Kajian Dampak Kebijakan United States Generalized System Of Preference (US-GSP) Perikanan.............(Rikrik Rahadian, et al) KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN UNITED STATES GENERALIZED SYSTEM OF PREFERENCE (US-GSP) 2015 TERHADAP EKSPOR PRODUK PERIKANAN INDONESIA KE USA The Impact of United States Generalized System of Preference (US-GSP) Toward Indonesia Fisheries Exports to USA * Rikrik Rahadian, Tajerin dan Zahri Nasution Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Gedung Balitbang KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924 Diterima tanggal: 24 Agustus 2016 Diterima setelah perbaikan: 20 Oktober 2016 Disetujui terbit: 3 Desember 2016 * email: [email protected] ABSTRAK Sejak pertamakali diperkenalkan pada tahun 1970-an, Generalized System of Preference (GSP) telah diterapkan oleh negara-negara maju seperti United States of America (USA), Jepang dan European Union (EU). Meskipun bertujuan serupa, yaitu mendorong serta memfasilitasi perdagangan bagi negara-negara berkembang, namun pada penerapannya di masing-masing negara terdapat perbedaan pengaturan GSP – terutama terkait perihal daftar beneficiaries (Negara Penerima Manfaat) serta produk yang memperoleh fasilitas GSP. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan US-GSP 2015 serta menganalisis besaran dampak kebijakan tersebut terhadap kinerja ekspor produk Kelautan dan Perikanan (KP) Indonesia di pasar ekspor USA. Untuk tujuan tersebut maka telah dilakukan pengumpulan data perdagangan produk KP di USA pada tahun 2014 dari database TRAIN-UNCTAD dan simulasi dengan mempergunakan model SMART yang dikembangkan oleh World Integrated Trade Solutions (WITS). Hasil simulasi menunjukkan bahwa rejim US-GSP 2015 dapat dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor produk perikanan Indonesia ke USA, terutama bagi komoditas sekunder/olahan. Oleh karena itu, kebijakan ekspor produk perikanan Indonesia harus difokuskan terhadap Industrialisasi sektor perikanan Indonesia. Kata Kunci: generalized system of preference, USA, ekspor produk perikanan ABSTRACT Ever since its introduction in the early 70’s, the Generalized System of Preference (GSP) has been adopted and implemented by the developed countries such as United States of America (USA), Japan and the European Union (EU). Despite its only purpose – encouraging and facilitating trade for the developing countries – its implementation in each adopting country has been very customized – especially concerning the beneficiary list and GSP product list. The purpose of this paper is to analyze the impacts of US-GSP 2015 implementation towards Indonesian Fisheries Export to the USA. The research was conducted using a SMART model – an economic model developed by the World Integrated Trade Solution (WITS) – to simulate the impacts of the trade policy using the TRAIN-UNCTAD database. The simulation showed that the 2015 US-GSP regime, if completely utilized by the Indonesian Exporters, could actually boost Indonesian Fisheries Exports to the USA, especially for the fish processing products. Therefore, fisheries product export policy should be focused on industrializing the Indonesian fishery sector. Keywords: generalized system of preference, USA, fisheries product export Korespodensi Penulis: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Gedung Balitbang KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924 135 J. Kebijakan Sosek KP Vol. 6 No. 2 Desember 2016: 134 - 144 PENDAHULUAN Dalam hubungan dagang internasional dengan negara-negara maju, salah satu fasilitas kemudahan perdagangan yang disediakan bagi eksportir dari negara-negara berkembang adalah Generalized System of Preference (GSP). Pada prinsipnya, GSP adalah sebuah sistem tariff impor di negara-negara maju, yang dikhususkan bagi berbagai produk yang berasal dari negaranegara berkembang (Developing Countries/DC) dan terbelakang (Least-Developed Countries/LDC) (Pratomo, 2004). Awalnya fasilitas ini diajukan ke sidang WTO sebagai alat untuk mengatasi adanya ketimpangan dayasaing antara negara-negara maju dengan negara-negara berkembang, sehingga negara-negara berkembang diperkenankan menerima kemudahan berupa pengenaan tariff bea masuk lebih rendah daripada tariff normal – Most Favoured Nation (MFN) – dari negaranegara maju. Pada perkembangan selanjutnya, fasilitas ini juga mampu meningkatkan keterbukaan dan kesejahteraan negara-negara berkembang, seperti yang dialami oleh beberapa negara ASEAN – Indonesia, Thailand, Vietnam dan Malaysia – bahkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Sejak pertamakali diperkenalkan pada awal tahun 70-an, fasilitas GSP ini telah diaplikasikan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat (USA), Uni-Eropa (EU) dan Jepang. Umumnya berbagai produk yang termasuk ke dalam daftar GSP ini akan dikenakan tariff 0%. Selain itu, dalam GSP juga terdapat ketentuan terkait berbagai negara penerima fasilitas (Beneficiaries) serta produk apa saja yang diperkenankan memperoleh fasilitas GSP. Hal yang unik dari GSP adalah, meskipun wajib untuk diadopsi oleh negaranegara maju, akan tetapi memberikan kebebasan bagi masing-masing negara yang mengadopsi untuk menentukan beneficiaries serta product list sendiri. Salah satu negara tujuan ekspor utama yang menerapkan fasilitas GSP dan telah dinikmati oleh Indonesia adalah USA. Pada bulan Juli setiap tahunnya, pemerintah USA menerbitkan sebuah Panduan GSP, berisikan daftar beneficiaries serta daftar produk apa saja yang memperoleh fasilitas GSP (Office of the United States Trade Representatives, 2015). Pada Juli 2015 yang lalu, panduan GSP di pasar USA terkini telah dipublikasi 136 secara resmi. Setiap perubahan yang terjadi pada rejim GSP tersebut, tentunya akan secara langsung berpengaruh terhadap harga berbagai produk eligible yang diekspor oleh para beneficiaries ke USA, dan tentunya akan berdampak pada perubahan market share baik pada produk yang ada pada eligible list maupun pada produk-produk diluar list tersebut. Oleh karena itu, sebagai salah satu produk yang diekspor ke USA, Produk Kelautan dan Perikanan (KP) juga akan terpengaruh oleh perubahan yang terjadi pada rejim US-GSP 2015 ini. Kajian dampak dari penerapan GSP maupun perubahan rejim GSP di negara-negara maju terhadap kinerja perdagangan dan performa perekonomian negara-negara berkembang telah cukup banyak dilakukan. Meskipun penelitian terkait manfaat dari GSP bagi negara berkembang pada kasus Uni Eropa menunjukkan bahwa secara empiris fasilitas ini dinilai berdampak sangat kecil terhadap perdagangan, bahkan tidak berdampak terhadap terjadinya diversifikasi perdagangan (Cirera, Foliano, & Gasiorek, 2011), akan tetapi beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa fasilitas GSP sangat berpengaruh bagi kinerja perdagangan dan performa ekonomi negaranegara berkembang. Salah satu contoh kasus adalah merosotnya kondisi perekonomian di Bangladesh akibat dari penurunan drastis kinerja ekspor pakaian jadi ke USA dan EU semenjak produk tersebut dikeluarkan dari GSP list di kedua negara tujuan ekspor tersebut (Kibria, Matin, & Sharmin, 2016; Rashedul Islam & Maruf, 2014). Sedangkan bagi negara maju sebagai tujuan ekspor, pencabutan fasilitas GSP berdampak terhadap menurunnya tingkat impor produk dari negara-negara berkembang, seperti pada kasus penurunan impor produk pertanian dan tekstil di USA ketika kedua produk tersebut dikeluarkan dari GSP list (Hakobyan, 2013). Tujuan utama dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menyediakan informasi terkait dampak dari penerapan kebijakan US-GSP 2015 terhadap performa ekspor produk Kelautan dan Perikanan (KP) Indonesia ke Pasar USA, melalui: 1. Kajian terkait rejim GSP yang diberlakukan di USA pada tahun 2015 ini; 2. Analisis dampak diberlakukannya US-GSP 2015 terhadap ekspor produk KP Indonesia ke pasar USA. berumur hampir 50 tahun, namun model ini merupakan model kes untuk menganalisis efek perdagangan dari kesepakatan kemitraan eko Kajian Dampak Kebijakan United States Generalized System Of Preference (US-GSP) Perikanan.............