Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Indomaret di Kota Salatiga

advertisement
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Pasar dan Pemasaran
Suatu laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari aktivitas
pasarnya. Sekarang ada pergeseran dalam pengertian pasar. Dalam
perkembangan teori ekonomi, khususnya tentang pasar pasar dibedakan
menurut konvensional/tradiosional dan pengertian modern. Sinaga (2004)
dalam makalahnya mengenai Pasar Modern VS Pasar Tradisional
mengungkapkan, berikut ini pengertian pasar modern, ”Pasar dalam arti
modern yaitu pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan
mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen. Sedangkan pengertian
pasar secara konvensional/tradisonal lebih menunjukkan pada pengertian
secara tradisional yang lebih mengarah pada tempat bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli.”1
Dari kedua pengertian pasar diatas dapat dilihat adanya perbedaan
yang cukup menonjol. Senada dengan itu, berikut ini merupakan perbedaan
kedua pasar:
1
Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional.Kementerian
Koperasi dan UKM.Jakarta : Tidak Diterbitkan.
7
No.
Pasar Tradisional
1. Barang yang diperjualbelikan berupa
kebutuhan sehari-hari, umumnya terjadi
tawar-menawar terhadap penjual dan
pembeli.
2.
3.
4.
Pasar Modern
Barang
ditawarkan
adalah
bahankebutuhan
sehariharidengan harga pasti, tercantum
pada label yang ditempelkan pada
barang.
Kumuh, kotor, jelek, bau tak sedap dan Bersih dan nyaman, bahkan
semrawut.
terdapat AC dan TV.
Kepuasan konsumen kurang diperhatikan
Konsumen adalah raja
Fokus produk lokal
Sudah masuk barang-barang dari
luar negeri.
Sumber: MIL, Pasar TradisionalPerlu Berbenah, Kompas 4 Maret 2013, hal.
34
Pasar dalam pengertian diatas harus dibedakan dengan pemasaran,“
Pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang sangat kuat dengan
pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagi
imbalannya.”2
Salah satu aspek penting dari pemasaran adalah distribusi. Proses
distribusi
biasanya dilakukan dari produsen melalui pedagang besar,
selanjutnya ke pedagang ritel dan akhirnya sampai ke tangan konsumen.
Pada penulisan penelitian ini yang dimaksudnya ritel adalah
waralaba/franchise. Untuk lebihnya hal ini dapat diperjelas dengan pendapat
Utami yang mengemukakan bahwa, “ritel yang dimiliki dan dioperasikan
oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang
lebih besar. Warala/franchise menggabungkan kekuntungan-keuntungan
dari organisasi rantai toko.”3
2
Bob Sabran ,2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran edisi 12, jilid 1, (diterjemahkan Kotler
Philip danGarry Amstrong), Erlangga, Jakarta, hal. 6
3
Christina Whidya Utami, 2010,manajemen Ritel: Startegi dan Implementasi Operasional
Bisnis RItel Modern di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, hal. 20
8
Waralaba/franchise
merupakan
kerjasama
yang
saling
menguntungkan baik si pememberi lisensi (franchiser) maupun peneriman
penerima/penyewa lisensi (franchisee). Dimana si pememberi linsensi akan
memperoleh franchise fee dan juga tidak perlu mengunakan modal sendiri
dalam
memperluas
usahanya.Sedangkan
keuntungan
bagi
penerima/penyewa linsensi adalah tanpa mengadakan banyak kegagalan
dalam mendirikan usaha karena merek yang digunakan dari franchise yang
sudah terbukti keberhasilanya dan tidak perlu mengadakan banyak promosi
yang berlebihan karena merk dagang dari franchise sudah di kenal oleh
masyarakat.
Dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam franchise maka
keberadaan franchise dapat kita jumpai di berbagai tempat, salah satunya di
ruas jalan-jalan raya. Dengan letaknya yang demikian diharapkan agar
franchise mampu menjangkau permintaan pasar. Indomaret dan Alfarmart
merupakan contoh franchise yang berkembang pesat di Indonesia.
