Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 Pertumbuhan Tanaman Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var. Rubrum) pada Media Tanam Pasir dengan Salinitas yang Berbeda Hefika Cipta Sari *, Sri Darmanti *, Endah Dwi Hastuti* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP Abstrac The aim of this research to know influence the salinity to growth of ginger emprit (Zingiber officinale var. Rubrum) and know NaCl concentration can maintain ginger emprit growth. Research use Complete Random Device (RAL) single Pattern. The treatment of NaCl concentration ( PO = 0 % o, P1 = 3 % o, P2 = 6%o, P3 = 9 % o, P4 = 12 % o). Colected data using analysis of variance followed by Duncan’s Multiple Range Test at 5% significance level. The results showed that treatment of different salinity give different influence to growth of ginger emprit. Treatment of concentration salinity 3%o can maintain growth of ginger emprit posed at by wet weight, dry weight and amount of bud . Excelsior salinity cause reduced of growth of ginger emprit. . Key words : growth, salinity, Zingiber officinale var. Rubrum. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat salinitas terhadap pertumbuhan jahe emprit dan mengetahui pada konsentrasi NaCl berapakan jahe emprit masih dapat mempertahankan pertumbuhannya. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tunggal, dengan perlakuan berupa bemberian larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu : PO = 0 % o, P1 = 3 %o, P2 = 6%o, P3 = 9 %o, P4 = 12 %o. Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova pada taraf uji 5%, dilanjutkan dengan Duncan’s pada tingkat signifkasi 95%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : perlakuan salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman jahe emprit. Perlakuan salinitas konsentrasi 3%o dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman jahe emprit (Zingiber officinale var. Rubrum) yang ditunjukkan oleh berat basah, berat kering dan jumlah tunas tanaman . Semakin tinggi tingkat salinitas menyebabkan pertumbuhan tanaman jahe emprit terhambat. Kata kunci : pertumbuhan, salinitas, Zingiber officinale var. Rubrum PENDAHULUAN Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi besar untuk diandalkan sebagai komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak atsiri, dan oleoresin. dikembangkan sebagai bumbu, bahan obat Jahe emprit (Zingiber officinale var. tradisional, dan bahan baku minuman serta Rubrum) merupakan salah satu jenis jahe makanan. Jahe banyak dimanfaatkan sebagai yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot, baku obat-obatan. Hal ini dikarenakan tonikum, serta obat batuk. Jahe juga rimpang 19 jahe emprit berserat lembut, Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 beraroma tajam, dan berasa pedas meskipun kebanyakan tanaman menurun pada salinitas ukuran rimpang kecil. Rimpang jahe emprit 3-5%o, dan hanya tanaman tertentu yang juga mengandung gizi cukup tinggi, antara tumbuh normal pada salinitas 5-10%o, serta lain 58% pati, 8% protein, 3-5% oleoresin hampir dan 1-3% minyak atsiri (Rukmana, 2000). berproduksi pada salinitas lebih dari 10%o. semua tanaman tidak dapat Semakin pesatnya industri obat tradisional Bintoro dalam Pangaribuan (2001) dan industri lain yang menggunakan bahan menyatakan bahwa tanaman biet, asparagus, baku jahe menyebabkan permintaan jahe dan jagung memiliki toleransi yang tinggi cenderung upaya terhadap tanah salin. Tomat, ketimun, pemenuhan kuantitas bahan baku tersebut bawang merah, wortel, kentang, serta selada masih mengalami hambatan terutama dalam merupakan pengadaannya. sedang, dan jenis kacang-kacangan sangat meningkat, Indonesia namun merupakan negara tanaman yang bertoleransi peka