(Rikrik Rahadian, et al) Yeats, 1986). METODOLOGI Model ini didasarkan pada asumsi­asumsi normal dari analisis terhingga. Asumsi terakhir tadi sering diterapkan dalam perubahan model-model internasional, tidak adanya padaperdagangan pendapatan atau nilai tukar uang, fung Metode Pengumpulan data sangat rasional, karena Jepang, Amerika Serikat elastis, dan dan Uni elastisitas tidak terhingga. Asumsi terakhir Eropa supply adalah yang negara-negara besar dan Data yang akan dipergunakan sebagai total ekspor masing-masing negarasangat ke Indonesia model­model perdagangan internasional, rasional, karena Jep bahan analisis dalam penelitian ini sepenuhnya relatif kecil jika dibandingkan dengan total ekspor berjenis data sekunder baik kuantitatif maupun Eropa adalah negara­negara besar total (Jammes ekspor masing­masing ne masing-masing negara kedan dunia & kualitatif. Data kuantitatif berupa berbagai variabel Olarreaga, dengan 2005). total ekspor masing­masing negara ke dunia jika dibandingkan perdagangan seperti nilai ekspor berbagai produk KP Indonesia dan negara-negara penerima manfaat Model Verdoorn menitikberatkan pada impor GSP ke USA pada tahun 2014 serta besaran tarif Model Verdoorn menitikberatkan pada impor dari berbag dari berbagai sumber, yaitu impor dari preference bea masuk berbagai komoditas yang diekspor beneficiaries (Q1)(Q dan dari non-beneficiaries (Q ). preference beneficiaries 1) dan dari non-beneficiaries 2(Q2). Model ini ke USA baik dari beneficiaries maupun nonModel ini berdasarkan pada dua asumsi kunci. beneficiaries, diperoleh dari database TRAIN, yang kunci. Pertama, Pertama, fungsi fungsi permintaan permintaan dari dari the the preference preference donor (Indon dikelola oleh UNCTAD. Adapun data kualitatif yang donor (Indonesia) untuk berbagai barang, adalah adalah sebagai berikut: diperlukan diperoleh melalui penelusuran pustaka sebagai berikut: terhadap berbagai dokumen yang terkait dengan .................(1) �� � �� � � � ��� ��� �� ���………………………………………………… US-GSP serta beragam penelitian terdahulu. dimana P1 dan P2 adalah harga impor dari beneficiaries dan non-beneficiaries, α1 dan α2 dimanaadalah P1 dankoefisien-koefisien P2 adalah harga impor Dalam pelaksanaannya, analisis dilakukan share dari (α1= beneficiaries Q1/(Q1+Q2), dan non-be dengan mengaplikasikan “SMART MODEL”. dan α1+α1=1), β adalah sebuah parameter dan ε koefisien­koefisien share (α1= Q1/(Q1+Q2), dan α1+α1=1), β adalah sebu Smart Model ini pada dasarnya merupakan mewakili elastisitas permintaan impor. Dengan pengembangan lebih lanjut dari “Model Produk elastisitas permintaan impor. Denganpermintaan menggunakanimpor, elastisitas permin menggunakan elastisitas Terdiferensiasi”, yang dikembangkan oleh Verdoorn data impor dapat dipergunakan tanpa harus dipergunakan tanpa harus mengandalkan data produksi domestik. (1960) (Busse & Groβmann, 2004). Model ini pada mengandalkan data produksi domestik. Asumsi awalnya diformulasi untuk tujuan analisis lebih tersebuttetapi tidak juga hanya memudahkan, juga Indonesia, memudahkan, sangat diperlukan tetapi pada kasus dari sisi kepentingan negara konsumen (buyer) sangat diperlukan pada kasus Indonesia, karena tidak tersedia. dari komoditas-komoditas atau produk-produk data yang diperlukan tidak tersedia. yang diimpor dari negara produsen. Namun elastisitas (σ) impor Kedua,Kedua, elastisitas substitusisubstitusi (σ) impor preferred dan non-prefe dalam perkembangan selanjutnya, model tersebut preferred dan non-preferred dapat dinyatakan disempurnakan oleh UNCTAD dan the World Bank berikut:sebagai berikut: sehingga dapat digunakan untuk analisis, tidak saja �� untuk kepentingan negara konsumen tetapi juga � QQ11 PP � � � 1 1 .............................(2) � � � � ……………………………………………………………… Q1 Q P ��� ………………………………………………………………… negara produsen yang melakukan kesepakatan Q22� � ����� 1 PP � 2� 2 � …………………………………………………………… Q2 �� P2 �� perdagangan (ekonomi). Model ini dikenal dengan f (t) dihilangkan hanya untuk impor preferred untuk impor yang preferred Q1Qdan elastisitas dikenal dengan sebutan “SMART MODEL”. Berikutff (t) (t) dihilangkan dihilangkanhanya hanya untuk impor yangyang preferred elastisitas 1 dan f (t) dihilangkan hanya untuk impor yang preferred Q1 dan elastisita Q1 dan elastisitas supply adalah tak terhingga, maka ini dijelaskan masing-masing model tersebut. maka harga impor berubah sebesar: 11 makaharga hargaimpor imporbeneficiaries beneficiariesPPP berubah sebesar: beneficiaries berubahsebesar: sebesar: maka harga impor beneficiaries P11berubah (1) Model Produk Terdiferensiasi ��PP11 ��t t �� �t ……………………………………………………………………………… .............................(3) ………………………………………………………………………… P � 1 “Model Produk Terdiferensiasi” (Differentiated PP 11 � 11��t t………………………………………………………………………… P1 1 � t Product Model) Verdoorn, meskipun telah berumur total impor negara­negara yang p total ekspansi impor daripandang sudut pandang MakaMaka total ekspansi ekspansi impordari darisudut sudut pandang negara­negara yang hampir 50 tahun, namun model ini merupakanMaka Maka negara-negara total ekspansi yang imporprefered dari sudut pandang dengan negara­negara yang sehubungan model keseimbangan parsial yang tepat untuk perdagangan preferences dapat dalam persamaan sebagai be perdagangan preferences dapatdinyatakan dinyatakan dalam persamaan sebagai perdagangan preferences dapat dinyatakan dalam menganalisis efek perdagangan dari kesepakatan perdagangan preferences dapat dinyatakan dalam persamaan sebaga persamaan sebagai berikut: ��� �� kemitraan ekonomi yang di usulkan (Laird & Yeats, ��� � ��1� � �1 � �1�� � � ���……………………………………………… � �…………………………………………… �� � ��1� � �1 � �1�� ���� 1986). ��� �� ��� �� Metode Analisis Data � ��1� � �1 � �1��� � ...................(4) �…………………………………………… �� ��� pertama, tarif dikurangi hanya Reaksi berantai terjadi dalam dua tahap: Model ini didasarkan pada asumsi-asumsiReaksi berantai terjadi dalam dua tahap: pertama, tarif dikurangi han Reaksi berantai terjadi dua tahap: Reaksi berantai terjadi dalamdalam dua pertama, tarif dikurangi ha lalu konsumen mensubstitusi Q1 tahap: dengan Q2. pertama, Persamaan (4) dapa normal dari analisis keseimbangan parsial, seperti lalu tarif konsumen mensubstitusi Q1 dengan (4) da 2. Persamaan dikurangi hanya terhadap Q1, danQP1 turun, tidak adanya perubahan pada pendapatan atau lalu konsumen mensubstitusi Q2. Persamaan (4) da mensubstitusikan α2 untuk α2: Q1 dengan lalu konsumen mensubstitusi Q1 dengan Q2­ . α2 untuk α2 : nilai tukar uang, fungsi permintaan impor yangmensubstitusikan Persamaan α(4) dapat direkaulang dengan cara iso-elastis, dan elastisitas supply yang tidak mensubstitusikan 2 untuk α2: Q � � �t � mensubstitusikan �� untuk � � ���α2: �Q � �� � � 2α2 � �t � ………………………………………………… � � �� � � 2 �� � � ���1� � t � � …………………………………………… 1 Q t �Q � Q1� �� � � �� � � ����� 1 � t���…………………………………………… 137 Perubahan total2 pada preffered Q1 � 1 � t � import dapat diuraikan menja Perubahan total pada preffered import dapat diuraikan me Trade Diversion (TD). TC didefinisikan sebagai perubahan pada total pada preffered import dapat diuraikan pad me Trade Perubahan Diversion (TD). TC didefinisikan sebagai perubahan � ��� � perdagangan preferences dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: ��� �� perdagangan preferences dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: ��1� �dalam �1 ��tahap: � � �…………………………………………………………………………….. � terjadi � �1 Reaksi berantai dua pertama, tarif dikurangi hanya terhadap Q1, dan P1 turun,(4) � ��� � J. Kebijakan Sosek KP Vol. 6 No. 2 Desember 2016: 134 - 144 ��� �� lalu konsumen mensubstitusi Q Q2. Persamaan (4) dapat cara (4) ���1 tahap: � dengan ��� � �� �…………………………………………………………………………….. �1� � ��11�� �1 � �terjadi Reaksi berantai dua pertama, tarif dikurangi hanya direkaulang terhadap Q1,dengan dan P1 turun, � ��1� �dalam �1 �� � ����…………………………………………………………………………….. (4) �� �� ��� mensubstitusikan α untuk α : 2 2 lalu konsumen mensubstitusiduaQ1tahap: dengan Q2. Persamaan (4) dapat direkaulang Reaksi berantai pertama, tarifdikurangi dikurangi hanya terhadap Q1dengan , Pdan P1cara turun, Reaksi berantaiterjadi terjadidalam dalam dua tahap: pertama, tarif hanya terhadap Q1, dan 1 turun, terdiferensiasi memerlukan estimasi elastisitas baik mensubstitusikan α2 untuk α2: Q �dengan lalu konsumen Q2.2. Persamaan Persamaan(4)(4)dapat dapat direkaulang dengan t � �Q mensubstitusi lalu konsumen mensubstitusi Q..............