BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial Antarsiswa 2.1.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Interaksi Sosial Antarsiswa
2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Antarsiswa
Interaksi sosial dipahami sebagai pengaruh timbal balik antara individu
dengan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya
dan didalam usaha
mereka
untuk
mencapai tujuannya
(Ahmadi,2007: 100). Sedangkan menurut Homans (dalam Haryanto:2011)
interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi
merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi
pasangannya. Dalam Teorinya Thibaut dan Kelley (dalam Haryanto:2011)
menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah peristiwa saling mempengaruhi satu
sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan
suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain.
Disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara satu
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok yang saling memberikan pengaruh. Proses ini dapat terjadi antara orang
dengan orang, orang dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Satu
orang memberi dorongan kepada yang lain, kemudian dibalas dengan reaksi
secara
timbal
balik.
Dengan
kata
lain,
proses
dua
arah
di
mana
9
9
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
10
setiap individu atau group menstimulir yang lain dan mengubah tingkah
laku dari pada partisipan.
Menurut Karsidi (2008:14) proses-proses pendidikan yang sesungguhnya
adalah interaksi kegiatan yang berlangsung di kelas. Di dalam kelas selama
pembelajaran, komunikasi terjadi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa
untuk saling memberikan informasi atau mentransfer ilmu dan nilai.
Berdasarkan seluruh pengertian di atas dan pernyataan Karsidi, interaksi
antarsiswa merupakan hubungan timbal balik antara satu siswa dengan siswa
lainnya, siswa dengan kelompok siswa, maupun kelompok siswa dengan
kelompok siswa yang saling memberikan pengaruh. Satu siswa memberi
dorongan kepada siswa lain, kemudian dibalas dengan reaksi secara timbal
balik yang terjadi di dalam kelas atau kegiatan pembelajaran. Pengaruh yang
saling diberikan oleh siswa dapat berupa nilai, tingkah laku, kebiasaan, atau
ilmu.
2.1.2 Kelompok Sosial
Sherif Sherif (dalam Ahmadi, 2007:77) memahami kelompok sosial
sebagai unit sosial yang terdiri dari beberapa individu sebagai anggota
kelompok di mana individu-individu tadi mempunyai status atau peran tertentu
dan dalam unit sosial tadi berlakulah serangkaian norma-norma yang mengatur
tingkah laku kelompok. Sedangkan Soerjono Seokanto (dalam Herozui:2012)
kelompok sosial adalah kesatuan manusia yg hidup bersama, hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
11
Dengan demikian kelompok sosial adalah beberapa individu yang hidup
bersama, saling melakukan hubungan timbal balik dan memiliki aturan-aturan
baik tertulis maupun tidak tertulis. Suatu unit sosial itu menunjukkan adanya
hubungan-hubungan sosial, jalinan relasi yang timbal balik. Manusia tidak
mungkin hidup tanpa kelompok, justru kelompok sosiallah yang menjadikan
manusia dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana wajarnya. Melalui
kelompok itulah individu dapat memuaskan kebutuhan keseluruhan yang
fundamental dan memperoleh kesempurnaan yang terbesar. Tapi sebaliknya
melalui kelompok itu pula dia dapat merasakan kekecewaan dan mengalami
kesulitan-kesulitan yang amat sangat. Dalam masyarakat, untuk memasuki
suatu kelompok seseorang harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Begitu
juga di dunia anak, untuk dapat diterima menjadi teman seseorang harus
memiliki kesamaan atau rasa kesatuan.
Masih menurut Ahmadi (2007:79) peneliti setuju dengan pendapat
Cooley, bahwa kelompok sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu:
- Kelompok Primair adalah suatu kelompok yang mempunyai rasa ikatan
yang terkuat dalam relasi intra group. Terdapat intimitas kerja sama dalam
kelompok, dan terutama timbulnya sosialitas manusia dan ideanya, maka
terjadilah fusi individualitas dalam keseluruhan, sehingga pribadi individu
adalah pribadi kelompok. Rasa ke-kami-an merupakan expresi yang
fundamental dan natural. Contohnya, dalam sebuah kelompok anak dalam
bermain yang terbentuk sosial primair terdapat persatuan dan kesatuan,
terdapatlah unitas di dalam totalitas relasi yang membentuk kesatuan dalam
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
12
tindakan dan pikiran. Ketika salah satu diantara mereka tidak menikmati les,
namun anggota kelompok tersebut tetap menghadiri les dan tetap menikmati
kegiatan tersebut asal dengan anggota kelompok lainnya. Di sekolah,
bahkan rasa intimitas relasi dan rasa kebersamaannya lebih menonjol
dibandingkan dengan keluarga.
- Kelompok sekundair memiliki hubungan-hubungan yang kausalitas, artinya
sebab-sebab tertentu yang menyebabkan terbentuklah kelompok sekundair,
misalnya adanya ikatan ketertarikan. Walaupun saling bertemu, namun tidak
intim dengan kelompok primer, sehingga membentuk kelompok sekunder
yang memiliki jumlah anggota lebih besar dari pada kelompok primer.
Hubungan sosial yang terjadi pada kelompok sekunder ini biasanya
mempunyai organisasi yang tegas dengan peraturan yang tegas pula,
misalnya adanya status organisasi, anggaran dasar, kewajiban dan hak para
anggota yang diatur dalam peraturan, serta memiliki pemimpin yang
terorganisir. Di sekolah, kelompok ini biasanya terdapat di dalam kelas.
Meskipun di dalam kelas terdapat kelompok primair, namun mereka
membentuk kelompok sekundair sebagai kesatuan anggota kelas yang biasa
berinteraksi antar satu dengan yang lainnya.
- Kelompok tertier, merupakan kelompok yang memiliki sifat sementara atau
insidental, misalnya orang yang sama-sama naik kendaraan umum untuk
berangkat sekolah.
