bab ii prosedur pembuatan akta keputusan rapat umum pemegang

advertisement
BAB II
PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
A. Bentuk-bentuk Rapat Umum Pemegang Saham dan Pengaturannya
1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Notaris yang hadir dalam pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham,
Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan profesinya, dituangkan ke dalam
bentuk akta yang namanya: “Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham”.
Isi dan bentuk dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham itu harus
bisa menggambarkan jalannya acara pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham.
Hal ini dikarenakan akta tersebut bersifat verbal akta atau yang dinamakan
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang merupakan jenis akta yang
dibuat oleh Notaris, yang berisi gambaran mengenai kejadian yang disaksikan oleh
Notaris, maupun hal-hal yang diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat berdasarkan risalah rapat yang dibuat
secara notariil, disebut dengan “Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham”,
yang merupakan contoh dari “relaas akta”. Dikatakan relaas akta, karena merupakan
akta yang dibuat “oleh” Notaris, yang sebagaimana diatur pada (Pasal 21 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), sebab adanya
kehadiran Notaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan
dan risalah rapat tersebut dibuat “oleh” Notaris yang menyaksikan, melihat,
36
Universitas Sumatera Utara
37
dan mendengar segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat,
sehingga bentuk akta yang dihasilkan merupakan akta dari golongan relaas akta,
yaitu: akta yang dikenal sebagai Akta Berita Rapat Umum Pemegang Saham.
Akta yang dibuat oleh (door een) notaris, yang dinamakan “Akta Relaas”
(relaas acta) atau “Akta Pejabat” (ambtelijke akten) atau “Akta Berita Acara”,
ini berbeda sekali dengan Akta Pihak. Akta Relaas ini isinya bukan merelatir
kehendak pihak, tetapi mencatat segala peristiwa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan dari pelaksanaan jalannya rapat atau acara yang diliput.49
Isi dari seluruh berita acara dalam Rapat Umum Pemegang Saham adalah
merupakan laporan dan pernyataan dari Notaris terhadap segala sesuatu yang
disaksikan dan didengarnya secara langsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham,
yang diadakan pada hari, tanggal, waktu, dan tempat yang telah disebutkan dalam
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham.
Notaris yang dihadirkan di dalam forum Rapat Umum Pemegang Saham ini
dilakukan oleh pemegang saham, yang mempunyai tugas untuk membuat Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham dalam kedudukannya sebagai pejabat umum,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
49
A.A.Andi Prajitno, Pengetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa Notaris di Indonesia.,
Cetakan ke-1, Putra Media Nusantara, Surabaya, 2010, hal. 69.
Universitas Sumatera Utara
38
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
menempatkan Notaris dalam kedudukan yang sangat penting, karena untuk
mendirikan Perseroan Terbatas dan mengadakan perubahan Anggaran Dasar harus
dibuat dengan akta Notaris. Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dinyatakan bahwa “Perseroan
didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta yang dibuat dalam bahasa
Indonesia”. Dalam ketentuan tersebut di atas, terlihat jelas bahwa akta Notaris
merupakan syarat mutlak untuk berdirinya suatu Perseroan. Berdasarkan ketentuan
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
dinyatakan bahwa “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta
yang dibuat dalam bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, maka peranan Notaris ini
mutlak diperlukan, sebab Undang-Undang mensyaratkan bahwa untuk pendirian
Perseroan Terbatas ini diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam ketentuan tersebut di atas, dikatakan
bahwa Akta Notaris yang dikehendaki oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas ini, tidak lain adalah akta otentik.
Syarat suatu akta otentik yang diatur pada Pasal 1868 KUHPerdata yang
merupakan sumber otentisitas akta Notaris, dan juga merupakan dasar legalitas
eksistensi akta Notaris. Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, dijelaskan bahwa akta Notaris adalah akta yang dibuat
oleh atau di hadapan Notaris, menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dan secara tersirat
Universitas Sumatera Utara
39
diatur pada Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris, yang menyebutkan bahwa Notaris wajib membuat daftar akta dan
mencatat semua akta yang dibuat oleh atau di hadapannya. Oleh karena itu,
ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, itu harus dipatuhi, ditaati, dan dilaksanakan oleh Notaris.
Akta notaris (Notariel Acta) sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris itu, mempunyai sifat otentik,
sehingga tidak perlu diragukan lagi kesempurnaan (keabsahannya), karena proses
pembuatan maupun dalam kewenangan Notaris sebagai pejabat umum dalam
menjalankan profesinya itu telah sesuai dengan yang diatur pada Pasal 1870
KUHPerdata, yang berkaitan erat dengan Pasal 1868 KUHPerdata. Bahwa disebut
sebagai akta Notaris, karena akta tersebut sebagai akta otentik yang dibuat oleh
Notaris yang memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
Akta Notaris sudah pasti akta otentik.
Pembuatan Akta Berita Acara Rapat Pemegang Saham, dilakukan dengan
kehadiran Notaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan dan
risalah rapat tersebut dibuat “oleh” Notaris yang menyaksikan, melihat, dan
mendengar segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat, sehingga
bentuk akta yang dihasilkan merupakan akta dari golongan relaas akta, yaitu: akta
yang dikenal sebagai Berita Acara Rapat. Apabila ditinjau dari cara pembuatannya,
Universitas Sumatera Utara
40
maka Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, ini merupakan jenis akta
yang dibuat oleh Notaris. Pengertian pembuatan akta yang dibuat “oleh” Notaris,
karena adanya suatu kejadian, pemeriksaan, keputusan, dan sebagainya.
Kemudian, pada Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang
dibuat oleh Notaris, maka Notaris yang bersangkutan itu hadir untuk menyaksikan
dan mendengar secara langsung jalannya Rapat Umum Pemegang Saham tersebut,
sehingga isi dari seluruh berita acara dalam Rapat Umum Pemegang Saham adalah
merupakan laporan dan pernyataan dari Notaris terhadap segala sesuatu yang
disaksikan dan didengarnya secara langsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham,
yang diadakan pada hari, tanggal, waktu, dan tempat yang telah disebutkan dalam
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham.
Kedudukan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham merupakan
alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, sehingga apa yang dinyatakan dalam
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat di hadapan Notaris
tersebut harus diterima. Dalam Undang-Undang, untuk Akta Relaas tidak menjadi
soal, apakah orang-orang yang hadir itu menolak mengharuskan untuk menandatangai
akta itu. Apabila misalnya pada pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham, yang dalam perseroan terbatas itu, orang-orang yang hadir itu
telah meninggalkan rapat sebelum akta itu ditandatangani, maka Notaris cukup
menerangkan di dalam akta yang dituangkannya, bahwa para pihak yang hadir itu
telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu dan dalam hal ini, akta itu
tetap merupakan akta otentik.
Universitas Sumatera Utara
41
Setiap penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham harus dibuatkan
berita acara rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta Rapat Umum
Pemegang Saham, yang sebagaimana hal tersebut itu diatur dalam Pasal 77 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam
prakteknya, Rapat Umum Pemegang Saham itu dituangkan ke dalam bentuk akta
yang namanya disebut dengan “Akta Berita Acara”, yang merupakan akta otentik
yang dibuat di hadapan Notaris, dimana penandatanganan oleh semua
peserta Rapat
Umum Pemegang Saham tidak menjadi mutlak, tetapi cukup ditandatangani oleh
ketua atau salah seorang peserta rapat dan Notaris yang bersangkutan. Namun
demikian, Notaris yang bersangkutan harus menerangkan bahwa para yang hadir
telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu.
Sebagai pejabat umum, maka Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham yang dibuat oleh Notaris itu harus mempunyai kekuatan pembuktian otentik.
Akta otentik pada hakikatnya itu membuat kebenaran formal, yang sesuai dengan apa
yang diberitahukan oleh para pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai
kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris ini,
sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak dari para pihak,
yaitu: dengan cara membacakannya, sehingga menjadi jelas isi dari Akta Notaris itu,
serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait bagi para pihak dalam penandatanganan akta.
Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui,
atau tidak menyetujui isi dari Akta Otentik yang akan ditandatanganinya.
