SP1 SP2 SP3 SP4 Umur 26 tahun 24 tahun 22 tahun 28 tahun Pendidikan S1 Hukum D3 D3 S1 Komunikasi Komputer Perawat Domisili Semarang Semarang Semarang Semarang Sejak kapan jadi Umur 19 Umur 8 Umur 19 Umur 23 gay Dalam penelitian ini, subjek yang menjadi penelitian adalah kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community, dan karakteristik mereka yang beragam. SP 1 merupakan subjek penelitian ini, berusia 26 tahun, dengan pendidikan terakhir mendapat gelar Sarjana Hukum, SP 1 tinggal di Semarang dan menjadi gay sejak usia 19 tahun. Subjek penelitian selanjutnya adalah SP 2, berusia 24 tahun, dengan pendidikan terakhir D3 Komunikasi bertempat tinggal di Semarang dan menjadi gay sejak usia 8 tahun karena pernah melakukan hubungan seksual dengan sang ayah. Subjek penelitian berikutnya adalah SP 3 berusia 22 tahun, merupakan responden termuda dari yang lainnya, karena berusia 22 tahun, pendidikan terakhir D3 Komputer dan menjadi gay sejak usia 19 tahun. Responden xli xlii berikutnya adalah SP 4 responden yang beusia 28 tahun ini merupakan salah satu perawat rumah sakit di salah satu kota Semarang, menjadi gay sejak usia 23 tahun Dari keempat subjek penelitian tersebut 3 orang responden menjadi gay sejak usia remaja dan 1 orang responden sejak masih anak-anak. Pengambilan subjek penelitian ini sesuai dengan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti dan kelompok gay yang merupakan dampingan dari LSM Semarang Gaya Community. Semua subjek penelitian tidak setiap hari berada di LSM Semarang Gaya Community, karena mereka semua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Peneliti menemui mereka bersama informan kunci LSM Semarang Gaya Community ketika mereka sedang berkumpul di Jalan Pahlawan. Kelompok gay yang menjadi subjek penelitian sebagian besar mempunyai pekerjaan yang bagus, oleh karena itu mereka tidak kekurangan dari segi materi yang mereka punya. Mereka juga dari keluarga mampu. Sebagian besar mereka menjadi gay dikarenakan mencoba berhubungan dengan sesama jenis ketika duduk di bangku kuliah, dan akhirnya menjadi nyaman dan tidak ingin lagi berhubungan dengan wanita.Bahkan dua subjek penelitian ada yang menjadi gay saat duduk dibangku SMA. Sebagian besar kelompok gay yang menjadi subjek penelitian mereka tidak mempunyai pasangan atau bisa mereka sebut BF atau boyfriend. Kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community ini memang sangat hati-hati melakukan seks bebas, karena selain banyak diberi penyuluhan oleh LSM, mereka juga mengetahui tentang bahaya seks bebas dan sering xlii xliii berganti-ganti pasangan, karena tingkat pendidikan mereka juga berpengaruh terhadap pola pikirnya. C. WAWANCARA MENDALAM PADA RESPONDEN UTAMA 1. FAKTOR KOGNITIF Faktor Kognitif yang dimaksud disini adalah faktor pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku individu dalam konteks sosial dan teman sebaya dari subjek penelitian. Hasil wawancara sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian telah menjelaskan tentang manfaat tes HIV/AIDS, mereka juga tahu akan pentingnya tentang tes HIV/AIDS ini bagi mereka. Semua subjek penelitian juga menjawab manfaat tes HIV/AIDS dengan jawaban yang mirip. Hal ini dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut “Tes untuk mengetahui tentang status HIV seseorang” SP 2 salah seorang responden menjawab dengan jawaban seperti yang diatas. Semua subjek penelitian juga telah dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan menjawab dengan benar. Tes HIV/AIDS dilakukan menurut subjek penelitian perlu karena subjek penelitian bisa mengetahui status HIV mereka dan xliii xliv menjadi sesuatu hal yang penting untuk dilakukan , karena kelompok gay memang berisiko untuk terkena HIV. 2. Tahapan untuk melakukan tes HIV Semua subjek penelitian mampu menjelaskan tahapan-tahapan apa yang dilakukan ketika tes HIV/AIDS. Mereka menjelaskan dengan sangat jelas dan teprinci tentang tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan tes HIV/AIDS. Bagi subjek penelitian mereka bisa mejelaskan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS. Salah satu jawaban yang didapat dari responden utama mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS seperti salah satu kutipan dibawah ini “ pertama konseling sebelum tes, habis itu dilakukan tes nya dilakukan, tahap berikutnya ada konseling post test “, SP 2 salah satu jawaban dari responden yang merupakan gay dampingan dari LSM Semarang Gaya Community. Kelompok gay juga tahu bagaimana proses yang dilakukan ketika mereka melakukan tes HIV/AIDS, karena mereka melakukan tes HIV/AIDS dan kelompok gay juga tahu kenapa dilakukan tes HIV/AIDS untuk mereka. Jawaban semua Subjek Penelitian sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh LSM. Berdasarkan dari informasi LSM, mereka mampu xliv xlv menjelaskan tahapan-tahapan untuk tes HIV/AIDS karena mereka sebagian besar sudah malakukan tes HIV/AIDS, selain diberi penyuluhan untuk tes HIV mereka juga diberikan saran untuk tes HIV secara sukarela. 3. Tempat untuk T es HIV/AIDS Semua subjek penelitian tahu untuk melakukan tes HIV/AIDS dilakukan. Banyak kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS ditempat yang telah ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community untuk melakukan tes HIV. Tempat yang ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community untuk melakukan tes HIV/AIDS adalah Rumah Sakit dr. Kariadi, dan dua Puskesmas yang bekerja sama dengan LSM yaitu Puske smas Halmahera dan Lebdosari. Berikut adalah merupakan kutipan wawancara dari salah satu subjek penelitian “ tempat di rs. Kariadi, ato puskesmas yang ditunjuk LSM, puskesmas Lebdosari ato Halmahera” SP 1 Semua subjek penelitian menyebutkan bahwa tempat dilakukan tes HIV/AIDS sadalah rumah sakit dr. Kariadi Semarang dan Puskesmas yang bekerja sama dengan LSM yaitu Puskesmas Lebdosari dan Puskesmas Halmahera. Dan keempat subjek penelitian melakukan tes secara bersama dan sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak tertentu. xlv xlvi 4. Pencegahan HIV/ AIDS Sebagian besar subjek penelitian mampu untuk menjelaskan mengenai pencegahan HIV/AIDS. Semua subjek penelitian mengatakan bahwa pemakaian kondom untuk berhubungan seks anal akan aman dan terhindar dari infeksi HIV. Sedangkan untuk pencegahan berikutnya semua subjek penelitian mengatakan bahwa tidak melakukan hubungan seksual dengan cara berganti-ganti pasangan juga dapat terhindar dari infeksi HIV. Sebagian besar subjek penelitian menyarankan penggunaan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan seksual, karena gay merupakan kelompok yang paling berisiko untuk terinfeksi HIV, karena hubungan seksual mereka dengan anal seks dan selalu berganti-ganti pasangan seksualnya. 5. Hasil tes Positif Sebagian besar subjek penelitian dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap tes HIV/AIDS dan bila hasilnya positif. Mereka mengatakan bila tes HIV/AIDS mereka positif mereka akan diberikan dukungan penuh untuk perwatan tambahan seperti informasi perawatan. Bukan hanya itu saja, bahkan bila perlu pemeriksaan CD 4 dan penggobatan ARV harus dilakukan. Selain itu LSM juga akan memantau terus bagaimana perkembangan gay yang terinfeksi HIV tersebut. Menurut salah satu dari xlvi xlvii subjek penelitian bahwa pemberian dukungan penuh sangat dibutuhkan, mengingat bahwa HIV dari konselor merupakan penyakit mematikan yang akan membuat mental mereka jatuh, dan untuk itu konselor juga menyarakan bahwa pemeriksaan CD 4 sebagai lanjutan atas saran dari konselor. Dan bila perlu pengobatan ARV juga harus dilakukan.Untuk memantau keadaan mereka yang terinfeksi HIV, mereka dibantu oleh pelaporan dari teman sebaya yang tergabung dalam komunitas. Dan dari semua jawaban subjek penelitian sesuai dengan informan crosscheck. 