AKUATIK. Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 AKUATIKKeanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat ISSN 1978 - 1652 KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI LELABI, BANGKA BARAT Oleh: Juwita1), Khoirul Muslih2), Umroh3) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung [email protected] 2) Staff Pengajar Jurusan Mnajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung Abstract Lelabi River is one of the rivers in the District Kelapa, West Bangka. That still has a natural habitat and protected from damage caused by tin mining.The purpose of this study to determine diversity, composition of fishes and grouping of fish habitats based from biological indicators. This research was conducted in Lelabi River for 3 months, from January to March 2015. The study used purposive sampling method by setting three observation stations from upstream to downstream. Data collected from water quality and fish communities. Fishing gear used for sampling fish is tangkol, gillnets, traps and scoop net. The results were obtained 5,598 individualsfrom 49 species and 22 family fish found in Lelabi River. Diversity of fish classified between moderate to high, the uniformity is low to high, and not dominated. Keywords: Fish, Diversity, Lelabi River PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai Lelabi terletak di Desa Beruas Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat. Sungai yang memilikipanjang aliran ±8 km ini merupakan anak Sungai Semubur yang alirannya bermuara di Teluk Kelabat.Sepanjang aliran sungai dikelilingi areal hutan dengan kondisi masih alami dan tanpa ada kegiatan penambangan timah. Sungai Lelabi dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk kegiatan perikanan seperti menangkap ikan dengan menggunakan beberapa alat tangkap tradisional.Daerah sekitar Sungai Lelabi juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian seperti pengairan padisawah terutama di bagian hulu sungai. Kegiatan pertanian tersebut dilakukan satu kali dalam setahun. Melihat kondisi Sungai Lelabiyang masih alami dan belum tercemar oleh kegiatan penambangan timah, diduga sungai ini masih memiliki beragam jenis ikan terutama jenis lokal dan endemik Bangka Belitung. Beberapa penelitian terkait keanekaragaman jenis ikan khususnya ikan air tawar (freshwater fishes) pernah dilakukan oleh Gustomi (2010), Yuyun (2013), Agustina (2013), dan Muslih (2014) di beberapa perairan sungai yang ada di Bangka Belitung. Hasil penelitian tersebut ditemukan terdapat 41 spesies dari 17 famili ikan air tawar. Khusus untuk data ikan perairan sungai lelabi yang merupakan perairan di wilayah Bangka Barat masih belum dilakukan penelitian maupun inventarisasi. Masih kurangnya data terkait sumberdaya ikan air tawar sungai di Bangka membuat peneltian ini perlu dilakukan sebagai dasar bagi pengelolaan sumberdaya perairan ke depan agar lebih optimal dan berkelanjutan, terutama di tengah Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 maraknya ancaman kerusakan aktivitas penambangan timah. lingkungan akibat Tujuan Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui indeks keanekaragaman dan komposisi jenis ikan di Sungai Lelabi. 2. Menganalisis pengelompokan habitat perairan Sungai Lelabi berdasarkan parameter biologi (kelimpahan ikan). METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2015 di Sungai Lelabi, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat dengan mengambil 3 stasiun yang dianggap mewakili kondisi perairan, meliputi: 1. 2. 3. Stasiun I berada di bagian hulu sungai(S 01°51’05.1”, E 105°43’29.4”). Stasiun II berada di bagian tengah sungai (S 01°50’50.0”, E 105°43’55.5”). Stasiun III berada di bagian hilir sungai (S 01°50’53.5”, E 105°44’13.9”). Alat dan Bahan Penelitian Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS); jaring insang (gillnet) dengan ukuran mata jaring 3/4, 1, 1½, 1¾, 2 inci; bubu; tangkol; serok,ember, kamera dan alat tulis. Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin dan buku identifikasi. HALAMAN- 21 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Metode Pengambilan Data. Pengambilan data ikan dilakukan menggunakan jaring insang, bubu, tangkol dan serok yang dioperasikan berdasarkan kondisi perairan di tiap stasiun pengamatan. Penentuan stasiun pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel ikan yang diperoleh di lapangan kemudian dibawa ke Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung untuk diawetkan dan diidentifikasi dengan mengacupada Kottelat et al. (1993). Parameter kualitas air yang diamati setiap bulan bersamaan dengan pengambilan sampel ikan meliputi: suhu, kecerahan, keceptan arus, TSS (Total Suspended Solid), DO (Dissolved Oksygen) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Wiener (Brower and Zar, 1990 dalamSetyobudiandi et al., 2009): Analisa Data. Komposisi Jenis. Jumlah jenis ikan secara keseluruhan yang diperoleh dari stasiun yang ada (Setyobudiandi et al., 2009). Indeks Keragaman. Diversitas maksimum (Hmax) terjadi bila kelimpahan semua spesies di semua stasiun merata. Rasio keanekaragaman yang terukur dengan keanekaragaman maksimum dapat dijadikan ukuran keseragaman (E) yang dapat dihitung dengan persamaan (Setyobudiandi et al., 2009): Kelimpahan Relatif. Perhitungan kelimpahan relatif setiap jenis ikan dilakukan dengan perhitungan persentase jumlah (Krebs, 1972 dalam Setyobudiandi et al., 2009): Keterangan: Kr : Kelimpahan relatif (%) ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah total individu semua spesies Frekuensi Keterdapatan. Frekuensi keterdapatan menunjukkan luasnya penyebaran lokasi jenis tertentu. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi (%) ikan yang tertangkap dengan persamaan (Misra, 1968 dalam Setyobudiandi et al., 2009): Fi = x 100 % Keterangan: Fi : Frekuensi keterdapatan ikan spesies ke- i yang tertangkap (%) ti : Jumlah stasiun dimana spesies ke-i yang tertangkap T : Jumlah semua stasiun Penentuan kriteria : Fi mendekati 100% Fi mendekati 0% : Penyebaran ikan luas : Penyebaran ikan sempit Indeks Keanekaragaman. Indeks keanekaragaman merupakan indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologi. Untuk menentukan keanekaragaman ikan dihitung dengan indeks Shanon- Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 ∑ Keterangan: H’ : Indeks Diversitas Shanon-Wiener Pi : ni/N ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu semua spesies Penentuan kriteria: H’<1 : Keanekaragaman rendah 1<H’<3 : Keanekaragaman sedang H’>3 : Keanekaragaman tinggi , dimana Hmax= log2 S Keterangan: E : Indeks Keseragaman H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener Hmaks : Keanekaragaman Maksimum S : Jumlah Spesies Penentuan kriteria: E=0 :Kemerataan antara spesies rendah E=1 : Kemerataan antara spesies relatif merata Indeks Dominansi. Untuk mengetahui ada tidaknya suatu dominansi, digunakan indeks dominansi Simpson (Legender, 1983 dalam Setyobudiandi et al., 2009): ∑( ) Keterangan: C : Indeks Dominansi Simpson ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu semua spesies ke-i Penentuan kriteria: C =0 :Dominansi rendah C =1 :Dominansi tinggi Indek Bray Curtis. Analisis yang digunakan untuk melihat tingkat kesamaan antar stasiun pengamatan berdasarkan parameter kelimpahan (biologi) dapat dihitung menggunakan indeks similaritas Bray Curtis (Krebs, 1989 dalam Setyobudiandi et al., 2009). ∑ ∑ HALAMAN- 22 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Stasiun 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Komposisi Jenis. Jumlah ikan yang ditemukan di Sungai Lelabi dari tiga stasiun selama penelitian yaitu 5.598 individu yang terdiri dari 49 jenis ikan dalam 22 famili (Tabel 1). Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi. Keanekaragaman jenis ikan di perairan Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III) dengan nilai rata-rata (H’) 3,83 dan 3,56 dan sedang (stasiun I) dengan nilai rata-rata (H’) 2,69. Nilai keanekaragaman (H’), keseragaman dan dominansi ikan antar stasiun di Sungai Lelabi terlampir pada Tabel 2. 0,96 0,88 Stasiun 2 0,64 1 2,01 0,44 0,45 2 3,2 0,65 0,16 0,56 3 2,88 0,68 0,19 0,48 1 3,67 0,76 0,11 0,4 2 4,33 0,86 0,06 3 3,49 0,73 0,14 1 4,02 0,84 0,09 2 3,49 0,73 0,14 3 3,17 0,78 0,14 Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Faktor St1 St2 St3 St 1 St 2 St3 St1 St2 St3 26 26 26 27 27 27 26 26 27 7.5 7.5 24.5 78.6 42.6 52.8 52.8 88.8 82.8 7.3 13.6 9.5 24.7 14.7 12.9 12.9 19.8 32.8 600 600 400 42 78 12 12 26 44 pH 5 5 5 5 5 5 5 5 5 DO (mg/l) 10 8.1 5 6 6.1 6.07 6.0 4.2 4.5 BOD (mg/l) 4.9 3 0.9 0.6 0.9 3.87 3.8 2.1 1.5 Kecerahan (cm) Kecepatan Arus (cm/dtk) TSS (mg/l) Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan. Nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kesatu yaitu Ikan Krytopterus lais (26,22%), bulan kedua Ikan Puntius lineatus (20,56%) dan bulan ketiga Ikan Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2,8 3,2 3,6 4 Gambar 1. Indeks Similarity Kelimpahan Ikan antar Stasiun Faktor Fisika Kimia Perairan. Faktor fisika kimia perairan diukur untuk mengetahui kualitas perairan Sungai Lelabi. Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisa Kualitas Fisika-Kimia Pearairan Suhu ( C) 0,72 0 Stasiun 3 o Similarity 0,8 Tabel 2. Nilai Keanekaragaman, Keseragaman dan Domonansi Waktu Indeks Indeks Indeks Stasiun (Bulan) Keanekaragaman Keseragaman Dominansi Stasiun 1 Stasiun 2 Kryptopterus lais (22,87). Selama penelitian Ikan Cyclocheilichthys apogon, Poropuntius huguenii, Puntius lineatus dan Pristolepis grootii memiliki nilai frekuensi keterdapatan tertinggi (100%). Nilai kelimpahan relatif dan frekuensi keterdapatan jenis ikan di Sungai Lelabi ditunjukkan pada Tabel 4. Indeks Bray-Curtis. Pengelompokan habitat berdasarkan kelimpahan ikan yang ditemukan selama penelitian, di Sungai Lelabi terdapat tiga kelompok besar (Gambar 1). Kelompok 1 (stasiun I dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 49%, kelompok 2 (stasiun II dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 46%, kelompok 3 (stasiun I dan II) dengan nilai kesamaan 44%. Stasiun 1 Keterangan: Ibc : Indeks Bray Curtis N : Jumlah parameter yang dibandingkan Xij, Xik: Nilai parameter kelimpahan yang ke-i pada dua tempatberbeda yang dibandingkan Pembahasan Komposisi Jenis Komposisi jenis ikan yang ditemukan di Sungai Lelabi berbeda di setiap bulan pengamatan.Bulan pertama ditemukan 37 jenis ikan, bulan kedua 41 jenis ikan dan bulan ketiga 25 jenis ikan. Komposisi jenis ikan bulan kesatu lebih rendah dibandingkan bulan kedua diduga dipengaruhi tingginya nilai TSS (400-600 mg/l) dan rendahnya kecerahan (7,5-24,5 cm). Nilai TSS perairan tinggi akan menyebabkan rendahnya kecerahan perairan dan meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan (Effendi, 2003). Tinggi nilai TSS dan rendahnya nilai kecerahan bulan kesatu disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang memperbaiki alur pengairan sawah di bagian hulu sungai, sehingga menyebabkan sedimen di dasar perairan terangkat ke badan perairan kemudian terbawa arus sampai ke hilir sungai. Komposisi jenis bulan kedua meningkat dan bulan ketiga menurun, hal ini disebabkan adanya pengaruh curah hujan pada saat sampling. Sampling bulan kedua dilakukan pada curah hujan rendah yang menyebabkan berkurangnya volume perairan. Volume perairan yang berkurang akan meningkatan densitas ikan di perairan (Sulistiyarto et al., 2007) dan akan mempermudah pengoperasian alat tangkap. Sampling bulan ketiga dilakukan pada curah hujan yang tinggi sehingga HALAMAN- 23 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat menyebabkan volume air meningkat dan mengahambat pengoperasian alat tangkap. Selain disebabkan oleh curah hujan, komposisi bulan ketiga menurun disebabkan kadar DO perairan di stasiun II dan III dibawah batas normal yaitu berkisar antara 4,23-4,57 mg/l. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Indeks keanekaragaman (H’) di stasiun I pada bulan kesatu tergolong paling rendah (kriteria sedang) dibandingkan dengan dua stasiun lain. Hal ini diduga karena kadar BOD (4,9 mg/l) bulan tersebut sudah melebihi batas normal (2-3 mg/l) Soraya et al., 2014). Perairan yang mulai tercemar dapat mempengaruhi keberadan ikan, karena tidak semua ikan dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berubah. Kadar BOD tesebut tinggi karena substrat di stasiun I dominan berlumpur. Selain kadar BOD, nilai TSS (600 mg/l) bulan kesatu juga menunjukkan perairan tidak baik bagi pertumbuhan ikan (Effendi, 2003). Nilai TSS yang tinggi akan mempengaruhi kehidupan ikan, karena patikel-partikel di perairan tersebut akan menutupi insang ikan. Nilai (H’) tertinggi di stasiun II yaitu pada bulan kedua, ini disebabkan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti kecerahan perairan (42,67 cm). Wahida (2013) menyatakan bahwa kecerahan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan air tawar yaitu 25-45 cm, sedangkan kecerahan bulan kesatu ˂25 cm yaitu 7,5 cm dan kecerahan bulan ketiga diambang batas normal, yaitu 88,83 cm. Kecerahan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis fitoplankton sebagai bahan makanan utama ikan di perairan. Bulan ketiga memiliki nilai (H’) terendah dikarenakan kadar DO bulan tersebut di bawah batas normal (4,23 mg/l), sehingga akan mempengaruhi pernapasan ikan maupun organisme lainnya. Swingle (1969) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut untuk kelangsungan hidup ikan yaitu >5,0 mg/liter. Selama penelitian stasiun III memiliki nilai (H’) yang relatif sama (kriteria tinggi), dikarenakan kondisi perairan di stasiun III selama penelitian suhu perairan (26-27oC) sangat mendukung untuk kelangsungan hidup ikan (Jukri et al., 2013). Suhu perairan yang optimal akan melancarkan proses metabolisme ikan seperti pertumbuhan, perkembangbiakan, pernapasan dan lain sebagainya. Selain itu kecepatan arus (7,3-32,83 cm/dtk) di stasiun III selama penelitian juga mendukung untuk kelangsungan hidup ikan yaitu kategori lambat sampai sedang (Mason, 1981 dalam Susilawati, 2001). Arus lambat sampai sedang memungkinkan banyaknya sumber makanan ikan sepertipartikel-partikel makanan yang terbawa oleh arus dari hulu sampai hilir sungai maupun jatuhan serangga dan serasah daun yang tertahan lama di badan perairan. Barus (2000) menyatakan bahwa sungai yang berarus lambat merupakan habitat yang sangat ideal bagi organisme air yang tidak mempunyai adaptasi khusus melawan arus air yang deras. Secara umum nilai (H’) terendah terdapat pada stasiun I dengan nilai ratarata 2,69, diikuti stasiun III (3,56) dan stasiun II (3,83). Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 Hal ini dikarenakan stasiun I memiliki kondisi lingkungan yang kurang baik bagi ikan diantaranya yaitu penebangan hutan di sekeliling sungai. Penebangan hutan dapat mempengaruhi keberadaan ikan, dimana vegetasi hutan merupakan salah satu faktor pembatas dalam penyebaran ikan-ikan di daerah sungai. Stasiun II dan III memiliki nilai (H’) lebih tinggi karena kedua stasiun ini memiliki karakterristik habitat perairan yang jauh berbeda dengan stasiun I, yaitu memiliki areal hutan yang tinggi dan terdapat banyak tumbuhan air, sehingga menyimpan banyak persediaan makanan bagi ikan. Menurut Ross (1997) dalam Jukri et al. (2013) karakteristik habitat perairan merupakan