9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses berdasarkan urutan dan fungsi manajemen itu.
Sedangkan pengertian manajemen menurut para ahli:
Yahya (dalam Rusdiana, 2014:17) memberikan pengertian manajemen sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Handoko (dalam Rusdiana, 2014:17) mendefinisikan manajemen sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
Malayu S.P. Hasibun (2006:2) mengartikan manajemen sebagai ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara
efektif dan effisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan
mengatur sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi
tersebut secara efektif dan effisien.
2.2 Manajemen Operasional
Dalam kegiatan produksi suatu perusahaan, dibutuhkan manajemen yang
membuat keputusan dalam upaya pengaturan penggunaan sumber daya dari kegiatan
produksi yang dikenal sebagai manajemen produksi atau operasi.
Sedangkan pengertian manajemen operasi menurut para ahli:
Jay Heizer dan Barry Render (2005:4) mengartikan manajemen operasi sebagai
seperangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa
dengan mengubah input menjadi output.
9
10
Herjanto (dalam Rusdiana, 2014:18) mengartikan manajemen operasi dan
produksi adalah sebagai proses yang secara berkesinambungan dan efektif
menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai
sumber daya secara effisien dalam rangka mencapai tujuan.
Richard L. Daft (2006:216) adalah bidang manajemen yang mengkhususkan
pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus
untuk memecahkan masalah-masalah produksi.
Soentoro Ali (dalam Rusdiana, 2014:18) manajemen operasi berasal dari konsep
manajemen produksi yang menyangkut masalah produksi produk real. Dengan
demikian, operasi (operation) merupakan proses transformasi dari input menjadi
output yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan inputnya.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi merupakan
serangkaian proses dalam menciptakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
2.2.1 Tujuan Manajemen Operasi
Menurut Zulian Yamit (dalam Rusdiana, 2014:22) karakteristik dari sistem
manajemen operasi adalah:
1. Mempunyai tujuan menghasilkan barang dan jasa, yaitu sesuai dengan halhal yang telah direncanakan sebelum proses produksi dimulai
2. Mempunyai kegiatan proses transformasi, yaitu memproduksi atau
mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah,kualitas, harga, waktu
serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan
3. Adanya mekanisme yang mengendalikan pengoperasian, yaitu menciptakan
beberapa jenis nilai tambah, sehingga keluarannya lebih berharga bagi
konsumen daripada jumlah masukannya.
2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Operasi
Menurut Rusdiana (2014:23) Ada tiga aspek yang saling berkaitan dalam
ruang lingkup manajemen operasi, yaitu:
11
1. Aspek struktural, yaitu aspek yang memperlihatkan konfigurasi komponen
yang membangun sistem manajemen operasi dan interaksi satu sama lain.
2. Aspek fungsional, yaiut aspek yang berkaitan dengan manajemen serta
organisasi
komponen
structural
ataupun
interaksinya
mulai
dari
perencanaan, penerapan, pengendalian dan perbaikan agar diperoleh kinerja
optimum
3. Aspek lingkungan, memberikan dimensi lain pada sistem manajemen
operasi yang berupaya pentingnya memperhatikan perkembangan dan
kecenderungan yang terjadi di luar sistem.
Ruang lingkup manajemen operasi berkaitan dengan pengoperasian sistem
operasi, pemilihan penyiapan sistem operasi meliputi:
a. Perencaan output
b. Desain proses transmisi
c. Perencanaan kapasitas
d. Perencanaan bangunan pabrik
e. Perencanaan tata letak fasilitas
f. Desain aliran kerja
g. Manajemen persediaan
h. Manajemen proyek
i. Scheduling
j. Pengendalian kualitas
k. Keandalan kualitas dan pemeliharaan
2.3 Definisi Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan-bahan yang secara langsung digunakan dan
dikelola dalam produksi untuk menjadikan suatu macam produk jadi yang siap untuk
dipasarkan dan dijual kepada konsumen.
Sedangkan pengertian bahan baku menurut para ahli :
Menurut Mulyadi (2010:275) adalah sebagai berikut:
“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk
jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari
pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri.”
12
Sedangkan menurut Carter (2009:40) yang diterjemahkan oleh Krista adalah
sebagai berikut:
“Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian
integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan
biaya produk.”