terhadap tanah salin. Hasil penelitian kepulauan yang mempunyai daerah pantai Darmanti (2000) sangat luas dan belum dimanfaatkan secara semakin tinggi optimal. mengandung menyebabkan pertumbuhan tanaman jawan senyawa garam yang berasal dari air laut (Echinochola cruss-galii) terhambat. Hal ini dengan cara merembes ke daratan baik lewat didukung oleh penelitian Sopandie dalam saluran bawah tanah maupun permukaan Kusmiyati dkk. (2000) menunjukkan bahwa tanah. meningkatnya Daerah Hutabarat pantai dan Evans (1986) menyatakan tingkat konsentrasi bahwa salinitas NaCl akan menyatakan bahwa unsur-unsur utama yang meningkatkan kadar Na pada tajuk dan akar terkandung dalam air laut adalah natrium, tanaman barley. magnesium, kalsium, potassium, strontium, Penelitian tentang salinitas telah klorida, sulfat, bikarbonat, bromide, borate banyak dan fluoride. Senyawa garam yang dominant mengenai pada tanah salin di daerah pantai adalah pertumbuhan natrium klorida (NaCl). Kandungan NaCl khususnya tanaman jahe emprit belum yang tinggi di daerah pantai menyebabkan dilakukan. Pessarakli (1993) menyatakan tanah menjadi salin bahwa sehingga hanya dilakukan, pengaruh tetapi informasi salinitas terhadap tanaman cekaman salinitas empon-empon menyebabkan tanaman tertentu yang dapat tumbuh normal. jumlah air pada tanaman semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan Rosmarkam dan Stres air terus-menerus dimungkinkan dapat Yuwono (2001) yang menyatakan bahwa meningkatkan produksi metabolit sekunder pada salinitas 1-3%o hasil produksi menurun dari rimpang tanaman jahe emprit. Oleh untuk tanaman yang sensitif, hasil produksi sebab itu, perlu kiranya dilakukan penelitian 20 Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 tentang pengaruh terhadap Media tanam berupa pasir pantai pertumbuhan tanaman jage emprit (Zingiber yang telah dicuci dan dicampur dengan officinale var. Rubrum) pada tanah pasir pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah Perlakuan dengan cara disiram dengan untuk mengetahui pengaruh tingkat salinitas larutan NaCl sesuai konsentrasi pelakuan terhadap pertumbuhan jahe emprit dan dengan volume yang sama untuk semua mengetahui NaCl perlakuan tiap 2 hari sekali. masih dapat dihentikan setelah jahe mengalami gejala mempertahankan pertumbuhannya. Hasil kelayuan, berapakan salinitas pada jahe konsentrasi emprit dan dilakukan Perlakuan pemanenan. penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat Parameter yang diamati adalah : berat basah bagi tanaman (gr), berat kering tanaman (gr), pengembangan tanaman obat khususnya jahe di daerah pantai. tinggi tanaman (cm), jumlah daun, jumlah akar, jumlah tunas. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tunggal, dengan perlakuan Berdasarkan penelitian yang telah berupa dilakukan mengenai pengaruh perbedaan bemberian larutan NaCl dengan konsentrasi salinitas terhadap pertumbuhan tanaman yang berbeda, yaitu : PO = 0 %o, P1 = 3 %o, jahe P2 = 6%o, P3 = 9 %o, P4 = 12 %o. Data yang Rubrum) diperoleh dianalisis dengan Anova pada sebagai berikut: taraf uji 5%, dilanjutkan dengan Duncan’s pada tingkat signifkasi 95% (gomez dan gomez, 1995). 21 emprit (Zingiber dapat officinale dikemukakan var. data-data Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 Tabel 1. Rerata Berat Basah (gr), Berat Kering (gr), Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun, Jumlah Akar dan Jumlah Tunas Tanaman Jahe Emprit dengan Perlakuan NaCl pada Konsentrasi yang Berbeda. Parameter P0 P1 P2 P3 P4 (0%o) (3%o) (6%o) (9%o) (12%o) a 28,52 a 27,44 a 26,88 a 21,24b Berat Basah (gr) 30,80 Berat Kering (gr) 5,49c 5,18c 5,05cd 4,24de 4,19e Tinggi Tanaman (cm) 25,74f 20,80g 17,44gh 13,84h 9,18l Jumlah Daun 5,60l 3,20k 2,80k 2,00k 0,80l