EKSPLORASI BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH HUTAN MANGROVE BAROS KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: FAJAR NURROCHMAN A 420 110 060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 EKSPLORASI BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH HUTAN MANGROVE BAROS KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA Fajar Nurrochman (1), A 420 110 060, Triastuti Rahayu (2), (1) Mahasiswa/alumni, (2) Staf Pengajar, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015. ABSTRAK Bakteri selulolitik merupakan bakteri penghasil enzim selulase yang berfungsi untuk mendegradasi selulosa. Salah satu habitat bakteri selulolitik adalah tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi, potensi dan karakteristik bakteri selulolitik pada tanah hutan mangrove Baros, Kretek, Bantul, DIY. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode komposit pada kedalaman 5, 10, 15 dan 20 cm di lima titik yang berbeda. Isolasi bakteri selulolitik menggunakan media selektif Carboxy Methyl Cellulose 1% (CMC 1%) dengan metode spread plate, diinkubasi pada suhu 28 0C selama 5 hari. Isolat bakteri selulolitik yang tumbuh dihitung koloninya setiap perlakuan dan dipilih isolat yang berbeda dari keseluruhan perlakuan untuk diisolasi pada media NA. Karakterisasi dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat murni terpilih pada media CMC 1% selanjutnya ditetesi congo red 0,1% untuk menguji potensi selulolitiknya (potensi selulolitik ditandai dengan munculnya zona bening di sekitar koloni). Hasil isolasi bakteri diperoleh 23 isolat yang berpotensi mendegradasi selulosa dari 31 isolat. Populasi paling banyak ditemukan pada kedalaman 20 cm (6,44x105 CFU/g), sedangkan pada kedalaman 5 cm terdapat paling banyak perbedaan karakter isolat bakteri selulolitik (13 isolat) dan indeks aktifitas selulolitik paling besar dimiliki isolat 3 yaitu 6,38. Isolat bakteri selulolitik yang diperoleh didominasi bentuk coccus gram negatif. Kata kunci: Bakteri Selulolitik, Tanah Mangrove, Carboxyl Methyl Cellulose (CMC), Congo Red. EKSPLORATION CELLULOLITYC BACTERIA OF SOIL MANGROVE FORESTS BAROS, KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA Fajar Nurrochman (1), A 420 110 060, Triastuti Rahayu (2), (1) College Student/Graduate, (2) Lecturer, Biology Education Program, Faculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University Of Surakarta, 2015. ABSTRACT Cellulolytic bacteria are bacteria producing cellulase enzyme that functions to degrade cellulose. One of cellulolytic bacteria habitat is soil. This study aims to determine the population, the potential and characteristics of cellulolytic bacteria in mangrove forest land Baros, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Sampling was done by the method of composite soil at a depth of 5, 10, 15 and 20 cm at five different points. Isolation of cellulolytic bacteria using selective media Carboxy Methyl Cellulose 1% (CMC 1%) with a spread plate method, incubated at 28 0C for 5 days. Cellulolytic bacterial isolates were grown colonies of each treatment was calculated and chosen different isolates of the overall treatment for isolated on NA medium. Characterization is done by growing the pure isolates were selected in 1% CMC media further 0.1% Congo red drops to test the potential of cellulolitic (potential cellulolytic marked by the emergence of a clear zone around the colony). Results obtained 23 isolates