1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam tugas akhir ini kami memberikan suatu perencanaan alat untuk
memotong spon dari spon sandal pada jenis umumnya.
Penggunaan peralatan pemotongan untuk membuat sandal atau sejenisnya telah
banyak digunakan dalam industri rumah tangga dikawasan masyarakat. Namun
pemotongan spon yang dipakai kebanyakan masih mengunakan sistem hidrolik,
oleh karena itu kami mencoba melakukan perencanaan alat pemotong spon
dengan mengunakan sistem pneumatik, sehingga dicapai suatu mekanisme yang
mudah pengoperasian serta efisien.
Pada perancangan bangun ( konstruksi ) mesin pemotong spon
pneumatik dilakukan penelitian guna menunjang kesempurnaan, Keselamatan
kerja serta kenyamana pengguna mesin pemotong spon ini. Rancang bangun (
konstruksi ) mesin ini akan kami buat sedemikian rupa agar tercipta kenyamanan
dalam bekerja, apabila pada proses produksi pengguna mesin tidak nyaman itu
juga akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Contoh apabila kita bekerja pada
posisi capek seharusnya kita istirahat biar tidak terjadi kesalahan pada proses
produksi, dalam hal ini rancang bangun mengutamakan kenyamanan dan
keselamatan kerja guna memperoleh hasil produksi yang maksimal.
1.2.
Perumusan masalah
Dari uraian diatas dapat disimpulkan permasalahan yang muncul untuk
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana rancang bangun ( konstruksi ) mesin pemotong spon bisa
membuat kenyamanan terhadap pengguna mesin tersebut ?
b. Bagaimana rancang bangun ( konstruksi ) mesin pemotong spon
mampu menahan tekanan yang timbul dari mesin pneumatik, agar
tercipta keselamatan kerja ?
1.3.
Batasan masalah
Batasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
a. Dengan memperhatikan posisi pekerja pada saat bekerja, lebar dan
tinggi konstruksi sesuai dengan pekerja.
b. Dengan melakukan penelitian terhadap tumpuan yang disesuaikan
dengan tekanan mesin pneumatik, tebal besi sebagai penyangga
tumpuan juga harus disesuaikan dengan berat tumpuan dan mesin
pneumatik.
1
1.4.
Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian rancang bangun ini guna memperoleh
kenyamanan serta keselamatan kerja bagi pengguna mesin pemotong spon
pneumatik dan proses produksi menjadi lebih cepat hasil produksi juga sesuai
dengan keinginan.
1.5.
Manfaat
Manfaat dari rancang bangun mesin pemotong spon pneumatik :
Dapat digunakan di industri kecil. Ukuran dapat disesuaikan dengan tempat kerja
Dapat menimbulkan ketenangan dalam bekerja.
1.6
Sistematika penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, sistematika penulisan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diberi penjelasan mengenai latar belakang, perumusan
masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah dan sistematika penulisan tugas
akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan mengenai dasar teori yang dipakai untuk
membahas permasalahan di dalam tugas akhir.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tentang bagaimana proses pengerjaan dan
perencanaan ulang alat pemotong spon dengan sistem pneumatik.
BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ini diuraikan mengenai perencanaan dalam mengevaluasi alat
yang mencakup perhitungan hingga dimensi dari peralatan.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini memberikan penjelasan mengenai hasil kerja dari peralatan
yang telah dibuat.
BAB VI KESIMPULAN
Pada bab ini disimpulkan hasil-hasil pokok bahasan dari tugas akhir ini
yaitu akhir dari perencanaan alat dan hasil pengujian alat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Kontruksi Alat Pemotong Spon Sistem Pneumatik
Pada dasarnya dalam pembuatan mesin pemotong spon ini memerlukan
suatu susunan konstruksi yang cukup memadai, salah satunya adalah
perancangan atau susunan penumpu dan komponen penunjang mesin pemotong
spon apalagi yang menggunakan sistem pneumatik ini. Komponon penunjang
yang diperlukan pada mesin pemotong spon antara lain:
2.1.2 Besi Siku
Sebagai penyangga tumpuan mesin pneumatik,
Besi ini kekuatan dan tebalnya harus harus di sesuaikan dengan berat mesin
pneumatiknya agar pada saat mesin pneumatik melakukan proses penekanan
tidak terjadi kebengkokan yang bisa jadi akan menjadikan hasil dari pemotongan
tidak sempurna, serta hal buruk lainnya bisa mengakibatkan mesin pneumatik
roboh dan mengakibatkan kerusakan pada mesin pneumatik tersebut.
