1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa tahun 2012 kematian bayi di bawah usia 5 tahun mencapai 6,6 juta jiwa atau hampir 18.000 orang setiap hari. Risiko seorang anak untuk meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun untuk kawasan Eropa sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup dan di Afrika sekitar 8 kali lebih tinggi dari kawasan Eropa (95 per 1000 kelahiran hidup). Sedangkan di kawasan Asia, khususnya Asia Selatan adalah 50 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2013). Angka Kematian Balita (AKABA) digunakan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat di suatu negara karena berhubungan erat dengan berbagai faktor seperti kualitas dan akses pelayanan kesehatan, kesehatan ibu dan kondisi sosial ekonomi (Kementerian Kesehatan, 2013, MacDorman et al., 2008, Jahan, 2008). Selain itu, AKABA juga digunakan untuk memantau dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan (BPS, 2013). Tujuan ke-4 MDGs (Millenium Development Goals), yaitu menurunkan angka kematian anak (UNICEF, 2012). Target MDGs ialah menurunkan AKABA sebesar dua pertiga antara 1990 dan 2015, dari 90 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 1990 menjadi 23 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 2015 (Bappenas, 2012). Di Indonesia berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita seperti yang tercantum MDGs. AKABA menunjukkan penurunan dari 97 kematian per 1.000 pada periode 1987-1991 kelahiran hidup menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran untuk 2008-2012 (BPS, 2013). Namun penurunan angka kematian bayi baru lahir beberapa tahun terakhir cenderung stagnan. Jika hal ini terus berlanjut, maka target MDGs keempat pada tahun 2015 kemungkinan tidak dapat tercapai, walaupun tahun-tahun sebelumnya di Indonesia sudah berada pada arah yang tepat (UNICEF, 2012). AKABA di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan negara-negara anggota Association of South East Asia Nations (ASEAN) lainnya. 2 Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2012 AKABA di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia yaitu: 6,5 per 1000 kelahiran hidup, Filipina sebesar 25,4 per1000 kelahiran hidup, dan Thailand 12,3 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan, 2013). Masa balita adalah saat yang rentan terhadap penyakit oleh sebab itulah maka hampir 90% kematian pada usia < 15 tahun terjadi pada masa balita (WHO, 2003). Penyebab utama kematian balita di Indonesia adalah infeksi saluran pernafasan, diare dan komplikasi prenatal. Kombinasi dari ketiga penyebab tersebut menyumbang 75% kematian bayi (United Nation, 2008b). Beberapa penelitian mengidentifikasi faktor-faktor penentu kematian anak dan menemukan adanya hubungan yang kuat antara faktor ibu dan kematian anak. faktor yang masih menjadi perdebatan adalah jarak kelahiran. Beberapa penelitian berpendapat jarak kelahiran mempunyai pengaruh terhadap kematian anak (Becher et al., 2004, Rutstein, 2005, Ghosh, 2003). Namun penelitian yang lain mengungkapkan tidak ada pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi (Stephansson et al., 2003). Hal lain yang memiliki pengaruh yang dominan terhadap kelangsungan hidup selama balita adalah pendidikan ibu, sanitasi dan sumber air bersih (Ghosh, 2003, Kyei, 2011, Nattey et al., 2013, Akinyemi et al., 2013). Faktor preventif juga sangat penting karena upaya menurunkan angka kematian balita tidak hanya dilakukan melalui program intervensi kesehatan, tetapi juga melalui tindakan pencegahan penyakit. Tindakan preventif ini berupa pengaturan jarak kelahiran melalui penggunaan kontrasepsi, tempat persalinan dan penolong persalinan (Chowdhury, 2013, Rutstein, 2000, Titaley et al., 2012). Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan kematian balita adalah kematian yang terjadi antara kelahiran dan sebelum umur tepat lima tahun sebelum mencapai ulang tahun kelima pada periode lima tahun sebelum survei dilakukan. Sedangkan jarak kelahiran adalah rentang waktu antara antara lahir hidup terdahulu dan dimulainya kehamilan (Marston and Conde-Agudelo, 2007). Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, secara umum wanita di Indonesia cenderung mempunyai jarak kelahiran yang 3 panjang dengan median 60,2 bulan, meningkat dari median jarak kelahiran hasil SDKI tahun 2007 yaitu 54,6 bulan (BPS, 2013). AKABA seharusnya menurun ketika jarak kelahiran melebar, namun kenyataannya kematian balita cenderung lambat dari 44 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran pada tahun 2012 (BPS, 2013). Berdasarkan data tersebut di atas, peneliti berminat untuk melakukan kajian pengaruh positif jarak kelahiran terhadap kematian balita di Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat diketahui bahwa kematian balita di Indonesia tahun 2012 mengalami penurunan yang cenderung lambat jika dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 padahal jarak antar kelahiran umumnya cukup panjang. Rumusan permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini difokuskan pada “Apakah efek dari panjang jarak kelahiran terhadap kematian balita di Indonesia berdiri sendiri atau dipengaruhi oleh pengendalian penyakit perorangan?