of bacteria isolation of potentially degrade cellulose from 31 isolates. The population most commonly found at a depth of 20 cm (6,44x105 CFU/g), whereas at a depth of 5 cm there are at most a difference of character cellulolytic bacterial isolates (13 isolates) and most major cellulolytic activity index isolates possessed 3 is 6.38. Cellulolytic bacterial isolates obtained dominated by gram-negative cocci. Keyword : Cellulolityc Bacteria, Soil Mangrove, Carboxyl Methyl Cellulose (CMC), Congo Red. mengalami PENDAHULUAN Bakteri selulolitik merupakan dekomposisi berbagai jasad oleh renik untuk bakteri yang memiliki kemampuan menghasilkan detritus dan mineral menghidrolisis kompleks selulosa bagi kesuburan tanah serta sumber menjadi oligosakarida yang bagi lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa kehidupan fitoplankton (Mahmudi, 2008). dengan menggunakan enzim selulase Berdasarkan Data Monografi (Ibrahim, 2007). selulolitik sendiri Desa tahun 2010 dalam Trialfhianty berarti proses pemecahan selulosa (2013), hutan menjadi terdapat disekitar senyawa atau unit-unit glukosa yang lebih kecil (Saratale, Opak 2012). Menurut mikroorganisme yang Galbe (2007) Tirtohargo, tersebut dapat Kabupaten mangrove Baros muara terletak Sungai di Kecamatan Bantul, Kretek, DIY. Desa mendegradasi selulosa karena Tirtohargo menghasilkan enzim dengan rendah dengan tekstur tanah berupa saling aluvial terletak pada ketinggian 4 bekerjasama. Enzim tersebut akan meter di atas permukaan laut dengan menghidrolisis suhu udara antara 28-350C. hutan spesifikasi berbeda yang ikatan (1,4)-ß-D- glukosa pada selulosa. Menurut merupakan Desa dataran mangrove Baros masih alami, sebab (2012) di sekitar hutan mangrove terdapat bahwa daun yang gugur di atas tanah biawak, burung, kepiting, ular, ikan, memungkinkan bahwa kandungan siput, keong dan tanaman khas hutan selulosa di tanah tersebut tinggi, mangrove maka Avicennia, Soneratia, serta tumbuhan besar dapat kemungkinan menemukan pendegradasi ekosistem Reanida selulosa untuk bakteri di mangrove. Rhizophora sp., Nypa. dalam Partikel- yaitu Menurut mengenai Wirajana (2012) skrining selulase dari partikel organik atau serasah menjadi tanah tempat hidup bagi bakteri, jamur dan Suwung mikroorganisme Serasah selulase ekstraseluler dapat diukur mangrove yang tertimbun di lumpur secara langsung dari sampel tanah lainnya. hutan Bali, mangrove bahwa Pantai aktivitas hutan mangrove. Aktivitas selulase dan tertinggi berasal dari tanah C sebesar selulolitik. 0,866 U/g tanah dengan metode tanah Filter sedangkan metode komposit pada kedalaman 5, Carboxymethyl 10, 15 serta 20 cm pada lima titik Paper dengan Assay, metode Cellulose Assay diperoleh aktivitas luas area hutan bakteri Pengambilan dilakukan sampel menggunakan secara acak. sebesar 4,176 ± 0,630 U/g tanah. Melihat mengkarakterisasi Penelitian ini dilakukan secara eksploratif dan data yang mangrove di Indonesia sekitar 4,25 diperoleh juta ha atau sekitar 27% luas sistematis mangrove di dunia (Irwanto, 2006) informatif. Data yang diambil dalam dengan penelitian ini antara lain kondisi fisik potensi didalamnya, mikroorganisme didukung dengan lingkungan dikumpulkan dan disajikan tempat secara secara pengambilan referensi dari beberapa penelitian sampel (salinitas, pH tanah, suhu yang tanah, telah ada, bahwa bakteri kelembaban tanah, selulolitik dapat ditemukan pada kelembaban udara dan suhu udara), tanah hutan mangrove. Oleh karena