Adapun permintaan pasar menurut
Samuelson dan Nordhanaus
tergantung beberapa faktor, “ Dua diantaranya yang sesuai dengan skripsi
ini adalah: Pendapatan rata-rata/daya beli dan jumlah penduduk.”4
a. Penduduk
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang luas dengan ribuan
pulau yang tersebar dari paling ujung barat yaitu sabang sampai ujung
timur pulau papua. Dengan daerah wilayah begitu luas maka Indonesia
4
Samuelson Paul A, William D. Nordhaus, 2003, Microeconomics, 17th Edition,
(diterjemahkan Nur Rosyidah, Anna Elly dan Bosco Carvallo), P.T Media Global Edukasi,
Jakarta, hal. 57.
9
menempati urutan ke dari 5 penduduk terbesar dunia. Berdasarkan data
yang diambil dari BPS Indonesia, “jumlah penduduk Indonesia
berkembang sangat pesat dari tahun 1990 berjumlah 179,378,946 jiwa,
selanjutnya pada tahun 2000 berjumlah
206,264,595 jiwa dan pada
tahun 2010 berjumlah 237,641,326jiwa
dan
mempunyai
laju
pertumbuhan penduduk pada 1980-1990 sebesar 1, 98; pada tahun
1990-2000 sebesar 1,49 dan pada tahun 2000-2010 juga sebesar 1,49”5
Dengan adanya fakta ini maka pertumbuhan jumlah
penduduk
mempengaruhi banyak aspek seperti, tingkat pertumbuhan ekonomi,
kemiskinan, kepadatan pendatan penduduk, kestabilan ekonomi dan
lain-lain.
Tingkat pertumbuhan pertumbuhan penduduk Indonesia yang kian
meningkat, maka membutuhkan konsumsi untuk kelangsungan hidup.
Dengan adanya kegiatan konsumsi ini, maka masyarakat tidak bisa
lepas
dengan
aktivitas
pasar
untuk
memenuhi
kebetuhannya.
Sebagaimana yang telah disebutkan Samuelsondan Nordhaus diatas
mengenai faktor permintaan pasar, salah satunya adalah jumlah
penduduk.
Salah satu klafikasi Jumlah penduduk yang dapat dilakukan adalah
penduduk yang pernah mengenyam pendidikan dan tidak pernah
mengenyam
pendidikan.
Dari
penduduk
yang
pernah
mengenyampendidikan dan yang tidak pernah mengenyam pendidikan
5
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab
=1. Sabtu, 23 November 2013
10
terdapat perbedaan dalam pola konsumsinya. Dengan demikian akan
bergeser dalam pemenuhan kebutuhannya.
Sehingga klasifikasi ini
dapat menjadi peluang dan tantangan kepada para penguasaha.
b. Pendapatan
Berbicara mengenai pendapatan maka tidak akan lepas dengan
aktivitas ekonomi. Salah satu aktivitasnya adalah pembelian.Dengan
adanyapendapatanyang diperoleh, maka masyarakat dapat menggunakan
pendapatan untuk membeli suatu barang/jasa untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan
merupakan hal yang berperan penting dalam kelangsungan hidup suatu
ekonomi pasar.
Pendapatan yang diterima masyarakat umumnya berbeda-beda.
Sehingga dengan perbedaan ini dapat mempengaruhi pola konsumsi
mereka.
Dengan
perbedaan
pola
konsumsi
ini
menimbulkan
pengelompokan kelas-kelas sosial pada masyarakat. Pengelompokan
kelas-kelas ekonomi masyarakat umumnya dilihat dari sisi permintaan
yang terjadi pada masyarakat.
Seiring dengan pertumbuhan makro ekonomi, muncullah kelas
kelas sosial ekonomi menengah baru. Bila dapat dilihat sisi
permintaan,“pertumbuhan ekonomi di atas 6% per tahun dalam waktu
yang relatif panjang, akan mendorong pertumbuhan jumlah orang kaya
dan kelas menengah. Berdasarkan klasifikasi Bank Dunia, kelas
11
menengah adalah mereka yang berpendapatan 2-20 dollar AS /hari.