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab masih tingginya angka kematian balita di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian balita di Indonesia dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain. b. Mengkaji hubungan umur ibu saat melahirkan, paritas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tempat tinggal, sumber air bersih, sanitasi, riwayat penggunaan kontrasepsi modern, penolong persalinan dan tempat persalinan terhadap kematian balita di Indonesia. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Menjadi masukan dan informasi tentang jarak kelahiran yang tepat akan memberikan berbagai manfaat bagi ibu dan anak. 2. Memberikan masukan kepada penentu kebijakan dalam merencanakan program yang terkait pengaturan kelahiran dan program kelangsungan hidup bayi. E. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian penulis sudah pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah: 1. Kayode et al. (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Risk factors and a predictive model for under-five mortality in Nigeria: Evidence from Nigeria Demographic and Health Survey”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediktif dan mengidentifikasi faktor ibu, anak, keluarga dan faktor risiko lainnya yang terkait dengan kematian balita di Nigeria. Subjek penelitian adalah 28.647 anak yang dilahirkan oleh 28.647 ibu. Desain penelitiannya adalah cross sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan kematian balita dari ibu yang menikah pertama kali pada usia 20-24 tahun dan ≥ 25 tahun mengalami penurunan masing masing sebesar 20% dan 30% dibandingkan dengan kematian balita dari ibu yang menikah usia 15 tahun. Faktor-faktor lainnya yang ikut berperan dalam penurunan kematian balita adalah health seeking behaviour, menyusui anak-anak >18 bulan, penggunaan kontrasepsi, jumlah keluarga sedikit, memiliki satu istri, urutan kelahiran rendah, berat lahir normal, jarak anak, tinggal di daerah perkotaan, dan memiliki sanitasi yang baik. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah besar sampel, variabel bebas dan lokasi penelitian. 2. Chowdhury (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Determinants of under-five mortality in Bangladesh”. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor penentu kematian balita di Bangladesh. Subjek penelitian adalah 5 4003 kelahiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ayah, tempat tinggal, wilayah tempat tinggal, jumlah anak di bawah usia lima tahun, kematian saudara sebelumnya, usia ibu dan menyusui memiliki pengaruh yang signifikan pada kematian balita. Selain itu, faktor proksimat ditemukan memiliki pengaruh lebih kuat pada kematian balita dibanding dengan faktor-faktor sosial ekonomi. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada besar sampel, variabel bebas dan lokasi penelitian. 3. Mondal et al. (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Factors influencing infant and child mortality: A case study of Rajshahi District, Bangladesh”. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengamati faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian bayi dan anak daerah pinggiran kota dan pedesaan Distrik Rajshahi, Bangladesh. Subjek penelitian adalah 6000 wanita usia reproduksi yang pernah menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sosial ekonomi, demografi dan kesehatan variabel yang berhubungan mempengaruhi kematian bayi dan anak. Faktor yang paling signifikan dari tingkat kematian neonatal, postneonatal, dan anak adalah imunisasi, riwayat menyusui sebelumnya, usia ibu saat kelahiran dan jarak kelahiran. Pendidikan orang tua, tersedianya fasilitas toilet dan tempat pengobatan adalah faktor yang signifikan selama periode neonatal dan masa balita, sedangkan pada periode postneonatal faktor yang paling signifikan adalah pekerjaan. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan terdapat pada subjek penelitian dan lokasi penelitian. 4. Blanco Villegas and Fuster (2009) melakukan penelitian berjudul “Birth intervals and infant mortality in La Cabrera (Spain)” dengan besar sampel 7872 kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi. Hasil penelitian menemukan bahwa jarak kelahiran lebih pendek dari 17 bulan merupakan faktor risiko kematian neonatal. Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan terdapat pada variabel terikat, besar sampel dan lokasi penelitian.