TAKOTAK MISKUMIS

advertisement
PEMAKNAAN DALAM VIDEO “TAKOTAK MISKUMIS” KARYA
CAMEO PROJECT
(Analisis Semiotika terhadap Pesan Video “Takotak Miskumis” Karya
Cameo Project)
SHEILA SULTHANA TASWIN
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pemaknaan dalam Video “Takotak Miskumis” Karya
Cameo Project. Penelitian ini bertujuan untuk membedah konstruksi makna serta
mitos yang ditampilkan di sepanjang video. Peneliti menggunakan semiotika
signifikasi Roland Barthes sebagai instrumen analisa data. 27 scene dibagi
menjadi 83 gambar kemudian dianalisis menggunakan analisis leksia dan lima
kode pembacaan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan aplikasi paradigma
konstruktivis kritis. Sesuai dengan perumusan masalah, yaitu “bagaimanakah
pemaknaan dan apa mitos yang dapat diungkap dari video Takotak Miskumis”,
terungkap bahwa Cameo Project berpihak pada Joko Widodo,
menggambarkannya sebagai kandidat yang bijak dan pantas dipilih. Sebaliknya,
Fauzi Bowo digambarkan sebagai pemimpin yang korup sehingga tidak pantas
dipilih. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kombinasi penggunaan Youtube
dan persuasi yang efektif berpengaruh dalam menentukan ketokohan serta
mengkonstruksi wacana terhadap tokoh-tokoh politik.
Kata kunci:
Video, Youtube, Cameo Project, Semiotika, Fauzi Bowo, Joko Widodo.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
“Broadcast Yourself” adalah slogan Youtube dalam beroperasi. Youtube dapat
diakses dalam lima puluh empat versi bahasa dari seluruh dunia. Lewat Youtube,
pengguna internet dari seluruh dunia bisa menonton, mengunggah dan
mengunduh berbagai macam video, dari mulai produksi rumahan, iklan, klip
musik, tayangan televisi, sampai film.
Beberapa pihak pun mulai berspekulasi dan mempelajari kemungkinan
Youtube mengubah diskursus politik dan praktik politik pemilu. Prinsip dasar dari
politik Youtube adalah memberi jalan pada orang-orang baru untuk memasuki
proses politis. Secara ringkas, Klotz berkata, “Warga diberdayakan oleh
demokratisasi dari pengeditan video, produksi, dan distribusi”. Agar warga
menjadi berpengaruh, video-video ini harus “tersebar dengan pesat”, yang berarti
mereka “menjadi amat populer saat mereka disebarkan dari satu orang ke orang
lainnya lewat email, pesan instan, dan situs berbagi media (Ridout, Fowler, &
Branstetter, 2010: 5).
Indonesia menjadi saksi suksesnya kampanye via Youtube pada pemilihan
umum gubernur DKI Jakarta. Tahun 2012, animo masyarakat terhadap pesta
1
Universitas Sumatera Utara
demokrasi di ibukota mencapai puncaknya. Mengingat tak satupun dari keenam
kandidat mencapai hasil suara lebih dari lima puluh persen, maka pemilihan
putaran kedua pun diadakan pada 20 September 2012. Hasil tersebut menyisakan
dua kubu yang bersaing sengit, yaitu kubu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan kubu
Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama. Ranah dunia siber menawarkan banyak
opsi demi menarik simpati publik. Pada momentum inilah, Youtube memainkan
perannya.
Cameo Project menggebrak Pemilukada putaran kedua lewat video berjudul
“Takotak Miskumis”. Video berkategori nonprofits dan activism ini diunggah
pada 11 September 2012 dan telah dilihat lebih dari 750 ribu kali. Takotak
Miskumis menampilkan sekelompok orang yang akan berpartisipasi pada
Pemilukada Jakarta putaran kedua. Saat mereka tengah menyiapkan TPS dan
kotak suara, muncullah Yosi Mokalu dari salah satu kotak suara. Mulailah
personel Project Pop ini bernyanyi bahwa ia tidak ingin salah memilih calon
gubernur. Warga di sekitar TPS pun turut bernyanyi:
“Sebentar lagi kita harus memilih, Foke atau Jokowi jadi gubernur DKI. Tak
kotak kotak kotak, miskumis kumis kumis. Pilih pemimpin yang bijak, jangan
yang tukang bokis.”