jumlah populasi koloni hasil isolasi itu dalam penelitian ini mengambil bakteri pada media CMC agar, sampel tanah dari hutan mangrove proses skrining yaitu mengetahui Baros untuk mengetahui populasi, potensi selulolitik dengan ditetesi potensi bakteri menggunakan congo red 0,1% yang mangrove ditandai terbentuknya zona bening dan selulolitik dari karakter hutan Baros, Kretek, Bantul, DIY. pada sekitar koloni. Pengambilan data Penelitian ini dilakukan di mangrove Baros, karakterisasi yang meliputi pengamatan makroskopis METODE PENELITIAN hutan terakhir Kretek, (morfologi koloni) dan mikroskopis (bentuk sel dan pengecatan gram). Bantul, DIY untuk pengambilan sampel dan Laboratorium Kultur HASIL Jaringan Biologi FKIP UMS untuk PEMBAHASAN mengisolasi, menghitung populasi PENELITIAN DAN Tabel 1. Jumlah Populasi Bakteri Selulolitik Pada Kedalaman Berbeda Kedalaman (Cm) 5 10 15 20 Jumlah Koloni Bakteri Yang Ditemukan Pada Ulangan KeI II III 14 34 51 3 19 45 37 39 10 71 18 72 Jumlah Jumlah (Koloni) 42,5 45 38 71,5 197 Pengenceran 10-5 10-5 10-5 10-5 Total Populasi (CFU/G) 1,7x105 1,8x105 1,5x105 2,8x105 # 7,8x105 Keterangan: # Kedalaman tanah dengan total populasi bakteri terbanyak. Tabel 2. Hasil Uji Skrining dan Karakterisasi Kode Isolat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 16 17 21 25 26 27 28 29 30 32 34 35 37 38 39 40 46 49 Bentuk Circular Irregular Irregular Circuler Irregular Irregular Irregular Irreguler Irregular Irregular Circuler Circuler Circuler Irregular Rizoid Rizoid Rizoid Circuler Filamentus Circuler Irregular Irregular Irregular Rizoid Circuler Irregular Rizoid Rizoid Irregular Circuler Irregular Karakter Koloni Warna Tepi Kuning Entire Putih susu Lobate Putih kekuningan Lobate Putih susu Lobate Putih susu Entire Putih kekuningan Entire Putih kekuningan Filiform Putih kekuningan Entire Putih susu Lobate Putih susu Entire Putih susu Undulate Putih transparan Curled Putih susu Undulate Putih susu Entire Putih susu Lobate Putih susu Filiform Putih susu Filiform Putih susu Entire Putih susu Filiform Putih kekuningan Undulate Kuning Entire Putih kekuningan Lobate Putih kekuningan Lobate Putih kekuningan Filiform Putih transparan Curled Kuning Lobate Putih susu Entire Putih susu Undulate Kuning Entire Putih transparan Curled Putih kekuningan Entire Jumlah paling banyak populasi terdapat Elevasi Flat Flat Flat Raised Raised Flat Umbonate Flat Flat Flat Flat Raised Flat Raised Umbonate Flat Flat raised Raised Umbonate Raised Flat Raised raised Umbonate Flat Flat Flat Raised Umbonate Flat Uji Skrining + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + - Karakter Sel Bentuk Gram Streptococcus Streptococcus Monococcus Monococcus Diplococcus Monococcus Monococcus Monococcus Monococcus Stapilococcus Streptococcus Monococcus Monococcus Monococcus Monococcus Diplococcus Monococcus Diplococcus Basil + Monococcus Streptococcus Stapilococcus Stapilococcus - bakteri kedalaman 20 cm yaitu 2,8x105 pada CFU/g. Menurut Agus (2008) jumlah organisme yang tinggal di lapisan tanah. serasah organik dan horizon tanah menyatakan yang biasanya bakteri dipengaruhi oleh nutrisi dan temperatur, berbagai faktor fisik antara lain suhu, kandungan air dan tekstur tanah. pH, gas atmosfer, tekanan osmosis, Sesuai dengan pernyataan Hakim dan dalam Ansori (2004) bahwa tekstur lingkungan hutan mangrove Baros tanah juga cukup berperan dalam yang dilakukan saat pengambilan jumlah populasi bakteri, semakin sampel