PEMAKNAAN DALAM VIDEO “TAKOTAK MISKUMIS” KARYA CAMEO PROJECT (Analisis Semiotika terhadap Pesan Video “Takotak Miskumis” Karya Cameo Project) SHEILA SULTHANA TASWIN ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pemaknaan dalam Video “Takotak Miskumis” Karya Cameo Project. Penelitian ini bertujuan untuk membedah konstruksi makna serta mitos yang ditampilkan di sepanjang video. Peneliti menggunakan semiotika signifikasi Roland Barthes sebagai instrumen analisa data. 27 scene dibagi menjadi 83 gambar kemudian dianalisis menggunakan analisis leksia dan lima kode pembacaan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan aplikasi paradigma konstruktivis kritis. Sesuai dengan perumusan masalah, yaitu “bagaimanakah pemaknaan dan apa mitos yang dapat diungkap dari video Takotak Miskumis”, terungkap bahwa Cameo Project berpihak pada Joko Widodo, menggambarkannya sebagai kandidat yang bijak dan pantas dipilih. Sebaliknya, Fauzi Bowo digambarkan sebagai pemimpin yang korup sehingga tidak pantas dipilih. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kombinasi penggunaan Youtube dan persuasi yang efektif berpengaruh dalam menentukan ketokohan serta mengkonstruksi wacana terhadap tokoh-tokoh politik. Kata kunci: Video, Youtube, Cameo Project, Semiotika, Fauzi Bowo, Joko Widodo. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah “Broadcast Yourself” adalah slogan Youtube dalam beroperasi. Youtube dapat diakses dalam lima puluh empat versi bahasa dari seluruh dunia. Lewat Youtube, pengguna internet dari seluruh dunia bisa menonton, mengunggah dan mengunduh berbagai macam video, dari mulai produksi rumahan, iklan, klip musik, tayangan televisi, sampai film. Beberapa pihak pun mulai berspekulasi dan mempelajari kemungkinan Youtube mengubah diskursus politik dan praktik politik pemilu. Prinsip dasar dari politik Youtube adalah memberi jalan pada orang-orang baru untuk memasuki proses politis. Secara ringkas, Klotz berkata, “Warga diberdayakan oleh demokratisasi dari pengeditan video, produksi, dan distribusi”. Agar warga menjadi berpengaruh, video-video ini harus “tersebar dengan pesat”, yang berarti mereka “menjadi amat populer saat mereka disebarkan dari satu orang ke orang lainnya lewat email, pesan instan, dan situs berbagi media (Ridout, Fowler, & Branstetter, 2010: 5). Indonesia menjadi saksi suksesnya kampanye via Youtube pada pemilihan umum gubernur DKI Jakarta. Tahun 2012, animo masyarakat terhadap pesta 1 Universitas Sumatera Utara demokrasi di ibukota mencapai puncaknya. Mengingat tak satupun dari keenam kandidat mencapai hasil suara lebih dari lima puluh persen, maka pemilihan putaran kedua pun diadakan pada 20 September 2012. Hasil tersebut menyisakan dua kubu yang bersaing sengit, yaitu kubu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan kubu Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama. Ranah dunia siber menawarkan banyak opsi demi menarik simpati publik. Pada momentum inilah, Youtube memainkan perannya. Cameo Project menggebrak Pemilukada putaran kedua lewat video berjudul “Takotak Miskumis”. Video berkategori nonprofits dan activism ini diunggah pada 11 September 2012 dan telah dilihat lebih dari 750 ribu kali. Takotak Miskumis menampilkan sekelompok orang yang akan berpartisipasi pada Pemilukada Jakarta putaran kedua. Saat mereka tengah menyiapkan TPS dan kotak suara, muncullah Yosi Mokalu dari salah satu kotak suara. Mulailah personel Project Pop ini bernyanyi bahwa ia tidak ingin salah memilih calon gubernur. Warga di sekitar TPS pun turut bernyanyi: “Sebentar lagi kita harus memilih, Foke atau Jokowi jadi gubernur DKI. Tak kotak kotak kotak, miskumis kumis kumis. Pilih pemimpin yang bijak, jangan yang tukang bokis.” Cameo Project berkata bahwa “Takotak