RUSLAN ISHAK AZHARI/TAMBANG CEO Irfan Setiaputra Presiden Direktur PT Cipta Kridatama (CK) MENUAI HASIL DARI COST LEADERSHIP Berlatar belakang informatika, tapi kini banyak berkiprah di dunia pertambangan. Terus melakukan efisiensi. Berasumsi pada 2015 krisis belum berakhir. Wawancara dengan CEO Cipta Kridatama, Irfan Setiaputra. K etika menyebut nama Irfan Setiaputra, orang langsung mengasosiasikan namanya dengan industri Informasi dan Telekomunikasi. Maklum saja, alumnus Informatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini banyak menghabiskan kariernya di sektor telekomunikasi dan informasi. Hampir empat tahun terakhir, ia memutar kemudi ke sektor yang yang berbeda, pertambangan. Dimulai ketika menjadi Chief Executive Officer (CEO) PT Titan Mining, sebuah perusahaan tambang pada 2012 hingga 2014. Sejak Juni 2014, ia bergabung dengan 58 Edisi April 2015/Th. X PT Cipta Kridatama (CK), perusahaan kontraktor pertambangan, sebuah unit bisnis ABM Group dan anak perusahaan Trakindo Group. Banyak yang mengatakan ia masuk ke sektor tambang di saat yang tidak tepat. Karena industri pertambangan sedang jatuh terpuruk. Tapi bagi bapak 2 anak ini, justru kepemimpinannya diuji pada kondisi yang sulit seperti sekarang. ”Kalau kondisi pertambangan lagi bagus, siapa pun saya kira bisa. Ini tantangan bagi saya,” ucapnya. Industri pertambangan menurutnya relatif lebih stabil dibandingkan dengan industri telekomunikasi dan informasi, juga dari sisi perubahan dan inovasi. Di IT, usia sebuah produk relatif sangat pendek. Inovasi harus terus dilakukan. Jika kita tidak melakukan perubahan, maka orang lain yang akan melakukannya. Sementara di pertambangan, meskipun ada inovasi dan perubahan, relatif tidak secepat itu. Saat masih di perusahaan IT, yang setiap hari kerap terbayang di benaknya adalah apakah perusahaan yang dipimpinnya masih tetap ada besok atau justru sudah bangkrut bahkan tutup. Bangun setiap pagi dengan bayangan hari ini masih bisa bekerja atau justru akan dipecat. Paranoia ini tetap terbawa sampai sekarang. Namun hal itu justru membantunya untuk terus berpikir, melakukan pengembangan bisnis portofolio sehingga peru- CEO sahaan tetap survive, bertumbuh dan memberi manfaat yang jauh lebih besar. Di bawah kendali pria yang sebentar lagi menjadi kakek ini, CK menyiapkan beberapa pengembangan bisnis, baik di sektor pertambangan maupun non-pertambangan. Di 2013, CK mulai percaya diri masuk ke sektor Konstruksi. Sedangkan 2015, segudang rencana dan pengembangan akan segera diwujudkan. Menariknya, di tengah kondisi pertambangan yang lesu dan banyak perusahaan sejenis lainnya bertumbangan sampai harus melego alat-alatnya, CK justru kekurangan alat. Tawaran proyek terus berdatangan. Bukan oleh perusahaan tambang baru, tetapi tambang lama yang sudah eksis dan sebelumnya sudah memiliki kontraktor pertambangan. ”Biarlah waktu yang akan membuktikan, apakah kehadiran saya bisa memberi nilai lebih, bagi perusahaan atau tidak,” demikian ucapnya. Alasan masuk ke sektor konstruksi? Meski kita masuk ke sektor konstruksi, namun konstruksinya lebih spesifik yang berkaitan dengan kompetensi kita. Kita tidak masuk ke konstruksi bangunan atau gedung bertingkat, tapi lebih banyak ke earth moving, misalnya untuk pengerjaan jalan tol. Itupun posisi kita sebagai sub kontraktor untuk pengerjaan jalan tol, pemadatan jalan seperti pengerjaan yang biasa dilakukan untuk jalan tambang. Jadi sektor konstruksi yang kita kerjakan masih related dengan mining sector. Kenapa kita masuk ke sektor ini (konstruksi)? Karena disadari bahwa ketika kita menjalankan