BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Pasar dan Pemasaran Suatu laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari aktivitas pasarnya. Sekarang ada pergeseran dalam pengertian pasar. Dalam perkembangan teori ekonomi, khususnya tentang pasar pasar dibedakan menurut konvensional/tradiosional dan pengertian modern. Sinaga (2004) dalam makalahnya mengenai Pasar Modern VS Pasar Tradisional mengungkapkan, berikut ini pengertian pasar modern, ”Pasar dalam arti modern yaitu pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen. Sedangkan pengertian pasar secara konvensional/tradisonal lebih menunjukkan pada pengertian secara tradisional yang lebih mengarah pada tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli.”1 Dari kedua pengertian pasar diatas dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup menonjol. Senada dengan itu, berikut ini merupakan perbedaan kedua pasar: 1 Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional.Kementerian Koperasi dan UKM.Jakarta : Tidak Diterbitkan. 7 No. Pasar Tradisional 1. Barang yang diperjualbelikan berupa kebutuhan sehari-hari, umumnya terjadi tawar-menawar terhadap penjual dan pembeli. 2. 3. 4. Pasar Modern Barang ditawarkan adalah bahankebutuhan sehariharidengan harga pasti, tercantum pada label yang ditempelkan pada barang. Kumuh, kotor, jelek, bau tak sedap dan Bersih dan nyaman, bahkan semrawut. terdapat AC dan TV. Kepuasan konsumen kurang diperhatikan Konsumen adalah raja Fokus produk lokal Sudah masuk barang-barang dari luar negeri. Sumber: MIL, Pasar TradisionalPerlu Berbenah, Kompas 4 Maret 2013, hal. 34 Pasar dalam pengertian diatas harus dibedakan dengan pemasaran,“ Pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang sangat kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagi imbalannya.”2 Salah satu aspek penting dari pemasaran adalah distribusi. Proses distribusi biasanya dilakukan dari produsen melalui pedagang besar, selanjutnya ke pedagang ritel dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Pada penulisan penelitian ini yang dimaksudnya ritel adalah waralaba/franchise. Untuk lebihnya hal ini dapat diperjelas dengan pendapat Utami yang mengemukakan bahwa, “ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar. Warala/franchise menggabungkan kekuntungan-keuntungan dari organisasi rantai toko.”3 2 Bob Sabran ,2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran edisi 12, jilid 1, (diterjemahkan Kotler Philip danGarry Amstrong), Erlangga, Jakarta, hal. 6 3 Christina Whidya Utami, 2010,manajemen Ritel: Startegi dan Implementasi Operasional Bisnis RItel Modern di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, hal. 20 8 Waralaba/franchise merupakan kerjasama yang saling menguntungkan baik si pememberi lisensi (franchiser) maupun peneriman penerima/penyewa lisensi (franchisee). Dimana si pememberi linsensi akan memperoleh franchise fee dan juga tidak perlu mengunakan modal sendiri dalam memperluas usahanya.Sedangkan keuntungan bagi penerima/penyewa linsensi adalah tanpa mengadakan banyak kegagalan dalam mendirikan usaha karena merek yang digunakan dari franchise yang sudah terbukti keberhasilanya dan tidak perlu mengadakan banyak promosi yang berlebihan karena merk dagang dari franchise sudah di kenal oleh masyarakat. Dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam franchise maka keberadaan franchise dapat kita jumpai di berbagai tempat, salah satunya di ruas jalan-jalan raya. Dengan letaknya yang demikian diharapkan agar franchise mampu menjangkau permintaan pasar. Indomaret dan Alfarmart merupakan contoh franchise yang berkembang pesat di Indonesia. Adapun permintaan pasar menurut Samuelson dan Nordhanaus tergantung beberapa faktor, “ Dua diantaranya yang sesuai dengan skripsi ini adalah: Pendapatan rata-rata/daya beli dan jumlah penduduk.”4 a. Penduduk Indonesia merupakan Negara kepulauan yang luas dengan ribuan pulau yang tersebar dari paling ujung barat yaitu sabang sampai ujung timur pulau papua. Dengan daerah wilayah begitu luas maka Indonesia 4 Samuelson Paul A, William D. Nordhaus, 2003, Microeconomics, 17th Edition, (diterjemahkan Nur Rosyidah, Anna Elly dan Bosco Carvallo), P.T Media Global Edukasi, Jakarta, hal. 57. 