1 RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI GURU PEREMPUAN DALAM PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH: STUDI KASUS DI SMPN 2 DAN SMAN 6 DENPASAR I PENDAHULUN 1.1 Latar Belakang Masalah gender merupakan isu internasional. Isu ini muncul atas dasar keprihatinan dunia terhadap kenyataan yang terjadi menyangkut kondisi subordinasi/keterpinggiran perempuan di tengah masyarakat. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai hal. Perempuan juga memiliki potensi yang sama dengan laki-laki. Hal ini didukung oleh Tilaar (2002: 94) yang mengatakan “perempuan dan laki-laki harus memperoleh perlakuan, kesempatan dan penghargaan yang sama”. Namun kenyataannya masih banyak ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam hal ini di lembaga pendidikan. Data Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Bali tahun 2010 ternyata guru perempuan minoritas menjadi pimpinan/ kepala sekolah. Ini terbukti dari 1735 orang guru SD yang terdiri atas laki-laki berjumlah 451 orang dan guru perempuan berjumlah 1284 orang perempuan yang mampu menjadi kepala sekolah hanya 55 orang guru perempuan dan 69 orang guru laki-laki. Tingkat SMP Negeri dari jumlah guru 552 orang yang terdiri dari laki-laki 217 orang dan perempuan 335 orang hanya sebanyak 2 orang kepala sekolah perempuan yaitu SMP Negeri 7 Denpasar dan SMP Negeri 9 Denpasar. Di Tingkat SLTA Negeri pada SMA Negeri dari jumlah guru 327 orang 163 lakilaki dan 164 perempuan belum ada guru perempuan menjadi kepala sekolah dan di tingkat SMK Negeri ada 1 orang yaitu pada SMK Negeri 3 Denpasar dari jumlah guru 304 orang, laki-laki 172 orang dan perempuan 132 orang. Berdasarkan data tersebut ternyata angka guru perempuan yang menduduki jabatan sebagai kepala sekolah dibandingkan dengan guru laki-laki baik di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK sangat terbatas yaitu 27,12% guru laki-laki dan 5,63% guru perempuan. Ini menunjukkan bahwa pengangkatan guru perempuan sebagai kepala sekolah negeri di Kota Denpasar masih sangat terbatas. Khusus di tingkat SMP Negeri guru perempuan yang menjadi kepala sekolah hanya 2, 60 % yaitu di SMPN 7 Denpasar dan SMPN 9 Denpasar dan untuk SMAN Kota Denpasar belum ada guru perempuan memegang posisi menjadi kepala sekolah. 2 Pengangkatan kepala sekolah tampak ada keragu-raguan terhadap kemampuan guru perempuan dalam memimpin suatu institusi. Proses pengangkatan kepala sekolah Kota Denpasar sangat tepat dikaji secara mendalam. Perlu dipertanyakan di sini ada permainan kuasa apa dibalik itu, sehingga guru perempuan termarginalisasi dalam pengangkatan kepala sekolah. Kondisi ini sangat relevan untuk dikaji dari perspektif kajian budaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa butir permasalahan sebagai berikut. (1) bagaimana bentuk-bentuk marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala SMPN 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar? (2) faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar? (3) dampak dan makna apa yang terjadi dibalik adanya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap serta memahami pelbagai hal yang berkenaan dengan marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan Kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Kota Denpasar. Secara khusus.penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan bentukbentuk marginalisasi yang terjadi terhadap guru perempuan dalam pengangkatan kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar. (2) menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar. (3) mengungkap dampak dan makna adanya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoretis penelitian ini adalah, (1) temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pendidikan umumnya, khususnya tentang aspek-aspek kepemimpinan guru perempuan (2) Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam penelitian berikutnya yang lebih luas, dan mendalam khususnya tentang kepemimpinan kepala sekolah perempuan. Secara praktis temuan dari penelitian ini (1) dapat dijadikan bahan masukan bagi para pemimpin perempuan dalam meningkatkan profesionalisme kepemimpinan. (2) temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi Dinas-Dinas Pendidikan dan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang terkait dalam mengambil keputusan secara bijaksana dalam pengangkatan guru perempuan sebagai kepala sekolah khususnya di wilayah Kota Denpasar. (3) temuan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan pendukung guna mencapai kesetaraan gender. 3 II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam menanmbah wawasan, mempertajam konsep dan teori, serta menunjukkan keaslian penelitian, maka dilakukan kajian terhadap pustakapustaka sebagai berikut. Hasil penelitian Shun dan Cheng (1997) dikutip oleh Sonedi (2010) yang berjudul ”Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita Terhadap Sikap Kerja Para Guru” Penelitian ini terdapat di 77 Sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah wanita dengan 321 Guru sebagai responden. Mengungkapkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah wanita berpengaruh signifikan terhadap tanggungjawab para guru, rasa kebersamaan dalam komunitas, perhatian pada profesionalisme guru, dan dapat meningkatkan profesionalisme kinerja guru. Sutrisno (2005) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Surakarta” Mengemukakan ada pengaruh positif antara kepemimpinan kepala sekolah wanita yang berijasah S1 dengan yang tidak/belum berijazah S1 terhadap kualitas hasil pendidikan tingkat sekolah dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Penelitian ini mengindikasikan bahwa kepala sekolah wanita dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Winanti (2005), dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Kepemimpinan Transformasional Para Kepala Sekolah Perempuan dan Implementasi Dimensi Sosiokultural dalam Hubungannya