keanekaragaman jenis ikan di sungai lelabi, bangka

advertisement
AKUATIK. Jurnal Sumberdaya Perairan
Volume 9. Nomor
2. Tahun 2015
AKUATIKKeanekaragaman
Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
ISSN 1978 - 1652
KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI LELABI, BANGKA BARAT
Oleh:
Juwita1), Khoirul Muslih2), Umroh3)
1)
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung
[email protected]
2)
Staff Pengajar Jurusan Mnajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung
Abstract
Lelabi River is one of the rivers in the District Kelapa, West Bangka. That still has a natural habitat and protected from
damage caused by tin mining.The purpose of this study to determine diversity, composition of fishes and grouping of fish
habitats based from biological indicators. This research was conducted in Lelabi River for 3 months, from January to
March 2015. The study used purposive sampling method by setting three observation stations from upstream to
downstream. Data collected from water quality and fish communities. Fishing gear used for sampling fish is tangkol,
gillnets, traps and scoop net. The results were obtained 5,598 individualsfrom 49 species and 22 family fish found in Lelabi
River. Diversity of fish classified between moderate to high, the uniformity is low to high, and not dominated.
Keywords: Fish, Diversity, Lelabi River
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai Lelabi terletak di Desa Beruas
Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat. Sungai
yang memilikipanjang aliran ±8 km ini merupakan anak
Sungai Semubur yang alirannya bermuara di Teluk
Kelabat.Sepanjang aliran sungai dikelilingi areal hutan
dengan kondisi masih alami dan tanpa ada kegiatan
penambangan timah. Sungai Lelabi dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat untuk kegiatan perikanan seperti
menangkap ikan dengan menggunakan beberapa alat
tangkap tradisional.Daerah sekitar Sungai Lelabi juga
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian
seperti pengairan padisawah terutama di bagian hulu
sungai. Kegiatan pertanian tersebut dilakukan satu kali
dalam setahun. Melihat kondisi Sungai Lelabiyang masih
alami dan belum tercemar oleh kegiatan penambangan
timah, diduga sungai ini masih memiliki beragam jenis
ikan terutama jenis lokal dan endemik Bangka Belitung.
Beberapa penelitian terkait keanekaragaman
jenis ikan khususnya ikan air tawar (freshwater fishes)
pernah dilakukan oleh Gustomi (2010), Yuyun (2013),
Agustina (2013), dan Muslih (2014) di beberapa perairan
sungai yang ada di Bangka Belitung. Hasil penelitian
tersebut ditemukan terdapat 41 spesies dari 17 famili ikan
air tawar. Khusus untuk data ikan perairan sungai lelabi
yang merupakan perairan di wilayah Bangka Barat masih
belum dilakukan penelitian maupun inventarisasi. Masih
kurangnya data terkait sumberdaya ikan air tawar sungai
di Bangka membuat peneltian ini perlu dilakukan sebagai
dasar bagi pengelolaan sumberdaya perairan ke depan
agar lebih optimal dan berkelanjutan, terutama di tengah
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
maraknya ancaman kerusakan
aktivitas penambangan timah.
lingkungan
akibat
Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui indeks keanekaragaman dan komposisi
jenis ikan di Sungai Lelabi.
2. Menganalisis pengelompokan habitat perairan Sungai
Lelabi berdasarkan parameter biologi (kelimpahan
ikan).
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari - Maret 2015 di Sungai Lelabi,
Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat dengan
mengambil 3 stasiun yang dianggap mewakili kondisi
perairan, meliputi:
1.
2.
3.
Stasiun I berada di bagian hulu sungai(S
01°51’05.1”, E 105°43’29.4”).
Stasiun II berada di bagian tengah sungai (S
01°50’50.0”, E 105°43’55.5”).
Stasiun III berada di bagian hilir sungai (S
01°50’53.5”, E 105°44’13.9”).
Alat dan Bahan Penelitian
Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Global Positioning System (GPS); jaring insang (gillnet)
dengan ukuran mata jaring 3/4, 1, 1½, 1¾, 2 inci; bubu;
tangkol; serok,ember, kamera dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah formalin dan buku identifikasi.
HALAMAN- 21
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
Metode Pengambilan Data. Pengambilan data ikan
dilakukan menggunakan jaring insang, bubu, tangkol dan
serok yang dioperasikan berdasarkan kondisi perairan di
tiap stasiun pengamatan. Penentuan stasiun pengambilan
sampel menggunakan metode purposive sampling.
Sampel ikan yang diperoleh di lapangan kemudian
dibawa ke Laboratorium Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung untuk diawetkan dan
diidentifikasi dengan mengacupada Kottelat et al. (1993).