9 menempati urutan ke dari 5 penduduk terbesar dunia. Berdasarkan data yang diambil dari BPS Indonesia, “jumlah penduduk Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun 1990 berjumlah 179,378,946 jiwa, selanjutnya pada tahun 2000 berjumlah 206,264,595 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 237,641,326jiwa dan mempunyai laju pertumbuhan penduduk pada 1980-1990 sebesar 1, 98; pada tahun 1990-2000 sebesar 1,49 dan pada tahun 2000-2010 juga sebesar 1,49”5 Dengan adanya fakta ini maka pertumbuhan jumlah penduduk mempengaruhi banyak aspek seperti, tingkat pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, kepadatan pendatan penduduk, kestabilan ekonomi dan lain-lain. Tingkat pertumbuhan pertumbuhan penduduk Indonesia yang kian meningkat, maka membutuhkan konsumsi untuk kelangsungan hidup. Dengan adanya kegiatan konsumsi ini, maka masyarakat tidak bisa lepas dengan aktivitas pasar untuk memenuhi kebetuhannya. Sebagaimana yang telah disebutkan Samuelsondan Nordhaus diatas mengenai faktor permintaan pasar, salah satunya adalah jumlah penduduk. Salah satu klafikasi Jumlah penduduk yang dapat dilakukan adalah penduduk yang pernah mengenyam pendidikan dan tidak pernah mengenyam pendidikan. Dari penduduk yang pernah mengenyampendidikan dan yang tidak pernah mengenyam pendidikan 5 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab =1. Sabtu, 23 November 2013 10 terdapat perbedaan dalam pola konsumsinya. Dengan demikian akan bergeser dalam pemenuhan kebutuhannya. Sehingga klasifikasi ini dapat menjadi peluang dan tantangan kepada para penguasaha. b. Pendapatan Berbicara mengenai pendapatan maka tidak akan lepas dengan aktivitas ekonomi. Salah satu aktivitasnya adalah pembelian.Dengan adanyapendapatanyang diperoleh, maka masyarakat dapat menggunakan pendapatan untuk membeli suatu barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan hal yang berperan penting dalam kelangsungan hidup suatu ekonomi pasar. Pendapatan yang diterima masyarakat umumnya berbeda-beda. Sehingga dengan perbedaan ini dapat mempengaruhi pola konsumsi mereka. Dengan perbedaan pola konsumsi ini menimbulkan pengelompokan kelas-kelas sosial pada masyarakat. Pengelompokan kelas-kelas ekonomi masyarakat umumnya dilihat dari sisi permintaan yang terjadi pada masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan makro ekonomi, muncullah kelas kelas sosial ekonomi menengah baru. Bila dapat dilihat sisi permintaan,“pertumbuhan ekonomi di atas 6% per tahun dalam waktu yang relatif panjang, akan mendorong pertumbuhan jumlah orang kaya dan kelas menengah. Berdasarkan klasifikasi Bank Dunia, kelas 11 menengah adalah mereka yang berpendapatan 2-20 dollar AS /hari. Berpatokan pada kurs dollar dalam rupiah Rp 9.000/USD berarti pendapatan kelas menengah Rp 18.000 – Rp 180.000 /hari. Kalau satu keluarga dengan empat anggota keluarga maka jumlah tersebut setara Rp 72000 – Rp 720.000 /hari atau Rp 2.160.000 – Rp 21.600.000 kk/bulan. Sejak 10 tahun terakhir kiranya tidak sulit menemukan keluarga-keluarga yang berpenghasilan Rp 2.000.000 s/d Rp 5.000.000 /bulan.” 6 Jumlah mereka bertambah lebih cepat dari pertumbuhan jumlah orang kaya. Pertumbuhan penghasilan yang begitu cepat akan mempengaruhui pola perbelanjaan dan konsumsi sehari-hari mereka. Dalam ekonomi makro diketahui bahwa konsumsi adalah fungsi pendapatan, C = f (Y). Kalau pendapatan naik maka konsumsi akan bertambah sebesar MPC x ∆Y. Pertambahan jumlah pengeluaran konsumsi tidak hanya terhadap, jenis barang yang sama akan tetapi juga berpengaruh pada jenis dan kualitas barang. Barang konsumsi yang dianggap inferior diganti dengan jenis barang yang lebih berkelas. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Samuelson dan Nordhaus yakni, “sebagai barang-barang inferior (bermutu rendah), yang pembeliannya mungkin menyusut ketika pendapatan meningkat karena orang mampu menggantinya dengan barang lain yang lebih 6 A. Prasetyantoko, “Investasi Skema Ponzi.” (Kompas,5 Maret 2013 hal. 11) 12 diinginkan.” 