6. Hasil Negatif Sebagian besar subjek penelitian juga dapat memberi penjelasan bila tes HIV/AIDS hasilnya negatif. Mereka diberikan pesan-pesan pencegahan HIV/AIDS, saran untuk selalu menggunakan pengaman bila berhubungan seksual dan tidak berganti-ganti pasangan.Menurut salah satu dari keempat subjek penelitian bahwa jika hasil dari tes HIV tersebut negatif maka diberikan pesan-pesan pencegahan dari konselor agar berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual, lalu tidak berganti-ganti pasangan seksual dan bila perlu memakai kondom untuk mencegah virus HIV masuk. Dan jika mempunyai pasangan segera untuk menyuruh [pasangan melakukan tes HIV juga, karena pasangan juga belium tentu bebas dari HIV. 7. Gay berisiko terkena HIV/AIDS xlvii xlviii Sebagian besar subjek penelitian bisa menjelaskan kenapa gay berisiko sekali terhadap HIV/AIDS. Mereka juga menjelasakan seringnya berganti-ganti pasangan seksual menyebabkan seseorang bisa terinfeksi HIV/AIDS dan tidak menggunakan kondom.Salah satu responden mengatakan bahwa kelompok gay berisiko terinfeksi HIV karena gay suka sekali berganti-ganti pasangan, dan terkadang dalam melakukan hubungan seks secara anal mereka juga enggan menggunakan kondom. Padahal hubungan lewat dubur atau biasa disebut anal seks sangat berisiko sekali penularan penyakit infeksi HIV. Sebagian besar subjek penelitian juga mengatakan bahwa pola hubungan seksual gay itu berisiko untuk tertular HIV karena pola hubungan gay yang dilakukan secara anal seks dapat menyebabkan penularan virus HIV. 2. FAKTOR PERILAKU Faktor perilaku sendiri merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS. Salah satu yang berpengaruh adalah efikasi diri atau persepsi diri mengenai seberapa baik diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu . Praktik untuk melakukan tes HIV/AIDS merupakan contoh efikasi diri. Hasil wawancara peneliti dengan subjek peneliti terhadap faktor perilaku sebagai berikut: 1. Pernah melakukan tes HIV/AIDS Sebagian besar subjek penelitian mengatakan pernah melakukan tes HIV/AIDS. Mereka melakukan tes HIV/AIDS untuk mengetahui status HIV mereka, karena mereka mengetahui manfaat besar tentang tes xlviii xlix HIV/AIDS. Sebagian besar subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun, selain itu mereka mereka melakukan tes karena mereka terdaftar sebagai anggota LSM Semarang Gaya Community. Sebagian besar subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS ketika program dari LSM mengenai anjuran tes HIV dijalankan. Semua subjek penelitian juga mengatakan mereka melakukan tes HIV/AIDS ketika program untuk tes HIV yang dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community dijalankan, dan semua subjek penelitian juga mengetahu manfaat dilakukan tes tersebut untuk mereka. Salah satunya “ untuk tahu mas status HIV , “ yang merupakan kutipan jawaban dari semua subjek penelitian. Semua subjek penelitian juga penelitian juga mampu menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan tes HIV/AIDS, karena mereka juga sebelumnya diberikan penyuluhan terhadap tahapantahapan tes HIV . 2. Tempat melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian tersebut menjawab mereka melakukan tes HIV/AIDS di salah satu rumah sakit Semarang. Dan mereka menyebutkan satu tempat yang sama yaitu di Rumah Sakit Dr. Kariadi. Semua subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS di rumah sakit dr. Kariadi karena pada saat itu jadwal yang telah ditetapkan oleh LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS jatuh di rumah sakit dr. Kariadi Berikut salah satu kutipan wawancara dari responden xlix l “ saya melakukan tes di Rumah Sakit dr. Kariadi mas”. SP 2 3. Biaya untuk melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian mengatakan bahwa untuk melakukan tes HIV/AIDS tidak dipungut biaya sama sekali atau gratis. Kelompok gay tidak dipungut biaya untuk melakukan tes HIV karena program ini memang tempat untuk menyediakan tempat untuk kelompok yang berisiko tinggi terkena HIV. Salah satu responden utama mengatakan “gratis mas, gak bayar kok tes HIV nya”. SP 2 Dari hasil wawancara terhadap semua responden bahwa melakukan tes HIV/AIDStidak dipungut biaya karena tes HIV secara bersama merupakan program dari LSM yang bekerja sama dengan pemerintah. 4. Cara melakukan tes HIV/ AIDS Semua subjek penelitian dapat memberikan penjelasan secara terperinci mengenai tata cara melakukan tes HIV/AIDS, Mereka mengerti akan tahapan-tahapan secara berurutan mengenai tes yang dilakukan. Subjek penelitian juga menjelaskan tentang tahapn tes HIV ini dengan l li sangat pelan dan teratur, karena subjek penelitian tidak ingin akan terlewatkan sedikitpun keterangan yang mereka jelaskan. Salah satu subjek penelitian memberikan jawaban sebgai berikut “cara pertama kita melakukan pra konseling sebelum tes, klo kita setuju untuk tes kita diambil sampel darahnya mas, setelah diambil sampel darahkita suruh tunggu hasilnya”. SP 2 5. Alasan Melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian telah melakukan tes HIV/AIDS, mereka melakukan tes dengan manfaat dapat mengatahui bagaimana kondisi atau status HIV mereka. Mereka juga berpendapat bahwa dengan melakukan tes HIV dapat memantau keadaan mereka apakah sudah terinfeksi HIV atau belum. Dan berikut salah satu kutipan wawancara terhadap subjek penelitian. “ Supaya tahu status HIV saya mas “ SP 2 Semua subjek penelitian juga mengatakan akan pentingnya melakukan tes HIV karena salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan tingginya angka HIV adalah kaum Homoseksual. li lii 3. FAKTOR LINGKUNGAN Dalam penelitian ini faktor lingkungan adalah faktor yang terdapat pengaruh satu sama lain atau hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS. Hasil wawancara subjek penelitian dengan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai teman sebaya untuk mengajak tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian mempunyai teman sebaya / peer untuk mengajak tes HIV. Tetapi kelompok gay tersebut melakukan tes HIV/AIDS tersebut karena tahu manfaat dari tes tersebut dan bukan karena pengaruh teman sebaya. Sebagian besar subjek penelitian di penelitian ini mempunyai pola pikir yang sangat bagus akan pentingnya resiko yang akan diderita bila mereka tidak melakukan untuk melakukan tes HIV. 2. Teman sebaya/ peer sudah melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian mengatakan bahwa mereka mempunyai teman sebaya/peer yang telah melakukan tes HIV/AIDS. Dan teman sebaya responden melakukan tes HIV/AIDS tanpa adanya pengaruh lii liii dari orang lain, mereka juga tahu tentang manfaat tes HIV/AIDS bila melakukan. Bahkan ketika melakukan tes HIV responden dan teman sebaya melakukan dengan sangat antuasias, karena dilakukan secara bersama kelompok komunitas gay di Semarang merupakan 3. Tes HIV/ AIDS karena mengikuti ajakan teman sebaya Semua subjek penelitian mengatakan bahwa mereka melakukan tes HIV/AIDS tidak karena ajakan teman sebaya atau pengaruh dari orang lain, mereka melakukan tes HIV/AIDS dengan pertimbangan mereka sendiri, karena LSM telah memberikan penjelasan mengenai manfaat tes tersebut. Selain itu tes HIV/AIDS merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh kelompok gay, karena mereka merupakan salah satu kelompok paling berisiko untuk terinfeksi HIV. Sebagian besar subjek penelitian mengatakan bahwa teman sebaya, pasangan gay dan LSM tidak mempengaruhi mereka untuk melakukan tes HIV, karena pengetahuan mereka akan pentingnya melakukan tes HIV ini karena mereka merupakan salah satu kelompok