Parameter kualitas air yang diamati setiap bulan
bersamaan dengan pengambilan sampel ikan meliputi:
suhu, kecerahan, keceptan arus, TSS (Total Suspended
Solid), DO (Dissolved Oksygen) dan BOD (Biochemical
Oxygen Demand).
Wiener (Brower and Zar, 1990 dalamSetyobudiandi et
al., 2009):
Analisa Data.
Komposisi Jenis. Jumlah jenis ikan secara keseluruhan
yang diperoleh dari stasiun yang ada (Setyobudiandi et
al., 2009).
Indeks Keragaman. Diversitas maksimum (Hmax) terjadi
bila kelimpahan semua spesies di semua stasiun merata.
Rasio
keanekaragaman
yang
terukur
dengan
keanekaragaman maksimum dapat dijadikan ukuran
keseragaman (E) yang dapat dihitung dengan persamaan
(Setyobudiandi et al., 2009):
Kelimpahan Relatif. Perhitungan kelimpahan relatif
setiap jenis ikan dilakukan dengan perhitungan
persentase jumlah (Krebs, 1972 dalam Setyobudiandi et
al., 2009):
Keterangan:
Kr : Kelimpahan relatif (%)
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu semua spesies
Frekuensi Keterdapatan. Frekuensi keterdapatan
menunjukkan luasnya penyebaran lokasi jenis tertentu.
Hal ini dapat dilihat dari frekuensi (%) ikan yang
tertangkap dengan persamaan (Misra, 1968 dalam
Setyobudiandi et al., 2009):
Fi =
x 100 %
Keterangan:
Fi : Frekuensi keterdapatan ikan spesies ke- i yang
tertangkap (%)
ti : Jumlah stasiun dimana spesies ke-i yang
tertangkap
T : Jumlah semua stasiun
Penentuan kriteria :
Fi mendekati 100%
Fi mendekati 0%
: Penyebaran ikan luas
: Penyebaran ikan sempit
Indeks Keanekaragaman. Indeks keanekaragaman
merupakan indeks yang sering digunakan untuk
mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan
berdasarkan kondisi biologi. Untuk menentukan
keanekaragaman ikan dihitung dengan indeks Shanon-
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
∑
Keterangan:
H’ : Indeks Diversitas Shanon-Wiener
Pi : ni/N
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N
: Jumlah individu semua spesies
Penentuan kriteria:
H’<1
: Keanekaragaman rendah
1<H’<3 : Keanekaragaman sedang
H’>3
: Keanekaragaman tinggi
, dimana Hmax= log2 S
Keterangan:
E
: Indeks Keseragaman
H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Hmaks : Keanekaragaman Maksimum
S
: Jumlah Spesies
Penentuan kriteria:
E=0 :Kemerataan antara spesies rendah
E=1 : Kemerataan antara spesies relatif merata
Indeks Dominansi. Untuk mengetahui ada tidaknya
suatu dominansi, digunakan indeks dominansi Simpson
(Legender, 1983 dalam Setyobudiandi et al., 2009):
∑( )
Keterangan:
C : Indeks Dominansi Simpson
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah individu semua spesies ke-i
Penentuan kriteria:
C =0 :Dominansi rendah
C =1 :Dominansi tinggi
Indek Bray Curtis. Analisis yang digunakan untuk
melihat tingkat kesamaan antar stasiun pengamatan
berdasarkan parameter kelimpahan (biologi) dapat
dihitung menggunakan indeks similaritas Bray Curtis
(Krebs, 1989 dalam Setyobudiandi et al., 2009).
∑
∑
HALAMAN- 22
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
Stasiun 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komposisi Jenis. Jumlah ikan yang ditemukan di Sungai
Lelabi dari tiga stasiun selama penelitian yaitu 5.598
individu yang terdiri dari 49 jenis ikan dalam 22 famili
(Tabel 1).
Indeks
Keanekaragaman,
Keseragaman
dan
Dominansi. Keanekaragaman jenis ikan di perairan
Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III) dengan
nilai rata-rata (H’) 3,83 dan 3,56 dan sedang (stasiun I)
dengan nilai rata-rata (H’) 2,69. Nilai keanekaragaman
(H’), keseragaman dan dominansi ikan antar stasiun di
Sungai Lelabi terlampir pada Tabel 2.