(5) direkaulang dengan cara caraSayangnya �11 dengan permintaan impor maupun substitusi. � �� � � 2 �� � � ��� (5) � ……………………………………………………………………………… Q1 α2α2untuk �1 � t � estimasi handal dari kedua elastisitas tersebut bagi mensubstitusikan untuk α mensubstitusikan α 2:: 2 �Q � �t � Indonesia pada tingkat HS 4 digit tidak tersedia. � �� � � 2 �� � � ��� � ……………………………………………………………………………… Perubahan total pada preffered diuraikan menjadi Trade Creation (TC) dan(5) Perubahan total pada preffered importdapat dapat Q1 1 � t � import � Untuk mengatasinya, maka nilai-nilai elastisitas �Q�Q menjadi ��� ��tt ���……………………………………………………………………………… diuraikan (TC) dan Trade � � � �����(TD). ��� 2Trade � ��didefinisikan �Creation (5) asumsi Trade Diversion TC sebagai perubahan pada impor dari berdasarkan negara­negara tersebut ditentukan (yang � � � � � � � ……………………………………………………………………………… (5) �� 1 � t �� import dapat diuraikan Perubahan pada preffered menjadi Trade Creation (TC) dan Diversion TC2 didefinisikan perubahan Q1Q1 (TD).total 1 �sebagai t� � didekati peningkatan dari beberapa hasil riset yang relevan). beneficiaries (Q1)dari dannegara-negara terdiri dari efek konsumsi, yang pada konsumsi impor beneficiaries ) merupakan Tradepada Diversion (TD). sebagai perubahan pada spesifik, impor dari negara­negara 1 Secara untuk memperoleh estimasi Perubahan total TC padadidefinisikan preffered import dapat(Q diuraikan menjadi Trade Creation (TC) dan Perubahan total pada preffered import dapatdan diuraikan menjadi Trade Creation (TC) dan dan terdiri efek konsumsi, yang merupakan keseluruhan yangdari diakibatkan oleh penurunan harga, pengalihan produksi domestik. Efek inibuah elastisitas tersebut dibuat tiga skenario, beneficiaries (Q1) dan dari efek konsumsi, yang merupakan peningkatan pada konsumsi Trade Diversion (TD). TC didefinisikan sebagai yang perubahan pada impor dari negara­negara peningkatan padaterdiri keseluruhan yaitu pada skenario rendah, dan tinggi yang Trade Diversion (TD). TCkonsumsi didefinisikan sebagai perubahan impor darimenengah negara­negara dapat diturunkan dari sudut pandang negara prefered sebagai berikut: diakibatkan harga, dan pengalihan keseluruhan yang oleh penurunan harga, pengalihan produksi domestik. Efek beneficiaries (Q1oleh ) diakibatkan danpenurunan terdiri dari efek konsumsi, yangdan merupakan peningkatan pada konsumsi masing-masing skenario berbedaini pada angka beneficiaries efek diturunkan konsumsi, dari yang merupakan peningkatan padanantinya. konsumsi produksi(Qdomestik. Efek dari ini dapat 1) dan terdiri elastisitas yang diasumsikan keseluruhan yangdari diakibatkan oleh penurunan harga, sebagai dan pengalihan domestik. Efek ini dapat diturunkan sudut negara prefered berikut: produksi �t � pandang �negara sudut pandang prefered sebagai berikut: � Qdiakibatkan (6) ini � ………………………………………………………………………………………………….. keseluruhanTC yang oleh penurunan harga, dan pengalihan produksi domestik. Efek 1� � dapat diturunkan dari � t � pandang negara prefered sebagai berikut: � 1sudut (2) SMART MODEL � �t � dapat diturunkan dari negara prefered sebagai berikut: TCTD�didefinisikan Q1� �sudut�pandang ........................................(6) ………………………………………………………………………………………………….. Selanjutnya, sebagai substitusi dari baik impor yang bersifat prefered maupun non-(6) Partial equilibrium SMART model merupakan � 1��t t � TC � akibat Q1� � dari� ………………………………………………………………………………………………….. (6) Differentiated pengembangan lebih lanjut dari prefered sebagai peniadaan tarif yang preferential: t � 1 � t � � � � Selanjutnya, TD didefinisikan sebagai substitusi Selanjutnya, didefinisikan sebagai substitusi dari baik impor yang bersifat maupun non-oleh TC TD �Q Product Model,prefered yang dikembangkan (6) UNCTAD � ………………………………………………………………………………………………….. 1� � dari baik impor yang bersifat prefered maupun 1 � t � � Selanjutnya, TD didefinisikan sebagai substitusi dari baik impor dan yangthe bersifat prefered maupun nonWorld Bank sejak tahun 1980an terutama prefered sebagai akibat dari peniadaan tarif yang preferential: �t � dari �akibat non-prefered peniadaan tarif TD � Q1�sebagai (7)rounds. Terkait � ……………………………………………………………………………………… untuk menilai dampak dari GATT 2 �� � � �� prefered akibat dari peniadaan tarif yang dari preferential: Selanjutnya, TD didefinisikan baik impor yang bersifat prefered maupun non1 � t � substitusi �sebagai yangsebagai preferential: dengan tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini, � �t � �� 1��t t �� .............................(7) dibandingkan dengan pendahulunya TD � Q1� 2 �� � � �� (7) (Differentiated � ……………………………………………………………………………………… sama dengan jumlah kewajiban yang prefered Q1, yang � 1 � t �impor bagi impor dari negara­negara Product Model), karena mampu menganalisis efek �t �diharapkan pada Penerimaan Cukai/Custom Revenue (CR) adalah Terakhir, perubahan� yang TD Q � � � � � � perdagangan bilateral antara negara-negara maju sekarang sudah tidak termasuk lagi dalam tarif impor, dan penggantian impor­impor dari negara­ ……………………………………………………………………………………… � � Terakhir, yangdiharapkan diharapkan pada 1� 2 Terakhir,perubahan perubahan yang pada Penerimaan Cukai/Custom Revenue (CR) adalah (7) SMART Model dalam hal(CR) ini dipandang prefered sebagai dari tarif yang preferential: TD �akibat Qperubahan � �peniadaan ��yang diharapkan Terakhir, pada Penerimaan Cukai/Custom Revenue adalah(7) lebih tepat � ……………………………………………………………………………………… 1� 2 �� � 1 � t Revenue �impor bagi samaPenerimaan dengan jumlah kewajiban impor dari negara­negara yang tanpa prefered Q1, yangbias terhadap dan berkembang, mengalami Cukai/Custom (CR) adalah negara yang non-prefered (TD) dikalikan tarif impor: sama dengan jumlah kewajiban impordengan bagi impor dari negara­negara yang prefered Q , yang 1 negara majuimpor­impor (Superior Party) seperti yang terjadi sama dengan jumlah kewajiban importarif bagi impor sekarang sudah tidak termasuk dalam impor, dan penggantian dari(CR) negara­ Terakhir, perubahan yanglagi diharapkan pada Penerimaan Cukai/Custom Revenue adalah dengan menggunakan Differentiated Product sekarang sudah tidak termasuk lagi dalam tarif impor, dan penggantian impor­impor dari negara­ dari negara-negara yang prefered Q , yang 1 ……………………………………………………………………………………………… �t dikalikan dengan tarif impor: � CR � �Q 1 � TD (8) negara yang non-prefered (TD) sama dengan jumlah kewajiban impor bagi impor dari negara­negara yang prefered Q , yang Model. 1 sekarang sudah tidak termasuk lagi dalam tarif negara yang non-prefered (TD) dikalikan dengan tarif impor: impor, dan penggantian impor-impor dari negarasekarang sudah tidak termasuk lagi dalam tarif impor, dan penggantian impor­impor negara­ The SMART model dari terdapat � �non-prefered Q 1 � TD �t ……………………………………………………………………………………………… (8) dalam WITS negara� CR yang (TD) dikalikan dengan � CR � �Q 1 � TD �t ……………………………………………………………………………………………… (8) mengevaluasi software, penggunaan SMART dapat negaratarif yangimpor: non-prefered (TD) dikalikan dengan tarif impor: dan melihat konsekuensi dan 5 dampak dari perubahan kebijakan perdagangan (dalam ukuran .............................