2.3.1 Macam-Macam Bahan Baku
Dalam
proses
produksi
suatu
perusahaan
manufaktur
biasanya
membutuhkan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk. Carter Usry (2002:
40) jenis bahan baku ada dua macam, yaitu:
1) Bahan baku langsung
Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi
dan dinasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari
bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan
minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin.
2) Bahan baku tidak langsung
Adalah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk tetapi
tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku
tersebut tidak menjadi bagian dari produk atau karena secara jumlah tidak
signifikan.
2.4 Definisi Biaya
Biaya merupakan bagian atau unsur dari harga pokok dan merupakan unsur yang
paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu
pengertian biaya.
Sedangkan definisi biaya yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Mulyadi (2015:8): “pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.”
Menurut Bambang Hariadi (2002:43) “Nilai tukar yang dikeluarkan atau
pengorbanan sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai manfaat
pengorbanan ini dapat berupa uang atau materi lainnya yang dapat diukur
dengan uang”.
13
Menurut Munawir (2002:307) “Biaya adalah nilai kas atau setara kas yang
dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yng diperkirakan akan
memberikan manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau
pengorbanan yang terjadi dalam rangka untuk memperoleh suatu barang dan
jasa yang bermanfaat”.
Menurut Darsono (2005:15) “Biaya adalah kas dan setara kas yang
dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang
diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.”
Sedangkan menurut Horngren yang diterjemahkan oleh Desi Andriani (2005:34)
“Biaya sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (Sacrifaid) atau
dilepaskan (Forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.”
Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah
pengorbanan ekonomis dari sumber-sumber yang diukur dalam unit moneter yang
dimaksudkan untuk memperoleh atau memproduksi barang dan jasa dan dapat
dikurangkan pada penghasilan, yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada
saat ini atau di masa yang akan datang.
Selain itu juga biaya terbagi menjadi beberapa fungsinya dalam suatu
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yaitu biaya produksi, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead.
2.5 Definisi Produksi
Produksi adalah kegiatan perusahaan dimana perusahaan manufaktur mengelola
bahan baku yang ada lalu di proses menjadi suatu produk yang siap dijual ke pasar,
sedangkan menurut para ahli defines dari produk adalah sebagai berikut:
Menurut Bustian Bustami dan Nurlela (2010:3) proses produksi adalah: “Proses
pengolahan input menjadi output yang dimaksud adalah bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang diproses menjadi bahan
produk selesai”.
14
Menurut Sofyan Assauri (2004:75) definisi proses produksi adalah: Proses
produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada.
Dari pengertian d iatas dapat disimpulkan bahwa produksi adalah pengolahan
dari bahan baku lalu di proses menjadi produk jadi yang siap untuk dipasarkan dan
dijual oleh perusahaan ke pasar.
Gambar 2.1 proses produksi
Sumber : Penulis
2.6 Biaya Produksi
Biaya produksi menurut mulyadi (2015:14) merupakan biaya-biaya yang terjadi
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Contohnya adalah
biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian bagian, baik yang langsung maupun
yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek
pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead
cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah
utama biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost),
yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk
jadi.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah
total kalkulasi dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik
untuk mengolah produk dari bahan baku menjadi produk jadi.
15
Menurut mulyadi dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi di bagi
menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya produksi langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada,
maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan
mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Biaya tidak lagsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh
sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk
disebut dengan isitilah biaya biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead
pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentfikasi dengan produk
tertentu.
2.7 Definisi Laba
Menurut Salvatore (2005:15) Laba bisnis atau laba usaha mengacu pada
pendapatan perusahaan dikurangi biaya eksplisit atau biaya akuntansi perusahaan.
Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk membeli atau menyewa input yang dibutuhkan dalam produksi. Pengeluaran
ini meliputi upah untuk menyewa tenaga kerja, Bunga untuk modal yang dipinjam,
sewa tanah dan gedung dan pengeluaran untuk bahan mentah. Laba ekonom sama
dengan pendapat perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit dan implisit. Biaya
implisit mengacu pada nilai input yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk
proses produksinya sendiri.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laba perusahaan mengacu pada
pendapatan perusahadaan dikurangi dengan biaya produksi yang terdiri dari biaya
eksplisit dan biaya implisit.