Universitas Sumatera Utara
42
Notaris dalam menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum, itu pada waktu
membuat Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, mempunyai kekuatan
pembuktian otentik yang dengan sendirinya, meski para pemegang saham yang hadir
dalam rapat atau acara tersebut, tidak menandatanganinya. Namun, hal itu tidak
berarti bahwa para pemegang saham yang telah hadir dalam rapat, mutlak tidak perlu
menandatangani Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang
dibuat oleh Notaris. Tetapi, penandatanganan terhadap Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham itu tetap diperlukan, kecuali ada alasan-alasan tertentu yang
dapat menyebabkan para pemegang saham tidak dapat menandatangani Akta Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham tersebut. Akan tetapi, alasan-alasan tersebut
tetap harus dijelaskan oleh Notaris di dalam Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham, dan hal itu tidak berarti mengurangi otentisitas dari Akta Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham.
Pelaksanaan pembuatan Berita Acara Rapat ini, Notaris harus menyaksikan,
mendengar, dan mencatat segala yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham tersebut, serta untuk itulah, Notaris diminta untuk hadir
dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut. Hasil dari pencatatan itu akan
berbentuk risalah rapat dalam bentuk akta yang disebut dengan Akta Berita Acara
Rapat.
Notaris
berfungsi
dalam
menjalankan
mempunyai
kewajiban
untuk
mendengarkan dan menyaksikan berlangsungnya jalannya Rapat Umum Pemegang
Universitas Sumatera Utara
43
Saham, sejak dibuka sampai ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham, sehingga
Notaris dapat menyusun dan membuat risalah Rapat Umum Pemegang Saham, yang
dalam praktek disebut dengan Akta Berita Acara Rapat, yang sesuai dengan
bentuknya yang diatur pada ketentuan Pasal 38 sampai dengan Pasal 57 UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
ini sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yang disebutkan bahwa Notaris
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan, kalau dilhat
dari cara pembuatannya, maka akta otentik merupakan akta yang dibuat dalam bentuk
yang diisyaratkan dan dibuat oleh pejabat-pejabat yang berwenang yang menurut atau
berdasarkan pada Undang-Undang yang dibebani untuk menyatakan apa yang telah
disaksikan atau dilakukannya. Kemudian, akta yang dibuat secara notariel itu
menurut Undang-Undang yang mempunyai sifat, bahasa, bentuk, bagian, dan teknik
pembuatan yang spesifik atau khusus.
Jadi, Akta Relaas merupakan akta yang dibuat oleh Notaris atas permintaan
para pihak, agar Notaris mencatat segala sesuatu hal yang dibicarakan dalam rapat
oleh para pihak, agar pihak lain yang berkaitan dengan tindakan hukum yang
dilakukan oleh para pihak dan dituangkan ke dalam suatu Akta Otentik. Dalam Akta
relaas tersebut, Notaris mencatat segala sesuatu hal yang dilihat dan didengar
Universitas Sumatera Utara
44
secara langsung oleh Notaris. Adapun yang termasuk dalam contoh Akta Relaas,
yaitu : akta berita acara rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas,
akta pencatatan budel, akta pendaftaran atau inventarisasi harta peninggalan,
akta berita acara penarikan undian, dan lain-lain.
Pembuatan akta Notaris, dalam hal ini, yang berupa Akta Relaas harus ada
keinginan atau kehendak dan adanya permintaan dari para pihak. Untuk memenuhi
keinginan dari para pihak, maka Notaris memberikan saran dengan tetap berpijak
pada aturan hukum maupun ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini tidak berarti,
bahwa Notaris merupakan bagian dari pelaku akta tersebut. Tetapi, Notaris yang
bersangkutan tetap berada di luar para pihak.
Akta Notaris yang dimaksudkan dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa
perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia,
harus diartikan sebagai Akta yang dibuat oleh (door een) notaris, yang dinamakan
“Akta Relaas” (relaas acta) atau “Akta Pejabat” (ambtelijke akten) atau “Akta
Berita Acara”.
Jika adanya perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang dilakukan,
maka perubahan anggaran dasar itu harus mendapat persetujuan Menteri,
sebagaimana hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sesuai dengan prosedur dan
ketentuan hukum yang berlaku yang terdapat pada peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
45
PT Multi Megah Mandiri ini masih berstatus sebagai perusahaan tertutup
atau perusahaan yang belum go public, serta pada umumnya jenis Perseroan Terbatas
Tertutup ini adalah Perseroan Terbatas keluarga, kerabat atau saham yang di
kertasnya sudah tertulis nama pemilik saham
yang tidak mudah untuk
dipindahtangankan ke orang atau pihak lain. Namun, PT Multi Megah Mandiri ini
telah berstatus badan hukum, dan juga dalam melakukan kegiatan usahanya telah
melalui proses hukum yang dikukuhkan berdasarkan keputusan pengesahan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yang sesuai
dengan prosedur yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
PT Multi Megah Mandiri dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat ini, telah
mendaftarkan perusahaannya itu di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kotamadya
Jakarta Utara, ini telah mengikuti prosedur ataupun tata cara yang sesuai yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan.
2. Akta Penyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
Notaris yang tidak hadir dalam penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang
Saham, sebaiknya dituangkan ke dalam bentuk akta yang namanya : “Akta Penyataan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham”. Isi dari Akta Pernyataan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham, itu pada intinya berisi tentang segala sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
46
dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang diikuti,
disaksikan, dan didengar yang secara langsung oleh penandatanganan pada Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, yang dalam hal ini biasanya
ketua atau pimpinan Rapat Umum Pemegang Saham itu sendiri, yang juga
merangkap selaku salah seorang anggota direksi perseroan. Ketua Rapat Umum
Pemegang Saham atau penerima kuasa dari Rapat Umum Pemegang Saham itu
menyerahkan dokumen Notulen atau Risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang
dituangkan ke dalam Akta Otentik, sehingga pada hakikatnya yang menyatakan
adanya keputusan-keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut adalah
penerima kuasa Rapat Umum Pemegang Saham atau penandatangan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, yang sesuai dengan yang termuat dalam
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham.
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham itu, bahwa dalam Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, harus bisa menggambarkan
jalannya acara pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham. Hal ini dikarenakan akta
tersebut bersifat verbal akta atau yang dinamakan Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham, yang merupakan jenis akta yang dibuat di hadapan Notaris,
yang berisi gambaran mengenai kejadian maupun peristiwa yang terjadi pada acara
atau rapat, yang disaksikan tanpa kehadiran Notaris, maupun juga mengenai hal-hal
yang diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
Universitas Sumatera Utara
47
Sedangkan perubahan Anggaran Dasar yang dibuat di bawah tangan, yang
kemudian dinyatakan dalam akta Notaris, disebut dengan “Pernyataan Keputusan
Rapat”, yang merupakan “partij akta”, yaitu: akta yang dibuat “di hadapan” Notaris
(Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas). Dalam Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas ini, dikatakan bahwa “perubahan Anggaran Dasar yang tidak
dimuat dalam berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta
Notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham. Tetapi dalam pertanggungjawabannya, Notaris hanya
bertanggungjawab atas isi dari keterangan para penghadap yang hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Notaris tersebut.
Perubahan Anggaran Dasar pada perseroan PT Multi Megah Mandiri, yang
dilakukan melalui bentuk yang dikenal dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham ini yang secara umum dilakukan dengan prosedur yang
dimulai dengan pemanggilan rapat semua pemegang saham dari suatu perseroan.
Notaris yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang akan diselenggarakan
tersebut, berdasarkan permintaan dari Direksi atau Komisaris perseroan. Dengan
demikian, pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
dalam perseroan ini, merupakan akta yang dibuat “di hadapan” Notaris, yang biasa
disebut dengan istilah “partij” akta atau akta pihak.
Universitas Sumatera Utara
48
Isi dari partij akta ini adalah catatan Notaris yang bersifat otentik mengenai
keterangan-keterangan dari para penghadap yang bertindak sebagai pihak dalam akta
yang bersangkutan. Yang termasuk contoh dalam partij akta, adalah : akta jual beli,
akta sewa menyewa, akta perjanjian kredit, akta perjanjian kawin, akta perjanjian
kerja sama, akta hibah, akta pendirian perseroan terbatas, akta pernyataan keputusan
rapat, akta surat kuasa, akta kemauan terakhir (wasiat), akta perjanjian-perjanjian,
dan lain-lain.