0,96
0,88
Stasiun
2
0,64
1
2,01
0,44
0,45
2
3,2
0,65
0,16
0,56
3
2,88
0,68
0,19
0,48
1
3,67
0,76
0,11
0,4
2
4,33
0,86
0,06
3
3,49
0,73
0,14
1
4,02
0,84
0,09
2
3,49
0,73
0,14
3
3,17
0,78
0,14
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Faktor
St1
St2
St3
St 1
St 2
St3
St1
St2
St3
26
26
26
27
27
27
26
26
27
7.5
7.5
24.5
78.6
42.6
52.8
52.8
88.8
82.8
7.3
13.6
9.5
24.7
14.7
12.9
12.9
19.8
32.8
600
600
400
42
78
12
12
26
44
pH
5
5
5
5
5
5
5
5
5
DO (mg/l)
10
8.1
5
6
6.1
6.07
6.0
4.2
4.5
BOD
(mg/l)
4.9
3
0.9
0.6
0.9
3.87
3.8
2.1
1.5
Kecerahan
(cm)
Kecepatan
Arus
(cm/dtk)
TSS
(mg/l)
Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan.
Nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kesatu yaitu
Ikan Krytopterus lais (26,22%), bulan kedua Ikan
Puntius lineatus (20,56%) dan bulan ketiga Ikan
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
0,4
0,8
1,2
1,6
2
2,4
2,8
3,2
3,6
4
Gambar 1. Indeks Similarity Kelimpahan Ikan antar Stasiun
Faktor Fisika Kimia Perairan. Faktor fisika kimia
perairan diukur untuk mengetahui kualitas perairan
Sungai Lelabi. Hasil pengukuran parameter fisika kimia
perairan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisa Kualitas Fisika-Kimia Pearairan
Suhu ( C)
0,72
0
Stasiun
3
o
Similarity
0,8
Tabel 2. Nilai Keanekaragaman, Keseragaman dan Domonansi
Waktu
Indeks
Indeks
Indeks
Stasiun
(Bulan)
Keanekaragaman
Keseragaman
Dominansi
Stasiun
1
Stasiun 2
Kryptopterus lais (22,87). Selama penelitian Ikan
Cyclocheilichthys apogon, Poropuntius huguenii, Puntius
lineatus dan Pristolepis grootii memiliki nilai frekuensi
keterdapatan tertinggi (100%). Nilai kelimpahan relatif
dan frekuensi keterdapatan jenis ikan di Sungai Lelabi
ditunjukkan pada Tabel 4.
Indeks
Bray-Curtis.
Pengelompokan
habitat
berdasarkan kelimpahan ikan yang ditemukan selama
penelitian, di Sungai Lelabi terdapat tiga kelompok besar
(Gambar 1). Kelompok 1 (stasiun I dan stasiun III)
dengan nilai kesamaan 49%, kelompok 2 (stasiun II dan
stasiun III) dengan nilai kesamaan 46%, kelompok 3
(stasiun I dan II) dengan nilai kesamaan 44%.
Stasiun 1
Keterangan:
Ibc
: Indeks Bray Curtis
N
: Jumlah parameter yang dibandingkan
Xij, Xik: Nilai parameter kelimpahan yang ke-i pada dua
tempatberbeda yang dibandingkan
Pembahasan
Komposisi Jenis
Komposisi jenis ikan yang ditemukan di Sungai
Lelabi berbeda di setiap bulan pengamatan.Bulan
pertama ditemukan 37 jenis ikan, bulan kedua 41 jenis
ikan dan bulan ketiga 25 jenis ikan. Komposisi jenis ikan
bulan kesatu lebih rendah dibandingkan bulan kedua
diduga dipengaruhi tingginya nilai TSS (400-600 mg/l)
dan rendahnya kecerahan (7,5-24,5 cm). Nilai TSS
perairan tinggi akan menyebabkan rendahnya kecerahan
perairan dan meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya
dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam
air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis
di perairan (Effendi, 2003). Tinggi nilai TSS dan
rendahnya nilai kecerahan bulan kesatu disebabkan oleh
aktivitas masyarakat yang memperbaiki alur pengairan
sawah di bagian hulu sungai, sehingga menyebabkan
sedimen di dasar perairan terangkat ke badan perairan
kemudian terbawa arus sampai ke hilir sungai.
Komposisi jenis bulan kedua meningkat dan bulan
ketiga menurun, hal ini disebabkan adanya pengaruh
curah hujan pada saat sampling. Sampling bulan kedua
dilakukan pada curah hujan rendah yang menyebabkan
berkurangnya volume perairan. Volume perairan yang
berkurang akan meningkatan densitas ikan di perairan
(Sulistiyarto et al., 2007) dan akan mempermudah
pengoperasian alat tangkap. Sampling bulan ketiga
dilakukan pada curah hujan yang tinggi sehingga
HALAMAN- 23
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
menyebabkan volume air meningkat dan mengahambat
pengoperasian alat tangkap. Selain disebabkan oleh curah
hujan, komposisi bulan ketiga menurun disebabkan kadar
DO perairan di stasiun II dan III dibawah batas normal
yaitu berkisar antara 4,23-4,57 mg/l.