Gambar.2.1 Besi Siku
2.1.3 Papan Kayu
Sebagai tempat alas dudukan matras pisau potong spon sistem
pneumatik, Papan kayu juga harus diperhitungkan ketebalan serta kekuatan
disesuaikan dengan besarnya tekanan potong mesin pneumatik yang terjadi.
3
Gambar 2.2 Papan Kayu
2.1.4 Kompresor
Kompresor sebagai penghasil udara yang udara tersebut digunakan untuk
memberi tekanan atau dorongan terhadap mesin pneumatik, sehingga piston
pada mesin pneumatik terdorong dan menghasilkan suatu tenaga untuk dapat
memotong spon.
Gambar 2.3 Kompresor Dengan Motor Listrik
2.1.5 Pengadaan Udara dan Distribusi
Supaya dapat menjamin keandalan pengendalian pneumatik, harus
disediakan udara yang kualitasnya memadai. Termasuk didalamnya adalah
faktor-faktor sebagai berikut : udara yang bersih, kering, dan tekanan yang tepat.
Jika ketentuan-ketentuan ini diabaikan, maka akibatnya adalah keandalan
mesin tidak terjamin dan dengan demikian akan menaikkan biaya perbaikan dan
4
penggantian komponen. Udara bertekanan diperoleh dari kompresor, kemudian
dialirkan melalui beberapa elemen sampai mencapai pemakai. Apabila tidak
menggunakan persiapan yang baik dalam penyalurannya dan pemilihan
komponen yang salah akan mengurangi kualitas udara tersebut. Elemen-elemen
berikut harus dipergunakan dalam penyiapan udara bertekanan :
- Kompresor udara
- Tangki udara
- Penyaring udara dengan pemisah air
- Pengering udara
- Pengatur tekanan
- Pelumas
- Tempat pembuangan untuk kondensasi
Jenis dan penempatan kompresor turut mempengaruhi kadar partikel-partikel
debu, minyak dan air masuk ke dalam sistem. Persiapan udara yang kurang baik
akan mengakibatkan sering menimbulkan gangguan dan menurunkan daya tahan
sistem pneumatik. Berikut adalah gejala-gejala yang tampak :
- Keausan yang cepat pada seal dan elemen yang bergerak dalam katup
dan silinder
- Katup akan beroli.
2.1.6 Tingkatan Tekanan
Umumnya, elemen-elemen pneumatik seperti silinder dan katup
disiapkan untuk menerima tekanan kerja maksimal 8 – 10 bar. Memang untuk
pengoperasian yang ekonomis, tekanan 6 bar sudah cukup. Tetapi karena adanya
tahanan arus pada masing-masing komponen dan dalam pipa-pipa saluran,
sambungan pipa, panjang pipa, kebocoran, maka harus diperhitungkan pula nilai
susut tekanan antara 0,1 sampai 0,5 bar. Oleh sebab itu, kompresor harus
menyediakan tekanan 6,5 sampai 7 bar supaya tekanan kerja sebesar 6 bar tetap
terjamin.
Jika tiba-tiba ada perubahan tekanan komsumsi, tangki udara bisa
dipasang untuk menstabilkan tekanan pada jaringan kerja udara bertekanan.
Pada operasi normal tangki udara ini diisi oleh kompresor, dengan alasan untuk
cadangan yang dapat digunakan setiap saat. Hal ini juga membuat kemungkinan
untuk mengurangi terjadinya hidup matinya kompresor.