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut, para
pihak yang menjadi komparan dalam akta, dapat mempunyai 3 (tiga) kedudukan,
yaitu :
1. Sebagai anggota Direksi atau Komisaris perseroan;
2. Sebagai pemegang saham perseroan;
3. Sebagai wakil atau kuasa dari orang atau perseroan lain yang merupakan
pemegang saham.
Pembuatan Pernyataan dalam Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham,
Notaris harus menyaksikan, mendengar, dan mencatat segala yang dibicarakan dan
diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut, serta untuk itulah, Notaris
diminta untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut. Hasil dari
pencatatan itu akan berbentuk risalah rapat dalam bentuk akta yang disebut dengan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
Universitas Sumatera Utara
49
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan tanpa
kehadiran Notaris, yaitu dengan membuat risalah (notulen rapat) di bawah tangan
yang memuat tentang keputusan rapat yang diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham, dan kemudian dibawa oleh seseorang dari Perseroan Terbatas yang
bersangkutan, berdasarkan kuasa yang diberikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham
kehadapan Notaris, untuk selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk akta notaris.
Dalam cara ini, keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilakukan dengan
cara lain dari rapat, yaitu: dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang
diputuskan kepada semua pemegang saham, di mana keputusan hanya sah apabila
semua pemegang saham menyetujui secara tertulis cara pengambilan keputusan dan
usul tersebut. Cara demikian ini, dikenal dengan cara “sirkuler”, di mana cara ini
tidak dapat dilakukan bagi perseroan yang mengeluarkan saham yang ditunjuk.
Adanya 2 (dua) tata cara pembuatan risalah tersebut di atas, apabila dikaitkan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, di mana hal ini diatur Pasal 90 Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi sebagai berikut :
(1). “Setiap penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, risalah Rapat Umum
Pemegang Saham wajib dibuat dan ditandatangani oleh ketua rapat dan
paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh
peserta Rapat Umum Pemegang Saham.”
(2). “Tanda tangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak disyaratkan
apabila risalah Rapat Umum Pemegang Saham tersebut dibuat dengan akta
notaris.”
Universitas Sumatera Utara
50
Maka dari pernyataan tersebut di atas, dapat ditafsirkan bahwa adanya
Penjelasan yang terdapat pada Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang memberikan tempat bagi kedua bentuk
akta notaris tersebut, dengan ketentuan penandatanganan oleh ketua rapat dan paling
sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta Rapat
Umum Pemegang Saham yang dimaksud untuk menjamin kepastian dan kebenaran
isi risalah Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.
Jika ada perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang dilakukan, maka
perubahan anggaran dasar itu harus mendapat persetujuan Menteri, sebagaimana hal
ini diatur secara tegas dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, sesuai dengan prosedur dan ketentuan hukum yang
berlaku yang terdapat pada peraturan perundang-undangan.
Cara demikian, maka akta notaris yang dihasilkan merupakan akta dari
golongan partij akta atau akta pihak, sebab adanya kedatangan kuasa dari Perseroan
Terbatas tersebut yang datang ke hadapan Notaris yang menghendaki dibuatnya
risalah (notulen rapat atau sirkuler) dalam akta Notaris. Kemudian dalam praktik,
juga terdapat pula Notaris yang untuk keadaan demikian, tetap meminta
penandatanganan akta tersebut, paling sedikit oleh pemimpin atau ketua rapat tersebut
untuk lebih menjamin kepastian keotentikan akta dan keamanan, khususnya bagi
Notaris yang bersangkutan dalam pembuatan akta.
Universitas Sumatera Utara
51
Akta Notaris, yang dimaksudkan dalam Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa
perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia,
harus diartikan sebagai Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan van een) notaris,
dinamakan “Akta Partij” (partij acta) atau “Akta Pihak” (partij akten), yaitu : Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
B. Ketentuan-Ketentuan Dalam Pembuatan Rapat Umum Pemegang Saham
1. Notaris Hadir Dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Notaris yang terlibat langsung dalam rapat, artinya Notaris hadir dalam rapat
tersebut untuk merekam, menuangkan tulisan dalam akta dari apa yang dilihat,
apa yang didengar dan apa yang diputuskan oleh pihak-pihak yang hadir dalam
rapat atau acara tersebut atas permintaan dari pihak yang berkepentingan atau kuasa
dari perseroan terbatas yang bersangkutan. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
dibicarakan dan diputuskan dalam agenda Berita Acara Rapat pada Perseroan
Terbatas, dan juga mengenai kapan Rapat Umum Pemegang Saham itu diadakan
pada hari, jam dan tanggal serta tempat, yang akan diselenggarakan oleh Perseroan
Terbatas yang bersangkutan, maka sebaiknya Notaris yang hadir dalam pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham, hendaknya menuangkan ke dalam bentuk akta yang
namanya: “Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham”.
Universitas Sumatera Utara
52
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pengesahan pada
Rapat Umum Pemegang Saham adalah : Bila Notaris hadir dalam penyelenggaran
Rapat Umum Pemegang Saham, perlu menentukan hari dan tanggal penyelenggaran
maupun pelaksanaan rapat, pemberitahuan kepada seluruh pemegang saham,
mengetahui berapa jumlah peserta yang hadir dalam rapat, isi dari rapat, acara atau
rapat, beserta program maupun agenda dalam Rapat Umum Pemegang Saham,
mengetahui jam berapa rapat atau acara dimulai, dan jam berapa rapat atau acara
ditutup, maupun bagaimana cara penentuan dalam pengambilan keputusan pada
Rapat Umum Pemegang Saham.
Pada umumnya, Notaris yang diundang dalam suatu Rapat Umum Pemegang
Saham, antara lain adalah: untuk mengetahui kesesuaian tata cara penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham dengan Anggaran Dasar perseroan, daftar pemegang
saham, kehadiran para pemegang saham dan/atau kuasanya, kompetensi pimpinan
rapat yang sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar perseroan, pemenuhan
kebutuhan korum agenda rapat yang dilaksanakan yang sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar perseroan, dan selanjutnya untuk pembuatan Akta Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta mengenai perubahan
Anggaran Dasar perseroan yang merupakan keputusan dari Rapat Umum Pemegang
Saham tersebut.
Universitas Sumatera Utara
53
Dalam Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan,
perlu melakukan pemanggilan atau pemberitahuan Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham kepada seluruh pemegang saham untuk melaksanakan Rapat
Umum Pemegang Saham, yang dilakukan dengan Surat Tercatat dan/atau dengan
iklan dalam Surat Kabar, yang diatur dalam ketentuan yang terdapat Pasal 82 ayat (2)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Tetapi dalam hal ini, PT Multi Megah Mandiri ini masih berstatus sebagai
perusahaan tertutup atau perusahaan yang belum go public, serta pada umumnya jenis
Perseroan Terbatas Tertutup ini adalah Perseroan Terbatas keluarga, kerabat atau
saham yang di kertasnya sudah tertulis nama pemilik saham yang tidak mudah untuk
dipindahtangankan ke orang atau pihak lain. Oleh karena itu, dalam Berita Acara
Rapat pada PT. Multi Megah Mandiri tidak perlu dilakukan dengan Surat Tercatat
dan/atau dengan iklan dalam Surat Kabar, yang sebagaimana diatur dalam ketentuan
yang terdapat Pasal 82 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, tetapi cukup diberitahukan atau dikirim dengan surat biasa atau
dengan surat internal memo.
Ketua Rapat dalam Berita Acara Rapat itu menjelaskan bahwa pada acara pra
Rapat yang dihadiri oleh para anggota Direksi dan para pemegang saham, telah
dilakukan pembahasan yang mendalam mengenai agenda dan rancangan keputusan
Rapat. Setelah Ketua Rapat menguraikan dan menjelaskan satu per satu acara Rapat,
maka Ketua Rapat mengusulkan dan Rapat dengan suara bulat menyetujui dan
memutuskan untuk menyetujui dan merubah susunan anggota direksi, sebagaimana hal
ini terdapat pada agenda dalam Berita Acara Rapat pada PT. Multi Megah Mandiri.