Jumlah Akar 11,60m 7,40n 4,00o 4,20o 3,80o Jumlah Tunas 6,80p 5,20p 4,40pq 1,40qr 0,20r Keterangan : Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dalam uji Duncan taraf uji 5%. Berat Basah, Berat Kering dan Tinggi dengan semua hasil perlakuan, begitu juga Tanaman Jahe Emprit dengan P4. Sedangkan P1 tidak berbeda Hasil analisa terhadap berat basah, nyata dengan P2 tetapi berbeda nyata P3 dan berat kering dan tinggi tanaman jahe emprit P4. P3 tidak berbeda nyata dengan P2 dan memperlihatkan bahwa perlakuan NaCl P1 tetapi berbeda nyata dengan P0 dan P4. memberikan pengaruh yang berbeda nyata Berat basah dan berat kering terhadap berat basah, berat kering dan tinggi tanaman jahe emprit dengan perlakuan tanaman. Uji Duncan terhadap berat basah salinitas memperlihatkan adanya penurunan. menunjukkan bahwa PO tidak berbeda nyata Respon tanaman jahe emprit terhadap dengan P1, P2, dan P3. Sedangkan P4 perlakuan salinitas yang ditunjukkan berat berbeda nyata dengan semua perlakuan. basah menurun dan berbeda nyata dengan Hasil uji Duncan terhadap berat kering perlakuan lain pada konsentrasi NaCl 12%o. tanaman menunjukkan bahwa PO tidak Penurunan berat basah tanaman diakibatkan berbeda nyata dengan P1 dan P2, tetapi adanya penyiraman larutan NaCl dengan berbeda nyata dengan P3 dan P4. P3 tidak konsentrasi berbeda nyata dengan P2 dan P4 tetapi menyebabkan kepekatan larutan tanah lebih berbeda nyata dengan P0 dan P1, sedangkan besar sehingga jumlah air yang masuk ke hasil P4 tidak berbeda nyata dengan P3, akar tanaman akan berkurang. Adanya tetapi berbeda nyata dengan P0, P1, dan P2. garam-garam dalam tanah berpengaruh Hasil uji Duncan terhadap tinggi tanaman terhadap penurunan kemampuan tanaman menunjukkan bahwa untuk mengabsorbsi air sehingga jumlah air 22 P0 berbeda nyata 12%o pada media tanah Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 sel tanaman semakin berkurang dan dapat tanaman jahe emprit yang ditumbuhkan menaikkan titik layu tanaman (Hakim, pada media tanah salin dengan konsentrasi 1986). Hal ini didukung oleh Pangaribuan NaCl 9%o dan 12%o yaitu berupa akar (2001) yang menyatakan bahwa adanya berwarna coklat dan lunak, batang kuning NaCl kecoklatan, serta daun berwarna kuning dan mengakibatkan peningkatan transpirasi. Peningkatan laju transpirasi akan keriting. Gejala-gejala menurunkan jumlah air tanaman sehingga karena adanya tanaman menjadi layu. Hal inilah yang ketidakseimbangan ion sehingga tanaman menyebabkan berat basah tanaman jahe kekurangan unsur hara khususnya NPK. Hal emprit menurun. ini didukung oleh Pangaribuan (2001) yang Respon terhadap tanaman perlakuan jahe emprit salinitas yang tersebut NaCl diduga menyebabkan menyatakan bahwa hambatan pertumbuhan tanaman oleh cekaman garam dapat ditunjukkan oleh berat kering menurun pada menurunkan penyerapan nitrogen, kalium konsentrasi NaCl 9%o. Perlakuan NaCl dan phosphor. Nitrogen diserap NH4+ oleh menyebabkan jumlah air dalam tanaman tanaman dalam bentuk berkurang sehingga turgor sel-sel penutup dan NO3- (nitrat). Terbatasnya ketersediaan stomata turun. Penurunan turgor stomata karbohidrat akan menurunkan penyerapan mengakibatkan proses fotosintesis terhambat NH4+. Banyaknya ion Cl- yang diserap oleh sehingga jumlah asimilat yang dihasilkan akar oleh berkurang. penyerapan kation lain seperti NO 3-. Hal ini Pangaribuan (2001) menyatakan bahwa sesuai dengan Pessarakli (1993) menyatakan salinitas bahwa tanaman semakin yang tinggi menyebabkan tanaman (ammonium) menyebabkan akumulasi ion Cl- rendahnya pada akar ketidakseimbangan proses respirasi dan mengakibatkan berkurangnya penyerapan fotosintesis. Apabila respirasi lebih besar NO3- sehingga asam amino yang terbentuk dari pada fotosintesis maka berat kering semakin