Cameo Project berkata bahwa “Takotak Miskumis” bukanlah video
kampanye. Video ini dibuat agar Pemilukada DKI tahap dua berjalan dengan
jujur, demokratis, dan efektif. Lewat karya ini, Cameo Project mengajak warga
Jakarta untuk memilih pemimpin terbaik untuk lima tahun ke depan. Mereka
berharap bahwa siapa pun gubernur yang terpilih, warga Jakarta akan selalu
bersama.
Youtube ternyata merupakan saluran yang sangat potensial untuk
berkampanye kreatif. Kampanye tentang mobilisasi massa, orasi di tempat
terbuka, lalu memaparkan visi-misi. Kampanye kreatif di zaman modern—
terlepas dari apa pun kontennya—adalah tentang memanfaatkan media massa
untuk pengenalan, pembentukan, dan penanaman citra. Komunikator yang handal
mampu menggunakan media sosial untuk menarik simpati khalayak yang kini
lebih canggih, kritis, dinamis, dan mobile.
„Realitas‟ yang dihadirkan di video “Takotak Miskumis” tentunya memiliki
konstruksi makna tersendiri. Pemaknaan terhadap pesan video “Takotak
Miskumis” itulah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan
diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. “Bagaimanakah Pemilukada Jakarta direpresentasikan di dalam video
Takotak Miskumis karya Cameo Project?”
2. “Mitos apa yang dapat diungkap dari pemaknaan atas tanda yang terdapat
dalam video Takotak Miskumis karya Cameo Project?”
2
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tanda-tanda yang terdapat di dalam video “Takotak Miskumis”
karya Cameo Project.
2. Mengungkap mitos yang dikonstruksikan di dalam video “Takotak
Miskumis”.
KAJIAN PUSTAKA
Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya
membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda
(Sobur, 2004: 15).
Semiotika Komunikasi Visual
Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh pada
bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk
desain komunikasi visual. Efektivitas pesan menjadi tujuan utama dari desain
komunikasi visual (Piliang, 2012: 339).
Semiotika Roland Barthes
Karakteristik semiotika Barthes adalah adanya dua tataran sistem pemaknaan.
Dalam Mythologies, sistem pemaknaan tataran pertama disebut denotatif,
sedangkan sistem pemaknaan tataran kedua disebut konotatif.
Video
Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya
melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., 1969: 926).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan:
1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi;
2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.
Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual
atau media pandang-dengar (Setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audiovisual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara
dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua,
media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video
termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual
lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113).
Komunikasi Politik
Pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses
pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesanpesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan
untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan
3
Universitas Sumatera Utara
tingkah laku khalayak yang menjadi target politik (Dahlan dalam Cangara, 2009:
35).
Kampanye
Kampanye merupakan upaya yang disengaja yang bertujuan
menginformasikan, mempersuasi atau memotivasi perubahan perilaku dari
khalayak tertentu atau khalayak luas yang bermanfaat demi keuntungan
nonkomersil dari individu dan/atau masyarakat umum. Pada umumnya kampanye
berlangsung dalam jangka waktu tertentu melalui aktivitas komunikasi yang
diorganisasi dengan melibatkan media massa (defines campaign as purposive
attempts to inform, persuade or motivate behavioral changes in a relatively welldefined and large audience, generally for non-commmercial benefits to the
individual and/or society at large. Campaigns typically take place within a given
time period using organized communication activities involving mass media)
(Rice & Atkin dalam Liliweri, 2011: 675).
Media Baru
Beberapa penulis menggambarkan “media baru” sebagai kemampuan
menggabungkan teks, audio, video digital, multimedia interaktif, realitas virtual,
Web, email, chat, telepon seluler, PDA seperti Palm Pilot atau Blackberry,
aplikasi komputer, dan setiap sumber informasi yang bisa diakses melalui
komputer pribadi. Lev Manovich sebagai contohnya menggambarkan media baru
sebagai:
Bentuk budaya baru yang berasal atau bergantung pada komputer untuk
distribusinya: situs Web, antarmuka manusia-komputer, dunia virtual, VR,
multimedia, permainan komputer, animasi komputer, video digital, efek khusus
di film dan film net, instalasi komputer interaktif (Logan, 2010: 6).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan paradigma konstruktivis
kritis. Penelitian ini menggunakan semiotika Roland Barthes sebagai pisau
analisis. Pada penelitian ini “pembacaan” terhadap video “Takotak Miskumis”
oleh peneliti akan dihubungkan dengan konteks sosialnya, seperti konteks sosial
bahasa verbal maupun visualnya.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah video “Takotak Miskumis” karya Cameo Project.