2.1.7 Tangki Udara
Tangki menghasilkan tekanan udara yang konstan di dalam sistem
pneumatik, tanpa memperhatikan pemakaian yang berubah-ubah. Fungsi lain
dari tangki adalah sebagai penyedia udara darurat ke sistem bila tiba-tiba terjadi
kegagalan pada sumber,Permukaan tangki yang luas akan mendinginkan udara,
sehingga embun dalam udara akan menjadi air. Oleh karena itu, penting pada
tangki bagian bawah dipasang kran untuk membuang air kondensasi.
5
Ukuran tangki udara bertekanan tergantung dari :
- Volume udara yang ditarik ke dalam tangki
- Pemakaian udara oleh pengguna
- Ukuran saluran
- Jenis dari pengaturan siklus kerja kompresor
- Penurunan tekanan yang diperkenankan dari jaringan saluran
2.1.8 Distribusi Udara
Untuk menjamin distribusi udara yang handal dan lancar harus
diperhitungkan besarnya tekanan yang dibangkitkan oleh kompresor. Pengatur
tekanan terpusat dipasang untuk menjamin agar saringan udara bertekanan
menjadi stabil tekanannya.
Tekanan konstan adalah syarat agar operasi kontrol pneumatik bebas dari
kesalahan. Untuk mendapatkan tekanan yang konstan, pengatur tekanan
dipasang sealiran dengan filter udara yang berfungsi untuk menjaga kestabilan
tekanan tanpa memperhatikan fluktuasi tekanan atau pemakaian udara dalam
sistem. Tekanan udara seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing instalasi. Dalam pendistribusiannya terjadi penurunan tekanan dan
pendinginan luar yang dapat menghasilkan kondensat dalam pipa sistem. Supaya
kondensat ini dapat dibuang, saluran harus diletakkan pada kemiringan 1-2 %.
Kemudian kondensat dapat dibuang pada titik terendah melalui pembuang pipa.
2.1.9 Kompresor Udara
kompresor udara berfungsi untuk memproduksi udara bertekanan
dimana udara diambil darik udara bebas dengan tekanan atmosfer dan
dimampatkan sampai tekanan kerja yang diinginkan. Kompresor ini memakai
energi listrik untuk memutar motor.
Kompresor bekerja memanfaatkan udara dengan mengkompresi udara
kedalam satu ruangan kemudian mengurangi / memperkecil volume dari
ruangan tersebut ada dua tipe yaitu :
a. Kompresor torak resiprok
Kompresor ini banyak dipakai, karena dapat diigunakan bukan hanya
mampu pada tekanan rendah maupun menengah, tetapi juga untuk
tekanan tinggi. Batas tekanan ada diantara kira – kira 100 kpa ( 1 bar /
14,5 psi ) sampai beberapa ribu kpa ( bar / psi ).
Kompresor torak resiprok dibagi dua jenis yaitu :
 Kompresor torak
Prinsip kerja kompresor torak hampir sama dengan prinsip kerja
motor bakar, hanya ada perbedaan pada zat yang diprosesnya.
Pemasukan udara diatur oleh katup katup masuk dan katup isap oleh
torak yang gerakannya menjauhi katup kemudian didesak / didorong
6
kembali oleh torak pada saat kembali terjadi pengisapan, karup
masuk terbuka dan katup buang tertutup, serta pada waktu
penekanan terjadi sebaliknya demikian seterusnya sampai mencapai
tekanan yang diinginkan pada tangki penampung.
 Kompresor diaphrapma
Pada jenis ini penempatan torak dipisahkan dengan ruangan
penyedot oleh sebuah diaphragma, udara tidak masuk dan tidak
berhubungan langsung dengan bagian – bagian yang bergerak oleh
karena itu udara selalau dijaga dan bebas dari oli.
b. Kompresor rotari
Kompresor sistem rotari ( putar ) adalah kompresor dengan rotor
yang berputar. Udara masuk dalam ruangan, kemudian pada saat
yang sama volume ruangan diperkecil dan udara dalam ruangan
dimampatkan atau dikompresi.
