BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Opini audit going concern merupakan prediksi atau penilaian kelangsungan hidup suatu perusahaan yang diberikan oleh auditor. Keadaan dimana perusahaan dapat beroperasi atau menjalankan kegiatan usahanya dalam periode waktu yang akan datang dilihat dari segi finansial dan non finansial bahwa perusahaan tidak akan dilikuidasi dalam waktu dekat setelah diaudit oleh auditor. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini audit going concern (GCAO) merupakan opini audit dengan paragraf penjelas mengenai pertimbangan auditor bahwa terdapat ketidakmampuan perusahaan atas kelangsungan hidup dalam menjalankan operasinya pada masa yang akan datang (Rahayu dan Pratiwi, 2011:99). Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek (Hani et al. 2003). Para pengguna laporan keuangan biasanya menyebut opini audit going concern sebagai ramalan kelangsungan hidup perusahaan dimasa depan yang telah dikeluarkan oleh auditor. Auditor harus bertanggung jawab atas opini audit going concern yang dikeluarkan dan opini audit going concern tersebut harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena opini tesebut akan mempengaruhi para 1 2 pemakai laporan keuangan untuk menentukan keputusan dalam berinvestasi. Seringkali investor hanya melihat pada kondisi keuangan saja, misalnya profitabilitas atau return sehingga banyak investor yang kehilangan banyak investasinya karena tidak memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan yang dipilihnya (wijaya et al. 2009). Penilaian mengenai opini audit going concern suatu perusahaan merupakan suatu pekerjaan seorang auditor yang krusial karena auditor diwajibkan dapat menilai kemampuan suatu perusahaan untuk tetap beroperasi menjalan kegiatan usahanya melalui investigasi secara komprehensif yang berkaitan dengan temuan-temuan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan klien. Adanya masalah Self –fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007). Hal ini menjadi dilema bagi auditor, apakah auditor mengeluarkan opini going concern dan akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan, atau tidak mengeluarkan opini audit going concern namun, juga mengakibatkan pihak pengguna laporan keuangan tidak mengetahui kemungkinan kegagalan terhadap perusahaan tersebut. Kondisi perkonomian suatu Negara yang tidak sehat akan mengakibatkan banyak perusahaan-perusahaan yang gulung tikar, dengan adanya kejadian ini timbul kesadaran dari kalangan bisnis bahwa sangat pentingnya sebuah opini audit going concern oleh seorang auditor akurat (auditor Independen) dan dapat 3 mempertanggungjawabkan opininya kepada publik. Untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan penting adanya suatu opini audit yang akurat terkait dengan tingkat kesehatan suatu kegiatan usaha agar perusahaan dapat waspada terhadap dampak yang akan menyebabkan kebangkrutan. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Sussanto dan Aquariza, 2012:15). Pengeluaran opini audit going concern sangat berguna bagi pemegang saham maupun pengguna laporan keuangan lain yang membutuhkan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya melalui opini auditor (Sussanto dan Aquariza, 2012:14). Dengan adanya opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor diharapkan investor dapat lebih berhatihati dalam berinvestasi, serta kreditur dapat menilai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kelangsungan usaha suatu entitas bisnis. Wijaya et al. (2009) Salah satu informasi yang diharapkan mampu memberi bantuan kepada pemakai dalam membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial adalah laporan keuangan. Peranan laporan keuangan perusahaan tidak hanya akan berlaku di internal perusahaan saja, namun juga memiliki pengaruh yang kuat untuk pihak-pihak lain, seperti investor, kreditur, dan juga terhadap akuntan publik. Kinerja keuangan suatu perusahaan dalam satu periode akan dicerminkan dalam suatu laporan keuangan tahunan, informasi dari laporan keuangan ini yang nantinya akan menghubungkan antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan. 4 Dalam hal ini peran seorang auditor sangat penting guna untuk memastikan sebuah opini yang dapat dipertanggungjawabkan, terkait dengan opini audit going concern suatu perusahaan tertentu yang sering kali diperlukan oleh pihak-pihak yang membutuhkan untuk mengetahui tingkat dari kesehatan perusahaan tersebut, karena opini audit going concern ini sangat membantu para investor yang hendak akan menginvestasikan dananya dan para kreditur yang akan menyuntikkan dana kepada perusahaan yang bersangkutan supaya tidak salah dalam mengambil keputusan. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (wijaya et al. 2009). Data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. (Susanto, 2009). Menurut Arens dan loebbecke dalam buku edisi Indonesia (1996), laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya, karena laporan audit menginformasikan kepada pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Reputasi auditor sering digunakan sebagai kualitas audit seperti yang dinyatakan DeAngelo (1981) dalam Sussanto dan Aquariza (2012) bahwa auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan auditor skala kecil. Auditor skala besar lebih berani dalam mengungkapkan masalah-masalah yang ada pada perusahaan atau entitas yang diaudit karena auditor skala besar lebih berani dalam menghadapi segala resiko yang akan terjadi dibandingkan dengan auditor skala 5 kecil. Oleh karena itu auditor skala besar memiliki insentif lebih yang digunakan untuk melaporkan apabila perusahaan atau entitas yang diaudit terdapat sebuah masalah going concern. Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena berkaitan erat dengan reputasi auditor, maka auditor harus kompeten di dalam bidangnya dan bekerja sesuai dengan standart auditor yang berlaku, Sussanto dan Aquariza (2012:14) mengatakan auditor skala besar cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki kompetensi dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Kompetensi auditor dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman audit yang memadai. Selain kompetensi audit, seorang auditor juga harus memiliki independensi agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan yang apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan. Goleman (2001) menjelaskan bahwa dengan adanya motivasi seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Motivasi akan mendorong seseorang termasuk auditor untuk berpresentasi dan memiliki komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme. Dengan adanya kualifikasi dan syarat-syarat tertentu diharapkan auditor dapat memberikan opini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa ada sesuatu yang ditutupi baik kepada klien maupun kepada publik dan jika benar telah ditemukan masalah-malasah atau kecurangan segera dikonfirmasi dan diselesaikan sesuai dengan prosedur audit yang berlaku. 6 Didalam Negara berkembang saat ini yang menjadi faktor utama pemicunya adalah laju ekonomi dari kegiatan usaha suatu entitas bisnis dalam suatu Negara tersebut, dimana sebuah kegiatan usaha suatu entitas bisnis yang baik dan meningkat akan dapat menjadikan perekonomian suatu Negara menjadi baik dan meningkat pula. Saat ini di Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dengan menurunnya nilai mata uang rupiah yang menyebabkan laju kegiatan usaha suatu entitas bisnis antar Negara menjadi melambat, dengan adanya hal ini besar kemungkinan akan banyak perusahaan yang bangkrut terutama perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha bisnisnya di bidang eksport dan import maupun perusahaan yang menjalankan bisnisnya di bidang jual beli valuta asing (valas). Kondisi perekonomian saat ini dalam kondisi tidak baik, yang ditakutkan keadaan ekonomi dan bisnis di Indonesia mengalami kesamaan pada tahun 1998 dimana perekonomian dan bisnis di Indonesia mengalami keterpurukan sehingga mengakibatkan banyaknya entitas bisnis yang gulung tikar akibat tidak bisa lagi menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini sangat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor, kreditur, karyawan, manajemen dan principle. Serta didukung dengan banyaknya kasus manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti yang dilakukan oleh Eron Corporation perusahaan energi di Amerika dan Worldcom perusahaan telekomunikasi (jaringan telepon jarak jauh) di Amerika. Rahayu dan pratiwi (2011) Mengungkapkan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al, 2003). 7 Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus berlanjut sampai pada tahun 2002 yang berpengaruh sangat luas terhadap pasar keuangan global di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di Amerika Serikat yang tiba-tiba jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar USD $ 31.2 milyar. Worldcom pada awal tahun 2000 sudah mulai mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh dot-com buble. Pendapatan perusahaan yang mengalami penurunan dan utang semakin yang banyak. Nilai saham perusahaan ini juga terus mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers sebagai CEO, Scott Sullivan sebagai CFO dan David Myers sebagai auditor senior memutuskan mengubah laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka tempuh. Yang pertama, mereka membukukan „line cost„ sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya merupakan pengeluaran. Dan yang kedua, mereka meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan perusahaan yang 8 tidak teralokasi”. Fenomena ini menunjukkan adanya sebuah praktik bisnis yang tidak sehat dan mengakibatkan kehancuran baik bagi kelangsungan usaha perusahaan maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memeriksanya. Susanto (2009) Menjelaskan masalah going concern suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan diungkapkan, agar perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya dan pertimbangan keputusan yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya sehingga terhindar dari kebangkrutan. Pentingnya informasi tentang opini audit going concern membuat penulis tertarik untuk menelitih faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern, yang membuat penulis tertarik menelitih tentang kelangsungan usaha dikarena banyaknya perusahaan yang memperoleh opini audit going concern tetapi mengalami kebangkrutan di tahun yang akan datang. Tamba, (2009:26) dalam Ulya, (2012: 9) menjelaskan dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatannya usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, seperti yang dialami oleh PT. Bank Lippo Tbk yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) pada tahun 2002 tetapi PT. Bank Lippo Tbk mengalami kegagalan di tahun 2003 hal ini disebabkan karena PT. Bank Lippo Tbk mengeluarkan laporan keuangan ganda dengan tiga versi yang berbeda, dan yang pernah dialami oleh PT. Kimia Farma yang telah terbukti melakukan kesalahan dalam menyampaikan laba bersih yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya pada tahun 2001 kejadian ini terungkap setelah di audit oleh Bapepam. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. 9 Wiryadi dan Sebrina (2013). Kasus perusahaan Kimia Farma terjadi mark up terhadap laba tahun 2001. Sedangkan pada Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Pada tahun tersebut, Bapepam menemukan adanya tiga versi laporan keuangan Bank Lippo. Akibat adanya manipulasi tersebut, Bapepam menjatuhkan sanksi denda kepada PT Kimia Farma dan Bank Lippo beserta auditor yang melakukan audit pada perusahaan tersebut. Winantyadi dan Waluyo (2014: 27) laporan keuangan ganda Bank Lippo untuk periode 30 September pada tahun 2002 dan mark up atas laporan keuangan tahun 2001 oleh manajemen PT. Kimia Farma Tbk yang terbukti melaporkan overstated laba bersih sebesar Rp 132 miliar. Penelitian-penelitian tentang opini going concern yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain dilakukan oleh. Ginting dan Suryana (2014) melakukan penilitian opini audit going concern dengan menggunakan ukuran perusahaan, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi auditor dimana hasil penelitiannya membuktikan bahwa variabel kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Rahman dan siregar, (2012) melakukan penilitian opini audit going concern dengan menggunakan kualitas audit, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, opini udit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio. Hasil penelitian menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kualitas audit, kondisi keuangan, ukuran perusahaan, tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penulis memilih untuk meneliti semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk dijadikan objek penelitian karena perusahaan Go Public merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi per- 10 ekonomian suatu Negara. Dilihat dari segi besarnya pendapatan, investasi saham yang diminati oleh investor dalam negeri maupun luar negeri karena akan menghasilkan keuntungan yang besar dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dari kasus yang menimpa Enron dan Worldcom ini, peneliti melihat bahwa kurang optimalnya pengawasan dibidang pengeloaan keuangan pada perusahaanperusahaan yang telah go public, sehingga membuat penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut sebagai bahan dasar penelitian ini. Oleh karena itu pemahaman akan pentingnya opini audit going concern dapat mewujudkan sistem keuangan yang terkendali transparan dan akuntabel guna untuk menjadikan perekonomian suatu Negara menjadi lebih baik dan jauh dari krisis ekonomi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going concern? 2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern? 3. Apakah rasio solvabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern? 4. Apakah rasio pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern? 5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern? 6. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern? 11 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Kontribusi Praktis Bagi praktisi dimaksud adalah calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit yang diberikan oleh auditor agar investor tidak salah dalam berinvestasi. 2. Kontribusi Teoritis Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dibidang auditing, secara khusus mengenai masalah going concern (kelangsungan hidup). Penelitian ini dapat menjadi refrensi penelitian mengenai faktor-faktor yang merpengaruhi opini audit going concern perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. 12 3. Kontribusi kebijakan Penelitian ini dapat memberikan kontribusi kebijakan bagi perusahaan terutama manajemen perusahaan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan maupun kebijakan yang memiliki dampak terhadap kelangsungan hidup usaha perusahaan yang dimiliki di masa yang akan datang agar tidak mengalami kebangkrutan. Dan bagi praktisi kantor akuntan publik terutama auditor, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan khususnya dalam memberikan keputusan opini audit going concern yang mengacu pada kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun keterbatasan penulis dalam waktu, pengetahuan, dan tenaga maka dibuatlah batasan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Periode penelitian dibatasi dari tahun 2012 s/d 2014 2. Rasio likuiditas yang digunakan hanya Current Ratio. Penulis menggunakan Current Ratio karena ingin mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan mampu membayar kewajibannya lancarnya dengan menggunakan aset lancarnya dalam menjalankan kelangsungan usaha (going concern). 3. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). Penulis menggunakan ROA karena ingin mengetahui sejauh mana perusahaan mampu menjalankan kelangsungan usaha (going concern) dari total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba. 13 4. Rasio solvabilitas yang digunakan adalah Dept To Equity Ratio (DER). Penulis menggunakan DER karena ingin mengetahui sejauh mana perusahaan mampu menjalankan kelangsungan usaha (going concern) dari total hutang yang dimiliki oleh perusahaan dijamin oleh total ekuitas yang dimiliki perusahaan. 5. Rasio pertumbuhan perusahaan yang digunakan adalah Sales Growth Ratio (SGR). Penulis menggunakan SGR karena ingin mengetahui sejauh mana perusahaan mampu menjalankan kelangsungan usaha (going concern) dari pertumbuhan penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.