Indeks
Keanekaragaman,
Keseragaman
dan
Dominansi
Indeks keanekaragaman (H’) di stasiun I pada
bulan kesatu tergolong paling rendah (kriteria sedang)
dibandingkan dengan dua stasiun lain. Hal ini diduga
karena kadar BOD (4,9 mg/l) bulan tersebut sudah
melebihi batas normal (2-3 mg/l) Soraya et al., 2014).
Perairan yang mulai tercemar dapat mempengaruhi
keberadan ikan, karena tidak semua ikan dapat
beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berubah.
Kadar BOD tesebut tinggi karena substrat di stasiun I
dominan berlumpur. Selain kadar BOD, nilai TSS (600
mg/l) bulan kesatu juga menunjukkan perairan tidak baik
bagi pertumbuhan ikan (Effendi, 2003). Nilai TSS yang
tinggi akan mempengaruhi kehidupan ikan, karena
patikel-partikel di perairan tersebut akan menutupi insang
ikan. Nilai (H’) tertinggi di stasiun II yaitu pada bulan
kedua, ini disebabkan kondisi lingkungan yang
mendukung, seperti kecerahan perairan (42,67 cm).
Wahida (2013) menyatakan bahwa kecerahan yang baik
untuk kelangsungan hidup ikan air tawar yaitu 25-45 cm,
sedangkan kecerahan bulan kesatu ˂25 cm yaitu 7,5 cm
dan kecerahan bulan ketiga diambang batas normal, yaitu
88,83 cm. Kecerahan sangat berpengaruh terhadap proses
fotosintesis fitoplankton sebagai bahan makanan utama
ikan di perairan. Bulan ketiga memiliki nilai (H’)
terendah dikarenakan kadar DO bulan tersebut di bawah
batas normal (4,23 mg/l), sehingga akan mempengaruhi
pernapasan ikan maupun organisme lainnya. Swingle
(1969) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar
oksigen terlarut untuk kelangsungan hidup ikan yaitu
>5,0 mg/liter.
Selama penelitian stasiun III memiliki nilai (H’)
yang relatif sama (kriteria tinggi), dikarenakan kondisi
perairan di stasiun III selama penelitian suhu perairan
(26-27oC) sangat mendukung untuk kelangsungan hidup
ikan (Jukri et al., 2013). Suhu perairan yang optimal akan
melancarkan proses metabolisme ikan seperti
pertumbuhan, perkembangbiakan, pernapasan dan lain
sebagainya. Selain itu kecepatan arus (7,3-32,83 cm/dtk)
di stasiun III selama penelitian juga mendukung untuk
kelangsungan hidup ikan yaitu kategori lambat sampai
sedang (Mason, 1981 dalam Susilawati, 2001). Arus
lambat sampai sedang memungkinkan banyaknya sumber
makanan ikan sepertipartikel-partikel makanan yang
terbawa oleh arus dari hulu sampai hilir sungai maupun
jatuhan serangga dan serasah daun yang tertahan lama di
badan perairan. Barus (2000) menyatakan bahwa sungai
yang berarus lambat merupakan habitat yang sangat ideal
bagi organisme air yang tidak mempunyai adaptasi
khusus melawan arus air yang deras. Secara umum nilai
(H’) terendah terdapat pada stasiun I dengan nilai ratarata 2,69, diikuti stasiun III (3,56) dan stasiun II (3,83).
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
Hal ini dikarenakan stasiun I memiliki kondisi
lingkungan yang kurang baik bagi ikan diantaranya yaitu
penebangan hutan di sekeliling sungai. Penebangan hutan
dapat mempengaruhi keberadaan ikan, dimana vegetasi
hutan merupakan salah satu faktor pembatas dalam
penyebaran ikan-ikan di daerah sungai. Stasiun II dan III
memiliki nilai (H’) lebih tinggi karena kedua stasiun ini
memiliki karakterristik habitat perairan yang jauh
berbeda dengan stasiun I, yaitu memiliki areal hutan
yang tinggi dan terdapat banyak tumbuhan air, sehingga
menyimpan banyak persediaan makanan bagi ikan.
Menurut Ross (1997) dalam Jukri et al. (2013)
karakteristik habitat perairan merupakan salah satu faktor
yang menentukan keanekaragaman dan kelimpahan ikan.