Universitas Sumatera Utara
54
Sehingga dengan demikian berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 Ayat 4 dari
Anggaran Dasar Perseroan, Rapat ini adalah sah susunannya, dan berhak mengambil
keputusan-keputusan yang sah mengenai segala hal-hal yang dibicarakan, walaupun tidak
diadakan panggilan terlebih dahulu dengan iklan dalam surat kabar/harian;
Kemudian, dalam pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham, wajib
dicantumkan kapan tanggal Rapat Umum Pemegang Saham itu dilaksanakan, kapan
waktunya, serta dimana tempat Rapat Umum Pemegang Saham itu diselenggarakan
atau dilaksanakan, dan apa agenda acara rapatnya, yang disertai dengan
pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham itu tersedia di Kantor Perseroan, sejak tanggal dilakukan pemanggilan Rapat
Umum Pemegang Saham, sampai dengan tanggal Rapat Umum Pemegang Saham itu
diadakan, yang sebagaimana diatur dalam Pasal 82 ayat (3) Undang-undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Kecenderungan tata cara pembuatan dalam praktek Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham hampir sama banyaknya dipilih dengan melalui tata cara
pembuatan atau Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran
Dasar perseroan. Tetapi hal ini menyebabkan tidak adanya motivasi yang jelas
terhadap kecenderungan tersebut, namun terdapat suatu hal yang menyatakan bahwa
dipilihnya pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham semata-mata
untuk menjaga kerahasiaan dalam hal terdapat agenda rapat yang tidak boleh
diketahui oleh pihak ketiga, seperti misalnya: dalam hal penetapan gaji Direksi
atau Komisaris.
Universitas Sumatera Utara
55
Kemudian, untuk Akta Relaas tidak menjadi soal, apakah orang-orang yang
hadir itu menolak mengharuskan untuk menandatangai akta itu. Apabila misalnya
pada pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang dalam
perseroan terbatas itu, orang-orang yang hadir itu telah meninggalkan rapat sebelum
akta itu ditandatangani, maka Notaris cukup menerangkan di dalam akta yang
dituangkannya, bahwa para pihak yang hadir itu telah meninggalkan rapat
sebelum menandatangani akta itu dan dalam hal ini, akta itu tetap merupakan akta
otentik. Oleh karena itu, Notaris sebagai pejabat umum, yang berpatokan pada
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang dalam hal ini
adanya keperluan-keperluan dari pihak-pihak yang datang dengan menghadap
Notaris, untuk memberi keterangan-keterangan, membuat minta dibuatkan serta
menandatangani semua surat-surat dan akta-akta yang dibutuhkan untuk dituangkan
ke dalam bentuk Akta Berita Acara Rapat, yang di dalam Berita Acara Rapat itu
membicarakan tentang segala sesuatu peristiwa maupun kejadian yang terjadi, yang
diminta maupun dikehendaki oleh pihak-pihak, sebagaimana hal ini terdapat pada
agenda acara atau rapat, dan selanjutnya melakukan segala tindakan yang dianggap
baik dan berguna untuk menyelesaikan hal-hal yang disebutkan di atas.
Pembuatan akta seperti Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham,
seorang Notaris dituntut untuk bersikap pro aktif, dan mempunyai inisiatif, serta
kecermatan maupun ketelitian yang sangat tinggi. Akta tersebut tidak harus
ditandatangani oleh seluruh peserta rapat, tetapi yang hanya perlu diingat, apabila
terjadi ada peserta rapat yang tidak bersedia menandatangani, maka dalam hal ini
Notaris wajib menulis apa sebab atau alasan mengapa, pihak-pihak yang hadir dalam
rapat atau acara itu, tidak bersedia menandatangani akta tersebut.
Universitas Sumatera Utara
56
Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas, perubahan Anggaran Dasar itu
telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dimana pernyataan itu diatur dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang memberikan gambaran
peraturan perundang-undangan yang secara hierarki perundang-undangan antara
peraturan induk, yaitu: Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, dan peraturan-peraturan dari Departemen Kehakiman, yang merupakan
peraturan pelaksananya sebagai yang bersifat memberikan penjelasan dari ketentuan
induk. Dalam pembentukan peraturan yang berkaitan dengan akta perubahan
Anggaran Dasar perseroan tersebut di atas, maka Departemen Kehakiman tampaknya
bermaksud untuk memperjelas ketentuan yang tercantum dalam Pasal 90 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dengan
demikian, dapat diharapkan untuk mencapai kepastian hukum.
2. Notaris Tak Hadir Dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, yang tidak dihadiri oleh
Notaris, makas Notaris dituangkan ke dalam bentuk akta yang namanya : “Akta
Penyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham”, dimana adanya permintaan
dari pihak-pihak yang berkepentingan dari perseroan terbatas yang bersangkutan,
yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham, itu datang ke hadapan Notaris
yang menghendaki dibuatnya risalah (notulen rapat atau sirkuler) dalam akta Notaris,
dimana para penghadap yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham meminta
Universitas Sumatera Utara
57
kepada Notaris yang bersangkutan untuk disuruh membuat keterangan-keterangan
maupun peristiwa yang terjadi pada Rapat Umum Pemegang Saham, yang dituangkan
dalam akta Notaris atas permintaan para pihak tersebut.
Isi dari Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, itu pada
intinya berisi tentang segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham yang diikuti, disaksikan, dan didengar yang secara langsung
oleh penandatanganan pada Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham, yang dalam hal ini biasanya ketua atau pimpinan Rapat Umum Pemegang
Saham
itu
sendiri.
Tetapi
dalam
pertanggungjawabannya,
Notaris
hanya
bertanggungjawab atas isi dari keterangan para penghadap yang hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Notaris tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pengesahan pada Rapat
Umum Pemegang Saham adalah : Walaupun Notaris tidak hadir dalam
penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham, maka Notaris dapat meminta
dokumen-dokumen penting kepada pihak-pihak yang hadir dalam rapat tersebut,
berupa hari dan tanggal penyelenggaran maupun pelaksanaan rapat, pemberitahuan
kepada seluruh pemegang saham, mengetahui berapa jumlah peserta yang hadir
dalam rapat, isi dari rapat, acara atau rapat, beserta program maupun agenda dalam
Rapat Umum Pemegang Saham, mengetahui jam berapa rapat atau acara dimulai, dan
jam berapa rapat atau acara ditutup, maupun bagaimana cara penentuan dalam
pengambilan keputusan pada Rapat Umum Pemegang Saham.
Universitas Sumatera Utara
58
Pada umumnya, Notaris yang diundang dalam suatu Rapat Umum Pemegang
Saham, antara lain adalah: untuk mengetahui kesesuaian tata cara penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham dengan Anggaran Dasar perseroan, daftar pemegang
saham, kehadiran para pemegang saham dan/atau kuasanya, kompetensi pimpinan
rapat yang sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar perseroan, pemenuhan
kebutuhan korum agenda rapat yang dilaksanakan yang sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar perseroan, dan selanjutnya untuk pembuatan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta mengenai
perubahan Anggaran Dasar perseroan yang merupakan keputusan dari Rapat Umum
Pemegang Saham tersebut.
Pembuatan akta seperti Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham, seorang Notaris dituntut untuk bersikap pro aktif, dan mempunyai inisiatif,
serta kecermatan maupun ketelitian yang sangat tinggi. Pada akta partij atau akta
para pihak, undang-undang mengharuskan, dengan ancaman akan kehilangan
otentisitasnya atau dikenakan denda, adanya tandatangan para pihak yang
bersangkutan, atau setidaknya di dalam akta itu diterangkan apa yang menjadi
alasan tidak ditandatanganinya akta itu oleh pihak atau para pihak yang
bersangkutan. Keterangan mana harus dicantumkan Notaris dalam akta itu dan
keterangan itu dalam hal ini berlaku sebagai ganti tanda tangan. Dengan demikian
penandatanganan dari para pihak merupakan suatu keharusan pada akta partij atau
akta para pihak.