Menurut Hurlock (2010:252) kelompok sosial memiliki pengaruh
terhadap perkembangan sosial, ketika anak-anak memasuki sekolah, guru
mulai memasukkan pengaruh terhadap sosialisasi mereka, meskipun pengaruh
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
13
teman sebaya biasanya lebih kuat dibandingkan pengaruh guru atau orangtua.
Meningkatnya umur anak, jika nasehat yang diberikan oleh orang tua dan
teman sebaya berbeda, maka anak cenderung lebih terpengaruh pada teman
sebaya. Pengaruh tersebut sebenarnya berasal dari keinginan anak untuk dapat
diterima oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak
menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya.
Sejalan dengan pendapat Santrock (2007;206) bahwa hingga umur 12
tahun mereka bermain, berkelompok, dan membina persahabatan pada
kelompok yang berjenis kelamin sama semakin meningkat hingga 40 persen
pada umur 7-11 tahun. Kelompok anak tidak hanya terbentuk karena jenis
kelamin saja, namun ukuran interaksi di dalamnya. Interaksi yang terwujud pun
bervariasi.
Jadi, kelompok sosial memberikan pengaruh yang besar bagi keputusan
anak dalam berbagai hal. Semakin besar keinginan anak untuk bergabung
dalam suatu kelompok, semakin rentan pengaruh anggota lainnya, terutama
pengaruh dari mereka yang mempunyai status dalam kelompok. Selain itu,
semakin menarik kelompok itu bagi anak-anak, semakin ingin mereka diterima
dan bersedia dipengaruhi oleh kelompok tersebut.
2.1.3 Kelas Sebagai Sistem Sosial
Menurut Ahmadi (2007:78) kelas merupakan situasi sosial dalam group
yang bersifat relatif permanen. Dalam situasi ini, status individu dan anggota
kelompoknya dapat diketahui dengan nyata, misalnya dalam organisasi kelas
biasanya terdapat pemimpinnya yang biasa disebut sebagai ketua kelas. Hal
tersebutlah yang membentuk kelas sebagai sistem sosial.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
14
Karsidi (2008:87) menjelaskan bahwa kelas merupakan gabungan dari
individu-individu yang membentuk suatu kelompok sosial yang teratur
memiliki fungsi dan peran yang kompleks dalam kacamata pendidikan.
Sedangkan menurut Horton dan Hunt, 1984 kelas merupakan sekumpulan
orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Dengan demikian, kelas adalah kelompok sosial yang terdiri dari
beberapa orang yang saling berinteraksi dan memiliki peran masing-masing.
Berikut beberapa hal yang terdapat di kelas sebagai suatu sistem sosial.
a. Struktur Sosial Kelas
Menurut Karsidi (2008:88) ruang kelas merupakan miniatur dari
kelompok yang lebih besar, yaitu masyarakat karena di sana berkumpul
pribadi-pribadi dari latar belakang status sosial dan ekonomi yang berbedabeda, meskipun dengan struktur profesi dan peran yang sama. Beberapa ciri
khas struktur kelas yang memiliki kesamaan dengan masyarakat sebagai
berikut:
1) Komposisi Anggota
Heterogenitas adalah aspek umum yang hampir selalu ada di kelas
manapun. Di sana, selain latar belakang kehidupan yang berbeda-beda,
juga terdapat perbedaan jenis kelamin (seksualitas) kecuali di sekolah
khusus, keberagaman agama, sampai pada karakteristik individu yang
saling berlainan secara fisik maupun psikis yang ditandai dengan
perbedaan antar personalnya.
2) Struktur Birokasi Berupa Peran dan Status
Kelas memiliki tata aturan yang diikat oleh sekolah dan diperankan
oleh wakil-wakil siswa sebagai pengurus kelas. Lahirlah berbagai
jabatan yang terbentuk secara hierarkis sesuai dengan tugas dan
kewenangan mereka di dalam kelas, baik itu oleh guru yang berperan
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
15
sebagai wali kelas maupun siswa-siswanya yang terakumulasi dalam
jabatan ketua kelas, sekretaris, bendahara, dan seterusnya.
b. Iklim Sosial di Kelas
Menurut Faisal dan Yasik,1985 (dalam Karsidi, 2008:91) terdapat enam
iklim sosial yang timbul di kelas, yaitu:
1)
Iklim Terbuka
Tingkah laku guru menggambarkan integrasi antara kepribadian
seorang guru sebagai individu dan peranannya sebagai pimpinan di
dalam kelas.
2)
Iklim Mandiri
Siswa memiliki kebebasan dari guru untuk mendapatkan kebebasan
kebutuhan belajar dan kebutuhan sosial mereka.
3) Iklim Terkontrol
Titik pusat kebijakan guru adalah menekankan pada pencapaian prestasi
siswa di kelas, tetapi di sisi lain justru mengorbankan kepuasan
kebutuhan sosial siswa.
4) Iklim Persaudaraan
Hubungan antara guru dan siswa terjalin dengan erat baik di dalam atau
di luar kegiatan pembelajaran.
5)
Iklim Tertutup
Guru mengharapkan siswa berinisiatif sendiri, namun guru tidak
memberi kebebasan kepada para siswa untuk merealisasikan inisiatif
tersebut secara nyata karena tidak ada keterbukaan dan komunikasi
yang efektif.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
16
Dengan demikian, iklim yang terbentuk di suatu kelas alangkah baiknya
merupakan gabungan dari iklim-iklim tersebut. Guru tidak boleh terlalu keras,
terlalu dekat, terlalu tertutup, namun guru harus melakukannya pada waktuwaktu tertentu ketika hal tersebut dibutuhkan. Misalnya ketika siswa sedang
belajar kerjasama, maka berikanlah sikap yang fleksibel dengan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bekerjasama dengan teman satu
kelompoknya.
