BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses berdasarkan urutan dan fungsi manajemen itu. Sedangkan pengertian manajemen menurut para ahli: Yahya (dalam Rusdiana, 2014:17) memberikan pengertian manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Handoko (dalam Rusdiana, 2014:17) mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan Malayu S.P. Hasibun (2006:2) mengartikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan effisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan mengatur sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi tersebut secara efektif dan effisien. 2.2 Manajemen Operasional Dalam kegiatan produksi suatu perusahaan, dibutuhkan manajemen yang membuat keputusan dalam upaya pengaturan penggunaan sumber daya dari kegiatan produksi yang dikenal sebagai manajemen produksi atau operasi. Sedangkan pengertian manajemen operasi menurut para ahli: Jay Heizer dan Barry Render (2005:4) mengartikan manajemen operasi sebagai seperangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. 9 10 Herjanto (dalam Rusdiana, 2014:18) mengartikan manajemen operasi dan produksi adalah sebagai proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara effisien dalam rangka mencapai tujuan. Richard L. Daft (2006:216) adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi. Soentoro Ali (dalam Rusdiana, 2014:18) manajemen operasi berasal dari konsep manajemen produksi yang menyangkut masalah produksi produk real. Dengan demikian, operasi (operation) merupakan proses transformasi dari input menjadi output yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan inputnya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi merupakan serangkaian proses dalam menciptakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. 2.2.1 Tujuan Manajemen Operasi Menurut Zulian Yamit (dalam Rusdiana, 2014:22) karakteristik dari sistem manajemen operasi adalah: 1. Mempunyai tujuan menghasilkan barang dan jasa, yaitu sesuai dengan halhal yang telah direncanakan sebelum proses produksi dimulai 2. Mempunyai kegiatan proses transformasi, yaitu memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah,kualitas, harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan 3. Adanya mekanisme yang mengendalikan pengoperasian, yaitu menciptakan beberapa jenis nilai tambah, sehingga keluarannya lebih berharga bagi konsumen daripada jumlah masukannya. 2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Operasi Menurut Rusdiana (2014:23) Ada tiga aspek yang saling berkaitan dalam ruang lingkup manajemen operasi, yaitu: 11 1. Aspek struktural, yaitu aspek yang memperlihatkan konfigurasi komponen yang membangun sistem manajemen operasi dan interaksi satu sama lain. 2. Aspek fungsional, yaiut aspek yang berkaitan dengan manajemen serta organisasi komponen structural ataupun interaksinya mulai dari perencanaan, penerapan, pengendalian dan perbaikan agar diperoleh kinerja optimum 3. Aspek lingkungan, memberikan dimensi lain pada sistem manajemen operasi yang berupaya pentingnya memperhatikan perkembangan dan kecenderungan yang terjadi di luar sistem. Ruang lingkup manajemen operasi berkaitan dengan pengoperasian sistem operasi, pemilihan penyiapan sistem operasi meliputi: a. Perencaan output b. Desain proses transmisi c. Perencanaan kapasitas d. Perencanaan bangunan pabrik e. Perencanaan tata letak fasilitas f. Desain aliran kerja g. Manajemen persediaan h. Manajemen proyek i. Scheduling j. Pengendalian kualitas k. Keandalan kualitas dan pemeliharaan 2.3 Definisi Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan-bahan yang secara langsung digunakan dan dikelola dalam produksi untuk menjadikan suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan dan dijual kepada konsumen. Sedangkan pengertian bahan baku menurut para ahli : Menurut Mulyadi (2010:275) adalah sebagai berikut: “Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri.” 12 Sedangkan menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah sebagai berikut: “Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.” 