Berpatokan pada kurs dollar dalam rupiah Rp 9.000/USD berarti
pendapatan kelas menengah Rp 18.000 – Rp 180.000 /hari. Kalau satu
keluarga dengan empat anggota keluarga maka jumlah tersebut setara
Rp 72000 – Rp 720.000 /hari atau Rp 2.160.000 – Rp 21.600.000
kk/bulan. Sejak 10 tahun terakhir kiranya tidak sulit menemukan
keluarga-keluarga yang berpenghasilan Rp 2.000.000 s/d Rp 5.000.000
/bulan.” 6 Jumlah mereka bertambah lebih cepat dari pertumbuhan
jumlah orang kaya. Pertumbuhan penghasilan yang begitu cepat
akan mempengaruhui pola perbelanjaan dan konsumsi sehari-hari
mereka.
Dalam ekonomi makro diketahui bahwa konsumsi adalah
fungsi
pendapatan, C = f (Y). Kalau pendapatan naik maka konsumsi akan
bertambah sebesar MPC x ∆Y.
Pertambahan jumlah pengeluaran konsumsi tidak hanya terhadap,
jenis barang yang sama akan tetapi juga berpengaruh
pada jenis dan
kualitas barang. Barang konsumsi yang dianggap inferior diganti dengan
jenis barang yang lebih berkelas.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Samuelson dan
Nordhaus yakni, “sebagai barang-barang inferior (bermutu rendah),
yang pembeliannya mungkin menyusut ketika pendapatan meningkat
karena orang mampu menggantinya dengan barang lain yang lebih
6
A. Prasetyantoko, “Investasi Skema Ponzi.” (Kompas,5 Maret 2013 hal. 11)
12
diinginkan.”
7
Sebabnya adalahkarena konsumen mengganti barang
dengan jenis barang yang dinilai lebih baik. Sehubungan dengan ini
dapat dipertegas dengan hasilsurveiyang dilakukan Gunawan dimana
“sebanyak 34 persen responden mengakui adanya perubahan konsumsi
dengan mulai mengunakan atau mengkonsumsi produk yang tidak
pernah mereka gunakan sebelumnya.” 8 berhubungan dengan ini yang
dimaksud adalah terjadi perubahan berupa merek dari barang sejenis
yang dianggap lebih berkelas.
Apabila jumlah penduduk bertambah sedangkan faktor yang lain
dianggap ceterius paribus maka pada harga tertentu jumlah permintaan
pasar akan naik. Begitu pula dalam hal pendapatan rata-rata. Kalau halhal lain dianggap tetap (ceterius paribus) maka pada harga yang sama
jumlah yang dibeli bertambah.
Dalam teori ekonomi, permintaan pasar itu dibedakan antara
permintaan absolut dan permintaan efektif. Permintaan absolut
menunjuk pada jumlah yang diinginkan (quality desired) sedangkan
permintaan efektif menunjuk pada jumlah nyata yang dibeli (quality
actually bought).
Naiknya pendapatan rata-rata masyarakat dapat mempengaruhi
mereka yang semula tergolong belum mampu membeli karena tidak
7
Samuelson Paul A, William D. Nordhaus, 2003, Microeconomics, 17th Edition,
(diterjemahkan Nur Rosyidah, Anna Elly dan Bosco Carvallo), P.T Media Global Edukasi,
Jakarta, hal. 105
8
Gunawan, “Rumah Tangga Membaik, Dorongan Gaya Hidup, Konsumsi Meningkat .” (
Kompas 18 Maret, 2013 hal.18)
13
mempunyai cukup uang menjadi mereka yang secara aktual membeli
barang itu. Hal ini umumnya terjadi pada barang berkelas.Dalam
belenggu ini promosi yang dilakukan penjual dapat mempercepatproses
perubahan dari permintaan absolut menjadi permintaan efektif. Bahkan
gejala ini tidak terbatas pada pembelian barang tetapi juga nampak pada
pilihan lokasi tempat berbelanja. Seseorang yang sedang naik status
dari segi pendapatan cenderung akan berpindah dari pasar tradisional
yang terkenal kumuh ke pasar modern, seperti Mall dan Supermarket.