Menurut Parson (dalam Karsidi,2008:14) kelas merupakan suatu sistem
sosial yang memfasilitasi anak untuk melakukan proses sosialisasi dengan
lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedudukan murid
hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid
yang lebih formal seperti ketua kelas. Murid mempunyai kedudukan yang
bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja.
Murid melakukan interaksi di kelas dan sekolah dengan aturan dan tata tertib
yang telah disepakati, mereka menjalankan kedudukannya dan saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain sebagai sebuah sistem sosial
yang berjalan terus menerus.
2.1.4 Macam Kedudukan Siswa dalam Kelas
Nasution (2011:81) menjelaskan bahwa di sekolah dapat kita temukan
macam-macam kedudukan murid salah satunya adalah klik atau kelompok
persahabatan di sekolah. Suatu klik terbentuk bila dua orang atau lebih saling
merasa persahabatan yang akrab dan karena itu banyak bermain bersama,
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
17
sering bercakap-cakap, merencanakan dan melakukan kegiatan yang sama di
dalam maupun di luar sekolah. Mereka saling merasakan apa yang dialami
oleh salah satu anggota kelompoknya dan saling mengungkapkan apa yang
terkandung dalam hatinya termasuk apa yang dirahasiakannya kepada orang
lain, seperti hubungan mereka dengan orang tua atau dengan jenis kelamin
lain dan kesulitan-kesulitan pribadi lainnya. Klik memang tidak memiliki
peraturan yang jelas, namun terdapat kriteria atau nilai yang dijadikan alasan
diterimanya seseorang menjadi anggota baru dan melakukan tindakan jika ia
tidak memenuhi syarat. Meskipun keanggotaan bersifat sukarela dan tak
formal, seseorang akan diterima dan ditolak berdasarkan atas persetujuan
bersama. Bila klik ini mempunyai sikap anti-sosial maka klik itu dapat
menjadi geng. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas
kepentingan pribadi dan sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan sekolah
dan klik-klik lainnya.
Pengelompokan atau pembentukan klik (clique) mudah terjadi di sekolah.
Klik biasanya terbentuk karena mereka memiliki kegemaran dan minat yang
sama, ekonomi, dan lainnya. Namun, pengelompokan murid atau adanya
berbagai klik dalam sistem sosial kelas mempengaruhi anggota kelompok itu
ke arah yang baik akan tetapi juga ke arah yang merugikan pelajaran. Tidak
setiap guru dapat menggunakan atau bahkan melihat kemungkinan
penggunaan
klik
untuk
kepentingan
pendidikan,
misalnya
untuk
mempertinggi motivasi belajar, memelihara, dan mempertahankan normanorma kelakuan yang baik atau mempertinggi efektivitas pendidikan.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
18
2.1.5 Proses Interaksi Sosial di Kelas
Menurut Selo Soemardjan (dalam Saputra:2013) proses sosial adalah
hubungan timbal balik antara manusia (individu) dengan berbagai segi
kehidupan bersama. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (dalam
Haryanto:2011) bahwa proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan
yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling
bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
Dengan demikian, proses sosial adalah suatu proses yang terjadi jika
seseorang bertemu dengan orang lain atau suatu kelompok bertemu dengan
kelompok lain dan melakukan hubungan sosial seperti saling menyapa,
menanyakan kabar, berbincang-bincang, kerjasama dan sebagainya. Di kelas,
proses sosial terjadi selama proses pembelajaran, siswa saling berbincangbincang atau berdiskusi selama kegiatan belajar berlangsung. Mereka saling
menularkan ilmu yang didapatkan.
2.1.6 Macam-macam atau bentuk Interaksi Antarsiswa
Menurut Ahmadi (2007:100) macam-macam interaksi sosial berdasarkan
proses sosial ada yang berbentuk positif, ada pula yang berbentuk negatif.
Interaksi sosial positif dinamakan integrasi, yaitu proses menyatukan. Hal
tersebut terjadi apabila keseluruhan anggota-anggota keseluruhan kelompok
yang dimaksud itu berkemauan untuk tetap pada kelompoknya, seolah-olah
satu sama lain saling terikat. Sedangkan yang negatif dinamakan dengan
disintegrasi proses, yaitu proses yang memisahkan.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
19
a. Termasuk dalam proses yang menyatukan (integrasi) ialah:
1. Cooperation (koperasi)
Koperasi ialah bentuk kerjasama di mana satu sama lain saling
membantu guna mencapai tujuan bersama. Di dalamnya terdapat dua
orang atau lebih untuk melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan bersama. Ada jenis koperasi yang didasarkan
perbedaan di dalam organisasi group atau di dalam sikap group, yaitu:
a)
Kerjasama primer
Group dan individu berlebur menjadi satu. Seluruh kehidupan
individu mengisi kehidupan group dan masing-masing saling
mengejar untuk masing-masing pekerjaan, demi kepentingan seluruh
anggota dalam group.
b) Kerjasama sekunder
Kerja sama ini adalah kerja sama khas pada masyarakat modern.
Setiap individu hanya membaktikan sebagian dari hidupnya kepada
group. Sikap orang lebih individualistis dan mengadakan perhitunganperhitungan. Kerjasama semacam ini dapat terjadi di dalam kelas.
Jadi, kerjasama adalah beberapa orang untuk menyelesaikan suatu
kegiatan atau tujuan secara bersama-sama. Mereka membagi tugas dan
saling menolong dalam menyelesaikan tujuan tersebut.
2. Consensus (kerjasama)
Consensus yang dimaksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan
maupun tidak. Hal ini terjadi ketika dua orang atau lebih saling
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
20
memelihara hubungan dan mereka memandang sebagai kepentingan
sendiri.
3. Assimilation (assimilasi)
Assimilasi adalah proses dua kebudayaan yang berbeda, lama
kelamaan berkembang sehingga menjadi sejarah. Asimilasi hanya terjadi
pada orang atau golongan yang datang dari kebudayaan lain.