Kompresor jenis ini dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
 Kompresor rotari baling-baling (Vane Compressor)
Secara eksentrik rotor dipasang berputar dalam rumah yang
berbentuk silindris yang mempunyai lubang masuk dan lubang keluar.
Keuntungan dari kompresor ini aadalah karena mempunyai bentuk
yang pendek dan kecil, sehingga menghemat ruangan. Kompresor ini
tidak berisik dan dapat menghantarkan udara secara terus-menerus.
 Kompresor Ulir (Screw Compressor)
Dua rotor yang saling berpasangan yang satu mempunyai bentuk
cekung dan yang lain mempunyai bentuk cembung, memindahkan
pemasukan udara secara aksial kesisi yang lainnya.
 Roots Blower
Kompresor jenis ini, udara dibawa dari satu sisi kesisi yang lainnya
tanpa ada perybahan volume. Tapi torak membuat penguncian pada
bagian sisi yang bertekanan.
Penampung udara bertekanan (Receiver) berfungsi untuk menstabilkan
pemakain udara bertekanan. Penampung udara bertekanan yang kebanyakan
dipakai adalah tangki karena mempunyai sifat akan memperhalus fluktuasi
tekanan dalam jaringan ketika udara dipakai oleh jaringan tersebut. Dan lagi luas
permukaan yang besar dari penampung akan mendinginkan udara dalam tangki
itu sendiri.
Jadi penampung udara bertekanan mempuyai fungsi sebagai berikut :
a. Menstabilkan pemakaian udara bertekanan
b. Mendinginkan udara dalam tangki
c. Menghindari presure drop ( penurunan tekanan ) apabila sejumlah
besar udara dipakai dalam waktu yang relatif singkat
7
d. Menyediakan udara bertekanan untuk suatu jangka waktu tertentu
dalam masa kecemasan seperti waktu kompresor dimatikan karena
listrik padam. Perlu diperhatikan bahwa tangki udara harus dilengkapi
dengan alat pengukur tekanan (pressure gauge), katup pengaman
(safety valve) dan switch tekanan.
Penggerak tergantung pada syarat – syarat cara kerja, kompresor digerakkan
oleh motor listrik selain itu juga digerakkan oleh motor listrik selain itu juga
digerakkan oleh motor bakar ( bensin dan diesel ).
2.1.10 Air filter ( saringan udara )
Udara di atmosfer yang dikempa oleh kompresor mengandung bendabenda pengotor seperti debu, oli residu, uap basah dan butiran-butiran halus
lainnya. Apabila udara ditekan dengan kompresor, udara kompresi tersebut akan
mengandung sejumlah pengotor atau cemaran.
Jika udara yang berisi cemaran tersebut masuk kedalam peralatan
pneumatik, dia akan merusak peralatan seperti dudukan katup, keausan packing
dan bagian bergerak lainnya.
Penyaring udara kempaan digunakan untuk menghilangkan semua bentuk
pengotor yang terkandung dalam udara, sehingga didapatkan udara yang bersih
sebelum didistribusikan keperalatan pneumatik.
Dengan adanya udara yang bersih ini akan memperpanjang umur dari
peralatan pneumatik. Penyaring udara dapat dipasang sebagai perlengkapan
tunggal atau unit gabungan dengan pelumasan dan pengatur tekanan.
Syarat – syarat saringan udara :
a. Mempunyai tempat penampung cairan yang besar.
b. Temnbus pandang dan tahan pecah, mangkuk saringan dengan keran
pembuang.
c. Dapat dicuci dan bagian – bagian saringannya dapat diganti – ganti.
d. Dapat membuat putaran air dengan baik.
e. Memungkinkan untuk pengeluaran cairan otomatis.
f. Memungkinkan untuk pembersihan tanpa penggantian saringan.