Hal ini sebetulnya lebih sebagai gengsi/status sosial. Gejala seperti ini
pilihan komoditas dan tempat berbelanja di tunjukan secara jelas oleh
James Duesenberry,“sebagai demonstration effect yang akan dibahas
lebih lanjut pada sub bab berikutnya.”9
2.2. Segmentasi Pasar
Pada dasarnya setiap orang mempunyai kebutuhan dan keinginan
yangberbeda-beda satu dengan yang lain. Tapi umumnya mereka
menginginkan produk dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhannya
dengan harga yang bersaing dan juga sesuai dengan kemampuannya.
Dengan kondisi seperti ini,pengusaha membutuhkan segmen pasar yang
tepat guna membidik konsumen yang tepat dan
menghasilkan laba.
Dalam perekonomian umumnya suatu perusahaan tidak dapat
melayani seluruh pelanggan. Sehingga perusahaan harus memilih
9
bagian
Mangkoesoebroto, Guritno, Algifari, 1998, Teori Ekonomi Makro Edisi ke Tiga, STIE
YKPN, Jogjakarta, hal. 70
14
pasar yang paling efektif untuk dimasuki. Adapun pengertian segmentasi
pasar yakni “segmentasi pasar adalah proses mengidentifikasi danmengalisis
para pembeli di pasar produk dengan karakteristik tanggapan yang hampir
sama.”
10
Sejalan dengan itu
Philip Kotler dan Gary Amstrong
mengemukakan bahwa, “Dengan membagi pasar menjadi kelompokkelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atauperilaku berbeda yang
memungkinkan memerlukan
produk atau bauran pasaran tersendiri.”11
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dan tingkat
pendapatanyang berbeda-beda di masyarakat Indonesia, maka salah satu
segmen
pasar
yang
dapat
dilakukan
adalah
berdasarkan
kelas
sosial/ekonomi masyarakat. Hal ini senada dengan Setiadi yang
mengungkapkan bahwa “kelas sosial merupakan salah satu segmentasi
pasar yang berdasarkan variabel psikografi.”
12
-Berkaitan dengan
segmentasi pasar maka akan berhubungan erat dengan lokasi tempat
tinggal kelas menengah. Hal ini akan dibahas lebih rinci dalam sub bab
selanjutnya.
2.3. Kelas Menengah
Kelas sosial seseorang (masyarakat) sangat dipengaruhi oleh
pendapatan. Seiring
maka terdapat
dengan bertumbuhnya pendapatan yang dimiliki,
pergeseran suatu kelas sosial masyarakat. Kelas social
10
Setiadi, Nugroho J., SE., MM, 2003, Perilaku Konsumen, Prenada Media, Jakarta, hal
Bob Sabran ,2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran edisi 12, jilid 1, (diterjemahkan Kotler
Philip dan Garry Amstrong), Erlangga, Jakarta hal. 225
12
Setiadi, Nugroho J., SE., MM, 2003, Perilaku Konsumen, Prenada Media, Jakarta, hal 6
11
15
begitu penting karena setiap kelas sosial mencerminkan pendapatan yang
dimiliki. Sehingga setiap kelas sosial ciri khas tersendiri dalam
hubungannyapemenuhan kebutuhannya, “kelas sosial mengacu pada
pengelompokan orang yang sama dalam periku mereka berdasarkan posisi
ekonomi mereka didalam pasar.”13Sedangkan menurut Leon Schiffman dan
Leslie Lazar kanuk, “Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota
masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas berbeda, sehingga para
anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama dan
para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih
rendah.”14Sehingga
dalam suatu masyarakat pada umumnya akan
terdapat suatu kelas sosial yang berbeda-beda.
Untuk menanggapi perbedaan kelas sosial, banyak perusahaan
menangkap peluang untuk menghasilkan produk atau jasa yang sesuai
dengan kelas sosial masing-masing orang. Salah satu kelas sosial yang ada
di masyarakat adalah kelas menengah. Dengan pergeseran pendapat
masyarakat Indonesia maka berakibat bertambahnya kelas menengah
diIndonesia. Berikut ini adalah ciri-ciri seseorang /masyarakat yang termasu
kedalam kelas menengah baru:
1) Memiliki rumah bergaya modern namun masih tinggal di dalam ganggang
2) Belum cukup mampu meniru gaya hidup kelas menengah atas
13
Engel, James F., Roger D. Blackwell dan Paul W. ,1994, Consumer
Behavior.(diterjemahkanF.X. Budiyanto), Binarupa Aksara, Jakarta, hal. 121
14
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk, 2007, Consumer Behavior Seventh
Edition.(diterjemahkan Zoelkifli Kasip), Indeks, Klaten, hal. 3
16
3) Berupaya mengikuti trend yang ada di masyarakat
4) Mempunyai latarbelakang pendidikan yang bagus
Berkenaan dengan perubahan pendapatan dan pola konsumsi yang
menimbulkan
perubahan
kelas
sosial
seseorang,
maka
hal
ini
berkaitandengan teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif
(relative incomehypothesis) yang didemukakan oleh James Duesenberry.