bisnis, kita tidak bisa hanya bertumpu pada satu sektor. Kalau kita hanya mengandalkan sektor batu bara, dengan harga yang terus terjun bebas, maka perusahaan akan bermasalah. Jadi kita coba mengembangkan portofolio baru, supaya lebih sustain ke depannya. Dasarnya seperti itu. Dan ini memang sengaja disiapkan. Tahun 2013, bisnis sektor konstruksi sudah jalan. Itu merupakan warisan pendahulu sebelum saya dan saya sepakat dengan ide itu. CK juga mencoba untuk masuk ke sektor pertambangan non batu bara. Memang kondisi pertambangan saat ini bisa dikatakan kurang beruntung, dengan berbagai aturan dan regulasi baru sehingga sektor pertambangan, khususnya mineral, turut menghadapi persoalan dan masalah. Tapi buat saya, ini tantangan baru. Kemudian kita juga mulai jajaki ke pengerjaan yang memiliki mata rantai dengan kegiatan pertambangan, misalnya untuk pengerjaan hauling. Selama ini, fokus kita hanya ke tambang, haulingnya kita lepas. Nah kita mulai masuk, karena erat keterkaitannya dengan mata rantai pertambangan. Sekarang masih tahap penjajakan awal. Kalau saya prinsipnya, jika orang lain bisa, kita juga bisa. Jadi CK punya dua unit bisnis, Mining dan Construction. Kalau diprosentase, seberapa besar proyek untuk konstruksi? Konstruksi masih kecil, baik dari sisi budget maupun revenue. Masih di bawah 5%. Bisa dibilang masih bayi. Tetapi kita harap, revenue sudah bisa mencapai 10%, karena sudah berjalan hampir dua tahun, sudah waktunya. Kalau tidak bisa, mungkin memang tidak mampu di situ. Apa yang menjadi kekuatan CK di sektor konstruksi? Sebenarnya, kita punya pengalaman di mining. Di mining, sejak waktu awal sudah ada perhitungan soal produktivitas, kompleksitas dan kerjanya 24 jam. Jadi dari sisi pengoperasian alat dan aktivitas sudah jagonya dibanding para pemain lain yang masih minim pengalaman di tambang. Lalu kita punya back-up dari Trakindo dan Catterpilar. Banyak pemain di konstruksi mengakui hal ini. Mereka sadar kualitas produk dari Trakindo maupun Catterpilar lebih baik dibandingkan lainnya. Jadi ini semacam ada jaminan. Pengalaman beberapa pemain di sektor konstruksi, karena proyeknya umumnya short term, jadi banyak yang memilih metode rental alat. Memang dari sisi kontraktor lebih aman, tetapi pemilik proyek, merasa kurang nyaman, karena persoalan kualitas alat, apalagi kalau ada kerusakan dan sebagainya. Dari pengalaman selama setahun ini, customer mengakui kualitas pekerjaan kita secara keseluruhan cukup bagus. Kalau di sektor tambang sendiri, seperti apa? Per hari ini, semua tambang yang kita kerjakan tahun lalu masih bejalan dengan baik. Memang ada yang melakukan inisiatif penurunan produksi, tetapi secara keseluruhan masih berjalan. Jadi plus minus dibanding 2013, tidak terlalu berbeda jauh. Kalau dari sisi kinerjanya seperti apa? Kalau dari sisi kinerja operasional, yang related dengan apa yang kita kerjakan di 2014, dari sisi revenue memang turun. Karena rasanya semua mengalami itu. Target yang dicanangkan 2014 tidak tercapai. Tetapi dari sisi profit, justru membaik. Hal ini karena banyak melakukan inisiatif efisiensi. Jadi profit itu sama dengan revenue dikurangi cost. Revenue turun, cost kita turun. Jadi itu logika bisnis biasa. Kalau dari sisi kinerja operasional, kita membaik dibanding 2013, produktivitas naik 103% dan kita bisa melakukan penghematan fuel hingga 26%. Apakah ada rencana revisi target di 2015? Ini menarik karena tanda-tanda 2015, sudah ketahuan di 2014. Kalau 2014, orang masih berharap akan ada RUSLAN ISHAK AZHARI/TAMBANG Edisi April 2015/Th. X 59 CEO perubahan, setelah menyaksikan kondisi di 2013. Tapi