3. Termasuk dalam proses yang memisahkan ialah:
1. Conflict (persekutuan)
Konflik adalah usaha yang dengan sengaja menentang, melawan, atau
memaksa kehendak orang lain. Konflik timbul dari adanya kepentingan
yang bertentangan, terutama kepentingan ekonomi, dan sering juga karena
perebutan kedudukan dan kekuasaan. Berdasarkan terjadinya konflik ada
dua macam, yaitu Corparete conflict dan personal conflict. Corporate
conflict yaitu terjadi antara group dengan group dalam satu masyarakat.
Sedangkan Personal conflict, yaitu terjadi pada individu dengan individu.
Biasanya hal ini disebabkan karena permasalahan kecil, kekuasaan,
kekayaan, iri hati, dan sebagainya.
2. Competition (persaingan)
Persaingan ada hubungannya dengan konflik, namun berbeda.
Kompetisi tidak mengandung usaha dengan sengaja untuk menentang
kehendak orang lain dan tidak mengandung paksaan. Norma-norma moral
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
21
menjadi landasan dalam persaingan, sedangkan konflik tidak demikian.
Misalnya untuk prestasi akademik siswa untuk menjadi bintang kelas.
Murid harus bersaing dengan murid-murid lainnya dalam berbagai hal.
Sedangkan Nasution (2011:137) menjelaskan bahwa angka-angka yang
diberikan oleh guru sebagai nilai sering dijadikan bahan atau dasar
perbandingan jadi persaingan. Murid yang mencapai prestasi yang baik
mendapat angka yang tinggi sedangkan mereka yang prestasinya buruk
mendapat angka rendah. Diadakannya rangking dalam buku rapor dan
diberikannya penghargaan kepada juara kelas mempertajam persaingan.
Jiwa persaingan tidak tenyap meskipun metode penggunaan angka diganti
dengan bentuk uraian. Semua siswa ingin masuk ke dalam kelompok yang
lebih baik.
2.1.7 Teman Sebaya dan Sosialisasinya
Sebaya adalah orang yang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang
kira-kira sama (Santrock,2007:205). Salah satu fungsi terpenting sebaya
memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar
keluarga. Mereka melakukan umpan balik dan melakukan evaluasi terhadap
apa yang telah dilakukan dengan ukuran lebih baik, sama baiknya, atau lebih
buruk dari yang dilakukan anak lain. Dengan teman sebaya, anak-anak belajar
memformukasikan dan menyatakan pendapat mereka, menghargai sudut
pandang sebaya, menegosiasikan solusi atau perselisihan secara kooperatif,
dan mengubah standar perilaku yang diterima oleh semua. Selain itu, mereka
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
22
saling memberi dan menerima dalam mengembangkan pemahaman sosial dan
logika moral mereka.
Hubungan sebaya bisa negatif maupun positif. Ditolak atau diabaikan
oleh sebaya membuat beberapa anak merasa kesepian dan dimusuhi.
Penolakan tersebut dapat dikarenakan cacat, latar belakang, prestasi, dan
sebagainya. Terkadang budaya sebaya menjadi pengaruh buruk yang
melemahkan nilai dan kontrol orang tua. Sebaya dapat memperkenalkan anak
pada kenakalan atau perilaku yang dipandang melanggar norma. Pada masa
kanak-kanak, aktivitas berinteraksi dengan teman sebaya mencapai lebih dari
40% pada usia antara 7-11 tahun. Hubungan timbal balik menjadi sangat
penting, apalagi pada masa akhir kanak-kanak meningkatnya ukuran grup
sebaya dan interaksi sebaya mereka yang lebih menarik perhatian orang
dewasa. Bentuk interaksi yang sering terjadi adalah kooperatif, kompetitif,
bising dan hening, bergembira dan memalukan. Sekitar umur 5 tahun ke atas,
kelompok anak laki-laki cenderung terlibat pada permainan yang kasar,
kompetitif, konflik, pertunjukan ego, mengambil resiko, dan mencari
dominasi. Sebaliknya, kelompok perempuan cenderung terlibat dalam
percakapan
kolaboratif.
Dalam
Santrock
(2007:211)
bahwa
ahli
perkembangan telah membedakan lima status sebaya yang diterima secara
sosial, yaitu:
-
Anak-anak populer sering didominasikan sebagai sahabat dan
jarang tidak disukai oleh sebaya mereka.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
23
-
Anak-anak rata-rata menerima nominasi positif dan negatif ratarata dari sebaya mereka.
-
Anak-anak diabaikan, jarang dinominasikan sebagai sahabat tetapi
tidak dibenci oleh sebaya mereka.
-
Anak-anak yang ditolak jarang dinominasikan sebagai sahabat dan
dibenci secara kolektif oleh sebaya mereka.
-
Anak-anak kontroversial, sering dinominasikan sebagai teman baik
seseorang tapi juga sebagai orang yang tidak disukai.
Teman sekolah yang berada di kelas yang sama merupakan teman sebaya
yang paling sering ditemui selain di lingkungan rumah. Mereka memiliki
waktu yang berjam-jam dalam satu hari untuk berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Mereka mendapatkan kebahagiaan dan kekecewaan dari hasil
interaksinya tersebut.
Menurut Nasution (2011:51) Masyarakat sekolah mempengaruhi anak
dalam pergaulannya dengan anggota-anggota lain dalam masyarakat itu.
Sekolah biasanya terlampau memusatkan perhatian kepada pendidikan
akademis. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian ialah memupuk
hubungan sosial atau sosialisasi di kalangan murid-murid. Pendidikan antar
murid, antar golongan bergantung pada struktur sosial murid. Ada tidaknya
golongan minoritas di kalangan mereka yang mempengaruhi hubungan antar
kelompok itu.