salah satu faktor yang menentukan keanekaragaman dan kelimpahan ikan. Nilai indeks keseragaman ikan di stasiun I bulan kesatu terendah dengan sedikitnya jumlah jenis ikan yang ditemukan (Tabel 1). Selain oleh nilai indeks keanekaragaman yang rendah, rendahnya nilai keseragaman di stasiun I ini juga disebabkan ada beberapa jenis ikan yang memiliki jumlah individu relatif banyak, sementara beberapa jenis ikan lainnya memiliki jumlah individu yang relatif sedikit (Adis et al., 2014), seperti Ikan Kelais (Kryptopterus lais) memiliki jumlah individu 542 ekor dan ikan lainnya memiliki jumlah jauh lebih rendah, seperti Ikan Kelik Panjang (Clarias leiacanthus) memiliki jumlah individu hanya 1 ekor (Tabel 3). Stasiun I dan II bulan ketiga memiliki nilai keragaman tinggi, akan tetapi nilai keanekaragamannya rendah. Hal ini dikarenakan adanya keseimbangan antara jumlah individu dengan jenis ikan yang ditemukan, artinya tidak ada jenis tertentu yang meiliki jumlah individu dominan tinggi. Secara umum di tiap stasiun pengamatan memiliki keseragaman tinggi dengan nilai rata-rata stasiun I (2,59), stasiun II (0,78) dan stasiun III (0,78). Tinggi nilai keragaman di tiap stasiun tersebut diduga disebabkan tidak terjadi pemusatan individu pada suatu jenis tertentu (Odum, 1971 dalam Genisa, 2003). Krebs (1978) dalam Defira dan Muchlisin (2014) menyebutkan bahwa bila nilai (E) semakin besar maka akan makin besar pula keseragaman suatu populasi dimana jenis dan jumlah individu tiap jenisnya merata atau seragam. Selama penelitian nilai indeks dominansi (C) di tiap stasiun relatif sama yaitu berkisar antara 0,06-0,45 (keriteria rendah), artinya tidak ada jenis ikan yang mendominasi di tiap stasiun tersebut (Setyobudiandi et al., 2009). Nilai dominansi tertinggi selama penelitian yaitu terdapat pada stasiun I bulan kesatu, hal ini dikarenakan rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis di stasiun tersebut. Nilai dominansi berbanding terbalik dengan nilai keanekaragaman, apabila nilai keanekaragaman tinggi maka nilai dominansinya rendah, sebaliknya apabila nilai keanekaragaman rendah maka nilai dominansinya tinggi. Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan Ikan Kelais (Kryptopterus lais) memiliki nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kesatu dan ketiga dengan nilai 26% dan 23%, karena jenis ikan dari famili HALAMAN- 24 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Siluridae umumnya ditemukan di perairan dengan kondisi pH relatif rendah Hartoto et al. (1998) dalam Muslih (2014). Kondisi perairan Sungai Lelabi sangat cocok untuk kelangsungan hidup ikan dari famili Siluridae, karena mempunyai pH 5 (asam). Ikan Kemuring (Puntius lineatus) memiliki nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kedua dengan nilai 21%. Tinggi angka kelimpahan pada ikan tersebut dikarenakan suhu perairan sungai lelabi (berkisar antara 26°C-27°C) sangat mendukung untuk kelangsungan ikan dari famili Cyprinidae (Kottelat et al., 1993). Selain itu jenis ikan dari famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang paling besar populasinya untuk beberapa sungai di Sumatera (Fithra dan Siregar, 2010), sehingga wajar jika ikan tersebut lebih melimpah dibandingkan dengan ikan lainnya. Pengambilan data bulan kesatu nilai frekuensi keterdapatan tertinggi (100%) yang diambil dari semua stasiun ada 17 jenis ikan, bulan kedua ada 20 jenis ikan dan bulan ketiga terdapat 8 jenis ikan (Tabel 4). Tinggi nilai frekuensi keterdapatan (100%) menunjukkan jenis ikan tersebut memiliki luas peneyebaran yang relatif besar di sepanjang Sungai Lelabi, sebaliknya rendah nilai frekuensi keterdapatan (33%) menunjukkan bahwa jenis ikan tersebut memiliki luas sebaran yang relatif sempit (Setyobudiandi et al., 2009). Ikan Cyclocheilichthys apogon, Poropuntius huguenini, Puntius lineatusdari