(8) � CR � �Q 1 � TD �t ……………………………………………………………………………………………… (8) tarif) dalam beberapa variabel-variabel yang 5 terkait dengan konsekuensi kerjasama bilateral, 5 Estimasi TC dan TD dan perubahan pada yaitu: Efek Trade Creation (TC), Efek Trade pendapatan cukai dilakukan pada Harmonised Diversion (TD), dan Agregasi TC dan TD. Selain System (HS) level empat digit. Pada tingkat aggregasi itu, lebih lanjut lagi, SMART Model juga 5akan dapat tersebut, Tabel HS terdiri dari sekitar 1,240 barang. menunjukkan variabel-variabel yang berkaitan Pendekatan disaggregasi dengan tingkat ketelitian dengan dampak dari kerjasama bilateral, yaitu: seperti ini menjamin estimasi efek perdagangan Variasi penerimaan tariff dan Perubahan dalam yang lebih akurat, karena, pada kasus adanya TD, Surplus (Konsumen, Produsen dan Nasional). menyertakan kompetisi dari berbagai negara pada level yang tepat. Selain itu, hal ini memungkinkan The SMART model memiliki 3 jenis elastisitas: identifikasi berbagai komoditas yang kemungkinan (i) Supply elasticities, yang mana dapat bernilai besar akan terpengaruh oleh EPA. Berbagai tarif (=99). Hal ini berarti bahwa peningkatan dan data perdagangan diperolah dari berbagai permintaan untuk barang tertentu akan selalu narasumber seperti Trade Analysis and Information dicocokan oleh produsen dan eksportir dari System (TRAINS) UNCTAD, database terintegrasi barang tersebut, tanpa adanya dampak pada WTO, database COMTRADE, BPS, DEPERDAG harga barang tersebut. dan berbagai sumber data lainnya. (ii) Import substitution elasticities barang yang Seperti dapat dilihat dari persamaan (6) dan sama dari Negara yang berbeda imperfectly (7), estimasi TC & TD pada model produk yang substitutable. Dalam SMART, import 138 � � �im � � � �1 � tijk � Pikj � ………………………… M ijk � � dttjk � dPtjk � dMtjk m� � Kajian Dampak Kebijakan United States Generalized System Of Preference (US-GSP)�Perikanan.............(Rikrik Rahadian, et al) � � ……………………………………… dM �tjk dttjk�dP dM mmi����dt � tjk�ijk�� tjk tjktjk�dP dM dt dP mtjk dM dX ikj tjk � �tjk � M ijk 1 t P � � � � ijk ikj � � � � � ……………………………………………………… �� …………………………………………… �1 �i t� � (11), � �i iidentitas � permintaan Persamaan dapat diperg � � �peningkatan (i) Supply elasticities, yang mana dapat bernilai (=99). Hal ini berarti M bahwa P � ………………………………………………… �1 � tijkPikj�ikjpermintaan M ijk �� peningkatan Mijkijk bahwa tijk ���P Mikj ijk� X ikj (i) Supply elasticities, yang mana dapat bernilai (=99). Hal ini berarti � 1 ��ijk dM dX ikj ijk untuk barang tertentu akan selalu dicocokan oleh produsen dan eksportir dari barang tersebut, (i) Supply Supply elasticities, yang mana mana dapat bernilai (=99). Hal ini berarti berarti bahwa peningkatan permintaan dM substitution elasticity bernilai 1.5bernilai untuk (=99). setiap dMdX dX ikj dapat dipergunakan Persamaan identitas (11), (i) elasticities, yang dapat Hal ini bahwa peningkatan permintaan � ikjikjtersebut, ijk dMijkijkbarang dX untuk barang tertentu akan selalu dicocokan oleh produsen dan eksportir dari elastisitas supply Persamaan identitas (11), dapat Persamaan identitas (11), dipergunakan untuk �berikut: Persamaan identitas (11), dipergunakan unm � X dapat M Persamaan identitas (11), ekspor dapatdapat dipergunakan untuk � barang ijk MMijkbarang M ijkXXikjtersebut, Xikjikj tanpa barang adanya dampak pada harga barang tersebut. untuk barang tertentu akan selalu dicocokan oleh produsen dan eksportir dari tersebut, untuk tertentu akan selalu dicocokan oleh produsen dan eksportir dari barang ikj tanpa adanya dampak pada harga barang tersebut. dMtjk �ijk � dttjk dPtjkmenurunkan m� (iii) Import demand elasticity mengukur responelastisitas dipergunakan untuk persamaan � dM supply ekspor berikut: � � � dP …………………………………………………………………… elastisitas supply ekspor berikut: elastisitas supply ekspor berikut: i 1 ikjberikut:� ijk tanpa adanya dampak pada harga barang tersebut. � elastisitas supply ekspor adanya dampak pada harga barang � � M 1 t P � ……………………………………………… (ii) tanpa Import substitution yang sama dari Negara yang berbeda imperfectly permintaan dalamelasticities beralih kebarang harga tersebut. import. elastisitas supply ekspor berikut: � ijk ijk ikj e � � (ii) Import substitution elasticities barang yang sama dari Negara yang berbeda imperfectly � DalamSMART, import demand � � t M ijk Pikj elasticity dP dM dP1.5 dM dP dM 1ikj1 1ijk berbeda dM dXijkikj………………………………………………………………… substitutable. Dalam SMART, import substitution elasticity bernilai setiap barang ijk dPikjikj dM (ii) Import Import substitution elasticities barang yang sama dari Negara yang imperfectly ijk ijk 1eyang ………………………………………………………………………… ikj � (ii) substitution elasticities barang yang sama dari Negara berbeda imperfectly �untuk berdasarkan pada “price elasticities in ................................(15) …………………………………………………………… Persamaan identitas (11), dapat dipergunakan untuk menurunk � � substitutable. Dalam SMART, import substitution elasticity bernilai 1.5 untuk setiap barang e ……………………………………………………………………… �P�digunakan e M P M � yang jika pada Persamaan (14), akan memungk e M ijk ikj ijk ikj t t X P M � ijk ijk ijk ikj P M � international trade”. ikj t ikj t substitutable. Dalam SMART, import substitution elasticity bernilai 1.5 untuk setiap barang substitutable. Dalam SMART, import substitution elasticity bernilai 1.5 untuk setiap barang (iii) Import demand elasticity mengukur respon permintaan dalam beralih ke harga import. Dari Persamaan (11) efek TC sama dengan pertumbuhan ek yang jika digunakan pada Persamaan (14), akan memungkinkan yangsupply jika digunakan pada Persamaan (14), akan memungkinkan untukuntu mem jika digunakan pada Persamaan (14), akan elastisitas ekspor berikut: (iii) Import demand elasticity mengukur respon permintaan dalam beralih ke harga import. Asumsi penting lainnya dari model ini adalah yangyang jika digunakan digunakan pada Persamaan (14), akanakan memungkinkan untuk m yang jika pada Persamaan (14), memungkinkan u untuk memperhitungkan efek DalamSMART, import demand elasticity berdasarkan pada “price elasticities in international Dari Persamaan (11) efek TC sama dengan pertumbuhan ekspor negara Darimemungkinkan Persamaan (11) efek TC sama dengan pertumbuhan ekspor negara k ata (iii) perfect Import demand elasticity mengukur respon permintaan dalam beralih ke harga import. competition, dimana dalam pemotongan (iii) Import demand elasticity mengukur respon permintaan dalam beralih ke harga import. j: DalamSMART, import demand elasticity berdasarkan pada “price elasticities in international DariPersamaan Persamaan (11) efek TC (11) sama dengan eksporekspor negaraneg ka dP dM (11) sama dengan pertumbuhan TC. efek TCpertumbuhan sama dengan 1 Persamaan ikj Dari ijk efek TC tariff secara penuh dicerminkan dalam harga yangDari ………………………………………………………………………………………… � j: j: trade”. e DalamSMART, import demand demand elasticity elasticity berdasarkan berdasarkan pada �“price “price elasticities in kinternational international DalamSMART, import elasticities in negara atas komoditas i ke Ppada M ijkekspor j: pertumbuhan trade”. konsumen. ikj t dibayarkan j: dtijk negara j: m trade”. TCijkm � M � dt dt jika digunakan padacompetition, Persamaan (14), akan memungkinkan untuk memperhitun trade”. …………… ijk ijk i Asumsi penting lainnya dari model yang ini adalah perfect dimana dalam ijk m m dt�ijk ......