Petersen (2008;163) berpendapat bahwa bila murid-murid dapat bergaul
dengan baik, biasanya mereka juga menunjukan perilaku dan sikap yang
positif dan saling membantu. Mereka juga saling memberikan dorongan
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
24
untuk belajar, saling memberikan saran, dan saling menolong. Bila diterapkan
di kelas, antara murid-murid yang mempunyai hubungan baik, dalam banyak
hal akan terjadi tolong menolong. Bisa jadi bantuan tersebut bersifat pasif,
misalnya tidak akan mengalihkan perhatian teman yang sedang mengerjakan
tugas atau mengganggu anak yang sedang belajar. Murid juga dapat saling
membantu menyelesaikan tugas atau bersama-sama mencari strategi belajar.
Dalam kerja kelompok, murid dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab serta
kewajiban untuk mencapai tujuan bersama guna menciptakan hubungan
sosial yang harmonis dalam kelompok tersebut. Mengingat guru juga
merupakan anggota kelompok tersebut serta partner dalam kelompok kelas,
maka guru menjadi lebih dihormati dan didengarkan oleh para murid.
Petersen sangat menyayangkan bahwa hubungan antarsiswa sekelas dan
antara murid dengan guru di kelas sering kurang menunjukkan suasana saling
membantu. Sering kali yang menjadi pusat perhatian dalam kelas ialah aspek
negatif perilaku serta peringkat pencapaian akademi murid. Hal ini khususnya
terjadi bila kelompok telah terbentuk dan anak bermasalah sudah
diidentifikasi bahkan sudah diberi cap buruk, baik oleh kawan-kawan sekelas
maupun oleh guru. Dalam hal ini anak tersebut akan mengalami gejolak
emosional setiap saat, kehilangan harga diri, rasa percaya diri, motivasi, serta
gairah untuk bekerja sama baik bidang sosial maupun bidang akademi.
Aspek-aspek ini suatu saat akan mempengaruhi suasana dan mutu lingkungan
kelas. Anak yang memiliki reputasi bagus secara khusus ingin membangun
kesan yang berbeda manakala mereka harus menghapus kesan sebagai anak
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
25
buruk atau bodoh dan sanggup memberikan sumbangan positif untuk
kelasnya. Kesan baru dengan mudah dapat dibangun pada kelas ketika
anggotanya satu sama lain saling melihat sisi positif temannya sehingga dapat
membina hubungan yang baik. Dengan kata lain, murid dan guru hendaknya
mencari sisi baik atau kebaika dan mengesampingkan hal-hal negatif guna
membina kesan baik bagi seluruh isi kelas. Sudah tentu setiap murid perlu
dukungan agar dapat memperoleh rasa percaya diri.
Menurut Hurlock (2010:250) terdapat beberapa proses seorang anak
terjun ke dalam masyarakat atau lingkungan untuk bersosialisasi di dalamnya,
yaitu:
1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Setiap kelompok
sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang
dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus
mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus
menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.
2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Setiap kelompok sosial
mempunyai pola atau kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama
oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada
yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru
dan murid.
3. Perkembangan sikap sosial. Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan
baik anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka
dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial
yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat
mereka menggabungkan diri.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
26
Siswa dalam kelas berasal dari latar belakang yang berbeda, jika dalam
kelas terdiri dari 40 siswa, maka kelas tersebut memiliki 40 sikap, pemikiran,
dan kepribadian yang berbeda. Perbedaan tersebut dibawa selama proses
interaksi. Mereka saling membantu dan bekerjasama, bahkan mereka akan
saling mengejek dan bertengkar karena perbedaan yang timbul.
2.1.8 Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Akhir
Masa kanak-kanak saat memasuki sekolah dasar pada umur 6-7 tahun.
Setelah anak memasuki sekolah, minat pada kegiatan keluarga mulai
berkurang. Menurut Hurlock (2010:264-270) bahwa mereka sudah mulai
berinteraksi secara kelompok dan memiliki teman bermain, sehingga minat
untuk bergaul dan diterima oleh anak-anak lain bertambah.
Pada usia sekolah, anak memasuki usia gang, yaitu usia yang pada saat
itu kesadaran sosial mulai berkembang pesat. Menjadi pribadi sosial
merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama pada periode ini.
Anak menjadi anggota suatu kelompok yang mampu mempengaruhi perilaku.
Anggota gang dipilih karena mereka mampu melakukan hal-hal yang disukai
anak lain, tidak karena mereka tinggal berdekatan satu sama lain dan juga
tidak karena mereka dapat melakukan hal-hal yang disukai oleh satu atau dua
orang anggota. Semakin banyak kesempatan mereka melakukan sesuatu
bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara
kerjasama.
Sebagian besar gang pada masa kanak-kanak menunjang perkembangan
kualitas yang baik. Gang mengajarkan anak-anak untuk bersikap demokratis,
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
27
untuk menyesuaikan keinginan dan perbuatan mereka dengan keinginan dan
perbuatan kelompok, untuk bekerjasama dan mengembangkan keterampilan.
Gang dapat meningkatkan sosialisasi, antara lain membantu anak bergaul
dan berperilaku yang dapat diterima secara sosial bagi mereka, membantu
anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilai untuk
melengkapi nilai orang tua yang cenderung otoriter, anak mempelajari sikap
sosial yang pantas dan membantu kemandirian pribadi anak. Pola perilaku
yang paling umum dipelajari oleh keanggotaan gang antara lain penerimaan
dan penolakan sosial, kepekaan yang berlebihan, mudah dipengaruhi dan
tidak mudah dipengaruhi, persaingan, sikap sportif, tanggung jawab,
wawasan sosial, diskriminasi sosial, prasangka, dan antagonisme jenis
kelamin.