Pada gambar 2.3 Ketika udara memasuki saringan, udara kempaan harus
mengalir melalui lubang putaran angin (l). ini menyebabkan udara yang berputar
dahulu. Gerakan sentrifugal menyebabkan butiran-butiran air dan benda-benda
padat yang ikut terlempar melwan dinding dalam mangkuk saringan (2). Kotorankotoran mengalir dan akhirnya terkumpul dibagian bawah mangkuk.
Udara kempaan mengalir melalui dinding-dinding saringan (filter catridge)
(3) kesaluran luar. Mangkuk saringan harus sering-sering dibersihkan dari
8
butiran-butiran debu dan karat yang sudah terperangkap didalamnya, karena jika
tidak demikian lubang-lubang lalunya akan tersumbat atau lebar saringannya
terkurangi. Hal yang perlu diperhatikan bahwa apabila cairan dan kotoran
(kondensat) yang terkumpul pada bagian bawah mangkuk sudah tercapai pada
tinggi maksimum yang ditentukan maka cairan tersebut harus dikeluarkan. Hal
ini dapat dilakukan dengan memutar baut (4) searah jarum jam.
Gambar 2.4 Filter Pneumatik
2.1.11 Regulator ( pengatur tekanan )
Tekanan yang keluar dari kompresor masih mempunyai tekanan tinggi,
dan ini lebih tinggi dari pada tekanan yang terdapat pada bagian-bagian control
atau bagian kerjanya. Untuk mengatur tekanan udara yang didistribusikan
kebagian control dan kerja digunakan regulator (pengatur tekanan). Biasanya
alat ini dipasang secara bersatu dengan penyaring udara. Setelah udara keluar
dari saringan kemudian masuk pada regulator untuk diatur tekanannya sampai
pada batas tekanan yang diinginkan.
Jadi tujuan dari pada regulator adalah untuk menjaga tekanan operasi
(tekanan sekunder) sebenarnya tanpa melihat perubahan tekanan dalam
ssaluran (tekanan primer) dan pemakain udara.
9
Gambar 2.5 Pengatur Tekanan
Pada gambar 2.4 Udara kempaan mengalir kedalam pengatur tekanan
dan bertindak atas diaphragma (1). Paegas (2), yang memberikan gaya tekan
dapat diperbesar atau diperkecil dengan memakai baut penyetel (3), bekerja
menurut sisi-sisi lain permukaan diaphragma (1).
Apabila udara bertekanan dipakai pada saluran keluar (tekanan
sekunder), gaya tekan bekerja menurut diaphragma (1) mengecil. Dengan
demikian pegas tekan (2) dapat mendorong tangki katup (4) keatas. Udara
bertekanan dapat mengalir melalui penampang lintang yang tertutup keluar dari
pengatur tekanan.
Jika tekanan sekunder (tekanan kerja) naik sampai harga yang distel,
misalnya akibat gaya dari luar pada perlengkapan atau penyetelan yang rendah
dari pegas penekan (2), pembebanan yang lebih besar pada diaphragma
menyebabkan pegas (2) terdorong kebawah. Oleh karena itu batang katub (4)
melepas dudukan katup (6), dan bertekanan dapat keluar bebas melalui lubang
saluran (7). Udara bertekanan akan terus menerus keluar sampai tekanan yang
distel sebelumnya sudah tercapai kembali. Lubang saluran tidak boleh ditutup,
karena akan berakibat peralatan dalamnya tidak berfungsi.
2.1.12 Pengatur tekanan
Biasanya pengatur tekanan dipasang atau dilengkapi dengan sebuah
penduga (penukar tekanan yang menunjukkan besarnya udara kempaan yang
mengalir sesudah melalui pengatur tekanan/tekanan sekunder).
Pada gambar 2.5 Udara mengalir masuk ke pengatur tekanan melalui
lubang saluran P. Tekanan dalam pipa Bourdon (2) menyebabkan pipa
10
memanjang. Tekanan lebih besar, mengakibatkan belokan radius lebih besar.