tanah dapat dilihat pada tabel tinggi jumlah liat maka semakin 3. lebih dipengaruhi dalam oleh Menurut Schlegel bahwa lain-lain. (1994) Pertumbuhan Pengukuran fisik tinggi kadar bahan organik dan N Tabel 3. Hasil Pengukuran Fisik Pada Lingkungan Tanah Mangrove No Lokasi Salinitas (%) Ph Tanah 0 0 0 0 0 0 2 6,7 4,2 6,7 6,7 5,26 1 I 2 II 3 III 4 IV 5 V Rata-rata Suhu Tanah (0C) 26,5 27,2 27,4 26,4 27,7 27,04 Kadar salinitas pada tanah hutan mangrove tersebut tidak Kelembaban Tanah (%) Kelembaban Udara (%) 100 100 100 100 100 100 79 78 77 70 73 75,4 Suhu Udara (0C) 30,7 30,9 31,5 31,9 31,5 31,3 pertumbuhan bakteri. Sesuai dengan pernyataan Sutedjo dalam berkadar garam. Keadaan ini terjadi Nurmayani (2007) bahwa bakteri karena berkembang hutan mangrove Baros pada pH 5,0-6,0. terletak pada muara Sungai Opak Temperatur tanah hutan mangrove yang mengalir tidak langsung ke Baros didapatkan 27,040C. Suhu bibir laut. Selain itu pada lokasi bibir tersebut sesuai untuk pertumbuhan pantai juga terdapat gundukan pasir bakteri selulolitik mesofilik. Hasil yang tinggi. pengukuran suhu udara 310C masih Pada sampel tanah hutan termasuk kisaran optimum untuk mangrove Baros didapatkan data pH pertumbuhan tanah 2014). Menurut Hartanto (2009) tersebut 5,26. Kondisi sangat pH optimal tanah untuk bakteri (Ningsih, suhu udara optimum bagi 0 pertumbuhan bakteri yaitu 25-37 C. Kelembaban tanah hutan selulolitik tanahnya kuat lemahnya kemampuan bakteri dalam mendegradasi selulosa. mangrove sangat basah dan sebagian titik lokasi menandakan Perbedaan karakter isolat berlumpur. bakteri selulolitik yang berpotensi Kondisi tanah yang lembab dan mendegradasi selulosa paling banyak basah ini adalah salah satu ciri dari terdapat pada kedalaman 5 cm. habitat tanaman mangrove. Tanah Terdapat 13 dari 23 isolat bakteri mangrove ini selulolitik. Seperti pernyataan Hakim menimbun serasah, sehingga serasah dalam Ansori (2004) Semakin ke akan mengalami dekomposisi oleh bawah kadar bahan organik semakin berbagai berkurang. Pada kedalaman 5 cm yang berlumpur jasad renik (Mahmudi, 2008). tanah mangrove Baros berwarna Uji skrining dari 31 isolat coklat kehitaman, Adanya bakteri, diperoleh sebanyak 23 isolat kandungan organik yang tinggi pada bakteri yang mampu mendegradasi tanah selulosa, sedangkan 8 isolat bakteri mikroorganisme lainnya sebagai pengurai mendegradasi selulosa (tabel 2). semakin banyak. Penetuan ini didasarkan pada muncul adalah bakteri selulolitik tidak memiliki potensi tidaknya zona bening pada sekitar dipengaruhi Bakteri oleh yang jumlah berpotensi organik Salah selulolitik juga satunya yang koloni. Fikrinda (2000), menyatakan memiliki indeks aktivitas selulolitik aktivitas selulase paling besar dimiliki isolat 3 yaitu ditandai dengan nilai indeks aktivitas 6,38 pada kedalaman 5 cm, menurut selulotik Siarudin (2008) bahwa tanah pada sekresi enzim yang merupakan perbandingan diameter zona bening kedalaman terhadap diameter koloni isolat yang lapisan humus, artinya lapisan pada ditumbuhkan agar tanah yang telah terdekomposisi Besar secara sempurna yang ditunjukkan aktifitas dengan tekstur tanah berupa lempung bersumber kecilnya pada karbon nilai media CMC. indeks selulolitik yang dihasilkan bakteri 3-5 cm berwarna kehitaman merupakan Menurut Sadhu (2013), pertumbuhan lebih cepat daripada penentuan aktivitas enzim selulase yang menggunakan metode agar plate mengakibatkan ukuran koloni bakteri bukan merupakan metode kuantitatif yang