sedikit. Nitrogen berperan penting tanaman sebagai penyusun klorofil daun sehingga semakin didukung oleh menyatakan berkurang. Gardner bahwa hasil Hal ini (1991) yang berat kering defisiensi nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning dan keriting seperti gejala tanaman merupakan keseimbangan antara yang muncul pada tanaman yang pengambilan CO2 untuk fotosintesis dan ditumbuhkan pada media tanah yang diberi pengeluaran CO2 melalui respirasi. perlakuan NaCl dengan konsentrasi salinitas Pada penelitian ini, penurunan berat mulai 9%o. Perubahan aktivitas metabolisme basah dan berat kering tanaman disertai tanaman pada tanah salin juga disebabkan dengan berkurangnya penyerapan kalium. Kalium 23 munculnya gejala-gejala pada Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K + belum menyebabkan gangguan absorbsi air dan berperan penting sebagai katalisator pada tanaman jahe emprit. Sedangkan hasil berbagai enzim. menyebabkan Akumulasi ion berkurangnya Na + analisa berat kering yang sama kalium menunjukkan bahwa absorbsi unsur hara sehingga aktivitas enzim seperti nitrat mulai terganggu pada konsentrasi NaCl 9%o reduktase yang mengubah NO3 menjadi NH3 . Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah sebagai penyusun protein akan menurun. salin, tanaman jahe emprit mempunyai batas Perlakuan larutan NaCl juga menurunkan toleransi penyerapan phosphor. Phospor diserap oleh memperlihatkan perlakuan penurunan NaCl mulai H2PO4-. konsentrasi 3%o. Hal ini menunjukkan Akumulasi ion Cl cenderung menurunkan bahwa tinggi tanaman jahe emprit sangat penyerapan kedua anion tersebut. Phospor sensitif terhadap salinitas. Adanya perlakuan berperan penting dalam menggerakan dan NaCl akan mengganggu perkembangan menyimpan energi serta perkembangan akar. jaringan meristem sehingga tanaman jahe Defisiensi menyebabkan emprit tidak berkembang dengan baik. tanaman terhambat Penurunan tinggi tanaman juga diakibatkan tanaman dalam bentuk HPO42- terhadap dan - phosphor perkembangan akar sehingga akar yang terbentuk jumlahnya terbatasnya sedikit. organik dalam jaringan. Penurunan jumlah Hasil penelitian Darmanti (1996) persediaan air dan bahan air menyebabkan sel kehilangan turgor menunjukkan bahwa perlakuan salinitas sehingga dengan air laut pada kisaran 0-100% plasmalema untuk lepas dari dinding sel menurunkan rerata berat basah dan berat (plasmolisis). Pada proses pemanjangan sel, kering tanaman jawan (Echinochloa cruss- tanaman memerlukan keseimbangan air galli L.) pada konsentrasi 25%. Pada yang sesuai karena kekuatan pemanjangan penelitian ini, respon tanaman jahe emprit sel merupakan akibat dari tekanan turgor. terhadap perlakuan NaCl pada kisaran 0- Salisbury dan Ross (1995) menyatakan 12%o basah bahwa adanya air akan meningkatkan turgor memperlihatkan hasil yang sama sampai dinding sel yang mengakibatkan dinding sel konsentrasi 9%o, sedangkan berat kering mengalami peregangan sehingga tanaman memperlihatkan hasil yang sama antara dinding sel melemah. Hal inilah yang sampai mendorong dinding yang ditunjukkan konsentrasi 6%o berat meskipun terdapat bagi ikatan dan membran sel mengalami kecenderungan menurun. Hasil bertambah analisa berat basah yang sama diduga karena ketersediaan perlakuan NaCl sampai konsentrasi 9%o pertumbuhan tanaman. Terbatasnya bahan 24 besar, kecenderungan air sehingga akan minimnya menghambat Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 organik juga menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Gardner tinggi tanaman jahe (1991) emprit pada konsentrasi 3%o sesuai dengan menegaskan bahwa proses diferensiasi sel hasil penelitian Darmanti (1996) yang pada tahap perkembangan jaringan primer menunjukkan bahwa perlakuan air laut pada sangat