Sesuai dengan rentang umurnya, perkembangan anak kelas IV SD negeri
berada pada umur 8-12 tahun. Umur 7 sampai 10 tahun seorang anak berada
pada masa transisi dari moralitas heteronom menuju moralitas otonom
(Santrock;2007;117). Pada masa moralitas heteronom bahwa anak berpikir
bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa diubah,
dan tidak dikontrol. Dengan demikian, pada umur 7-10 tahun, mereka mulai
merubah cara pikirnya bahwa mereka sadar akan peraturan dan hukuman
yang di buat oleh manusia dan ketika menilai sebuah perbuatan, mereka
mempertimbangkan niat dan juga konsekuensinya. Siswa percaya bahwa
ketika peraturan di langgar akan diikuti dengan pemberian hukuman jika ada
saksi mata, sehingga mereka tidak akan melakukan hal tersebut. Pemberian
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
28
Immanent justice (hukuman atas pelanggaran) merupakan sebuah musibah,
karena sebelumnya mereka telah melakukan pelanggaran.
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Mc. Donald (dalam Sardiman,2011:73) mengartikan bahwa motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tangapan terhadap adanya tujuan.
Dalam teorinya, M. Utsman Najati (dalam Saleh,2008:183) motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa motivasi belajar adalah
kekuatau atau energi dalam diri seseorang untuk membangkitkan aktivitas
belajarnya dalam rangka mewujudkan tujuan belajar yang telah siswa
tentukan. Seseorang siswa akan mengalami perubahan energi pada dirinya
ketika motivasi belajar muncul. Orang tersebut akan menjumpai persoalan
gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk bertindak melakukan sesuatu dan
dengan dirangsang atau didorong tujuan, kebutuhan atau keinginannya.
2.2.2 Komponen dan Siklus Motivasi
Menurut Saleh (2008:186) upaya pemenuhan perilaku termotivasi
sehubungan dengan prinsip tersebut dapat dijelaskan oleh siklus motivasi di
bawah ini:
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
29
Kebutuhan
Ketegangan
menurun
Ketegangan
Pencapaian
tujuan
Pemunculan
tingkah laku
Gambar 2.1
Siklus Motivasi
(Saleh,2009:186)
Berdasarkan siklus di atas, terdapat komponen-komponen dalam siklus
motivasi, yaitu kebutuhan, ketegangan, pemunculan tingkah laku, pencapaian
tujuan, ketegangan menurun. Motivasi belajar hanya akan muncul jika
seseorang benar-benar membutuhkan sesuatu yang ada dalam kegiatan belajar
tersebut. Kebutuhan tersebut akan disertai dengan ketegangan yang dapat
menjadikan seseorang mengalami ketidakseimbangan. Ketegangan dirinya
akan mendorong untuk memunculkan tingkah laku yang terarah pada
pencapaian tujuan. Jika tujuan tercapai, maka ketegangan menurun.
Menurut Nasution (2012:74) kebutuhan akan menimbulkan keadaan
ketidakseimbangan, rasa ketegangan yang meminta pemuasan, agar kembali
kepada keadaan keseimbangan. Saat manusia kembali pada keseimbangan,
maka pada saat tertentu muncullah kebutuhan baru. Hal ini berarti dorongan
pada diri manusia pada dasarnya tidak hilang, tetapi berkurang. Apapun yang
menjadi landasan dari pemunculan motivasinya, seseorang akan terdorong
untuk meregulasi tingkah lakunya dalam mencapai tujuan-tujuannya. Siswa
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
30
yang memiliki motivasi belajar, didorang dari kebutuhan yang paling
mendasar. Jika kebutuhan fisiknya terpenuhi dan siswa memperoleh rasa
nyaman di dalam kelas, maka ia memiliki motivasi untuk memperoleh
penghargaan dan mengaktualisasikan dirinya dalam kegiatan belajar
mengajar. Siswa memiliki tujuan dalam mengikuti pembelajaran, selain itu
siswa memiliki keinginan untuk lebih baik atau keinginan untuk
membahagiakan orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan mendapatkan
nilai yang maksimal. Dorongan tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar
siswa.
2.2.3 Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2011:77) seseorang melakukan aktivitas karena
didorong adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, insting, dan unsur-unsur
kejiwaan lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia.
Berhubungan
dengan
kegiatan
belajar,
menciptakan
kondisi
yang
mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik
merupakan hal yang penting. Guru harus mampu melakukan usaha-usaha
untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya
melakukan aktivitas belajar.
Sardiman (2011:77) menekankan bahwa kegiatan belajar harus didasari
dengan motif yang baik, karena jika motif hanya sekedar karena rasa takut,
terpaksa, kelas akan menghasilkan hasil belajar yang semu dan tidak tahan
lama. Motivasi yang dimiliki seseorang untuk melakukan aktivitas belajar
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
31
muncul karena faktor biologis, insting, dan unsur-unsur kejiwaan lain tidak
dapat dipisahkan dari soal kebutuhan baik yang bersifat biologis maupun
psikologis. Seseorang akan melakukan sesuatu karena adanya kebutuhan, hal
ini membuktikan bahwa motivasi belajar selalu berkaitan erat dengan
kebutuhan. Motivasi belajar yang selalu berkaitan dengan kebutuhan tentu
akan berubah-ubah atau dinamis sesuai dengan keinginan dan perhatian
siswa. Sesuai dengan kebutuhan, maka timbullah teori motivasi belajar.
Berikut
beberapa
macam
kebutuhan
anak
menurut
Morgan
(Nasution,2012:74):
1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri. Suatu
kegiatan tertentu mengandung kegembiraan bagi anak.
2. Kebutuhan untuk menyenangkan hati orang lain. Harga diri banyak
bergantung pada berhasil tidaknya usaha itu.
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil. Hasil baik dalam pekerjaan yang
disertai oleh pujian merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja
dengan giat.
