I. PENDAHULUAN I.1 Lokasi Penelitian Daerah ”MA” Tonle Sap terletak di daratan negara Kamboja berdekatan dengan danau Tonle Sap, sekitar 165 Km dari kota Pnom Penh ke arah barat laut (Gambar I.1). Daerah penelitian (”MA”) mempunyai luas sekitar 7200 km2 dengan ukuran panjang dan lebar sekitar 80 km x 90 km. Daerah penelitian secara umum mempunyai morfologi permukaan yang relatif datar dikelilingi oleh pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 0m sampai 500m di atas permukaaan laut. N Daerah Penelitian Gambar I.1 Lokasi daerah penelitian 1 I.2 Latar Belakang dan Permasalahan Sumber daya alam minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui. Akan tetapi kebutuhan akan migas terus bertambah seiring bertambahnya penduduk padahal cadangan terus menurun. Hal ini menyebabkan ekplorasi migas terus dilakukan dan daerah frontier merupakan salah satu pilihan untuk menambah cadangan minyak dan gas bumi. Salah satunya adalah daerah penelitian yang terletak di negara Kamboja. Dibanding negara tetangganya seperti Vietam, Laos dan Thailand, eksplorasi dan penelitian di negara Kamboja sangat sedikit. Faktor keamanan diantaranya masih ditemukan banyak bahan peledak (ranjau darat) peperangan menyebabkan daratan kamboja (termasuk di dalamnya sisa sisa daerah penelitian) masih belum banyak diteliti. Sedikit berbeda dengan di daratan, di perairan (offshore) Kamboja, sudah banyak dilakukan pengeboran meskipun belum pada tahap produksi. Pemahaman tentang geologi di daratan Kamboja khususnya yang berhubungan dengan geologi minyak bumi sangat terbatas. Hal ini bisa dilihat dari sedikitnya data permukaan dan tidak adanya data bawah permukaan. Data yang ada berupa peta geologi permukaan dan peta gaya berat. Pemetaan geologi permukaan di daratan Kamboja pertama kali dilakukan oleh French Service Geologique de I’Indochine pada pertengahan perang dunia ke II. Pada tahun 1967-1970, dilakukan pemetaan ulang untuk seluruh Kamboja oleh Bureau de Reserches Geologiques et Minie’res of France. Hasil dari pekerjaan pemetaan ini adalah peta skala 1:200.000. Pada saat ini tanggung jawab pemetaan geologi ada di Departemen Geologi dan Pertambangan yang merupakan bagian dari Kementrian Industri. Karena terjadinya peperangan yang terjadi kemudian, maka peta-peta banyak yang hilang atau dirusakan. Selain itu peperangan juga menyebabkan aktifitas eksplorasi tidak berjalan. Begitu juga dengan penelitian penelitian yang telah dilakukan. Penulis menemukan hanya ada dua penelitian yang secara khusus tentang geologi kamboja yaitu penelitian yang dilakukan oleh Vysotsky dkk tahun 1994 (“The Petroleum Geology of Cambodia”) yang membahas tentang geologi minyak dan gas di Kamboja berdasarkan data beberapa peta geologi permukaan keluaran 2 tahun 1937 sampai tahun 1973, peta analisa satelit, foto udara, penginderaan jarak jauh dan penelitian lapangan. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Hayashi dkk tahun 1988 (“The Hydrocarbon Potential and Tectonics of Indochina”) berdasarkan data landsat dan studi literatur. Karena keterbatasan data yang ada, menyebabkan daerah penelitian merupakan daerah yang masih belum dipahami cekungannya, baik bentuk geometrinya, stratigrafinya dan proses pembentukannya. Sementara ini, beberapa peneliti menginterpretasikan bahwa cekungan yang ada di daerah penelitian yang merupakan bagian dari cekungan Tonle Sap yang dipercaya terbentuk karena sistem sesar geser berupa cekungan pull apart berumur Tersier. Padahal dari peta geologi tidak ada batuan berumur Tersier yang tersingkap. Dugaan yang lain, cekungan Tonle sap merupakan cekungan pre-Tersier yang telah mengalami multiphase deformasi akibat interaksi yang terjadi antara indochina dengan blokblok sekitarnya. Medco, sebuah perusahaan Indonesia, adalah perusahaan pertama yang mempunyai kontrak melakukan eksplorasi di dataran Kamboja. Belum ada data bawah permukaan di daratan Kamboja sampai Medco melakukan pengambilan data seismik pada akhir tahun 2008. Untuk hal ini penulis melihat bahwa perlu adanya suatu penelitian untuk lebih mengetahui perkembangan cekungan yang ada di daerah penelitian dengan penambahan data bawah permukaan yang baru, berupa data seismik. Sehingga penelitian ini sekaligus bisa memberikan jawaban akan dugaan bahwa cekungan yang ada di daerah penelitian mengalami multifase sedimentasi dan deformasi I.