family Cyprinidaedan Pristolepis grootiidari famili Pristolepididaeselalu di temukan di tiap stasiun selama penelitian. Hal ini dikarenakan suhu perairan selama penelitian (berkisar antara 26-27oC) sangat disukai oleh jenis ikan dari kedua family tersebut, karena ikan tersebut secara umum hidup dengan kisaran suhu antara 22-26oC (Kottelat et al., 1993 dalam Asriansyah, 2008). Indeks Bray-Curtis Kondisi habitat di setiap stasiun Sungai Lelabi memiliki karakteristik yang berbeda. Bagian hulu sungai (stasiun I) yang dekat dengan areal perkebunan memiliki ciri daerah dengan vegetasi rendah akibat adanya penebangan hutan untuk pembukaan lahan perkebunan sawah. Tipe substrat lebih didominasi oleh substrat lumpur berpasir, diduga karena adanya proses sedimentasi akibat erosi dari daratan dengan sedikit vegetasi yang terbawa oleh air pada saat hujan. Bagian hulu memiliki lebar sungai yang lebih kecil dengan kedalaman yang realtif dangkal (lebar ±6,80 m dan kedalaman ±98 cm) dibandingkan bagian tengah (stasiun II) dan hilir (stasiun III). Pertengahan sungai memiliki vegetasi hutan paling tinggi dan di sekeliling sungai masih terdapat banyak tumbuhan air yang tenggelam maupun mencuat. Bagian pertengahan sungai jarang didatangi masyarakat, sehingga wajar vegetasi hutannya masih lebat. Substrat dan lebar sungai di bagian pertengahan berbeda dengan bagian hulu, tipe substratnya yaitu batu berlumpur dan serasah tumuhan (daun maupun ranting pohon), lebar bukaan sungai ±13,44 m dengan kedalaman ±1,25 m. Tinggi vegetasi hutan tersebut menyebabkan banyak pula akar pohon biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 “lubuk” yang merupakan salah satu tempat persembunyian ikan baik pada musim hujan maupun musim panas. Vegetasi yang tumbuh di sekeliling bagian hilir berbeda dengan bagian pertengahan sungai, yaitu didominasi oleh tumbuhan jenis pandan biasa disebut oleh masyarakat Desa Beruas dengan sebutan “rasau” dan banyak terdapat hamparan rumput maupun tumbuhan air. Tipe substrat di bagian hilir yaitu lumpur berpasir dan memiliki lebar bukaan sungai ±15 meter dengan kedalaman ±2,19 m. Berdasarkan analisis pengelompokan habitat berdasarkan parameter biologi kelimpahan ikan pada setiap stasiun diketahui bahwa stasiun I dan III dikelompokkan dalam satu kelompok besar. Hal ini berdasarkan ditemukan banyak kesamaan karakteristik di kedua stasiun yaitu sama-sama memiliki banyak tumbuhan airbaik yang tenggelam maupun mencuat. Selain itu dua stasiun itu juga memiliki tipe substrat yang sama yaitu lumpur berpasir. Stasiun II dan III dikelompokkan dalam satu kelompok besar karena kedua stasiun ini juga memiliki kesamaan karakteristik habitat perairan, yaitu memiliki areal hutan yang lebat. Sama halnya dengan stasiun I dan II dikelompokkan dalam satu kelompok dikarenakan memiliki karakteristik habitat yang sama, yaitu memiliki banyak tumbuhan air mencuat berada di tepi sungai. Sesuai kesamaan karakteristik habitat perairan tersebut, wajar jika kelimpahan individu ikan di stasiun I dan III memiliki nilai kesamaan tertinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Secara umum keanekaragaman jenis ikan di perairan Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III) dengan nilai rata-rata (H’) 3,83 dan 3,56 dan sedang (stasiun I)dengan nilai rata-rata (H’) 2,69. Jumlah ikan yang ditemukan dari tiga stasiun selama penelitian yaitu 5.601 individu dari 49 jenis ikan dalam 22 famili. 