Nilai indeks keseragaman ikan di stasiun I bulan
kesatu terendah dengan sedikitnya jumlah jenis ikan yang
ditemukan (Tabel 1). Selain oleh nilai indeks
keanekaragaman yang rendah, rendahnya nilai
keseragaman di stasiun I ini juga disebabkan ada
beberapa jenis ikan yang memiliki jumlah individu relatif
banyak, sementara beberapa jenis ikan lainnya memiliki
jumlah individu yang relatif sedikit (Adis et al., 2014),
seperti Ikan Kelais (Kryptopterus lais) memiliki jumlah
individu 542 ekor dan ikan lainnya memiliki jumlah jauh
lebih rendah, seperti Ikan Kelik Panjang (Clarias
leiacanthus) memiliki jumlah individu hanya 1 ekor
(Tabel 3). Stasiun I dan II bulan ketiga memiliki nilai
keragaman tinggi, akan tetapi nilai keanekaragamannya
rendah. Hal ini dikarenakan adanya keseimbangan antara
jumlah individu dengan jenis ikan yang ditemukan,
artinya tidak ada jenis tertentu yang meiliki jumlah
individu dominan tinggi. Secara umum di tiap stasiun
pengamatan memiliki keseragaman tinggi dengan nilai
rata-rata stasiun I (2,59), stasiun II (0,78) dan stasiun III
(0,78). Tinggi nilai keragaman di tiap stasiun tersebut
diduga disebabkan tidak terjadi pemusatan individu pada
suatu jenis tertentu (Odum, 1971 dalam Genisa, 2003).
Krebs (1978) dalam Defira dan Muchlisin (2014)
menyebutkan bahwa bila nilai (E) semakin besar maka
akan makin besar pula keseragaman suatu populasi
dimana jenis dan jumlah individu tiap jenisnya merata
atau seragam.
Selama penelitian nilai indeks dominansi (C) di
tiap stasiun relatif sama yaitu berkisar antara 0,06-0,45
(keriteria rendah), artinya tidak ada jenis ikan yang
mendominasi di tiap stasiun tersebut (Setyobudiandi et
al., 2009). Nilai dominansi tertinggi selama penelitian
yaitu terdapat pada stasiun I bulan kesatu, hal ini
dikarenakan rendahnya nilai indeks keanekaragaman
jenis di stasiun tersebut. Nilai dominansi berbanding
terbalik dengan nilai keanekaragaman, apabila nilai
keanekaragaman tinggi maka nilai dominansinya rendah,
sebaliknya apabila nilai keanekaragaman rendah maka
nilai dominansinya tinggi.
Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan
Ikan Kelais (Kryptopterus lais) memiliki nilai
kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kesatu dan ketiga
dengan nilai 26% dan 23%, karena jenis ikan dari famili
HALAMAN- 24
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
Siluridae umumnya ditemukan di perairan dengan
kondisi pH relatif rendah Hartoto et al. (1998) dalam
Muslih (2014). Kondisi perairan Sungai Lelabi sangat
cocok untuk kelangsungan hidup ikan dari famili
Siluridae, karena mempunyai pH 5 (asam). Ikan
Kemuring (Puntius lineatus) memiliki nilai kelimpahan
relatif tertinggi pada bulan kedua dengan nilai 21%.
Tinggi angka kelimpahan pada ikan tersebut dikarenakan
suhu perairan sungai lelabi (berkisar antara 26°C-27°C)
sangat mendukung untuk kelangsungan ikan dari famili
Cyprinidae (Kottelat et al., 1993). Selain itu jenis ikan
dari famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang
paling besar populasinya untuk beberapa sungai di
Sumatera (Fithra dan Siregar, 2010), sehingga wajar jika
ikan tersebut lebih melimpah dibandingkan dengan ikan
lainnya. Pengambilan data bulan kesatu nilai frekuensi
keterdapatan tertinggi (100%) yang diambil dari semua
stasiun ada 17 jenis ikan, bulan kedua ada 20 jenis ikan
dan bulan ketiga terdapat 8 jenis ikan (Tabel 4). Tinggi
nilai frekuensi keterdapatan (100%) menunjukkan jenis
ikan tersebut memiliki luas peneyebaran yang relatif
besar di sepanjang Sungai Lelabi, sebaliknya rendah nilai
frekuensi keterdapatan (33%) menunjukkan bahwa jenis
ikan tersebut memiliki luas sebaran yang relatif sempit
(Setyobudiandi et al., 2009). Ikan Cyclocheilichthys
apogon, Poropuntius huguenini, Puntius lineatusdari
family Cyprinidaedan Pristolepis grootiidari famili
Pristolepididaeselalu di temukan di tiap stasiun selama
penelitian. Hal ini dikarenakan suhu perairan selama
penelitian (berkisar antara 26-27oC) sangat disukai oleh
jenis ikan dari kedua family tersebut, karena ikan
tersebut secara umum hidup dengan kisaran suhu antara
22-26oC (Kottelat et al., 1993 dalam Asriansyah, 2008).