dengan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar di Denpasar Timur”. mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan trasformasional, implementasi dimensi sosiokultural para kepala sekolah perempuan dengan moral kerja guru yang dicapai. Kepemimpinan transformasional dan implementasi dimensi sosiokultural para kepala sekolah perempuan, secara bersama-sama memberi kontribusi yang berarti dalam meningkatkan moral kerja guru pada Sekolah Dasar di Denpasar Timur. Karmini (2011) penelitiannya yang berjudul ”Keterpinggiran Perempuan Hindu dalam Hotel Berbintang Lima di Kawasan Sanur Denpasar Selatan Kota Denpasar”. Penelitian ini menemukan bahwa keterpinggiran perempuan hindu untuk memperoleh posisi manajer pada hotel berbintang lima kawasan pariwisata Sanur, disebabkan masih kuatnya cengkraman kegiatan adat dan budaya dan Ideologi patriarkhi, dimana perempuan hindu masih ada di bawah bayang-bayang kekuasan kaum laki-laki. 2.2 Konsep Beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 4 2.2.1 Marginalisasi Guru Perempuan Marginalisasi artinya suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan (www.menegpp.go.id.../index.php) Marginalisasi adalah kondisi dimana salah satu jenis kelamin dipinggirkan dari arus pekerjaan utama sehingga mengakibatkan kemiskinan ( Murfiriati dan Asep Sopari, (2008: 43). Yang dimaksud marginalisasi dalam penelitian adalah suatu kondisi dimana salah satu jenis kelamin terpinggirkan untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah. Guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah (Hanawi, 1985123). Dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berkenaan dengan itu maka guru dapat diartikan suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian. Farah Wardani (2003: 49) perempuan adalah ”sesuatu yang kodrati, dan selalu dipasangkan dengan opsisi binernya yang disebut laki-laki dengan segala atribut keberadaannya yang secara esiensial dianggap inheren”. Bertolak dari pandangan tersebut, maka yang dimaksud dengan Marginalisasi guru perempuan dalam penelitian ini adalah orang (manusia) yang dihormati, dan dimuliakan, tetapi masih terjadi ketimpangan dalam posisi untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah. 2.2.2 Pengangkatan Kepala Sekolah Pengangkatan adalah ketetapan atau penetapan menjadi pegawai (Tim Penyususn Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 38). Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah Kebijakan pendidikan sangat dipengaruhi sosok kepala sekolah, sehingga kualitas sebuah sekolah juga ditentukan oleh kualitas kepala sekolahnya (Arjani, Sudarta, 2009: 74). Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan pengangkatan kepala sekolah adalah penetapan dan penugasan guru untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah. 2.2.3 SMP, SMA Negeri Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD. Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP. Negeri berarti kota tanah tempat tinggal, wilayah atau sekumpulan kampung di bawah kekuasaan seseorang penghulu ( Depdiknas, 2003:2) Dengan demikian Sekolah SMP dan SMA Negeri dalam penelitian ini adalah sekolah tempat memberikan pendidikan dan sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. 5 2.3 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan penelitian ini sebagai berikut. 2.3.1 Teori Feminisme teori feminis melihat terjadinya marjinalisasi, subordinasi perempuan dalam masyarakat bukan disebabkan oleh perbuatan kesengajaan individu atau institusi yang merugikan perempuan, tetapi hal ini terjadi akibat struktur sosial dan struktur ekonomi yang berkaitan erat sistem patriarkhi (Arivia, 2003, 17). Pada dasarnya feminisme ini merupakan gerakan sosial politik yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kaum perempuan dari ketidakadilan menuju kesetaraan. 2.3.2 Teori Hegemoni Hegemoni menurut Gramsci adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme persetujuan, dan bukan melalui penindasan terhadap kelas sosial lainnya. Ada berbagai cara yang dipakai misalnya melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak strukturstruktur kognitif dari masyarakat (Gramsci, 1976: 144) Implementasi dari teori hegomoni dalam penelitian ini, digunakan untuk membedah bentuk-bentuk terjadi marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala SMPN 2 Denpasar, dan SMA Negeri 6 Denpasar. Di samping itu, juga untuk melihat faktor apa penyebab terjadinya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala sekolah terutama hubungan relasi gender, bagaimana hak emansipasi perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah. Sementara ini ada dugaan bahwa terjadinya marginalisasi guru perempuan erat kaitannya dengan hegemoni budaya yang berkembang pada masyarakat. 2.3.3 Teori Wacana Kekuasaan dan Pengetahuan Teori Wacana Kekuasaan dan Pengetahuan dicetuskan oleh Foucault (1926-1984), seorang pemikir dan cendekiawan Perancis. Foucault menyebutkan keseluruhan pola berpikir dengan sistem wacana, dengan tidak memisahkan antara pengetahuan dan kekuasaan sehingga dikenal sebagai wacana kekuasaan pengetahuan. Foucault berpandangan Kekuasaan dipahami sebagai suatu kekuatan yang digunakan individu atau kelompok tertentu untuk mencapai tujuan atau kepentingan mereka melawan kehendak di pihak lawan. Foucault menekankan bahwa kekuasaan itu bersifat produktif dan memberdayakan, sehingga kekuasaan beredar di setiap level masyarakat dan segala hubungan relasi sosial khususnya hubungan relasi gender. Teori kekuasaan dan pengetahuan dipergunakan untuk melihat relasi kekuasaan dalam proses pemilihan kepala sekolah, sehingga teori ini sangat tepat digunakan untuk membongkar fenomena faktor penyebab maupun dampak 6 adanya marginalisasi dalam proses pengangkatan kepala sekolah SMPN 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar. 2.3.4 Teori Dekonstruksi Tokoh terpenting dekonstruksi adalah Jacques Derrida, seorang Yahudi Aljazair yang kemudian menjadi ahli filsafat dan kritik sastra di Perancis. Berkaitan dengan konteks gender, dekonstruksi adalah analisis yang berkaitan dengan “pembongkaran” berbagai konstruksi, paradigma, struktur untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dan ketidakadilan gender tanpa harus mengancurkan relasi hubungan gender yang ada, sehingga akan muncul sebuah konstruksi baru yaitu keharmonisan gender. Membongkar tradisi gender sehingga gagasan maupun ideologi yang ada di baliknya, tidak saja terpahami tetapi bisa dirumuskan kembali secara lebih tepat. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, dekonstruksi dimaksudkan untuk membongkar dan menganalisis secara mendalam apa yang ada di balik fakta sosial/ marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah SMPN 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar sehingga baik gagasan maupun ideologi yang ada dibaliknya tidak hanya bisa dipahami tetapi bisa juga diperbaiki kembali untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik. Teori dekonstruksi ini dipergunakan untuk membedah makna yang terkandung dibalik terjadaninya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala SMPN 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar. Terutama pembongkaran makna ketidakadilan atau ketidakproporsionalan dalam proses pengangkatan menjadi kepala SMPN 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar, sehingga dapat terujud proses dalam pengangkatan kepala sekolah yang proporsional antara guru laki-laki dan guru perempuan. 2.4 Model Penelitian e Permendiknas RI No 13 Th 2007 dan Kepmendiknas 162 TH 2003 -Standar Kepala Sekolah, dan Pengangkatan Kepala Sekolah Bentuk-bentuk Keterangan: marginalisasi Guru Perempuan No. Marginalisasi Guru Perempuan dalam Pengangkatan Kepala Sekolah (Studi Kasus SMPN 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar) Faktor Penyebab marginalisasi Ideologi Patriarkhi Dampak dan makna marginalisasi 7 Keterangan: = Tanda Alur/ pengaruh = garis yang menunjukkan keterkaitan satu dengan lainnya III METODE PENELITIAN 3.1 Rangcangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field riseach) yang dirancang untuk mengetahui marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan Kepala SMP Negeri 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar. Rancangan penelitiannya menggunakkan analisis kualitatif dengan pendekatan yang sifatnya multidisiplin sebagaimana yang melekat pada kajian budaya. Penelitian ini selain memaparkan secara etnografis sekolah yang diteliti di lokasi penelitian, sekaligus akan mencoba untuk membongkar dan memahami gagasan atau ide tersembunyi di balik terjadinya marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah di sekolah tersebut. Sehubungan dengan itu teori-teori yang dipergunakan untuk menganalisisnya adalah feminisme, hegemoni, wacana kekuasaan dan pengetahuan, dan dekonstruksi yang dipergunakan secara eklektik. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 dan SMA Negeri 6 yang berlokasi di Kota Denpasar. Dasar pertimbangan untuk memilih lokasi penelitian di Kota Denpasar adalah (1) ada kesenjangan yang sangat tajam dengan posisi angka kepala sekolah antara laki-laki lebih tinggi dari pada kepala sekolah perempuan; (2) memungkinkan mendapatkan data; (3) orang yang ditetapkan ditunjuk menjadi informan memiliki kemampuan untuk memberikan informasi yang valid; (4) penelitian yang berhubungan dengan marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala sekolah belum pernah dilakukan. 3.3 Teknik Penentuan Informan Informan dalam penelitian ini adalah dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar yang merupakan tim seleksi dalam pemilihan Kepala Sekolah, Guru perempuan dan guru laki-laki yang pernah ikut dalam proses pemilihan Kepala Sekolah, kepala sekolah, serta mantan kepala sekolah yang merupakan informan kunci. Selain informan tersebut, guna melengkapi data untuk keperluan analisis maka ditunjuk pula informan lainnya yang berasal dari kalangan tertentu yang terkait dengan masalah yang diteliti, seperti, guru baik guru laki-laki dan guru perempuan serta pegawai yang merupakan pelaku pendidikan di SMP Negeri 2 dan SMA Negeri 6 Denpasar, dan praktisi pendidikan ditunjuk secara purposif dengan dasar pertimbangan bahwa mereka mampu memberikan penjelasan atau jawaban yang tepat dan dapat dipercaya 8 sesuai dengan masalah yang diteliti. Dengan sumber-sumber data seperti itu peneliti berharap memperoleh data yang cukup banyak dan secara mendalam, di samping juga ada peluang untuk melakukan pengecekan data secara silang (triangulasi) sehingga validitas data menjadi lebih terjamin. 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dan didukung data kuantitatif sebagai penunjang (sekunder). Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yakni sumber data primer berupa orang sebagai informan dan objek yang diobservasi, sumber data sekunder diperoleh dari artikel, literatur atau buku, internet, dokumen, dan catatan yang ada kaitannya dengan masalah nyang diteliti. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terutama peneliti sendiri karena data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat kualitatif yaitu data yang diperoleh dari informan dilengkapi dengan pedoman wawancara, alat perekam suara, kamera dan alat tulis. Pedoman wawancara disusun dalam bentuk pokok-pokok pertanyaan untuk menggali informasi di lapangan terkait dengan fenomena atau permasalahan yang diteliti. Jumlah pertanyaan tidak terlalu banyak karena pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan. Alat bantu lain dalam pengumpulan data juga dipergunakan, seperti telepon, untuk memudahkan berkomunikasi dengan informan. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka pengumpulan data untuk keperluan analisis, peneliti menggunakan tiga jenis teknik yaitu (1) teknik observasi (pengamatan), (2) teknik wawancara mendalam, dan (3) teknik dokumentasi (studi dokumen). Wawancara mendalam dipakai untuk menggali data primer. Wawancara mendalam dilakukan secara berulang-ulang dan intensitas yang tinggi. Untuk memperdalam informasi dilakukan cross check antara informan untuk mendapatkan verifikasi agar valid dan reliabel. Wawancara mendalam bertujuan memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan. Observasi langsung bermanfaat untuk mengamati, mencermati, dan merekam secara langsung berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Studi dokumen meliputi kegiatan penelusuran, pengumpulan, dan penelaahan pustaka-pustaka seperti buku, artikel, ensiklopedi dan internet. 3.7 Teknik Analisis Data Teknik ananlisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, interpretatif. Analisis data kualitatif dilakukan melewati tiga langkah sistematis sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data yaitu (1) reduksi data, merupakan pemilahan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data, (2) penyajian data merupakan kegiatan merangkai, menyususn informasi menjadi bentuk yang sederhana, mudah dipahami, (3) menarik kesimpulan merupakan konfigurasi terhadap catatan lapangan untuk menguji kebenaran, validitas yang 9 ditemukan di lapangan. Selain itu peneliti juga mengadakan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan interpretatif, yakni penafsiran yang menggunakan pengetahuan, ide, dan konsep-konsep yang ada dimasyarakat yang diteliti. 3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis, maka tahapan berikutnya adalah penyajian hasil penelitian. Penyajian analisis data, terutama dilakukan secara informal sesuai dengan metode penelitian kualitatif yakni berupa kata-kata tertulis dengan bahasa ragam ilmiah. Penyajian data penelitian ini juga ditunjang dengan cara penyajian formal, yakni berupa gambar, poto, tabel atau yang semacam dengan itu. Keseluruhan kajian akan disusun menjadi delapan bab dan masing-masing bab mencakupi sejumlah subbab. IV HASIL PENELITIAN 4.1 Bentuk-Bentuk Marginalisasi Guru Perempuan dalam Pengangkatan Kepala SMP Negeri 2 Denpasar rdan SMA Negeri 6 Denpasar Marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah tampak dalam bentuk pelaksanaan peraturan pemerintah belum optimal dilaksanakannya sesuai dengan peraturan yang ada. masih adanya apriori terhadap kemampuan perempuan, masih dinomorduakannya perempuan dalam menentukan pilihan, diasumsikan karena urusan domestik, sehingga pengembangan karier guru perempuan untuk menempati posisi puncak menjadi kepala sekolah terhambat. Perempuan menginginkan keadilan dan persamaan peran dalam dimensi kesehariannya, seperti keadilan di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial. Tuntutan ini adalah wajar, mengingat pada dimensi sosial dan posisi jabatan kepala sekolah di tempat sekolah mereka mengajar masih tersubbordinasi. 4.2 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Marginalisasi Guru Perempuan dalam Pengangkatan Kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar Faktor-faktor yang menyebabkan termarginalisasinya guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah di SMPN 2 dan SMAN 6 Denpasar, disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor internal yang berkaitan dengan faktor kompetensi dan komitmen yang masih dianggap kurang dimiliki oleh perempuan secara optimal untuk bertugas sebagai kepala sekolah. Faktor eksternal yakni ideologi patriarkhi, faktor kebijaksanaan pemerintah dan faktor kurangnya dukungan teman di lingkungan kerja. Ideologi patriarkhi telah memposisikan lakilaki sebagai mahluk yang superior sementara perempuan inferior, dominasi seolah-olah ada di tangan laki-laki. Hal yang demikian sangat kuat pengaruhnya pada masyarakat Bali. Aktualisasinya, tampak pada struktur sosial dimana lakilaki mendominasi perempuan dengan berbagai cara. Oleh karena patriarkhi merupakan suatu ideologi, maka secara umum baik kelompok penguasa dalam konteks ini adalah pihak pengambil keputusan 10 maupun kelompok yang dikuasai yang dalam ini adalah perempuan mendukung dan menerima praktik-praktik kekuasaan sebagai hal yang wajar dan sah untuk dipatuhi walaupun seringkali dirasakan sebagai suatu ketidakadilan. Fenomena tersebut mencerminkan perempuan masih dinomorduakan dari kaum laki-laki. Faktor kebijakan pemerintah, Terkait dengan proses pemilihan pengangkatan kepala sekolah di SMPN 2 Denpasar, yang dilakukan melalui voting oleh pejabat kepala sekolah saat itu dijabat oleh I Made Dania dan dipimpin langsung oleh mantan Disdikpora Kota Denpasar I Gusti Lanang Jelantik terlihat secara realitas dukungan dari teman guru-guru dan pegawai masih kurang terhadap calon kepala sekolah guru perempuan, dimana jumlah suara yang diperoleh oleh calon kepala sekolah guru laki-laki jauh lebih unggul dibandingkan dengan jumlah suara calon kepala sekolah guru perempuan. Fenomena tersebut di atas masih cendrung kuatnya budaya patriarkhi tidak saja dalam kontek pengelolaan di ranah domestik saja, namun juga dalam ruang publik, seperti persoalan karier kaum perempuan di tempat mereka bekerja untuk menuju posisi jabatan kepala sekolah belum berhasil. Faktor kebijakan pemerintah, Kebijakan yang dilaksanakan oleh Disdikpora ini membawa gejolak terhadap subaltern. ”subaltern” adalah subjek yang tertekan. secara umum mereka yang berada di ’tingkat inferior’. dalam hal ini yakni calon guru perempuan yang menjadi calon kepala sekolah yang merasa terhegemoni dan kecewa dengan kebijakan pemerintah dalam proses pengangkatan kepala sekolah tersebut, karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan terhadap semua calon kepala sekolah dan para guru serta pegawai. 