Universitas Sumatera Utara
59
Perubahan Anggaran Dasar pada perseroan PT Multi Megah Mandiri,
yang dilakukan melalui bentuk yang dikenal dengan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham ini yang secara umum dilakukan dengan prosedur
yang dimulai dengan pemanggilan rapat semua pemegang saham dari suatu
perseroan. Notaris yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang akan
diselenggarakan tersebut, berdasarkan permintaan dari Direksi atau Komisaris
perseroan. Isi dari partij akta ini adalah catatan Notaris yang bersifat otentik
mengenai keterangan-keterangan dari para penghadap yang bertindak sebagai pihak
dalam akta yang bersangkutan.
Tata cara pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan
Anggaran Dasar perseroan, hampir sama banyaknya dipilih dengan melalui tata cara
pembuatan Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham atau Berita Acara Rapat.
Tetapi hal ini menyebabkan tidak adanya motivasi yang jelas terhadap kecenderungan
tersebut, namun terdapat suatu hal yang menyatakan bahwa dipilihnya pembuatan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar perseroan
semata-mata untuk menjaga kerahasiaan dalam hal terdapat agenda rapat yang tidak
boleh diketahui oleh pihak ketiga.
Namun terdapat pula motivasi lainnya, seperti misalnya: mengenai tarif
notaris, tidak cukup untuk dijadikan sebagai alasan, mengingat adanya tarif antara
pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham dengan pembuatan
Universitas Sumatera Utara
60
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, terdapat perbedaan yang
tidak signifikan. Hal ini lebih lanjut dinyatakan, bahwa dalam hal para pihak yang
berkepentingan mempunyai motivasi untuk kepraktisan dan efisiensi waktu,
karena sulitnya untuk menghadirkan para pemegang saham dalam suatu Rapat Umum
Pemegang Saham, akibat kesibukan para pemegang saham tersebut, yang sekiranya
dapat diterima sebagai alasan dipilihnya pembuatan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat untuk melakukan perubahan terhadap Anggaran Dasar perseroan yang
bersangkutan. Oleh karena itu, bagi perseroan terbatas yang ingin mengadakan
perubahan anggaran dasarnya, maka perlu mendapat persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dimana pernyataan itu
diatur dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Kemudian, PT Multi Megah Mandiri ini telah berstatus badan hukum, dan
juga dalam melakukan kegiatan usahanya telah melalui proses hukum yang
dikukuhkan berdasarkan keputusan pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia. Namun, PT Multi Megah Mandiri dalam Akta
Pernyataan Keputusan Rapat ini, telah mendaftarkan perusahaannya itu di Kantor
Pendaftaran Perusahaan Kotamadya Jakarta Utara, ini telah mengikuti prosedur
ataupun tata cara yang sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982
tentang wajib daftar perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
61
C. Proses Pembuatan Rapat Umum Pemegang Saham
1. Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Notaris dalam pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
ini, bertanggung jawab atas isi dan bentuknya, yang dimana di dalam akta itu harus
bisa menggambarkan jalannya acara pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham,
sebab Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ini merupakan jenis akta
yang dibuat oleh Notaris, yang berisi gambaran mengenai kejadian atau peristiwa
yang disaksikan oleh Notaris. Kehadiran si Notaris yang bersangkutan pada forum
Rapat Umum Pemegang Saham ini, mempunyai tugas untuk membuat Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham, sebab kedudukannya sebagai pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik, dan juga dikatakan bahwa Akta Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham ini adalah akta yang dibuat oleh Notaris.
Isi dari Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang pada
hakikatnya berisi kebenaran tentang adanya Rapat Umum Pemegang Saham,
yang diadakan pada pada hari, tanggal, waktu, dan tempat yang telah disebutkan
dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, serta segala sesuatu yang
telah dibicarakan dan diputuskan oleh para pemegang saham dan/atau seluruh para
pihak yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham tersebut, yang semuanya
itu telah dijelaskan oleh Notaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang
dibuatnya itu.
Universitas Sumatera Utara
62
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, yang merupakan contoh
dari Akta relaas, dikatakan bahwa pada Akta relaas tidak menjadi soal, jika orangorang yang hadir pada rapat itu telah meninggalkan rapat sebelum akta itu
ditandatangani, maka Notaris cukup menerangkan segala sesuatu, kejadian, peristiwa
yang terjadi pada rapat, yang kemudian dituangkan ke dalam akta, walaupun para
pihak yang hadir itu telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu,
tetapi akta yang dituangkan oleh Notaris yang membuat akta tersebut,
tetap merupakan akta otentik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, apabila dikaitkan dengan pembuatan Akta
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham mengenai perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas, dengan mengingat di dalam Pasal 21 ayat (4) Oleh karena itu,
maka peranan Notaris ini mutlak diperlukan, sebab Undang-Undang mensyaratkan
bahwa untuk pendirian Perseroan Terbatas ini diatur dalam Pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan perubahan
anggaran dasar Perseroan Terbatas yang diatur dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, harus dibuat dengan akta Notaris.
Akta Notaris yang dikehendaki oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas ini, tidak lain adalah akta otentik.
Setiap penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, harus dibuatkan
Berita Acara Rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta Rapat
Umum Pemegang Saham, yang sebagaimana diatur pada Pasal 77 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Peraturan Terbatas. Tetapi, apabila
Universitas Sumatera Utara
63
tidak diperlukan untuk membuat akta berdasarkan Notulen atau Risalah Rapat,
maka Notulen atau Risalah RUPS itu tetap merupakan arsip atau dokumen
perusahaan yang dapat dianggap sebagai alat bukti tentang pelaksanaan rapat dalam
perusahaan yang bersangkutan. Ketentuan itu diatur dalam Pasal 77 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang sejalan dengan ketentuan
yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan.
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham dalam prakteknya, yang dibuat
di hadapan Notaris, dimana penandatanganan yang dilakukan oleh semua peserta
Rapat Umum Pemegang Saham tidak menjadi mutlak, tetapi cukup hanya
ditandatangani oleh ketua atau salah seorang peserta rapat dan Notaris yang
bersangkutan. Namun demikian, Notaris yang bersangkutan itu hadir untuk
menyaksikan dan mendengarkan secara langsung jalannya Rapat Umum Pemegang
Saham, yang di dalam penyelenggaraannya rapat tersebut terdapat agenda rapat yang
dituangkan ke isi dari seluruh berita acara tersebut adalah merupakan laporan dan
pernyataan dari Notaris terhadap segala sesuatu yang disaksikan dan didengarnya
secara langsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham, yang diadakan pada hari,
tanggal, waktu, dan tempat yang telah disebutkan dalam Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham, dan juga Notaris yang hadir dalam rapat itu
harus
menerangkan bahwa para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum
menandatangani akta itu.
Universitas Sumatera Utara
64
Notulen/Risalah yang dibuat Notaris disebut berita acara. Cara ini dipilih
oleh direksi dan/atau pemegang saham perseroan apabila agenda RUPS Tahunan
tidak hanya membahas dan memutuskan hal-hal yang hanya berlaku di dalam
lingkungan Perseroan sendiri, tetapi juga memutuskan hal-hal yang harus dimintakan
persetujuan dari atau harus dilaporkan dan diberitahukan kepada Menteri sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
2. Akta Pernyataan Keputusan Rapat
Rapat Umum Para Pemegang Saham Luar Biasa PT Multi Megah Mandiri,
yang berkedudukan hukum di Jakarta, ini yang dibuat dihadapan Irsal Bakar,
Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, pada tanggal 14 (empat belas) Maret tahun 2003
(dua ribu tiga) nomor 3, sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat nomor 35, tertanggal 12 (dua belas) Mei 2008
(dua ribu delapan) yang dibuat di hadapan Erliani, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta,
tentang perubahan anggaran dasar PT. Multi Megah Mandiri, dan telah mendapat
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dengan
Surat Keputusannya pada Nomor AHU-46458.AH.01.02 Tahun 2008 tertanggal 31
(tiga puluh satu) Juli 2008 (dua ribu delapan), dan terakhir diubah dengan Akta
Pernyataan Keputusan Rapat nomor 54, tertanggal 15 (lima belas) Desember 2008
(dua ribu delapan) yang dibuat di hadapan Zainal Abidin, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta, yang anggaran dasarnya terakhir ini telah disesuaikan dengan Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
65
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang terdapat dalam Akta
Pernyataan Keputusan Rapat nomor 35, tertanggal 12 (dua belas) Mei 2008 (dua ribu
delapan), ini telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan
Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar
perseroan itu merupakan akta notariil, namun isi dari akta tersebut tetap merupakan
risalah yang dibuat di bawah tangan, seperti halnya akta penyimpanan (akta depot).