2.3.1 Macam-Macam Bahan Baku Dalam proses produksi suatu perusahaan manufaktur biasanya membutuhkan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk. Carter Usry (2002: 40) jenis bahan baku ada dua macam, yaitu: 1) Bahan baku langsung Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dinasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin. 2) Bahan baku tidak langsung Adalah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk atau karena secara jumlah tidak signifikan. 2.4 Definisi Biaya Biaya merupakan bagian atau unsur dari harga pokok dan merupakan unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu pengertian biaya. Sedangkan definisi biaya yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: Menurut Mulyadi (2015:8): “pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Menurut Bambang Hariadi (2002:43) “Nilai tukar yang dikeluarkan atau pengorbanan sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai manfaat pengorbanan ini dapat berupa uang atau materi lainnya yang dapat diukur dengan uang”. 13 Menurut Munawir (2002:307) “Biaya adalah nilai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yng diperkirakan akan memberikan manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau pengorbanan yang terjadi dalam rangka untuk memperoleh suatu barang dan jasa yang bermanfaat”. Menurut Darsono (2005:15) “Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.” Sedangkan menurut Horngren yang diterjemahkan oleh Desi Andriani (2005:34) “Biaya sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (Sacrifaid) atau dilepaskan (Forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.” Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomis dari sumber-sumber yang diukur dalam unit moneter yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memproduksi barang dan jasa dan dapat dikurangkan pada penghasilan, yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada saat ini atau di masa yang akan datang. Selain itu juga biaya terbagi menjadi beberapa fungsinya dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yaitu biaya produksi, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. 2.5 Definisi Produksi Produksi adalah kegiatan perusahaan dimana perusahaan manufaktur mengelola bahan baku yang ada lalu di proses menjadi suatu produk yang siap dijual ke pasar, sedangkan menurut para ahli defines dari produk adalah sebagai berikut: Menurut Bustian Bustami dan Nurlela (2010:3) proses produksi adalah: “Proses pengolahan input menjadi output yang dimaksud adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang diproses menjadi bahan produk selesai”. 14 Menurut Sofyan Assauri (2004:75) definisi proses produksi adalah: Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada. Dari pengertian d iatas dapat disimpulkan bahwa produksi adalah pengolahan dari bahan baku lalu di proses menjadi produk jadi yang siap untuk dipasarkan dan dijual oleh perusahaan ke pasar. Gambar 2.1 proses produksi Sumber : Penulis 2.6 Biaya Produksi Biaya produksi menurut mulyadi (2015:14) merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah utama biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah total kalkulasi dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik untuk mengolah produk dari bahan baku menjadi produk jadi. 15 Menurut mulyadi dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi di bagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya tidak lagsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan isitilah biaya biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentfikasi dengan produk tertentu. 2.7 Definisi Laba Menurut Salvatore (2005:15) Laba bisnis atau laba usaha mengacu pada pendapatan perusahaan dikurangi biaya eksplisit atau biaya akuntansi perusahaan. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli atau menyewa input yang dibutuhkan dalam produksi. Pengeluaran ini meliputi upah untuk menyewa tenaga kerja, Bunga untuk modal yang dipinjam, sewa tanah dan gedung dan pengeluaran untuk bahan mentah. Laba ekonom sama dengan pendapat perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit dan implisit. Biaya implisit mengacu pada nilai input yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk proses produksinya sendiri. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laba perusahaan mengacu pada pendapatan perusahadaan dikurangi dengan biaya produksi yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. 2.7.1 Teori Laba Terdapat 5 teori laba menurut Salvatore (2005:15) yaitu : 1. Teori laba dalam menghadapi resiko menurut teori ini, hasil diatas mormal (yaitu,laba ekonomi) dibutuhkan oleh perusahaan untuk masuk dan bertahan di beberapa bidang seperti eksplorasi minyak yang memiliki resiko diatas rata-rata sama halnya, yang diharapkan dari saham harus lebih tinggi daripada obligasi karena saham memiliki risiko yang lebih besar. 16 2. Teori laba karena pergesekan, teori ini menekankan bahwa laba timbul akibat pergesakan atau gangguan dari keseimbangan jangka panjang, jadi, dalam jangka panjang, pada keseimbangan persaingan sempurna, perusahaan cenderung menghasilkan laba normal saja atau laba (ekonomi) nol dari investasinya, akan tetapi, setiap saat perusahaan cenderung tidak berada dalam keseimbangan jangka panjang dan dapat menghasilkan laba tau mengalami kerugian. 3. Teori laba monopoli beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi output dan mengenakan harga tinggi dibandingkan pada persaingan sempurna. Dengan demikian menghasilkan laba. Oleh karena itu ada hambatan masuk ke dalam industry, perusahaan-perusahaan ini dapat terus menghasilkan laba bahkan dalam jangka panjang. Kekuatan monopoli ini dapat timbul karena perusahaan mempunyai dan mengatur persediaan bahan mentah yang dibutuhkan untuk produksi komoditas, berproduksi dalam skala besar yang ekonomis, mempunyai kepemilikan hak paten, atau dari hambatan pemerintah yang mencegah persaingan. 4. Teori laba inovasi mempostulaktan bahwa laba (ekonomi) adalah ganjaran dari pengenalan inovasi yang berhasil. 5. Teori laba effisiensi manajerial, teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa bila rata-rata perusahaan cenderung hanya memperoleh hasil normal dari investasi jangka panjang, perusahaan yang lebih effisien dari rata-rata perusahaan tersebut akan memperoleh hasil dari laba (ekonomi) diatas normal. 2.7.2 Fungsi Laba Menurut Salvatore (2005:17) terdapat fungsi laba yaitu laba yang tinggi merupakan tanda bahwa konsumen menginginkan outp industry lebih banyak. Laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan output dan banyak. Laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan output dan lebih banyak perusahaan yang akan masuk ke industry dalam jangka panjang. Untuk perusahaan yang effisiensinya di atas rata-rata, laba merupakan ganjaran dari effisiensi yang lebih besar tersebut. Sebaliknya, laba yang lebih rendah atau kerugian merupan tanda bahwa konsumen mengingkan komoditas lebih sedikit dan/ atau metode produksi 17 tidak effisien. Jadi, keuntungan memberikan insentif bagi sebagian perusahaan untuk meningkatlkan effisien dan/atau memproduksi komoditas lebih sedikit, dan bagi sebagian perusahaan perusahaan yang lain untuk meninggalkan industry dan masuk ke industry yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu, laba memberikan sinyal yang penting untuk realokasi sumber daya yang dimiliki masyarakat sebagai cerminan perubahan dalam selera konsumen dan permintaan sepanjang waktu. 2.8 Industri Pengelolahan Susu Industri pengelolahan susu adalah industri yang bergerak dalam mengolah susu segar menjadi produk susu olahan yang siap dikonsumsi oleh konsumen dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi Sedangkan menurut Chaidir dan Cahyo (2015:215) Industri Pengolahan Susu (IPS) adalah suatu industri yang mengolah susu lebih lanjut agar mempunyai nilai ekonomis lebih baik. Produk tersebut akan mempunyai daya saing dan daya serap yang lebih tinggi. 