Indeks Bray-Curtis
Kondisi habitat di setiap stasiun Sungai Lelabi
memiliki karakteristik yang berbeda. Bagian hulu sungai
(stasiun I) yang dekat dengan areal perkebunan memiliki
ciri daerah dengan vegetasi rendah akibat adanya
penebangan hutan untuk pembukaan lahan perkebunan
sawah. Tipe substrat lebih didominasi oleh substrat
lumpur berpasir, diduga karena adanya proses
sedimentasi akibat erosi dari daratan dengan sedikit
vegetasi yang terbawa oleh air pada saat hujan. Bagian
hulu memiliki lebar sungai yang lebih kecil dengan
kedalaman yang realtif dangkal (lebar ±6,80 m dan
kedalaman ±98 cm) dibandingkan bagian tengah (stasiun
II) dan hilir (stasiun III). Pertengahan sungai memiliki
vegetasi hutan paling tinggi dan di sekeliling sungai
masih terdapat banyak tumbuhan air yang tenggelam
maupun mencuat. Bagian pertengahan sungai jarang
didatangi masyarakat, sehingga wajar vegetasi hutannya
masih lebat. Substrat dan lebar sungai di bagian
pertengahan berbeda dengan bagian hulu, tipe
substratnya yaitu batu berlumpur dan serasah tumuhan
(daun maupun ranting pohon), lebar bukaan sungai
±13,44 m dengan kedalaman ±1,25 m. Tinggi vegetasi
hutan tersebut menyebabkan banyak pula akar pohon
biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
“lubuk” yang merupakan salah satu tempat
persembunyian ikan baik pada musim hujan maupun
musim panas. Vegetasi yang tumbuh di sekeliling bagian
hilir berbeda dengan bagian pertengahan sungai, yaitu
didominasi oleh tumbuhan jenis pandan biasa disebut
oleh masyarakat Desa Beruas dengan sebutan “rasau”
dan banyak terdapat hamparan rumput maupun tumbuhan
air. Tipe substrat di bagian hilir yaitu lumpur berpasir
dan memiliki lebar bukaan sungai ±15 meter dengan
kedalaman ±2,19 m.
Berdasarkan analisis pengelompokan habitat
berdasarkan parameter biologi kelimpahan ikan pada
setiap stasiun diketahui bahwa stasiun I dan III
dikelompokkan dalam satu kelompok besar. Hal ini
berdasarkan ditemukan banyak kesamaan karakteristik di
kedua stasiun yaitu sama-sama memiliki banyak
tumbuhan airbaik yang tenggelam maupun mencuat.
Selain itu dua stasiun itu juga memiliki tipe substrat yang
sama yaitu lumpur berpasir. Stasiun II dan III
dikelompokkan dalam satu kelompok besar karena kedua
stasiun ini juga memiliki kesamaan karakteristik habitat
perairan, yaitu memiliki areal hutan yang lebat. Sama
halnya dengan stasiun I dan II dikelompokkan dalam satu
kelompok dikarenakan memiliki karakteristik habitat
yang sama, yaitu memiliki banyak tumbuhan air mencuat
berada di tepi sungai. Sesuai kesamaan karakteristik
habitat perairan tersebut, wajar jika kelimpahan individu
ikan di stasiun I dan III memiliki nilai kesamaan
tertinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Secara umum keanekaragaman jenis ikan di perairan
Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III)
dengan nilai rata-rata (H’) 3,83 dan 3,56 dan sedang
(stasiun I)dengan nilai rata-rata (H’) 2,69. Jumlah
ikan yang ditemukan dari tiga stasiun selama
penelitian yaitu 5.601 individu dari 49 jenis ikan
dalam 22 famili.
2. Pengelompokan habitat berdasarkan parameter
biologi di Sungai Lelabi terbagi menjadi tiga
kelompok besar. Kelompok 1 (satsiun I dan stasiun
III) dengan nilai kesamaan 49%, kelompok 2 (stasiun
II dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 46% dan
kelompok 3 (stasiun I dan stasiun II) dengan nilai
kesamaan 44%.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan terhadap jenis biota
perairan lainnya yang juga hidup di perairan Sungai
Lelabi Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat,
sehingga dapat diketahui seluruh potensi hayati yang
terdapat di sungai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adis MA, Setyawati TR dan Yanti AH. 2014.
Keragaman Jenis Ikan Arus Deras di Aliran Riam
HALAMAN- 25
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
Banagar Kabupaten Landak.Jurnal Protobiont. 3
(2): 209-217.
Asriansyah A. 2008. Kebiasaan Makan Ikan Sepatung
(Pristolepis grootii) Di Daerah Aliran Sungai
Musi, Sumatera Selatan [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Barus TA. 2000. Pengantar Limnologi. Universitas
Sriwijaya. Palembang.