Peneliti menganalisis dengan memenggal tiap scene menjadi satu atau beberapa
shot (potongan gambar). Data yang diolah berupa kombinasi antara data visual
dan data verbal/lirik.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Cameo Project sebagai kreator video “Takotak
Miskumis”. Cameo Project adalah sebuah grup di Jakarta yang berminat di bidang
4
Universitas Sumatera Utara
fotografi dan sinematografi. Pada penelitian ini, Cameo Project berada dalam
posisi pengkonstruksi makna.
3.4 Kerangka Analisis
Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiologi Roland Barthes. Peta
tanda Roland Barthes mencakup dua tatanan sistem pemaknaan, yaitu sistem
signifikasi tatanan pertama (detonasi) dan sistem signifikasi tatanan kedua
(konotasi).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi dokumen (document review), yaitu mencari, menyimpan, dan meneliti
dokumen yang relevan dengan objek penelitian. Dokumen resmi eksternal
menurut Maleong adalah dokumen yang berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga sosisal yang disiarkan kepada media massa.
2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur
dan sumber bacaan yang relevan dengan topik penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis
semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan di
mana ia beroperasi.
3.6.1 Analisis Leksia
Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang
akan dilakukan. Leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa,
klausa, ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya didasarkan pada
satuan tanda-tanda (gambar) yang dianggap penting dalam pemaknaan.
3.6.2 Lima Kode Pembacaan
Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five
major code) yang di dalamnya terdapat penanda teks (leksia). Lima kode yang
ditinjau Barthes yaitu:
1. Kode hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Fungsi kode ini
adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks.
2. Kode proairetik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak dari
suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode ini menghasilkan makna denotasi I
yaitu pada level teks.
3. Kode simbolik merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali karena
berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan makna
konotasi I yang terdapat dalam teks.
4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali bersumber pada pengalamanpengalaman manusia. Kode ini menghasilkan makna denotasi II. Analisis bekerja
pada level konteks.
5
Universitas Sumatera Utara
5. Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna
yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna konotasi
II, yaitu pada level konteks.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.26
Satu demi satu muncul empat punggung berbalutkan kemeja kotak-kotak.
Mereka menyanyikan lirik “takotak kotak kotak”. Keempatnya lalu membalikkan
badan. Mereka adalah Jhony, Reza, Moreno, dan lelaki berkopiah hitam.
Kemunculan mereka satu demi satu membentuk harmoni antara lirik yang
dinyanyikan dan gerakan yang mereka lakukan.
Kemeja kotak-kotak merupakan atribut politik pasangan Joko Widodo-Basuki
Tahja Purnama sejak berlaga di Pemilukada Jakarta. Kemeja kotak-kotak ini kerap
digunakan saat mendekati warga konstituennya. Kemeja kotak-kotak dengan
perpaduan warna merah, biru, dan putih inimelambangkan persatuan warga
Jakarta yang bermacam ragam etnis, suku, dan agamanya.
Gambar 4.28
Jhony, Reza, Moreno dan lelaki berkopiah hitam orang itu serempak berbalik.
Mereka menyanyikan lirik “mis kumis kumis kumis” sembari menunjuk atau
menyentuh kumis masing-masing. Berbalik badan secara serempak menunjukkan
kekompakan. Tindakan ini juga berguna agar penonton bisa melihat kumis palsu
yang mereka kenakan. Kumis adalah salah satu ciri khas penampilan Fauzi Bowo.
Saking ikoniknya, kumis bukan hanya dipandang sebagai atribut fisik dari
gubernur petahana Jakarta saat itu. Foke sampai memiliki nama panggilan “Bang
Kumis”, yang tercipta karena penampilannya.