(16) TCM �iMm ijk�i dimana TCijk � (3) Model Matematika � ……………………………… Asumsi penting lainnya dari model ini adalah perfect competition, dalam ijkijk� ……………………………………… � � � 1 � m i m TCefek Msama Dari Persamaan (11) � pertumbuhan ��dt � �negarae k� ��atas komodi � � � …………………………………… 1��t� ijk �TC ijk�i dengan �iekspor �1�ijk ijk pemotongan tariffpenting secara penuh dalam yang dibayarkan �dimana 1����1�1t�ijk Asumsi lainnyadicerminkan dari model model ini harga adalah perfect competition, dalam � e � �� ………………………… � i �� TC M ijkkonsumen. �i��m���11��t��ijktdimana ����i im�dalam e �� Asumsi penting dari ini adalah perfect competition, � � ijk � pemotongan tariff secaralainnya penuh dicerminkan dalam harga yang dibayarkan konsumen. � �� i �� �� m� j: i e� �� � �ijk �� �1�� � � - Trade Creation (TC) � � � ii � � e � � � �� 1 � tijk pemotongantariff tariffsecara secarapenuh penuhdicerminkan dicerminkandalam dalamharga hargayang yangdibayarkan dibayarkan konsumen. pemotongan konsumen. e e e � i � ��dapat (3) ModelTrade Matematika � �=i �== , �persamaan (15)disederhanakan dapat disederhanakan Jika maka persamaan (15)� dapat sebagai beris � iJika maka (15) (15)persamaan dapat disederhanakan sebagai berikut: dt�persamaan ∞, ,maka creation menangkap aspek Jika Jika e = � i , maka (3) Model Matematika ijk m � i ijk= �� M, maka persamaan (15) dapat disederhanakan sebagai berikut: Jikadisederhanakan TC � ……………………………………………………… - Trade Creation (TC) ijk i perkembangan perdagangan (liberalisasi) sebagai � sebagai (3) Model Matematika - Trade Creation (TC) e �1 �berikut: � im � � (3) Model Matematika 1 � � � 0 11� disederhanakan � 1 � tijk �� 1 1(15) = dapat sebagai b Jika � , maka��persamaan contoh Free Trade Area. Derivasi dimulai dari fungsi i t 0� 1 � t 0 creation menangkap aspek perkembangan perdagangan �m(liberalisasi) contoh � t ijk1 �sebagai t� �t1ijkie��1��� TradeTrade Creation (TC) m1 � ijk0t ijk ijk -- Trade Creation (TC) ijk m � TC � M Trade creation menangkap (liberalisasi) sebagai contoh ……………………………………… import demand dan export supply:aspek perkembangan perdagangan �ijk TCijk � M 1 � t � 1 � t ijk ijk 0ijk ………………………………………………… i m ijk i � � TC …………………… ijk i 1M ............(17) 0 �sebagai tijkijk0 01 � tijk contoh Free Trade Area. Derivasi dimulai dari fungsi import demand danTC export e ijk � �supply: i M ijk Trade creation menangkap aspek perkembangan perdagangan (liberalisasi) 1…………………………………………… Trade creation menangkap aspek perkembangan perdagangan (liberalisasi) sebagai contoh 1 0� tsebagai � = � , maka persamaan (15) dapat1disederhanakan berikut: Jika demand ijk �t Free Trade Area. Derivasi dimulai dari fungsi import dan export supply: � � � � � � �� ��� � � �� � � � � �� � � � �� �1 �� tijk � ���1 � tijk � � � ijk Fungsi permintaan impor yang i m Dimana TCijk adalah penjumlahan dari TC dalam U$atas juta komoditas atas komodi Dimana TCTC adalah penjumlahan dari TC dalam U$ juta �supply: ijkexport ………………………………… Free Trade Area. Derivasi dimulai dari fungsi import demand dan disederhanakan untuk negara j dari negara k ijk � supply: i M ijk Free Trade Area. Derivasi dimulai dari fungsi import demand dan export 0 t: dari Fungsi permintaan impor yang disederhanakan untuk negara jDimana dari negara kadalah untuk komoditas TCadalah penjumlahan TC dalam U$ juta Dimana TCijk TC adalah dari TC dalam U$ juta atas komoditas Dimana penjumlahan dari TC dalam ijkpenjumlahan 1 0 1 � t ijk ijk t: 1 �ktdan ��1m�komoditas tadalah Fungsi permintaan yang disederhanakan untuk negara j darimnegara untuk m untuk komoditasimpor t: ijk ijk elastisitas permintaan impor perubahan tariff � i elastisitas impor untukuntu ko perubahan dan komoditas U$ atas im……………………………………………………………… yang permintaan terpengaruh TCijk juta � �tariff i m adalah i M ijk 0 komoditas m Fungsi permintaan permintaan impor yang disederhanakan untuk negara j dari negara k untuk t: � adalah elastisitas permintaan impor untuk k perubahan tariff dan ................................(9) Fungsi impor yang disederhanakan untuk negara j dari negara k untuk komoditas t: � 1 � t adalah elastisitas permintaan perubahan tariff dan i η ijk oleh perubahan tariff dan adalah elastisitas Mtjk = f(Yj, Ptj, Pik)……………………………………………………………………………………………………. (9) Dimana TC adalah penjumlahan dari TC dalam U$ juta atas kom i ijk i pengimpor dari mitra yang relevan. Mijk adalah perm pengimpor dari mitra dagangdagang yang relevan. Mijk (9) adalah tingkattingkat permintaa Mtjk = f(Yj, Ptj, Pik)……………………………………………………………………………………………………. permintaan impordagang untuk yang komoditas i pada negara pengimpor dari mitra relevan. Mijkatas adalah tingkat permint Dimana TCijkdisederhanakan adalah penjumlahan dari TC dalam U$yang juta komoditas iadalah yang tert m 1 Fungsi supply ekspor untuk komoditas i dari negara k perubahan dapat seperti berikut: pengimpor mitra dagang relevan. Mijkkomoditas 0 i. t 0 dari 1dan Fungsi supply ekspor untuk komoditas i dari negara M = f(Y , P , P )……………………………………………………………………………………………………. (9) tjk j tj ik t � M = f(Y , P , P )……………………………………………………………………………………………………. (9) mewakili tarif awal dan akhirkomoditas bagi komoditas elastisitas permintaan impor dan pengimpor dari mitra dagang yang relevan. tjk ekspor ik ijktijk mewakili tijk dan tarif awal dan akhir bagi i. Denu komoditas i. tariff tjk jj tjtjuntuk ik Fungsi supply komoditas i dari negara k dapat disederhanakan seperti berikut: i ijk adalah 0 1 m k dapat disederhanakan seperti berikut: t 0seperti dan mewakili awal dan bagi komoditas i. De komoditas i. tijk� Mtariff adalah tingkat permintaan impor saatakhir ini untuk elastisitas permintaan impor untuk komoditas perubahan dan 1 tarif i adalah ijk Fungsi supply supply ekspor untuk komoditas komoditas ii dari dari negara negara dapat disederhanakan berikut: tberikut: Fungsi untuk kk dapat disederhanakan seperti dipengaruhi oleh sekarang, elastisitas permintaan impo 1 impor dan mewakili tarif awal dan akhir bagi komoditas i.0 ijkttingkat ijk ijk Xijk =ekspor f(Pijk)………………………………………………………………………………………………………………. (10) dipengaruhi olehi.mitra tingkat impor sekarang, elastisitas permintaan impor, dan pengimpor dari dagang yang relevan. M adalah tingkat p ijk t t komoditas dan mewakili tarif awal dan ................................(10) ijk ijk Xijk = f(Pijk)………………………………………………………………………………………………………………. (10) pengimpor dari mitra dagang yang relevan. M tingkat permintaan impor ijk adalah dipengaruhi oleh tingkat impor sekarang, elastisitas permintaan impor, d tarif.bagi0komoditas akhir Dengan demikian TC sangat tarif. 1 i.tingkat Keseimbangan perdagangan antara kedua Negara adalah persamaan keseimbangan parsial standar: dipengaruhi oleh impor sekarang, elastisitas permi X = f(P )………………………………………………………………………………………………………………. (10) t t ijk ijk X = f(P )………………………………………………………………………………………………………………. (10) dan mewakili tarif awal dan akhir bagi komodit komoditas i. 0 1 ijk ijk ijk tarif impor ijk ijk Keseimbangan perdagangan antara kedua Negarakomoditas adalah persamaan parsial standar: oleh tingkat sekarang, tarif.dipengaruhi mewakili awal dan akhir bagielastisitas komoditas i. Dengan demi i. tijk dan tijkijk keseimbangan Keseimbangan perdagangan antara kedua Negara Trade Diversion tarif. permintaan impor, dan perubahan relatif dari tarif. Trade Diversion Keseimbangan perdagangan antara kedua Negara adalah persamaan keseimbangan parsial standar: Keseimbangan perdagangan antara kedua Negara adalah persamaan keseimbangan parsial standar: (11) dipengaruhi oleh tingkat impor sekarang, elastisitas permintaan im adalah M persamaan keseimbangan parsial standar: tjk=X ijk……………………………………………………………………………………………………………………………………………………....…………………………… dipengaruhi oleh Diversion tingkat impor sekarang, elastisitas permintaan impor, dan perubah - Trade Mtjk=Xijk……………………………………………………………………………………………………………………………………………………....…………………………… (11) Berlawanan dengan trade creation, trade diversion memilii per Berlawanan dengan trade creation, trade diversion memilii persamaa tarif.tarif. - Trade Diversion Dalam lingkungan perdagangan bebas, harga domestic komoditas i di Diversion negara trade j dari negara trade k akan ................................(11) - Trade Mtjk =Xijk……………………………………………………………………………………………………………………………………………………....…………………………… (11) tjk=X ijk……………………………………………………………………………………………………………………………………………………....…………………………… Berlawanan diversion memilii persam tjk ijk……………………………………………………………………………………………………………………………………………………....