Defira CT, ZA Muchlisin. 2004. Populasi Ikan di Sungai
Alas Stasiun Penelitian Soraya Kawasan
Ekosistim Leuser Simpang Kiri Kabupaten Aceh
Singkil.Jurnal Ilmiah MIPA. 7 (1): 61-67.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius.
Yogyakarta.
Fithra RY, Siregar YI. 2010. Keanekaragaman Ikan
Sungai Kampar Inventarisasi dari Sungai Kampar
Kanan.Jurnal of Environmental Seince. 2 (4):
139-147.
Jukri M, Emiyarti, Kamri S. 2013. Keanekaragaman
Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan
Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1): 2337.
Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartikasari dan S
Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi- Ikan Air Tawar
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. (Edisi Dwi
Bahasa). Periplus Editions LTD. Hongkong.
Setyobudiandi I, Sulistino, Ferdinan Y, Kusuma C,
Hariadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009.
Sampling dan Analisis Data Perikanan dan
Kelautan Terapan Metode Pengambilan Contoh
di Wilayah Pesisir dan Laut. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB.
Soraya, Hanafizah Z, Windusari Y. 2014. Analisi Fisika
Kimia Perairan untuk Mendeteksi Kualita
Perairan Sungai Rambang Kabupaten Ogan Ilir
Sumatra Selatan. Biospesies. 7 (2) : 43-46.
Sulitiyarto B, Soedharma D, Rahardjo MF, Sumardjo.
2007. Pengaruh Musim terhadap Komposisi Jenis
dan Kemelimpahan Ikan di Rawa Lebak, Sungai
Ruangan,
Palangkaraya,
Kalimantan
Tengah.Biodiversitas. 8 (4): 270-273.
Susilawati N. 2001. Komposisi Jenis-Jenis Ikan Serta
Aspek Biologi Reproduksi dan Kebiasaan
Makanan Ikan Genggehek (Mystacoleucus
marginatus) Di Sungai Cimanuk, Segmen
Sumedang. [Sekripsi]. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Wahida N. 2013. Mengidentifiksi Parameter Air Secara
Fisika dan Kimia.
http://nurulwahida.wordpress.com/2013/01/08/58.
htm. [12 Agustus 2015]
Muslih K. 2014. Pengaruh Penambangan Timah terhadap
Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal
Masyarakat di Kabupaten Bangka [Tesis].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
HALAMAN- 26
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
Tabel 4. Komposisi Jenis Ikan antar Stasiun Pengamatan di Sungai Lelabi
Bulan ke-1
No
Spesies
St 1
St 2
1
Akysis galeatus
2
Anabas testudineus
+
+
3
Hemibagrus nemurus
+
+
4
Nemacheilus selangoricus
+
+
5
Xenentodon canciloides
6
Belontia hasselti
+
+
7
Betta anabatoides
8
Betta edithae
+
+
9
Trichogaster pectoralis
10
Trichogaster trichopterus
+
+
11
Chaca bankanensis
+
+
12
Channa lucius
+
+
13
Channa marulioides
14
Channa micropeltes
15
Channa striata
+
16
Clarias leiacanthus
+
+
17
Clarias teijsmanni
18
Lepidocephalichthys pristes
19
Pangio semicincta
20
Pangio shelfordii
+
+
21
Barbodes binotatus
22
Brevibora dorsiocellata
+
+
23
Cyclocheilichthys apogon
+
+
24
Osteochilus spilurus
+
+
25
Poropuntius huguenini
+
+
26
Poropuntius tawarensis
27
Puntius johorensis
28
Puntius lineatus
+
+
29
Rasbora bankanensis
+
30
Rasbora cephalotaenia
+
+
31
Rasbora einthovenii
+
32
Rasbora gracilis
+
+
33
Rasbora pauciperforata
+
+
34
Rasbora volzi volzi
+
+
35
Trigonopoma pauciperforatum
+
36
Brachygobius xanthomelas
+
37
Hemirhamphodon phaiosoma
38
Luciocephalus pulcher
39
Nandus nebulosus
+
40
Osphronemus goramy
41
Pristolepis grootii
+
+
42
Kryptopterus lais
+
+
43
Ompok bimaculatus
+
44
Silurichthys phaiosoma
+
+
45
Glyptothorax major
+
46
Monopterus albus
47
Doryichthys matensii
48
Chonerhinos remotes
49
Tetraodon steindachneri
Keterangan : (+) Ditemukannya ikan, (-) Tidak ditemukannya ikan
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
St 3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