penyumbang angka HIV. 4. LSM mengajak komunitas untuk melakukan tes HIV/AIDS. Semua subjek penelitian mengatakan bahwa LSM mengajak komunitas mereka semua untuk melakukan tes HIV/AIDS secara bersama dan sukarela tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun. LSM Semarang Gaya Community sendiri selalu memantau kelompok gay dampingan mereka, gay yang terdaftardalam LSM liii liv tersebut juga selalu mendapatkan penyuluhan tentang kegiatan yang bersifat positif untuk anggotanya, salah satunya dengan mengajak tes HIV secara bersama dan tidak dengan adanya suatu paksaan. Menurut kelompok gay sendiri peran LSM sangat penting, mereka tahu jika mereka tidak tergabung dalam LSM gay tersebut mereka tidak tahu akan melakukan apa jika terinfeksi HIV. Dalam kelompok gay ini yang terdaftardalam LSM ketika ada yang positif terkena HIV mereka terus dipantau berkembangannya baik dalam kota maupun di luar kota. LSM juga bekerja sama denganpemerintah dalam melakukan tindakan ini salah satunya dengan memberikan perawatan medis gratis bagi gay yang sudah terinfeksi HIV. 5. Kapan LSM mengajak untuk melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian mengatakan LSM mengajak untuk melakukan tes HIV/AIDS saat program tes HIV/AIDS dilakukan oleh LSM Semarang Gaya Community. Menurut semua subjek penelitian mereka diajak untuk LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS supaya mengetahui tentang manfaat melakukan tes HIV/AIDS. 6. Gay tidak mau melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian mengatakan bahwa gay yang didampingi LSM Semarang Gaya Community jika tidak mau untuk melakukan tes HIV/AIDS tidak akan dikenakan hukuman, liv lv menurut semua subjek penelitian bahwa kelompok gay yang tidak mau melakukan tes HIV tidak akan dipaksa untuk melakukan, karena menurut semua subjek penelitian akan dikembalikan ke pribadi masing-masing. 7. Kendala mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS Semua subjek penelitian mengatakan tidak ada kendala untuk mengajak tes HIV/AIDS. Semua gay mengikuti tes dengan sangat lancar dan tertib. Semua subjek penelitian juga mengatakan bahwa kegiatan untuk mengajak tes HIV/AIDS pada kelompok gay tidak ada kendala. 8. Tanggapan mengenai LSM Semarang Gaya Community Semua subjek penelitian mengatakan bahwa tanggapan mereka mengenai LSM sangatlah bagus, kerena mereka mengadakan program dan mengajak kelompok gay untuk melakukan hal yang sangat baik sepeti tes HIV/AIDS.Untuk itu semua subjek penelitian melakukan kegiatan yang diadakan oleh LSM Semarang Gaya Community dengan senang hati bahwa kegiatan yang dilakukan oleh LSM merupakan hal yang positif untuk dilakukan. Berikut merupakan salah satu wawancara dari salah satu responden mengenai pendapat mereka tentang kinerja LSM Semarang Gaya Community. lv lvi “ Sangat bagus mas, karena LSM mempunyai program yang tahu tentang kebutuhan untuk kelompok gay “ SP 2 Semua subjek penelitian juga menerima kegiatan ini dengan positif, bahwa dengan adanya kegiatan tes HIV/AIDS secara bersama merupakan sesuatu yang mereka bisa peroleh tentang manfaatnya ketika program tes HIV/AIDS ini dilakukan. D. WAWANCARA MENDALAM PADA INFORMAN CROSSCHECK Keterangan jawaban wawancara dari subjek penelitian utama dapat diketahui kebenarannya melalui informan crosscheck lima orang yang dianggap tahu mengenai informan tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber untuk melakukan wawancara crosscheck adalah dua anggota dari LSM Semarang Gaya Community , satu orang pasangan gay, dan dua orang teman sebaya. Karakteristik informan crosscheck dalam penelitian ini ada dua orang yang merupakan pengurus dari LSM Semarang Gaya Community dengan inisial IC1 dan IC2. IC1 merupakan ketua dari LSM Semarang Gaya Community, berusia 38 tahun dengan ciri khas tubuh tinggi dan kurus, mempunyai pekerjaan sebagai perias pengantin, bertempat tinggal di Semarang, dan pendidikan terakhir SMA. Informan berikutnya adalah Ic2 merupakan sekretaris dari LSM Semarang Gaya Community, berusia 22 tahun, mempunyai ciri khas tubuh lvi lvii atletis tinggi dan mempunyai warna kulit kecokelatan. Masih berstatus sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. IC3 merupakan pasangan gay dari SP 1, berusia 28 tahun, bekerja sebagai penyiar radio dan pendidikan terakhir D3 Komunikasi bertempat tinggal di Semarang. IC4 adalah salah satu dari teman sebaya responden, berusia 24 tahun, pendidikan terakhir D3 Komputer. Mempunyai pekerjaan sebagai bartender di salah satu klab malam di Semarang. IC5 mempunyai latar belakang berbeda dari Informan Crosscheck lainnya. Berusia 28 tahun dan mempunyai pekerjaan sebagai dosen disalah satu universitas swasta di Semarang. 1. FAKTOR KOGINITIF Faktor Kognitif yang dimaksud disini adalah faktor pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku individu dalam konteks sosial dan subjek penelitian dari informan crosscheck. 1) Pengetahuan Tentang Tes HIV/AIDS Berdasarkan informan untuk crosscheck pada teman sebaya mereka juga dapat menjelaskan tentang pengetahuan tes HIV/AIDS, dari semua teman sebaya mereka menjawab pertanyaan dari peneliti dengan jawaban yang sama dengan responden utama. Berikut jawaban dari crosscheck teman sebaya lvii lviii “ tes untuk tahu satus HIV” IC 3 Informan crosscheck lainnya ditanyakan kepada LSM Semarang Gaya Community, kelompok gay mampu menjelaskan tentang manfaat tes HIV/AIDS karena menurut LSM Semarang Gaya Community kelompok gay sering diberikan penyuluhan tentang tes HIV/AIDS. Kelompok gay sering diberikan tentang edukasi HIV/AIDS. Pengetahuan kelompok gay yang menjadi subjek penelitian menurut peneliti sangat lah bagus karena mereka mampu untuk menjelaskan tentang pengetahuan tes HIV/AIDS Selain teman sebaya dan LSM, peneliti juga menanyakan kepada pasangan salah satu gay responden utama, jawaban yang diberikan oleh pasangan gay juga sama mengenai manfaat tes HIV/AIDS, pasangan gay tersebut mengatakan bahwa jawaban tentang manfaat tes HIV/AIDS adalah untuk mengetahui status HIV seseorang. Tes HIV/AIDS dilakukan menurut subjek penelitian perlu karena subjek penelitian bisa mengetahui status HIV mereka dan menjadi sesuatu hal yang penting untuk dilakukan , karena kelompok gay memang berisiko untuk terkena HIV. 2) Tahapan untuk melakukan tes HIV Dari crosscheck teman sebaya responden mereka juga mampu untuk menjelaskan tahapan-tahapan apa yang dilakukan untuk tes lviii lix HIV/AIDS. Mereka juga menjelaskan secara terperinci untuk menjawab tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS. Jawaban dari salah satu teman sebaya adalah sebagai berikut “ konseling sebelum tes dilakukan, lalu tes untuk diambil darahnya, setelah itu baru hasilnya”. IC 3 Crosscheck terhadap salah satu pasangan gay juga mengatakan hal yang sama bahwa tahapan untuk melakukan tes HIV/AIDS dengan jawaban sebagai berikut “ sebelum melakukan tes ada 3 tahap konseling awal mas, setuju gak buat kita melakukan tes , kemarin waktu saya tes dokter menyakan faktor resiko lalu kalo setuju mulailah kita diambil sampel buat di tes, setelah itu nunggu hasilnya” IC 5 3) Tempat untuk melakukan tes HIV Berdasarkan informasi teman sebaya yang menjadi gay dampingan dari LSM Semarang Gaya Community bahwa kelompok gay melakukan tes HIV/AIDS di rumah sakit yang ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community yaitu rumah sakit dr. Kariadi atau Puskesmas yang bekerja sama dengan kegiatan LSM Semarang Gaya Community yaitu Puskesmas Halmahera atau Puskesmas Lebdosari. Kelompok gay lix lx melakukan tes HIV/AIDS secara bersama agar mereka bisa mengetahui akan manfaat besar tentang tes HIV/AIDS. Informasi berikutnya adalah LSM Semarang Gaya Community mengatakan bahwa mereka secara bersama melakukan tes HIV/AIDS di rumah sakit dr. Kariadi Semarang, selain itu tempat untuk melakukan tes HIV yang lain adalah Puskesmas Halmahera atau Lebdosari. Salah satu pasangan gay juga mengatakan bahwa melakukan tes HIV/AIDS dapat dilakukan di rumah sakit dr. Kariadi dan dua Puskesmas yang bekerja sama dengan LSM, yaitu Puskesmas Halmahera dan Lebdosari. 