…………………………… M Dalam lingkungan perdagangan bebas, harga domestic komoditas i di dengan negara j daricreation, negara k (11) akan � � � � �� � � � ��� � M ��M � �� �� � M ��M �� ijkM negara ijK ijkMtrade ijK berubahlingkungan seiring dengan perubahan tarif seperti: � M ijkdengan � trade �� Berlawanan dengan creation, Berlawanan trade creation, Dalam perdagangan bebas, harga domestic komoditas i di negara j� dari akan Trade Diversion � ijK ijk �trade ijK � � diversion Dalam lingkungan perdagangan bebas, harga domestic komoditas i di ��negara kkM akan Dalam lingkungan perdagangan harga - Trade k j dari negara K � �� k K � � � berubah seiring dengan perubahan tarifbebas, seperti: Diversion k K k K � � � � � M ��M� � …………… M � diversion � �M diversion memiliki persamaan berikut: � ijk � M ijKsebagai ijk ijK � � � …………………… domestik komoditas i di negara j dari negara k akan Berlawanan dengan trade creation, trade memilii persamaan sebaga M �P�Pijk�� �PPijK Pijk� PijKK � � � berubahseiring seiring dengan perubahantarif tarifseperti: seperti: k K k P(12) � � � � P � berubah dengan perubahan � � � P =P (1+t ) ………………………………………………………………………………………………………… ijk ijK ijk ijK ikj tjk Berlawanan dengan trade creation, trade diversion memilii � � ………………… berubahPijkijk seiring dengan perubahan tarif seperti: M =Pikj(1+ttjk) ………………………………………………………………………………………………………… ���� P �MPijk P MP(12) M pi � � M ijk ijK � ijk ijK ijk ijK � �� �(1986), M ijk �persamaan M ijK�� k � � M K Untuk menurunkan formula TC, sesuai dengan Laird dan Yeats (12) di M atas � k ................................(12) ijk K� ijK �� =Pikj (1+ttjk ………………………………………………………………………………………………………… (12) ijk=P ikj(1+t tjk))………………………………………………………………………………………………………… ijk ikj tjk PPijk (12) � � MK � � di � Untuk menurunkan formula TC, sesuai dengan Laird dan Yeats persamaan (12) k (1986), k K� atas � � � � ...(18) �� M ijk M ijK��Pijk� PijKM…………………………………… M � � � ijk Pijk P ijKijK diturunkan secara total untuk memperoleh: Untuk menurunkan formula TC, sesuai dengan Laird dan danMYeats Yeats (1986), (1986), persamaan (12) di�atas atas � k�P PijK �� di Untuk menurunkan formula TC, sesuai dengan Laird persamaan ijk PijK � �KPijk (12) Untuk menurunkan formula TC, sesuai dengan k K � � diturunkan secara total untuk memperoleh: �M � ……… Laird dan Yeats (1986), persamaan (12) di atas diturunkandP secara total untuk memperoleh: � P P P P diturunkan secara total untuk memperoleh: ijk ijK ijk ijK + (1+t (13) mitra, ijk = Pikjdtijk ijk)dP ikj ……………………………………………………………………………………… dimana k menunjukan impor dari negara diturunkan total untuk memperoleh: dPijksecara = Pikjdtijk + (1+t (13) ijk)dPikj ……………………………………………………………………………………… dan K dari rest of the world (ROW). Persamaan PersamaandP(12) dan (13) disubstitusikan untuk memperoleh persamaan elastisitas permintaan impor (1+t )dPikj ……………………………………………………………………………………… (13) ijk==PPikj ikjdtijk ijk++(1+t ijk)dP ikj……………………………………………………………………………………… ijk ijk ikj dP(12) (13) ....................(13) ijk ikjdtijk ijk Persamaan dan (13) disubstitusikan untuk memperoleh persamaan elastisitas permintaan impor �� � � �� � � � � �� � � �� � � � � (18) tersebut selanjutnya dapat diperluas, dan untuk memperoleh: dimana k menunjukan impor dari negara dan K dari restimpor of the world (ROW). Persamaan (18) melalui substitusi danmitra, pengaturan ulang dapat Persamaan (12)dan dan(13) (13) disubstitusikanuntuk untuk memperoleh persamaan elastisitas permintaan Persamaan (12) persamaan elastisitas permintaan impor untuk memperoleh: Persamaan (12) dandisubstitusikan (13) disubstitusikanmemperoleh untuk persamaan TD, tersebut dipergunakan selanjutnya dapat untuk diperluas,memperoleh dan melalui substitusi dan pengaturan ulang dapat memperoleh persamaan elastisitas permintaan untuk memperoleh: untuk memperoleh: sebagai berikut: dipergunakan untuk memperoleh persamaan TD, sebagai berikut: impor untuk memperoleh: dMtjk M ijk � dttjk dPtjk � �im � � � �1 � tijk � Pikj � Persamaan identitas (11), dM ijk M ijk � � �P P � �M �M P P � � ..............(14) M � ……………………………………………………………………………. TD � � �P P � � M � M � � M � � M (14) � � � 7 P P dX ikj X ikj ijk ijk k ijk ijk ijK M K ijk ...(19) …………………………. ijK ijk ijk ijk ijk k k ijK K ijk k ijk (19) ijK ijK M 7 77 Persamaan (19) dapat disederhanakan khusus untuk kasus EPA. Termin pergerakan harga relatif dapat dipergunakan untuk menurunkan persamaan pada persamaan seperti ditulis oleh Laird dan Yeats (1986) menangkap pergerakan akibat perubahan 139 tarif atau insiden distorsi non­tarif bagi negara mitra dan ROW. Oleh karenanya perdagangan beralih elastisitas supply ekspor berikut: ke negara mitra EPA, TDEPA dapat ditangkap dengan cara mereduksi persamaan (10) sebagai berikut: 1 tersebut selanjutnya dapat diperluas, dan melalui substitusi dan pengaturan ulang dapat dipergunakan untuk Sosek memperoleh persamaan TD,2016: sebagai J. Kebijakan KP Vol. 6 No. 2 Desember 134berikut: - 144 �M �M � �Pijk Pijk � �M Pijk PijK M ijk k K …………………………. TD ijk � (19) umumnya negara-negara Persamaan (19) dapat disederhanakan� khusus A+ (LDC), yang � Pijk PijK � M ijk � � � � M M M untuk kasus EPA. Termin pergerakan harga relatif kurang berkembang (LDC) (Office of the �k ijk �K ijK �k ijk P P M k ijk ijK pda persamaan seperti ditulis oleh Laird dan Yeats United States Trade Representatives, 2015); (1986) menangkap pergerakan akibatkasus perubahan Persamaan (19) dapat disederhanakan khusus untuk EPA. Termin pergerakan harga relatif • Hingga 2015 ini, Indonesia masih merupakan tarif atau insiden distorsi non-tarif bagi negara mitra pada persamaan seperti ditulis oleh Laird dan Yeats (1986) menangkap pergerakan akibat satu perubahan salah dari 120 negara beneficiaries dan ROW. Oleh karenanya perdagangan beralih ke yang tergolong tarif atau insiden distorsi non­tarif bagi negara mitra dan ROW. Oleh karenanya perdagangan beralih kedalam kelompok A di negara mitra EPA, TDEPA dapat ditangkap dengan pasar USA (Office of the United States Trade ke negaracara mitra mereduksi EPA, TDEPA dapat ditangkap (10) dengan cara mereduksi persamaan sebagai berikut:persamaan (10) sebagai berikut: Representatives, 2015); ijk ijK • Berdasarkan daftar produk US-GSP yang � 1 � t 1EU � � 1��� M M EU M ROW �� 0 dipublikasikan pada tahun 2012 dan berlaku � 1 � t EU � ......(20) TD EPA � (20)terdapat 34 Produk Perikanan hingga saat ini, ……………………………………………… 1 � EU ROW EU � 1 � t EU Indonesia yang dapat memanfaatkan fasilitas � 1��� M � M �� M �M 0 � 1 � t EU � GSP ini (Office of the United States Trade Representatives, Persamaan (20) menunjukkan tambahan impor negara mitra kepada mitra EPA nya sebagai hasil dari 2012); Persamaan (20) menunjukkan tambahan impor • Dari ke-34 produk yang berada pada daftar TC. negara mitra kepada mitra EPA nya sebagai hasil tersebut, beberapa produk perikanan dari TC. unggulan Indonesia, seperti Udang dan Tuna,pada tidak termasuk ke berlaku dalam daftar � Berdasarkan daftar produk US­GSP yang dipublikasikan tahun 2012 dan hingga produk HASIL DAN PEMBAHASAN penerima fasilitas GSP di pasar USA (Office saat ini, terdapat 34 Produk Perikanan Indonesia yang dapat memanfaatkan fasilitas GSP ini US-GSP 2015 of the United States Trade Representatives, US-GSP Hasil study 2015 pustaka terhadap berbagai dokumen rejim GSP2012). USA 2015 telah (Office of the United States Trade terkait Representatives, 2012); memberikan beberapa informasi kunci yang dapat dirangkum sebagai berikut: � Hasil studyke­34 pustaka � Dari produk terhadap yang beradaberbagai pada daftar tersebut, beberapaEkspor produk Produk perikananKP unggulan Perkembangan Indonesia ke dokumen terkait rejim GSP USA 2015 telah Rejim US­GSP 2015 – terkait produk KP – relatif tidak mengalami perbedaan dengan rejim USA Periode 2012-2014 Indonesia, informasi seperti Udang memberikan beberapa kunci dan yangTuna, dapattidak termasuk ke dalam daftar produk penerima GSP USA 2012 (Office of the United States Trade Representatives, 2015; Office of the United dirangkum sebagai berikut: fasilitas GSP di pasar USA (Office of the United States Trade Representatives, Sepanjang periode 2012). 2010-2014, ekspor produk States Trade Representatives, 2012); � • Rejim US-GSP 2015 – terkait produk KP – KP Indonesia ke USA mengalami kecenderungan Nilai ekspor Kelautan Perkembangan Ekspor Produk KP Indonesia ke USA Periode 2012-2014 Di pasar USA, beneficiaries digolongkan menjadi kelompok A, yang umumnya terdiripeningkatan. dari relatif tidak mengalami perbedaan dengan dan Perikanan (KP) Indonesia USA mengalami Sepanjang periode ekspor produk KP Indonesia ke USAkemengalami rejim GSP USA 2012 (Office of theyang United negara­negara berkembang (DC), dan A+2010­2014, (LDC), umumnya negara­negara kurang peningkatan pesat sejak tahun 2010 yang lalu. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, terdapat of the United States Trade Representatives, Hingga 2012); 2015 ini, Indonesia masih merupakan salah satu 120Seperti negara beneficiaries yang peningkatan pesat sejak tahun 2010 yangdari lalu. ditunjukkanpertumbuhan pada Gambarnilai 1, terdapat kecenderungan ekspor produk KP Indonesia ke USA sebesar lebih dari dua kali tergolongkecenderungan kedalam kelompok A di pasar (Office of the United States Trade nilaiUSA ekspor produk KP Indonesia ke USA sebesar lebih dari dua kali • Di pasar USA,pertumbuhan beneficiaries digolongkan lipat, dari total senilai U$ 817.948.156 pada tahun Representatives, 2015); menjadi kelompok A, yang umumnya pada terdiri lipat, dari total senilai U$ 817.948.156 tahun 2010 2010 menjadi menjadi senilai senilai U$ U$ 1.798.285.130 1.798.285.130 pada pada tahun dari negara-negara berkembang (DC), dan 2014. tahun 2014. States Trade 2015; Office kecenderungan peningkatan. NilaiTrade ekspor Kelautan dan 2015); Perikanan (KP) Indonesia ke USA mengalami berkembang (LDC) (OfficeRepresentatives, of the United States Representatives, 9 2.000.000.000 492.024.232 1.500.000.000 US$ � 1.000.000.000 256.340.865 257.473.909 768.917.319 839.364.912 365.385.137 203.523.948 500.000.000 614.424.208 1.306.260.898 925.226.675 ­ 2010 2011 Perikanan Primer 2012 2013 2014 Perikanan Sekunder (Olahan) Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Produk KP Indonesia ke USA, 2010­2014 Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Produk KP Indonesia ke USA, 2010-2014 Figure 1. Indonesian Fisheries Product Export Value to USA, 2010­2014 Figure 1. Indonesian Fisheries Product Export Value to USA, 2010-2014 Sumber: Olahan Database TRAINS, WITS Sumber: Olahan Database TRAINS, WITS/Source: TRAINS Database, WITS Source: TRAINS Database, WITS 140 Gambar 1 menunjukkan adanya kecenderungan pertumbuhan total nilai ekspor perikanan Indonesia ke USA. Meskipun sempat terjadi perlambatan dari pertumbuhan sebesar 25,3% pada 2010­2011 ke 7% pada periode 2011­2012, akan tetapi pertumbuhan pada periode selanjutnya Kajian Dampak Kebijakan United States Generalized System Of Preference (US-GSP) Perikanan.............(Rikrik Rahadian, et al) Gambar 1 menunjukkan adanya kecenderungan pertumbuhan total nilai ekspor perikanan Indonesia ke USA. Meskipun sempat terjadi perlambatan dari pertumbuhan sebesar 25,3% pada 2010-2011 ke 7% pada periode 2011-2012, akan tetapi pertumbuhan pada periode selanjutnya kembali ke trend percepatan pertumbuhan. Terjadi lonjakan pertumbuhan total ekspor produk KP yang cukup tinggi ke angka 17,7% pada periode 2012-2013 diikuti dengan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi ke angka 39,3% pada periode 2013-2014. dari produk primer ke produk sekunder. Secara rata-rata, pada periode pasca 2012, pertumbuhan ekspor yang dialami produk KP sekunder adalah sebesar 38,3%. Angka tersebut jauh melebihi angka pertumbuhan ekspor produk KP primer yang hanya mencapai 25,7%, bahkan berada di atas rata-rata total produk KP (28%). Sehingga dapat tidak salah apabila dikatakan bahwa lonjakan pertumbuhan ekspor produk KP Indonesia ke USA, yang terjadi pasca 2012, tersebut didorong oleh terjadinya peningkatan pertumbuhan ekspor produk KP olahan. Peralihan ekspor produk KP Indonesia ke USA dari primer ke sekunder seperti yang telah disampaikan di atas masih jauh dari dari ideal. Dari sisi komposisi, terlihat bahwa produk primer masih tetap mendominasi ekspor produk KP Indonesia ke USA. Seperti dapat diamati pada gambar 3, terlihat betapa angka share ekspor produk KP primer Indonesia ke USA pra 2012 tidak bergeming dari angka 75%. Meskipun terjadi perubahan pada pasca 2012, akan tetapi share ekspor produk KP primer Indonesia ke USA masih tetap cukup tinggi Pada ekspor produk KP sekunder, terjadi pada KP angka 72%mencapai dan 73%angka (Gambar 3). pada periode berikutnya. Pertumbuhan nilai ekspor produk primer 10,2% pola pertumbuhan yang tergolong fluktuatif. Pertumbuhan sebesar dan25% periode seperti yang dicermati periode 2012­2013, diikuti pada oleh lonjakan tajam ke angkaPerubahan 41,2% pada periode 2013­2014. 2010-2011 diikuti perlambatan yang sangat tajam pada gambar 3 tersebut berkaitan dengan ke angka 0,4% pada periode 2011-2012. Meskipun diberlakukannya rejim GSP USA 2012. Pada Pada ekspor produk KP sekunder, terjadi pola pertumbuhan yang tergolong fluktuatif. kembali terjadi percepatan pertumbuhan ke angka rejim GSP USA 2012, terdapat kecenderungan 41,9%Pertumbuhan pada periodesebesar 2012-2013, akanperiode tetapi 2010­2011 diikuti pemberian fasilitasyang GSP,sangat dengan tarif 25% pada diikuti perlambatan tajam ke bea angkamasuk dengan perlambatan ke angka 34,7% pada periode sebesar 0%, atas produk-produk KP Olahan. Seperti 0,4% pada periode 2011­2012. Meskipun kembali terjadi percepatan pertumbuhan ke angka 41,9% 2013-2014. telah disampaikan pada bagian terdahulu, daftar produk GSP 2012 tersebut diberlakukan pada periode 2012­2013, akan tetapi diikuti dengan perlambatan ke angka 34,7%masih pada periode Gambar 2 menunjukkan terjadinya fenomena hingga rejim GSP USA 2015 ini. peralihan ekspor produk KP Indonesia ke USA, 2013­2014. Pertubuhan (%) Pertumbuhan dengan pola serupa juga terjadi pada ekspor produk KP Primer Indonesia ke USA. Pertumbuhan mengalami perlambatan dari angka 26,0% pada periode 2010-2011 ke angka 9,2% pada periode 2011-2012, dan diikuti dengan kecenderungan percepatan pertumbuhan pada periode berikutnya. Pertumbuhan nilai ekspor produk KP primer mencapai angka 10,2% pada periode 2012-2013, dan diikuti oleh lonjakan tajam ke angka 41,2% pada periode 2013-2014. 45,00 40,00 35,00 41,91 41,18 34,6639,34 30,00 25,00 20,00 15,00 25,95 25,14 25,35 10,00 5,00 9,16 6,98 0,44 2012 ­ 2011 Perikanan Primer 17,67 10,23 2013 Perikanan Sekunder (Olahan) 2014 Total Gambar 2. Pertumbuhan Nilai Ekspor Produksi KP Indonesia ke USA, 2010­2014 GambarFigure 2. Pertumbuhan Ekspor Produksi KPExport Indonesia ke2010­2014 USA, 2010-2014 2. Growth of Nilai Indonesian Fisheries Product to USA, Figure 2. Growth of Indonesian Fisheries Product Export to USA, 2010-2014 Sumber: Olahan Database TRAINS, WITS Sumber: Olahan Database TRAINS, WITS/Source: TRAINS Database, WITS Source: TRAINS Database, WITS Gambar 2 menunjukkan terjadinya fenomena peralihan ekspor produk KP Indonesia ke USA, 141 dari produk primer ke produk sekunder. Secara rata­rata, pada periode pasca 2012, pertumbuhan ekspor yang dialami produk KP sekunder adalah sebesar 38,3%. Angka tersebut jauh melebihi angka J. Kebijakan Sosek KP Vol. 6 No. 2 Desember 2016: 134 - 144 100 90 25 25 23 28 27 75 75 77 72 73 2010 2011 2012 2013 2014 80 Komposisi (%) 70 60 50 40 30 20 10 ­ Perikanan Primer Perikanan Sekunder (Olahan) Gambar 3. Perkembangan Komposisi Ekspor Produk KP Indonesia ke USA, 2010­2014 Gambar 3. Perkembangan Komposisi EksporFisheries Produk Export KP Indonesia ke USA, 2010-2014 Figure 3. The Composition of Indonesian to USA, 2010­2014 Figure 3. The Composition of Indonesian Fisheries Export to USA, 2010-2014 Sumber: Olahan Database TRAINS, WITS Sumber: Olahan Source: Database TRAINS TRAINS, Database, WITS/Source:WITS TRAINS Database, WITS Perubahan seperti yang dicermati pada gambar 3 tersebut berkaitan dengan Hasil Simulasi Dampak Rejim Pada GSP rejim berupa KP Primer dan senilai U$ 78.601.316 diberlakukannya rejim Penerapan GSP USA 2012. GSPProduk USA 2012, terdapat kecenderungan 2015 di USA berupa produk KP Olahan. Nilai peningkatan ekspor pemberian fasilitas GSP, dengan tarif bea masuk sebesar atas produk­produk KP Olahan.sebapai Seperti top KP 0%, tersebut menempatkan Indonesia mengetahui dari penerapan 3 gainers eksportirmasih