2.8.1 Manfaat Susu Sapi Terdapat 3 manfaat susu sapi menurut Chaidir dan Cahyo (2015:7) yaitu : 1. Manfaat sebagai gizi Susu sapi banyak manfaatnya bagi kebutuhan hidup manusia, mulai dari anak balita hingga orang tua. Susu dapat dimanfaatkan sebagai asupan minuman pengganti/ penambah susu ibu bagi balita atau penambahan asupan makanan bagi orang dewasa. 2. Manfaat sebagai cita rasa Masakan atau makanan yang ditambahi susu akan bertambah lezat cita rasanya. Bahan pangan yang ditambah susu akan lebih lezat, gempi, pulen dan lebih “kres”. Susu juga berfungsi sebagai perekat bahan. Selain itu, makanan dengan tambahan susu memiliki aroma yang khas. 3. Manfaat untuk kecantikan Susu dikenal menjadi bahan yang digunakan banyak wanita untuk memutihkan kulit. Cara penggunannya bisa dengan mandu, luluran dan sebagainya. Sampai saat ini, susu masih dipercaya sebagai bahan untuk 18 memutihkan dan mencerahkan kulit. Susu mengandung lactic acid (asam laktik) yang berkhasiat menghaluskan kulit. 2.8.2 Jenis Pengolahan Susu Terdapat beragam jenis olahan yang berasal dari susu, hingga saat ini banyak olahan susu yang diolah secara sederhana maupun melalui mekanisme. Dari olahan tersebut masih dapat dikembangkan lagi menjadi olahan susu yang lebih spesifik maupun lebih enak dan menarik untuk dikonsumsi. Berikut jenis olahan susu Menurut Chaidir dan Cahyo (2015:208): 1. Susu Pasteurisasi Susu Pasteurisasi adalah susu yang telah dipanaskan dengan susu tertentu untuk mebunuh bakteri berbahaya (patogen) yang berbahaya bagi tubuh. Lamanya pemanasan adalalah lima belas menit dengan suhu 75c, kemudian susu didingkan segera pada suhu 10c untuk mencegah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri yang masih tinggal. Proses ini tidak menggunakan bahan pengawet sehingga susu aman untuk diminum dan memperlama proses penyimpanan. 2. Susu sterilisasi Susu segar ini telah mengalami proses sterilisasi dengan ultrahigh temperature (dengan panas tinggi 125-143C selama 5-15 detik). Tidak hanya bakteri jahat yang mati, tetapi juga bakteri pembusuk. 3. Susu Homogen Susu homogeny adalah susu yang telah mengalami homogenisasi. Proses homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula-globula lemak susu. 4. Susu Bubuk Susu bubuk berasal dari susu segar yang telah melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral dan bahan pangan yang diinginkan. 5. Susu kental manis Susu ini merupakan susu segar yang telah dikurangi kadar airnya dan ditambahkan kadar gulanya. 19 6. Krim dan Skim Krim adalah bagian susu yang banyak mengandung lemak yang timbul kebagian atas dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah. Susu skim adalah bagian susu yang banyak mengandung protein, sering disebut serum susu. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin vitamin yang larut dari lemak. 7. Yougurt Yougurt adalah susu yang telah difermentasi dengan sejenis bakteri penghasil asam. Teksturnya menjadi lebih kental dengan cita rasa yang asam. Produk yougurt yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri susu dan bakterinya dikenal dengan nama yougurt cultures. 8. Kefir Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu pasteurisasi. Proses fermentasinya menggunakan starter biji kefit (kefir grain/kefir granule) yaitu butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri dan beberapa jenis ragi. 9. Mentega Mentega merupakan produk minyak hewani, bukan produk nabati. Mentega diperoleh dan dibuat dari krim melalu proses yang disebut churning. Krim tersebut diaduk dan dikocok sehingga menghacurkan lapisan membrane yang menyelubungi butir-butir lemak. Terjadilah pemisahan dua fase, yaitu fase lemak yang terdiri dari lemak mentega dan fase air yang melarutkan berbagai zat yang terdapat dalam susu. 10. Keju Keju dibuat dari penggumpalan protein. Menurut FDA, keju adalah produk yang dibuat dengan cara mengiagulasikan kasein susu, susu krim, atau susu yang kaya dengan krim. Koagulasi dapat dilakukan dengan koagulasi garam, asam atau enzim, pemekatan dan kombinasinya. Setelah dikoagulasi, curd (padatan yang sebagian besar kandungannya protein) yang dihasilkan diperam. Ada banyak jenis keju, mulai dari yang teksturnya keras, sedang, lunak hingga kenyal. 