4) Pencegahan HIV/AIDS informan crosscheck teman sebaya responden, mereka juga mengatakan bahwa pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan penggunaan kondom saat berhubungan seksual, dan jangan bergantiganti pasangan seksual. Menurut teman sebaya gay berisiko untuk terinfeksi HIV karena kelompok gay terbiasa berhubungan seksual secara anal seks, dan terkadang teman-teman dari komunitas juga ada yang masih belum dan juga tidak mau dalam penggunaan kondom. Pasangan gay juga menjadi salah satu informan untuk penelitian ini juga mengatakan bahwa pencegahan HIV/AIDS pada kelompok gay juga bisa dilakuukan dengan pemakaian pengaman atau kondom, selain itu tidak berganti-ganti pasangan seksual. Penjelasan mereka sesuai dengan yang dikatakan oleh LSM Semarang Gaya Community, dalam pencegahan terinfeksi HIV gay ketika berhubungan seksual harus menggunakan kondom, dan kelompok gay lx lxi juga jangan menjelasakan sering berganti-ganti pasangan hubungan seks anal dalam seksual. kelompok LSM gay juga dapat menyebabkan resiko terinfeksi HIV, dan seringnya berganti-ganti pasangan seksual juga salah satu faktor untuk terinfeksi HIV. 5) Hasil tes Positif Informasi crosscheck dari teman sebaya mengatakan bahwa gay yang melakukan tes HIV/AIDS dan hasil tes positif mereka akan diberikan dukungan penuh seperti pemberian motivasi untuk ke depan, selain itu dan disarankan juga untuk melakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan CD 4 serta bila perlu pengobatan ARV. Informasi yang didapat dari pasangan gay mengatakan jika melakukan tes HIV/AIDS dan hasilnya menunjukkan positif maka akan diberikan pengarahan ke tahapan selanjutnya seperti pemberian informasi tambahan agar gay yang positif HIV mengerti akan tindakan tindakan yang dilakukan untuk tahap selanjutnya seperti pemeriksaan CD 4 dan melakukan juga pengobatan ARV. Menurut informasi crosschek dari LSM Semarang Gaya Community, bila ada gay yang hasil tes nya sudah positif mereka akan diberikan dukungan penuh baik oleh LSM maupu dari konselornya. Informasi dari LSM sendiri gay yang positif HIV mereka akan diberikan informasi perawatan tambahan seperti pemeriksaan lanjut untuk CD 4 dan bila perlu pengobatan ARV juga harus dilakukan.Untuk memantau lxi lxii keadaan mereka yang terinfeksi HIV, mereka dibantu oleh pelaporan dari teman sebaya yang tergabung dalam komunitas 6) Hasil tes Negatif Wawancara dengan teman sebaya juga mengatakan hal yang sama bila gay yang melakukan tes HIV hasilnya negatif akan diberikan saran-saran pencegahan terhadap gay dan pasangan jika mempunyai pasangan. Menurut teman sebaya gay pesan yang disampaikan konselor jika hasil tes HIV negatif yaitu diberikan pesan-pesan pencegahan untu tidak melakukan seks tanpa memakai kondom, dan tidak berganti-ganti pasangan seksualnya. Dan jika mempunyai pasangan dianjurkan untuk mengikuti tes HIV juga karena belum tentu pasangan juga terbebas dari HIV. Dari hasil wawancara dengan LSM Semarang Gaya Community, kelompok gay yang hasil tes HIV/AIDS nya negatif diberikan saran-saran untuk pencegahan bila perlu disuruh menggunakan untuk pengaman seperti kondom, bila berhubungan seksual yang dilakukan secara anal dan tidak boleh berganti-ganti pasangan secara bebas selain itu tes untuk pasangan mereka bagi yang sudah memiliki. Hasil wawancara dengan pasangan gay bila sudah melakukan tes HIV/AIDS dan menunjukkan hasil negatif akan diberikan pesan pesan anjuran dari konselor seperti pesan-pesan pencegahan agar tidak bergantiganti pasangan seksual dan bila melakukan seks secara anal menggunakan kondom dan untuk yang sudah punya pasangan dianjurkan untuk melakukan tes terhadap pasangannya. lxii lxiii 7) Gay berisiko terkena HIV/AIDS Menurut teman sebaya kelompok gay mengatakan bahwa gay berisiko terkena HIV karena gay bila berhubungan seksual melalui dubur atau biasa disebut anal seks, mereka juga jarang menggunakan pengaman atau kondom karena menurut mereka bila menggunkan kondom tidak nyaman. Dari hasil wawancara dengan informan crosscheck LSM Semarang Gaya Community memberikan jawaban yang sama tentang persepsi mereka bahwa kenapa kelompok gay berisiko terinfeksi HIV/AIDS salah satunya dengan berganti-ganti pasangan seksualnya dan mereka juga tidak menggunakan kondom. Menurut hasil wawancara dari pasangan gay juga mengatakan hal yang sama bahwa kelompok gay sangat berisiko terhadap HIV karena masih banyak gay yang melakukan seks secara anal atau lewat dubur jarang menggunakan kondom, kelompok gay juga masih sering terjadi berganti-ganti pasangan seksual. 2. Faktor Lingkungan Faktor perilaku sendiri merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS. Salah satu yang berpengaruh adalah efikasi diri atau persepsi diri mengenai seberapa baik diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. lxiii lxiv 1. Responden Pernah melakukan tes HIV/AIDS Hasil wawancara dengan informan crosscheck dari teman sebaya, bahwa kelompok gay tersebut melakukan tes HIV/AIDS dengan sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Mereka melakukan tes HIV/AIDS ketika program tes HIV/AIDS dijalankan oleh LSM Semarang Gaya Community Informasi dari LSM mengatakan, bahwa kelompok gay pernah melakukan tes HIV/AIDS, mereka juga melakukan tes agar mengetahui tentang status HIV. Dan mereka melakukan tes HIV/AIDS ketika LSM menjalankan program untuk melakukan tes HIV secara bersama. Informasi dari pasangan gay juga mengatakan pernah melakukan tes HIV/AIDS secara sukarela, kerena jadi tahu tentang status HIV dan manfaat yang diperoleh setelah melakukan tes tersebut. Semua subjek penelitian juga penelitian juga mampu menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan tes HIV/AIDS, karena mereka juga sebelumnya diberikan penyuluhan terhadap tahapantahapan tes HIV . 2. Tempat melakukan tes HIV/AIDS Menurut informasi dari teman sebaya, mereka melakukan tes saat itu di rumah sakir dr. Kariadi, karena pada saat melakukan tes HIV/AIDS jadwal yang diberikan oleh LSM bertempat di rumah sakit dr. Kariadi Semarang. Pasangan gay juga memberikan jawaban yang sama mengenai tempat yang bisa melakukan tes HIV/AIDS, jawaban yang diberikan oleh lxiv lxv pasangan gay tersebut untuk melakukan tes HIV/AIDS yaitu di rumah sakit dr. Kariadi Semarang. Dari hasil wawancara dengan LSM Semarang Gaya Community kelompok gay tersebut telah melakukan tes HIV/AIDS secara bersamaan di rumah sakit dr. Kariadi Semarang. Mereka melakukan tes di rumah sakit dr. Kariadi karena pada saat itu jadwal untuk tes HIV/IADS jatuh di rumah sakit dr. Kariadi Semarang. 