7 Sebabnya adalahkarena konsumen mengganti barang dengan jenis barang yang dinilai lebih baik. Sehubungan dengan ini dapat dipertegas dengan hasilsurveiyang dilakukan Gunawan dimana “sebanyak 34 persen responden mengakui adanya perubahan konsumsi dengan mulai mengunakan atau mengkonsumsi produk yang tidak pernah mereka gunakan sebelumnya.” 8 berhubungan dengan ini yang dimaksud adalah terjadi perubahan berupa merek dari barang sejenis yang dianggap lebih berkelas. Apabila jumlah penduduk bertambah sedangkan faktor yang lain dianggap ceterius paribus maka pada harga tertentu jumlah permintaan pasar akan naik. Begitu pula dalam hal pendapatan rata-rata. Kalau halhal lain dianggap tetap (ceterius paribus) maka pada harga yang sama jumlah yang dibeli bertambah. Dalam teori ekonomi, permintaan pasar itu dibedakan antara permintaan absolut dan permintaan efektif. Permintaan absolut menunjuk pada jumlah yang diinginkan (quality desired) sedangkan permintaan efektif menunjuk pada jumlah nyata yang dibeli (quality actually bought). Naiknya pendapatan rata-rata masyarakat dapat mempengaruhi mereka yang semula tergolong belum mampu membeli karena tidak 7 Samuelson Paul A, William D. Nordhaus, 2003, Microeconomics, 17th Edition, (diterjemahkan Nur Rosyidah, Anna Elly dan Bosco Carvallo), P.T Media Global Edukasi, Jakarta, hal. 105 8 Gunawan, “Rumah Tangga Membaik, Dorongan Gaya Hidup, Konsumsi Meningkat .” ( Kompas 18 Maret, 2013 hal.18) 13 mempunyai cukup uang menjadi mereka yang secara aktual membeli barang itu. Hal ini umumnya terjadi pada barang berkelas.Dalam belenggu ini promosi yang dilakukan penjual dapat mempercepatproses perubahan dari permintaan absolut menjadi permintaan efektif. Bahkan gejala ini tidak terbatas pada pembelian barang tetapi juga nampak pada pilihan lokasi tempat berbelanja. Seseorang yang sedang naik status dari segi pendapatan cenderung akan berpindah dari pasar tradisional yang terkenal kumuh ke pasar modern, seperti Mall dan Supermarket. Hal ini sebetulnya lebih sebagai gengsi/status sosial. Gejala seperti ini pilihan komoditas dan tempat berbelanja di tunjukan secara jelas oleh James Duesenberry,“sebagai demonstration effect yang akan dibahas lebih lanjut pada sub bab berikutnya.”9 2.2. Segmentasi Pasar Pada dasarnya setiap orang mempunyai kebutuhan dan keinginan yangberbeda-beda satu dengan yang lain. Tapi umumnya mereka menginginkan produk dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhannya dengan harga yang bersaing dan juga sesuai dengan kemampuannya. Dengan kondisi seperti ini,pengusaha membutuhkan segmen pasar yang tepat guna membidik konsumen yang tepat dan menghasilkan laba. Dalam perekonomian umumnya suatu perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan. Sehingga perusahaan harus memilih 9 bagian Mangkoesoebroto, Guritno, Algifari, 1998, Teori Ekonomi Makro Edisi ke Tiga, STIE YKPN, Jogjakarta, hal. 70 14 pasar yang paling efektif untuk dimasuki. Adapun pengertian segmentasi pasar yakni “segmentasi pasar adalah proses mengidentifikasi danmengalisis para pembeli di pasar produk dengan karakteristik tanggapan yang hampir sama.” 10 Sejalan dengan itu Philip Kotler dan Gary Amstrong mengemukakan bahwa, “Dengan membagi pasar menjadi kelompokkelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atauperilaku berbeda yang memungkinkan memerlukan produk atau bauran pasaran tersendiri.”11 Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dan tingkat pendapatanyang berbeda-beda di masyarakat Indonesia, maka salah satu segmen pasar yang dapat dilakukan adalah berdasarkan kelas sosial/ekonomi masyarakat. Hal ini senada dengan Setiadi yang mengungkapkan bahwa “kelas sosial merupakan salah satu segmentasi pasar yang berdasarkan variabel psikografi.” 12 -Berkaitan dengan segmentasi pasar maka akan berhubungan erat dengan lokasi tempat tinggal kelas menengah. Hal ini akan dibahas lebih rinci dalam sub bab selanjutnya. 