Miskumis” bukanlah video kampanye. Video ini dibuat agar Pemilukada DKI tahap dua berjalan dengan jujur, demokratis, dan efektif. Lewat karya ini, Cameo Project mengajak warga Jakarta untuk memilih pemimpin terbaik untuk lima tahun ke depan. Mereka berharap bahwa siapa pun gubernur yang terpilih, warga Jakarta akan selalu bersama. Youtube ternyata merupakan saluran yang sangat potensial untuk berkampanye kreatif. Kampanye tentang mobilisasi massa, orasi di tempat terbuka, lalu memaparkan visi-misi. Kampanye kreatif di zaman modern— terlepas dari apa pun kontennya—adalah tentang memanfaatkan media massa untuk pengenalan, pembentukan, dan penanaman citra. Komunikator yang handal mampu menggunakan media sosial untuk menarik simpati khalayak yang kini lebih canggih, kritis, dinamis, dan mobile. „Realitas‟ yang dihadirkan di video “Takotak Miskumis” tentunya memiliki konstruksi makna tersendiri. Pemaknaan terhadap pesan video “Takotak Miskumis” itulah yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1. “Bagaimanakah Pemilukada Jakarta direpresentasikan di dalam video Takotak Miskumis karya Cameo Project?” 2. “Mitos apa yang dapat diungkap dari pemaknaan atas tanda yang terdapat dalam video Takotak Miskumis karya Cameo Project?” 2 Universitas Sumatera Utara Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tanda-tanda yang terdapat di dalam video “Takotak Miskumis” karya Cameo Project. 2. Mengungkap mitos yang dikonstruksikan di dalam video “Takotak Miskumis”. KAJIAN PUSTAKA Semiotika Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2004: 15). Semiotika Komunikasi Visual Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual. Efektivitas pesan menjadi tujuan utama dari desain komunikasi visual (Piliang, 2012: 339). Semiotika Roland Barthes Karakteristik semiotika Barthes adalah adanya dua tataran sistem pemaknaan. Dalam Mythologies, sistem pemaknaan tataran pertama disebut denotatif, sedangkan sistem pemaknaan tataran kedua disebut konotatif. Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (Setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audiovisual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113). Komunikasi Politik Pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesanpesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan 3 Universitas Sumatera Utara tingkah laku khalayak yang menjadi target politik (Dahlan dalam Cangara, 2009: 35). Kampanye Kampanye merupakan upaya yang disengaja yang bertujuan menginformasikan, mempersuasi atau memotivasi perubahan perilaku dari khalayak tertentu atau khalayak luas yang bermanfaat demi keuntungan nonkomersil dari individu dan/atau masyarakat umum. Pada umumnya kampanye berlangsung dalam jangka waktu tertentu melalui aktivitas komunikasi yang diorganisasi dengan melibatkan media massa (defines campaign as purposive attempts to inform, persuade or motivate behavioral changes in a relatively welldefined and large audience, generally for non-commmercial benefits to the individual and/or society at large. Campaigns typically take place within a given time period using organized communication activities involving mass media) (Rice & Atkin dalam Liliweri, 2011: 675). Media Baru Beberapa penulis menggambarkan “media baru” sebagai kemampuan menggabungkan teks, audio, video digital, multimedia interaktif, realitas virtual, Web, email, chat, telepon seluler, PDA seperti Palm Pilot atau Blackberry, aplikasi komputer, dan setiap sumber informasi yang bisa diakses melalui komputer pribadi. Lev Manovich sebagai contohnya menggambarkan media baru sebagai: Bentuk budaya baru yang berasal atau bergantung pada komputer untuk distribusinya: situs Web, antarmuka manusia-komputer, dunia virtual, VR, multimedia, permainan komputer, animasi komputer, video digital, efek khusus di film dan film net, instalasi komputer interaktif (Logan, 2010: 6). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan paradigma konstruktivis kritis. Penelitian ini menggunakan semiotika Roland Barthes sebagai pisau analisis. Pada penelitian ini “pembacaan” terhadap video “Takotak Miskumis” oleh peneliti akan dihubungkan dengan konteks sosialnya, seperti konteks sosial bahasa verbal maupun visualnya. Objek Penelitian Objek penelitian adalah video “Takotak Miskumis” karya Cameo Project. Peneliti menganalisis dengan memenggal tiap scene menjadi satu atau beberapa shot (potongan gambar). Data yang diolah berupa kombinasi antara data visual dan data verbal/lirik. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Cameo Project sebagai kreator video “Takotak Miskumis”. Cameo Project adalah sebuah grup di Jakarta yang berminat di bidang 4 Universitas Sumatera Utara fotografi dan sinematografi. Pada penelitian ini, Cameo Project berada dalam posisi pengkonstruksi makna. 3.4 Kerangka Analisis Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiologi Roland Barthes. Peta tanda Roland Barthes mencakup dua tatanan sistem pemaknaan, yaitu sistem signifikasi tatanan pertama (detonasi) dan sistem signifikasi tatanan kedua (konotasi). 3.5 Teknik Pengumpulan Data 1. Studi dokumen (document review), yaitu mencari, menyimpan, dan meneliti dokumen yang relevan dengan objek penelitian. Dokumen resmi eksternal menurut Maleong adalah dokumen yang berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosisal yang disiarkan kepada media massa. 2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur dan sumber bacaan yang relevan dengan topik penelitian. 3.6 Teknik Analisis Data Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan di mana ia beroperasi. 3.6.1 Analisis Leksia Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa, klausa, ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya didasarkan pada satuan tanda-tanda (gambar) yang dianggap penting dalam pemaknaan. 3.6.2 Lima Kode Pembacaan Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five major code) yang di dalamnya terdapat penanda teks (leksia). Lima kode yang ditinjau Barthes yaitu: 1. Kode hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Fungsi kode ini adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks. 2. Kode proairetik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak dari suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode ini menghasilkan makna denotasi I yaitu pada level teks. 3. Kode simbolik merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali karena berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan makna konotasi I yang terdapat dalam teks. 4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali bersumber pada pengalamanpengalaman manusia. Kode ini menghasilkan makna denotasi II. Analisis bekerja pada level konteks. 5 Universitas Sumatera Utara 5. Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna konotasi II, yaitu pada level konteks. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.26 Satu demi satu muncul empat punggung berbalutkan kemeja kotak-kotak. Mereka menyanyikan lirik “takotak kotak kotak”. Keempatnya lalu membalikkan badan. Mereka adalah Jhony, Reza, Moreno, dan lelaki berkopiah hitam. Kemunculan mereka satu demi satu membentuk harmoni antara lirik yang dinyanyikan dan gerakan yang mereka lakukan. Kemeja kotak-kotak merupakan atribut politik pasangan Joko Widodo-Basuki Tahja Purnama sejak berlaga di Pemilukada Jakarta. Kemeja kotak-kotak ini kerap digunakan saat mendekati warga konstituennya. Kemeja kotak-kotak dengan perpaduan warna merah, biru, dan putih inimelambangkan persatuan warga Jakarta yang bermacam ragam etnis, suku, dan