2. Pengelompokan habitat berdasarkan parameter biologi di Sungai Lelabi terbagi menjadi tiga kelompok besar. Kelompok 1 (satsiun I dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 49%, kelompok 2 (stasiun II dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 46% dan kelompok 3 (stasiun I dan stasiun II) dengan nilai kesamaan 44%. Saran Diperlukan penelitian lanjutan terhadap jenis biota perairan lainnya yang juga hidup di perairan Sungai Lelabi Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat, sehingga dapat diketahui seluruh potensi hayati yang terdapat di sungai tersebut. DAFTAR PUSTAKA Adis MA, Setyawati TR dan Yanti AH. 2014. Keragaman Jenis Ikan Arus Deras di Aliran Riam HALAMAN- 25 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Banagar Kabupaten Landak.Jurnal Protobiont. 3 (2): 209-217. Asriansyah A. 2008. Kebiasaan Makan Ikan Sepatung (Pristolepis grootii) Di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barus TA. 2000. Pengantar Limnologi. Universitas Sriwijaya. Palembang. Defira CT, ZA Muchlisin. 2004. Populasi Ikan di Sungai Alas Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistim Leuser Simpang Kiri Kabupaten Aceh Singkil.Jurnal Ilmiah MIPA. 7 (1): 61-67. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Fithra RY, Siregar YI. 2010. Keanekaragaman Ikan Sungai Kampar Inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan.Jurnal of Environmental Seince. 2 (4): 139-147. Jukri M, Emiyarti, Kamri S. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1): 2337. Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartikasari dan S Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi- Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. (Edisi Dwi Bahasa). Periplus Editions LTD. Hongkong. Setyobudiandi I, Sulistino, Ferdinan Y, Kusuma C, Hariadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Soraya, Hanafizah Z, Windusari Y. 2014. Analisi Fisika Kimia Perairan untuk Mendeteksi Kualita Perairan Sungai Rambang Kabupaten Ogan Ilir Sumatra Selatan. Biospesies. 7 (2) : 43-46. Sulitiyarto B, Soedharma D, Rahardjo MF, Sumardjo. 2007. Pengaruh Musim terhadap Komposisi Jenis dan Kemelimpahan Ikan di Rawa Lebak, Sungai Ruangan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.Biodiversitas. 8 (4): 270-273. Susilawati N. 2001. Komposisi Jenis-Jenis Ikan Serta Aspek Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Genggehek (Mystacoleucus marginatus) Di Sungai Cimanuk, Segmen Sumedang. [Sekripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Wahida N. 2013. Mengidentifiksi Parameter Air Secara Fisika dan Kimia. http://nurulwahida.wordpress.com/2013/01/08/58. htm. [12 Agustus 2015] Muslih K. 2014. Pengaruh Penambangan Timah terhadap Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal Masyarakat di Kabupaten Bangka [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 26 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Tabel 4. Komposisi Jenis Ikan antar Stasiun Pengamatan di Sungai Lelabi Bulan ke-1 No Spesies St 1 St 2 1 Akysis galeatus 2 Anabas testudineus + + 3 Hemibagrus nemurus + + 4 Nemacheilus selangoricus + + 5 Xenentodon canciloides 6 Belontia hasselti + + 7 Betta anabatoides 8 Betta edithae + + 9 Trichogaster pectoralis 10 Trichogaster trichopterus + + 11 Chaca bankanensis + + 12 Channa lucius + + 13 Channa marulioides 14 Channa micropeltes 15 Channa striata + 16 Clarias leiacanthus + + 17 Clarias teijsmanni 18 Lepidocephalichthys pristes 19 Pangio semicincta 20 Pangio shelfordii + + 21 Barbodes binotatus 22 Brevibora dorsiocellata + + 23 Cyclocheilichthys apogon + + 24 Osteochilus spilurus + + 25 Poropuntius huguenini + + 26 Poropuntius tawarensis 27 Puntius johorensis 28 Puntius lineatus + + 29 Rasbora bankanensis + 30 Rasbora cephalotaenia + + 31 Rasbora einthovenii + 32 Rasbora gracilis + + 33 Rasbora pauciperforata + + 34 Rasbora volzi volzi + + 35 Trigonopoma pauciperforatum + 36 Brachygobius xanthomelas + 37 Hemirhamphodon phaiosoma 38 Luciocephalus pulcher 39 Nandus nebulosus + 40 Osphronemus goramy 41 Pristolepis grootii + + 42 Kryptopterus lais + + 43 Ompok bimaculatus + 44 Silurichthys phaiosoma + + 45 Glyptothorax major + 46 Monopterus albus 47 Doryichthys matensii 48 Chonerhinos remotes 