Menurut Tan Thong Kie, dalam akta penyimpanan (akta depot), jika akta yang
disimpan adalah akta di bawah tangan, maka akta itu setelah disimpan tetap sebagai
akta di bawah tangan, sedangkan akta penyimpanannya adalah akta otentik.50
Berbeda dengan perubahan Anggaran Dasar perseroan yang dilakukan melalui
Akta Risalah Rapat, serta pada perubahan Anggaran Dasar perseroan yang dilakukan
melalui Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar
perseroan yang didasarkan atas risalah rapat yang dibuat di bawah tangan,
berdasarkan atas Rapat Umum Pemegang Saham dari perseroan yang menghasilkan
keputusan untuk melakukan perubahan terhadap Anggaran Dasar perseroan yang
tidak dihadiri oleh Notaris.
Kemudian, dalam tata cara tanpa kehadiran Notaris, seperti yang tersebut di
atas, maka akta notaris yang dihasilkan merupakan akta dari golongan partij akta atau
akta pihak, sebab adanya kedatangan kuasa dari Perseroan Terbatas tersebut ke
50
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Buku 1, Cetakan ke-2,
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000, hal. 268.
Universitas Sumatera Utara
66
hadapan Notaris yang menghendaki dibuatnya risalah (notulen rapat) dalam akta
notaris, yaitu: akta yang dikenal sebagai Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai
Perubahan Dasar Perseroan Terbatas.
Perubahan Anggaran Dasar perseroan yang dilakukan melalui Akta
Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar perseroan yang
didasarkan atas risalah rapat yang dibuat di bawah tangan, yang berdasarkan pada
Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
yang berbunyi sebagai berikut:
“Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di
luar Rapat Umum Pemegang Saham dengan syarat semua pemegang saham
dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usul
yang bersangkutan.”
Cara demikian dikenal dengan cara “sirkuler”, di mana cara ini berdasarkan
Penjelasan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “pengambilan keputusan
di luar Rapat Umum Pemegang Saham”, yang dalam praktik, dikenal dengan usul
keputusan yang diedarkan (circular resolution). Kemudian, pengambilan keputusan
seperti ini dilakukan tanpa diadakan Rapat Umum Pemegang Saham secara fisik,
tetapi keputusan diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan
diputuskan kepada semua pemegang saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis
oleh seluruh pemegang saham. Sedangkan, yang dimaksud dengan “keputusan yang
mengikat” adalah keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
Universitas Sumatera Utara
67
Kedua tata cara pengambilan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
tersebut di atas, baik yang berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham di bawah
tangan maupun cara “sirkuler”, Notaris hanya menerima risalah (notulen rapat atau
sirkuler) yang memuat tentang keputusan rapat yang diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (yang dilakukan dengan 2 (dua) cara tersebut), yang telah
diselenggarakan tanpa kehadiran Notaris. Risalah (notulen rapat atau sirkuler)
yang demikian, disebut sebagai risalah rapat yang dibuat di bawah tangan.
Risalah rapat yang dibuat di bawah tangan tersebut, kemudian dibawa oleh
seseorang dari perseroan yang bersangkutan yang bertindak berdasarkan kuasa yang
diberikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham ke hadapan Notaris. Pada umumnya,
selain risalah rapat dan surat kuasa tersebut, maka Notaris harus meminta
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perseroan, terutama akta pendirian dan
akta-akta perubahan Anggaran Dasar perseroan di samping Daftar Hadir dari
Pemegang Saham yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang
menghasilkan risalah rapat tersebut. Apabila Notaris telah merasa yakin mengenai
keabsahan dokumen-dokumen formalitas, penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang
Saham yang sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan kuasa yang diberikan
(jika ada), maka untuk selanjutnya risalah rapat yang dibuat di bawah tangan tersebut
dapat dituangkan ke dalam bentuk akta notaris yang disebut dengan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat mengenai Perubahan Anggaran Dasar perseroan.
Universitas Sumatera Utara
68
Cara demikian, risalah rapat yang dibuat di bawah tangan, lalu dituangkan
dalam bentuk akta notaris, maka akta notaris yang dihasilkan merupakan akta dari
golongan partij akta atau akta pihak, sebab adanya kedatangan kuasa dari Perseroan
Terbatas tersebut yang datang ke hadapan Notaris yang menghendaki dibuatnya
risalah (notulen rapat atau sirkuler) dalam akta Notaris.
Apabila demikian motivasinya, maka alasan tersebut sekiranya kurang tepat,
mengingat bahwa Notaris adalah seorang pejabat umum yang mendapat kepercayaan
Undang-Undang dan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf (e) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang secara tegas disebutkan bahwa Notaris
berkewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya, serta
segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta yang sesuai dengan sumpah
jabatan yang ditetapkan dalam ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Selepas dari motivasi dari pihak-pihak yang berkepentingan, maka pembuatan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar perseroan
yang keberadaannya itu telah memberikan peran penting bagi eksistensi suatu
Perseroan Terbatas sebagai pelaku ekonomi yang menunjang perkembangan
perekonomian di Indonesia. Sebagai penegasan keberadaannya, Departemen
Kehakiman Republik Indonesia Nomor: C-UM, 01.10-2, tertanggal 12 April 1996,
yang ditujukan kepada seluruh Notaris di Indonesia dalam perihal perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
69
Berdasarkan surat dari Departemen
Kehakiman Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan Nomor: C-UM, 01.10-2,
tertanggal 12 April 1996, dikenal 2 (dua) macam Akta Pernyataan Keputusan Rapat,
yaitu :
(1). Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), yang dibuat berdasarkan
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) notariil, dan
(2). Akta Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), yang dibuat berdasarkan Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di bawah tangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, dikatakan bahwa akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar ini bisa
dibuat secara notariil maupun di bawah tangan, yang diatur sesuai dengan ketentuan
yang terdapat pada Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Dalam Surat Petunjuk tersebut, dinyatakan agar perubahan Anggaran Dasar
atas Akta Pendirian atau Akta Perubahan Anggaran Dasar, apabila risalah rapat
dibuat secara di bawah tangan, maka perubahan tersebut dilangsungkan melalui
2 (dua) akta, yaitu :
(1). Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran
Dasar perseroan yang harus disetujui oleh Menteri Kehakiman, dan
(2). Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran
Dasar perseroan yang cukup dilaporkan.
Universitas Sumatera Utara
70
Berdasarkan Surat Petunjuk tersebut, dapat disimpulkan bahwa Menteri
telah mengeluarkan kebijakan yang memperjelas kedudukan akta perubahan
Anggaran Dasar dalam bentuk Akta Pernyataan Keputusan Rapat. Hal tersebut
dipertegas pula dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia tentang M-01-HT.01-10 Tahun 2007 tentang tata cara pengajuan
permohonan pengesahan badan hukum dan persetujuan perubahan anggaran dasar,
penyampaian pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan perubahan data perseroan
dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, juncto Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : C-01.HT.01.01. Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan
Pengesahan Akta Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar
perseroan, juncto Nomor : C-01.HT.01.04 Tahun 2003 tentang Tata Cara
Penyampaian Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas juncto
Nomor : C-03.HT.01.04 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan
Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
Dalam Pasal 1 angka (2) Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indobesia
Nomor : C-01.HT.01.01. Tahun 2003, terdapat pernyataan: “Akta perubahan
Anggaran Dasar adalah akta perubahan yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
Universitas Sumatera Utara
71
berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham …,” dan pada Pasal 1 dari
Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-01.HT.01.04. Tahun 2003,
dan Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-03.HT.01.04. Tahun 2003,
terdapat pernyataan : “Akta perubahan Anggaran Dasar adalah akta perubahan yang
dibuat dihadapan Notaris berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham ….”