klimaksnya justru di 2014. Jadi 2015, kita mencoba lebih rasional. Tahun ini, kita canangkan kondisi belum membaik. Tapi kita tetap canangkan adanya peningkatan produksi dibanding 2014, sekitar 15%, meskipun revenue mengalami penurunan. Yang kita lakukan di akhir 2014 dengan seluruh klien adalah melakukan penurunan rate. Logikanya sederhana saja. Kalau kita tidak mau menurunkan rate, maka pemilik tambang akan menghadapi masalah. Padahal kita tahu, harga atau cost kita sebenarnya mayoritas cost pemilik tambang. Dengan penurunan harga batu bara, maka margin-nya akan turun. Kalau cost owner sama dan profit menurun, maka profit pasti akan terus menipis atau bahkan malah minus. Kalau minus, maka pilihan yang paling bijak bagi owner adalah, stop produksi. Ketika pemilik tambang mengatakan berhenti, kita tidak saja kehilangan customer, tetapi juga kehilangan pendapatan. Karena itu, diskusi yang kita lakukan dengan pemilik tambang adalah, bagaimana rate bisa disesuaikan dengan income mereka. Dengan demikian, baik dari sisi revenue dan profit tetap stabil, produksi bisa meningkat. 2015 kita canangkan tahun survivale, sustainability dan cost leadership. Dengan kondisi harga batu bara yang terus terjerembab, kalau kita mau bertahan, maka mau gak mau harus menurunkan rate. Meski dengan itu akan menurunkan profitabilitas kita. Tapi sesungguhnya tidak terlalu bermasalah kalau kita menekan cost. Karena itu, kita mencanangkan cost leadership. Menurut saya, efisiensi atau cost leadership itu limitnya gak terbatas. Itu hanya soal bagaimana mindset kita dalam mengelola bisnis dengan tanpa mengurangi kualitas. Memang ngomongnya gampang, tetapi aplikasinya sangat menantang. Berdasarkan pengalaman di 2014, saya cukup opti- 60 Edisi April 2015/Th. X mis. Contoh yang sederhana misalnya, bagaimana kita lihat produktivitas dan utilisasi alat. Kita lihat standar yang kita punya kemudian mencoba membandingkan dengan standar di tempat lain. Misalnya, kalau alat jalan rata-rata 18 Km/jam, kita coba dinaikkan menjadi 22 Km/jam. Kalau itu bisa dilakukan, bisa menghemat pemakaian fuel. Kita juga melakukan negosiasi dengan distributor solar. Kemudian kita memanfaatkan teknologi. Misalnya ke di site milik TIA, di tengah site kita pasang broadband, jadi kita bisa monitor alat real time. Teknologi ini kita aplikasikan di hampir semua site, dan itu cukup signifikan terhadap efisiensi. Langkah lain misalnya kita menjalin kerjasama dengan perusahaan untuk memasang alat yang menjaga pergerakan mesin tiap menit (rotation per minute/RPM). Semua operator, pada waktu start cenderung menekan gas full, otomatis RPM naik. Peningkatan RPM dengan kecepatan truk tidak sejalan. Peningkatan RPM akan membakar solar yang tidak perlu. Karena itu kita pasang alat yang bisa menahan RPM, jadi otomatis, gas tetap berada dalam posisi yang stabil. Kemudian kita juga sedang uji coba penggunaan gas. Awalnya masih hybrid, antara solar dan gas. Di atas kertas, harusnya bisa melakukan efisiensi, tetapi kenyataanya, belum tahu. Memang saat ini dengan kondisi harga minyak yang juga turun drastis, kita belum tau seberapa besar penghematan yang bisa dilakukan dengan menggunakan gas, apa sesignifikan yang kita bayangkan atau tidak. Kita sedang melakukan uji coba. Tahun lalu sudah ada beberapa truk yang dipasang, namun belum terlihat hasilnya. Semua masih pada level uji coba. Itulah beberapa hal kecil yang coba kita lakukan efisiensi. Karena kalau kita lihat komponen cost kita terdiri dari depresiasi, solar, maintenance, people dan overhead. Jadi yang kita coba lakukan terkait dengan hal itu adalah