Pergerakan perpanjangan pipa diubah ke jarum jam penunjuk (6) melalui tuas
penghubung (3), tembereng gigi penggerak (4) dan roda gigi yang digerakkan (5).
Tekanan pada saluran masuk dapat terbaca pada skala
Gambar 2.6 Pengukur Tekanan
2.1.13 Lubrikator
Bagian-bagian yang bergerak dan menimbulkan gesekan memerlukan
pelumas. Bagian yang bergerak meluncur termasuk didalamnya peralatan
pneumatik (silinder, katup). Untuk menjamin supaya bagia-bagian yang
bergesekan pada perlengkapan tersebut dapat bekerja dan dipakai secara terusmenerus, maka harus memberikan pelumasan yang cukup. Jumlah tertentu
daripada minyak pelumasan pelumasan ditambahkan kedalam udara bertekanan
dengan menggunakan perangkat pelumasan.
Keuntungan menggunakan pelumasan :
a. Terjadinya penurunan angka geskan.
b. Perlindungan terhadap korosi.
c. Umur pemakaian lebih lama (awet).
Syarat yang harus dipenuhi oleh perangkat lumas :
a. Pengoperasian pemeliharaan perlengkapan sederhana.
b. Kerja perangakat lumas dengan penuh otomatis. Ketika kerja dimulai
dan berakhir, pelumasan juga dimulai dan berakhir.
c. Banyaknya oli untuk kontrol pneumatik harus dapat disesuaikan
untuk kesesuaian ukurannya.
d. Mampu membuat campuran udara dan oli dengan halus dibelakang
saluran keluar perangkat lumas.
e. Perangkat lumas harus dapat berfungsi sekalipun udara bertekanan
yang diperlukan hanya sesaat.
11
Gambar 2.7 Prinsip Venturi
Hampir semua perangkat lumas udara kempaan bekerja pada prinsip
venture (pengabutan). Perbedaan tekanan (PressureDrop) antara tekanan di
depan lubang penyemprot (nozzle) digunakan supaya dapat menyedot cairan
(oli) dari bejana dan mencampurnya dengan udara.
Perangkat lumas udara bertekanan dapat bekerja hanya ketika ada aliran
udara yang cukup. Jika terlalu kecil alirannya, kecepatan aliran pada nozzle tidak
dapat menimbulkan perbedaan tekanan (Pressure Drop). Apabila tekanan pada
lubang tersempit dari pipa venture lebih kecil daripada tekanan bejana, maka oli
dalam bejana akan tersedot dan keluar bersama-sama udara dan bercampur
berupa kabut oli.
Gambar 2.8 Lubrikator
Perangkat lumas (Lubrikator) yang digambarkan pada gambar 2.7 bekerja
menurut prinsip venture. Udara kempaan mengalir melewati perangkat lumas A
(saluran masuk) ke B (saluran keluar). Katup mengecek (6) menutup lintasan
udara ketika tidak ada udara yang saling mengalir. Sewaktu udara mengalir,
12
katup pengecek (6) membuka dan udara kempaan dapat mengalir dengan bebas
ke saluran keluar B.
Pembatasan (4) dalam lintasan alir menimbulkan penurunan tekanan.
Hampa udara ditimbulkan dalam puncak lengkungan penetes (5) dan oli tersedot
ke atas melalui pipa oli yang menaik (2). Tetesan-tetesan oli terbawa dalam
aliran udara melalui pipa (7) berbentuk kabut. Bentuk tetesan-tetesan oli
disemprotkan dan bersatu dengan udara berbentuk kabut diteruskan menuju
berbagai macam peralatan pneumatik. Bushing (3) dengan katup pengecek
memberikan kemungkinan untuk menambah volume oli dalam gelas, sementara
perangkat lumas sedang dalam keadaan kerja.
Dengan memakai sekrup pengatur (8), banyaknya oli yang siap
dikabutkan dapat disetel. Gelas mangkuk oli (1) harus dijaga selalu bersih,
sehingga gelas selalu dapat terlihat (dicek) setiap waktu. Perangkat lumas
dipasang secara tegak (vertical). Arah daripada aliran ditunjukan oleh sebuah
tanda anak panah, tanda ini harus diamati dengan sungguh-sungguh.