produkdiberlakukan KP ke USA di telah Untuk disampaikan pada dampak bagian terdahulu, daftar produk GSP negara 2012 tersebut rejim GSP USA 2015, maka telah dilakukan sebuah bawah Thailand dan Malaysia. hingga rejim GSP USA 2015 ini. simulasi dengan menggunakan model SMART Hal yang patut dicermati dari hasil simulasi yang dikembangkan oleh WITS-UNCTAD. Tabel 1 Hasil Simulasi Dampak Penerapan Rejim GSP 2015 di USA tersebut adalah bahwa meskipun secara total menunjukkan hasil simulasi penerapan GSP 2015 Untuk mengetahui dampak dari penerapan rejim GSP USA 2015, maka telah dilakukan Indonesia berhasil menempati urutan ketiga, USA terhadap ekspor Produk KP Indonesia ke USA. akan tetapi apabila dilihat dari sisi peningkatan Penerapan GSP berdasarkan rejim tahun 2015 sebuah simulasi dengan menggunakan model SMART yang dikembangkan oleh WITS­UNCTAD. Tabel ekspor produk KP olahan ke USA, maka di pasar USA memberikan potensi peningkatan 1 menunjukkan hasil simulasi penerapan GSP 2015 USA terhadap ekspor Produkurutan KP Indonesia ke Indonesia hanya menempati ke-8 di bawah ekspor bagi produk Perikanan Indonesia sebesar Indonesia bahkan kalahpeningkatan cukup jauh di U$ 152.311.680 – dimana senilai rejim U$73.710.364 USA. Penerapan GSP berdasarkan tahun 2015 diArgentina. pasar USA memberikan potensi ekspor bagi produk Perikanan Indonesia sebesar U$ 152.311.680 – dimana senilai U$73.710.364 Tabel 1. Produk Hasil Simulasi Penerapan GSP di USA.berupa produk KP Olahan. Nilai peningkatan berupa KP Primer dan senilai U$2015 78.601.316 Table 1. US-GSP 2015 Simulation Results. ekspor KP tersebut menempatkan Indonesia sebapai top 3 gainers negara eksportir produk KP ke Nilai Dampak Ekspor Produk Perikanan/ Fisheries Product Export Impact Value (U$) Countries Produk Primer/ Produk Sekunder (Olahan)/ Nilai Total/ Primary Products Manufactured Products Total Value Tabel 1. Thailand Hasil Simulasi Penerapan GSP 2015 di USA 1 82.946.173 103.178.075 186.124.248 Table 1. US­GSP 2015 Simulation Results 2 Malaysia 47.173.322 114.075.237 161.248.559 3 Indonesia 73.710.364 78.601.316 No. Negara / Nilai Dampak Ekspor Produk Perikanan 152.311.680 4 Philippines -Fisheries Product 110.016.164 Countries Export Impact Value 110.016.164 5 Argentina 23.850.254 81.756.199 105.606.453 (U$) 6 Myanmar 19.489.368 83.055.908 102.545.276 Produk Primer Produk Sekunder (Olahan) Nilai Total 7 Ecuador 1 86.179.131 86.179.132 Primary Products Manufactured Products Total Value China 16.547.285 67.414.126 83.961.411 1 8 Thailand 82.946.173 103.178.075 186.124.248 9 India 82.429.763 82.429.763 10 Fiji 25.254.984 25.254.984 12 11 Venezuela 11.169.473 4.357 11.173.830 12 Bangladesh 10.300.391 10.300.391 13 Turkey 2.725.145 2.725.145 Negara/ USA di bawah Thailand dan Malaysia. No. Sumber: Olahan SMART Model, WITS/Source: SMART Model, WITS 142 Kajian Dampak Kebijakan United States Generalized System Of Preference (US-GSP) Perikanan.............(Rikrik Rahadian, et al) sisi peningkatan ekspor produk KP olahan ketika dibandingkan dengan empat tetangga pesaing di ASEAN – Malaysia yang menempati posisi pertama, Philippines di posisi kedua, Thailand di posisi ketiga dan Myanmar di posisi kelima. Hal tersebut mengindikasikan betapa Indonesia sangat tertinggal oleh negara-negara pesaingnya dalam mengembangkan produk KP olahan, sehingga respon terhadap perubahan rejim GSP USA 2015 tersebut menjadi kurang tinggi. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN perikanan Indonesia ke Indonesia di jangka panjang; • Mempercepat perkembangan pengolah produk perikanan – terutama di Indonesia Timur – untuk mendorong peningkatan produksi olahan perikanan di jangka panjang. Implikasi Kebijakan Beberapa program yang harus disiapkan oleh KKP untuk menyikapi kebijakan perdagangan USA – melalui rejim US-GSP 2015 – adalah: • Kebijakan sosialisasi mengenai kelengkapan dokumen-dokumen ekspor produk-produk perikanan yang termasuk ke dalam daftar GSP USA; • Terdapat kecenderungan pertumbuhan nilai total ekspor produk perikanan Indonesia ke USA sejak periode 2012-2014, seiring dengan diberlakukannya kebijakan US-GSP 2012; Melanjutkan dan mengintensifkan kebijakan industrialisasi produk perikanan; • Membangun Indonesia Timur sebagai pusat Industri produk olahan perikanan Indonesia; • Mempersiapkan jalur logistik dan ekspor ikan nasional; Terdapat kecenderungan peningkatan pangsa ekspor produk KP olahan ke pasar USA – meskipun kecil – pada periode 2012-2014. Hal ini nampaknya terkait dengan adanya insentif pada US-GSP 2012 yang cenderung memberikan kemudahan bagi produk KP olahan dibandingkan produk KP primer; • Mempermudah permodalan bagi pengusaha pengolah produk perikanan kecil dan menengah di Indonesia Timur. Kesimpulan Secara ringkas, kajian yang dilakukan telah menghasilkan beberapa kesimpulan seperti di bawah berikut: Berbagai produk perikanan unggulan Indonesia, seperti Udang dan Tuna, tidak termasuk ke dalam daftar produk penerima fasilitas GSP; Simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rejim US-GSP 2015, akan dapat mendorong peningkatan kinerja ekspor produk KP Indonesia ke USA, terutama untuk komoditas sekunder/olahan. Mengingat potensi manfaatnya yang sangat baik dalam mendorong peningkatan ekspor Produk Sekunder/Olahan Ikan ke pasar USA, maka kebijakan GSP USA 2015 ini perlu disikapi melalui beberapa kebijakan sebagai berikut: • Peningkatan kesadaran para eksportir produk olehan perikanan terkait fasilitas GSP, agar para eksportir yang sudah ada sekarang mampu memanfaatkan fasilitas tersebut secara maksimal di jangka pendek; • Merubah mindset ekspor ke USA, mengurangi ketergantungan terhadap ekspor komoditas primer dan beralih ke eksor produk sekunder/ olahan, untuk mendorong ekspor produk UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kami tujukan bagi Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (PPSEKP) yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan kajian ini. Selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada tim penyunting Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan atas kerjasama serta masukan yang telah diberikan sepanjang proses perbaikan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Busse, M., & Groβmann, H. (2004). Assessing the Impact of ACP/EU Economic Partnership Agreement on West African countries. HWWA Discussion Paper. Cirera, X., Foliano, F., & Gasiorek, M. (2011). The Impact of GSP Preferences on Developing Countries’ Exports in the European Union: Bilateral Gravity Modelling at the Product Level. Economics Department Working Paper Series, No. 27, University of Sussex. Hakobyan, S. (2013). GSP Expiration and Declining Exports From Developing Countries. Working Paper, Fordham University, December. 143 J. Kebijakan Sosek KP Vol. 6 No. 2 Desember 2016: 134 - 144 Jammes, O., & Olarreaga, M. (2005). Explaining SMART and GSIM. The World Bank. Kibria, A. M., Matin, S., & Sharmin, R. (2016). Impact of GSP Cut: The Case of RMG Sector in Bangladesh. World Journal of Social Sciences, Vol. 6, No. 1, March Issue, 20-31. Laird, S., & Yeats, A. (1986). The UNCTAD Trade Policy Simulation Model. Geneva: UNCTAD. Office of the United States Trade Representatives. (2012). GSP Eligible: All BDCs . Washington, D.C.: Office of the United States Trade Representatives. Office of the United States Trade Representatives. (2015). GSP - Eligible Agricultural Product. Washington, D.C.: Office of the United States Trade Representatives. 144 Office of the United States Trade Representatives. (2015). GSP GUIDE BOOK. Washington, D.C.: Office of the United States Trade Representatives. Pratomo, W. (2004). Teori Kerjasama Perdagangan Internasional. Dalam S. Arifin, D. E. RAE, & C. P. Joseph., Kerja Sama Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Rashedul Islam, M., & Maruf, K. N. (2014). Impact of EU GSP Facilities On Export Growth Of Bangladesh: Especially On Readymade Garment Industry. International Journal Of Scientific & Technology Research, Vol. 3, Issue 9, September.