3. Biaya untuk melakukan tes HIV/AIDS Dari hasil wawancara terhadap informan crosscheck teman sebayakelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community ketika melakukan tes HIV/AIDS tidak ada yang membayar sama sekali atau gratis. Informasi dari pasangan gay juga menjawab hal yang sama, ketika melakukan tes HIV/AIDS gay tidak dipungut biaya. Karena tes HIV ini merupakan program wajib yang diadakan oleh LSM Semarang Gaya Community. Informasi dari LSM juga mengatakan bahwa untuk melakukan tes HIV/AIDS kelompok gay dampingan mereka tidak dipungut biaya apapun, karena program ini merupakan program wajib dari LSM untuk memberikan kelompok gay fasilitas untuk tes HIV/AIDS karena kelompok gay berisiko terkena HIV. Pemerintah juga memberikan dukungan untuk melakukan tes HIV yaitu dengan memberikan secara gratis untuk melakukan tes HIV/AIDS. lxv lxvi 4. Cara melakukan tes HIV/ AIDS Dari hasi wawancara dengan informan crosscheck teman sebaya kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community tahu cara menjelaskan tahapan-tahapn tes HIV/AIDS karena mereka sudah melakukan tes HIV/AIDS secara bersama. Informasi dari pasangan gay juga memeberikan jawaban yang sama terhadap peneliti, pasangan gay juga mampu menjelaskan tahapan-tahapn yang dilakukan ketika tes HIV/AIDS, karena pasangan gay tersebut pernah melakukan tes HIV/IADS. LSM Semarang Gaya Community sendiri mengatakan bahwa kelompk gay mampu menjawab masalah tentang tahapan yang dilakukan ketika melakukan tes HIV/AIDS dan mereka bisa menjelaskan secara terperinci karena kelompok gay pernah melakukan tes HIV/AIDS secara bersamaan dengan dampingan LSM. 5. Alasan Melakukan tes HIV/AIDS Hasil wawancara dengan informan crosscheck teman sebaya gay bahwa mereka diberikankan penyuluhan tentang manfaat besar yang didapat bila melakukan tes HIV/AIDS. Dan mereka banyak yang sudah melakukan tes tersebut. Informasi yang didapat dari pasangan gay juga mermberikan jawaban yang sama mengenai alasan melakukan tes HIV/AIDS. Dapat mengetahui tentang status HIV seseorang merupakan jawaban yang diberikan oleh pasangan gay ketika peneliti menanyakan alasan melakukan tes HIV/AIDS. lxvi lxvii LSM Semarang Gaya Community mengatakan bahwa kelompok gay dampingan mereka melakukan tes HIV/AIDS secara sukarela dan tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun.. Menurut LSM gay alasan mereka untuk melakukan tes HIV agar mereka dapat memantau status keadaan HIV mereka, apakah mereka hasilnya positif atau negatif. 3. FAKTOR LINGKUNGAN Dalam penelitian ini faktor lingkungan adalah faktor yang terdapat pengaruh satu sama lain atau hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS. Hasil wawancara informan crosscheck dengan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai teman sebaya untuk mengajak tes HIV/AIDS Informasi dari teman sebaya semua subjek penelitian juga melakukan hal yang sama, yaitu melakukan tes HIV/AIDS dengan sukarela tanpa adanya paksaan dan mereka juga diberikan tentang manfaat yang dilakukan tentang tes HIV/AIDS. Pasangan gay juga mengatakan bahwa responden melakukan tes HIV/AIDS dengan kemauan sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Pasangan gay juga mengatakan bahwa melakukan tes lxvii lxviii HIV merupakan kewajiban gay, karena gay merupakan kelompok yang berisiko terinfeksi HIV. Berdasarkan hasil dari wawancara LSM Semarang Gaya Community, responden tersebut melakukan tes HIV/AIDS tidak karena pengaruh teman sebaya, responden tersebut tahu bahwa pentingnya melakukan tes tersebut, dan menurut LSM sendiri pemikirian mereka terbuka karena semua responden yang diteliti dalam penelitian ini mempunyai latar belakang bagus karena semua responden merupakan lulusan bangku universitas. Menurut semua informan yang ada dalam penelitian ini kelompok gay berisiko terinfeksi HIV/AIDS. Sebagian besar subjek penelitian di penelitian ini mempunyai pola pikir yang sangat bagus akan pentingnya resiko yang akan diderita bila mereka tidak melakukan untuk melakukan tes HIV. 2. Teman sebaya/ peer sudah melakukan tes HIV/AIDS Teman sebaya/ peermengatakan bahwa responden melakukan tes HIV/AIDS bukan karena ajakan atau pengaruh dari orang lain, mereka melakukan tes dengan kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Teman sebaya mengatakan bahwa responden sudah melakukan tes HIV/AIDS dengan tanpa adanya paksaan, mereka melakukan dengan sukarela dan dengan kesadaran mereka sendiri. Mereka melakukan tes HIV/AIDS karena mengetahui tentang manfaat yang didapat. lxviii lxix Menurut informasi dari pasangan gay, responden melakukan tes HIV/AIDS atas keinginan sendiri dan tidak ada pengaruh dari orang lain karena responden tahu manfaat akan pentingnya tes HIV/AIDS. Hasil dari wawancara terhadadap LSM Semarang Gaya Community responden melakukan tes HIV atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain. Kelompok dampingan gay semuanya telah melakukan tes HIV/AIDS. Kelompok gay yang merupakan dampingan dari LSM gay Kota Semarang semua pernah melakukan tes HIV, karena salah satu dari program bagi gay yang sudah terdaftar di LSM tersebut salah satunya melakukan tes HIV. 3. Tes HIV/ AIDS karena mengikuti ajakan Hasil dari wawancara dengan teman sebaya mengatakan bahwa responden melakukan tes HIV/AIDS tidak karena mengikuti ajakan teman teman, melainkan kesadaran diri sendiri dan tahu tentang manfaat yang diberikan setelah melakukan tes HIV/AIDS. Dari hasil wawancara dengan pasangan gay, semua responden melakukan tes HIV/AIDS atas kemauan dari diri mereka sendiri, mereka juga telah mengerti pentingnya melakukan tes HIV/AIDS ini. Informasi dari LSM mengatakan bahwa sebagian besar responden melakukan tes HIV/AIDS atas kemauan mereka sendiri dan tanpa adanya paksaan atau pengaruh dari orang lain. Dan semua subjek penelitian juga tahu akan pentingnya manfaat tes HIV/AIDS ini bila dilakukan. lxix lxx Dan LSM pun juga mengatakan bahwa bila kelompok gay dampingannya melakukan tes secara sukarela dan tanpa adanya paksaan dari siapa pun termasuk dari LSM. 4. LSM mengajak komunitas untuk melakukan tes HIV/AIDS. Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa seluruh subjek penelitian dajak untuk melakukan tes HIV/AIDS oleh LSM secara bersamaan dengan yang lainnya, seluruh subjek penelitian melakukan tes HIV/AIDS melakukan tes tanpa adanya suatu paksaan dari pihak manapun. Pasangan gay juga mengatakan bahwa semua subjek penelitian melakukan tes atas kemauan sendiri dan tanpa ada pihak yan mempengaruhi satu sama lain, karena seluruh subjeka penelitian mengetahuia akan pentingnya manfaat tes HIV/AIDS bila dilakukan. Hasil dari wawancara dengan LSM, semua subjek penelitian diajak untuk melakukan tes HIV/AIDS secara bersama-sama dengan dampingan LSM. Selain itu subjek penelitian juga mengatakan alasan LSM mengajak mereka untuk tes HIV adalah agar mereka tahu tentang manfaat besar melakukan tes tersebut. LSM Semarang Gaya Community sendiri selalu memantau kelompok gay dampingan mereka, gay yang terdaftardalam LSM tersebut juga selalu mendapatkan penyuluhan tentang kegiatan yang bersifat positif untuk anggotanya, salah satunya dengan lxx lxxi mengajak tes HIV secara bersama dan tidak dengan adanya suatu paksaan. Menurut kelompok gay sendiri peran LSM sangat penting, mereka tahu jika mereka tidak tergabung dalam LSM gay tersebut mereka tidak tahu akan melakukan apa jika terinfeksi HIV. Dalam kelompok gay ini yang terdaftardalam LSM ketika ada yang positif terkena HIV mereka terus dipantau berkembangannya baik dalam kota maupun di luar kota. LSM juga bekerja sama denganpemerintah dalam melakukan tindakan ini salah satunya dengan memberikan perawatan medis gratis bagi gay yang sudah terinfeksi HIV. 5. Kapan LSM mengajak untuk melakukan tes HIV/AIDS Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa semua subjek penelitian diajak untuk melakukan tes HIV/AIDS ketika program tes HIV/AIDS dijalankan dan dilaksanakan oleh LSM Semarang Gaya Community. Menurut informasi dari pasangan gay, responden melakukan tes HIV/AIDS saat program tes HIV/AIDS secara besrsama yang dibuat oleh LSM Semarang Gaya Community dilakukan. Hasil wawancara dengan LSM, sebagian besar subjek penelitian memang diajak untuk melakukan tes HIV/AIDS, karena program yang dilakukan selain pendampingan adalah mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS. Program tes HIV ini menjadi salah satu program wajib, karena selain untuk laporan lxxi lxxii data pemerintah