Dimana dalam teorinya yang terdapat pada Nanga (2001) mengemukan
“dua asumsi sebagai berikut:
1) Selera
sebuah
interdependen.
dipengaruhi
rumahtangga
Artinya
oleh
atas
barang
pengeluaran
pengeluaran
yang
konsumsi
adalah
konsumsi
rumahtangga
dilakukan
oleh
orang
disekitarnya (tetangganya).
2) Pengeluaran
konsumsi
adalah
irreversible.
Artinya,
pola
pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan
pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.”15
2.4. Permintaan Pasar Kelas Menengah
Sebagaimana yang telah diungkapkan mengenai kelas menangah
baru dan hubungan dengan teori ekonomi serta pendapat
relatif.
Sehingga ini akan berkibat pada pemenuhan pola konsumsi masyarakat
kelas menengah baru. Dengan pola konsumsi mereka yang
dipengaruhi
oleh orangsekitarnya (tetangganya.). Sehingga pola konsumsi yang seperti
15
Mangkoesoebroto, Guritno, Algifari, 1998, Teori Ekonomi Makro Edisi ke Tiga, STIE
YKPN, Jogjakarta, hal. 70
17
ini, dapat didukung dengan pernyataan Duesenberry yang mengemukakan
bahwa “apabila seseorang konsumen senantiasa melihat pola konsumsi
tetangganya yang penghasilan lebih tinggi (lebih kaya),
maka
tersebut cenderung menirunya (demonstration effect)”
16
orang
Oleh karena itu berapapun jumlah penghasilan yang diterima, maka
akan membuat seseorang akan melakukan konsumsi yang lebih besar .
Kelas menengah merupakan masyarakat yang meniru kelas sosial
tetangganyadari kelas sosial yang sama maupun kelas sosial yang
lebih
tinggi dalam masyarakat. Hal ini tidak akan mempengaruhi pola konsumsi
merekawalaupun telah terjadi penurunan pendapatan.Sehubungan dengan
ini senada pernyataan Duesenberry dalam Nanga
(2001)
“pengeluarankonsumsiseseorang atau rumah tangga bukanlah
fungsi
dari pendapatan absolut, tetapi fungsi dari posisi relatif seseorang di dalam
pembagian pendapatan di dalam masyarakat. Artinya pengeluaran konsumsi
individu
tersebut
tergantung
padapendapatanya
relatif
terhadap
pendapatanindividu lainya di dalam masyarakat.” 17 Orang akan selalu
berusaha hidup seperti tetangganya, karena itu kalau suatu pendapatan turun
maka orang tersebut tidak akanmenurukan konsumsinya seperti kalau
pendapatan naik, tetapi ia akan berusaha
konsumsinya pada perilaku yang
mempertahankan perilaku
tidak terlalu jauh dengan perilaku
konsumsi tertinggi yang pernah dicapainya.
16
Mangkoesoebroto, Guritno, Algifari, 1998, Teori Ekonomi Makro Edisi ke Tiga,STIE
YKPN, Jogjakarta, hal. 70
17
Nanga, Muana.2001.Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta, hal 113
18
2.5. Upaya Memperluas Pasar
a. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi adalah hal yang paling penting dalam pendirian
suatuusaha. Karena dengan lokasi strategis berdampak pada hidup mati
suatu usaha. Dengan semakin mudah akses suatu lokasi usaha makin
semakin mudah pula, usaha tersebut mendatangkan konsumen.
