DAFTAR PUSTAKA Acandra, 2010, Sirih Merah, Obat Beragam Penyakit, Kompas, 11 Maret 2010, www.kompas.com. Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Salemba Medika, Jakarta, 85-87. Agustin, D., 2005, Perbedaan Khasiat Antibakteri Bahan Irigasi Antara Hidrogen Peroksida 3% dan Infusum Daun Sirih 20% Terhadap Bakteri Mix, Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J.), 38(1): 45-47. Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella Typhitium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L, Bioscientiae, 1(1): 31-38. Backer, C.A., Den, B.V., 1963, Flora of Java, Published under the auspices of the risksherbarium, Leyden, 167 Brooks, G.F., Carroll, K.C., 2010, Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology, 25th ed., The McGraw-Hill Companies, New York, 58, 161, 195, 203, 339, 346-347. Cushnie, T. P. T., Lamb, A. J., 2005, Antimicrobial Activity of Flavonoids, Elsevier, 26: 343-56. Denton, G.W., 1991, Disinfection, Sterilization and Preservation, 4th ed., Lea and le biger, Philadelphia, 321-325 Ditjen POM Departemen Kesehatan RI, 2000, Acuan Sediaan Herbal, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1-5. Eley, B.M., Soory, M., Manson, J.D., 2010, Periodontics, 6th ed, Saunders Elsevier, London, 235. Erviana, R., Purwono, S., Mustofa, 2011, Active Compounds Isolated from Red betel (Piper crocatum Ruiz & Pav) Leaves Active Against Streptococcusmutans Through its Inhibition Effect on Glucosyltransferase Activity, J MedSci, 43(2): 71-78. Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2005, Silabus Periodontiti (terj.), EGC, Jakarta, 73, 81-82. Golan, D. E., Tashjian Jr, A. H. T., Amstrong, E. J., dan Amstrong, A. W., 2012, Principles of Pharmacology: The Pathophysiologic Basis of Drug Theraphy, 3rd ed., Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 566. 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Cara pengolahan (rebusan dan seduhan) dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dibanding dengan chlorhexidine 0,12%. B. Saran Penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan cara pengolahan yang lebih efektif dan sederhana yaitu dengan menambah jumlah daun sirih merah pada rebusan untuk mengekstraksi zat aktif yang terkandung dalam daun sirih merah. 40 39 berada di lingkungan yang hipotonik atau hipertonik. Agen antibakteri yang bekerja dengan membunuh sel bakteri adalah agen antibakteri yang bersifat bakteriosida (Golan dkk., 2012). Senyawa-senyawa aktif dalam air rebusan maupun seduhan diduga belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dengan mekanisme kerja yang dimilikinya dikarenakan jumlah yang terkandung di dalam sediaan air rebusan dan air seduhan daun sirih merah terlalu sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan (2009) yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri, maka akan semakin tinggi pula kemampuan daya hambat atau daya bunuhnya ataupun sebaliknya. Berdasarkan hasil uji LSD, tidak terdapat perbedaan rerata nilai OD Porphyromonas gingivalis yang signifikan antara kontrol negatif dengan semua kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan air rebusan dan air seduhan daun sirih merah 10 maupun 20 lembar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. 38 Alkaloid memiliki mekanisme kerja dengan cara menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Minyak atsiri bekerja dengan cara menganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak sempurna. Mekanisme kerja fenol sebagai antibakteri adalah dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel bakteri. Membran sel merupakan membran yang menyelubungi sitoplasma yang terdiri atas lapisan fosfolipid dan protein. Apabila senyawa fenol berinteraksi dengan dinding sel bakteri maka akan menyebabkan protein yang menyusun membran sel akan terdenaturasi. Protein yang mengalami denaturasi akan kehilangan aktivitas fisiologisnya sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada membran sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga transportasi air dan zat terlarut dari luar ke dalam sel maupun sebaliknya terganggu. Akibatnya pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak (Agustin, 2005). Sedangkan Tanin yang terkandung dalam daun sirih merah diduga memiliki efek yang sama dengan senyawa fenol yaitu merusak membran sel bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ajizah (2004) yang menyebutkan bahwa tanin dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga menganggu permeabilitas sel itu sendiri. Permeabilitas sel yang terganggu akan mengganggu aktivitas hidup sel, sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Antibakteri yang memiliki target pada jalur pertahanan diri bakteri, mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sehingga bakteri akan lisis kemudian mati ketika 37 Sehingga dimungkinkan variabel tak terkendali pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian. Berdasarkan nilai rerata OD bakteri Porphyromonas gingivalis menunjukkan bahwa antara cara pengolahan daun sirih merah dan jumlah daun 10 dan 20 lembar daun sirih merah memiliki kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah daun dan cara pengolahannya. Menurut Agoes (2010), sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, senyawa polifenolat, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut terbukti