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan dititikberatkan pada proses tektonik untuk melihat tatanan stratigrafi dan juga perkembangan cekungan yang ada di daerah ”MA” Tonle Sap Kamboja. I.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan data bawah permukaan yang baru berupa data seismik untuk memperjelas tatanan stratigrafi daerah penelitian 3 dan menentukan perkembangan cekungan yang ada. Maksud dari penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan dari program studi Magister Teknik Geologi opsi Migas, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. I.5 Data yang Digunakan Data yang digunakan bisa dibagi dua berupa data utama dan data pendukung. Data utama berupa 13 lintasan seismik regional 2D, dengan panjang total sekitar 499 km dan jarak antar lintasan 3 km sampai 13 km dengan rata-rata jarak antar lintasan sekitar 10 km. Data seismik didapat dari akuisisi pada tahun 2008 dengan menggunakan thumper, sehingga energi yang dihasilkan kurang kuat dan data yang dihasilkan kurang bagus. Data pendukung berupa peta geologi dan penelitian terdahulu berupa laporan dan penelitian yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. I.6 Hipotesa Cekungan Tonle sap merupakan cekungan pre-Tersier yang mengalami multifase sedimentasi dan deformasi. I.7 Asumsi - Asumsi Asumsi - Asumsi yang digunakan adalah : Data seismik yang dipakai merupakan data yang dianggap benar, cocok satu lintasan dengan lintasan yang lain serta mencerminkan keadaan bawah permukaan Peta geologi yang ada yang dipakai sebagai acuan umur dianggap benar. Ketidakselarasan bersudut dengan sudut yang besar dan menerus yang terlihat di seismik menggambarkan fase deformasi. Siklus sedimentasi regional dapat dikenali berdasarkan ketidakselarasan yang terlihat dari hasil interpretasi seismik yang ada. Peta isokron bisa menjelaskan tentang pola perkembangan struktur dan cekungan 4 I.8 Metodologi Penelitian Salah satu dari langkah awal yang perlu dilakukan pada suatu penelitian adalah mengumpulkan data yang diperlukan serta bagaimana cara memperolehnya. Data yang diperlukan adalah data struktur dan stratigrafi yang kemudian didukung oleh data yang lain. Data data tersebut diperoleh dari hasil interpretasi horizon seismik. Data tersebut didukung oleh peta geologi permukaan dan data lain dari tulisan tulisan yang sudah ada baik dari penelitian yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Adapun tahapan tahapan dalam penelitian ini adalah : Mempelajari tektonik regional. Mempelajari hasil interpretasi marker seismik untuk menentukan siklus siklus sedimentasi regional (antar ketidakselarasan) dan melihat apakah siklus tersebut dikenali secara konsisten di penampang seismik Mengenali dan memahami siklus siklus tersebut di penampang seismik (karakter ketidakselarasan), serta menentukan susunan/tatanan stratigrafi daerah penelitian. Membuat peta isokron dari interpretasi seismik serta melakukan rekonstruksi struktur dengan melakukan pendataran (flattening) pada tiap marker. Mempelajari pola distribusi ketebalan untuk menjelaskan perkembangan struktur dan cekungan di daerah penelitian. I.9 Hasil yang Diharapkan Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan nilai tambah dari pemanfaatan data yang baru di daerah penelitian berupa data seismik. Sehingga dapat lebih memahamai tatanan stratigrafi dan perkembangan cekungan yang ada di daerah penelitian. 5