St 1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Bulan ke-2
St 2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
St 3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
St 1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Bulan ke-3
St 2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
St 3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
HALAMAN- 27
AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat
Tabel 5. Nilai Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan Ikan antar Stasiun Selama Penelitian
No
Spesies
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah
0
33
167
46
0
8
96
38
46
0
2
14
2
0
4
4
0
4
0
4
0
77
25
114
98
0
0
220
89
41
6
425
45
14
Bulan Ke-1
KR (%)
0
1,35
6,85
1,89
0
0,33
3,94
1,56
1,89
0
0,08
0,57
0,08
0
0,16
0,16
0
0,16
0
0,16
0
3,16
1,03
4,68
4,02
0
0
9,03
3,65
1,68
0,25
17,44
1,85
0,57
FK(%)
0
66,67
66,67
100
0
66,67
33,33
100
0
100
66,67
100
33,33
0
33,33
100
0
33,33
0
66,67
0
100
100
100
100
0
0
100
66,67
100
33,33
100
100
100
Jumlah
0
2
57
25
1
12
26
185
7
189
1
7
0
258
12
1
1
6
0
4
1
40
35
73
49
53
2
445
41
49
1
107
3
2
Bulan Ke-2
KR (%)
FK(%)
0
0
0,09
66,7
2,63
100
1,16
100
0,05
33,33
0,55
100
1,20
66,67
8,55
100
0,32
66,67
8,73
100
0,05
33,33
0,32
100
0
0
11,92
100
0,55
100
0,05
33,33
0,05
33,33
0,28
100
0
0
0,18
100
0,05
33,33
1,85
100
1,62
100
3,37
100
2,26
100
2,45
33,33
0,09
33,33
20,56
100
1,89
66,67
2,26
100
0,05
33,33
4,94
66,67
0,14
66,67
0,09
33,33
Jumlah
1
0
14
17
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
63
51
59
25
0
0
121
16
30
1
111
0
20
Bulan Ke-3
KR (%)
FK (%)
0,10
33,33
0
0
1,40
100
1,71
66,67
0
0
0
0
0,10
33,33
0
0
0
0
0
0
0
0
0,10
33,33
0
0
0
0
0
0
0
0
0,10
33,33
0
0
0,10
33,33
0
0
0
0
6,32
66,67
5,12
100
5,92
66,67
2,51
100
0
0
0
0
12,14
100
1,60
33,33
3,01
100
0,10
33,33
11,13
66,67
0
33,33
2,01
0
Akysis galeatus
Anabas testudineus
Hemibagrus nemurus
Nemacheilus selangoricus
Xenentodon canciloides
Belontia hasselti
Betta anabatoides
Betta edithae
Trichogaster pectoralis
Trichogaster trichopterus
Chaca bankanensis
Channa lucius
Channa marulioides
Channa micropeltes
Channa striata
Clarias leiacanthus
Clarias teijsmanni
Lepidocephalichthys pristes
Pangio semicincta
Pangio shelfordii
Barbodes binotatus
Brevibora dorsiocellata
Cyclocheilichthys apogon*
Osteochilus spilurus
Poropuntius huguenini*
Poropuntius tawarensis
Puntius johorensis
Puntius lineatus*
Rasbora bankanensis
Rasbora cephalotaenia
Rasbora einthovenii
Rasbora gracilis
Rasbora pauciperforata
Rasbora volzi volzi
Trigonopoma
35
21
0,86
100
235
10,86
100
151
15,15
66,67
pauciperforatum
36
Brachygobius xanthomelas
84
3,45
66,67
75
3,47
66,67
56
5,62
33,33
37
Hemirhamphodon phaiosoma
3
0,12
33,33
5
0,23
66,67
0
0
0
38
Luciocephalus pulcher
0
0
0
3
0,14
66,67
0
0
0
39
Nandus nebulosus
21
0,86
66,67
57
2,63
100
10
1,00
100
40
Osphronemus goramy
1
0,041
33,33
0
0
0
0
0
0
41
Pristolepis grootii*
26
1,07
100
57
2,63
100
12
1,20
100
42
Kryptopterus lais
639
26,22
100
20
0,92
66,67
228
22,87
100
43
Ompok bimaculatus
3
0,12
33,33
0
0
0
6
0,60
66,67
44
Silurichthys phaiosoma
12
0,49
66,67
15
0,69
100
0
0
0
45
Glyptothorax major
1
0,04
33,33
0
0
0
0
0
0
46
Monopterus albus
1
0,04
33,33
0
0
0
0
0
0
47
Doryichthys matensii
3
0,12
33,33
1
0,05
33,33
0
0
0
48
Chonerhinos remotus
0
0
0
0
0
0
1
0,10
33,33
49
Tetraodon steindachneri
0
0
0
1
0,05
33,33
0
0
0
Total
2437
100
2666,66
2164
100
3033,36
997
100
1533,32
Keterangan : KR (Kelimpahan Relatif), FK (Frekuensi Keterdapatan), * (Jenis ikan yang ditemukan di tiap stasiun pengamatan selama penelitian
Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015
HALAMAN- 28
Download