program ini juga bisa untuk melakukan pemantauan terhadap kelompok yang berisiko terinfeksi HIV, salah satunya kelompok gay. 6. Gay tidak mau melakukan tes HIV/AIDS Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa jika responden tidak mau melakukan tes HIV, mereka tidak akan dipaksa oleh LSM, karena menurut teman sebaya penting atau tidaknya tes HIV/AIDS ini dilakukan tergantung pribadi masingmasing. Informasi dari pasangan gay juga mengatakan hal yang demikian, jika responden gay tidak mau melakukan tes HIV/AIDS, LSM tidak akan memaksakan dan memberikan hukuman. Karena menurut pasangan gay sendiri penting atau tidaknya melakukan tes HIV dikembalikan pada individu masing-masing. Informasi dari LSM Semarang Gaya Community juga mengatakan bahwa responden gay yang tidak mau melakukan tes HIV/AIDS tidak akan dipaksa untuk melakukan. LSM sendiri mengambil langkah untuk dikemabalikan ke pribadi individu masingmasing jika gay tidak mau melakukan tes HIV ini, salah satu orang dari LSM mengatakan “kembali ke individu masing-masing, setuju gak setuju untuk tes HIV saya kembalikan ke temen-temen gay”. IC 1 lxxii lxxiii 7. Kendala mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS. Informasi dari teman sebaya mengatakan bahwa dalam mengajak responden gay untuk melakukan tes HIV/AIDS tidak ada kendala sama sekali, semua responden melakukan tes HIV/AIDS dengan sangat lancar dant idak ada masalah dalam keadaan apapun. Informasi dari pasangan gay juga mengatakan bahwa semua responden melakukan tes HIV dengan lancar dan tanpa ada kendala dilapangan. Hasil wawancara dengan LSM Semarang Gaya Communitymengatakan bahwa tidak ada kendala dalam mengajak tes HIV/AIDS untuk semua subjek penelitiann gay, karena mereka tahu manfaat dan pentingnya melakukan tes ini. LSM juga mengatakan bahwa tidak ada kendala untuk mengajak teman-teman melakukan tes HIV ini, karena mereka juga tahu manfaat besar yang bisa diketahui bila melakukan tes HIV. Kelompok gay yang terdaftar di LSM gay juga ada beberapa yang tidak menggunakan kondom saat berhubungan anal sex, maka dari itu mereka juga melakukan tes HIV ini supaya terpantau bagaimana keadaan atau status dari HIV mereka. 8. Tanggapan mengenai LSM Semarang Gaya Community Hasil wawancara dengan teman sebaya juga mengatakan bahwa LSM melakukan kegiatan yang sangat bagus, karena lxxiii lxxiv dengan mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS bisa mengetahui anggotanya terinfeksi HIV atau tidak. Teman sebaya juga mengatakan bahwa kegiatan LSM bermaksud untuk memberikan tentang gambaran yang penyakit HIV untuk kelompok gay, maka dari itu LSM mengajak mereka semua untuk melakukan tes HIV karena kelompok gay merupakan kelompok yang berisiko terkena HIV. Informasi dari pasangan gay juga mengatakan hal yang sama, bahwa LSM mempunyai kegiatan yang sangat bagus dan bisa diterima oleh komunitas gay, dengan mengadakan tes HIV/AIDS secara bersama dengan teman-teman dari LSM. Informasi dari LSM Semarang Gaya Community juga mengatakan bahwa LSM mengadakan kegiatan ini ada dukungan dari pemerintah, karena adanya PERDA tentang HIV dan selain itu adanya dukungan tentang kegiatan mobile VCT. Selain itu kegiatan pemerintah juga memberikan dana bantuan untuk kegiatan yang dilakukan oleh LSM, seperti edukasi tentang pendidikan HIV/AIDS. Selain pemberian dana bantuan untuk LSM, pemerintah juga menjalin kerjasama dengan LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS dirumah sakit dan puskesmas yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan tes HIV/AIDS. lxxiv lxxv BAB V PEMBAHASAN Dalam Pembahasan dari penelitian ini, untuk mendeskripsikan tentang faktor kognitif dan lingkungan yang berhubungan dengan perilaku gay untuk melakukan tes HIV di kota Semarang. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum seperti karakteristik subjek penelitian, faktor kognitif, faktor perilaku dan faktor lingkungan kelompok gay untuk melakukan tes HIV. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sistem purposive sampel, yaitu berdasarkan tujuan peneltian dengan karakteristik tertentu. Pengambilan subjek penelitian berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan dengan bantuan LSM Semarang Gaya Community. Hal tersebut terjadi ketika peneliti telah menentukan sampel dengan kriteria sendiri dan ketika akan mewawancara subjek penelitian, peneliti menggunakan standarisasi yang sudah ditetapkan oleh peneliti sendiri. Peneliti menggunakan LSM, teman sebaya, dan pasangan gay sebagai informan crosscheck dalam peneltian ini. lxxv lxxvi A. Keterbatasan Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam ( in depth interview ). Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam wawancara, sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Untuk mengurangi bias, maka dilakukan proses triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari informan yang berbeda dan dari hasil penelitian lainnya. Kelemahan lain juga terjadi untuk penelitian ukuran yang besar metode kualitatif tidak bisa efektif jika meneliti semua kelompok gay yang ada di LSM, dan hasilnya untuk kulIitatif sendiri tidak bisa di generalisasikan. B. Karakteristik Subjek Penelitian Kelompok subjek penelitian adalah gay dampingan dari sebuah LSM di Semarang dan seksual aktif. Ada karakteristik khusus yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian, karakteristi tersebut adalah gay yang mendapat dampingan dari LSM yang menjadi subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti. Karena pendekatan dengan subjek penelitian tidak terdapat masalah yang terjadi, malah subjek penelitian lxxvi lxxvii dengan tangan terbuka untuk melakukan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dalam melakukan wawancara mendalam yang dilakukan denga kelompok gay dampingan LSM, semua subjek penelitian telah melakukan tes HIV/AIDS secara bersama. Mereka melakukan tes HIV/AIDS bukan karena paksaan LSM, tapi lebih dikarenakan tentang pengetahuan mereka tentang manfaat tes HIV/AIDS yang telah diberikan penyuluhan oleh LSM selama mereka didampingi. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh semua subjek penelitian, “tes untuk mengetahui status HIV seseorang mas”. Manfaat tes HIV/AIDS ini lah yang membuat mereka tertarik untuk mengikuti tes ini secara sukerela. Dalam penelitian ini faktor yang berpengaruh terhadap gay untuk melakukan tes HIV/AIDS adalah faktor kognitif, lingkungan dan perilaku. Gay merupakan salah satu kelompok yang unik untuk diteliti, karena mereka punya satu tanda khusus untuk mengetahui satu sama lain yang biasa mereka sebut gaydar atau gay radar. Sebagian besar banyak pria yang berlatar belakang orang-orang mampu uyang menjadi gay. Bahkan tidak hanya itu perkumpulan mereka pun banyak dilakukan di tempattempat yang mahal. Mereka seperti kaum-kaum sosialita, tetapi ada juga kelompok gay biasa-biasa saja. Kesenjangan antara kelompok gay tingkat atas dan bawah sangatlah terlihat. Gay tingkat atas selalu membawa barang- barang mewah, bahkan piknik hingga ke luar negeri. Sedangkan gay kelas bawah mereka selalu membawa barang-barang yang tidak begitu bagus, bahkan barang KW. lxxvii lxxviii C. Faktor Perilaku Menurut Bandura faktor perilaku sendiri juga saling bisa berinteraksi dalam melakukan suatu tindakan22. Dari semua subjek penelitian, kelompok gay dampingan LSM telah melakukan tes HIV/AIDS dengan sukarela tanpa adanya suatu paksaan, seperti prinsip dalam melaksanakan testing VCT, pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas kerelaan klien 19. Karena sebagian besar berlatar belakang pendidikan tinggi dan selalu mendapatkan penyuluhan oleh LSM, mereka sadar akan pentingnya tes HIV/AIDS dan manfaat besar yang