2.3. Kelas Menengah Kelas sosial seseorang (masyarakat) sangat dipengaruhi oleh pendapatan. Seiring maka terdapat dengan bertumbuhnya pendapatan yang dimiliki, pergeseran suatu kelas sosial masyarakat. Kelas social 10 Setiadi, Nugroho J., SE., MM, 2003, Perilaku Konsumen, Prenada Media, Jakarta, hal Bob Sabran ,2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran edisi 12, jilid 1, (diterjemahkan Kotler Philip dan Garry Amstrong), Erlangga, Jakarta hal. 225 12 Setiadi, Nugroho J., SE., MM, 2003, Perilaku Konsumen, Prenada Media, Jakarta, hal 6 11 15 begitu penting karena setiap kelas sosial mencerminkan pendapatan yang dimiliki. Sehingga setiap kelas sosial ciri khas tersendiri dalam hubungannyapemenuhan kebutuhannya, “kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam periku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka didalam pasar.”13Sedangkan menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar kanuk, “Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas berbeda, sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.”14Sehingga dalam suatu masyarakat pada umumnya akan terdapat suatu kelas sosial yang berbeda-beda. Untuk menanggapi perbedaan kelas sosial, banyak perusahaan menangkap peluang untuk menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan kelas sosial masing-masing orang. Salah satu kelas sosial yang ada di masyarakat adalah kelas menengah. Dengan pergeseran pendapat masyarakat Indonesia maka berakibat bertambahnya kelas menengah diIndonesia. Berikut ini adalah ciri-ciri seseorang /masyarakat yang termasu kedalam kelas menengah baru: 1) Memiliki rumah bergaya modern namun masih tinggal di dalam ganggang 2) Belum cukup mampu meniru gaya hidup kelas menengah atas 13 Engel, James F., Roger D. Blackwell dan Paul W. ,1994, Consumer Behavior.(diterjemahkanF.X. Budiyanto), Binarupa Aksara, Jakarta, hal. 121 14 Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2007, Consumer Behavior Seventh Edition.(diterjemahkan Zoelkifli Kasip), Indeks, Klaten, hal. 3 16 3) Berupaya mengikuti trend yang ada di masyarakat 4) Mempunyai latarbelakang pendidikan yang bagus Berkenaan dengan perubahan pendapatan dan pola konsumsi yang menimbulkan perubahan kelas sosial seseorang, maka hal ini berkaitandengan teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (relative incomehypothesis) yang didemukakan oleh James Duesenberry. Dimana dalam teorinya yang terdapat pada Nanga (2001) mengemukan “dua asumsi sebagai berikut: 1) Selera sebuah interdependen. dipengaruhi rumahtangga Artinya oleh atas barang pengeluaran pengeluaran yang konsumsi adalah konsumsi rumahtangga dilakukan oleh orang disekitarnya (tetangganya). 2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.”15 2.4. Permintaan Pasar Kelas Menengah Sebagaimana yang telah diungkapkan mengenai kelas menangah baru dan hubungan dengan teori ekonomi serta pendapat relatif. Sehingga ini akan berkibat pada pemenuhan pola konsumsi masyarakat kelas menengah baru. Dengan pola konsumsi mereka yang dipengaruhi oleh orangsekitarnya (tetangganya.). Sehingga pola konsumsi yang seperti 15 Mangkoesoebroto, Guritno, Algifari, 1998, Teori Ekonomi Makro Edisi ke Tiga, STIE YKPN, Jogjakarta, hal. 70 17 ini, dapat didukung dengan pernyataan Duesenberry yang mengemukakan bahwa “apabila seseorang konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang penghasilan lebih tinggi (lebih kaya), maka tersebut cenderung menirunya (demonstration effect)” 16 orang Oleh karena itu berapapun jumlah penghasilan yang diterima, maka akan membuat seseorang akan melakukan konsumsi yang lebih besar . Kelas menengah merupakan masyarakat yang meniru kelas sosial tetangganyadari kelas sosial yang sama maupun kelas sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Hal ini tidak akan mempengaruhi pola konsumsi merekawalaupun telah terjadi penurunan pendapatan.Sehubungan dengan ini senada pernyataan Duesenberry dalam Nanga (2001) “pengeluarankonsumsiseseorang atau rumah tangga bukanlah fungsi dari pendapatan absolut, tetapi fungsi dari posisi relatif seseorang di dalam pembagian pendapatan di dalam masyarakat. Artinya pengeluaran konsumsi individu tersebut tergantung padapendapatanya relatif terhadap pendapatanindividu lainya di dalam masyarakat.” 17 Orang akan selalu berusaha hidup seperti tetangganya, karena itu kalau suatu pendapatan turun maka orang tersebut tidak akanmenurukan konsumsinya seperti kalau pendapatan naik, tetapi ia akan berusaha konsumsinya pada perilaku yang mempertahankan perilaku tidak terlalu jauh dengan perilaku konsumsi tertinggi yang pernah dicapainya. 