11. Es Krim Es krim merupakan makanan beku yang terbuat dari campuran produkproduk susu dengan presentase lemak susu yang tertentu ukurannya, dan dicampur dengan telur ditambah dengan bahan penegas citarasa dan 20 pewarna tertentu sehingga lebih menarik. Melalui pasteurisasi dan proses, teksturnya menjadi halus. 2.9 Peternakan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian peternakan adalah peternakan/pe·ter·nak·an/ n (usaha) pemeliharaan dan pembiakan ternak. Peternakan adalah suatu tempat untuk mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil kegiatan tersebut, macam macam hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing dan lain lain 2.9.1 Prospek Usaha Peternakan Sapi Perah Dengan berkembanganya pengetahuan dan pemanfaat susu sapi dimana susu sapi segar maupun produk yang berasal dari olahan susu sapi membuat adanya prospek untuk membuat peternakan sapi perah. Menurut Chaidir dan Cahyo (2015:1) berikut prospek usaha sapi perah. 1. Ternak Unggul Baik jenis lokal, impor atau persilangan, sapi merupakan hewan ternak yang tergolong unggul dari segi produksinya. Sapi dapat dimanfaatkan susunya sewaktu hidup dan dapat dimanfaatkan dagingnya setelah dipotong. 2. Peningkatan kebutuhan gizi Masyarakat sekarang, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, sangat memperhatikan asupan gizi dalam mengonsumsi makanan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kebutuhan gizi mereka adalah dengan mengkonsumsi susu sapi 3. Kesempatan Pasar Sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai nutrisi yang spesifik, susu sangat diperlukan terutama oleh generasi muda usia sekolah. Dengan populasi bangsa Indonesia sebanyak 250 juta orang, kebutuhan pemenuhan susu yang diperlukan sebanyak 3,4 juta ton/tahun. Produksi susu sapi dalam negeri diperkirakan sekitar 25-30% dari kebutuhan susu nasional. Dengan demikian, kebutuhan susu nasional sebagian besar 21 masih dipenuhi oleh susu impor, baik sebagai bahan baku atau sebagai produk olahan (finished products) 4. Lahan Luas Indonesia yang beriklim tropis dengan wilayah daratan yang cukup luas, memiliki banyak bahan pangan, termasuk untuk ternak sapi. Karenanya Indonesia relatif cocok untuk mengembangkan ternak sapi perah. 5. Nilai Ekonomis Sapi termasuk hewan ternak yang memiliki nilai ekonomi baik, bahkan hewan ternak dengan harga cukup mahal. Sebagian masyarakat Indonesia menernakan sapi sebagai tabungan atau mengembangkan investasi. Dengan nilai ekonomi yang baik, sapi memberikan jaminan terhadap investasi yang ditanamkan. Selain sebagai investasi yang relatif besar, ternak sapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi setiap hari yang cukup menguntukan berupa susu. 2.9.2 Keuntungan Usaha Peternakan Sapi Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha peternakan sapi perah, seperti menjual susu segar ke industri pengolahan susu (IPS) atau mengolah susu tersebut sendiri, berikut kelebihan usaha sapi perah menurut Chaidir dan Cahyo (2015:5). 1. Usaha Tritunggal Usaha sapi perah dapat dikatakan usaha tritunggal karena paling tidak dapat menghasilkan keuntungan dari tiga sumber produksi. Keuntungan tersebut yaitu susu sapi, anak sapi (pedet), dan induk sapi sebagai sapi potong. 2. Penghasilan Harian Dalam usaha sapi perah, jika susu telah diproduksi maka penghasilan setiap hari akan didapatkan dari hasil penjualan susu sapi. 3. Membentuk Sentra Pengusaha sapi perah, khususnya di Jawa, telah membentuk semacam sentra usaha. Sentra usaha sangat membantu dalam proses produksi, pemasaran dan pembinaan. 4. Pasca produksi masih memiliki nilai ekonomi 22 Setelah tidak memproduksi susu lagi, sapi perah atau induk sapi betina masih memiliki nilai ekonomi. Induk sapi pascaproduksi susu dapat langsung dijual atau digemukkan terlebih dahulu baru dijual sebagai sapi potong untuk dimanfaatkan dagingnya. 5. Menciptakan usaha ikutan Selain sebagai usaha pokok, yaitu untuk dimanfaatkan susunya, usaha sapi perah dapat menghasilkan usaha sampingan. Hasil sampingannya yang paling sederhana adalaj dengan manfaatkan kotorannya untuk pupuk atau biogas. 