4.3 Dampak dan Makna Marginalisasi Guru perempuan dalam Pengangkatan Kepala SMP Negeri 2 Denpasar dan SMA Negeri 6 Denpasar. Dampak termarginalisasinya guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah di SMPN 2 dan di SMAN 6 Denpasar mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif ialah adanya tekad guru perempuan untuk mengisi diri dan pasrah diri. Sedangkan dampak negatif ialah timbulnya rasa kecewa dan hambatan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Selanjutnya, marginalisasi guru dalam pengangkatan kepala sekolah memberikan berbagai makna, di antaranya adalah (a) makna filosofis marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala sekolah dimaknai sebagai sesuatu yang sifatnya hanya subyektif belaka. Perkembangan sekolah telah banyak memberikan peluang kepada masyarakat termasuk kaum perempuan untuk dapat diangkat menjadi guru/kepala sekolah, dengan jadi guru/kepala sekolah akan dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahtraan hidup bagi guru termasuk guru perempuan. Dengan bertugas sebagai guru bahkan diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah mereka bisa membantu suami dalam menyangga kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi dan berkontribusi mencerdaskan anak bangsa. (b) makna kesetaraan gender bahwa perempuan dengan menekuni aktivitasnya sebagai guru/kepala sekolah bermakna untuk menumbuhkan kesetaraan gender. Kesetaraan gender ini terujud dengan terbukanya akses guru laki-laki dan guru perempuan untuk menduduki posisi menjadi kepala sekolah dan sama-sama 11 memberikan kontribusi terhdap kemajuan sekolah di tempat mereka bertugas. dan (c) makna aktualisasi diri menyangkut tentang kebanggaan perempuan yang telah berhasil meningkatkan kualitas dirinya, yakni dengan mengikuti pendidikan formal S2, dan pelatihan-pelatihan baik yang ditugaskan oleh atasannya maupun aktivitas sendiri. Walaupun mereka belum berhasil memenuhi keinginannya untuk menjabat sebagai kepala sekolah, tapi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk mengembangkan dirinya dalam bertugas sebagai guru sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan. V TEMUAN BARU PENELITIAN Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang dapat dikemukakan yang dinyatakan sebagai temuan penelitian sebagai berikut. 1) Di satuan pendidikan yaitu (SMPN 2 Denpasar dan SMAN 6 Denpasar) sebagai berikut. a) Calon kepala sekolah guru laki –laki dan calon kepala sekolah guru perempuan dari SMPN 2 Denpasar dalam proses pemilihannya melalui voting di sekolah kemudian hasil voting tersebut dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar. b) Calon kepala sekolah guru laki –laki dan calon kepala sekolah guru perempuan dari SMAN 6 Denpasar yang telah memenuhi persyaratan sesuai pasal 8 hanya pada point a yaitu pengawas sekolah bersama-sama komite sekolah setempat langsung dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar dan tidak ada proses pemilihannya di sekolah. Dengan demikian pada satuan pendidikan baik di SMPN 2 maupun di SMAN 6 Denpasar tidak terjadi marginalisasi guru perempuan untuk menjadi kepala sekolah, terbukti 3 calon kepala sekolah guru perempuan dari SMPN 2 Denpasar dan 1 orang calon kepala sekolah guru perempuan dari SMAN 6 Denpasar sama-sama diusulkan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Denpasar. 2) Pemerintah melalui tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah. Untuk calon kepala sekolah guru perempuan di SMPN 2 dan SMAN 6 Denpasar proses seleksinya masih belum optimal, berdasarkan aturan yang berlaku yang telah diuraikan di atas. Ini dibuktikan pemerintah melalui tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah seleksi hanya dilaksanakan pada tahap pertama sedangkan tahap kedua berupa tes tertulis yang berkaitan dengan tes potensi akademik, tes kepemimpinan yang meliputi integritas, kepribadian, perilaku, hubungan sosial, tes kecerdasan emosi dan pemaparan makalah diabaikan untuk menjadi kepala sekolah. Dengan demikian yang muncul sebagai kepala sekolah adalah guru laki-laki baik di SMPN 2 maupun di SMAN 6 Denpasar 3) Untuk mengejar posisi kepala sekolah di SMP dan SMA Denpasar guru perempuan mendapatkan kesempatan sama dengan guru laki-laki. Begitu juga dilihat dari kemampuan atau skill juga guru perempuan tidak jauh beda dengan guru laki-laki. Jelasnya terkait profesional keterampilan sebagai kepala sekolah guru perempuan sangat mampu bahkan bisa lebih mampu daripada laki-laki tetapi 12 dari segi waktu guru peremapuan biasanya dianggap kurang optimal seperti lakilaki, terutama guru perempuan diberikan tugas dinas keluar kota di samping diasumsikan karena urusan domestik, berpikir irasional, dan emosional sehingga menjadikan perempuan tidak tampil jadi pemimpin. Oleh kerena itu, dalam persaingan perebutan menjadi posisi strategis sebagai kepala sekolah di tempat mereka bekerja tidak tampil sebagai pemimpin. Hal ini juga diperkuat oleh Khusul Khotimah bahwa masih ada anggapan perempuan masih berpikir irasional atau emosional menjadikan perempuan tidak tampil jadi pemimpin, dan ini mengakibatkan munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. 4) Ideologi gender merupakan pola pikir yang membedakan peran, tanggung jawab laki-laki dan perempuan sesuai dengan kepantasannya. Ideologi ini mendesain pikiran, ingatan sehingga manusia hafal apa yang harus diingat tentang perempuan dan laki-laki. Ideologi gender yang berkembang di masyarakat telah mengkonstruksi peran laki-laki dan perempuan secara berbeda yakni laki-laki pada ranah publik dan perempuan pada ranah domestik, dan ini telah dibakukan dalam pikiran, ucapan, dan perilaku yang dibentuk sosial budaya. Dalam penelitian ini ideologi masih merupakan bayang-bayang dari pihak penguasa saat mengambil kebijakan dalam pengangkatan kepala sekolah baik di SMPN 2 dan di SMAN 6 Denpasar. Hal ini tampak dalam proses pengangkatan kepala sekolah baik di SMPN 2 maupun di SMAN 6 Denpasar. VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan dan pengkajian tentang marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala sekolah di SMPN 2 Denpasar dan SMAN 6 Denpasar sebagai kajian budaya (cultural studies) dapat dibuat beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama, Marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah di SMPN 2 Denpasar dan SMAN 6 Denpasar tampak dalam bentuk belum optimal dilaksanakannya peraturan pemerintah yang ada sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162/U/2003 tanggal 24 Oktober 2003 tentang pedoman seleksi calon kepala sekolah pedoman seleksi calon kepala sekolah dan Peraturan Pemerintah Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Stándar Kepala sekolah/Madrasah, masih adanya apriori terhadap kemampuan perempuan, dinomorduakan dalam pilihan, dan perempuan diasumsikan karena urusan domestik sehingga akses dalam pengembangan karier guru perempuan terhambat Kedua, faktor penyebab marginalisasi guru perempuan dalam menduduki jabatan kepala sekolah, dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor kompetensi dan faktor komitmen. Faktor kompetensi meliputi: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Pemerintah melalui 13 tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah masih menyangsikan kompetensi dan komitmen guru perempuan secara optimal. Faktor eksternal yakni: kebijakan pemerintah, ideologi patriarkhi, dan faktor kurangnya dukungan dari teman sejawat dilingkungan kerja. Ketiga, termarginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan kepala sekolah di SMPN 2 Denpasar dan di SMAN 6 Denpasar mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif ialah adanya tekad guru perempuan untuk mengisi diri dan juga berdampak pasrah diri. Sedangkan dampak negatif ialah timbulnya rasa kecewa dan hambatan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Selanjutnya, marginalisasi guru dalam pengangkatan menjadi kepala sekolah memberikan berbagai makna, yaitu (a) makna filosofis marginalisasi guru perempuan dalam pengangkatan menjadi kepala sekolah dimaknai sebagai sesuatu yang sifatnya hanya subyektif belaka. (b) makna kesetaraan gender bahwa perempuan dengan menekuni aktivitasnya sebagai guru/kepala sekolah bermakna untuk menumbuhkan kesetaraan gender. Kesetaraan gender ini terujud dengan terbukanya akses guru laki-laki dan guru perempuan untuk menduduki posisi menjadi kepala sekolah dan sama-sama memberikan kontribusi terhdap kemajuan sekolah di tempat mereka bertugas. dan (c) makna aktualisasi diri menyangkut tentang kebanggaan perempuan yang telah berhasil meningkatkan kualitas dirinya, yakni dengan mengikuti pendidikan formal S2, dan pelatihan-pelatihan baik yang ditugaskan oleh atasannya maupun aktivitas sendiri. Walaupun mereka belum berhasil memenuhi keinginannya untuk menjabat sebagai kepala sekolah, tapi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk mengembangkan dirinya dalam bertugas sebagai guru sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan. 6.2 Saran Berdasarkan hasil temuan dan simpulan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, kepada pemerintah terkait melalui tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah agar lebih transparansi dalam proses pengangkatan kepala sekolah dengan memperhatikan pedoman seleksi calon kepala sekolah sesuai Keputusan menteri Pendidikan Nasional Nomor 162/U/2003 tqnggal 24 Oktober 2003 dan Peraturan Pemerintah Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Stándar Kepala sekolah/Madrasah. Dengan menerapkan peraturan yang ada semua calon kepala sekolah dapat mengekspresikan kemampuannya di hadapan panitia tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah. Kedua, kepada guru-guru dan pegawai di lingkungan kerja, agar mengedepankan objektivitas dalam memberikan dukungan, sehingga proses pemilihan dalam pengangkatan kepala sekolah lebih berkualitas. Ketiga, bagi guru perempuan yang menjadi calon kepala sekolah agar mempersiapkan diri dengan baik yang berkaitan dengan kemampuan manajerial, kemampuan sosial, kemampuan keperibadian, kemampuan kewirausahaan, kemampuan supervisi, dan juga komitmennya sehingga dapat bertugas dengan optimal di era globalisasi ini 14 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan. 2006. Sangkan Paran Gender. Jogyakarta: Pustaka Pelajar Agung, Gde Putra, A.A. 2006. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arikunto, Suharsini.1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Arivia, Gadis. 2003. Filsafat Berpersfektif Fminis. Jakarta, SMK Grafika Desa Putera. Arjani, Ni Luh, I Ketut Sudarta. 2009. Profil Gender Bidang Pendidikan Propinsi Bali. Pemerintah Propinsi Bali Dinas Pendidikan dan Olah Raga : Denpasar. Atmaja, Nengah Bawa. Atmaja, Nengah Bawa. 2005. ”Dekonstruksi Alasan Maknawi Wanita Bali Menjadi guru dan Implikasinya Terhadap Kesetaraan Gender” Dalam jurnal kajian Budaya Volume 2 No. 3. Hal. 109-130. Denpasar, Program Kajian Budaya Universitas Udayana. Atmaja, Nengah Bawa, Astiti, TIP, Arjani, Ni Luh dan Sudarta, I Wayan. 2009. Gender dalam Perspektif Budaya Bali. Denpasar: Swasta Nulus. Atmaja, Nengah Bawa. 2010. Komodifikasi Tubuh Perempuan Joged ”Ngobor” Bali. Denpasar: Pustaka Larasan. Bafadal, I. 1992. Supervisi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Baha Lajar, Aloysius. 2005. ” Jacques Derrida dan’ perayaan ”Kemajukan”, dalam Mudji Sutrisno & Hendar Putranto (Ed.) Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 163-176 Barker, Chris. 2009. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana Barker, Chris. 2005. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bentang Bhasin, K. 1996. Menggugat Patriarkhi, Pengantar Tentang Persoalan Dominasi Terhadap Kaum Perempuan (Nug Kantjasungkana, Penterjemah). Yogyakarta: Bentang Budaya. Bhasin, Kamla. 2001. Memahami Gender. Jakarta:Teplok Press. 15 Bockock, Robert. 1986. Hegemoni. London: Tavistock Publication. Brooks, Ann. 2009. Posfeminisme dan Cultural Studies Sebuah Pengantar Paling Konprehensip (S Kunto Adiwibowo, Penterjemah). Jogyakarta: Jalasutra. Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajaran. Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara. Danim, Sudarwan, Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahaan,Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Bali Pustaka: Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia: Jakarta. Donder, I Ketut. 2008. Acarya Sista, Guru dan Dosen yang Bijaksana Perspektif Hindu. Surabaya: Penerbit Paramita. El, Sri Rahayu, dan Arman. 2000. Artikel Jihat Gender. Media Bali Post. Denpasar Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Kualitatif Kebudayaan. Yogyakarta: UGM. Fakih Mansour, dan Roger Simon. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Fashri, Fauzi. 2007. Penyinkapan Kuasa Simbol: Apropnasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Juxtapose Foucault, Michel. 2009. Pengetahuan & Metode. (Terjemahan Arief). Yogyakara: Penerbit Jalasutra Gandi, Leela. 2007. Teori Poskolonial: Upaya Meruntuhkan Hegomoni Barat. Terjemahan. Jakarta: CV. Triarga Utama Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya dan komunitas di Indonesia. (Zainudin Penterjemah). Jakarta: Penerbit Pulsar. Glatthorm, A.A. 1991. Supervisory Leadership: Intruduction to Instruktional Supervision. New York: Harper Collins Publisshers 16 Gramsci, Antonio. 1971. Selection From Prison Notebooks. New York: International Publisher. Gramsci, Antonio. 1976. Selections from the frison Notebooks. Quintin Hoare dan Nowell Smith (ed). New York: Internasionalin Publisher. Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta :ANDI. Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hendarto, Heru. 1993. Mengenal Kosep Hegemoni Gramsci. Dalam Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan. Jakarta: Tim Redaksi Driyarkara Gramedia Humm, Maggie. 2007. Ensiklopedia feminisme.(terjemahan. Mundi Rahayu). Surakarta: Fajar Pustaka Baru. Joko Untoro dan Tim Guru Indonesia. (online). Tersedia. http://carapedia.com/pengertian_definisi_peraturan_info2113.html Karmini, Ni Wayan. 2011. “Keterpinggiran Perempuan Hindu Dalam Hotel Berbintang Lima Di Kawasan Sanur, Denpasar Selatan Kota Denpasar”. (Disertasi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Kartodirjo, Sartono. 1994. ”Metode Penggunaan Bahan Dokumen” dalam Koentjaraningrat (Peny). Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Edisi Ketiga). Jakarta: PT GramediaPustaka Utama. Kenezevich, S.J. 1984. Administration of Public Education. New York Harper Collins Publisher. Litrell, J.J.1984. From School to Work. A Cooperative Book. South Holland Illinois: The Goodheart Willcox Campany, Inc Lovel, J.T., & Wiles. K. 1987. Supervision For Better School. Englewed Clivis, New Jersey: Practice Hall, Inc Manda, Nyoman. 2003. Istilah Perempuan dan Wanita. Paswara, 18 Desember, hal 4 Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Emas. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: (Terjemahan Tjetjep Rohidi. Jakarta: UI Press 17 Mulia, Siti Musdah. 2002. Pendidikan Berwawasan Keadilan Gender. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru 70 tahun. (Editor H.A.R Tilaar). Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia bekerja sama dengan Center for Education Development Studies: Jakarta Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Murfitriati, dan Asep Sopari. 2008. Isu Global, Konsep, dan Teori Gender. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional: Jakarta. Nawawi, Hadari. 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Penerbit PT Gunung Agung. Nawawi, Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial . Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Oliva, P,F. 1984. Supervision For Today School. New York: Longman, Inc Patria, Nezar & Andi Arief. 1999. Antonio Gramsci, Negara dan Hegomoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia Yang dilipat Tamsya Melampui Batas Kebudayaan. Yogyakarta:Jalasutra Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Purwanta, M.N. 1997. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penulisan Sastra.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Ritzer George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Terjemahan Alimandan. Ed.I.Cet.5). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 18 Sarup, Madan. 2003. Postrukturalisme dan Posmodernisme : Sebuah Pengantar Kritis. Jendela: Yogyakarta. Sonedi. 2010. “Hubungan Kompetensi Kelapa Sekolah, Sikap Guru Terhadap Pekerjaan, Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru dengan Mutu Lulusan pada SMP Negeri Di Kabupaten Kotawaringin Timur” (Disertasi Program Studi Manajemen Pendidikan: Universitas Negeri malang). Subagio. 2010. Kompetensi Kepala Sekolah (Online) tersedia http://subagiosubagio.blogspot.com/2010/12/kompetensi-kepalasekolah.html Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabet. Suprayoga dan Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta Indonesia. Penerbit Widya Dharma: Denpasar Surya, Mohamad. 2003. Percikan perjuangan Guru. Bandung: Aneka Ilmu. Suryana. 2004. Memahami Karateristik Kewirausahaan. Jakarta: Depdiknas, Diejen Dasmen Direktorat Pendidikan Menengah kejuruan. Sutrisno. 2005. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Surakarta”. (Tesis Program Pascasarjana Universitas Muhammadyah Surakarta). Syafarddin, 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Takwin, Bagus.2009. “ Proyek Intelektual Pierre bourdieu: Melacak Asal Usul Masyarakat, Melampui Oposisi Biner dalam Ilmu Sosial” dalam (Habitus x Modal) + Ranah = Praktek Pengantar Paling Konprehensif Kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. Richard Haker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (ed). Yogyakarta: Jalauta. Tilaar, H.H.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta. Tilaar, H.H.R. 2003. Kekuasaan & Pendidikan, Tinjauan Dari Persepektiof Posmodernisme dan Studi Kultural, Magelang: Indonesia Tera 19 Trisakti Handayani dan Sugiarti. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press. Usman, Moh Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Penerbit PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Winanti, Ni Putu. 2005. “Studi Kepemimpinan YTrasformasional Para Kepala Sekolah Perempuan dan Implementasi Dimensi Sosiokultural dalam Hubungannya dengan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar di Denpasar Timur”. (Tesis IKIP Negeri Singaraja. Program Pascasarjana: Singaraja) Yukl, G.A. 1998. Leadership In organization. New York: Prentice-Hall Inc SUMBER DOKUMEN Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. 2004. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 162/U/2003. Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jendral. 1992. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta Depdikbud. 1995a. Indikator Keberhasilan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar. 2009. Rangkuman Data Sekolah Kota Denpasar 2008/2009 Pemerintah Kota Denpasar. 2005. Peraturan Walikota Denpasar Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Rencana Pemangunan Jangka Menengah Daerah: Denpasar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah PBPGRI. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Internet: http://atwarbajari.wordpress.com/tag/stereotif/(htt://fismaba.forumotion.com) http://carapedia.com/pengertian_definisi_peraturan_info2113.html 20 www.menegpp.go.id.../index.php DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Pribadi Nama Lengkap Nip. Tempat/Tgl. Lahir Pekerjaan Jabatan Fungsional Pangkat/Gol Perguruan Tinggi Alamat Kantor Telp. Alamat Rumah Telp./HP Email Keluarga: Nama Istri Nama Anak Menantu Cucu : Drs. I Wayan Citrawan, M.Pd : 195912311985031021 : Klungkung, 31 Desember 1959 : Dosen Kopertis Dpk IKIP PGRI Bali : Lektor Kepala : Pembina TK I/IV b : IKIP PGRI Bali : Jl. Seroja, Desa Tonja Denpasar : 0361431434 : Jl. Gutiswa C. 20 Perum Dosen Kopertis Wil VIII : 0361463576/087861384227 : [email protected] : Ni Ketut Muliani, S.Pd : Putu Citra Noviadewi, Amd, Keb : Kadek Citra Nurindah Sari, Amd, Kep : Komang Citra Triani Putri, S.Keg : I Wayan Sulastra, S. Kep : Gede Subawa Adi Putra : Putu Kirana Putri Medira. : Putu Kiandra Anaia Hariramrta Riwayat Pendidikan No Jenjang Pendidikan 1 SD Negeri 2 SMP Negeri Tahun 1965-1971 1971-1974 3 4 SMEA Negeri Sarjana (S1) 1974-1977 1978-1983 5 Magister (S2) 2002-2004 6 Doktor (S3) 2009-2013 Tempat Desa Nyalian Kecamatan Banjarangkan Klungkung PLS FIP UNUD Singaraja PEP IKIP Negeri Singaraja Kajian Budaya UNUD Riwayat Pekerjaan/ Organisasi Tahun Pekerjaan/Organisasi 1985-1988 Dosen Kopertis Wil VIII Dpk. STKIP Bima 1986-1988 Ketua Jurusan Bimbingan Konseling STKIP Bima 1988-sekarang Dosen Kopertis Wil VIII Dpk. IKIP PGRI Bali 1989-1993 Wakil Dekan III Fakultas Pendidikan Teknologi Pendidikan 21 1994-1998 1999-2010 2011-sekarang 2004 2004 2004 2004 2007-2008 2008-2011 Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi Pendidikan Wakil Rektor III IKIP PGRI Bali Ketua LP2 M IKIP PGRI Bali Tim Penilai Angka Kredit Guru-guru dari Golongan IV.a ke IVb di Dinas Pendidikan Provinsi Bali Instruktur bagi guru-guru SD se Bali angkatan I dari tanggal 12 s.d 17 April 2004 dengan materi: Pengembangan Kurikulum dan angka kredit di SKB Kuta Krobokan Badung Instruktur bagi guru-guru SLTP se Bali angkatan III dari tanggal 12 s.d 17 Juni 2004 dengan materi: Pengembangan Kurikulum dan angka kredit di SKB Kuta Krobokan Badung Instruktur bagi guru-guru SLTA se Bali angkatan IV dari tanggal 14 s.d 19 Juni 2004 dengan materi: Pengembangan Kurikulum dan angka kredit di SKB Kuta Krobokan Badung Tim Akademisi Pendamping Pelaksanaan Program PTK –PNF UPTD SKB Kota Denpasar Sebagai anggota Pengurus Ikatan Alumni Program Pascasarj ana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Pengalaman Penelitian Tahun Judul Penelitian 2009 Pengaruh Sentuhan Media Masa terhadap Sikap Nasionalisme di Kalangan Remaja 2010 Kepemimpinan Transformasional dan Kinerja Guru 2011 Pengaruh Kepemimpinan Institusi dan Motivasi Berprestasi Dosen di IKIP PGRI Bali 2012 Perilaku Menyimpang dapat Ditangulangi Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Psikodrama pada Siswa SMA Negeri 8 Denpasar. Publikasi Tahun 2012 Judul Artikel Pengaruh Kepemimpinan Institusi terhadap Motivasi Berprestasi Dosen IKIP PGRI Bali, Nomor: VII/1907-3232 pada Jurnal Pendidikan Widyadari IKIP PGRI Bali Pengabdian Masyarakat Tahun Jenis/ Nama Kegiatan 2009 Bakti Sosial terpadu dosen dan mahasiswa IKIP PGRI Bali di Kelurahan Kubu Bangli 22 2010 Memberi latihan penyuluhan/ceramah pada masyaraakat dalam rangka hari ibu dengan judul: Estetika perempuan dalam iklan Prodi BK FIP IKIP PGRI Bali 20 Desember 2010 2010 Bakti Sosial terpadu dosen dan mahasiwa IKIP PGRI Bali di Desa Plaga Badung 2011 Bakti Sosial terpadu dosen dan mahasiswa IKIP PGRI Bali di Desa Gerih Badung 2012 Memberikan pembekalan kepada mahasiswa Prodi BK rangka PPL dengan : Bagaimana mengajar yang sukses. 2012 Bakti Sosial Terpadu Dosen dan Mahasiswa IKIP PGRI Bali Di Desa Pemecutan Denpasar dalam Mengikuti Seminar dan Lokarya Tahun Jenis Kegiatan 2009 Peserta pelatihan teknik penyusunan proposal dosen Kopertis Wilayah VIII di Denpasar 2009 As participant International Symposium on Cultural Studies ”Exploring Cultural Sudies Implementing Emancipations” 2010 Peserta dalam seminar Nasional tentang: Pengembangan Profesi Guru dan Modernisasi Pendidikan” di Denpasar 2010 As participant in international seminar” the cultural and educational reflection to build nation personality” Denpasar 2011 Peserta pelatihan penyusunan proposal penelitian dan pengabdian masyarakat bagi dosen di lingkunan Kopertis wilayah VIII di Mataram 2012 as a participant in the international seminar on BALINESE LANGUAGE IN GLOBALIZATION ERA. Hosted by FAULTY OF DHARMA ACARYA, DENPASAR HINDU DHARMA INSTITUTE. 2012 As a Modrator Has participated in the International Coference Local Wisdom and Character Education Organized by IKIP PGRI Bali and IKADBUDI 2013 Peserta dalam kegiatan Workshop dan Bimbingan teknis Penulisan Proposal Pengabdian Masyarakat