16 Mangkoesoebroto, Guritno, Algifari, 1998, Teori Ekonomi Makro Edisi ke Tiga,STIE YKPN, Jogjakarta, hal. 70 17 Nanga, Muana.2001.Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, hal 113 18 2.5. Upaya Memperluas Pasar a. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi adalah hal yang paling penting dalam pendirian suatuusaha. Karena dengan lokasi strategis berdampak pada hidup mati suatu usaha. Dengan semakin mudah akses suatu lokasi usaha makin semakin mudah pula, usaha tersebut mendatangkan konsumen. Sehubungan dengan lokasi Bob Foster mengukapkan bahwa, “lokasi akan memperngaruhi jumlah dan jenis konsumen yang tertarik untuk datang ke lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang ada, serta kapasitas parkir yang cukup memadai bagi konsumen.”18Lokasi yang mudah dijangkau oleh konsumen merupakan suatu keunggulan yang arus dimiliki oleh suatu usaha, agar usaha dapat berjalan lancar.Karena apabila suatu tempat usaha sebagus apapun namum mempunyailokasi yang kurang bagus, dalam akses jalan yang kurang strategis akan membuat tempat tersebut sukar dikenal orang dan membuat orang enggan untuk datang. b. Produk yang di jual Barang yang dijual pada toko umumnya adalah bahan kebutuhan sehari-hari, dari sabun mandi, diterjen hingga makanan ringan. Produk yang dijual merupakan mewakili merek yang memilki pasar tertentu. Adapun menurut William J. Stanton dalam Basu Swastha(1987) pengertian produkyaitu “produk adalah suatu sifat yang kompleks baik 18 Bob Foster, 2008, Manajemen Ritel, Alfabeta, Bandung, hal. 52 19 dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskankeinginan atau kebutuhannya.”19 Produk yang dijual merupakan gambaran dari kelas tertentu. Produk-produk yang digemari oleh kelas menengah umumnya adalah produk-produk yang bermerk. Karena dengan membeli barang yang bermerk akan menimbulkan rasa bangga tersendiri bagi pembeli. c. Kenyamanan Kenyaman merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh suatu usaha. Dengan kenyaman ini dapat menarik konsumen untuk datang dan membuat konsumen dapat lebih lama berbelanja. Sehubungan dengan kenyamanan Hetley mengungkapkan bahwa “kenyaman dalam berbelanja adalah usaha menunjuk pada sedikitnya usaha yang dilakukan penjual kepada pembeli dalam berbelanja sehingga pembeli merasa nyaman berada dalam toko tersebut saat berberlanja.”20 Dengan adanya kenyamanan yang diberikan membuat konsumenkersan untuk berbelanja. Dan dengan kenyamanan itu akan membuat konsumen akan membeliberbelanja di tempat itu.Kenyamanan kita dapat melihat sudut pandang dalam maupun luar toko/tempat. Kenyamanan di dalam toko biasa terlihat dari adanya AC yang dapat membuat ruangan senantiasa menjadi sejuk, lantai yang bersih dan 19 Swastha, Basu, 1987, Manajemen barang Dalam Pemasaran, Edisi Kedua, BPFEYogyakarta, hal. 22 20 Hatley, Robert F, 1980,Retailing: Challenge and Opputinity, Second edition, Houghton Miffian Company, USA. hal 118 20 adanya LCD TV yang memuat iklan barang promosi terbaru hingga lagu-lagu sehingga konsumen menjadi betah untuk berlama-lama berbelanja. Dan di luar toko, biasanya terdapat fasilitas parkir gratis yang disediakan khusus untuk konsumen toko. Hal ini sangat menguntungkan bagi konsumen karena terkadang barang yang dibeli tidak sebanding ongkos parkir bila membeli barang di tempat lain. d. Display Display merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menarik niat pembeli. Dengan susunan rapi dan mudah ditemukan akan membuat konsumen mundah mencari barang yang diinginkan. Berkaitan dengan ini Bob Foster mengungkapkan bahwa “display mempunyai beberapa definisi yaitu keinginan membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang tapi didorong oleh daya tarik, atau oleh penglihatan ataupun oleh perasaan lainnya.”21 Dengan tata cara penempatan display yang baik akan mendorong konsumen untuk melihat barang tersebut dan akhirnyamembelinya meskipun pada awalnya meraka tidak berencana membeli barang tersebut. Sehingga penempatan display harus diperhitungkan dalam penataan ruang di suatu tempat usaha atau toko. 21 Bob Foster , 2008, Managemen Ritel, Bandung, Alfabeta, hal 7 21