2.1.14 Pipa
Dalam system pneumatik, pipa saluran udara tersedia dalam berbagau
jenis menurut bahannya. Adapun macam-macam jenis pipa pneumatik tersebut,
antara lain :
 Metallic pipe
 Non Metallic Pipe
Pipa metal umumnya dipakai untuk pipa-pipa di pabrik dan bagian statik
dari peralatan besar baja yang paling banyak dipakai karena mempunyai
ketahanan dan kekuatan panas yang cukup.
Pipa plastik mempunyai daya kerja dan ketahanan korosi yang tinggi, dan
cukup murah harganya. Pipa polyurethane lebih fleksibel daripada pipa nylon
dan mempunyai fleksibilitas yang lebih tinggi, maka dari itu banyak dipakai di
bagian dimana diperlukan piping halus, bagian bergerak dll. Resin yang dipakai
untuk pipa polyurethane secara kasar dapat dibagi menjadi tipe ester yang
mempunyai ketahanan tinggi terhadap oksidasi dan larutan, dan tipe ester yang
mempunyai ketahanan tinggi terhadap hydrolysis dan mikro organisme.
2.1.15 Jenis – jenis Pipa
Dalam system pneumatik, pipa saluran udara tersedia dalam berbagau
jenis menurut bahannya. Adapun macam-macam jenis pipa pneumatik tersebut,
antara lain :
a. Metallic pipe :
a. Carbon Steel Pipe.
b. Stainless Steel Pipe.
c. Seamless Copper Pipe.
13
d. Seamless Aluminium Pipe.
e. Various Metallic Pipe Coated With Resin.
b. Non Metallic Pipe
a. Nylon tube.
b. Polyturethane tube.
c. Polyethylene tube.
d. Vinyl tube.
e. Teflon tube.
f. Rubbert hose for air.
Pipa metal umumnya dipakai untuk pipa-pipa di pabrik dan bagian statik
dari peralatan besar baja yang paling banyak dipakai karena mempunyai
ketahanan dan kekuatan panas yang cukup.
Pipa plastik mempunyai daya kerja dan ketahanan korosi yang tinggi, dan
cukup murah harganya. Pipa polyurethane lebih fleksibel daripada pipa nylon
dan mempunyai fleksibilitas yang lebih tinggi, maka dari itu banyak dipakai di
bagian dimana diperlukan piping halus, bagian bergerak dll. Resin yang dipakai
untuk pipa polyurethane secara kasar dapat dibagi menjadi tipe ester yang
mempunyai ketahanan tinggi terhadap oksidasi dan larutan, dan tipe ester yang
mempunyai ketahanan tinggi terhadap hydrolysis dan mikro organisme.
Gambar 2..9 Pipa fleksible ( kiri ) dan pipa nylon elastik spiral
( kanan )
2.1.16 Selenoid (katup penyearah)
Sistem control pneumatik terdiri dari komponenkomponen sinyal dan
bagian kerja. Komponen-komponen sinyal dan control mempergunakan
rangkaian atau urut-urutan operasi dari bagian kerja, dan disebut katup.
14
Penggunaan katup dalam system pneumatik yaitu untuk mengontrol
tekanan, kecepatan aliran dan untuk mengatur arah aliran udara dalam sirkuit
pneumatik.
Menurut fungsinya, katup dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan)
b. Directional Control Valve (Katup Control Arah)
c. Flow control valve (katup pengontrol aliran)
Gambar 2.10 katup 3/2 selenoid tunggal
Gambar 2.11 katup selenoid ganda 5/2 way
15
2.1.17 Mesin pneumatik
Pengertian pneumatik meliputi alat-alat pengerakan, pengukuran,
pengaturan, pengendalian, perhubungan dan perentangan yang meminjam
(mengambil) gaya dan pengeraknya dari udara mampat.