agamanya. Gambar 4.28 Jhony, Reza, Moreno dan lelaki berkopiah hitam orang itu serempak berbalik. Mereka menyanyikan lirik “mis kumis kumis kumis” sembari menunjuk atau menyentuh kumis masing-masing. Berbalik badan secara serempak menunjukkan kekompakan. Tindakan ini juga berguna agar penonton bisa melihat kumis palsu yang mereka kenakan. Kumis adalah salah satu ciri khas penampilan Fauzi Bowo. Saking ikoniknya, kumis bukan hanya dipandang sebagai atribut fisik dari gubernur petahana Jakarta saat itu. Foke sampai memiliki nama panggilan “Bang Kumis”, yang tercipta karena penampilannya. 6 Universitas Sumatera Utara Semasa kampanye, Foke kerap berkata kepada khalayak sasarannya bahwa Jakarta masih memerlukan kumis. Foke menilai Jakarta masih membutuhkan dirinya. Walau lawan politiknya menyindir bahwa kumis adalah singkatan dari “kumuh dan miskin”, Foke tetap tenang menanggapinya. Malah, dia berkata bahwa kumis dapat digunakan sebagai „pembasmi kekumuhan dan kemiskinan hidup di Jakarta‟. Gambar 4.30 Mereka menyanyikan “pilih pemimpin yang bijak” dengan gerakan dan ekspresi wajah yang semakin tegas. Tindakan ini menekankan urgensi dari lirik tersebut. Acungan telunjuk lelaki berkopiah hitam ke arah kamera ditujukan kepada warga Jakarta yang menonton video ini. Telunjuknya yang ditempelkan ke dahi menandakan bahwa kriteria pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang cakap berpikir. Sosok pemimpin yang bijak diasosiasikan dengan harapan dan cita-cita warga Jakarta untuk menikmati hidup yang lebih layak. Pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik, visi-misi yang pro-rakyat, serta mampu menghadapi semua kalangan adalah pemimpin yang layak dipilih. Kesamaan rima antara penggalan lirik “kotak” dengan “bijak” mengimplikasikan bahwa sosok „pemimpin yang bijak‟ itu adalah Joko Widodo. Gambar 4.34 Lirik “jangan yang tukang bokis” menandai perubahan ekspresi yang kian negatif. Alis mereka berkerut. Lelaki berkopiah hitam mengangkat kedua tangannya lalu menurunkan kedua telunjuknya. Dia juga beberapa kali mengusapkan ibu jari dan telunjuknya. Ekspresinya tampak jijik. Moreno mengucapkan kata “bokis” dengan alis beradu dan mulut terbuka lebar. Dia menunjuk tajam ke depan sambil menyebut kata itu. 7 Universitas Sumatera Utara Reza mengucapkan kata “bokis” sambil berulang kali membuka lalu menguncupkan kedua telapak tangannya. Alisnya bertemu. Jhony menghunjamkan telunjuknya ke depan saat tiba di penggalan lirik “... jangan yang...”. Dia mengucapkan kata “bokis dengan mulut terbuka lebar sembari menyentuh sisi kiri kumis palsunya. Lirik “jangan yang tukang bokis” mengacu pada tabiat buruk seorang calon pemimpin yang harus dihindari. Bokis adalah bahasa daerah Jakarta yang berarti “bohong” atau “tipu”. Jadi, lirik “jangan yang tukang bokis” adalah peringatan agar warga nantinya jangan memilih calon gubernur pembohong, tidak amanah, yang hanya bisa obral janji. Jemari yang diusap-usapkan memiliki konotasi negatif. Apalagi karena gestur ini mengiringi kata “bokis”. Ini berarti pemimpin yang bokis adalah pemimpin yang menyelewengkan dana atau anggaran. Selain itu, tangan yang dibuka lalu dikuncupkan melambangkan tabiat banyak bicara atau membual. Alis yang beradu dan bibir yang terkatup menunjukkan rasa marah dan geram. Tindakan Jhony menunjuk kumis palsu mengimplikasikan bahwa sosok pemimpin yang „tukang bokis‟ itu tak lain adalah Fauzi Bowo. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konstruksi makna video “Takotak Miskumis” lahir melalui permainan wacana. Mitos pertama yaitu “Jokowi adalah pemimpin yang bijak”. Sementara mitos kedua yaitu “Foke adalah pemimpin yang tukang bokis (korup)”. Melalui kombinasi lirik dan visualisasi, Jokowi dibingkai sebagai kandidat yang membumi dan didukung oleh berbagai kalangan. Partnernya, Ahok (Basuki Tjahja Purnama) dihadirkan sebagai sosok yang tegas dan siap memberantas korupsi. Di lain pihak, Foke ditampilkan sebagai sosok yang mendominasi dan agak temperamental. Nara sebagai wakilnya terlihat lebih tertutup dan submisif. Maka, berdasarkan dikotomi mitos „pemimpin yang bijak‟ dan pemimpin yang tukang bokis‟, dapat diambil kesimpulan bahwa pesan video “Takotak Miskumis” adalah “jangan pilih Foke kembali, kini pilihlah Jokowi”. Saran Penelitian Semiotika sebagai kajian mendalam tentang tanda memerlukan pemahaman yang dalam dan pemahaman yang ekstensif, baik tentang teks maupun konteks. Saran dalam Kaitan Akademis Kajian semiotika pada video menuntut daya pikir yang kritis dan kejelian untuk mengkombinasikan kontinuitas antar scene, bahasa tubuh dan isyarat para pemain, serta latar belakang historis (historical situatedness) sehingga menghasilkan makna yang utuh. Saran dalam Kaitan Praktis Situs user generated content seperti Youtube dapat dijadikan sebagai media kampanye yang mudah dan murah, terutama bila khalayak sasaran secara aktif 8 Universitas Sumatera Utara mengafirmasikan identitas mereka sebagai anggota masyarakat siber. Pelaku media harus mengenal betul kondisi sosio-demografis khalayak sasaran mereka. DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. California: SAGE Publications, Inc Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press. Piliang, Yasraf Amir. (2012). Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari. Prent, K. Dkk. (1969). Kamus Latin-Indonesia. Jakarta: Penerbit Kanisius Setyosari, Punaji & Sihkabuden. (2005). Media Pembelajaran. Malang: Penerbit Elang Mas Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tim Penyusun. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Website Afifah, Riana. (2012, April 1). Arti Kemeja Kotak-Kotak Jokowi. Kompas.com. Diakses dari http://megapolitan.kompas.com/read/2012/04/01/17361780/Arti.Kemeja.K otakkotak.Jokowi pada 29 Januari 2013 pukul 09.11 WIB Cameo Project. (2012, September 11). Takotak Miskumis [Video file]. Diakses dari http://www.youtube.com/watch?v=kkxZTotQExQ pada 12 September 2012 pukul 13.45 WIB Foke: Jakarta Masih Perlu 'Kumis'. (2012, Mei 25). Kompas.com. Diakses dari http://www.beritasatu.com/megapolitan/50152-foke-jakarta-masih-perlukumis.html pada 9 Januari 2013 pukul 11.36 WIB Khumaini, Anwar. (2012, Agustus 30). Video Musik Parodi Jokowi-Basuki Ditonton Setengah Juta Orang. Merdeka.com. Diakses dari 9 Universitas Sumatera Utara http://www.merdeka.com/jakarta/video-musik-parodi-jokowi-basukiditonton-setengah-juta-orang.html pada 23 November 2012 pukul 18:26 WIB Maullana, Irfan. (2012, September 19). Yosi Mokalu: “Takotak Miskumis” Bawa Pesan Penting. Diakses dari http://tekno.kompas.com/read/2012/09/19/15511833/yosi.mokalu.quottako tak.miskumisquot.bawa.pesan.penting pada 29 September 2012 pukul 23.15 WIB Wikipedia. (2012). Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Gubernur_DKI_Jakarta_20 12 pada 2 November 2012 pukul 19.38 WIB Wikipedia. (2012). Youtube. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/YouTube pada 1 November 2012 pukul 20.05 WIB E-book Logan, Robert K. (2010). Understanding New Media: Extending Marshall McLuhan. [PDF version]. Diakses dari http://www.peterlang.com/download/extract/58328/extract_311126.pdf pada 22 Februari 2014 pukul 16:26 WIB E-paper Ridout, Fowler & Branstetter. (2010, August). Political Advertising in the 21st Century: The Rise of Youtube Ad. Paper presented at the annual meeting of the American Political Science Association, Washington D.C. Diakses dari http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1642853 pada 23 Januari 2014 pukul 17:32 WIB 10 Universitas Sumatera Utara