2.7.1 Teori Laba
Terdapat 5 teori laba menurut Salvatore (2005:15) yaitu :
1. Teori laba dalam menghadapi resiko menurut teori ini, hasil diatas mormal
(yaitu,laba ekonomi) dibutuhkan oleh perusahaan untuk masuk dan bertahan
di beberapa bidang seperti eksplorasi minyak yang memiliki resiko diatas
rata-rata sama halnya, yang diharapkan dari saham harus lebih tinggi
daripada obligasi karena saham memiliki risiko yang lebih besar.
16
2. Teori laba karena pergesekan, teori ini menekankan bahwa laba timbul
akibat pergesakan atau gangguan dari keseimbangan jangka panjang, jadi,
dalam
jangka
panjang,
pada
keseimbangan
persaingan
sempurna,
perusahaan cenderung menghasilkan laba normal saja atau laba (ekonomi)
nol dari investasinya, akan tetapi, setiap saat perusahaan cenderung tidak
berada dalam keseimbangan jangka panjang dan dapat menghasilkan laba
tau mengalami kerugian.
3. Teori laba monopoli beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat
membatasi output dan mengenakan harga tinggi dibandingkan pada
persaingan sempurna. Dengan demikian menghasilkan laba. Oleh karena itu
ada hambatan masuk ke dalam industry, perusahaan-perusahaan ini dapat
terus menghasilkan laba bahkan dalam jangka panjang. Kekuatan monopoli
ini dapat timbul karena perusahaan mempunyai dan mengatur persediaan
bahan mentah yang dibutuhkan untuk produksi komoditas, berproduksi
dalam skala besar yang ekonomis, mempunyai kepemilikan hak paten, atau
dari hambatan pemerintah yang mencegah persaingan.
4. Teori laba inovasi mempostulaktan bahwa laba (ekonomi) adalah ganjaran
dari pengenalan inovasi yang berhasil.
5. Teori laba effisiensi manajerial, teori ini didasarkan pada pengamatan
bahwa bila rata-rata perusahaan cenderung hanya memperoleh hasil normal
dari investasi jangka panjang, perusahaan yang lebih effisien dari rata-rata
perusahaan tersebut akan memperoleh hasil dari laba (ekonomi) diatas
normal.
2.7.2 Fungsi Laba
Menurut Salvatore (2005:17) terdapat fungsi laba yaitu laba yang tinggi
merupakan tanda bahwa konsumen menginginkan outp industry lebih banyak.
Laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan
output dan banyak. Laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan
untuk meningkatkan output dan lebih banyak perusahaan yang akan masuk ke
industry dalam jangka panjang. Untuk perusahaan yang effisiensinya di atas
rata-rata, laba merupakan ganjaran dari effisiensi yang lebih besar tersebut.
Sebaliknya, laba yang lebih rendah atau kerugian merupan tanda bahwa
konsumen mengingkan komoditas lebih sedikit dan/ atau metode produksi
17
tidak effisien. Jadi, keuntungan memberikan insentif bagi sebagian
perusahaan untuk meningkatlkan effisien dan/atau memproduksi komoditas
lebih sedikit, dan bagi sebagian perusahaan perusahaan yang lain untuk
meninggalkan industry dan masuk ke industry yang lebih menguntungkan.
Oleh karena itu, laba memberikan sinyal yang penting untuk realokasi sumber
daya yang dimiliki masyarakat sebagai cerminan perubahan dalam selera
konsumen dan permintaan sepanjang waktu.
2.8 Industri Pengelolahan Susu
Industri pengelolahan susu adalah industri yang bergerak dalam mengolah susu
segar menjadi produk susu olahan yang siap dikonsumsi oleh konsumen dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
Sedangkan menurut Chaidir dan Cahyo (2015:215) Industri Pengolahan Susu
(IPS) adalah suatu industri yang mengolah susu lebih lanjut agar mempunyai nilai
ekonomis lebih baik. Produk tersebut akan mempunyai daya saing dan daya serap
yang lebih tinggi.
2.8.1 Manfaat Susu Sapi
Terdapat 3 manfaat susu sapi menurut Chaidir dan Cahyo (2015:7) yaitu :
1. Manfaat sebagai gizi
Susu sapi banyak manfaatnya bagi kebutuhan hidup manusia, mulai dari
anak balita hingga orang tua. Susu dapat dimanfaatkan sebagai asupan
minuman pengganti/ penambah susu ibu bagi balita atau penambahan
asupan makanan bagi orang dewasa.