diperoleh jika melakukan tes ini 19 . Dibanding penelitian sebelumnya oleh Sri Lestari tahun 2011 yang telah melakukan penelitian terhadap kelompok gay yang berada di Surakarta, hasilnya berbeda. Penelitian sebelumnya menghasilkan kelompok gay yang berada di Surakarta masih malu-malu untuk melakukan tes HIV/AIDS, itu dikarenakan pengetahuan dan persepsi masyarakat yang selalu memandang negatif oleh kelompok gay menjadi salah satu faktor yang yang memicu mereka enggan melakukan tes HIV/AIDS. Sebagian besar subjek penelitian juga melakukan tes HIV/AIDS ini di rumah sakit dr. Kariadi Semarang, karena di rumah sakit itu merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan LSM Semarang Gaya Community, selain itu ada juga puskesmas yang bekerja sama dengan LSM Semarang Gaya Community seperti Puskesmas H almahera dan Lebdosari. Selain itu faktor perilaku ini juga menentukan diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang lxxviii lxxix diharapkan22. Salah satunya dengan melakukan praktik tes HIV/AIDS dengan sadar diri tanpa adanya paksaan. Kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community juga tidak pernah melewatkan jika kegiatan yang menyangkut perilaku mereka terlewatkan, salah satunya tes HIV/AIDS ini. Dalam faktor perilaku ini selain pernah melakukan tes HIV/AIDS, subjek penelitian juga dapat menyebutkan tempat untuk melakukan tes HIV/AIDS ini subjek penelitian menyebutkan tempat-tempat yang ditunjuk oleh LSM Semarang Gaya Community untuk melakukan tes HIV/AIDS, selain itu subjek penelitian juga mengetahui dan dapat menjelaskan cara dan tahapan dalam melakukan tesHIV/AIDS secara rinci dan jelas. Selain itu subjek penelitian memiliki alasan yang kuat untuk melakukan tes HIV/AIDS dikarenakan untuk mengetahui status dari HIV subjek penelitian itu sendiri. Dan tes HIV juga merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui keadaan status HIV dari subjek penelitian. D. Faktor Kognitif Menurut hasil dari wawancara oleh semua subjek penelitian, sebagian besar kelompok gay dampingan LSM Semarang Gaya Community, memiliki pengetahuan yang bisa membuat mereka sadar akan pentingnya tes ini untuk mereka. Mereka tahu akan manfaat yang besar bila melakukan tes HIV/AIDS ini dengan Karena kelompok gay merupakan kelompok yang berisiko untuk terkena penyakit ini. Kelompok gay banyak sekali yang jika melakukan seks bebas tanpa menggunakan kondom dan selalu berganti-ganti pasangan juga salah satu faktor yang menentukan untuk bisa terinfeksi HIV22. Dari seluruh subjek penelitian hanya ada satu gay yang memiliki pasangan. lxxix lxxx Dalam penelitian ini subjek penelitian menyadari bahwa mereka termasuk berisiko terinfeksi HIV. Hal ini disebabkan karena kelompok gay seringnya berganti-ganti pasangan seksual serta jarangnya penggunaan kondom seperti yang dikatakan oleh SP 1, SP2,SP3, dan SP 4 “seringnya ganti-ganti pasangan seksual mas, sama gak pernah pake kondom”. Jawaban subjek responden sama dengan penelitan yang dilakukan oleh Depkes R.I salah satu penyebab terinfeksi HIV dengan tidak menggunakan kondom dan seringnya berganti –ganti pasangan12. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari pada tahun 2011 sesuai dengan penelitian ini bahwa salah sati faktor yang dapatmenyebabkan infeksi HIV adalah seringnya berganti-ganti pasangan seksual dan tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual. Semua subjek penelitian juga mengetahui tentang tes HIV/AIDS, dan mereka juga mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan untuk tes HIV/AIDS. LSM juga selalu mendampingi mereka ketika melakukan tes HIV/AIDS, selain itu mereka diberikan pembekalan-pembekalan khusus jika hasil tes HIV/AIDS nya positif. Subjek penelitian juga mampu menjelaskan tentang apa yang dilakukan bila hasil tes HIV tersebut positif dengan diberikan terapi khusus seperti pengobatan ARV, informasi perwatan hserta merujuk untu pemeriksaan CD 4. Mereka juga diberikan cara-cara pencegahan bila hasilnya negatif seperti pesan pencegahan, tes untuk pasangan bila ada yang sudah mempunyai pasangan. lxxx lxxxi E. Faktor Lingkungan Banyak faktor melakukan tes HIV/AIDS untuk kelompok gay salah satunya faktor Lingkungan. Faktor Lingkungan disini merupakan salah satu faktor yang krusial dalam aspek kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS ini. Kelompok gay yang melakukan tes HIV/AIDS tidak karena suatu ajakan teman, mereka lebih mengetahui tentang manfaat tes tersebut. Teman sebaya/ peer juga melakukan tes yang sama, karena mereka juga merupakan bagian dari kelompok gay dampingan LSM. Seperti yang dikatakan oleh SP4 “ teman ajak buat tes sih..biar kita tau mas status HIV “ Setelah melakukan tes HIV banyak manfaat yang diperoleh oleh kelompok gay Tes HIV/AIDS merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan19. Pengaruh LSM juga sangat kuat didalam penelitian ini, mereka juga selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok gay. Mereka boleh melakukan seks tapi yang bertanggung jawab. Lsm mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV karena salah satu program yang LSM ada yang khusus untuk kelompk gay, salah satunya mengajak kelompok gay untuk melakukan tes HIV/AIDS secara bersamasama. Kendala yang dihadapi LSM juga tidak ada, karena kelompok gay yang terdaftar dalam LSM tersebut sudah mengetahui pentingnya dan manfaat untuk melakukan tesHIV/AIDS. Tanggapan gay juga sangat baik terhadap LSM, karena telah mengadakan kegiatan program tes HIV/AIDS secara bersama. Hal ini lxxxi lxxxii sesuai dengan penelitian yang dilakukian oleh Sri Lestari pada tahun 2011, bahwa penelitian menunjukkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi gay untuk melakukan tes HIV salah satunya faktor lingkungan. Pemerintah sendiri telah memberikan bantuan berupa pendanaan dan penyediaan layanan kesehatan untuk melakukan tes HIV/AIDS, selain konseling di tempat pelayanan tes HIV/AIDS secara mobile pun dilakukan agar kelompok gay bisa menikmati pelayanan tes HIV/AIDS ini. Dalam hal ini subjek penelitian mengetahui manfaat apa saja bila melakukan tes HIV/AIDS. Mereka semua memberikan jawaban bahwa dalam melakukan tes HIV/AIDS mereka tidak terpengaruh teman sebaya, pasangan atau bahkan LSM. Subjek penelitian juga tahu dimana tempattempat yang ditunjuk oleh LSM untuk melakukan tes HIV/AIDS. Dan jika mereka positif terkena HIV mereka akan melakukan tindakan lanjutan yang sesuai dengan penyuluhan yang diberikan oleh LSM dan pengarahan dari dokter yang membantu mereka untuk tes HIV/AIDS. Salah satu contoh untuk perawatan tambahan bila sudah terinfeksi HIV mereka akan diberikan perawatan tambahan seperti pemeriksaan CD4 dan penggobatan ARV. Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian melakukan pencegahan tertularnya infeksi HIV/AIDS dengan penggunaan kondom ketika berhubungan seksual dengan pasangan sejenisnya dan melakukan tes VCT untuk mengetahui status HIV subjek penelitian lxxxii lxxxiii BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian melalui wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner terhadap gay yang berada dalam dampingan LSM Semarang Gaya Community, seluruh responden telah melakukan tes HIV/AIDS secara sukarela dan tanpa adanya suatu paksaan. Sebagian besar sangat antusias dan menerima tes ini dengan baik. Dari 4 Responden dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor Lingkungan Semua subjek penelitian gay melakukan tes HIV/AIDS karena mendapat dukungan penuh dari LSM. 2. Faktor Kognitif Semua subjek peneltian melakukan tes HIV/AIDS karena mengetahui tentang manfaat melakukan tes ini. Pengetahuan mereka tentang manfaat tes HIV juga sangat baik, mereka sering diberikan penyuluhan tentang tes HIV/AIDS. 3. Faktor Perilaku Semua subjek penelitian telah melakukan praktik tes HIV/AIDS. Mereka mengetahui tentang manfaat tes HIV/AIDS,dan kelompok gay merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap infeksi HIV/AIDS. 83 lxxxiii lxxxiv Dari ketiga faktor tersebut yaitu Faktor Lingkungan, Faktor Kognitif dan Faktor Perilaku saling mempengaruhi antara satu sama lain. B. Saran Adapun saran dari penelitia adalah sebagai berikut: 1. Bagi LSM Semarang Gaya Community Diharapkan bagi LSM, untuk tetap mempertahankan program untuk kelompok gay salah satunya tes HIV/AIDS yang diadakan secara rutin. Karena kelompok gay merupakan kelompok yang berisiko yang terinfeksi HIV. 2. Bagi Kelompok Gay Diharapkan bagi kelompok gay untuk tetap mengikuti dan rutin melakukan tes HIV ini,karena kelompok gay jadi tahu status HIV, karena kelompok gay merupakan kelompok yang berisiko terkena HIV. 3. Bagi Pemerintah Pemerintah harus terus memantau kegiatan tes VCT yang dilakukan oleh LSM dan Komunitas Gay, karena hasil dari tes HIV yang positif HIV ini bisa untuk dijadikan laporan kasus HIV di Semarang. lxxxiv lxxxv DAFTAR PUSTAKA 1. Gayle, H.D. and G.L.Hill. Global impact of human immunodeficiency virus and AIDS. Clinical Epidemiology Reviews. 2001. 2. Kemenkes, RI. Info HIV dan AIDS. http://www.aidsindonesia.o.id//content/37/38/78/ diakses 2 Februari 2016. 3. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007. 2003. 4. Kemenkes, RI. Laporan Tahunan HIV.http://www.aidsindonesia.or.id/ckuploads/files/final diakses 2 Februari 2016. 5. Sutryanto, Eko.Tingkat Prevalensi AIDS Besar bagi Populasi Berisiko Tinggi.http://tribunnews.com/2012/12/01diakses 2 Februari 2016 . 6. Sarwono, S. Psikologi Remaja. Rajawali Pers. Jakarta.2010. 7. Hartadi. PMS. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang. 1998. 8. Dinkes Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang.http://drive.google.com/file/d/OB diakses 19 April 2016. 9. Lestari, Sri.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat LSL di Kota Surakarta Untuk Melakukan Tes HIV Secara Sukarela (VCT), ( Thesis). 2011. 10. Anonimous.Data Gay LSM Gessang. Semarang. 2015. lxxxv lxxxvi 11. Hutapea, Ronald. AIDS & PMS dan Perkosaan. Rhineka Cipta. Jakarta. 1995. 12. Depkes, RI. Pedoman Penyuluhan AIDS Menurut Agama Kristen Protestan. Depkes RI dan Depag. Jakarta 1995. 13. Dinkes Bali. Infeksi Menular Seksual.http://www.dinkes.baliprov.go.id/ diakses 2 Februari 2016. 14. Magnus, manya. Epidemiologi Penyakit Menular.EGC.Jakarta.2002 15. Pangkahila, Wimpie.Cenderung Homo Seksual Gimana Dong?http://www.kompas.com/read/xml/2008 diakses 2Februari 2016. 16. Koeswinarno. Waria dan PMS. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta. 1996. 17. Anonimous. Tanya Jawab Seputar Seksualitas Remaja (Panduan Tutor & Penceramah). Tim Sahabat Remaja PKBI DIY. 18. Imron, Irawati. Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta :PKBI Pusat. 2001. 19. Kemenkes, RI. Tes Dan Konseling HIV. Jakarta.2010 20. Notoadmojo, Soekijo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta.1993. 21. Manalu, M.H, Janrico. Pendidikan Karakter Terhadap Pemebetukan Perilaku Mahasiswa. Ejournal Psikologi. 2014:26-38 22. King, Laura. Psikologi Umum. Salemba Humanika. Jakarta.2010. lxxxvi lxxxvii 23. Kusnanto, Hari. Metode Penelitian Kualitatif dalam Riset. Yogyakarta. Program Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM. 24. Candra, Budiman. Pengantar Statistika Kesehatan. Buku Kedokteran. Jakarta. 1995. 25. Anwar, Saifudin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi II. Pustaka pelajar offset. Yogyakarta.2002. 26. Bfadal, Ibrahim. Analisa Data dalam Penelitian Psikologi. Universitas Indonesia. 1996. 27. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja rosdakarya. Bandung. 2004. 28. Faisal, S. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang.1990 29. Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif. Rhineka Cipta. Jakarta. 2008. lxxxvii lxxxviii PANDUAN RESPONDEN WAWANCARA MENDALAM PADA “GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN GAY UNTUK TES HIV DI KOTA SEMARANG” TAHUN 2015 1. KARAKTERISTIK a. Nama/ Inisial Responden b. Umur c. Tempat tinggal d. Mempunyai pasangan seks? (Ya/ Tidak) e. Jika Ya, berapa jumlah pasangan seks Anda? f. Pekerjaan g. Pendidikan h. Sudah berapa lama Anda menjadi gay? i. Bagaimana awal Anda menjadi gay? j. Sudah berapa lama Anda menjalin hubungan dengan pasangan? 2. KOGNITIF Pengetahuan Tentang HIV/AIDS: a. Apa yang Anda ketahui tentang tes HIV/AIDS? b. Bagaimana cara/ tahapan tes HIV? c. Dimana saja tempat tes HIV ? d. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS? e.Bagaimana jika hasilnya positif? f. Bagaimana jika hasilnya negatif? lxxxviii lxxxix g. Mengapa gay berisiko terkena HIV? 3. PERILAKU a. Apakah Anda pernah melakukan tes HIV/AIDS? b. Jika ya, dimana lokasi untuk melakukan tes HIV? c. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk melakukan tes HIV/AIDS? d. Bagaimana cara melakukan tes HIV/AIDS? e. Tahapan apa saja yang dilakukan ketika tes HIV/AIDS? f. Mengapa Anda melakukan untuk tes HIV? g. Mengapa Anda belum melakukan tes HIV? 4. LINGKUNGAN Teman Sebaya : a. Apakah Anda mempunyai teman yang pernah mengajak untuk tes HIV? b. Apakah teman Anda sudah pernah melakukan tes HIV? c. Kenapa teman Anda mengajak untuk tes HIV? d. Apakah Anda melakukan tes HIV karena mengikuti teman?(Jika Ya, mengapa?) LSM : a. Apakah LSM pernah mengajak komunitas untuk melakukan tes HIV? b. Bagaimana cara LSM mengajak untuk tes HIV? c. Kapan saja LSM mengajak untuk tes HIV? Bagimana metodenya? d. Apa yang dilakukan jika gay tidak mau diajak untuk tes HIV e. Apakah ada kendala ketika LSM mengajak Anda untuk tes HIV? lxxxix xc f. Bagaimana tanggapan semua terhadap LSM tersebut? PANDUAN WAWANCARA MENDALAM TEMAN SEBAYA “GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN GAY UNTUK TES HIV DI KOTA SEMARANG” TAHUN 2015 a. Perkenalan nama Anda? b. Berapa umur Anda saat ini ? c. Dimana tempat tinggal Anda ? d. Dimana Anda mengenal responden? e. Apakah Anda mempunyai pasangan seks? f. Apa pekerjaan Anda? g. Apa pendidikan Anda? h. Apakah Anda tahu tentang tes HIV? i. Apakah Anda pernah tes HIV? j. Jika pernah dimana melakukan tes HIV? k.Apakah Anda pernah mengajak responden untuk tes HIV? l. Bagaimana pemahaman teman-teman gay terhadap HIV? xc xci PANDUAN WAWANCARA MENDALAM LSM GAY “GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN GAY UNTUK TES HIV DI KOTA SEMARANG” TAHUN 2015 1. Apa nama LSM Anda? 2. Dimana lokasi LSM Anda? 3. Apa saja aktivitas LSM Anda? 4. Apakah LSM Anda pernah melakukan pendampingan gay untuk melakuka tes HIV? 5. Dimana Anda mengajak mereka untuk tes HIV? 6 Apakah Anda pernah menjelaskan tentang tes HIV? 7. Apakah para gay setuju untuk melakukan tes HIV? 8. Bagaimana pendapat Anda terhadap perilaku seksual gay saat ini? 9. Apakah ada kendala saatmengajak gay untuk tes HIV? 10. Apa yang dilakukan jika gay tidak mau untuk melakukan VCT? 11. Apakah pemerintah mendukung kegiatan yang dilakukan LSM? xci xcii PANDUAN WAWANCARA MENDALAM PASANGAN GAY “GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN GAY UNTUK TES HIV DI KOTA SEMARANG” TAHUN 2015 a. Perkenalan nama Anda? b. Berapa umur Anda saat ini ? c. Dimana tempat tinggal Anda ? d. Dimana awal mengenal responden? e. Sejak kapan menjadi pasanganresponden? f. Apa pekerjaan Anda? g. Apa pendidikan Anda? h Sudah berapa lama Anda menjadi gay? i. Bagaimana awal Anda menjadi gay? j. Apakah Anda tahu tentang tes HIV? xcii xciii k. Apakah Anda pernah tes HIV? l. Jika pernah dimana melakukan tes HIV? m. Apakah Anda pernah mengajak pasangan untuk tes HIV? xciii xciv xciv