besar. Isolat bakteri yang yang menggambarkan korelasi antara memiliki pertumbuhan paling cepat aktivitas enzim dan ukuran diameter adalah isolat bakteri 6, isolasi pada zona bakteri media CMC agar kusus untuk isolat tidak 5,6,7,8 diulang satu kali. Akan tetapi menunjukkan zona jernih sehingga hasil yang diperoleh tetap sama yaitu diameter zona bening mungkin tidak pertumbuhannya akurat sehingga menutupi isolat bakteri 7 bening. selulolitik Koloni Cytophaga sp. merefleksikan aktivitas selulase yang sebenarnya. Penelitian lainnya sehingga sangat cepat, dan 8. Siti (2011), juga menunjukkan tidak Skrining indeks aktivitas terbentuknya zona bening sekitar selulolitik tersebut, mendapatkan 23 koloni isolat dari isolat bakteri yang bakteri selulolitik yang diisolasi dari rayap lokal Indonesia. berpotensi mendegradasi selulosa. 22 Hal ini disebabkan bakteri biasanya isolat diantaranya memiliki gram tidak langsung mengeluarkan enzim negatif yang dengan tanda pada selulase ke luar sel tetapi masih pewarnaan terperangkap di sel (Rakhmawati, merah/merah muda. Menurut Rahayu 2014). (2010), dinding sel negatif memiliki gram berwarna Sebagian besar isolat memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Hal bentuk morfologi irregular berwarna ini menyebabkan lunturnya warna putih susu permukaannya datar (flat) biru saat disiram etanol. bertepi rata bergelombang (entire) dan (tabel 2). Satu isolat memiliki gram positif yang diberi tanda pada Pertumbuhan bakteri selulolitik yang pewarnaan gram berwarna ungu. diambil dari kultur murni sebanyak Warna ungu dikarenakan tebalnya 31 karakter lapisan peptidoglikan pada dinding berbeda-beda. sel. Akibatnya, pada saat prosedur isolat pertumbuhan mempunyai yang Ada sebagian bakteri yang memiliki pewarnaan gram, meninggalkan warna biru. Selain itu hal serupa juga diutarakan oleh Ling (1990), bahwa SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian struktur dinding sel bakteri memeliki dan pembahasan maka dapat peran khusus selular, dalam integritas diambil simpulan: dan stabilitas a. Hasil bentuk isolasi fisiologis. Sel bakteri gram positif selulolitik mempunyai menggunakan dinding tebal yang bakteri dengan media terdiri dari suatu jaringan multilayer selektif CMC agar dari peptidoglikan tanah membran negatif yang bagian terikat dalam. oleh Gram mempunyai dinding relatif hutan mangrove Baros diperoleh 23 isolat bakteri yang mampu tipis dari peptidoglikan yang terisi mendegradasi diantara dua membran. Membran dari 31 isolat bakteri. luar terdiri dari lipoprotein dan liposakarida. Kedua tipe gram selulosa b. Populasi bakteri selulolitik paling banyak mempunyai membran bagian dalam ditemukan pada tanah dengan tipikal struktur dua lapis hutan mangrove Baros potein/lemak dengan kedalaman 20 cm dari membran dengan jumlah 6,44x 105. sitoplasmik. Bentuk sel dari isolat yang didapatkan didominasi dengan c. Karakter selulolitik paling banyak bentuk sel coccus, tetapi ada juga berbentuk yang berwarna mempunyai bentuk basil. bakteri irregular putih susu Mikroorganisme selulolitik dengan permukaannya bentuk coccus maupun basil di alam bertepi dan bergelombang. Bentuk sel dapat intestinum ditemukan binatang, sungai tanah lumpur (Salle, 1974). dalam dan secara rata datar dan mikroskopis didominasi coccus (gram negative) satu basil (gram positif). SARAN Penelitian ini telah Efficient Bioethanol Production”. Adv biochem engine/biotechnol 108:(41-65). mengidentifikasi sampai karakter mikroskopis dilakukan bakteri, penelitian perlu lanjutan untuk mengetahui spesies bakteri selulolitik yang terdapat pada tanah hutan mangrove Baros. DAFTAR PUSTAKA Agus, Fahmudin dan I.G Made Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian Dan Aspek Lingkungan. Word Agroforestry Centre (ICRAF): Bogor. Anshori, Taufik. 