6
Universitas Sumatera Utara
Semasa kampanye, Foke kerap berkata kepada khalayak sasarannya bahwa
Jakarta masih memerlukan kumis. Foke menilai Jakarta masih membutuhkan
dirinya. Walau lawan politiknya menyindir bahwa kumis adalah singkatan dari
“kumuh dan miskin”, Foke tetap tenang menanggapinya. Malah, dia berkata
bahwa kumis dapat digunakan sebagai „pembasmi kekumuhan dan kemiskinan
hidup di Jakarta‟.
Gambar 4.30
Mereka menyanyikan “pilih pemimpin yang bijak” dengan gerakan dan
ekspresi wajah yang semakin tegas. Tindakan ini menekankan urgensi dari lirik
tersebut. Acungan telunjuk lelaki berkopiah hitam ke arah kamera ditujukan
kepada warga Jakarta yang menonton video ini. Telunjuknya yang ditempelkan ke
dahi menandakan bahwa kriteria pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang
cakap berpikir. Sosok pemimpin yang bijak diasosiasikan dengan harapan dan
cita-cita warga Jakarta untuk menikmati hidup yang lebih layak. Pemimpin yang
memiliki rekam jejak yang baik, visi-misi yang pro-rakyat, serta mampu
menghadapi semua kalangan adalah pemimpin yang layak dipilih. Kesamaan rima
antara penggalan lirik “kotak” dengan “bijak” mengimplikasikan bahwa sosok
„pemimpin yang bijak‟ itu adalah Joko Widodo.
Gambar 4.34
Lirik “jangan yang tukang bokis” menandai perubahan ekspresi yang kian
negatif. Alis mereka berkerut. Lelaki berkopiah hitam mengangkat kedua
tangannya lalu menurunkan kedua telunjuknya. Dia juga beberapa kali
mengusapkan ibu jari dan telunjuknya. Ekspresinya tampak jijik. Moreno
mengucapkan kata “bokis” dengan alis beradu dan mulut terbuka lebar. Dia
menunjuk tajam ke depan sambil menyebut kata itu.
7
Universitas Sumatera Utara
Reza mengucapkan kata “bokis” sambil berulang kali membuka lalu
menguncupkan kedua telapak tangannya. Alisnya bertemu. Jhony
menghunjamkan telunjuknya ke depan saat tiba di penggalan lirik “... jangan
yang...”. Dia mengucapkan kata “bokis dengan mulut terbuka lebar sembari
menyentuh sisi kiri kumis palsunya.
Lirik “jangan yang tukang bokis” mengacu pada tabiat buruk seorang calon
pemimpin yang harus dihindari. Bokis adalah bahasa daerah Jakarta yang berarti
“bohong” atau “tipu”. Jadi, lirik “jangan yang tukang bokis” adalah peringatan
agar warga nantinya jangan memilih calon gubernur pembohong, tidak amanah,
yang hanya bisa obral janji.
Jemari yang diusap-usapkan memiliki konotasi negatif. Apalagi karena
gestur ini mengiringi kata “bokis”. Ini berarti pemimpin yang bokis adalah
pemimpin yang menyelewengkan dana atau anggaran. Selain itu, tangan yang
dibuka lalu dikuncupkan melambangkan tabiat banyak bicara atau membual. Alis
yang beradu dan bibir yang terkatup menunjukkan rasa marah dan geram.
Tindakan Jhony menunjuk kumis palsu mengimplikasikan bahwa sosok pemimpin
yang „tukang bokis‟ itu tak lain adalah Fauzi Bowo.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Konstruksi makna video “Takotak Miskumis” lahir melalui permainan
wacana. Mitos pertama yaitu “Jokowi adalah pemimpin yang bijak”. Sementara
mitos kedua yaitu “Foke adalah pemimpin yang tukang bokis (korup)”.
Melalui kombinasi lirik dan visualisasi, Jokowi dibingkai sebagai kandidat
yang membumi dan didukung oleh berbagai kalangan. Partnernya, Ahok (Basuki
Tjahja Purnama) dihadirkan sebagai sosok yang tegas dan siap memberantas
korupsi. Di lain pihak, Foke ditampilkan sebagai sosok yang mendominasi dan
agak temperamental. Nara sebagai wakilnya terlihat lebih tertutup dan submisif.