cost leadership. Berapa target dari efisensi yang dilakukan dari berbagai uji coba yang dilakukan? Begini, targetnya saya gak ngomong. Kalau kita lihat, indeks batu bara turun terus. Pada waktu indeks batu bara 67, kita sudah canangkan kalau harga batu bara 60 masih bisa bertahan, tambang di mana kita bekerja masih bisa bertahan. Sebulan lalu, saya sudah sampaikan, saya mau CK bertahan meski indeks 55. Artinya kita musti lakukan persiapan kalau harga batu bara sampai 55. Nah, masing-masing tambang ini kan, beda karakteristiknya. Kalau jual ke PLN, mungkin harga 55 atau 50 masih aman tahun ini, tetapi tahun depan belum tentu. Tetapi kalau yang fully ekspor ke Cina, sensitifitas terhadap fluktuasi indeks sangat besar. Kalau yang ke India tidak terlalu sensitif. Agak lebih mudah. Karena itu sangat penting kita memahami model bisnis tiap customer. Misalnya jual ke mana, berapa besar, caranya bagaimana, tradernya siapa dan sebagainya. Kita juga menjembatani beberapa customer untuk bicara dengan beberapa trader. Jadi it’s an open market, kita saling mendukung. Karena kita harapkan pemilik tambang bisa terus bekerja. Kita selalu coba diskusikan, apa yang bisa kita share ke pemilik tambang, termasuk soal teknis, supaya sama-sama bisa menekan cost. Kalau dulu, pemilik tambang jalan sendiri, kita jalan sendiri. CEO Apa implikasi dari Cost Leadership yang diterapkan? Jadi ketika bicara dengan klien, dari hanya sekedar kongkow, kita diskusi banyak di luar tambang. Niat awalnya sih hanya sekedar menjaga hubungan dengan customer, mencanangkan cost leadership, menurunkan cost. Ternyata dari pertemuan itu, membuka beberapa peluang baru. Dari pembicaraan santai itu, mereka bertanya ke kita, katanya CK bisa mengerjakan proyek dengan harga yang kompetitif. Akhir tahun kemarin, dapat banyak opportunity baru yang menarik. Mayoritas malah bukan tambang baru, tapi yang yang sudah eksis dan ada kontraktornya. Kontraktornya diajak bicara tidak mau, patokannya selalu pada kontrak yang sudah ditandatangani sebelumnya, gak fleksibel. Ternyata, itu menyebar ke mana-mana. Kita ada beberapa klien baru, bulan Juni ke atas mulai operation. Problemnya malah kita kekurangan alat. Jadi kalau saat ini ada kontraktor yang tetap beli alat, ya CK. Yang lain pada jualan alat, kita beli alat. Selain konstruksi sektor apa lagi yang coba dimasuki CK? Kita coba supply chain kita, dimana sebelumnya kita serahkan ke orang, sekarang kita masuki. Salah satu contohnya hauling. Kita juga lagi menjajaki kerja sama untuk consulting services. Tambang itu butuh jasa konsultasi. Kenapa tidak coba kita masuk, toh kita juga memiliki pengalaman. Walaupun mungkin disiplin consulting kita tidak punya. Jadi ke depannya, kita akan melakukan pengembangan, kerja sama dalam bentuk yang lebih luas. Kemudian juga kita mau coba masuk ke sektor mineral. Mineral itu selama ini sama sekali tidak disentuh. Saya tidak tau kenapa, selama ini full konsentrasi di batu bara. Dan kebetulan ada peluang iron ore, emas, dan nikel. Kita juga sedang menjajaki untuk masuk ke semen. Memang agak telat jika dibandingkan dengan kompetitor kita. Kita sedang ada penjajakan dengan perusahaan semen yang sudah eksis dan yang mau berdiri. Agak kaget juga, ternyata ada beberapa perusahaan semen yang mau berdiri dengan kapasitas besar di luar perusahaan semen yang sudah eksis. Hanya memang, business model di semen itu sedikit berbeda. Sistem kerja mereka tidak 24 jam seperti di tambang. Kita sedang bicarakan implikasi costnya. CK di bawah kepemimpinan Anda akan seperti apa? Waktu saya masuk, saat itu CK masih nomor 7, teman-teman