Setelah pembuatan akta perubahan, baik dalam bentuk Akta Risalah Rapat
maupun Akta Pernyataan Keputusan Rapat mengenai perubahan Anggaran Dasar
perseroan, seperti halnya dalam pengajuan permohonan pengesahan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, serta selanjutnya permohonan persetujuan dan/atau pelaporan atas
perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tersebut, dilakukan pula melalui
proses jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik
kepada Menteri dengan mengisi format isian, yang harus didahului dengan
pengajuan nama Perseroan, yang diatur dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, serta sebaiknya
juga didaftarkan pula ke dalam Daftar Perusahaan, sesuai dengan prosedur ataupun
tata cara yang diatur dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
72
3. Risalah Rapat
Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat secara di bawah
tangan ini disebut dengan Notulen Rapat atau Risalah Rapat. Cara ini digunakan oleh
direksi sebagai penerima kuasa dan/atau pemegang saham perseroan, apabila di
dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham, hanya membahas dan memutuskan
hal-hal yang terjadi di dalam lingkungan perseroan sendiri, dan keputusan-keputusan
dari Rapat Umum Pemegang Saham itu tidak memerlukan persetujuan dari atau harus
dilaporkan atau diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, sehingga menurut pertimbangan dari direksi dan/atau pemegang
saham perseroan terhadap notulen atau risalah rapat umum pemegang saham tersebut,
tidak harus berbentuk akta otentik. Jadi, keputusan rapat yang diputuskan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham, yang diselenggarakaan tanpa kehadiran Notaris,
dengan demkian, disebut dengan risalah rapat yang dibuat di bawah tangan, karena
pengambilan keputusan seperti ini dilakukan tanpa diadakan Rapat Umum Pemegang
Saham secara fisik, tetapi keputusan diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis
tentang usul yang akan diputuskan kepada pemegang saham, dan usul tersebut
disetujui secara tertulis oleh pemegang saham, yang dalam praktik, dikenal dengan
usul keputusan yang diedarkan (circular resolution) atau disebut dengan cara sirkuler.
Akta Risalah Rapat adalah merupakan partij akta, dan pada akta yang
demikian itu kebenaran atas keterangan-keterangan dari para pihak tersebut, yang
hanya pastinya di antara pihak-pihak itu sendiri, sedangkan dalam hal terjadi
sengketa, maka kebenaran tersebut terhadap pihak ketiga, memerlukan pembuktian
materiil yang diserahkan kepada pertimbangan dan keputusan hakim.
Universitas Sumatera Utara
73
Isi Notulen atau Risalah RUPS tersebut selain memuat tentang hal yang
disepakati dalam RUPS melalui media elektronik, dan juga memberikan kuasa
kepada Dewan Direksi atau Direktur Utama, selaku pimpinan rapat, yang untuk
selanjutnya mengaktekan Notulen atau Risalah Rapat tersebut, apabila hal ini
dianggap perlu. Tetapi, apabila tidak diperlukan untuk membuat akta berdasarkan
Notulen atau Risalah Rapat, maka Notulen atau Risalah RUPS itu tetap merupakan
arsip atau dokumen perusahaan yang dapat dianggap sebagai alat bukti tentang
pelaksanaan rapat dalam perusahaan yang bersangkutan. Ketentuan itu diatur dalam
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
sejalan dengan ketentuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997
tentang Dokumen Perusahaan.
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang
Dokumen Perusahaan, dikatakan bahwa :
Dokumen Perusahaan adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang dibuat
dan/atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik
tertulis di atas kertas atau sarana lain, maupun rekaman dalam bentuk corak apa pun
yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar.
Dokumen Perusahaan itu terdiri dari dokumen keuangan dan dokumen
lainnya. Dokumen lainnya ini adalah hal-hal lain yang tidak terkait langsung dengan
dokumen keuangan yang terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan
yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan, dan di dalam penjelasan dari ketentuan
tersebut adalah RUPS, Akta Pendirian, dan Akta Otentik lainnya yang mengandung
kepentingan hukum tertentu.51
51
Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 107-108.
Universitas Sumatera Utara
74
Notulen atau Risalah Aturan mengenai Notulen/Risalah RUPS ditegaskan
dalam Pasal 90 UUPT Nomor 40 tahun 2007, yakni52 :
a) Setiap penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan ditandatangani
oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang
ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
b) Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disyaratkan
apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan Akta Notaris.
Berpedoman pada Pasal 9 Nomor 40 Tahun 2007 tersebut di atas, Risalah RUPS
dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu53 :
a) Secara di bawah tangan (underhand) yang dibuat dan disusun sendiri oleh
direksi perseroan.
b) Secara akta notaris (akta otentik) yang dibuat dan disusun oleh notaris.
a) Secara di bawah tangan (underhand)
Dalam prakteknya risalah RUPS yang dibuat secara di bawah tangan bisa
disebut notulen atau risalah. Cara ini dipilih oleh direksi dan/atau pemegang
saham perseroan apabila agenda RUPS tahunan hanya membahas dan memutuskan
hal-hal yang dianggap hanya berlaku di dalam lingkungan perseroan sendiri,
dan keputusan-keputusan dari RUPS tersebut tidak memerlukan persetujuan dari
atau harus dilaporkan atau diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonseia, sehingga menurut pertimbangan Direksi dan/atau para
pemegang saham Perseroan Notulen/Risalah RUPS tersebut tidak harus berbentuk
akta otentik.54
52
Pasal 90, Ibid.
Op.Cit, hal. 40.
54
Ibid
53
Universitas Sumatera Utara
75
b) Penandatangan dengan Akta Notaris
Notulen/Risalah yang dibuat Notaris disebut berita acara. Cara ini dipilih
oleh direksi dan/atau pemegang saham perseroan apabila agenda RUPS Tahunan
tidak hanya membahas dan memutuskan hal-hal yang hanya berlaku di dalam
lingkungan Perseroan sendiri, tetapi juga memutuskan hal-hal yang harus dimintakan
persetujuan dari atau harus dilaporkan dan diberitahukan kepada Menteri sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
D. Sifat dan Hakikat Akta Pernyataan Keputusan Rapat Mengenai Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas
Pada PT. Multi Megah Mandiri
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang berbunyi sebagai berikut :
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”
Hubungan hukum yang berlaku dalam pendirian perseroan ini, dikuasai oleh
hukum perjanjian yang terdapat dalam pengertian Pasal 1313 KUHPerdata,
yang menyatakan bahwa :
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Universitas Sumatera Utara
76
Menurut Ratnawati Prasodjo,55 yang ditinjau dari prinsip hukum perjanjian,
maka untuk mendirikan badan hukum perseroan harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Adanya 2 (dua) orang atau lebih untuk mendirikan perseroan (“orang”),
dalam arti: orang perseorangan atau badan hukum), yang diatur dalam
[Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas];
b. Ada pernyataan kehendak dari pendiri untuk persetujuan mendirikan
perseroan;
c. Kewajiban setiap pendiri mengambil bagian saham pada saat perseroan
didirikan, yang diatur dalam [Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas].
Pendapat Ratnawati Prasodjo tersebut di atas, maka dapat diartikan bahwa
selain ketentuan dalam Pasal 1313 KUHPerdata telah terpenuhi, dimana dalam
pendirian suatu Perseroan Terbatas harus pula memenuhi syarat sahnya suatu
perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat, yang diatur pada Pasal 1320 KUHPerdata,
yaitu: (1). Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, (2). Kecakapan untuk membuat
suatu perikatan, (3). Suatu hal tertentu, dan (4). Suatu sebab yang halal. Hal ini
dilakukan agar perjanjian pendirian perseroan tersebut mempunyai akibat hukum.