2. Manfaat sebagai cita rasa
Masakan atau makanan yang ditambahi susu akan bertambah lezat cita
rasanya. Bahan pangan yang ditambah susu akan lebih lezat, gempi, pulen
dan lebih “kres”. Susu juga berfungsi sebagai perekat bahan. Selain itu,
makanan dengan tambahan susu memiliki aroma yang khas.
3. Manfaat untuk kecantikan
Susu dikenal menjadi bahan yang digunakan banyak wanita untuk
memutihkan kulit. Cara penggunannya bisa dengan mandu, luluran dan
sebagainya. Sampai saat ini, susu masih dipercaya sebagai bahan untuk
18
memutihkan dan mencerahkan kulit. Susu mengandung lactic acid (asam
laktik) yang berkhasiat menghaluskan kulit.
2.8.2 Jenis Pengolahan Susu
Terdapat beragam jenis olahan yang berasal dari susu, hingga saat ini
banyak olahan susu yang diolah secara sederhana maupun melalui mekanisme.
Dari olahan tersebut masih dapat dikembangkan lagi menjadi olahan susu yang
lebih spesifik maupun lebih enak dan menarik untuk dikonsumsi.
Berikut jenis olahan susu Menurut Chaidir dan Cahyo (2015:208):
1. Susu Pasteurisasi
Susu Pasteurisasi adalah susu yang telah dipanaskan dengan susu tertentu
untuk mebunuh bakteri berbahaya (patogen) yang berbahaya bagi tubuh.
Lamanya pemanasan adalalah lima belas menit dengan suhu 75c, kemudian
susu didingkan segera pada suhu 10c untuk mencegah dan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bakteri yang masih tinggal. Proses ini tidak
menggunakan bahan pengawet sehingga susu aman untuk diminum dan
memperlama proses penyimpanan.
2. Susu sterilisasi
Susu segar ini telah mengalami proses sterilisasi dengan ultrahigh
temperature (dengan panas tinggi 125-143C selama 5-15 detik). Tidak
hanya bakteri jahat yang mati, tetapi juga bakteri pembusuk.
3. Susu Homogen
Susu homogeny adalah susu yang telah mengalami homogenisasi. Proses
homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula-globula
lemak susu.
4. Susu Bubuk
Susu bubuk berasal dari susu segar yang telah melalui proses pengeringan
susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau
tanpa penambahan vitamin, mineral dan bahan pangan yang diinginkan.
5. Susu kental manis
Susu ini merupakan susu segar yang telah dikurangi kadar airnya dan
ditambahkan kadar gulanya.
19
6. Krim dan Skim
Krim adalah bagian susu yang banyak mengandung lemak yang timbul
kebagian atas dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat
pemisah. Susu skim adalah bagian susu yang banyak mengandung protein,
sering disebut serum susu. Susu skim mengandung semua zat makanan dari
susu kecuali lemak dan vitamin vitamin yang larut dari lemak.
7. Yougurt
Yougurt adalah susu yang telah difermentasi dengan sejenis bakteri
penghasil asam. Teksturnya menjadi lebih kental dengan cita rasa yang
asam. Produk yougurt yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri susu dan
bakterinya dikenal dengan nama yougurt cultures.
8. Kefir
Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu pasteurisasi. Proses
fermentasinya menggunakan starter biji kefit (kefir grain/kefir granule)
yaitu butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri dan beberapa jenis ragi.
9. Mentega
Mentega merupakan produk minyak hewani, bukan produk nabati. Mentega
diperoleh dan dibuat dari krim melalu proses yang disebut churning. Krim
tersebut diaduk dan dikocok sehingga menghacurkan lapisan membrane
yang menyelubungi butir-butir lemak. Terjadilah pemisahan dua fase, yaitu
fase lemak yang terdiri dari lemak mentega dan fase air yang melarutkan
berbagai zat yang terdapat dalam susu.
10. Keju
Keju dibuat dari penggumpalan protein. Menurut FDA, keju adalah produk
yang dibuat dengan cara mengiagulasikan kasein susu, susu krim, atau
susu yang kaya dengan krim. Koagulasi dapat dilakukan dengan koagulasi
garam, asam atau enzim, pemekatan dan kombinasinya. Setelah
dikoagulasi, curd (padatan yang sebagian besar kandungannya protein)
yang dihasilkan diperam. Ada banyak jenis keju, mulai dari yang
teksturnya keras, sedang, lunak hingga kenyal.