berharap kalau bisa masuk tiga besar dengan kualitas. Ketika anda diminta memimpin suatu perusahaan, sudah jelas permintaan pemilik harus dilakukan, harus sustain, perusahaan ini musti tumbuh. Lalu, market size, market share dan profit musti naik. Sederhana saja. Masalahnya hal ini menantang dalam situasi saat ini. Saya mungkin bisa beralasan dalam situasi saat ini, saya tidak bisa menaikkan market share, profit dan sebagainya dengan menyalahkan kondisi eksternal, harga dan sebagainya Kalau sekedar mencari alasan, siapa saja bisa. Saya direkrut bukan untuk itu. CK harus tumbuh lebih besar, CK harus jadi pemain utama. Kalau sekarang nomor 7, jangan bangga. Kalau bisa ya nomor 1 atau 2, minimal nomor 3. Saya katakan ke teman-teman, cost akan saya turunkan seminimal mung- kin, kecuali karyawan. Itu komitmen, fundamental yang jelas. Karena buat saya, kalau kita sudah lakukan (pemecatan karyawan), artinya kita tidak tahu lagi cara lain atau tidak cukup kreatif cari penghematan di tempat lain. Memotong gaji dan sebagainya adalah cara yang paling gampang. Tetapi, keberadaan saya bukan untuk itu. Nanti saya zolim. Sebelum turun gaji, kita lihat yang lain yang bisa dihemat. Saya tidak minta karyawan untuk hidup susah. Saya hanya minta untuk tidak berlebihan, tidak menghambur-hamburkan yang sudah ada. Misalnya mobil operasional, selama ini misalnya, satu orang menggunakan satu mobil atau paling banyak dua orang, sekarang, satu mobil bisa dipakai empat atau lima orang. Memang, kontraktor seperti kita, sistem dibangun, saat harga batu bara di atas 100 dolar per ton. Hari ini halhal yang sebelumnya tidak diributkan dan, bukan menjadi perhatian untuk melakukan efisiensi, maka harus dilakukan. Alhamdulillah, teman-teman di CK sangat memahami dan kooperatif. Ada beberapa yang keberatan, itu biasa. Jadi saya berharap, di bawah kepemimpinan saya, CK lebih bagus, lebih solid dan lebih siap. Dari segi bisnis musti tumbuh dalam kondisi apapun. Bagaimana Anda melihat situasi ini? Ada yang bilang lo salah masuk. Menurut saya sih ini ada tantangannya. Ya, hadapi saja. Pengalaman saya berulang kali, ketika anda tidak tau harus ngapain, lakukan saja apa yang bisa dilakukan. Kadang ada pertolongannya juga. Dari Dunia Teknologi Informasi Irfan Setiaputra meraih gelar Sarjana Informatika dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1989. Sebelum ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Cipta Kridatama pada tahun 2015, beliau bergabung dengan CK sebagai Chief Executive Officer pada Juni 2014. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Chief Executive Officer PT Titan Mining (2012-2014), Presiden Direktur – CEO PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) (2009-2012), Country Manager - Managing Director PT Cisco Systems Indonesia (2002 – 2009), Managing Director PT Linknet Internet Access (2001-2001), Direktur Teknologi dan Pengembangan – COO PT LinkNet – Jakarta (2000-2001), Account Manager and Team Leader – Banking Industry IBM Indonesia – Jakarta (1996-2000), serta menjabat berbagai posisi manajerial di PT Bank Niaga – Jakarta dari tahun 1993 – 1995 dengan posisi terakhir sebagai System Integration and Planning – Manager Information & System Group. Selama masa karir profesionalnya, Irfan Setiaputra telah menerima berbagai penghargaan seperti Ganesa Wirya Jasa Utama 2013 dari Institut Teknologi Bandung, 10th Best CEO – Majalah SWA 2011, 11th Best CEO – Majalah SWA 2010, serta penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI – Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010. Edisi April 2015/Th. X 61