untuk kisaran 0-10%o menurunkan rerata tinggi penebalan dinding sel epidermis batang dan tanaman jawan (Echinochloa cuss-galli (L.) perkembangan akar batang. Beauv.) pada konsentrasi 2,5%o. Hal ini Perlakuan NaCl menyebabkan didukung oleh Kramer dalam Darmanti memerlukan dkk. Penurunan karbohidrat maupun ketidakseimbangan ion tanaman proses sehingga pada jaringan (1996) yang menyatakan bahwa akibat dari metabolisme kadar garam yang tinggi di dalam tanah terganggu dan pertumbuhan tinggi tanaman adalah berupa tanaman menjadi kerdil. menurun. Selain hal tersebut diatas, cekaman Jumlah Daun, Akar dan Tunas Tanaman garam akan menyebabkan berkurangnya Jahe Emprit. sintesis hormon yang memacu pertumbuhan Hasil dan meningkatnya Anava terhadap yang jumlah daun, akar dan tunas tanaman jahe menghambat pertumbuhan. IAA merupakan emprit menunjukkan bahwa penyiraman hormon yang merangsang pembelahan, larutan NaCl pada media pasir memberikan pemanjangan dan perbesaran sel. Adanya pengaruh yang berbeda nyata terhadap salinitas jumlah daun, akar dan tunas. Uji lanjut yang hormon analisis tinggi menyebabkan berkurangnya asam amino seperti triptofan Duncan’s yang diperlukan dalam sintesis hormon IAA memperlihatkan bahwa PO berbeda nyata sehingga konsentrasi hormon IAA menurun. dengan semua perlakuan salinitas, hal ini Penurunan hormon IAA akan menghambat juga terjadi pada P4. P1 tidak berbeda nyata pertumbuhan dengan P2 dan P3 tetapi berbeda nyata tanaman jahe emprit. terhadap dengan stres akan menunjukkan bahwa P0 berbeda nyata tanaman yang dengan semua hasil perlakuan salinitas. P1 sensitif terhadap garam. Hastuti dkk. (2000) berbeda nyata dengan semua hasil perlakuan menambahkan bahwa kandungan hormon salinitas. P2 tidak berbeda nyata dengan P3 ABA meningkat pada kondisi stres. ABA dan P4 tetapi berbeda nyata dengan P0 dan mempunyai dengan P1. Jumlah tunas memperlihatkan bahwa P0 menghambat tidak berbeda nyata dengan P1 dan P2 tetapi yang berlebihan menurunkan IAA pada hormone peran IAA pertumbuhan. 25 antagonis yaitu dan P4. Jumlah daun Pessarakli (1993) menyatakan bahwa tingkat garam P0 jumlah akar berbeda nyata dengan P3 dan P4. P2 tidak Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 berbeda nyata dengan P1 dan P3 tetapi faktor genetik, hormonn dan lingkungan. berbeda nyata dengan P0 dan P4. Sedangkan Perlakuan larutan NaCl juga mempengaruhi P4 tidak berbeda nyata dengan P3 tetapi sintesis hormon IAA. Berkurangnya IAA berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2. menyebabkan proses perkembangan sel Respon jumlah daun dan akar tanaman terhadap perlakuan larutan NaCl pembelahan terhambat dan sehingga jaringan yang terbentuk sedikit. memperlihatkan penurunan pada perlakuan Penurunan jumlah daun tanaman NaCl dengan konsentrasi 3%o, sedangkan jahe emprit yang ditumbuhkan pada tanah jumlah tunas menurun pada konsentrasi salin NaCl 6%o. Penurunan jumlah daun, akar dan diakibatkan berkurangnya ketersediaan air tunas pada tanaman jahe yang ditumbuhkan dan unsur hara pada tanaman menyebabkan pada tanah salin menunjukkan bahwa penurunan turgor sel sehingga stomata pertumbuhan jumlah daun, akar dan tunas menutup. Fitter dan Hay (1992) menyatakan jahe emprit merupakan tanaman yang bahwa penurunan stomata pada daun akan sensitif terhadap garam. Penurunan ini memotong suplai CO2 ke sel-sel mesofil disebabkan adanya larutan NaCl pada media sehingga tanah mengakibatkan jumlah air dan unsur fotosintat yang terbentuk sedikit. Pada awal hara pada tanaman semakin berkurang perkembangan sehingga proses metabolisme terhambat. untuk mengembangkan daun secara cepat. Penurunan menyebabkan Setelah daun berkembang penuh dengan jumlah air mulai konsentrasi fotosintesis daun, NaCl 3%o terhambat fotosintat