11. Es Krim
Es krim merupakan makanan beku yang terbuat dari campuran produkproduk susu dengan presentase lemak susu yang tertentu ukurannya, dan
dicampur dengan telur ditambah dengan bahan penegas citarasa dan
20
pewarna tertentu sehingga lebih menarik. Melalui pasteurisasi dan proses,
teksturnya menjadi halus.
2.9 Peternakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian peternakan adalah
peternakan/pe·ter·nak·an/ n (usaha) pemeliharaan dan pembiakan ternak.
Peternakan
adalah
suatu
tempat
untuk
mengembangbiakan
dan
membudidayakan hewan ternak dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari
hasil kegiatan tersebut, macam macam hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing dan
lain lain
2.9.1 Prospek Usaha Peternakan Sapi Perah
Dengan berkembanganya pengetahuan dan pemanfaat susu sapi dimana susu
sapi segar maupun produk yang berasal dari olahan susu sapi membuat adanya
prospek untuk membuat peternakan sapi perah. Menurut Chaidir dan Cahyo (2015:1)
berikut prospek usaha sapi perah.
1. Ternak Unggul
Baik jenis lokal, impor atau persilangan, sapi merupakan hewan ternak yang
tergolong unggul dari segi produksinya. Sapi dapat dimanfaatkan susunya
sewaktu hidup dan dapat dimanfaatkan dagingnya setelah dipotong.
2. Peningkatan kebutuhan gizi
Masyarakat sekarang, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah ke
atas, sangat memperhatikan asupan gizi dalam mengonsumsi makanan. Salah
satu upaya untuk meningkatkan kebutuhan gizi mereka adalah dengan
mengkonsumsi susu sapi
3. Kesempatan Pasar
Sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai nutrisi yang spesifik,
susu sangat diperlukan terutama oleh generasi muda usia sekolah. Dengan
populasi bangsa Indonesia sebanyak 250 juta orang, kebutuhan pemenuhan
susu yang diperlukan sebanyak 3,4 juta ton/tahun.
Produksi susu sapi dalam negeri diperkirakan sekitar 25-30% dari kebutuhan
susu nasional. Dengan demikian, kebutuhan susu nasional sebagian besar
21
masih dipenuhi oleh susu impor, baik sebagai bahan baku atau sebagai
produk olahan (finished products)
4. Lahan Luas
Indonesia yang beriklim tropis dengan wilayah daratan yang cukup luas,
memiliki banyak bahan pangan, termasuk untuk ternak sapi. Karenanya
Indonesia relatif cocok untuk mengembangkan ternak sapi perah.
5. Nilai Ekonomis
Sapi termasuk hewan ternak yang memiliki nilai ekonomi baik, bahkan
hewan ternak dengan harga cukup mahal. Sebagian masyarakat Indonesia
menernakan sapi sebagai tabungan atau mengembangkan investasi.
Dengan nilai ekonomi yang baik, sapi memberikan jaminan terhadap
investasi yang ditanamkan. Selain sebagai investasi yang relatif besar, ternak
sapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi setiap hari yang cukup
menguntukan berupa susu.
2.9.2 Keuntungan Usaha Peternakan Sapi
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha peternakan sapi
perah, seperti menjual susu segar ke industri pengolahan susu (IPS) atau
mengolah susu tersebut sendiri, berikut kelebihan usaha sapi perah menurut
Chaidir dan Cahyo (2015:5).
1. Usaha Tritunggal
Usaha sapi perah dapat dikatakan usaha tritunggal karena paling tidak dapat
menghasilkan keuntungan dari tiga sumber produksi. Keuntungan tersebut
yaitu susu sapi, anak sapi (pedet), dan induk sapi sebagai sapi potong.
2. Penghasilan Harian
Dalam usaha sapi perah, jika susu telah diproduksi maka penghasilan setiap
hari akan didapatkan dari hasil penjualan susu sapi.
3. Membentuk Sentra
Pengusaha sapi perah, khususnya di Jawa, telah membentuk semacam sentra
usaha. Sentra usaha sangat membantu dalam proses produksi, pemasaran
dan pembinaan.
4. Pasca produksi masih memiliki nilai ekonomi
22
Setelah tidak memproduksi susu lagi, sapi perah atau induk sapi betina
masih memiliki nilai ekonomi. Induk sapi pascaproduksi susu dapat
langsung dijual atau digemukkan terlebih dahulu baru dijual sebagai sapi
potong untuk dimanfaatkan dagingnya.