Persaingan antara alat-alat pneumatik dengan alat-alat mekanik,
Hidraulik atau elektrik makin menjadi besar.
Beberapa peralatan listrik yang sering digunakan dalam mengontrol
rangkaian peralatan pneumatik yaitu : solenoid, relay, push button switch.
Solenoid merupakan salah satu peralatan utama conrol elektronik dalam
rangkaian pneumatik.
Dalam bekerja solenoid biasanya dipasangkan pada katup directional.
Biasanya katup ini disebut dengan katup elektro pneumatik atau katup solenoid,
seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya. Dengan adanya katup ini
memungkinkan mengontrol suatu rangkaian pneumatik dengan menggunakan
rangkaian listrik.
Gambar 2.12 Pneumatik Ventilasi
16
Gambar 2.13 Pneumatik Cylinder
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Diagram Alir ( Flow Chart )
Pada Gambar berikut ditunjukkan Diagram Alir:
Start
Tinjauan
Pustaka
Pengamatan
Lapangan
Perencanaan Kerja
Pengujian Benda Kerja
Gaya Pemotongan
Perencanaan Sistem Pneumatik
Pengujian Sistem Pneumatik
Tidak
Ya
Perbaikan Alat
Selesai
Gambar 3.1 Flow Chart Perencanaan dan Penyempurnaan Alat
18
3.2.
Metodelogi Perencanaan
Untuk membuat Rancang bangun ( konstruksi ) mesin pemotong spon
dengan sistem pneumatik melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut :
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu mencari dan mempelajari
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini yang didapat dari perpustakaan,
internet, buku-buku dan, di industri kecil yang berkaitaan dengan mesin ini.
Perencanaan rancang bangun diatur sedemikian rupa sebagai penunjang
mesin pneumatik agar bisa bekerja secara maksimal dan memiliki keselamatan
kerja, oleh karena itu tumpuan mesin pneumatik yang digunakan harus
disesuaikan dengan berat mesin pneumatik tersebut, serta besi penyangga
tumpuan disesuaikan dengan berat tumpuan ditambah dengan berat mesin
pneumatiknya agar mesin pneumatik aman pada saat diam ataupun pada saat
melakukan pnekanan sehingga dalam proses produksipun pekerja merasa tanang
dan nyaman.
3.3.
Pengujian Bahan
Dilakukan penghitungan tebal, lebar serta kekuatan besi sebagai
penyangga utama. Menyesuaikan antara kekuatan konstruksi dengan kekuatan
tekan maksimum mesin pneumatik
Bahan uji yang akan digunakan adalah Besi dan tumpuan mesin pneumatik
sebagai konstruksi :
a. Besi diteliti guna memperoleh perbedaan tekanan antara penekan
dengan penahan tekanan sehingga pada saat mesin pneumatik
melakukan tekanan tidak terjadi kebengkokan ataupun patah pada
penyangga tumpuan karena sudah diketahui perbedaan tekanan
antara kekuatan besi dengan tekanan mesin pneumatik.
b. Tumpuan mesin pneumatik diteliti untuk menentukan tebal tumpuan
yang bisa dan kuat menahan antar tekanan pada saat mesin
pneumatik melakukan tekanan sedangkam besi tumpuan utama
menahan diantara tumpuan dengan mesin pneumatik apabila tanpa
diteliti kemungkinan tumpuan pecah lebih besar karena tumpuan
berada diantara penekan dan penahan tekanan.
19
3.5.
Penyempurnaan Alat
Gambar 3.2 Kerangka Alat Pemotong Spon
Keterangan :
1. Silinder Pneumatik
2. Top Plat
3. Pisau Potong Spon Sandal
4. Ejektor
5. Guide Way
6. Spon Sandal
7. Tatakan/Teflon
8. Bottom Plat
9. Kerangka
10. Pipa Saluran
11. Contorl Valve
FRL (Filter Pneumatik, Regulator, dan Lurikator
12. Katub Pedal
13. Pressure Regulator
14. Kompresor
20
Download