dan ditahan penurunan fotosintesis sehingga kandungan pati yang tinggi maka fotosintat ketersediaan karbohidrat menurun. akan ditranslokasi ke daun-daun yang lebih Karbohidrat sangat diperlukan untuk proses muda. awal pembentukan jaringan seperti akar, asimilat sangat mempengaruhi pembentukan batang, dan daun, sehingga penurunan daun. karbohidrat menyebabkan pembentukan Sehingga jahe (1991) ketidakseimbangan bahwa proses diferensiasi sel pada tahap perkembangan jaringan primer sangat memerlukan sejumlah Penurunan akar dan tunas tanaman jaringan tanaman terhambat. Gardner dkk, menyatakan ketersediaan emprit juga disebabkan ion pada akar. Penyiraman larutan NaCl pada media menyebabkan akumulasi ion Na akan yang karbohidrat untuk penebalan dinding sel berlebihan epidermis batang dan perkembangan akar permiabilitas maupun batang. Pembelahan sel-sel inisial menggantikan ion Ca+ di dinding sel akar. di daerah meristem sangat dipengaruhi oleh Rosmarkam 26 sehingga + dinding sel dan merusak dengan cara Yuwono (2001) Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 menyatakan bahwa berperan Derajat keasaman yang diukur pada sebagai penguat dinding sel, meningkatkan awal penelitian menunjukkan nilai 5,26 dan pembelahan meristem, pada akhir penelitian rata-rata nilai pH membantu penyerapan nitrat dan mengatur menjadi 4,82. Hal ini tidak sesuai dengan ketersediaan Sehingga pendapat Buckman dalam Kusmiyati dkk. menyebabkan (2000) yang menyatakan bahwa derajat pertumbuhan akar terhambat. Perlakuan keasaman tanah salin sekitar 8,5 atau NaCl juga mempengaruhi sintesis hormon kurang. Rendahnya derajat keasaman ini giberelin pada akar. Berkurangnya GA akan diduga adanya pupuk kandang yang bersifat menghambat baru. asam sehingga menurunkan nilai pH. Nilai bahwa pH ini kurang sesuai dengan pertumbuhan sel Pessarakli tanaman di air berkurangnya kalsium daerah dalam sel. kalsium pembentukan (1993) dalam tunas menegaskan keadaan stres air tanaman jahe. Menurut Salisbury dan Ross menunjukkan penurunan GA yang sangat (1995), aktivitas enzim dipengaruhi oleh cepat. nilai pH. Biasanya terdapat pH optimum bagi suatu enzim untuk dapat berfungsi. Umumnya pH optimum berkisar 6-8, tapi Faktor Lingkungan Faktor lingkungan sebagai pendukung dalam penelitian ini meliputi suhu, bisa lebih tinggi atau lebih rendah bagi beberapa enzim. Berdasarkan hasil kelembaban, pH dan salinitas. Dari hasil penelitian, diduga ketidaksesuaian faktor pengukuran diperoleh data suhu selama lingkungan penelitian berkisar antara 24,9 -33,2oC. tanaman jahe emprit kurang optimum. menyebabkan pertumbuhan Kisaran suhu tersebut kurang sesuai dengan Salinitas tanah dihitung dengan suhu lingkungan untuk pertumbuhan dan mengukur tetesan air dari polibag pada hari perkembangan tanaman jahe yang berkisar ke-30 antara 19 – 30oC. Data kelembaban tanah penelitian semua perlakuan menunjukkan yang diperoleh selama penelitian adalah salinitas 0%o tetapi setelah perlakuan., 33,0 – 57,4% sehingga kurang sesuai juga masing-masing dengan kelembaban yang dibutuhkan oleh rata-rata salinitas 0%o, 3,3%o, 6,5%o, 9,6%o pertumbuhan tanaman jahe, yaitu berkisar dan 12,5%o. Peningkatan salinitas di akhir 60-90%. penelitian kelembapan meningkat Suhu tinggi rendah, sehingga menyebabkan laju jumlah 27 perlakuan. perlakuan Pada awal menunjukkan memperlihatkan bahwa transpirasi penyiraman larutan NaCl menyebabkan air terjadinya akumulasi garam-garam pada yang dibutuhkan bagi tanaman berkurang dan pertumbuhan tanaman terhambat. setelah tanah. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 KESIMPULAN Perlakuan salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman jahe emprit. Perlakuan salinitas konsentrasi 3%o dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman jahe emprit (Zingiber officinale var. Rubrum) yang ditunjukkan oleh berat basah, berat kering dan jumlah tunas tanaman . Semakin tinggi tingkat pertumbuhan salinitas tanaman menyebabkan jahe emprit terhambat. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1998. Profil Simplisia Nabati Jilid I. Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes Dep. Kes. RI. Tawangmangu. Bidwell. R.G.S. 1974. Plant Physiologi. Adisson Wisley Publishing Co. New York. Darmanti, S. 1996. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Jawan (Echinochloa crus-galli (L) Beauv.). SELULA Edisi 9 Bulan Oktober Jurusan Biologi Fakultas Mipa Undip Semarang. Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1992, Fisiologi Lingkungan Tanaman UGM Press. Yogyakarta. Gardner, P.F.R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit UI Press. Jakarta. Gomez, K.A dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian edisi II (Penerjemah: Tohari dan Soedharoedjian). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hadini, H. 2000. Respond an Strategi Pemuliaan Tanaman Pada Tanah Salin, Jurnal Penelitian Mimbar Akademik Edisi No. 12 28 Bulan Mei. Lembaga Penelitian Universitas Hauoleo. Kendari. Hakim. 1986. Fisiologi Tanaman. Penerbit Bharata Karya Aksara. Jakarta. Harjadi, S. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Hastuti, E.D., E. Prihastanti, dan R.B. Hastuti. Fisiologi Tumbuhan II.Lab.BSF Tumbuhan Fakultas MIPA UNDIP Semarang. Hutabarat dan Evans. 1986. Pengantar Oceanografi. PT Angkasa. Bandung. Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Penerbit Rajawali Press. Jakarta. Kardiman, A. dan A. Ruhnayat, 2003. Budidaya Tanaman Obat Secara Organik Agromedia Pustaka. Tangerang. Kusmiyati, Florentina, E.D. Purbajanti dan W. Slamet. 2000. Pengaruh Pemupukan Kalsium dan Nitrogen terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Rumput Pakan Pada tanah salin. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNDIP Semarang. Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Kanisius. Yogyakarta. Nyakpa, Y.M, Lubis A.M; Pulung M.A; Amrah A.G dan Munawar A. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. Nybakken, W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia, Pustaka Utama Jakarta. Paimin, F.B dan Murhananto. 2002. Budidaya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe, PT Penebar Swadaya. Jakarta. Pangaribuan, N. 2001. Hardening dalam Upaya Mengatasi Efek Salin pada Tanaman, Bayam (Amaranthus sp). http.//www.ut.ac.id/imst/nurmala/hard ening.htm. Pessarakli, M. 1993. Handbook of Plan and Crop Stress. Marcel Dekker Inc. New York. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006 Poerwidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. PT Angkasa Bandung. Rosmarkam, A dan N.M Yuwono. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. PT. Kanisius. Yogyakarta. Salisbury, F.B. dan C.W Ross. 1995. Fisiologi TumbuhanI.(alih bahasa; Diah R, Lukman, dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. -------------------------, 1995. Fisiologi Tumbuhan II.(alih bahasa: Diah R;Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. -------------------------, 1995. Fisiologi Tumbuhan III. (alih bahasa: Diah R; 29 Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. Suliastiningsih, R. 2002. Penyaringan Toleransi Salinitas Beberapa Kultivar Padi Pada Fase Perkecambahan. Penerbit Lembaga Penelitian UPN Veteran. Yogyakarta. Syukur, C. 2001. Agar Jahe Berproduksi Tinggi. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Tan, Kim H. 1995. Dasar-dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. UGM Press. Yogyakarta. Thomson, H.C dan W.C. Kelly, 1978. Vegetable Crops. Mc Graw Hill Book Co. Inc. New York. USA.