49 Tetraodon steindachneri Keterangan : (+) Ditemukannya ikan, (-) Tidak ditemukannya ikan Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 St 3 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + St 1 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + - Bulan ke-2 St 2 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + - St 3 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + St 1 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + - Bulan ke-3 St 2 + + + + + + + + + - St 3 + + + + + + + + + + + + + + + + + - HALAMAN- 27 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Tabel 5. Nilai Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan Ikan antar Stasiun Selama Penelitian No Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah 0 33 167 46 0 8 96 38 46 0 2 14 2 0 4 4 0 4 0 4 0 77 25 114 98 0 0 220 89 41 6 425 45 14 Bulan Ke-1 KR (%) 0 1,35 6,85 1,89 0 0,33 3,94 1,56 1,89 0 0,08 0,57 0,08 0 0,16 0,16 0 0,16 0 0,16 0 3,16 1,03 4,68 4,02 0 0 9,03 3,65 1,68 0,25 17,44 1,85 0,57 FK(%) 0 66,67 66,67 100 0 66,67 33,33 100 0 100 66,67 100 33,33 0 33,33 100 0 33,33 0 66,67 0 100 100 100 100 0 0 100 66,67 100 33,33 100 100 100 Jumlah 0 2 57 25 1 12 26 185 7 189 1 7 0 258 12 1 1 6 0 4 1 40 35 73 49 53 2 445 41 49 1 107 3 2 Bulan Ke-2 KR (%) FK(%) 0 0 0,09 66,7 2,63 100 1,16 100 0,05 33,33 0,55 100 1,20 66,67 8,55 100 0,32 66,67 8,73 100 0,05 33,33 0,32 100 0 0 11,92 100 0,55 100 0,05 33,33 0,05 33,33 0,28 100 0 0 0,18 100 0,05 33,33 1,85 100 1,62 100 3,37 100 2,26 100 2,45 33,33 0,09 33,33 20,56 100 1,89 66,67 2,26 100 0,05 33,33 4,94 66,67 0,14 66,67 0,09 33,33 Jumlah 1 0 14 17 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 63 51 59 25 0 0 121 16 30 1 111 0 20 Bulan Ke-3 KR (%) FK (%) 0,10 33,33 0 0 1,40 100 1,71 66,67 0 0 0 0 0,10 33,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0,10 33,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0,10 33,33 0 0 0,10 33,33 0 0 0 0 6,32 66,67 5,12 100 5,92 66,67 2,51 100 0 0 0 0 12,14 100 1,60 33,33 3,01 100 0,10 33,33 11,13 66,67 0 33,33 2,01 0 Akysis galeatus Anabas testudineus Hemibagrus nemurus Nemacheilus selangoricus Xenentodon canciloides Belontia hasselti Betta anabatoides Betta edithae Trichogaster pectoralis Trichogaster trichopterus Chaca bankanensis Channa lucius Channa marulioides Channa micropeltes Channa striata Clarias leiacanthus Clarias teijsmanni Lepidocephalichthys pristes Pangio semicincta Pangio shelfordii Barbodes binotatus Brevibora dorsiocellata Cyclocheilichthys apogon* Osteochilus spilurus Poropuntius huguenini* Poropuntius tawarensis Puntius johorensis Puntius lineatus* Rasbora bankanensis Rasbora cephalotaenia Rasbora einthovenii Rasbora gracilis Rasbora pauciperforata Rasbora volzi volzi Trigonopoma 35 21 0,86 100 235 10,86 100 151 15,15 66,67 pauciperforatum 36 Brachygobius xanthomelas 84 3,45 66,67 75 3,47 66,67 56 5,62 33,33 37 Hemirhamphodon phaiosoma 3 0,12 33,33 5 0,23 66,67 0 0 0 38 Luciocephalus pulcher 0 0 0 3 0,14 66,67 0 0 0 39 Nandus nebulosus 21 0,86 66,67 57 2,63 100 10 1,00 100 40 Osphronemus goramy 1 0,041 33,33 0 0 0 0 0 0 41 Pristolepis grootii* 26 1,07 100 57 2,63 100 12 1,20 100 42 Kryptopterus lais 639 26,22 100 20 0,92 66,67 228 22,87 100 43 Ompok bimaculatus 3 0,12 33,33 0 0 0 6 0,60 66,67 44 Silurichthys phaiosoma 12 0,49 66,67 15 0,69 100 0 0 0 45 Glyptothorax major 1 0,04 33,33 0 0 0 0 0 0 46 Monopterus albus 1 0,04 33,33 0 0 0 0 0 0 47 Doryichthys matensii 3 0,12 33,33 1 0,05 33,33 0 0 0 48 Chonerhinos remotus 0 0 0 0 0 0 1 0,10 33,33 49 Tetraodon steindachneri 0 0 0 1 0,05 33,33 0 0 0 Total 2437 100 2666,66 2164 100 3033,36 997 100 1533,32 Keterangan : KR (Kelimpahan Relatif), FK (Frekuensi Keterdapatan), * (Jenis ikan yang ditemukan di tiap stasiun pengamatan selama penelitian Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 28