4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
Menurut Maslow (dalam Feist,2011:330) bahwa orang-orang berulang
kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika sebuah kebutuhan
terpenuhi,
biasanya
kebutuhan
tersebut
berkurang
kekuatan
untuk
memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Kebutuhan-kebutuhan
dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki, yaitu:
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
32
Aktualisasi diri
Penghargaan
Cinta dan Keberadaan
Keamanan
Fisiologi
Gambar 2.2
Piramida Hierarki Kebutuhan Maslow
(Feist,2011:332)
1. Kebutuhan Fisiologis seperti makanan, air, oksigen, mempertahankan
suhu tubuh, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan akan Keamanan seperti keamanan fisik, stabilitas,
ketergantungan, perlindungan, ketentraman, kebutuhan hukum, dan
kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam.
3. Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan yaitu keinginan untuk berteman,
menjadi bagian sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat.
4. Kebutuhan akan Penghargaan yaitu untuk memperoleh penghormatan
diri, kepercayaan diri, kemampuan dan pengetahuan yang orang lain
hargai tinggi, reputasi dan harga diri.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri yaitu pemenuhan diri, sadar akan semua
potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin.
Setiap tingkatan di atas, hanya dapat dibangkitkan apabila telah terpenuhi
tingkat motivasi di bawahnya. Guru yang menginginkan siswanya belajar
dengan baik, maka harus dipenuhi tingkat terendah sampai yang tertinggi.
Anak yang lapar karena tidak sarapan, merasa tidak aman karena menerima
perlakuan bullying, bahkan tidak dikasihi, tidak diterima sevagai anggota
kelompok kelas, goncang harga dirinya, tentu tidak dapat belajar dengan baik.
Konsep Maslow tentang kebutuhan mewujudkan diri sendiri merupakan
keinginan untuk menjadi apa saja yang sanggup dicapai seseorang.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
33
Dengan melihat hal di atas, segala kebutuhan siswa harus terpenuhi dari
dasar agar proses pembelajaran tidak terganggu. Proses pembelajaran dapat
terganggu jika siswa tidak mampu memenuhi kebutuhannya, namun jika
kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik maka proses pembelajaran dapat
terjadi dengan baik.
2.2.4 Fungsi Motivasi Belajar
Seorang siswa belajar tekun agar dapat mengalahkan teman-temannya
dan menjadi bintang kelas. Seorang siswa berlatih menggambar agar
gambarnya mendapat pujian dari guru dan temannya. Kegiatan tersebut
sebenarnya dilatarbelakangi oleh motivasi. Intensitas motivasi menentukan
tingkat pencapaian keberhasilan belajar. Menurut Sardiman (2011:84)
terdapat 3 fungsi motivasi belajar:
1. Mendorong siswa untuk berbuat, motivasi belajar menjadi motor
penggerak dari setiap kegiatan pembelajaran yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi belajar dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan kegiatan yang harus dikerjakan
guna mencapai tujuan dan menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat.
Fungsi motivasi belajar pada intinya sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi, artinya siswa melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik akan
menunjukan hasil yang baik pula.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
34
2.2.5 Macam atau bentuk Motivasi Belajar
Sardiman (2011:88) menyebutkan beberapa macam atau bentuk motivasi
Belajar yaitu motivasi belajar intrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik.
a. Motivasi Belajar Intrinsik
Motivasi belajar intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
siswa sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang siswa
belajar karena dia memang benar-benar ingin mengetahui segala
sesuatu, bukan karena ingin dipuji atau mendapatkan imbalan dari
orang lain.
b. Motivasi Belajar Ekstrinsik
Motivasi belajar ekstrinsik adalah motif-motif belajar yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak
secara mutlak beraitan dengan aktivitas belajar. Keadaan siswa yang
dinamis, berubah-ubah, dan proses pembelajaran yang mungkin kurang
menarik bagi siswa, sehingga guru perlu membangun motivasi belajar
ektriksik.
Menurut Santrock (2007:261) motivasi belajar intrinsik dan ekstrinsik
bukanlah dua sisi mata uang, kedua motivasi belajar tersebut tidak memiliki
efek yang sama. Dengan demikian, guru harus mampu mengembangkan iklim
kelas menjadi lebih baik sehingga siswa termotivasi secara intrinsik untuk
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
35
belajar. Guru dan siswa harus mampu bekerjasama dalam mewujudkan
pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.
2.2.6 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar di Sekolah
Cara menumbuhkan motivasi belajar bermacam-macam, namun guru
harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi bagi kegiatan
belajar para anak didik. Motivasi belajar ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan
kadang juga bisa kurang sesuai. Terkadang guru bermaksud memberikan
motivasi belajar tetapi justeru tidak menguntungkan perkembangan belajar
siswa. Menurut Sardiman (2011:92) beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
1.
Memberikan angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Angka-angka yang baik yang diperoleh siswa merupakan motivasi belajar
yang sangat kuat, sehingga demi memperolehnya siswa belajar dengan
sungguh-sungguh. Siswa yang memperoleh angka yang baik, akan
memiliki rasa bangga terhadap dirinya sendiri. Siswa yang hanya
menginginkan yang terpenting adalah naik kelas menunjukan memiliki
motivasi yang kurang baik dibandingkan siswa yang ingin memperoleh
angka yang baik. Guru perlu memunculkan nilai yang terkandung dalam
materi yang diberikan, agar siswa tidak sekedar memperoleh angka yang
tinggi namun memiliki keterampilan.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
36
2.
Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar, namun tidak selamanya
demikian. Hadiah dari suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan
tersebut. Guru harus hati-hati dalam memberikan hadiah atau imbalan.
Pemberian hadiah penting untuk meningkatkan motivasi, namun guru
harus menghindari pemberian imbalan materi jika hal itu tidak diperlukan.
Memberikan imbalan untuk memulai kegiatan mungkin diperlukan, namun
ketika kegiatan sudah berjalan, hal tersebut dapat dikurangi secara
bertahap (Slavin,2009:132).
3.