2.10 Pengambilan Keputusan Suatu keputusan dinilai lebih baik apabila pengambilan keputusan dilakukan melalui analisa, Dengan mempertimbangkan semua data yang relevan dan alternative yang tersedia. Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dunnette dan Hough (1998: 25) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai pemilihan tindakan dari sejumlah alternatif yang ada. Gibson, dkk, (1997: 103) menjelaskan pengambilan keputusan sebagai proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam yang dihasilkan dalam sebuah keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi. 2.10.1 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan Menurut Heizer dan Render (2014:705) menyatakan ada enam langkah yang harus dilakukan dalam pengambilan keputusan yang baik, yaitu (1) mendefinisikan masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan jelas, (2) mengembangkan tujuan yang spesifik dan dapat diukur, (3) mengembangkan sebuah model yaitu hubungan antara tujuan dan variabel (yang dapat diukur), (4) mengevaluasi setiap alternatif solusi berdasarkan 23 pada kelebihan dan kekuranganya, (5) memilih alternatif yang paling baik, (6) menerapkan keputusan serta menentukan jadwal penyelesaian. Menurut Stevenson (dalam Muhardi 2011:126) menyatakan pengambilan keputusan yang tepat harus mengikuti langkah-langkah berikut: (1) mendefinisikan tujuan spesifik dan kriteria untuk membuat keputusan, (2) mengembangkan alternatif, (3) menganalisa dan membandingkan alternatif, (4) memilih alternatif terbaik, (5) mengimplementasikan alternatif yang dipilih, (6) memonitor hasil untuk memastikan bahwa hasil yang diinginkan tersebut tercapai. 2.11 Decision Analysis menurut Karmen Pazek (2009:2) pengertian decision analysis adalah “a systematic approach by decision making that allow managers to solve problems with uncertainy figure as a prominent factor.” 2.11.1 Decision Under Uncertainy Terdapat 5 kriteria yang di gunakan dalam decision under uncertainy dalam jurnal Karmen Pazek tahun 2009 yaitu : • Wald’s Maximin criterion The decision-theoretic view of statistics advanced by Wald had an obvious interpretation in terms of decision-making under complete ignorance, in which the maximin strategy was shown to be a best response against natures’ minimax strategy. • Hurwicz’s criterion The most well-known criterion is the Hurwicz criterion, suggested by Leonid Hurwicz in 1951, which selects the minimum and the maximum payoff to each given action x. The Hurwicz criterion attempts to find a middle ground between the extremes posed by the optimist and pessimist criteria. Instead of assuming total optimism or pessimism, Hurwicz incorporates a measure of both by assigning a certain percentage weight to optimism and the balance to pessimism. However, this approach attempts to strike a balance between the maximax and maximin criteria. • Maximax criterion is an optimistic approach. It suggests that the decision maker examine the maximum payoffs of alternatives and choose the alternative whose outcome is the best. This criterion appeals to the 24 adventurous decision maker who is attracted by high payoffs • Savage’s minimax regret criterion opportunity cost or loss resulting when a particular situation occurs and the payoff of the selected alternative is smaller than the payoff that could have been attained with that particular situation • Laplace’s insufficient reason criterion The Laplace’s insufficient reason criterion postulates that if no information is available about the probabilities of the various outcomes, it is reasonable to assume that they are likely equally. Therefore, if there are n outcomes, the probability of each is 1/n. 25 2.12 Kerangka Pemikiran Adapun gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut: Definisi Masalah: Make or Buy Tujuan: Optimalisasi Profit Alternatif 2 (make): Membuat peternakan sendiri Alternatif 1 (buy): Supply dari KUD Decision analysis & Decision tree Keputusan Rekomendasi Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber : penulis 26