Maka, berdasarkan dikotomi mitos „pemimpin yang bijak‟ dan pemimpin
yang tukang bokis‟, dapat diambil kesimpulan bahwa pesan video “Takotak
Miskumis” adalah “jangan pilih Foke kembali, kini pilihlah Jokowi”.
Saran Penelitian
Semiotika sebagai kajian mendalam tentang tanda memerlukan pemahaman
yang dalam dan pemahaman yang ekstensif, baik tentang teks maupun konteks.
Saran dalam Kaitan Akademis
Kajian semiotika pada video menuntut daya pikir yang kritis dan kejelian
untuk mengkombinasikan kontinuitas antar scene, bahasa tubuh dan isyarat para
pemain, serta latar belakang historis (historical situatedness) sehingga
menghasilkan makna yang utuh.
Saran dalam Kaitan Praktis
Situs user generated content seperti Youtube dapat dijadikan sebagai media
kampanye yang mudah dan murah, terutama bila khalayak sasaran secara aktif
8
Universitas Sumatera Utara
mengafirmasikan identitas mereka sebagai anggota masyarakat siber. Pelaku
media harus mengenal betul kondisi sosio-demografis khalayak sasaran mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana
Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. (2009). Encyclopedia of Communication
Theory. California: SAGE Publications, Inc
Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat:
Gaung Persada Press.
Piliang, Yasraf Amir. (2012). Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan
Matinya Makna. Bandung: Matahari.
Prent, K. Dkk. (1969). Kamus Latin-Indonesia. Jakarta: Penerbit Kanisius
Setyosari, Punaji & Sihkabuden. (2005). Media Pembelajaran. Malang: Penerbit
Elang Mas
Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Website
Afifah, Riana. (2012, April 1). Arti Kemeja Kotak-Kotak Jokowi. Kompas.com.
Diakses
dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/04/01/17361780/Arti.Kemeja.K
otakkotak.Jokowi pada 29 Januari 2013 pukul 09.11 WIB
Cameo Project. (2012, September 11). Takotak Miskumis [Video file]. Diakses
dari http://www.youtube.com/watch?v=kkxZTotQExQ pada 12 September
2012 pukul 13.45 WIB
Foke: Jakarta Masih Perlu 'Kumis'. (2012, Mei 25). Kompas.com. Diakses dari
http://www.beritasatu.com/megapolitan/50152-foke-jakarta-masih-perlukumis.html pada 9 Januari 2013 pukul 11.36 WIB
Khumaini, Anwar. (2012, Agustus 30). Video Musik Parodi Jokowi-Basuki
Ditonton Setengah Juta Orang. Merdeka.com. Diakses dari
9
Universitas Sumatera Utara
http://www.merdeka.com/jakarta/video-musik-parodi-jokowi-basukiditonton-setengah-juta-orang.html pada 23 November 2012 pukul 18:26
WIB
Maullana, Irfan. (2012, September 19). Yosi Mokalu: “Takotak Miskumis” Bawa
Pesan
Penting.
Diakses
dari
http://tekno.kompas.com/read/2012/09/19/15511833/yosi.mokalu.quottako
tak.miskumisquot.bawa.pesan.penting pada 29 September 2012 pukul
23.15 WIB
Wikipedia. (2012). Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta. Diakses dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Gubernur_DKI_Jakarta_20
12 pada 2 November 2012 pukul 19.38 WIB
Wikipedia. (2012). Youtube. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/YouTube
pada 1 November 2012 pukul 20.05 WIB
E-book
Logan, Robert K. (2010). Understanding New Media: Extending Marshall
McLuhan.
[PDF
version].
Diakses
dari
http://www.peterlang.com/download/extract/58328/extract_311126.pdf
pada 22 Februari 2014 pukul 16:26 WIB
E-paper
Ridout, Fowler & Branstetter. (2010, August). Political Advertising in the 21st
Century: The Rise of Youtube Ad. Paper presented at the annual meeting of
the American Political Science Association, Washington D.C. Diakses dari
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1642853 pada 23
Januari 2014 pukul 17:32 WIB
10
Universitas Sumatera Utara
Download