Saingan/ kompetisi
Persaingan pribadi atau kelompok akan meningkatkan motivasi
belajar siswa untuk belajar. Siswa akan berlomba-lomba untuk menjadi
lebih baik dari orang lain, terbaik atau tidak terkalahkan. Kemudian,
menurut Nasution (2012:78) terdapat beberapa sikap anak-anak yang
berlainan terhadap persaingan :
-
Ada yang ingin mempertinggi harga diri bila menang dalam
persaingan;
-
Ada yang tak suka, tak berani bersaing;
-
Ada yang tak acuh, karena tak ada harapan menang.
Sardiman (2011:92) menyatakan bahwa persaingan dapat merusak
proses pembelajaran pula meskipun banyak keuntungan yang diwujudkan.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
37
Sifat merusak tersebut adalah yang tampil hanya anak-anak yang baik saja
dengan merendahkan harga diri anak-anak lain. Dalam persaingan setiap
peserta diancam oleh rasa takut akan kegagalan, namun persaingan tetap
dibutuhkan untuk menanamkan jiwa kompetitif dan sportivitas.
4.
Ego-involvement
Seseorang akan mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga
dirinya.
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah salah satu bentuk motivasi
belajar yang cukup penting. Menyelesaikan tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri bagi siswa.
5. Memberi ulangan
Siswa akan giat belajar jika mengetahui akan diadakannya ulangan,
sehingga ulangan menjadi sarana motivasi belajar. Sebaiknya jika ulangan
dilakukan setiap hari tidak akan berarti lagi.
6. Mengetahui hasil
Siswa harus mengetahu hasil pekerjaannya. Hasil belajar yang bagus
dan mengalami kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
Siswa yang mengetahui hasil belajarnya terus meningkat, maka ada
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
39
motivasi belajar pada diri siswa untuk terus belajar dengan harapan
hasilnya akan terus meningkat.
7. Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif sekaligus
merupakan motivasi belajar yang baik. Siswa yang sukses menyelesaikan
tugas perlu diberikan pujian, sehingga suasana akan menjadi lebih
menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus membangkitkan
harga diri. Pujian dapat digunakan untuk memperkuat perilaku yang tepat
dan memberikan umpan balik kepada siswa tentang apa yang mereka
lakukan dengan benar. Hal terpenting dalam memberikan pujian adalah
cara memberikannya.
Menurut Sutherland, Wehby dan Copeland (dalam Slavin,2009:140)
bahwa pujian bersyarat tergantung pada kinerja siswa tentang perilaku
yang telah ditetapkan dengan baik. Pujian diberikan hanya untuk jawaban
yang benar dan perilaku yang tepat. Pujian khusus berarti guru memuji
siswa karena perilaku khusus, bukan karena kebaikan umum. Pujian
terpercaya diberikan dengan tulus karena pekerjaan yang baik.
Sedangkan menurut Nasution (2012:81) pujian lebih bermanfaat
daripada hukuman atau celaan. Guru yang memuji anak karena tulisannya,
ketelitian, tingkah laku, dan sebagainya dapat memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
40
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif harus diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi belajar. Contohnya jika siswa
memang telah melanggar peraturan yang melampaui batas.
9. Minat
Motivasi tumbuh karena ada kebutuhan dan
minat. Proses
pembelajaran akan berjalan lancar kalau disertai minat.
Bentuk motivasi belajar dapat dimodifikasi dan dikembangkan agar
mendapatkan hasil belajar yang bermakna. Siswa rajin belajar pada mulanya
karena ada sesuatu dan guru harus mampu melanjutkan dan mempertahankan
rajin belajar pada diri siswa untuk menuju kegiatan pembelajaran yang lebih
bermakna.
2.2.7 Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar
Menurut Martin Handoko, 1992 (dalam Prasti:2011) untuk mengetahui
kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut :
1) Kuatnya kemauan untuk berbuat;
2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar;
3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain;
4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Menurut Sardiman (2012:83) terdapat beberapa ciri-ciri siswa yang
memiliki motivasi belajar:
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
41
a.
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai);
b.
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin;
c.
Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk
orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, pollitik,
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap
setiap tindakan kriminal, amoral, dan sebagainya);
d.
Lebih senang bekerja mandiri;
e.
Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin(hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif);
f.
Dapat mempertahankan pendapatnya(kalau sudah yakin akan
sesuatu);
g.
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu;
h.
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Peneliti setuju dengan karakteristik yang ditunjukkan oleh Sardiman
bahwa seseorang siswa yang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu
selalu memiliki motivasi belajar yang cukup kuat dalam belajar. Kegiatan
pembelajaran akan berhasil baik, jika siswa tekun mengerjakan tugas, ulet
memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Guru harus
paham dengan hal tersebut, agar dalam berinteraksi dengan siswa dapat
menciptakan motivasi belajar yang tepat dan optimal.
2.3 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan bagi penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Helda Verina dengan judul “Hubungan Antara Interaksi Sosial
Dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan”
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
42
pada tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji hubungan antara
interaksi sosial dengan motivasi berprestasi pada remaja yang tinggal di panti
asuhan. Penelitian tersebut dilakukan dengan melibatkan 40 remaja yang
tinggal di panti asuhan di daerah Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penelitian
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat
signifikan antara interaksi sosial dengan motivasi berprestasi pada remaja yang
tinggal di panti asuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Helda Varina dikatakan relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan, karena fokus penelitian ditujukan pada
interaksi sosial dan motivasi belajar meskipun pada subjek dan jenis
penelitiannya berbeda. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Helda Varina adalah penelitian tersebut bertujuan untuk menguji
hubungan antara interaksi sosial dengan motivasi belajar. Sedangkan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk
interaksi yang terjadi antarsiswa dalam proses pembelajaran dan dampak positif
serta dampak negatifnya bagi motivasi belajar siswa melalui studi deskriptif
kualitatif.
Interaksi Sosial Antarsiswa..., Visi Nurhayati, FKIP UMP, 2014
Download