2004.Mengenal Bahan Organik lebih Jauh. http://www.google.com/url?sa =t&rct=j&q=&esrc=s&source= web&cd=2&cad=rja&uact=8& ved=0CCcQFjAB&url=http%3 A%2F%2Felisa1.ugm.ac.id%2 Ffiles%2Fcahyonoagus%2FhD Xa17zE%2Ftugas%2520ith%2 520kul.doc&ei=_1IkVczKN83 auQSBj4GACg&usg=AFQjC NEIjzfxdcW9mPKaBsVN7JE3 Ol4Lxg&sig2=bg7bLvHq6mS mG65CTxJ7pw&bvm=bv.899 47451,d.c2E. Diakses Pada Hari Rabu, 18 maret 2015 pukul 19.30 WIB. Galbe, M. & Zacchi, G. 2007. “Petreatment Of Lignocellulolitic Materials For Hartanto, J. 2009. “Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri pelarut Fosfat Pada Tanah Sulfat Masam Di Kawasan Pesisir Hutan Mangrove Peniti Kalimantan Barat”, Skripsi. universitas Tanjungpura. Pontianak. Ibrahim A.S.S and Al Dewany. 2007. “Isolation and Identification of New Cellulases Producing Thermophilic Bacteria from an Egyptian Hot Spring and Some Properties of the Crude Enzyme”. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 1(4): 473-478. Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta. Ling, J.R. 1990. Digestion of bacterial cell walls in the rumen. In : The Rumen Ecosystem (Eds : S. Hoshino, R.Onodera, H. Minato and H. Itabashi). Jap. Sci. Soc. Press. Tokyo. 83-90. Mahmudi, M. 2008. “Laju Dekomposisi Serasah Mangrove dan Kontribusinya Terhadap Nutrien di Hutan Mangrove Reboisasi”. Jurnal Penelitian Perikanan. 11(1):107-117. Ningsih, Lestya, Siti Khotimah dan Irwan Lovadi. 2014. “Bakteri pendegradasi selulosa dari serasah daun avicennia alba blume di kawasan Hutan Mangrove peniti kabupaten Pontianak”. Jurnal Protobiont. 3 (1):34-40. Nurmayani, Desi. 2007. “Isolasi dan potensi mikroorganisme selulolitik asal tanah gambut dan kayu sedang melapuk dalam mendekomposisikan kayu”. Skripsi. Universitas Sumatra Utara: Medan. Rahayu, Triastuti dan Muhammad Waskito Ardhi. 2010. Modul Praktikum Mikrobiologi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press. Rakhmawati, Anna. Evy Yulianti dan Eli Rohaeti. 2014. “Seleksi Bakteri Termofilik Selulolitik Pasca Erupsi Merapi”. Jurnal kaunia l(10): 2. Reanida, Pramita Putri, Agus Supriyanto dan Salamun. 2012. “Eksplorasi Bakteri Selulolitik Dari Tanah Mangrove Wonorejo Surabaya”. Universitas Airlangga: Surabaya. Saratale, G.D., Saratale, R.G., Oh, S.E. 2012. “Production and Characterization Of Multiple Cellulolytic Enzymes By Isolated Streptomyces sp”. MDS. Biomass and Bioenergy. 47: 302-315. Schlegel, H. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam . Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Siarudin, M dan Encep Rahman. 2008. “Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan Serasah di Kawasan Mangrove Blanakan, Subang, Jawa Barat”. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. V. No. 4:329-335. Siti, U., Anna R, dan Evy Y. 2011. Identifikasi Bakteri Selulolitik Dari Saluran Pencernaan Rayap Lokal. Laporan penelitian. Trialfhianty, Tyas Ismi. 2013. Kondisi Ekosistem Mangrove Dusun Baros. Manajemen Sumberdaya Perikanan. Wirajana, I Nengah, Ketut Ratnayani, dan Darma Asih Yuliana. 2012. “Skrining Selulase Dari Tanah Hutan Mangrove Pantai Suwung Bali”. Jurnal Kimia. 6 (2) : 191-195.