5. Menciptakan usaha ikutan
Selain sebagai usaha pokok, yaitu untuk dimanfaatkan susunya, usaha sapi
perah dapat menghasilkan usaha sampingan. Hasil sampingannya yang
paling sederhana adalaj dengan manfaatkan kotorannya untuk pupuk atau
biogas.
2.10 Pengambilan Keputusan
Suatu keputusan dinilai lebih baik apabila pengambilan keputusan dilakukan
melalui analisa, Dengan mempertimbangkan semua data yang relevan dan alternative
yang tersedia.
Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat.
Dunnette dan Hough (1998: 25) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai
pemilihan tindakan dari sejumlah alternatif yang ada.
Gibson, dkk, (1997: 103) menjelaskan pengambilan keputusan sebagai proses
pemikiran dan pertimbangan yang mendalam yang dihasilkan dalam sebuah
keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang
dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan
pengetahuan, kecakapan dan motivasi.
2.10.1 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan
Menurut Heizer dan Render (2014:705) menyatakan ada enam langkah
yang harus dilakukan dalam pengambilan keputusan yang baik, yaitu (1)
mendefinisikan masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan jelas,
(2)
mengembangkan
tujuan
yang
spesifik
dan
dapat
diukur,
(3)
mengembangkan sebuah model yaitu hubungan antara tujuan dan variabel
(yang dapat diukur), (4) mengevaluasi setiap alternatif solusi berdasarkan
23
pada kelebihan dan kekuranganya, (5) memilih alternatif yang paling baik, (6)
menerapkan keputusan serta menentukan jadwal penyelesaian.
Menurut Stevenson (dalam Muhardi 2011:126) menyatakan pengambilan
keputusan yang tepat harus mengikuti langkah-langkah berikut: (1)
mendefinisikan tujuan spesifik dan kriteria untuk membuat keputusan, (2)
mengembangkan alternatif, (3) menganalisa dan membandingkan alternatif,
(4) memilih alternatif terbaik, (5) mengimplementasikan alternatif yang
dipilih, (6) memonitor hasil untuk memastikan bahwa hasil yang diinginkan
tersebut tercapai.
2.11 Decision Analysis
menurut Karmen Pazek (2009:2) pengertian decision analysis adalah “a
systematic approach by decision making that allow managers to solve
problems with uncertainy figure as a prominent factor.”
2.11.1 Decision Under Uncertainy
Terdapat 5 kriteria yang di gunakan dalam decision under uncertainy dalam
jurnal Karmen Pazek tahun 2009 yaitu :
•
Wald’s Maximin criterion The decision-theoretic view of statistics advanced
by Wald had an obvious interpretation in terms of decision-making under
complete ignorance, in which the maximin strategy was shown to be a best
response against natures’ minimax strategy.
•
Hurwicz’s criterion The most well-known criterion is the Hurwicz criterion,
suggested by Leonid Hurwicz in 1951, which selects the minimum and the
maximum payoff to each given action x. The Hurwicz criterion attempts to
find a middle ground between the extremes posed by the optimist and
pessimist criteria. Instead of assuming total optimism or pessimism, Hurwicz
incorporates a measure of both by assigning a certain percentage weight to
optimism and the balance to pessimism. However, this approach attempts to
strike a balance between the maximax and maximin criteria.
•
Maximax criterion is an optimistic approach. It suggests that the decision
maker examine the maximum payoffs of alternatives and choose the
alternative whose outcome is the best. This criterion appeals to the
24
adventurous decision maker who is attracted by high payoffs
•
Savage’s minimax regret criterion opportunity cost or loss resulting when a
particular situation occurs and the payoff of the selected alternative is
smaller than the payoff that could have been attained with that particular
situation
•
Laplace’s insufficient reason criterion The Laplace’s insufficient reason
criterion postulates that if no information is available about the probabilities
of the various outcomes, it is reasonable to assume that they are likely
equally. Therefore, if there are n outcomes, the probability of each is 1/n.
25
2.12 Kerangka Pemikiran
Adapun gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut:
Definisi Masalah:
Make or Buy
Tujuan: Optimalisasi
Profit
Alternatif 2 (make):
Membuat peternakan sendiri
Alternatif 1 (buy):
Supply dari KUD
Decision analysis
& Decision tree
Keputusan
Rekomendasi
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber : penulis
26
Download