Sehubungan dengan lokasi Bob Foster mengukapkan bahwa, “lokasi
akan memperngaruhi jumlah dan jenis konsumen yang tertarik untuk
datang ke lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh sarana
transportasi yang ada, serta kapasitas parkir yang cukup memadai bagi
konsumen.”18Lokasi yang mudah dijangkau oleh konsumen merupakan
suatu keunggulan yang arus dimiliki oleh suatu usaha, agar usaha dapat
berjalan lancar.Karena apabila suatu tempat usaha sebagus apapun
namum mempunyailokasi yang kurang bagus, dalam akses jalan yang
kurang strategis akan membuat tempat tersebut sukar dikenal orang dan
membuat orang enggan untuk datang.
b. Produk yang di jual
Barang yang dijual pada toko umumnya adalah bahan kebutuhan
sehari-hari, dari sabun mandi, diterjen hingga makanan
ringan. Produk
yang dijual merupakan mewakili merek yang memilki pasar tertentu.
Adapun menurut William J. Stanton dalam Basu Swastha(1987)
pengertian produkyaitu “produk adalah suatu sifat yang kompleks baik
18
Bob Foster, 2008, Manajemen Ritel, Alfabeta, Bandung, hal. 52
19
dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna,
harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan
pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskankeinginan atau
kebutuhannya.”19 Produk yang dijual merupakan gambaran dari kelas
tertentu. Produk-produk yang digemari oleh kelas menengah umumnya
adalah produk-produk yang bermerk. Karena dengan membeli barang
yang bermerk akan menimbulkan rasa bangga tersendiri bagi pembeli.
c. Kenyamanan
Kenyaman merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh suatu
usaha. Dengan kenyaman ini dapat menarik konsumen untuk datang
dan membuat konsumen dapat lebih lama berbelanja. Sehubungan
dengan kenyamanan Hetley mengungkapkan bahwa “kenyaman dalam
berbelanja adalah usaha menunjuk pada sedikitnya usaha yang
dilakukan penjual kepada pembeli dalam berbelanja sehingga pembeli
merasa nyaman berada dalam toko tersebut saat berberlanja.”20
Dengan
adanya
kenyamanan
yang
diberikan
membuat
konsumenkersan untuk berbelanja. Dan dengan kenyamanan itu akan
membuat konsumen akan membeliberbelanja di tempat itu.Kenyamanan
kita dapat melihat sudut pandang dalam maupun luar toko/tempat.
Kenyamanan di dalam toko biasa terlihat dari adanya AC yang dapat
membuat ruangan senantiasa menjadi sejuk, lantai yang bersih dan
19
Swastha, Basu, 1987, Manajemen barang Dalam Pemasaran, Edisi Kedua, BPFEYogyakarta, hal. 22
20
Hatley, Robert F, 1980,Retailing: Challenge and Opputinity, Second edition, Houghton
Miffian Company, USA. hal 118
20
adanya LCD TV yang memuat iklan barang promosi terbaru hingga
lagu-lagu sehingga konsumen menjadi betah untuk berlama-lama
berbelanja. Dan di luar toko, biasanya terdapat fasilitas parkir gratis
yang disediakan khusus untuk konsumen toko. Hal ini sangat
menguntungkan bagi konsumen karena terkadang barang yang dibeli
tidak sebanding ongkos parkir bila membeli barang di tempat lain.
d. Display
Display merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menarik
niat pembeli. Dengan susunan rapi dan mudah ditemukan akan
membuat konsumen mundah mencari barang yang diinginkan. Berkaitan
dengan ini Bob Foster mengungkapkan bahwa “display mempunyai
beberapa definisi yaitu keinginan membeli sesuatu, yang tidak didorong
oleh seseorang tapi didorong oleh daya tarik, atau oleh penglihatan
ataupun oleh
perasaan lainnya.”21
Dengan tata cara penempatan display yang baik akan mendorong
konsumen untuk melihat barang tersebut dan akhirnyamembelinya
meskipun pada awalnya meraka tidak berencana membeli barang
tersebut. Sehingga penempatan display harus diperhitungkan dalam
penataan ruang di suatu tempat usaha atau toko.
21
Bob Foster , 2008, Managemen Ritel, Bandung, Alfabeta, hal 7
21
Download