sebagai antibakteri. Dalam penelitian ini, kandungan zat kimia pada 20 lembar daun sirih merah dimungkinkan lebih banyak daripada 10 lembar daun sirih merah. Selain itu, kandungan zat kimia pada air seduhan juga dimungkinkan lebih banyak dari air rebusan daun sirih merah, dikarenakan pada saat perebusan terjadi penguapan minyak atsiri (Santosa, 1985). Menurut Cushnie dan Lamb ( 2005), flavonoid mempunyai mekanisme kerja dengan melakukan penghambatan terhadap sintesis asam nukleat, penghambatan fungsi membran sitoplasma, dan penghambatan metabolisme energi. Proses sintesis asam nukleat yang terhambat akan menyebabkan terganggunya transkripsi dan translasi DNA sehingga mengganggu proses pertumbuhan bakteri. Agen antibakteri yang memiliki target pada jalur metabolik yang berperan dalam pertumbuhan bakteri, menyebabkan bakteri tidak mampu melakukan pembelahan sel dengan sempurna. Sehingga mekanisme kerja agen antibakteri tersebut bersifat bakteriostatik (Golan dkk., 2012). 36 sebagai proteksi yang berkontribusi bagi kelangsungan hidup bakteri dengan mengurangi tingkat senyawa beracun (Shohayeb dan Halawani, 2012). Tidak terdapatnya perbedaan pertumbuhan Porphyromonas gingivalis yang signifikan antara air seduhan dan air rebusan daun sirih merah dengan kontrol negatif dimungkinkan karena tebalnya struktur membran bakteri Porphyromonas gingivalis dan adanya mekanisme proteksi yang diperankan oleh membran luar dan periplasma. Gambar 5. Struktur dinding sel bakteri gram negatif. (LPS) Lipopolisakarida; (Pp) periplasma; (OM) membran luar; (PG) peptidoglikan; (IM) membran dalam; (Cyt) sitoplasma (Kuehn dan Kesty, 2005) Variabel tak terkendali pada penelitian ini adalah pH larutan. pH larutan diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Bakteri pada lingkungan pH asam dapat lebih mudah dibunuh dan waktu untuk membunuh bakteri juga lebih singkat dibandingkan di dalam lingkungan basa (Pelczar dan Chan, 2009). Bakteri Porphyromonas gingivalis dapat tumbuh optimum pada pH 7,2-8,0 (Yoshino, 2007). pH larutan kelompok perlakuan pada penelitian ini berkisar 7,0-7,2. 35 pertumbuhan bakteri penyebab sakit gigi dibandingkan dengan konsentrasi 7,5%, 5%, dan 2,5%. Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri gram negatif yang memiliki struktur dinding sel yang berbeda dengan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki susunan yang lebih sederhana yaitu terdiri atas dua lapis dinding sel namun memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Sedangkan gram negatif dinding selnya lebih kompleks yaitu terdiri atas tiga lapis namun lapisan peptidoglikannya tipis (Juliantina dkk., 2009). Bakteri gram positif tidak memiliki membran luar seperti gram negatif yang dapat berfungsi sebagai penghalang untuk penetrasi molekul-molekul (Shohayeb dan Halawani, 2012). Menurut Hermawan dkk. (2007), sel bakteri yang hanya mempunyai lapisan peptidoglikan dan tidak memiliki tiga polimer pembungkus di luar lapisan peptidoglikan akan mudah terdenaturasi oleh senyawa fenol yang terkandung dalam ekstrak daun sirih. Hal ini yang menyebabkan diameter daya hambat ekstrak daun sirih pada S. Aureus lebih lebar daripada E.coli. Berdasarkan Gambar 5 tampak tiga lapis pembentuk dinding bakteri gram negatif. Lapisan pertama struktur dinding sel bakteri gram negatif adalah membran luar yang terdiri dari protein seperti porin, reseptor, dan pori-pori dengan bagian luar terutama terdiri dari lipopolisakarida (LPS) dan bagian dalam yang mengandung fosfolipid dan lipoprotein. Lapisan kedua adalah periplasma yang berada di antara membran luar dan membran dalam yang mengandung peptidoglikan. Lapisan ketiga yaitu membran dalam yang mengandung sitoplasma. Membran luar dan periplasma pada bakteri patogenik dapat berperan 34 Aktivitas antimikrobial chlorhexidine adalah dengan cara merusak membran sitoplasma. Permukaan sel bakteri mempunyai karakteristik bermuatan negatif, sedangkan molekul chlorhexidine merupakan kation yang dengan cepat akan tertarik ke arah permukaan sel bakteri yang bermuatan negatif. Proses ini akan mengubah integritas membran sel bakteri. Chlorhexidine akan berikatan dengan fosfolipid pada inner membran atau membran sitoplasma sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sitoplasma dan kebocoran komponen dengan berat molekul yang rendah seperti ion potasium. Selain itu, chlorhexidine akan menyebabkan koagulasi sitoplasma sel bakteri sehingga mengakibatkan kerusakan sel yang ireversibel (Denton, 1991). Hasil uji analisis LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata nilai OD Porphyromonas gingivalis yang signifikan antara air rebusan dengan air seduhan dan antara 10 lembar dengan 20 lembar daun sirih merah yang digunakan. Sehingga dapat diartikan bahwa air rebusan dan air seduhan dengan jumlah daun 10 lembar maupun 20 lembar tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Perbedaan yang tidak signifikan ini kemungkinan dikarenakan kandungan zat aktif yang ada pada air rebusan dan air seduhan daun sirih merah 10 dan 20 lembar terlalu sedikit sehingga pengaruhnya tidak signifikan terhadap penurunan pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Moerfiah dan Supomo (2011) pernah mengekstraksi daun sirih merah dengan pelarut etanol 96%. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun sirih merah 10% paling efektif menghambat