55
Ratnawati Prasodjo, “Pokok-pokok Pembaharuan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan
Perbandingannya dengan KUHD.” (Makalah disampaikan pada Saresehan Menyonsong Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Jakarta, 17 Mei 1995), hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
77
Untuk syarat sahnya mendirikan suatu Perseroan Terbatas, maka para pendiri harus
sepakat dalam arti terdapat kesesuaian kehendak dan adanya pernyataan dari
masing-masing pendiri tanpa paksaan, tipuan, keliru, maupun penyalahgunaan
keadaan dari pihak lain. Para pendiri harus cakap hukum untuk melakukan tindakan
hukum tersebut, serta adanya suatu hal tertentu yaitu: tujuan dari pendirian Perseroan
Terbatas itu yang tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban
umum, dan kesusilaan. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka Akta
Pendirian Perseroan Terbatas ini dapat dikatakan cacat hukum karena tidak
terpenuhinya syarat materiil pendirian Perseroan Terbatas.
Menurut Herlien Budiono, pernyataan keikutsertaan para pendiri dalam
perseroan itu mempunyai tujuan yang bersifat searah, yaitu: suatu hubungan
keanggotaan antara perseroan dan para pendiri yang menimbulkan hak sebagai
pemegang saham dan kewajiban yang diberikan oleh perseroan kepada para
pendirinya, dan bukan hak dan kewajiban di antara para pendiri yang bersangkutan.56
Hubungan perseroan dengan pemegang saham tersebut bukan suatu hubungan
perjanjian atau kontraktual, namun demikian lepas dari penyimpangan tersebut,
maka ketentuan umum dari hukum perjanjian, sekiranya telah sesuai dengan sifat
perjanjian pendirian suatu Perseroan Terbatas. Hal yang sama adalah bahwa
Perseroan Terbatas ini didirikan oleh lebih dari 1 (satu) orang yang menyatakan
56
Herlien Budiono, “Pendirian Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995,”
(Makalah disampaikan pada Saresehan Menyongsong Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas, diselenggarakan oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia
bekerja sama dengan Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta, 17 Mei 1995), hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
78
sepakat untuk mendirikan suatu Perseroan Terbatas, dan dalam hal ini Undang-Undang
Perseroan Terbatas telah mempertahankan prinsip bahwa pada dasarnya sebagai
badan hukum, maka perseroan itu dibentuk berdasarkan perjanjian dan mempunyai
lebih dari 1 (satu) orang pemegang saham.
Berkuasanya hukum perjanjian dalam pendirian suatu Perseroan Terbatas,
maka pembuatan Akta Pendirian menjadi berbentuk partij akta atau akta pihak, di
mana para pendiri datang bersama-sama atau diwakili oleh kuasanya yang
menghadap kepada Notaris dan menyatakan maksudnya untuk mendirikan suatu
Perseroan Terbatas.
Selama Perseroan Terbatas belum mendapat pengesahan dan berarti belum
memperoleh status badan hukum, maka hubungan-hubungan hukum dalam Perseroan
Terbatas masih dikuasai oleh hukum perjanjian. Konsekuensi logis dari hal tersebut
adalah bahwa segala perubahan atas Anggaran Dasar itu harus memenuhi unsur-unsur
dan syarat sahnya perjanjian. Perubahan demikian ini harus dilakukan dengan akta
perjanjian biasa di antara para pendiri Perseroan Terbatas tersebut, sehingga dengan
demikian, sama halnya dengan Akta Pendirian, maka akta perubahan tersebut dibuat
dan merupakan partij akta atau akta pihak.
Setelah Perseroan Terbatas telah memperoleh status badan hukum, yang
menurut Rudhi Prasetya, maka hubungan dalam Perseroan Terbatas tidak lagi
dikuasai oleh hukum perjanjian, yang terdapat dalam pengertian yang diatur dalam
Pasal 1313 KUHPerdata, melainkan dikuasai oleh hukumnya sendiri (yaitu : hukum
perseroan mengenai Perseroan Terbatas). Pandangan inilah yang dinamakan
Universitas Sumatera Utara
79
“paham institusional”.57 Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas yang mengatur
tentang hal tersebut, terdapat pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
beserta penjelasannya, yang menyatakan bahwa terhadap perseroan yang berlaku
adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar perseroan, dan
peraturan perundang-undangan lainnya dalam pengertian peraturan yang berkaitan
dengan keberadaan dan jalannya perseroan, termasuk ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam KUHPerdata, sepanjang tidak dicabut atau ditentukan lain oleh
Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 75 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dalam hal suatu Perseroan Terbatas
yang telah berstatus badan hukum, maka segala kebijakan yang diambil oleh
Perseroan Terbatas tersebut harus diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham
sebagai organ yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam Perseroan Terbatas yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas tersebut. Dengan demikian, dalam melakukan suatu perubahan terhadap
Anggaran Dasar, maka prosedurnya harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam Anggaran Dasar, baik tata cara penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Saham, korum kehadiran, maupun korum keputusan dalam mengambil
keputusan dalam suatu rapat, dan tidak lagi diperlukan adanya kata sepakat,
57
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas : Disertai dengan Ulasan Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, Cetakan ke-2, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1995, hal. 165.
Universitas Sumatera Utara
80
tetapi cukup melalui pemungutan suara (voting), yang memperlihatkan bahwa
hubungan-hubungan hukum dalam Perseroan Terbatas yang telah menjadi badan
hukum yang didasarkan atas dasar “institusi”.58
Dalam Rapat Umum Para Pemegang Saham Luar Biasa PT Multi Megah
Mandiri, yang berkedudukan hukum di Jakarta Utara, ini yang dibuat di hadapan
Zainal Abidin, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, telah diadakan Rapat Umum Para
Pemegang Saham Luar Biasa, pada tanggal 15 (lima belas) Juli tahun 2010 (dua ribu
sepuluh), pukul 16.00 WIB (enam belas Waktu Indonesia Barat), bertempat di Kantor
Pusat Perseroan, di Jakarta Utara, yang dimana hal ini diatur pada Pasal 15 ayat (1)
huruf (g) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 20,
tertanggal 16 (enam belas) Juli 2010 (dua ribu sepuluh), tentang perubahan anggaran
dasar PT. Multi Megah Mandiri, dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dengan Surat Keputusannya pada Nomor
AHU-46458.AH.01.02 Tahun 2008 tertanggal 31 (tiga puluh satu) Juli 2008 (dua ribu
delapan), dan terakhir diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 54,
tertanggal 15 (lima belas) Desember 2008 (dua ribu delapan) yang anggaran
dasarnya terakhir ini telah disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, yang di dalam Akta Penyataaan Keputusan Rapat itu
58
Ibid., hal. 122.
Universitas Sumatera Utara
81
menerangkan adanya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi
dan Komisaris Perseroan, yang sebagaimana hal ini diatur dalam Pasal 15 ayat (1)
huruf (h) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Penyelenggaraan rapat umum pemegang saham itu membicarakan mengenai
hal-hal yang terjadi dan diputuskan dengan suara bulat, dan semua keputusan
yang diambil dalam rapat itu, tercantum dalam Notulen Berita Acara Rapat Umum
Para Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan, yang di dalam penyelenggaraan
rapat ini telah disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 10 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tentang anggaran
dasar perseroan, dan korum yang disyaratkan untuk Rapat tersebut telah terpenuhi
dan Rapat tersebut adalah sah, serta berhak penuh untuk mengambil keputusan yang
sah dan mengikat.
Kemudian, pada Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, yang menyebutkan bahwa perubahan Anggaran Dasar
harus ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, di mana korum untuk
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengubah Anggaran Dasar,
terdapat pada Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang disebutkan bahwa adalah sah apabila dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit
2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
82
Penyelenggaraan setiap Rapat Umum Pemegang Saham, yang diatur pada
Pasal 90 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, yang mewajibkan untuk dibuatnya
risalah (notulen rapat) yang dibubuhi tanda tangan oleh ketua rapat dan paling sedikit
1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta Rapat Umum
Pemegang Saham. Demikian pula, halnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham
yang akan mengadakan perubahan Anggaran Dasar perseroan, baik perubahan yang
harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia maupun perubahan yang cukup dilaporkan, yang diatur sesuai dengan
ketentuan yang terdapat pada Pasal 21 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Download